Anda di halaman 1dari 9

Kitab Amal Ma’rifah

17 Jul 2009
Ulama Banjar elkisab 0 Comments

Pemikiran Tasawuf Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari

(Telaah atas Kitab  Amal Ma’rifah


Ma’rifah )

Oleh : H. Mugeni Hasyar 

Abstrak

Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari, Mufti Kerajaan Indragiri Riau


adalah salah seorang buyut dari Syekh Muhammad Arsyad al-
Banjari. Beliau adalah seorang ulama besar yang hidup pada tahun
1857-1939 M, sangat terkenal tidak saja di Kalimantan Selatan,
tetapi juga di daerah Sumatera dan daerah lainnya. Salah satu
karya tulisnya yang populer adalah risalah Amal
risalah  Amal Marifah.
Marifah. Kitab ini
disusun oleh beliau untuk menjadi tuntunan bagi orang-orang yang
mencari ilmu-ilmu kesempurnaan di zaman itu, sebab sedikit sekali
guru tasawuf yang alim dan mampu mengajarkan tasawuf secara
benar. Kitab ini juga sering dijadikan rujukan serta diajarkan oleh
ulama atau guru-guru agama di Kalimantan Selatan, dan ada
kecenderungan
kecenderun gan kitab ini diidentikkan dengan kitab al-Durr al-
Nafis karya
Nafis  karya Syekh Muhammad Nafis al-Banjari, serta dianggap
bernuansa ajaran wahdat al-wujud . Terkait dengan hal ini penulis
tertarik untuk meneliti kitab ini secara lebih jauh dan mendalam
tentang konsep tauhid sufistik dan tasawuf Syekh Abdurrahman
Siddiq al-Banjari yang terkandung dalam kitabnya tersebut,
sehingga penilaian terhadap kitab ini dapat lebih komprehensif dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Kata-kata kunci :
kunci : Amal Marifah, tauhid sufistik, dan tasawuf.

A. Pendahuluan

Di tengah masyarakat Kalimantan Selatan, nama Syekh Abdurrahman Siddiq al-


Banjari cukup dikenal, sebab beliau merupakan salah seorang zuriat ulama
besar Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, dan salah satu ulama
yang masuk dalam entri Ensiklopedi Islam Indonesia.

Beliau adalah seorang dai yang gigih, pendidik yang giat, mufti yang
aktif, penerjemah, ulama yang wara, sufi yang tawadhu, dan juga penyair
kondang yang pertama sekali memperkenalkan tasawuf di tanah
Melayu..[1] Syair-syair yang beliau susun mampu memukau orang-orang di
Melayu
zamannya, sehingga melalui syair-syair itu beliau juga berdakwah dan berusaha
meluruskan aliran kalam dan tasawuf yang cenderung menyimpang, disebabkan
para tokohnya yang tidak memiliki dasar agama yang kuat dan hanya bertumpu
pada khayalan dan alam kebatinan saja.saja .[2] Selain aktif berdakwah, Abdurrahman
Siddiq juga aktif menulis, di antara karyanya yang terkenal adalah  Amal
Marifah dan
Marifah  dan Syajaratul Arsyadiyah.
Arsyadiyah .[3]

Latar belakang ditulisnya kitab Amal


kitab  Amal Marifah ini
Marifah ini berangkat dari banyaknya orang
yang menuntut ilmu ke berbagai wilayah Nusantara guna mencari ilmu-ilmu
kesempurnaan dalam rangka mencapai martabat seorang muslim yang betul-
betul taat kepada Allah SWT. Namun pada saat itu banyak aliran kalam dan
tasawuf yang cenderung menyimpang, karena tidak menempatkan porsi syariat
secara benar sehingga masyarakat cenderung menjadi fatalis
fatalis(Jabari),
(Jabari),
disebabkan para tokohnya yang tidak memiliki dasar agama yang kuat dan
hanya bertumpu pada khayalan dan alam kebatinan saja. Untuk itulah kitab  Amal
Marifah dapat menjembatani dan menjadi arah bagi orang-orang yang mencari
kesempurnaan keimanan kepada Allah SWT.

Di daerah Kalimantan Selatan pun diduga ada pandangan masyarakat yang


cenderung menyimpang
menyimpang dari ajaran kitab tersebut. Hal ini kemungkinan
disebabkan cara orang dalam memahami kitab ini terlalu tekstual dan sepotong-
sepotong. Memang di dalam kitab ini ada beberapa ajaran tasawuf yang
cenderung menyatukan antara Khalik dengan makhluk, antara lain pernyataan
yang menegaskan bahwa semua perbuatan manusia harus dipandang dengan
matahati dan matakepala disertai itikad bahwa peristiwa yang terjadi di alam ini
adalah semata-mata perbuatan Allah.

Pemahaman terhadap materi kitab yang tidak menyeluruh, berakibat banyak


pandangan yang menyimpang dari inti kitab ini. Sebagaimana terungkap dalam
seminar Pemantapan Tasawuf di Kalimantan Selatan tahun 1985 dan seminar
Pemantapan Pengajian Tasawuf Sunni di Kalimantan Selatan tahun 1986,
banyak peserta seminar menilai bahwa kitab beliau tersebut beraliran Wahdat al-
Wujud .[4]

Ketidaktahuan dalam memahami ajaran atau gagasan suatu kitab, dapat


merusak ketauhidan dan paham tasawuf seseorang.
seseorang. Oleh karena
k arena itu, isi kitab
tersebut perlu dikaji lebih menyeluruh lagi, sehingga diperoleh kejelasan yang
lebih dapat dipertanggungjawabkan, dan terhindar dari kesalahan dalam
memvonis ajaran seorang ulama.
Dalam kitab Amal
kitab Amal Marifah nampaknya
Marifah nampaknya bahwa Syekh Abdurrahman Siddiq
mengemukakan tentang konsep tauhid dan sufistik yang bernuansa
 Akhlaki/Amalii paling jauh sampai kepada
 Akhlaki/Amal kepada wahdat al-syuhud , akan tetapi tidak
sampai kepada wahdat al-wujud meskipun ada sejumlah ungkapan yang
mendekati ke arah itu.
itu .[5] Hal ini karena pada saat itu setting  sosial
 sosial masyarakat
banyak diwarnai paham wahdat al-wujud, yang terlihat dengan banyaknya
ajaran-ajaran yang mengarah kepada paham tersebut di masyarakat.

Sementara itu, secara umum tulisan yang mengetengahkan sosok Abdurrahman


Siddiq al-Banjari sebagai objek kajian cukup banyak, baik yang ditulis dalam
bentuk penelitian maupun artikel ilmiah antara lain adalah :

1. Hasil penelitian Bahran Noor Haira berjudul Kitab Amal Marifah, Sebuah
Interpretasi Baru, (1996) mengungkapkan pemahaman baru dan berisikan
bantahan terhadap anggapan orang yang menilai bahwa Abdurrahman Siddiq
penganut tasawuf wahdat al-wujud.

2. Jamhari Arsyad dalam skripsi sarjananya di Fakultas Ushuluddin IAIN


 Antasari Banjarmasin
Banjarmasin tahun 1985
1985 mengangkat
mengangkat judul Risalah
Risalah Amal Marifah
Marifah
(Tinjauan Atas Suatu Ajaran Tasawuf). Penelitian ini walaupun ditekankan
pada tinjauan tasawuf, namun titik tekannya lebih pada kualitas tafsir dan
hadits yang digunakan dalam kitab tersebut.

3. Tulisan M. Arrafie Abduh berjudul Corak Tasawuf Abdurrahmad Siddiq


dalam Syair-Syairnya, yang dimuat dalam Jurnal Penelitian Kutubkhanah,
Volume III, diterbitkan oleh IAIN Sultan Syarif Qasim Pekanbaru Riau tahun
2000/2001, mengkaji pemikiran tasawuf Abdurrahman Siddiq al-Banjari lewat
syair-syair yang telah beliau tulis.

4. Tulisan Muhammad Nazir berjudul Kontroversi Sikap Ulama Tentang


Eksistensi Ilmu Kalam dan Pandangan Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari,
yang dimuat dalam Jurnal Khazanah IAIN Antasari, Volume II, Nomor 3, Mei-
Juni 2003, mengkaji dan mengungkapkan tentang pendapat dari
 Abdurrahman Siddiq
Siddiq terhadap
terhadap eksistensi dan
dan urgensi Ilmu Kalam, melalui
melalui
salah satu karya tulisnya berkenaan dengan masalah tauhid, yang
berjudul Aqaid
berjudul  Aqaid al-Iman.
al-Iman.

Dari keempat orang penulis di atas, ternyata belum ada uraian yang secara utuh
memuat ajaran tasawuf Abdurrahman Siddiq, baik yang tercermin dalam sejarah
hidupnya maupun yang tertuang dalam karya tulis yang dihasilkannya, seperti
yang terkandung dalam risalah Amal Marifah.
Marifah. Kemudian, untuk menilai corak
pemikiran tasawuf seseorang, harus pula melihat prinsip ajaran yang ia pegang,
dalam hal ini keterkaitan antara hakikat, syariat dan tarekat, serta dasar-dasar
yang ia pergunakan.

Karena itu melalui penelitian ini, penulis berusaha untuk memaparkan kehidupan
 Abdurrahman Siddiq,
Siddiq, kemudian
kemudian naskah kitab yang menjadimenjadi objek penelitian,
penelitian,
ajaran-ajarannya
ajaran-ajarannya serta konsep tauhid
t auhid sufistik dan tasawuf yang terkandung
dalam risalah Amal Marifah tersebut. Kajian seperti ini sepengetahuan penulis
belum pernah dilakukan secara mendalam.

B. Perumusan Masalah, Tujuan, dan Signifikansi Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka secara khusus pokok


permasalahan yang menjadi pokok penelitian ini adalah : Bagaimana konsep
tauhid sufistik dan tasawuf
t asawuf menurut Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari dalam
kitab Amal Marifah? Sedangkan yang menjadi tujuan dalam penelitian adalah
untuk mengetahui konsep tauhid sufistik dan tasawuf menurut Syekh
 Abdurrahman Siddiq
Siddiq al-Banjari
al-Banjari dalam kitab Amal Marifah
Marifah

Kemudian, melanjutkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka


hasil dari penelitian ini selanjutnya diharapkan diperoleh kejelasan tentang
konsep tauhid sufistik dan tasawuf yang dikemukakan oleh Syekh Abdurrahman
Siddiq dalam kitab Amal Marifah. Di samping itu pemahaman yang keliru yang
selama ini muncul ke permukaan terhadap isi kitab Amal Marifah tersebut dapat
ditepis dan menjadi nuansa baru bagi pemahaman yang lebih komprehensif
terhadap wacana sufistik dari kitab tersebut.

C. Metode Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, yakni Pemikiran Tasawuf Syekh Abdurrahman
Siddiq (Telaah Atas Kitab Amal Marifah), maka yang menjadi subyek penelitian
adalah kitab Amal Marifah itu sendiri, sedangkan objeknya adalah konsep tauhid
sufistik dan tasawuf Abdurrahman Siddiq yang terkandung dalam kitab tersebut.

Secara metodologis penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah ( history )


yang dipadukan dengan studi kepustakaan secara mendalam terhadap Kitab
 Amal Marifah,
Marifah, serta kitab-kitab tasawuf
tasawuf lainnya yang ada
ada kaitannya
kaitannya dengan
obyek penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Menalaah kitab, yaitu mempelajari secara mendalam kitab Amal Marifah


mulai dari format penerbitan atau penyusunannya, bahasa yang digunakan
dan pokok-pokok uraiannya serta isi ajaran yang terkandung dalam kitab
tersebut.
2. Mendeskripsikan isi kitab, maksudnya menggambarkan atau menyajikan isi
kitab apa adanya. Deskripsi isi kitab ini dilakukan dengan mengemukakan
pokok-pokoknya saja, sesuai dengan obyek yang diteliti.

3. Menganalisis, dengan cara membandingkan kepada teori-teori tentang


konsep, corak atau aliran tasawuf atau tauhid sufistik yang sudah ada atau
sudah diajarkan oleh para sufi terdahulu. Dengan membandingkan ajaran
tasawuf Abdurrahman Siddiq dengan teori-teori tasawuf terdahulu, maka akan
diketahui ke arah mana kecenderungan corak, konsep atau pemikiran tauhid
sufistik dan tasawuf Abdurrahman Siddiq.

D. Paparan Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Riwayat Hidup

a. Kelahiran

Syekh Abdurrahman Siddiq al-Banjari (selanjutnya disebut Abdurrahman Siddiq)


dilahirkan di Kampung Dalam Pagar Martapura Kalimantan Selatan pada tahun
1857 M pada masa pemerintahan Sultan Adam al-Watsiq Billah bin Sultan
Sulaiman al-Mutamidillah (1825-1857 M) ,[6] dengan nama
 Abdurrahman.. Kemudian saat
 Abdurrahman saat menuntut ilmu di
di Mekkah, oleh salah
salah seorang
seorang
gurunya memberi tambahan Siddiq pada namanya, sehingga menjadi
 Abdurrahman Siddiq
Siddiq..[7]

Nama ayahnya adalah H. Muhammad Afif bin Mahmud bin H. Jamaluddin,


sedangkan nama ibunya adalah Shafura binti H. Muhammad Arsyad (Pagatan).
Silsilah dari pihak ayahnya, bertemu pada Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari
dari istrinya yang bernama Gowat (Go Hwat Nio) seorang keturunan Cina. Dari
istrinya ini Syekh Muhammad Arsyad memiliki enam orang anak, di antaranya
adalah Khalifah Haji Zainuddin. Haji Zainuddin kawin dengan Ambas melahirkan
tujuh orang anak, satu di antaranya bernama Sari. Sari bersuamikan Mahmud
dan melahirkan tujuh orang anak, satu di antaranya adalah Haji Muhammad Afif,
orangtua dari Abdurrahman Siddiq.
Siddiq .[8]

Silsilah keluarga dari pihak ibu juga bertemu pada Syeikh Muhammad Arsyad
dari istrinya yang bernama Bajut.
Bajut .[9] Bajut melahirkan anak yang bernama
Syarifah. Syarifah bersuamikan Usman dan melahirkan Muhammad Asad yang
kawin dengan Hamidah dan melahirkan 12 orang anak. Salah satu di antara
anak Muhammad Asad dan Hamidah bernama Muhammad Arsyad. Muhammad
 Arsyad beristrikan
beristrikan Ummu Salamah
Salamah dan melahirkan
melahirkan tujuh orang
orang anak, satu di
antaranya bernama Shafura dan Shafura inilah ibu dari Abdurrahman Siddiq.
b. Zuriatnya

 Abdurrahman Siddiq
Siddiq merupakan
merupakan zuriat kelima
kelima dari Syekh
Syekh Muhammad Arsyad
Arsyad al-
Banjari (1770-1812 M), yang urutannya adalah Abdurrahman Siddiq bin Shafura
binti Mufti H. M. Arsyad bin Mufti H. Muhammad Asad bin Syarifah binti Syekh
Muhammad Arsyad. Kemudian apabila dilihat dari pihak neneknya, Ummu
Salmah, Abdurrahman Siddiq merupakan generasi keempat dari Syekh
Muhammad Arsyad, yakni Abdurrahman Siddiq bin Shafura bin Ummu Salamah
binti Pangeran Mufti H. Ahmad bin Syekh Muhammad Arsyad sal-Banjari .[10]

Selain punya zuriat ke atas yang bertemu pada Syekh Muhammad Arsyad,
 Abdurrahman Siddiq
Siddiq juga banyak
banyak melahirkan
melahirkan zuriat ke bawah
bawah melalui istri-istri
istri-istri
yang pernah dinikahinya, yang berjumlah sembilan orang dan anak berjumlah 35
orang..[11]
orang

c. Pendidikannya

 Abdurrahman Siddiq
Siddiq sewaktu
sewaktu kecilnya tidak
tidak sempat lama diasuh
diasuh oleh ibunya,
ibunya,
sebab di usia baru tiga bulan ibunya Shafura meninggal dunia. Selanjutnya
beliau diasuh oleh saudara perempuan almarhum yang bernama Saidah, yang
dalam masa pengasuhan ini dia tetap dipelihara kakek dan neneknya. Menjelang
usia satu tahun, kakeknya yang bernama Mufti H. Muhammad Arsyad bin Mufti
H. Muhammad Asad meninggal dunia. Sejak saat itu hingga dewasa
 Abdurrahman tinggal dan diasuh
diasuh oleh neneknya
neneknya yang bernama
bernama Ummu Salamah.
Salamah.

Ummu Salamah adalah seorang perempuan yang berilmu agama dan taat
beribadah. Dalam pemeliharaannya inilah Abdurrahman Siddiq diajari membaca
 Alquran dan setelah
setelah menjelang
menjelang dewasa disuruh
disuruh belajar
belajar kepada guru-guru
guru-guru agama
yang ada di Kampung Dalam Pagar .[12]

Sewaktu belajar agama di Dalam Pagar ini, Abdurrahman Siddiq sempat berguru
dengan H. Muhammad Said Wali, H. Muhammad Khotib dan Syekh H.
 Abdurrahman Muda.
Muda. Seiring dengan
dengan usia dewasa,
dewasa, beliau juga
juga aktif berdagang
sampai ke pulau Jawa dan Sumatera dan sempat pula menuntut ilmu agama di
Padang Sumatera Barat.

Setelah menamatkan pendidikannya di Padang tahun 1882, tidak lama


kemudian, yakni tahun 1889 beliau pergi menuntut ilmu ke Mekkah. Ada versi
mengatakan beliau berangkat ke tanah suci tahun 1887 dari pulau Bangka
Sumatera Selatan yang menjadi tempat kediamannya saat ituitu..[13]

Di Mekkah ia menuntut ilmu kepada para ulama besar yang membuka halaqah
halaqah--
halaqahpengajian
halaqah pengajian agama di Masjidil Haram. Guru-guru tempatnya belajar di
antaranya adalah Syekh Said Bakri Syatha, Syekh Said Babasyid, Sayyid Ahmad
Zaini Dahlan dan Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani .[14] Selain itu
 Abdurrahman Siddiq
Siddiq juga giat mengaji agama
agama di halaqah
halaqah--halaqah
halaqah yang
 yang ada di
Masjid Nabawi di Madinah.
Madinah .[15]

 Abdurrahman Siddiq
Siddiq tinggal
tinggal di tanah suci Mekkah
Mekkah dan Madinah
Madinah selama tujuh
tahun, lima tahun menuntut ilmu dan dua tahun mengajar (tahliah
( tahliah)) di Masjidil
Haram. Sebelum pulang ke tanah air untuk menyampaikan dan mengamalkan
ilmu yang diperoleh atas izin dari pemerintah Kerajaan Saudi Arabia,
 Abdurrahman Siddiq
Siddiq sempat
sempat pula mengajar
mengajar di Masjidil Haram.
Haram.

Setelah mengabdikan ilmu di Martapura, bersama keluarga dia pindah ke Sapat,


Indragiri. Abdurrahman juga mengadakan perjalanan dakwah ke Semenanjung
Melayu pada tahun 1911. Di Sapat Indragiri pada tahun 1912 beliau membangun
sebuah masjid dan pondok pesantren di tengah-tengah perkebunan kelapa. Di
sana selain sebagai guru agama dan muballigh beliau juga dikenal sebagai
petani kelapa. Lokasi pesantren tersebut dikenal sebagai kampung Parit Hidayat,
yang kemudian berkembang menjadi locus
locus pendidikan
 pendidikan di daerah Riau seiring
dengan kedatangan para santri dari berbagai pelosok Indragiri.

 Abdurrahman Siddiq
Siddiq juga pernah
pernah ditawari
ditawari untuk menjadi
menjadi Mufti
Muft i[16] di beberapa
tempat. Pertama sewaktu singgah di Betawi ditawari menjadi Mufti Betawi, yang
ketika itu dijabat oleh Syekh Said Usman Betawi. Kedua, beliau juga ditawari
oleh Sultan Kerajaan Johor menjadi Mufti, namun kedua tawaran itu ditolaknya.
Tawaran untuk menjadi mufti di kerajaan Indragiri Riau pun baru diterimanya
setelah pihak kerajaan memohon berkali-kali, yang mulai diembannya sejak
tahun 1919 sampai wafatnya tahun 1939.

 Abdurrahman Siddiq
Siddiq adalah
adalah seorang ulama
ulama besar yang
yang sangat produktif.
Muhammad Arrafie Abduh menyebutnya seorang ulama yang wara, sufi yang
tawadlu, dai yang gigih, pendidik yang giat, mufti yang aktif, penterjemah, petani,
dan orang yang gigih menghidupkan seni yang bernafaskan nilai-nilai Islam dan
aktif dalam ilmu beladiri Budi Suci dalam rangka menunjang suksesnya
dakwah..[17] Karya-karya Abdurrahman semuanya ditulis dalam bahasa Melayu
dakwah
dengan huruf Arab Melayu,
Melayu ,[18] dan umumnya berkenaan dengan masalah
agama, antara lain adalah :

1. Fathul Alim,
Alim, kitab tentang Ilmu Tauhid diterbitkan 28 Syaban 1347 H/8
Februari 1929 M

2. Aqaid al-Iman,
2. Aqaid al-Iman, kitab tentang Ilmu Tauhid diterbitkan 18 Syaban 1355 H/2
Nopember 1936 M, penerbit Mathbaah Ahmadiyah, Singapura
3. Asror al-Shalat min Uddah
3. Asror Uddah Kutub al-Mutamadah
al-Mutamadah,, kitab Fiqih yang
menerangkan rahasia-rahasia shalat, diterbitkan bulan Zulqaidah 1349 H/2
 April 1931.

4. Risalah Amal Marifah,


Marifah , ditulis tahun 1332 H

5. Mauizhat lin Nafs wa li Amtsali , kitab Tauhid bercorak Tasawuf diterbitkan


oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura, tahun 1355 H.

6. Syair Ibarat dan Khabar Qiamat , sebuah buku sastra keagamaan


diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura tahun 1344 H.

7. Kitab al-Faraid , sebuah Kitab Fiqih tentang kewarisan, diterbitkan oleh


Mathbaah al-Ikhwan Singapura tahun 1338 H.

8. Majmu al-Ayat wa al-Hadits fi Fadoli al-Ilmi wa al-Ulama wa Al-Muallimin


al-Thalabat , sebuah buku kumpulan ayat dan
wa al-Mustamiin li Khadim al-Thalabat ,
hadits tentang kelebihan ilmu dan ulama, diterbitkan oleh Mathbaah
 Ahmadiyah Singapura tahun
tahun 1346 H.
H.1

9. Risalah Syajarah al-Arsyadiya


al-Arsyadiyahh  dan Risalah Takmilah Qaul al-Mukhtashar
fi Alamat al-Mahdi al-Muntazhar , risalah yang berisi silsilah keturunan Syeikh
 Arsyad, tanda-tanda
tanda-tanda hari kiamat
kiamat dan kedatangan Imam Mahdi, diterbitkan
diterbitkan
oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura tahun 1336 H.

10. Kumpulan Khutbah,


Khutbah, sebuah kitab berbahasa Arab yang berasal dari
kumpulan Khutbah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan diterjemahkan
oleh Abdurrahman Siddiq, diterbitkan oleh Mathbaah Ahmadiyah Singapura
tahun 1938 M.

2. Gambaran Umum Risalah Amal Marifah

a. Keadaan Naskah

Nama lengkap kitab ini adalah Risalah Amal Marifah Mengesakan Allah Taala
Yang Dinukilkan Dari Pada Kitab Tasawuf Dengan Ikhtisar oleh Hamba
 Abdurrahman Siddiq
Siddiq Banjari 
Banjari . Kitab ini ditulis dengan menggunakan bahasa Arab
Melayu..[19] Disusun dan selesai ditulis pada bulan Rabiul Awwal tahun 1332 H
Melayu
dan pertama kali dicetak tahun 1347 H atas inisiatif dari H. Abdul Hamid, yang
merupakan menantu Abdurrahman Siddiq. Kemudian, kitab ini ditulis dengan
copy baru dan tulisan seorang khathtath
khathtath bernama
 bernama Muhammad Nafis Abdul Razak
tahun 1391 H.
H.[20]
Kitab ini sudah dicetak oleh beberapa percetakan atau penerbit, oleh karena itu
kemungkinan tingkat ketebalannya relatif berbeda antara satu cetakan dengan
cetakan lain. Seperti terbitan Mathbaah Al-Ahmadiyah Jalan Sultan Nomor 82
Singapura, bertahun 1347 H (1929 M), cetakan keempat tebalnya adalah 32
halaman. Cetakan dan diterbitan Toko Buku Hasanu Banjarmasin tahun 1405
H/1984 M, dengan format yang agak tebal menggunakan kertas putih.
Sedangkan cetakan dan terbitkan Toko Kitab Beirut Barabai Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, kitab Amal Marifah disertai dengan penjelasan, dengan judul Ini
Risalah Amal Marifah Beserta Taqrir, tebalnya 89 halamannya. Orang yang
mensyarah kitab ini bernama Mahmud Siddiq, dia adalah anak dari Abdurrahman
Siddiq. Walau tidak disebutkan waktu dan tanggal penerbitan, namun
penyelesaian pensyarahannya pada tanggal 5 Desember 1979 M. Di samping itu
kitab ini juga pernah dicetak oleh penerbit Darul Ihya Kutubil Arabiyah Surabaya.

Jadi paling tidak kitab ini pernah dicetak oleh empat penerbit, yaitu Mathbaah al-
 Ahmadiyah Singapura,
Singapura, Tolo
Tolo Buku Hasanu Banjarmasin,
Banjarmasin, Darul
Darul Ihya Surabaya,
Surabaya,
dan Toko Buku Beirut Barabai. Oleh karena itu kitab ini cukup tersebar luas
diberbagai daerah bahkan negara, khsususnya di kawasan Asia Tenggara,
seperti di Singapura, Malaysia, Indonesia, Brunei Darussalam, Thailand dan
Birma..[21]
Birma

 Ada kalangan yang menganggap


menganggap kitab Amal Marifah ini merupakan ikhtisar
ikhtisar dari
ajaran tasawuf yang ditulis oleh Syekh Muhammad Nafis al-Banjari dalam
kitabnya Al-Durr
kitabnya  Al-Durr al-Nafis
al-Nafis.. Akan tetapi bila melihat judul kitab Amal Marifah ini,
maka Abdurrahman Siddiq tidak hanya mengikhtisarkan dari satu kitab saja,
melainkan beliau mengatakan risalah ini dinukilkan dari beberapa kitab tasawuf,
di mana salah satu kitab tasawuf
t asawuf yang dijadikan rujukan dalam menyusun risalah
tersebut adalah kitab al-Durr al-Nafis.
al-Nafis . Tepatnya, kitab Amal Marifah ini
merupakan kitab tasawuf yang ada kemiripan dengan kitab al-Durr al-Nafis. M.
Laily Mansur mengatakan, kitab ini sudah menjadi pegangan sebagian guru-guru
tasawuf di samping kitabal-Durr
kitab al-Durr al-Nafis yang
al-Nafis  yang disusun oleh Syekh Muhammad
Nafis dan kitab-kitab tasawuf berbahasa Arab Melayu lainnya. Atau ajaran
tasawuf yang termuat dalam kitab al-Durr al-Nafis ikut
al-Nafis  ikut memberi pengaruh
terhadap ajaran tasawuf dalam kitab Amal Marifah .[22]

b. Isi Kandungan Risalah


Risalah Amal Maifah

Walaupun teks risalah Amal Marifah tidak disusun dengan sistematika yang lebih
tegas sebagaimana kitab-kitab kontemporer, namun di dalamnya juga memuat
beberapa hal yang cukup sistematis, meliputi: pengertian syariat, tarekat dan
hakikat, konsep pengesaan Allah dengan afal-Nya, asma-Nya, sifat-Nya, dan zat-
Nya.

Anda mungkin juga menyukai