17 Jul 2009
Ulama Banjar elkisab 0 Comments
Abstrak
A. Pendahuluan
Beliau adalah seorang dai yang gigih, pendidik yang giat, mufti yang
aktif, penerjemah, ulama yang wara, sufi yang tawadhu, dan juga penyair
kondang yang pertama sekali memperkenalkan tasawuf di tanah
Melayu..[1] Syair-syair yang beliau susun mampu memukau orang-orang di
Melayu
zamannya, sehingga melalui syair-syair itu beliau juga berdakwah dan berusaha
meluruskan aliran kalam dan tasawuf yang cenderung menyimpang, disebabkan
para tokohnya yang tidak memiliki dasar agama yang kuat dan hanya bertumpu
pada khayalan dan alam kebatinan saja.saja .[2] Selain aktif berdakwah, Abdurrahman
Siddiq juga aktif menulis, di antara karyanya yang terkenal adalah Amal
Marifah dan
Marifah dan Syajaratul Arsyadiyah.
Arsyadiyah .[3]
1. Hasil penelitian Bahran Noor Haira berjudul Kitab Amal Marifah, Sebuah
Interpretasi Baru, (1996) mengungkapkan pemahaman baru dan berisikan
bantahan terhadap anggapan orang yang menilai bahwa Abdurrahman Siddiq
penganut tasawuf wahdat al-wujud.
Dari keempat orang penulis di atas, ternyata belum ada uraian yang secara utuh
memuat ajaran tasawuf Abdurrahman Siddiq, baik yang tercermin dalam sejarah
hidupnya maupun yang tertuang dalam karya tulis yang dihasilkannya, seperti
yang terkandung dalam risalah Amal Marifah.
Marifah. Kemudian, untuk menilai corak
pemikiran tasawuf seseorang, harus pula melihat prinsip ajaran yang ia pegang,
dalam hal ini keterkaitan antara hakikat, syariat dan tarekat, serta dasar-dasar
yang ia pergunakan.
Karena itu melalui penelitian ini, penulis berusaha untuk memaparkan kehidupan
Abdurrahman Siddiq,
Siddiq, kemudian
kemudian naskah kitab yang menjadimenjadi objek penelitian,
penelitian,
ajaran-ajarannya
ajaran-ajarannya serta konsep tauhid
t auhid sufistik dan tasawuf yang terkandung
dalam risalah Amal Marifah tersebut. Kajian seperti ini sepengetahuan penulis
belum pernah dilakukan secara mendalam.
C. Metode Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, yakni Pemikiran Tasawuf Syekh Abdurrahman
Siddiq (Telaah Atas Kitab Amal Marifah), maka yang menjadi subyek penelitian
adalah kitab Amal Marifah itu sendiri, sedangkan objeknya adalah konsep tauhid
sufistik dan tasawuf Abdurrahman Siddiq yang terkandung dalam kitab tersebut.
1. Riwayat Hidup
a. Kelahiran
Silsilah keluarga dari pihak ibu juga bertemu pada Syeikh Muhammad Arsyad
dari istrinya yang bernama Bajut.
Bajut .[9] Bajut melahirkan anak yang bernama
Syarifah. Syarifah bersuamikan Usman dan melahirkan Muhammad Asad yang
kawin dengan Hamidah dan melahirkan 12 orang anak. Salah satu di antara
anak Muhammad Asad dan Hamidah bernama Muhammad Arsyad. Muhammad
Arsyad beristrikan
beristrikan Ummu Salamah
Salamah dan melahirkan
melahirkan tujuh orang
orang anak, satu di
antaranya bernama Shafura dan Shafura inilah ibu dari Abdurrahman Siddiq.
b. Zuriatnya
Abdurrahman Siddiq
Siddiq merupakan
merupakan zuriat kelima
kelima dari Syekh
Syekh Muhammad Arsyad
Arsyad al-
Banjari (1770-1812 M), yang urutannya adalah Abdurrahman Siddiq bin Shafura
binti Mufti H. M. Arsyad bin Mufti H. Muhammad Asad bin Syarifah binti Syekh
Muhammad Arsyad. Kemudian apabila dilihat dari pihak neneknya, Ummu
Salmah, Abdurrahman Siddiq merupakan generasi keempat dari Syekh
Muhammad Arsyad, yakni Abdurrahman Siddiq bin Shafura bin Ummu Salamah
binti Pangeran Mufti H. Ahmad bin Syekh Muhammad Arsyad sal-Banjari .[10]
Selain punya zuriat ke atas yang bertemu pada Syekh Muhammad Arsyad,
Abdurrahman Siddiq
Siddiq juga banyak
banyak melahirkan
melahirkan zuriat ke bawah
bawah melalui istri-istri
istri-istri
yang pernah dinikahinya, yang berjumlah sembilan orang dan anak berjumlah 35
orang..[11]
orang
c. Pendidikannya
Abdurrahman Siddiq
Siddiq sewaktu
sewaktu kecilnya tidak
tidak sempat lama diasuh
diasuh oleh ibunya,
ibunya,
sebab di usia baru tiga bulan ibunya Shafura meninggal dunia. Selanjutnya
beliau diasuh oleh saudara perempuan almarhum yang bernama Saidah, yang
dalam masa pengasuhan ini dia tetap dipelihara kakek dan neneknya. Menjelang
usia satu tahun, kakeknya yang bernama Mufti H. Muhammad Arsyad bin Mufti
H. Muhammad Asad meninggal dunia. Sejak saat itu hingga dewasa
Abdurrahman tinggal dan diasuh
diasuh oleh neneknya
neneknya yang bernama
bernama Ummu Salamah.
Salamah.
Ummu Salamah adalah seorang perempuan yang berilmu agama dan taat
beribadah. Dalam pemeliharaannya inilah Abdurrahman Siddiq diajari membaca
Alquran dan setelah
setelah menjelang
menjelang dewasa disuruh
disuruh belajar
belajar kepada guru-guru
guru-guru agama
yang ada di Kampung Dalam Pagar .[12]
Sewaktu belajar agama di Dalam Pagar ini, Abdurrahman Siddiq sempat berguru
dengan H. Muhammad Said Wali, H. Muhammad Khotib dan Syekh H.
Abdurrahman Muda.
Muda. Seiring dengan
dengan usia dewasa,
dewasa, beliau juga
juga aktif berdagang
sampai ke pulau Jawa dan Sumatera dan sempat pula menuntut ilmu agama di
Padang Sumatera Barat.
Di Mekkah ia menuntut ilmu kepada para ulama besar yang membuka halaqah
halaqah--
halaqahpengajian
halaqah pengajian agama di Masjidil Haram. Guru-guru tempatnya belajar di
antaranya adalah Syekh Said Bakri Syatha, Syekh Said Babasyid, Sayyid Ahmad
Zaini Dahlan dan Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani .[14] Selain itu
Abdurrahman Siddiq
Siddiq juga giat mengaji agama
agama di halaqah
halaqah--halaqah
halaqah yang
yang ada di
Masjid Nabawi di Madinah.
Madinah .[15]
Abdurrahman Siddiq
Siddiq tinggal
tinggal di tanah suci Mekkah
Mekkah dan Madinah
Madinah selama tujuh
tahun, lima tahun menuntut ilmu dan dua tahun mengajar (tahliah
( tahliah)) di Masjidil
Haram. Sebelum pulang ke tanah air untuk menyampaikan dan mengamalkan
ilmu yang diperoleh atas izin dari pemerintah Kerajaan Saudi Arabia,
Abdurrahman Siddiq
Siddiq sempat
sempat pula mengajar
mengajar di Masjidil Haram.
Haram.
Abdurrahman Siddiq
Siddiq juga pernah
pernah ditawari
ditawari untuk menjadi
menjadi Mufti
Muft i[16] di beberapa
tempat. Pertama sewaktu singgah di Betawi ditawari menjadi Mufti Betawi, yang
ketika itu dijabat oleh Syekh Said Usman Betawi. Kedua, beliau juga ditawari
oleh Sultan Kerajaan Johor menjadi Mufti, namun kedua tawaran itu ditolaknya.
Tawaran untuk menjadi mufti di kerajaan Indragiri Riau pun baru diterimanya
setelah pihak kerajaan memohon berkali-kali, yang mulai diembannya sejak
tahun 1919 sampai wafatnya tahun 1939.
Abdurrahman Siddiq
Siddiq adalah
adalah seorang ulama
ulama besar yang
yang sangat produktif.
Muhammad Arrafie Abduh menyebutnya seorang ulama yang wara, sufi yang
tawadlu, dai yang gigih, pendidik yang giat, mufti yang aktif, penterjemah, petani,
dan orang yang gigih menghidupkan seni yang bernafaskan nilai-nilai Islam dan
aktif dalam ilmu beladiri Budi Suci dalam rangka menunjang suksesnya
dakwah..[17] Karya-karya Abdurrahman semuanya ditulis dalam bahasa Melayu
dakwah
dengan huruf Arab Melayu,
Melayu ,[18] dan umumnya berkenaan dengan masalah
agama, antara lain adalah :
1. Fathul Alim,
Alim, kitab tentang Ilmu Tauhid diterbitkan 28 Syaban 1347 H/8
Februari 1929 M
2. Aqaid al-Iman,
2. Aqaid al-Iman, kitab tentang Ilmu Tauhid diterbitkan 18 Syaban 1355 H/2
Nopember 1936 M, penerbit Mathbaah Ahmadiyah, Singapura
3. Asror al-Shalat min Uddah
3. Asror Uddah Kutub al-Mutamadah
al-Mutamadah,, kitab Fiqih yang
menerangkan rahasia-rahasia shalat, diterbitkan bulan Zulqaidah 1349 H/2
April 1931.
a. Keadaan Naskah
Nama lengkap kitab ini adalah Risalah Amal Marifah Mengesakan Allah Taala
Yang Dinukilkan Dari Pada Kitab Tasawuf Dengan Ikhtisar oleh Hamba
Abdurrahman Siddiq
Siddiq Banjari
Banjari . Kitab ini ditulis dengan menggunakan bahasa Arab
Melayu..[19] Disusun dan selesai ditulis pada bulan Rabiul Awwal tahun 1332 H
Melayu
dan pertama kali dicetak tahun 1347 H atas inisiatif dari H. Abdul Hamid, yang
merupakan menantu Abdurrahman Siddiq. Kemudian, kitab ini ditulis dengan
copy baru dan tulisan seorang khathtath
khathtath bernama
bernama Muhammad Nafis Abdul Razak
tahun 1391 H.
H.[20]
Kitab ini sudah dicetak oleh beberapa percetakan atau penerbit, oleh karena itu
kemungkinan tingkat ketebalannya relatif berbeda antara satu cetakan dengan
cetakan lain. Seperti terbitan Mathbaah Al-Ahmadiyah Jalan Sultan Nomor 82
Singapura, bertahun 1347 H (1929 M), cetakan keempat tebalnya adalah 32
halaman. Cetakan dan diterbitan Toko Buku Hasanu Banjarmasin tahun 1405
H/1984 M, dengan format yang agak tebal menggunakan kertas putih.
Sedangkan cetakan dan terbitkan Toko Kitab Beirut Barabai Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, kitab Amal Marifah disertai dengan penjelasan, dengan judul Ini
Risalah Amal Marifah Beserta Taqrir, tebalnya 89 halamannya. Orang yang
mensyarah kitab ini bernama Mahmud Siddiq, dia adalah anak dari Abdurrahman
Siddiq. Walau tidak disebutkan waktu dan tanggal penerbitan, namun
penyelesaian pensyarahannya pada tanggal 5 Desember 1979 M. Di samping itu
kitab ini juga pernah dicetak oleh penerbit Darul Ihya Kutubil Arabiyah Surabaya.
Jadi paling tidak kitab ini pernah dicetak oleh empat penerbit, yaitu Mathbaah al-
Ahmadiyah Singapura,
Singapura, Tolo
Tolo Buku Hasanu Banjarmasin,
Banjarmasin, Darul
Darul Ihya Surabaya,
Surabaya,
dan Toko Buku Beirut Barabai. Oleh karena itu kitab ini cukup tersebar luas
diberbagai daerah bahkan negara, khsususnya di kawasan Asia Tenggara,
seperti di Singapura, Malaysia, Indonesia, Brunei Darussalam, Thailand dan
Birma..[21]
Birma
Walaupun teks risalah Amal Marifah tidak disusun dengan sistematika yang lebih
tegas sebagaimana kitab-kitab kontemporer, namun di dalamnya juga memuat
beberapa hal yang cukup sistematis, meliputi: pengertian syariat, tarekat dan
hakikat, konsep pengesaan Allah dengan afal-Nya, asma-Nya, sifat-Nya, dan zat-
Nya.