Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................... 1

Kata Pengantar..................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................... 3
B. Rumusan Masalah..................................................................... 3
C. Tujuan......................................................................................... 3
BAB II Pembahasan.............................................................................. 4
BAB III
A. Kesimpulan ................................................................................ 10
B. Saran .......................................................................................... 10
Daftar Pustaka....................................................................................... 11

1
KATA PENGATAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, penulis


panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, atas limpahan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama.
Makalah ini dapat penulis selesaikan atas bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Namun, tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi materi dan
bahasa serta keterbatasan kemampuan penulis.
Atas segala ketidaksempurnaan makalah ini penulis mohon
maaf. Akhirnya penulis mengharapkan dari makalah ini dapat
diambil hikmah, manfaatnya, dan dapat memberikan inspirasi serta
pengetahuan yang berguna bagi pembaca.

Penulis

2
BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun baru Hijriah merupakan tahun baru islam bagi seluruh


umat muslim di dunia. Tahun Baru Hijriah yang bertepatan pada
hari pertama pada bulan Muharram kalender Hijriah di rayakan juga
sebagai hari memperingati penghijrahan Nabi Muhammad saw.
Hijrahnya Nabi Muhammad saw dari kota Mekkah ke Madinah
merupakan peristiwa yang paling bersejarah bagi umat Islam.
Di era millenial seperti ini, Tahun Baru Hijriah sering menjadi
sebuah momentum bagi generasi muda untuk memulai gerakan
berhijrah. Mereka ingin menyambut tahun baru Islam dengan
melakukan gerakan perubahan untuk menjadi lebih baik lagi dari
pada tahun yang sebelumnya.
Salah satu perubahan yang dapat di lakukan guna
menyambut tahun baru hijriah ialah meningkatkan akhlak,
mengmuhasabah diri dan meningkatkan etos kerja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Tahun Baru Hijriah?


2. Bagaimana kaitan antara Tahun Baru Hijriah dengan
peningkatan etos kerja?

C. Tujuan

Bertujuan untuk kita dapat mengetahui kaitan antara Tahun Baru


Hijriah dengan peningkatan etos kerja.

3
BAB II: PEMBAHASAN

Tahun baru Hijriah yang bertepatan pada tanggal 1 Muharram


tahun baru pada kalender Hijriah. Tahun Baru Islam memperingati
peristiwa penting dalam sejarah agama Islam, yaitu peristiwa hijrahnya
Nabi Muhammad SAW dari kota Mekkah ke kota Madinah.
Nabi Muhammad memerintahkan para sahabatnya untuk berhijrah
karena perlawanan kaum musyrik terhadap kaum Islam semakin
merajarela dan semakin keras. Hijrah yang di lakukan oleh para sahabat
nabi di lakukan secara perlahan, satu persatu sahabat nabi hijrah dari
Mekkah ke Madinah. Kaum Muslimin di kota Mekkah menjadi semakin
sedikit, sahabat Nabi Muhamad yang masih menetap di kota Mekkah
untuk menemani beliau hanya tersisa Abu Bakar Siddiq dan Ali bin Abi
Thalib.
Nabi Muhammad sendiri belum melakukan hijrah karena belum
mendapatkan perintah dari Allah SWT. Sehingga para Kaum kafir Quraisy
berencana untuk menghadang hijrahnya sang Nabi Muhammad. Para
petinggi Kaum kafir Quraisy berunding guna mencari cara apa yang harus
mereka lakukan untuk mencegah hijrahnya Nabi Muhammad. Dari
perundingan tersebut, mereka bersepakat untuk membunuh Nabi
Muhammad SAW.
Kaum kafir Quraisy berperilaku kejam seperti apa yang disebutkan
dalam Al-Quran surah Al-Anfal 8:30. "Dan (ingatlah), ketika orang-orang
kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan
memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka
memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah
sebaik-baik pembalas tipu daya."
Namun rencana tersebut sejatinya sudah di ketahui oleh Nabi
Muhammad. Beliau lalu mendapatkan perintah dari Allah SWT melalui
perantara Malaikat Jibril untuk segera berhijrah malam itu juga, karena
Malaikat Jibril menyampaikan bahwa “Muhammad janganlah kamu tidur
malam ini di tempat tidurmu, karena sesungguhnya Allah SWT
memerintahkanmu untuk berhijrah ke Madinah," (Ibn al-Atsir al-Kamil fi al-
Tarikh, hal. 72).
Malam itu pula kaum kafir Quraisy sudah ingin melaksanakan
rencana mereka untuk membunuh sang Nabi. Mereka mengira bahwa
Nabi Muhammad masih berada di kediamannya dan sedang terlelap.
Tetapi dugaan mereka salah. Sahabat Nabi yang bernama Ali bin Abi
Thalib. Ali mempertaruhkan jiwanya agar Nabi bisa keluar dari rumah

4
dengan selamat. Hijrah Nabi dilakukan pada tanggal 2 Rabiul Awwal
tahun ketiga belas dari kenabian, bertepatan dengan 20 Juli 622 M, Nabi
berangkat dari rumah untuk berhijrah.
Nabi Muhammad berangkat menuju Madinah pada sepertiga
malam. Beliau mengambil segenggam pasir yang kemudian beliau
lemparkan kepada orang-orang Quraisy yang akan membunuh Beliau.
Dengan seizin Allah SWT, orang-orang Quraisy tersebut tertidur sejenak
dan tidak mengetahui Nabi pergi.
Sewaktu beliau ingin pergi, Nabi Muhammad membaca surah
Yasin dari ayat ke satu sampai ayat ke sembilan "Dan kami adakan di
hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami
tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat." (QS. Yasin,
36: 9).
Kemudian Nabi pergi menuju ke rumah Abu Bakar dan mengajak
sahabat menuju ke Gua Tsur untuk mencari tempat persembunyian yang
aman sebelum mereka ke Madinah. Pagi harinya, kaum kafir Quraisy
berencana untuk menyerang Nabi saat Beliau akan ke luar shalat Subuh.
Alangkah terkejutnya mereka saat mereka melihat Ali yang keluar dari
rumah Nabi. Ali menolak untuk memberi tahu keberadaan Nabi sehingga
mereka bergegas mencari Nabi ke segenap penjuru Makkah.
Pada saat Nabi dan para sahabat bersembunyi di Gua Tsur, Allah
SWT memerintahkan seekor laba-laba untuk menutupi pintu masuk Gua.
Hal tersebut dapat mengelabui kaum kafir Quraisy yang tengah memburu
keberadaan Nabi Muhammad SAW, sehingga mereka berfikir bahwa Nabi
dan Para sahabatnya tidak mungkin bersembunyi di dalam Gua karena
pintu masuk Gua tersebut di selubungi oleh sarang laba laba yang belum
rusak.
Sebelum Nabi Muhammad bersembunyi di dalam Gua, sahabat
nabi yang bernama Abu Bakar Ash Siddiq memeriksa keadaan Gua
terlebih dahulu. Beliau menutup semua lubang yang ada dengan kain,
tetapi kain tersebut masih kurang untuk menutupi dua lubang. Sehingga
Abu Bakar memutuskan untuk menutupi lubang tersebut dengan kakinya.
Setelah di rasa aman, Abu Bakar mempersilahkan Nabi Muhammad untuk
masuk dan tidur beralaskan pangkuan Abu Bakar.
Saat Nabi tertidur, tiba-tiba seekor ular menggigit kaki Abu Bakar.
Abu Bakar mencoba menahan rasa sakit. Ia menahan dirinya agar tidak
bergerak dan tidak membangunkan Nabi. Air mata Abu Bakar menetes
sehingga terjatuh di wajah Nabi.
"Apa yang menimpamu wahai Abu Bakar?" tanya Nabi yang
terbangun.

5
Abu Bakar menjawab, “Aku disengat sesuatu wahai Rasul."
Kemudian Nabi mengobati kaki Abu Bakar.Dalam riwayat lain
disebutkan Nabi mengobati Abu Bakar menggunakan ludahnya. Seketika
luka itu sembuh. Abu Bakar kembali tenang lalu tersenyum kepada Nabi.
Nabi dan Abu Bakar pun melanjutkan persembunyiannya di Gua Tsur
hingga keadaan aman.
Setelah tinggal di Gua Tsur kurang lebih selama tiga hari, Nabi dan
Abu Bakar al-Siddiq melanjutkan perjalanan berhijrah ke Madinah. Mereka
menempuh jalan yang sangat sulit dan bukan jalan biasa yang dilalui
orang karena menghindari pengawasan kaum kafir Quraisy.
Nabi dan Abu Bakar ditemani oleh dua orang sebagai penunjuk
jalan dan yang bertugas mengawal dua ekor unta yang mengangkut Nabi
dan sahabatnya yang sangat dicintainya itu. Perjalanan tersebut sangat
berat, namun Rasulullah SAW beserta sahabat dapat melaluinya dengan
penuh keikhlasan.
Perjalanan hijrah Nabi dan Abu Bakar diabadikan dalam Al Quran
surat At Taubah ayat 40.
‫ص ُروهُ ِإ َّل‬ َ َ‫ي َكفَ ُروا الَذِينَ أَخ َر َجهُ إِذ هللا ن‬
ُ ‫ص َرهُ فَقَد تَن‬ َ ِ‫َار فِي هُ َما إِذ اثنَي ِن ثَان‬ ِ ‫احبِ ِه يَقُو ُل إِذ الغ‬ ِ ‫ص‬َ ‫َّل ِل‬
ََ ‫س ِكينَتَهُ فَأَنزَ َّلهلل َم َعنَا‬
‫ّللا ِإ َن ت َحزَ ن‬ َ ‫ه‬
ِ ‫ي‬َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ُ ‫ه‬‫د‬َ ‫ي‬
َ َ ‫أ‬ ‫و‬
َ ‫ود‬ُ ‫ن‬‫ج‬ُ ‫ب‬
ِ ‫م‬ َ ‫ل‬ ‫َا‬
‫ه‬ ‫و‬‫َر‬ ‫ت‬ ‫ل‬
َ ‫ع‬
َ َ َ َ َ ‫ج‬ ‫و‬ َ ‫ة‬ ‫م‬‫ل‬ِ َ
‫ك‬ ‫ذ‬
َ‫ِين‬ َ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫وا‬ ‫ر‬ُ َ ‫ف‬‫ك‬َ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ُّف‬
‫س‬ ‫ال‬ ُ ‫ة‬ ‫م‬ َ
َ َ ‫ّللا‬
‫ل‬ِ ‫ك‬ ‫و‬ َِ
‫ِي‬
َ ‫ّللاُ العُليَا ه‬َ ‫َح ِكيم َع ِزيز َو‬
Artinya: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka
sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekkah) sedang dia salah
seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia
berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya
Allah beserta kami". Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada
(Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan menjadikan kalimat orang-orang kafir itulah yang rendah.
Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana."
Lalu dari kisah yang menglatar belakangi adanya Tahun Baru Islam
tersebut, hal yang dapat kita kaitkan dengan gerakan perubahan ialah
dapat berupa gerakan untuk memperbaiki dari segi akhlak, memperbaiki
diri dari segi keimanan, dan memperbaiki diri kearah yang lebih baik.
Tahun baru Islam merupakan momen titik awal dimana orang-orang
akan mencoba untuk melakukan hijrah agar menjadi manusia yang lebih
baik di kedepannya. Dalam konteks kali ini, etos kerja di sorot sebagai
salah satu gerakan yang di lakukan guna menyambut tahun baru Islam.
Secara bahsa, Ethos berasal dari bahasa Yunani yang berarti
sikap, kepribadian, watak, karakter serta keyakinan atas sesuatu. Ethos

6
dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh, budaya serta sistem nilai
yang diyakininya. Dari kata etos di kenal pula kata etika yang pengertian
hampir mendekati pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan
baik buruk moral. Etos sendiri mengandung artian kata ghirah (semangat)
yang sangat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal lebih baik,
bahkan berusaha mencapai kualitas kerja yang seoptimal mungkin.
Dalam Al-Quran sendiri juga di kenal kata itqon yang berarti proses
pekerjaan yang sungguh-sungguh, akurat dan sempurna. Seperti hal yang
di jelaskan dalam Qs. An-Naml : 88
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di
tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. [Begitulah]
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu;
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Etos kerja seorang muslim berupa semangat untuk menapaki jalan
lurus, dalam hal mengambil keputusan pun, para pemimpin harus
memegang amanah. Seperti kisah Nabi Daud ketika ia diminta untuk
memutuskan perkara yang adil dan harus didasarkan pada nilai-nilai
kebenaran. Kisah tersebut di jelaskan dalam Qs. Ash Shaad : 22
“Ketika mereka masuk [menemui] Daud lalu ia terkejut karena
[kedatangan] mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu merasa takut;
[kami] adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari kami
berbuat zalim kepada yang lain; maka berilah keputusan antara kami
dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan
tunjukilah kami ke jalan yang lurus.“
Fungsi dan kedudukan bekerja sendiri dalam Islam di pandang
sebagai kegiatan upaya untuk memenuhi kebutuhan fisik, maka motivasi
dalam bekerja itu mesti diperhatikan dan dari niat itulah titik awal yang
akan menentukan berkah tidaknya kerja seseorang. Bekerja dalam Islam
merupakan bagian dari ibadah.
Jika dipahami bekerja adalah ibadah, maka insya Allah apa pun
hasil yang diperoleh dari bekerja itu akan mendapat keberkahan dari Allah
Ta’ala selama kita ridha menerimanya. Dalam banyak hadis dijelaskan
bahwa bekerja merupakan ladang pahala. Bahkan seorang muslim yang
bekerja di mata Allah sama nilainya dengan seorang mujahid yang
berjihad di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Berikut beberapa dalil dari hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
yang bisa menjadi motivasi seorang muslim dalam bekerja sehingga
melahirkan etos kerja yang penuh profesional (ahli dibidangnya, penuh
komitmen, tanggung jawab, tepat waktu dan maksimal). Sungguh, bekerja
dalam Islam begitu istimewa kedudukannya dihadapan Allah SWT.

7
Dari Ka’ab bin ‘Ujrah, ia berkata, “Ada seorang laki-laki lewat di
hadapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka para shahabat melihat
kuat dan sigapnya orang tersebut. Lalu para shahabat bertanya, “Ya
Rasulullah, alangkah baiknya seandainya orang ini ikut (berjuang) fii
sabiilillaah”.
Lalu Rasulullah menjawab, “Jika ia keluar untuk bekerja
mencarikan kebutuhan anaknya yang masih kecil, maka ia fii sabiilillaah.
Jika ia keluar bekerja untuk mencarikan kebutuhan kedua orang tuanya
yang sudah lanjut usia maka ia fii sabiilillaah. Jika ia keluar untuk bekerja
mencari kebutuhannya sendiri agar terjaga kehormatannya, maka ia fii
sabiilillaah. Tetapi jika ia keluar karena riya’ (pamer) dan kesombongan
maka ia di jalan syaithan”. (HR. Thabrani dalam Al-Kabir juz 19, hal. 129,
no. 282, dan para sanadnya orang-orang shahih).
Adapun hadis lain yang menyebutkan bahwa, “Siapa yang
bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa
dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla.” (HR. Ahmad).
Bahkan barang siapa saja dari seorang muslim yang merasa
kelelahan akibat kerjanya, maka kelelahan itu akan menjadi sarana
baginya untuk mendapatkan pengampunan dari Allah. Hal tersebut di
jelaskan dalam sebuah hadis riwayat Ahmad.
“Siapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya
ketrampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia
diampuni oleh Allah.” (HR. Ahmad)
Perlu dipahami bahwasannya bekerja masuk dalam kategori ibadah
ghairi mahdah bukan ibadah mahdah seperti shalat, puasa, zakat, dan
haji. Ghairi mahdah dalam kaidah ushul fiqh, seseorang boleh memilih
bekerja apa saja selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Maka
untuk mendapatkan ridha Allah melalui perkerjaan yang dijalankan,
seorang Muslim harus membangun etos kerja yang tinggi.
Tak sepantasnya seorang Muslim mempunyai etos kerja yang
lemah. Sebab Allah berjanji melalui lisan Nabi-Nya bahwa setiap Muslim
yang bekerja, maka ia termasuk jihad fie sabilillah (berjuang di jalan
Allah). Siapa yang kelelahan, susah payah dalam bekerja, maka ia pun
mendapat ganjaran pahala berlipat dari Allah. Ini artinya, seorang Muslim
mestinya malu jika memiliki etos kerja yang lemah.
Seorang Muslim dituntut untuk bekerja secara profesional.
Profesional dalam hadis di atas artinya jika seorang Muslim motivasi
bekerjanya untuk ibadah, maka dia harus melakukannya dengan sebaik
mungkin. Untuk menjadi profesional di bidangnya (expert), seorang
Muslim harus memiliki azzam (tekad) yang kuat untuk terus berlatih agar
benar-benar menjadi ahli dalam pekerjaan yang digeluti.

8
Bentuk lain dari bekerja secara profesional adalah adil, adil dalam
membagi waktu untuk bekerja, beristirahat, dan beribadah. Jika bekerja
dipahami sebagai ibadah dalam menggapai ridha dan surga Allah, dan
sebuah jihad profesi (bagi seorang jurnalis, dokter dan guru), maka insya
Allah akan lahir etos kerja yang tinggi.

9
BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tahun Baru Hijriah dimaknai sebagai salah satu


momen bagi umat muslim untuk memulai sebuah
perubahan, meski pada dasarnya perubahan bisa di lakukan
kapan pun itu. Salah satu bentuk hijrah yang di lakukan ialah
dari segi peningkatan etos kerja.
Etos kerja bermakna sebagai semangat yang tinggi
dalam melakukan apapun dengan secara optimal. Dari
berbagai macam hadis yang diriwayatkan. Allah SWT
menuntut agar umatnya dapat memiliki etos kerja yang
tinggi. Serta Allah SWT akan selalu meridhai umatnya yang
melakukan pekerjaan atas dasar etos yang tinggi dan juga
atas dasar ingin beribadah. Hal tersebut dapat di katakan
karena Islam juga memandang bahwa bekerja juga
merupakan sebuah ibadah.

B. Saran

Sebagai generasi muda di era milenial. Alangkah


baiknya kita mulai melakukan pergerakan kearah yang lebih
positif seperti halnya membangun nilai etos kerja yang tinggi
dalam diri sendiri. Serta mengniatkan apapun yang kita
lakukan sebagai ibadah guna mendapat ridha dari Allah
SWT, agar apapun yang kita lakukan dapat menjadi berkah
untuk diri kita sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA

Diambil dari : https://minanews.net/etos-kerja-seorang-muslim/


Diambil dari : https://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_Baru_Hijriyah
Diambil dari : https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
nusantara/17/12/01/p08jgj396-hijrah-rasulullah-saw-hingga-pembentukan-
kalender-hijriah-part
Diambil dari : https://jateng.tribunnews.com/2019/04/10/kisah-ular-
menggigit-kaki-abu-bakar-ash-shiddiq-di-gua-tsur-saat-dampingi-
rasulullah-hijrah?page=4

11

Anda mungkin juga menyukai