Anda di halaman 1dari 37

LIMAS DAN SIFATNYA

OLEH :

NI LUH JULIA PARWATI /1813011001 /II D

NI LUH PUTU TRESNA DAMAYANTI /1813011034 /II D

I GD. NGURAH JONNY ANGGARA P. /1813011043 /II D

NI PUTU NINA INDRIANA DEWI /1813011051 /II D

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul“Limas dan Sifatnya”. Makalah ini merupakan salah satu hasil
pelaksanaan pemikiran sederhana sebagai wujud partisipasi penulis dalam mata
kuliah Geometri Ruang.

Dalam penulisan karya tulis ini, banyak pihak yang memberi bantuan
kepada penulis. Oleh karena itu, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Dr. I Putu Wisna Ariawan, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
Geometri Ruang yang telah banyak memberikan masukan dalam proses
pembuatan makalah ini.
2. Teman-teman yang telah banyak memberikan dukungan agar
terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna menyempurnakan
makalah ini. Namun demikian penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca.

Singaraja, 25 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sifat – Sifat Limas ............................................................................ 3
2.2 Tentang Limas Terpancung ............................................................... 5
2.3 Bidang Empat .................................................................................... 8
2.4 Jaring – Jaring Limas ....................................................................... 11
2.5 Volume Limas ................................................................................... 12
2.6 Volume Limas Terpancung .............................................................. 15
2.8 Aplikasi Teorema Menelaus dan de Ceva pada Streometrie……….. 18

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................ 12
3.2 Saran .................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam matematika dikenal beberapa bangun ruang salah satunya yaitu Limas,
Limas adalah bangun ruang yang memiliki sisi atau bidang samping berbentuk
segitiga dan memiliki puncak. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, limas berarti benda ruang yang alasnya berbentuk segitiga (segi empat
dan sebagainya) dan bidang sisinya berbentuk segitiga dengan titik puncak yang
berimpit.
Terdapat beberapa jenis Limas, diantaranya Limas Segitiga, Limas Segi Empat,
Limas Segi Lima dan Limas Segi Enam. Limas memiliki bagian-bagian yang biasa
kita kenal dengan sebutan titik sudut, rusuk, bidang sisi, luas permukaan dan
volume.
Apa yang dimiliki oleh limas ini akan dibahas secara detail dalam makalah ini,
agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sifat-sifat limas ?
2. Bagaimana tentang limas terpancung ?
3. Bagaimana bidang empat pada limas ?
4. Bagaimana jaring – jaring dari limas ?
5. Bagaimana menentukan volume limas ?
6. Bagaimana menentukan volume limas terpancung ?
7. Bagaimana Aplikasi Teorema Menelaus dan de Ceva pada Streometrie ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sifat-sifat limas
2. Untuk mengetahui tentang limas terpancung
3. Untuk mengetahui bidang empat pada limas
4. Untuk mengetahui jaring – jaring dari limas
5. Untuk mengetahui cara mencari volume limas
6. Untuk mengetahui cara mencari volume limas terpancung
7. Untuk mengetahui aplikasi teorema menelaus dan de ceva pada Streometrie

1.4 Manfaat
1. Untuk menambah wawasan pembaca mengenai limas
2. Untuk menambah wawasan pembaca tentang luas permukaan limas
3. Untuk menambah wawasan pembaca tentang volume limas dan volume
limas terpancung

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Sifat – Sifat Limas

Definisi 4.1

Limas adalah suatu benda yang dibatasi oleh sebuah segi banyak dan beberapa
segitiga, dengan suatu titik diluar bidang segi banyak sebagai titik puncak
persekutuan dan sisi-sisi segi banyak itu sebagai alas.

Gambar 4.1 melukiskan limas T.ABCD, dengan titik puncak T, bidang alas
ABCD dan bidang sisi tegak TAB, TBC, dan seterusnya. Suatu limas adalah
3,4,5…..n-sisi, jika limas itu mempunyai 3,4,5…., n bidang sisi tegak.

Suatu limas adalah beraturan, jika bidang alasnya suatu segi banyak beraturan
dengan pusatnya berhimpit dengan titik alas garis tegak lurus dari puncak pada
bidang alas. Rusuk-rusuk tegas suatu limas beraturan adalah sama dan sisi-sisi
tegaknya adalah segitiga yang sama dan sebangun. Tinggi segitiga-segitiga itu
dinamakan apothema limas tersebut.

Teorema 4.1

Luas sisi tegak sebuah limas beraturan sama dengan perkalian keliling bidang alas
1
dengan apothema.
2

Bukti

3
Misalkan apothema dari limas T.ABCD adalah TE pada  BCT, TF pada 
ABT, TG pada  CDT, dan TH pada  DAT, sehingga didapatkan:

1 1
Luas BCT  x BC x TE  BC x apothema
2 2

1 1
Luas CDT  x CD x TG  CD x apothema
2 2

1 1
Luas DAT  x DA x TH  DA x apothema
2 2

1 1
Luas ABT  x AB x TF  AB x apothema
2 2

1
Jumlah luasnya  (BC  CD  DA  AB) x apothema
2

1
Luas sisi tegak limas teratur  keliling bidang alas x apothema
2

2.2 Tentang Limas Terpancung

Definisi 4.2

Jika sebuah limas dipotong oleh sebuah bidang yang sejajar dengan bidang
alas, maka benda yang dibatasi oleh kedua bidang sejajar itu disebut limas
terpancung.

Teorema 4.2

Sisi-sisi tegak limas terpancung berbenuk trapesium.

Bukti

4
Ketahui bahwa sisi tegak sebuah limas adalah segitiga. Jika limas dipotong
oleh sebuah bidang yang sejajar dengan bidang alas, maka sesuai Definisi 4.2
bangun ruang yang dibentuk oleh dua buah bidang yang sejajar tersebutlah yang
disebut limas terpancung.

Misalkan terdapat suatu limas T.ABCD dengan bidang alas ABCD dan
misalkan bidang yang sejajar dengan bidang ABCD tersebut adalah bidang PQRS.
Bidang PQRS akan memotong sisi tegak limas, sehingga sisi tegak limas akan
memiliki garis persekutuan dengan bidang yang sejajar dengan bidang alas tersebut
, yaitu salah satunya pada ruas garis QR.

Karena bidang PQRS // ABCD maka setiap garis yang terdapat pada bidang
PQRS akan sejajajr pula dengan garis-garis yang terdapat pada bidang ABCD
sedemikian sehingga QR // BC.

Karena sebuah trapesium terdiri dari dua buah sisi yang sejajar dan QR // BC
dan QR dan QR dan BC serta pada satu bidang yaitu bidang BCRQ, maka BCRQ
berbentuk trapesium. Begitu pula dengan CDSR, ADSP, dan ABQP. Jadi, terbukti
bahwa sisi-sisi tegak limas terpancung berbentuk trapesium.

Teorema 4.3

Pada limas terpancung bidang alas dan bidang atas sebangun.

Bukti

Diketahui bahwa PQ // AB, QR // BC, RS // CD, dan PS // AD (lihat gambar


4.2)

5
Akan dibuktikan bahwa bidang ABCD sebangun bidang PQRS.

Karena bidang alas suatu limas terpancung sejajar dengan bidang atas, yaitu
ABCD // PQRS, maka diperoleh:

1. PQ // AB dan QR // BC, maka m  PQR  m  ABC

2. QR // BC dan RS // CD, maka m  QRS  m  BCD

3. RS // CD dan SP // DA, maka m  RSP  m  CDA

4. SP // DA, dan PQ // AB, maka m  SPQ  m  DAB

Perhatikan ∆TPQ sebangun dengan ∆TAB berdasarkan sudut-sudut-sudut,


yaitu:

m  PTB  m  ATB dan m  TPQ  m  TAB , berdasarkan planimetrie yang

menunjukkan bahwa PQ // AB dan dipotong oleh TA sehingga  TPQ sehadap


dengan  TAB yang berakibat bahwa m  TPQ  m  TAB .

Karena ∆TPQ dan ∆ TAB sebangun, maka dapat dibuat proporsi :

PQ TQ QR TR RS TS SP TP
      
AB TB BC TC CD TD DA TA

Atau didapatkan proporsi sebaga berikut:

PQ QR RS SP
  
AB BC CD DA

Berdasarkan proporsi tersebut, terbukti bahwa bidang ABCD sebangun dengan


bidang PQRS. Berlaku juga untuk sebarang limas segi banyak.

Teorema 4.4

Luas sisi tegak limas teratur terpancung sama dengan jumlah keliling bidang
alas dan bidang atas dikalikan dengan apothema.

Bukti

6
Berdasarkan gambar 4.3, diketahui bahwa apothema pada limas terpancung
adalah EP, FG, GR, dan HP.

Sehingga dapat ditulis seperti berikut ini.

1 1
Luas ABQP  ( AB  QP ) EP  ( AB  QP )  apothema
2 2

1 1
Luas BCRQ  ( BC  RQ ) FQ  ( BC  RQ )  apothema
2 2

1 1
Luas CDSR  ( CD  SR ) GR  ( CD  SR )  apothema
2 2

1 1
Luas DAPS  ( DA  PS ) HP  ( DA  PS )  apothema
2 2

1
Jumlah luasnya = ( AB + BC + CD + DA + PQ + RQ + SR + PS )  apothema
2

1
= (( AB + BC + CD + DA) + (PQ + RQ + SR + PS ))  apothema
2

Diketahui bahwa ( AB + BC + CD + DA) = keliling bidang alas, dan

(PQ + RQ + SR + PS ) = keliling bidang atas

7
1
Luas sisi tegak limas terpancung = (keliling bidang alas + keliling bidang atas ) 
2
apothema. Hal ini juga berlaku untuk sebarang limas segi banyak teratur
terpancung.

2.3 Bidang Empat

Definisi 4.3

Suatu bangun ruang yang mempunyai empat bidang sisi yang berbentuk
segitiga disebut bidang empat.

Ciri-ciri bidang empat adalah sebagai berikut.

1. Garis yang ditarik tegak lurus dari titik sudut bidang empat ke sisi yang ada
di hadapannya disebut garis tinggi.
2. Garis penghubung titik sudut dan titik berat sisi dihadapannya disebut garis
berat.
3. Garis penghubung tengah-tengah dua rusuk berhadapan disebut bimedian.

Sebuah bidang yang rusuk-rusuknya berhadapan sepasang-sepasang dan tegak


lurus maupun bersilangan sesamanya, disebut orthocentris atau orthogonal.
Bidang empat yang rusuk-rusuknya sama panjang disebut dengan bidang empat
beraturan.

Teorema 4.5

Jika pada sebuah bidang empat titik kaki sebuah garis tinggi dari sebuah titik
sudut berhimpit dengan titik tinggi sisi yang yang ada di hadapan titik sudut itu,
maka bidang empat itu orthocentris.

Bukti

8
Buat garis tinggi AT sedemikian sehingga sehingga AT juga CD. Karena T
titik tinggi maka dapat ditarik garis melalui B dan T sehingga memotong CD di E
yang berakibat buhwa BT ⊥ CD dan BE ⊥ CD. Begtu juga CD ABT, sehingga
CD AB. Melalui cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa BC AD dan BD ⊥
AC.

Teorema 4.6

Pada sebuah bidang empat, keempat garis beratnya melalui sebuah titik dan
saling membagi dalam perbandingan.

Bukti

Buat garis berat dari keempat titik A, B. C, dan D, misalnya AF dan DF adalah
garis berat. Dari keempat garis berat tersebut akan saling berpotongan pada satu
titik, misalkan titik Z, serta memiliki perbandingan yang sama dari perpotongan
tersebut. Karena titik E dan F merupakan titik-titik berat, maka garis berat AE dan
DF akan melalui satu titik yaitu G, sehingga AE dan DF terletak pada satu bidang,

9
yaitu bidang AGD dan bidang AGD melalui titik Z Selanjutnya, tarik garis FE
sehingga pada dapat dibuat proporsi

𝐺𝐸 𝐺𝐹 1
= =
𝐺𝐷 𝐺𝐴 3

Sehingga, FE //AD dan AZFE AZDA

Berdasarkan kondisi tersebut didapatkan proporsi sebagai berikut.

FZ EZ EF 1
= = =
DZ AZ AD 3

Jadi, titik Z disebut titik berat bidang empat dan perbandingan bagian-bagiannya 1:
3

Teorema 4.7

Jika dalam sebuah bidang empat, tiga buah garis inggi melalui sebuah titik,
maka bidang empat itu orthocentris.

Bukti

Lukis garis tinggi BL dan AK berpotongan, misalkan titik potongnya adalah


H. Karena berpotongan maka kedua garis itu terletak pada sebuah bidang, misal
bidang ABE. Karena bidang ABE melalui garis tinggi AK, maka ABE BCD.
Diketahui bahwa AK BCD (karena AK terletak pada ABE), sehingga AH CD
(karena CD terletak pada BCD). Didapatkan bahwa BL ACD (karena BL adalah
garis tinggi). sehingga BL ⊥ CD (karena CD terletak bidang ACD). Ini berarti
bahwa CD L AB (karena AB terletak pada bidang ABE). Demikian pula dapat

10
dibuktikan bahwa AC BD dan AD BC dengan cara yang sama, sehingga bidang
empat itu orthocentris.

2.4 Jaring – Jaring Limas

Jaring-jaring Limas Segitiga

Jaring-jaring Limas Segiempat

11
Jaring-jaring Limas Segilima

2.5 Volume Limas

Definisi 4.4

Bagian ruang yang dibatasi oleh bidang-bidang datar suatu benda dinamakan
volume benda tersebut.

Teorema 4.8

Volume sebuah limas bersisi tiga sama dengan sepertiga hasil kali luas bidang
alas dan tingginya Bukti

Gambar 4.7

12
Bidang ABC adalah bidang alas dimisalkan dengan b dan tingginya adalah t,
1
maka akan dibuktikan bahwa volume limas bersisitiga D. ABC= bt. Akan
3

dibuktikan sebagai berikut.

(Perhatian: Sifat dan volume prisma dibahas pada Bab VI, untuk mampu
memahami bukti ini silakan Anda cermati sekilas pada Bab VI). Lukiskan bidang
EFG// bidang ABC dan melalui tengah-tengah rusuk tegak. Buat bidang FGKH
//AD dan bidang GKL//bidang DAB sehingga limas D.ABC terbagi menjad 2 limas
(D.EFG dan G.KLC) dan 2 prisma (EFG.AHK dan FHB. GKL).

1
Prisma EFG.AHK Prisma FHB.GKL sehingga alasnya AHK KLC = 4 b
1
dan tingginya = 2 t . Jadi , volume prisma EFG.AHK dan FHB.GKL adalah sebagai

berikut.

1 1 1 1
( 𝑏 × 𝑡) × 2 = 𝑏𝑡 × 2 = 𝑏𝑡
4 2 8 4

Limas D.EFG limas G.KLC

Volume limas G.KLC lebih kecil dari volume prisma FHB. GKL karena limas
G.KLC merupakan sebagian dari prisma FHB. GKL, sehingga jumlah volume 2
limas kurang dari jumlah volume 2 prisma.

Misalkan volume 2 limas =2 L1

1 1
Volume D.ABC = 4 𝑏𝑡+2L1 (di mana 2L1 <4bt).

Limas L1 kita perluas lagi sehingga pada D.EFG terdapat 2 prisma (TUV.PQE dan
TPE.UQS) dan 2 limas (U.QSG dan D.UTV) begitu juga pada G.KLC. Sehingga
terdapat 4 prisma dan 4 limas L.
1
4 1
Alas prisma setelah dibagi 4= = 16 𝑏
4

1
2 1
Tinggi prisma adalah = 4𝑡
2

1 1 1
Sehingga volume setiap prisma adalah = 16 𝑏 × 4 𝑡 = 64bt

13
1 1 1
Volume 4 prisma adalah bt× 4 = 16 𝑏𝑡. Sedangkan volume 4 limas L1 <16 bt,
64
1 1
sehingga volume 2 L1 = 16 bt + 4 L2 (di mana 4 L2< 16bt).

Jika langkah seperti di atas diteruskan maka akan diperoleh

1 1
4L2 = 64bt + 8L3 (di mana 8 L3 64 𝑏𝑡<)

1 1
8L3 = 𝑏𝑡 + 16L4 ( di mana 16 L4 < 126 bt ).
126

1 1
Sehingga didapatkan: 2n-1Ln-1 = 2 bt + 2nLn (di mana 2nLn = < bt)
4 4𝑛

Dengan demikian:

1 1 1 1
Volume D.ABC = = 4 bt + = 42 bt + = 43 bt = 44 bt + ……2nLn

Persamaan tersebut merupakan barisan deret yang semakin kekanan nilainya


semakin kecil. Jumlah dari suku-suku deret tersebut mengikuti deret geometri yang
konvergen, sehingga:
1
4 1
Volume D.ABC adalah = 1 = 𝑏𝑡
1− 3
4

Teorema 4.9

Volume suatu limas sebarang adalah sepertiga hasil perkalian bidang alas dan
tingginya.

Bukti

14
Dari gambar di atas, terdapat 6 bangun Limas, yaitu Limas T.ABCD, Limas
T.BCGF, Limas T.CDHG, Limas T.ADHE, Limas T.ABFE, dan Limas T.EFGH.
Limas-limas tersebut memiliki bentuk alas yang sama, yaitu berbentuk persegi
dengan panjang sisinya adalah s serta meliki tinggi yang sama pula, yaitu t = 1/2
s Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

6 volume limas = volume kubus

 s3
 s 2 .s

1 2
s .2t
6
Volume limas
1
 s 2 .t
3

2.5 Volume Limas Terpancung


Teorema 4.10

Luas penampang-penampang sejajar suatu limas berbanding dengan kuadrat


jarak-jarak dari titik puncak limas tersebut

Bukti

Gunakan sifat-sifat limas terpancung dan beberapa planimetrie yang berkaitan


tentang kesebangunan segitiga untuk membuktikan Teorema 4.10

15
misalkan bidang ABCD = a

misalkan bidang limas PQRS = b

misalkan tinggi lbidang limas T.ABCD = x+t

misalkan tinggi lbidang limas T.PQRS= x


a xt
proporsi : 
b x
karna luas bidang alas limas adalah sisi x sisi = s2

sehingga proporsi di atas, tinggal kita kuadratkan


a  xt 
2 2

   
b  x 
maka terbukti bahwa Luas penampang-penampang sejajar suatu limas
berbanding dengan kuadrat jarak-jarak dari titik puncak limas tersebut

tetapi dengan catatan, tidak berlaku untuk sembarang limas

Teorema 4.11

Volume Limas terpancung adalah


1
3
 
t b  a  ba dengan:

t  tinggi limas terpancun g (jarak antara bidang alas dengan bidang atas)
b  luas bidang alas/bawah
a  luas bidang atas

Bukti

16
Misalkan luas bidang ABCD  b, luas bidang PQRS  a dan KL  t, tinggi
limas seluruhnya  TK, dan misalkan bahwa TL  x.

Volume T.ABCD  bt  x 


1
3

1
Volume T.PQRS  ax
3

Sehingga didapatkan:

Volume ABCD.PQRS  bt  x   ax  bt  b  a x.....1


1 1 1 1
3 3 3 3

Berdasarkan Teorema 4.10, berlaku:

Luas PQRS TL2



Luas ABCD TK 2
a x2

b (t  x) 2

......2 
t a
x
 b a 
Substitusikan persamaan (2) ke Persamaan (1):

17
t a 1 1
x  bt  (b  a) x

b a  3 3
1 1
Volume ABCD.PQRS  bt  (b  a) x
3 3
1 1 t a 1
 bt  (b  a)  t (a  b  ab )
3 3 ( b  a) 3

2.6 Aplikasi Teorema Menelaus dan de Ceva pada Streometrie

Pada soal-soal stereometrie yang berkaitan dengan irisan sering ditanyakan


perbandingan-perbandingan garis, sehingga pada bab ini juga dibahas mengenai
penggunaan Teorema Menelaus dan de Ceva dalam soal-soal irisan pada ilmu ukur
ruang.

Definisi 4.5 (Transversal)

Sebarang garis yang memotong ketiga sebuah sisi segitiga (atau


perpanjangannya) disebut transversal. Jika garis tersebut melalui sebuah titik sudut,
maka disebut transversal titik sudut.

Teorema 4.12 (Teorema Menelaus)

Jika pada sebuah segitiga kakinya (atau perpanjangannya) dipotong oleh


sebuah transversal (AB pada, BC pada, dan AC pada), maka diantara bagian-bagian
sisi-sisi segitiga itu memiliki hubungan sebagai berikut

𝐴𝐵 ′ 𝐵𝐶 ′ 𝐶𝐴′
× × =1
𝐶𝐵 ′ 𝐴𝐶 ′ 𝐵𝐴′

Bukti

18
Tariklah melalui A, B, dan C garis-garis sejajar yang memotong transversal B
pada titik-titik P, Q, dan R, maka didapatkan perbandingan :

𝐴𝑃 𝐴𝐵 ′ 𝐵𝑄 𝐵𝐶 ′ 𝐶𝑅 𝐶𝐴′
= ; = ; =
𝐶𝑅 𝐶𝐵 ′ 𝐴𝑃 𝐴𝐶 ′ 𝐵𝑄 𝐵𝐴′

Jika ketiga persamaan diperluas dengan cara yang sama, maka didapat hubungan :

𝐴𝐵 ′ 𝐵𝐶 ′ 𝐶𝐴′ 𝐴𝑃 𝐵𝑄 𝐶𝑅
× × = × × =1
𝐶𝐵 ′ 𝐴𝐶 ′ 𝐵𝐴′ 𝐶𝑅 𝐴𝑃 𝐵𝑄

Untuk memudahkan mengingat Teorema Menelaus ini perhatikan pemaparan


berikut.

Segitiga ABC kita kelilingi menurut arah yang tertentu, boleh ke kanan atau ke
kiri menurut kehendak sendiri, (di sini misalkan gunakan arah ke kanan). Kemudian
tiap-tiap sisi segitiga itu kita tuliskan menurut arah yang kita pilih. Tiap sisi ini kita
tuliskan dengan disusul oleh titik potong transversal dengan sisi itu. Misalnya untuk
segitiga ABC dengan transversal 𝐶 ′ 𝐵 ′ , Teorema Menelaus kita tuliskan sebagai
berikut.

(𝐴𝐵𝐶 ′ )(𝐵𝐶𝐴′ )(𝐶𝐴𝐵 ′ ) = 1

Tiap faktor hendaknya diberi arti seperti berikut :

𝐵𝐶 ′ 𝐴𝐶 ′
(𝐴𝐵𝐶 ′ ) = 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝐴𝐶 ′ 𝐵𝐶 ′

𝐶𝐴′ 𝐵𝐴′
(𝐵𝐶𝐴′ ) = 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝐴𝐶 ′ 𝐶𝐴′

𝐴𝐵 ′ 𝐶𝐵 ′
(𝐶𝐴𝐵 ′ ) = 𝑎𝑡𝑎𝑢
𝐶𝐵 ′ 𝐴𝐵 ′

Perlu diperhatikan bahwa huruf yang bertanda accent (titik potong transversal
dengan sisi) selalu ada di belakang. Harus diperhatikan pula, bahwa, jika dalam
sebuah faktor kita telah mengambil huruf pertama dan ketiga sebagai penyebut, hal
ini berlaku pula untuk faktor kedua dan ketiga.

19
Misalnya untuk segitga 𝐵𝑄𝐴′ dengan garis 𝐵′𝑆 sebagai transversal, dengan
Teorema Menelaus dapat dituliskan sebagai berikut (jika kita mengambil arah kiri)
:

(𝑄𝐴′ 𝐵 ′ )(𝐴′ 𝐵𝐶)(𝐵𝑄𝑆) = 1

Ini berarti bahwa :

𝐴′ 𝐵 ′ 𝐵𝐶 𝑄𝑆
× × =1
𝑄𝐵 ′ 𝐴′ 𝐶 𝐵𝑆

Teorema 4.13 (Teorema de Ceva)

Jika pada sebuah segitiga terdapat tiga transversal titik sudut yang melalui
sebuah titik (boleh di dalam atau luar segitiga), maka antara bagian-bagian sisi-sisi
segitiga tersebut memiliki suatu hubungan, yaitu :

𝐴𝐵′ 𝐵𝐶′ 𝐶𝐴′


× × =1
𝐶𝐵′ 𝐴𝐶′ 𝐵𝐴′

Bukti

Berdasarkan planimetrie didapatkan hubungan perbandingan :

𝐴𝐵′ 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝐴𝐵′𝐵 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝐴𝐵′𝑂 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑂𝐵


= = =
𝐶𝐵′ 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝐶𝐵′𝐵 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝐶𝐵′𝑂 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝐶𝑂𝐵

Begitu pula dapat dibuktikan bahwa :

20
𝐵𝐶′ 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑂𝐶 𝐶𝐴′ 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝐶𝑂𝐴
= 𝑑𝑎𝑛 =
𝐴𝐶′ 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑂𝐶 𝐵𝐴′ 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑂𝐴

Jika perbandingan-perbandingan diatas diperluas, maka kita dapatkan :

𝐴𝐵 ′ 𝐵𝐶 ′ 𝐶𝐴′ 𝐴𝑂𝐵 𝐵𝑂𝐶 𝐶𝑂𝐴


× × = × × =1
𝐶𝐵′ 𝐴𝐶 ′ 𝐵𝐴′ 𝐶𝑂𝐵 𝐴𝑂𝐶 𝐵𝑂𝐴

Teorema Menelaus dan de Ceva memberi kemungkinan kepada kita untuk


mencari perbandingan bagian-bagian sebuah sisi segitiga, jika perbandingan
bagian-bagian lainnya telah diketahui. Untuk memperdalam penggunaannya,
berikut contoh permasalahannya.

Diketahui :

Limas T.ABCD dengan TM  ABC

𝑚∠𝐴𝐵𝐶 = 90°

AM = BM dan CM =MD

AC = BC = a

𝑇𝐶 = 𝑎√2

TP : PC = 1 : 6

Titik P terletak pada TC, dan bidang PQR irisan bidang yang melalui PD dan sejajar
AB.

Ditanyakan :

21
Luas segitiga PQR (bidang irisan)

Penyelesaian :

Perhatikan gambar diatas, karena bidang PQR // AB, maka QR // AB.

Garis 𝐴𝐵 ⊥ 𝑇𝑀, 𝐴𝐵 ⊥ 𝐶𝑀, sehingga 𝐴𝐵 ⊥ 𝑇𝐶𝑀

Karena QR // AB, maka 𝑄𝑅 ⊥ 𝑇𝐶𝑀, sehingga 𝑄𝑅 ⊥ 𝑃𝑆, jadi PS adalah garis tinggi
∆𝑃𝑄𝑅.

1
Luas ∆𝑃𝑄𝑅 = 𝑄𝑅 × 2 𝑃𝑆. Sekarang menghitung berapa panjang garis-garis itu.

Dalam Segitiga TCM garis PD merupakan transversal.

Untuk memudahkan perhitungan maka TCM kita lukiskan planimetrisnya.


Menurut Teorema Menelaus didapatkan :

(CTP) (TMS) (MCD) = 1

𝑇𝑃 𝑀𝑆 𝐶𝐷
× × =1
𝐶𝑃 𝑇𝑆 𝑀𝐷

1 𝑀𝑆 2
× × =1
6 𝑇𝑆 1

Jadi, didapatkan bahwa MS : TS = 3 : 1

Pada ∆𝑇𝐴𝐵 ∶

QR : BA = TS : TM = 1 : 4

22
𝐵𝐴×𝑇𝑆 𝑇𝑆 1
𝑄𝑅 = = 𝑎√2 × 𝑇𝑀 = 4 𝑎√2
𝐵𝑀

Sekarang hitung berapa panjang PS. Pada segitiga PCD, garis TM merupakan
transversal. Menurut Teorema Menelaus didapatkan hubungan :

(𝐶𝑃𝑇)(𝑃𝐷𝑆)(𝐷𝐶𝑀) = 1

𝑇𝑆 𝐷𝑆 𝐶𝑀
× × =1
𝑇𝑀 𝑃𝑆 𝐷𝑀
1
Dari persamaan ini kita dapat DS : PS = 5 : 1, hingga 𝑃𝑆 = 6 𝑃𝐷

Untuk menghitung PD, kita tarik garis PK // TM.

6 3
𝑃𝐾 ∶ 𝑇𝑀 = 𝐶𝑃 ∶ 𝐶𝑇 = 6 ∶ 7, 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑃𝐾 = 𝑇𝑀 = 𝑎√6
7 7

1 1 1 1
𝐾𝐷 = 𝐾𝑀 + 𝑀𝐷 = 𝐶𝑀 + 𝑀𝐷 = 𝑎√2 + 𝑎√2 = 𝑎√2
7 14 2 7

34 2 32 2 1
𝑃𝐷 = √𝑃𝐾 2 + 𝐾𝐷2 = 𝑎 + 𝑎 = 𝑎√86
40 40 7
1 1
Jadi, 𝑃𝑆 = 6 𝑃𝐷 = 42 𝑎√80

1 1 1
Luas ∆PQR = a 2   a 80
4 2 42

1 1
= a 2 a 4 5
4 84

1 2
= a 10
84

23
1. Diketahui limas segi lima F.ABCDE,dimana titik G pada FC,titik H pada
FE,dan titik I pada BC.
Lukislah irisan pada limas tersebut yang melalui titik G,H,dan I.
2. Pada limas segi empat beraturan T.ABCD. Titik-titik K,L,dan M berturut-
turut adalah titik tengah-titik tengah TA,TB,dan TC. Dibuat bidang
pengiris KLM. Tentukan perbandingan volume limas T.KLM dengan
Limas Terpancung ABC KLM?
3. Diketahui limas beraturan T.ABCD dengan panjang rusuk 6 cm.titik P
pada TC sehingga TP : PC = 2 : 1. Jarak P kebidang BDT adalah?
4. Satuan Limas beraturan T.PQRS dengan TP = TQ = TR = TS = √21 dan
PQRS adalah suatu persegi dengan panjang sisi 6 cm. Besar sudut
antarbidang TQR dan bidang alas sama dengan...
5. Diketahui limas beraturan T.ABCD dengan alas berbentuk persegi dan
tinggi limas 2 3cm jika T’ proyeksi T pada bidang alas dan titik P adalah
perpotongan garis berat segitiga TBC, maka panjang sisi alas agar T’P
tegak lurus segitiga TBC adalah...
6. Pada limas tegak T.ABCD alasnya berbentuk persegi panjang. Sudut
antara bidang TAD dan TBC adalah a .tentukan nilai tan a !
7. Pada limas beraturan T.ABCD dengan rusuk tegak 2 5cm dan rusuk alas
4 cm,tentukan tangen sudut antara rusuk TP denngan bidang ABCD!
Dimana TP adalah apothema dari ∆BCT
8. Suatu limas segiempat alasnya berbentuk persegi dan volumenya 1350 cm3.
apabila tinggi limas tersebut 18cm, tentukan panjang sisi alas limasnya?
9. Alas sebuah limas beraturan berbentuk persegi dengan panjang sisi 12cm.
Jika tinggi segitiga pada bidang tegaknya adalah 10cm. Hitunglah tinggi
limas dan volume limas tersebut.
10. Lukislah irisan bidang yang melalui P, Q, R dengan sebuah limas D.ABC, jika P
terletak pada AD, Q terletak pada DC, dan R terletak pada BC

Jawab

1.

24
Langkah
a. Tarik garis dari titik G ke titik H
b. Tarik garis dari titik C ke titik D,didapatlah perpotongan garis yang
melalui titik G dan H dengan garis yang melalui titik C dan titik
D,misal kita namakan titik J
c. Buatlah garis yang melalui titk J dan I sehingga memotong garis AD
di titik M
d. Buat garis pepanjangan CE sehingga memotong garis yang melalui
titik J,M,dan I,di titik K
e. Buat garis yang melalui titik K dan titik G sehingga memotong garis
FE di titik L

2.

25
Jika panjang rusuk tegak limas P.ABC adalah a, b, c dan tinggi t maka limas
P.KLM memiliki panjang rusuk tegak ½ a, ½ b, ½ c, dan tinggi ½ t

Perbandingan volume limas P.KLM dengan limas terpancung ABC KLM


adalah:

1
.LKLM .t P. KLM
VP. KLM 3

V ABC. KLM 1
LABC .t ABC  LKLM .t P.KLM 
3
1 1 1
a. b. c
VP. KLM 2 2 2

V ABC. KLM  1 1 1 
ab sin C.t  2 a. 2 b. sin C. 2 t 
VP. KLM 1

V ABC. KLM 7

3.

TC  6cm
TC : PC  2 : 1
TP  4cm, PC  2cm

Jarak P ke Bidang BDT adalah garis PQ

26
4.

(TQR , PQRS )  TMN  


TM 2  RT 2  RM 2
2
TM 2  21  3 2  12
TM  2 3
TM  TN 2  NM 2  12  3 2  3
TN 3
sin   
TM 2 3
1
sin  
2
  30 o

5.

TP  (2 5 ) 2  2 2  4
TQ  16  4  2 3
2 3
tan a   3
2

6.

27
TP  TQ  13 2  4 2  3 17

cos a 
3 17   3 17 
2 2
 62

15
2.3 7 .3 7 17
8
tan a 
15

7.

TP  (2 5 ) 2  2 2  4
TQ  16  2 3   2
2
2 1
tan a   3
2 3 3

8. V = 1.350cm3

t = 18 cm

28
1
volume  .La.t
3
1
1350cm 2  .La.18
3
1350cm  6 .La
2

1350
La 
6
 225cm 2
karena persegi maka
La  s.s
225cm 2  s 2
s  225  15 cm
Jadi panjang sisi alas Limas segiempat adalah 15cm

9.

AB  12cm, TE  10cm
AB 12
OE    6cm
2 2
sehingga tinggi limas adalah
TO 2  TE - OE
 10 - 6
 100 - 36
 64
TO  64  8cm
maka volume limas tersebut adalah
1
V   luas alas  tinggi
3
1
  (12  12)  8  384 cm 2
3

10.
a. Hubungkan P dan Q sedemikian sehingga perpanjangannya memotong
perpanjangan garis AC di titik M
b. Hubungkan M dan R sedemikian sehingga perpanjangannya memotong garis
AB di titik S (garis SM merupakan sumbu afinitas)
c. Hubungkan titik P dan S sedemikian sehingga didapatkan bidang PSRM
sebagai bidang irisan yang dimaksud

29
30
BAB III

PENUTUP

2.3 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan pembahasan pada Bab 4 ini, dapat disimpulkan


beberapa hal pokok terkait dengan rumusan masalah diatas, yaitu sebagai berikut :

1. Limas adalah suatu benda yang dibatasi oleh sebuah segi banyak dan beberapa
segitiga, dengan suatu titik diluar bidang segi banyak titik puncak persekutuan
dan sisi-sisi segi banyak itu sebagai alas

2. Luas sisi tegak sebuah limas beraturan sama dengan perkalian keliling bidang
1
alas dengan apothema.
2

3. Jika sebuah limas dipotong oleh sebuah bidang yang sejajar dengan bidang alas
, maka benda yang dibatasi oleh kedua bidang sejajar itu disebut limas
terpancung

4. Luas sisi tegak limas teratur terpancung sama dengan jumlah keliling bidang
1
alas dan bidang atas dikalikan dengan apothema.
2

5. Suatu bangun ruang yang mempunyai empat bidang sisi yang terbentuk
segitiga disebut bidang empat.

6. Sebuah bidang empat yang rusuk-rusuknya berhadapan sepasang – sepasang


dan tegak lurus maupun bersilangan sesamanya, disebut orthocentris atau
orthogonal. Bidang empat yang rusuk-rusuknya sama panjang disebut dengan
dengan bidang empat beraturan.

7. Jika pada sebuah bidang empat titik kaki sebuah garis tinggi dari sebuah titik
sudut berhimpit dengan titik tinggi sisi yang ada dihadapan titik sudut itu, maka
bidang empat itu orthocentris.

31
8. Bagian ruang yang dibatasi oleh bidang-bidang datar suatu benda dinamakan
1
volume benda tersebut. Volume suatu limas sebarang adalah hasil perkalian
3
bidang alas dan tingginya.

9. Volume limas terpancung adalah


1
3
 
t b  a  ba , dengan : t = tinggi limas

terpancung (jarak antara bidang alas dengan bidang atas); b =


luas bidang alas
; dan a = luas bidang atas.
luas bidang bawah

10. Teorema Menelaus : jika pada sebuah segitiga ketiga kakinya (atau
perpanjangannya) dipotong oleh sebuah transversal (AB pada C;BC ; A1 , dan
AC pada B1 ), maka diantara bagian-bagian sisi-sisi segitiga itu memiliki
hubungan sebagai berikut., yaitu :

AB1 BC 1 CA1
  1
CB1 AC 1 BA1

11. Teorema de ceva : jika pada sebuah segitiga terdapat tiga transversal titik sudut
yang melalui sebuah titik ( boleh di dalam atau di luar segitiga maka antar
bagian-bagian sisi – sisi segitiga tersebut memiliki sesuatu hubungan (merujuk
pada Teorema Menelaus ), yaitu :

AB1 BC 1 CA1
  1
CB1 AC 1 BA1

32
DAFTAR PUSTAKA

Suryawan, I Putu Pasek. Dan I Putu Wisna Ariawan. Geometri Ruang. Depok:
Rajawali Pers,2018

33

Anda mungkin juga menyukai