Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ETIKA PROFESI

BAB II
Profesionalisme dan Kode Etik dengan Studi Kasus Pencemaran
Limbah PT. Industri Gula Glenmore di
Banyuwangi, Jawa Timur

Disusun oleh:
KELOMPOK 2
3D-D3 Teknik Kimia

Ahmad Muflihul Azmi 1631410103


Novia Pratiwi Putri 1631410133
Safira Fausta R 1631410107

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019
1. Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan
atau menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang
tinggi. Keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan
untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan.
Profesionalisme adalah kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya
secara baik dan benar dan juga komitmen dari para anggota dari sebuah profesi
untuk meningkatkan kemampuan dari seorang karyawan. Seseorang yang
menekuni suatu profesi tertentu disebut professional (Sagara, 2013), sedangkan
profesional sendiri mempunyai arti seorang yang terampil, handal dan sangat
bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya.
Berikut ini merupakan karakteristik dari profesi, yaitu :
a. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis, seorang
profesional harus memiliki pengetahuan teoretis dan keterampilan
mengenai bidang teknik yang ditekuni dan bisa diterapkan dalam
pelaksanaanya atau praktiknya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Asosiasi Profesional, merupakan suatu badan organisasi yang biasanya
diorganisasikan oleh anggota profesi yang bertujuan untuk meningkatkan
status para anggotanya.
c. Pendidikan yang Ekstensi, profesi yang prestisius biasanya memerlukan
pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi. Seorang
profesional dalam bidang teknik mempunyai latar belakang pendidikan
yang tinggi baik itu dalam suatu pendidikan formal ataupun non formal.
d. Ujian Kompetisi, sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada
persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan
teoretis.
e. Pelatihan institutional, selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan
pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi.
Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga
dipersyaratkan.
f. Lisensi, profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi
sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa
dipercaya.
g. Otonomi kerja, profesional cenderung mengendalikan kerja dan
pengetahuan teoritis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.
h. Mengatur diri, organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya
sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka
yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi
paling tinggi.
i. Layanan publik, diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat
dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan
dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.
j. Status dan imbalan yang tinggi, profesi yang paling sukses akan meraih
status yang tinggi dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal
tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka
berikan bagi masyarakat (Sagara,2013).
Adapun ciri-ciri profesi adalah sebagai berikut:
a. Terdapat keahlian atau pengetahuan khusus yang sesuai dengan bidang
pekerjaan, dimana keahlian atau pengetahuan tersebut didapatkan dari
pendidikan atau pengalaman.
b. Terdapat kaidah dan standar moral yang sangat tinggi yang berlaku bagi
para profesional berdasarkan kegiatan pada kode etik profesi.
c. Dalam pelaksanaan profesi harus lebih mengutamakan kepentingan
masyarakat di atas kepentingan pribadi.
d. Seorang profesional harus memiliki izin khusus agar dapat menjalankan
pekerjaan sesuai profesinya. Pada umumnya seorang profesional
merupakan anggota suatu organisasi profesi di bidang tertentu (Prayogo,
2015).
Secara umum, terdapat beberapa syarat pada suatu profesi. Adapun syarat-
syarat profesi adalah sebagai berikut:
a. Memiliki pengetahuan khusus di suatu bidang ilmu tertentu.
b. Melibatkan berbagai kegiatan intelektual.
c. Membutuhkan adanya suatu persiapan tertentu yang cukup dalam, jadi
bukan hanya sekedar latihan saja.
d. Membutuhkan latihan yang berkesinambungan di dalam melaksanakan
pekerjaannya atau jabatannya.
e. Lebih mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi.
f. Adanya organisasi para profesional sesuai dengan bidang profesi.
g. Terdapat kode etik atau standar baku dalam pelaksanaan pekerjaannya
(Sagara, 2013).
Tanggung jawab profesi yang lebih spesifik seorang professional
diantaranya:
a. Mencapai kualitas yang tinggi dan efektifitas baik dalam proses maupun
produk hasil kerja profesional.
b. Menjaga kompetensi sebagai profesional.
c. Mengetahui dan menghormati adanya hukum yang berhubungan dengan
kerja yang profesional.
d. Menghormati perjanjian, persetujuan, dan menunjukkan tanggung jawab
(Prayogo,2015).

2. Pengertian Engineering
Engineering adalah sebuah profesi, sama seperti halnya dengan
ilmuan,dokter maupun profesi lainnya. Profesi dimana didalamnya ada
pengetahuan matematika dan ilmu alam yang dapat melalui pendidikan
dan pengalaman praktik. Profesi engineering menuntut standard sikap
terhadap yang tinggi serta memliki tanggung jawab kepad klien dan mitra
dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh. Proses ini membutuh kan
bidang pengetahuan yang yang spesifik, dan para anggotanya
mendapatkan status profesional setelah melalui jalur-jalur pendidikan dan
pelatihan yang jelas (Miranti, 2011).
Insinyur maupun ilmuan memiliki pengetahuan matematika dan
ilmu yang sama baiknya, namun ilmuan untuk memperoleh pengetahuan
yang baru, sedangkan insinyur untuk merancang dan menghasilkan
perangkat-perangkat,struktur-struktur dan proses-proses yang dapat
digunakan. Dengan kata lain, ilmuan berupaya untuk mengetahui,
sedangkan insinyur berupaya untuk melakukan (Miranti,2011). Beberapa
aktivitas dari Engginering, yaitu:
1. Riset adalah aktivitas yang betujuan mencari pengetahuan baru atau
menemukan pemahaman baru yang lebih baik mengenai fakta-fakta
yang telah diketahui.
2. Pengembangan adalah aktivitas yang bertujuan untuk mengubah
hasil-hasil dan penemuan yang diperoleh dari riset kedalam bentuk
produk,metode, atau proses yang berguna.
3. Desain atau perenacanaan adalah proses mengubah konsep-konsep
dan inforamsi menjadi rencana-rencana dan spesifikasi yang terperinci,
yang dengannya sebuah produk jadi atau fasilitas tertentu dapat dibuat
atau dibangun.
4. Produksi adalah aktivitas industri yang menghasilkan produk-produk
jadi dari bahan-bahan mentah melalui proses manufaktur.
5. Konstruksi atau pembangunan adalah proses merubah desain dan
bahan-bahan menjadi bangunan-bangunan fasilitas-fasilitas semisal
gedung, jalan raya, dan fasilitas-fasilitas telekomunikasi dan daya
listrik.
6. Operasi didalam engineering diartikan sebagai penerapan prinsip-
prinsip engineering ataupelaksanaan kerja lapangan. Dalam
manufaktur, operasi melibatkan kegiatan-kegiatan seperti pembelian
bahan-bahan mentah, pemeliharaan pabrik dan pengarahan serta
pengawasan buruh. Para insinyur berperan penting dalam menjalankan
aktivitas operasi di perusahaan-perusahaan fasilitas pabrik (listrik dan
sebagainya), perkeretan api, telekomunikasi, dan dalam menangani
sistem-sistem pengendalian lalu lintas dikota-kota besar AS.
7. Penjualan didalam industri berbasis teknologi sering kali melibatkan
jasa para insinyur terlatih untuk merekomendasikan mesin-mesin
peralatan, suku cadang, atau layanan-layanan terbaik untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.
8. Manajemen dibanyank perusahaan di berbagai industri dipegang dan
dikendalikan oleh para insinyur. Secara umuum, para insinyur ini
bertanggung jawab memecahkan masalah-masalah
kebijakan,keuangan, orrganisasi dan SDM, humas, dan pemesanan
serta penjualan (Miranti, 2011).

3. Pengertian Kode Etik


Kode etik profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional
tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa
yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan
perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan
dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar profesional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya.
Dengan adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
professional (Prayogo, 2015).
Prinsip Dasar di dalam Etika Profesi :
1. Tanggung jawab.
a. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain
atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan.
3. Prinsip ini menuntut untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya.
4. Prinsip Kompetensi, melaksanakan pekerjaan sesuai jasa
profesionalnya, kompetensi dan ketekunan.
5. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi
profesi.
6. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi
(Prayogo,2015).
Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi
tersebut:
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa
dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu
hal yang boleh dia lakukan dan yang tidak boleh dilakukan
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan keja (kalangan
sosial).
3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut
dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau
perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di
lain instansi atau perusahaan (Prayogo, 2015).
4. Studi Kasus
Kasus Pencemaran Limbah PT Industri Gula Glenmore di
Banyuwangi, Jawa Timur
Banyuwangi, Kompas, Limbah dari PT Industri Gula Glenmore
mencemari Sungai Glenmore yang mengalir ke pesisir selatan
Banyuwangi, Jawa Timur. Limbah itu diduga menyebabkan ribuan ikan
mati dan gatal-gatal pada warga. Dinas Lingkungan Hidup meminta agar
aktivitas pabrik dihentikan sampai instalasi pengolahan air limbah selesai
diperbaiki. Pencemaran sungai sudah dirasakan warga sejak tiga bulan lalu
hingga Senin (9/1/2017).
Minggu, warga menemukan ribuan ekor ikan mati di sungai itu.
"Kasus ikan mati sudah tiga kali ini terjadi. Kami membawa pulang
berember-ember ikan. Pagi ini (Senin) masih ada juga yang mati," kata
Sumarti, warga RT 003 RW 003 Dusun Blok Agung, Desa Karangdoro,
Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi. Purwanti, warga yang sehari-hari
memakai air sungai untuk mandi, juga mengeluhkan gatal-gatal. Baju yang
mereka cuci tak bisa bersih dan ada serat tipis yang menempel di kain.
"Saya sudah berhenti mencuci baju di sungai sejak Desember lalu setelah
sekeluarga merasakan gatal-gatal. Baju pun jadi kotor karena serat-serat
yang menempel. Serat tipis itu tak bisa hilang sampai saat ini walau sudah
saya cuci berkali-kali," kata Purwanti, yang juga pengurus RT. Ia sudah
melaporkan hal itu ke kantor desa, tetapi sampai saat ini kasus belum
terpecahkan. Pada Senin siang kemarin, kondisi di sepanjang Sungai
Glenmore dari Dam Karangdoro hingga Jajag terlihat kecoklatan. Di
beberapa pintu air masih ditemukan buih atau busa air. Menurut warga,
kondisi sungai lebih baik.
Melebihi Baku Mutu
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi Husnul Chotimah
mengatakan, sudah mengambil contoh air di empat lokasi di sepanjang
Sungai Glenmore. Berdasarkan hasil laboratorium, ditemukan sejumlah
komponen yang konsentrasinya melebihi baku mutu yang ditetapkan. Di
aliran Sungai Glenmore di Dusun Pengundangan, Desa Karangharjo,
Kecamatan Glenmore misalnya, kandungan BOD (biological oxygen
demand) dan klorida bebas belum memenuhi baku mutu. BOD tercatat
mencapai 10,78 miligram (mg) per liter melebihi baku mutu yang
ditetapkan 6 mg per liter. Adapun klorida bebas mencapai 0,3 atau
melebihi batas baku mutu 0,03 miligram per liter. Direktur PT IGG Ade
Prasetyo saat dikonfirmasi melalui pesan singkat mengakui, ada limpahan
air olahan limbah dan air limbah. Limpahan itu sebagian masuk ke sungai.
Limpahan terjadi karena ada kerusakan di IPAL (Instalansi Pengolahan
Air Limbah) yang mengakibatkan berkurangnya kapasitas IPAL.
Perbaikan IPAL, katanya, hanya bisa dilakukan saat sudah berhenti giling.
Adapun kini pihaknya belum menghentikan proses giling karena masih
banyak tebu yang belum tergiling.
Sebagai antisipasi, PT IGG kini mengurangi kapasitas giling dan
membuat kolam-kolam penampungan. Kolam itu untuk menampung
kelebihan air limbah organik yang meluap. Soal ribuan ikan yang mati,
pihaknya masih meneliti. Menurut Ade, Limbah PT Glenmore adalah
limbah organik yang tak berbahaya (Kompas, 2017).
Garis Besar Kasus yang Terjadi
Limbah dari PT Industri Gula Glenmore mencemari Sungai
Glenmore yang mengalir ke pesisir selatan Banyuwangi, Jawa Timur.
Dampak dari pencemaran tersebut sudah dirasakan warga sejak tanggal 9
Januari 2017. Limbah tersebut menyebabkan gatal-gatal pada warga dan
ribuan ikan mati. Akibat pencemaran tersebut warga tidak lagi melakukan
aktivitas mandi maupun mencuci pakaian di Sungai Glenmore. Warna air
berubah menjadi kecoklatan di sepanjang Sungai Glenmore mulai dari
Dam Karangdoro hingga Jajag. Selain itu, di beberapa pintu air masih
ditemukan buih atau busa yang mengindikasikan air tersebut telah
tercemar.
Berdasarkan uji laboratorium oleh Dinas Lingkungan Hidup
Banyuwangi terhadap 4 sampel air di sepanjang Sungai Glenmore,
ditemukan sejumlah komponen yang konsentrasinya melebihi baku mutu
yang ditetapkan. Nilai BOD (Biological Oxygen Demand) tercatat
mencapai 10,78 miligram per liter, sedangkan baku mutu yang ditetapkan
hanya 6 miligram per liter. Selain itu, klorida bebas mencapai angka 0,3
yang mana melebihi baku mutu yang hanya sebesar 0,03 miligram per
liter.
Pihak dari PT Industi Gula Glenmore mengakui bahwa pencemaran
yang terjadi dikarenakan rusaknya IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) yang menyebabkan berkurangnya kapasitas IPAL, sehingga
sebagian air olahan limbah dan air limbah masuk ke sungai dan
mencemari air di dalamnya. Oleh karena itu, Dinas Lingkungan Hidup
meminta agar aktivitas pabrik dihentikan sampai instalasi pengolahan air
limbah selesai diperbaiki.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kasus
tercemarnya Sungai Glenmore oleh PT Industri Gula Glenmore telah
melanggar kode etik. Jika merujuk pada lampiran yang tertera, kasus
tersebut telah melanggar kode etik poin 1.c yang mana seharusnya
perusahaan bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan
masyarakat, sesuai dengan tugas. Selain itu, kasus tersebut juga melanggar
kode etik poin 2.a yang berbunyi “Hold paramount the safety, health and
welfare of the public and protect the environment in performance of their
professional duties”, serta poin 3.a yang menyatakan bahwa insinyur
harus mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan publik.

Analisis Kasus Berdasarkan Kode Etik Insyinyur dari NSPE (National


Society of Professional Engineers)
Pada dasarnya, dalam aktivitas industri pasti terdapat kode etik yang
harus ditaati oleh setiap elemen yang menjalankan aktivitas industri.
Berdasarkan kasus di atas dapat diidentifikasi bahwa terdapat pelanggaran
kode etik yang lepas dari perhatian para engineer di perusahaan tersebut.
Sebagai professional engineer, seharusnya para pekerja di sebuah
perusahaan menggunakan keahlian mereka untuk menjamin keselamatan
rekan kerja dan masyarakat, termasuk melindungi lingkungan dari bahaya
penggunaan dan pembuangan bahan kimia secara tepat. Jika merujuk pada
lampiran pada point 1.a, 2.a, dan 3.a, pelanggaran kode etik yang dilakukan
oleh PT Industri Gula Glenmore secara umum adalah perusahaan tidak
mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan publik.
Jika ditinjau dari segi keselamatan, masuknya air limbah ataupun air
olahan limbah yang mengandung beberapa senyawa kimia dari PT Industri
Gula Glenmore ke dalam Sungai Glenmore terbukti menyebabkan kematian
biota sungai seperti ikan. Jika ribuan ikan tersebut kemudian dikonsumsi
oleh makhluk hidup lain misalnya manusia, maka bukan hal yang tidak
mungkin keselamatan manusia tersebut tidak terjamin dikarenakan
senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam limbah akan tertinggal di
ikan yang mana ikan tersebut kemudian dikonsumsi oleh manusia.
Jika ditinjau dari segi kesehatan, dampak dari tercemarnya air sungai
oleh limbah hasil produksi PT Industri Gula Glenmore adalah warna air
yang berubah menjadi kecoklatan, ditambah dengan efek gatal pada kulit
yang dirasakan oleh warga sekitar akibat menggunakan air Sungai
Glenmore untuk aktivitas sehari-hari. Dampak lain yang dapat ditimbulkan
adalah keracunan apabila air Sungai Glenmore kemudian digunakan sebagai
sumber air minum oleh warga sekitar.
Jika ditinjau dari segi kesejahteraan publik, maka dengan tercemarnya
air Sungai Glenmore, maka aktivitas warga yang biasanya menggunakan air
sungai sebagai penunjang kegiatan mereka sehari-hari akan terganggu.
Selain itu lingkungan yang tidak sehat akan memberikan dampak negatif
terhadap kehidupan di lingkungan tersebut atau dengan kata lain
kesejahteraan di lingkungan tersebut tidak terjamin.
Dengan demikian, berdasarkan studi kasus di atas dapat disimpulkan
bahwa terjadinya pencemaran pada Sungai Glenmore dikarenakan kelalaian
dan kurangnya pengawasan para elemen perusahaan, khususnya bagian
pengolahan limbah terhadap keamanan instalasi pengolahan limbah industri
yang secara tidak langsung akan mengancam keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan publik. Oleh karena itu, setiap elemen perusahaan harus
benar-benar memahami kode etik dan menerapkannya dengan baik guna
menjamin terlaksananya aktivitas industri yang aman terhadap
keberlangsungan kelestarian lingkungan hidup dan mampu meningkatkan
kesejahteraan publik.

Analisis Teknik Penyelesaian Masalah Pelanggaran Kode Etik


Pelanggaran kode etik yang terjadi membutuhkan tindakan
penyelesaian berupa pemahaman terhadap isu yang terjadi, pihak yang
terlibat, maupun tindak lanjut terhadap bukti-bukti yang ditemukan. Pada
kasus kebocoran IPAL PT. IGG di Banyuwangi, analisa isu bisa dilakukan
melalui pendekatan secara faktual karena kasus ini dapat dikonfirmasi
kebenarannya oleh pihak-pihak berwenang seperti Dinas Lingkungan
Hidup maupun dari pihak perusahaan. Ditemukan bukti-bukti pelanggaran
kode etik berupa kelalaian pengawasan keamanan instalasi IPAL yang
mengakibatkan bocornya limbah ke dalam aliran sungai. Serta bukti uji
laboratorium oleh Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi ditemukan
sejumlah komponen yang konsentrasinya melebihi baku mutu yang
ditetapkan. Nilai BOD (Biological Oxygen Demand) tercatat mencapai
10,78 miligram per liter, sedangkan baku mutu yang ditetapkan hanya 6
miligram per liter. Selain itu, klorida bebas mencapai angka 0,3 yang mana
melebihi baku mutu yang hanya sebesar 0,03 miligram per liter.
Teknik penyelesaian yang dapat dipilih untuk kasus ini adalah
membuat diagram garis yang disertai dengan beberapa hipotesis sebagai
acuan untuk mempertimbangakan tindakan yang sesuai dengan moral
(paradigma positif) maupun yang tidak sesuai dengan moral (paradigma
negatif).

Paradigma Negatif Paradigma Positif

Tingkat limbah beracun Air sungai bersih dan aman


yang masuk ke sungai
Dalam kasus bocornya IPAL PT. IGG yang menyebabkan limbah
masuk ke dalam aliran sungai Glenmore dapat diajukan beberapa hipotesis
sebagai berikut :
1. Kandungan BOD (Biological Oxygen Demand) dan klorida bebas air
pada aliran sungai Glenmore belum memenuhi baku mutu.
2. Kerusakan IPAL menyebabkan limbah tumpah ke dalam aliran sungai.
3. Warga menderita gatal-gatal, cucian tidak bersih, terdapat serat-serat
yang menempel pada pakaian, dan biota di Sungai Glenmore (ikan)
banyak yang mati.
4. Perbaikan IPAL dapat dilakukan saat proses penggilingan berhenti.
5. Perusahaan mengurangi intensitas dan kapasitas penggilingan tebu.
6. Perusahaan membuat kolam-kolam penampungan untuk menampung
limpahan limbah dari IPAL yang bocor.
7. Limbah PT. IGG adalah limbah organik sehingga kemungkinan besar
tidak berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA

AIChE Code of Ethics, https://www.aiche.org/about/code-ethics, diakses pada 01


Maret 2019.
Kode Etik Persatuan Insinyur Indonesia, http://pii.or.id/kode-etik, diakses pada
pada 01 Maret 2019.
Limbah Pabrik Gula Glenmore Masuk Sungai, Warga Gatal-Gatal, 2017, Kompas
(daring),https://regional.kompas.com/read/2017/01/10/15305181/limbah.
pabrik.gula.glenmore.masuk.sungai.warga.gatal-gatal, diakses pada 02
Maret 2019.
Miranti, 2011. Definisi Engineering.
(http://dunia-atas.blogspot.com/2011/03/definisi-engineering.html?m=1),
online. Diakses pada 02 Maret 2019.
National Society of Professional Engineers,
http://dian.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/%E2%80%A6/ETIKA
+PROFESI+(3).pdf, diakses pada pada 02 Maret 2019.
Prayogo, Yogi. 2015. Etika Profesi Seorang Engineer,
(http://yogidwiprayogo.blogspot.com/2015/10/etika-profesi-seorang-
engineer.html?m=1), online. Diakses pada 12 Maret 2019

Sagara, 2013. Pengertian Profesionalisme dan Ciri-Cirinya, Kode Etik


Profesional dan Ciri-Ciri Seorang Profesional
(http://mameddekil.wordpress.com/2013/04/1), diakses pada 02 Maret
2019.
LAMPIRAN

1. Kode Etik PII (Persatuan Insinyur Indonesia)


a. Mengutamakan keluhuran budi.
b. Menggunakan pengetahuan dan kemamuannya untuk kepentingan
kesejahteraan umat.
c. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai
dengan tugas.
d. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasrakan keahlian
professional keinsinyuran.

2. AIChE (American Institute of Chemical Engineers) Code of Ethics


a. Hold paramount the safety, health and welfare of the public and protect
the environment in performance of their professional duties.
b. Formally advise their employers or clients (and consider further
disclosure, if warranted) if they perceive that a consequence of their
duties will adversely affect the present or future health or safety of their
colleagues or the public.
c. Accept responsibility for their actions, seek and heed critical review of
their work and offer objective criticism of the work of others.
d. Issue statements or present information only in an objective and truthful
manner.
e. Act in professional matters for each employer or client as faithful
agents or trustees, avoiding conflicts of interest and never breaching
confidentiality.
f. Treat all colleagues and co-workers fairly and respectfully, recognizing
their unique contributions and capabilities by fostering an environment
of equity, diversity and inclusion.
g. Perform professional services only in areas of their competence.
h. Build their professional reputations on the merits of their services.
i. Continue their professional development throughout their careers, and
provide opportunities for the professional development of those under
their supervision.
j. Never tolerate harassment.
k. Conduct themselves in a fair, honorable and respectful manner.
3. National Society of Professional Engineers (NSPE)
a. Insinyur harus mengutamakan keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraan publik
b. Insinyur harus melaksanakan pelayanan hanya dalam bidang
kompetensinya.
c. Insinyur harus mengeluarkan pernyataan publik hanya secara objektif
dan benar.
d. Insinyur harus bertindak profesional bagi setiap pegawai atau klien.
e. Insinyur harus menghindari kelakuan yang tidak pantas.
4. Pertanyaan-pertanyaan saat presentasi:
a. Apa maksud dari pernyataan dengan adanya kode etik melindungi
perbuatan yang tidak professional?
b. Apa yang menyebabkan pipa bocor dan tanggung jawabnya?
c. Penyelesaian studi kasus anda berdasakan kode etik, apa pedoman
dijadikan kode etik?
d. Apa maksud dari pernyataan kode etik pedoman prinsip profesionalisme
yang digariskan?
e. Apa maksud dari kode etik no 3?
f. Pendapat anda, apa solusinya supaya sungai di Bayuwangi tersebut tidak
tercemar lagi?
g. Setiap perusahaan punya kode etiknya masing-masing, apakah pemerintah
membatasi kode etik tersebut?
h. Otonomi daerah, sebutkan contoh dari badan organisasi otonomi daerah?
i. Jika kode etik dilanggar, bagaimana tindakan perusahaannya?

Anda mungkin juga menyukai