Anda di halaman 1dari 9

EKSPERIMAN FOTOSINTESIS ENGELMANN

A. Sejarah Eksperimen Engelmann


Pada tahun 1883 Engelmann berhasil membuktikan bahwa
klorofil merupakan faktor yang harus ada dalam proses fotosintesis. Ia
melakukan perrcobaan dengan ganggang hijau Spirogyra yang
kloroplasnya berbentuk pita melingkar seperti spiral. Dalam percobaan
tersebut ia mengamati bahwa hanya kloroplas yang terkena cahaya
mataharilah yang mengeluarkan oksigen. Hal itu terbukti dari
banyaknya bakteri aerob yang bergerombol di sekitar kloroplas yang
terkena cahaya matahari.

B. Dasar Teori
Fotosintesis adalah proses pembuatan energi atau zat
makanan/glukosa yang berlangsung atas peran cahaya matahari (photo
= cahaya , synthesis = proses pembuatan /pengolahan) dengan
menggunakan zat hara/mineral, karbon dioksida, dan air.
Mahkuluk hidup yang mampu melakukan fotosintesis adalah
tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri. Fotosintesis sangat penting
bagi kehidupan dibumi karena hampir semua mahkluk hidup
tergantung pada energi yang dihasilkan oleh proses fotosintesis.
Pada tahun 1770, Joseph Priestley seorang ahli kimia Inggris
memperlihatkan bahwa tumbuhan mengeluarkan suatu gas yang
dibutuhkan dalam pembakaran. Dia mendemonstrasikan hal ini dengan
cara membakar lilin dalam suatu wadah tertutup sampai api mati. Lalu
ia menyimpan setangkai tumbuhan mint dalam ruang tertutup itu dan
dapat mempertahankan nyala api sampai beberapa hari. Meskipun
Priestley tidak tahu jenis gas apa yang dikeluarkan tumbuhan, tetapi
apa yang dilakukannya memperlihatkan bahwa tumbuhan
menghasilkan oksigen ke udara.
Pada tahun 1799, seorang dokter berkebangsaan Inggris bernama
Jan Ingenhousz berhasil membuktikan bahwa proses fotosintesis
menghasilkan oksigen (O2). la melakukan percobaan dengan
tumbuhan air Hydrilla verticillata di bawah corong kaca bening terbalik
yang dimasukkan ke dalam gelas kimia berisi air. Jika Hydrilla
verticillata terkena cahaya matahari, maka akan timbul gelembung-
gelembung gas yang akhirnya mengumpul di dasar tabung reaksi.
Ternyata gas tersebut adalah oksigen. Beliau juga membuktikan bahwa
cahaya berperan penting dalam proses fotosintesis dan hanya tumbuhan
hijau yang dapat melepaskan oksigen.
Pada tahun 1822 Engelmann berhasil membuktikan bahwa klorofil
merupakan faktor yang harus ada dalam proses fotosintesis. la
melakukan percobaan dengan ganggang hijau Spirogyra yang
kloroplasnya berbentuk pita melingkar seperti spiral. Dalam percobaan
tersebut ia mengamati bahwa hanya kloroplas yang terkena cahaya
mataharilah yang mengeluarkan oksigen. Hal itu terbukti dari
banyaknya bakteri aerob yang bergerombol di sekitar kloroplas yang
terkena cahaya matahari.
Pada tahun 1860, seorang ahli botani Jerman bernama Julius von
Sachs berhasil membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan
amilum (zat tepung). Adanya zat tepung ini dapat dibuktikan dengan
uji yodium, sehingga percobaan Sachs ini juga disebut uji yodium.
Theodore de Smussure, seorang ahli kimia dan fisiologi tumbuhan
dari Swiss menunjukkan bahwa air diperlukan dalam proses
fotosintesis. Temuan ini diteliti lebih lanjut sehingga pada tahun 1937
seorang dokter berkebangsaan Inggris bernama Robin Hill berhasil
membuktikan bahwa cahaya matahari diperlukan untuk memecah air
(H2O) menjadi hydrogen (H) dan oksigen (O2). Pemecahan ini disebut
fotolisis.
Pada tahun 1905 Blackman membuktikan bahwa perubahan karbon
dioksida (CO2) menjadi glukosa (C6H12O6) berlangsung tanpa
bantuan cahaya matahari. Peristiwa ini sering disebut sebagai reduksi
karbon dioksida. Dengan demikian dalam fotosintesis ada dua macam
reaksi, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Yang merupakan reaksi
terang (reaksi Hill) adalah fotolisis, yang merupakan reaksi gelap
(reaksi Blackman) adalah reduksi karbon dioksida. Gabungan antara
reaksi terang dan reaksi gelap itulah yang kita kenal sekarang sebagai
reaksi fotosintesis. Pada tahun 1940 Melvin Calvin dan timnya berhasil
menemukan urutan reaksi/proses yang berlangsung pada reaksi gelap.
Rangkaian reaksi itu selalu berulang terus menerus dan disebut siklus
Calvin.
Organisasi dan fungsi suatu sel hidup bergantung pada persediaan
energi yang tak henti-hentinya. Sumber energi ini tersimpan dalam
molekul-molekul organik seperti karbohidrat. Untuk tujuan praktis,
satu-satunya sumber molekul bahan bakar yang menjadi tempat
bergantung seluruh kehidupan adalah fotosintesis. Fotosintesis
merupakan salah satu reaksi yang tergolong ke dalam reaksi
anabolisme. Fotosintesis adalah proses pembentukan bahan makanan
(glukosa) yang berbahan baku karbon dioksida dan air.
Fotosintesis hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan dan ganggang
hijau yang bersifat autotrof. Artinya, keduanya mampu menangkap
energi matahari untuk menyintesis molekul-molekul organik kaya
energi dari prekursor anorganik H2O dan CO2. Sementara itu, hewan
dan manusia tergolong heterotrof, yaitu memerlukan suplai senyawa-
senyawa organik dari lingkungan (tumbuhan) karena hewan dan
manusia tidak dapat menyintesis karbohidrat. Karena itu, hewan dan
manusia sangat bergantung pada organisme autotrof.
Fotosintesis terjadi di dalam kloroplas. Kloroplas merupakan
organel plastida yang mengandung pigmen hijau daun (klorofil). Sel
yang mengandung kloroplas terdapat pada mesofil daun tanaman, yaitu
sel-sel jaringan tiang (palisade) dan sel-sel jaringan bunga karang
(spons). Di dalam kloroplas terdapat klorofil pada protein integral
membran tilakoid. Klorofil dapat dibedakan menjadi klorofil a dan
klorofil b. Klorofil a merupakan pigmen hijau rumput (grass green
pigment) yang mampu menyerap cahaya merah dan biru-keunguan.
Klorofil a ini sangat berperan dalam reaksi gelap fotosintesis yang akan
dijelaskan pada bagian berikutnya. Klorofil b merupakan pigmen hijau
kebiruan yang mampu menyerap cahaya biru dan merah kejinggaan.
Klorofil b banyak terdapat pada tumbuhan, ganggang hijau, dan
beberapa bakteri autotrof.
Selain klorofil, di dalam kloroplas juga terdapat pigmen karotenoid,
antosianin, dan fikobilin. Karotenoid mampu menyerap cahaya biru
kehijauan dan biru keunguan, dan memantulkan cahaya merah, kuning,
dan jingga. Antosianin dan fikobilin merupakan pigmen merah dan biru.
Antosianin banyak ditemukan pada bunga, sedangkan fikobilin banyak
ditemukan pada kelompok ganggang merah dan Cyanobacteria.
Reaksi fotosintesis secara ringkas berlangsung sebagai berikut.
6CO2 + 6H2O ———-> C6H12O6 + 6O2
Seorang fisiologis berkebangsaan Inggris, F. F. Blackman,
mengadakan percobaan dengan melakukan penyinaran secara terus-
menerus pada tumbuhan Elodea. Ternyata, ada saat dimana laju
fotosintesis tidak meningkat sejalan dengan meningkatnya penyinaran.
Akhirnya, Blackman menarik kesimpulan bahwa paling tidak ada dua
proses berlainan yang terlibat:
Suatu reaksi yang memerlukan cahaya
Reaksi yang tidak memerlukan cahaya
Yang terakhir dinamai reaksi gelap, walau dapat berlangsung terus
saat keadaan terang. Blackman berteori bahwa pada intensitas cahaya
sedang, reaksi terang membatasi atau melajukan seluruh proses.
Dengan kata lain, pada intensitas ini reaksi gelap mampu menangani
semua substansi intermediat yang dihasilkan reaksi cahaya. Akan tetapi,
dengan meningkatnya intensitas cahaya pada akhirnya akan tercapai
suatu titik dimana reaksi gelap berlangsung pada kapasitas maksimum.
Teori ini diperkuat dengan mengulangi percobaan pada temperatur
yang agak lebih tinggi. Seperti diketahui, kebanyakan reaksi kimia
berjalan lebih cepat pada suhu lebih tinggi (sampai suhu tertentu). Pada
suhu 35°C, laju fotosintesis tidak menurun sampai ada intensitas
cahaya yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi gelap kini
berjalan lebih cepat. Faktor bahwa pada intensitas cahaya yang rendah
laju fotosintesis itu tidak lebih besar pada 35°C dibandingkan pada
20°C juga menunjang gagasan bahwa yang menjadi pembatas pada
proses ini adalah reaksi terang. Reaksi terang ini tidak tergantung pada
suhu, tetapi hanya tergantung pada intensitas penyinaran. Laju
fotosintesis yang meningkat dengan naiknya suhu tidak terjadi jika
suplai CO2 terbatas. Jadi, konsentrasi CO2 harus ditambahkan sebagai
faktor ketiga yang mengatur laju fotosintesis itu berlangsung
Berawal dari teori Aristoteles dan para filsuf dari Yunani 2000 tahun
lalu yang menyatakan bahwa tumbuhan mengabsorbsi senyawa
organik langsung dari tanah. Terinspirasi dari teori tersebut, pada tahun
1727 seorang pastor dan naturalis yang dipanggil sebagai Bapak
Fisiologi Tumbuhan, Stephen Hales, menduga bahwa tumbuhan
mendapatkan nutrisi dari udara dan sesuatu hal yang ajaib, mungkin
cahaya masuk ke dalamnya. Sekedar informasi bahwa pada tahun itu
ilmu kimia masih belum ada.
Tahun 1776, pencarian tentang fotosintesis dimulai. Joseph Priestly
mempublikasikan tentang eksperimen dan observasi perbedaan
macam-macam udara. Beliau salah satu perintis yang melakukan
eksperimen tentang gas dan mungkin juga mempunyai peran dalam
penemuan oksigen. Priestly memulai eksperimen pada tahun 1771,
salah satunya adalah tentang “kontaminasi” udara dari nyala lilin
terhadap keberlangsungan hidup tikus. Beliau juga menemukan bahwa
udara yang terkontaminasi dapat diubah oleh tanaman. Akan tetapi
Priestly gagal mengungkapkan peran cahaya dalam eksperimennya.
Eksperimen Priestly mendapat perhatian Jan Ingen-Housz, seorang
fisikawan, dan telah berhasil mempublikasikan 500 eksperimen tentang
pemurnian udara! Beliau menemukan bahwa tumbuhan dapat
memurnikan udara dalam hitungan jam, tetapi dengan syarat tumbuhan
tersebut berwarna hijau dan harus didukung oleh cahaya matahari.
Priestly sependapat dengan Ingen-Housz dan pada tahun 1781 beliau
melanjutkan eksperimennya lagi tentang cahaya dan tumbuhan hijau.
Bersama Ingen-Housz, Priestly mengkonfirmasi dugaan Hales yang
dibuat pada lebih dari 52 tahun lalu. Akhirnya melalui eksperimen-
eksperimen tersebut berhasil mengungkapkan bahwa udara yang
dimurnikan oleh tanaman itu adalah karbondioksida (CO2). Dari hasil
penemuan tersebut, banyak ilmuwan, baik fisikawan ataupun kimiawan,
sedikit demi sedikit mengungkapkan misteri proses fotosintesis. Di
tahun 1782 Jean Senebier mempublikasikan tentang pemurnian udara
oleh tumbuhan hijau, tahun 1785 Lavoisier dari Prancis mengidentikasi
CO2, dan 1796 Ingen-Housz mengungkapkan bahwa CO2 adalah
sumber karbon untuk tumbuhan. Yang menarik dari eksperimen ini
adalah bukan “nutrisi tanaman” sebagai topik utama, akan tetapi
tujuannya adalah pemurnian udara yang berkaitan tentang
keberlangsungan mahluk hidup.
Penemuan lain yang tidak kalah pentingnya adalah seorang ahli
kimia dari Geneva, N.T. de Saussure pertama kalinya mengungkapkan
komponen yang mendekati fotosintesis. Beliau menyimpulkan bahwa
air (H2O) dibutuhkan dalam proses pemurnian udara. Sehingga
terbentuk proses :

CO2 + H2O → O2 + senyawa organik


Pada masa itu belum diketahui bahwa senyawa organik yang
dimaksud adalah glukosa (C6H12O6). Akhirnya seorang ahli bedah
asal Jerman, Julius Mayer mengklarifikasi energi yang berhubungan
dengan fotosintesis. Pada tahun 1845 beliau mengungkapkan bahwa
energi yang digunakan oleh tumbuhan dan hewan dalam metabolisme
mereka adalah turunan dari energi matahari yang ditransformasi dalam
fotosintesis (dari radiasi ke bentuk kimia). Dan pertengahan abad 19
outline tentang fotosintesis telah komplit. Meski sudah komplit, para
ilmuwan masih berusaha mengungkapkan lebih detail tentang proses
fotosintesis yang pendekatannya dengan mikroskop dan analisis
radiochemical.
C. Tujuan Percobaan Engelmann

1. Membuktikan bahwa fotosintesis membutuhkan klorofil,


cahaya matahari, dan menghasilkan oksigen
2. Membuktikan bahwa fotosintesis paling efektif terjadi pada
spektrum warna biru merah

D. Alat & Bahan


Alat :
1. Mikroskop dan perlengkapannya
Bahan :
2. Bakteri termoaerob
3. Alga Spirogyra

E. Prosedur Kerja
1. Spirogyra disinari, kemudian bakteri termo dilepaskan
2. Amatilah kemana bakteri-bakteri tersebut mengumpul

F. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan menunjukan bahwa hanya kloroplas yang
terkena sinar yang melepaskan oksigen, hal ini terbukti dengan
berkerumunnya bakteri oksigen di sekitar tempat yang terkena sinar.

Spektrum aksi fotosintesis, ditunjukkan oleh Theodor W.


Engelmann :
G. Pembahasan
Bakteri termo merupakan bakteri yang memerlukan oksigen.
Fotosintesis menghasilkan oksigen. Oleh karena itu, pada percobaan
Engelmann, bakteri termo mengumpul pada bagian Spirogyra yang
melakukan fotosintesis. Bakteri termo akan berkumpul pada bagian
yang dihasilkan oksigen, bukan sembarang tempat, walau bagian
tersebut disinari. Disini membuktikan bahwa bakteri termo
membutuhkan oksigen dan proses fotosintesis menghasilkan oksigen.
Engelmann menyinari alga filament dengan cahaya yang telah
dilewatkan ke prisma, sehingga segmen yang berbeda dari alga
mendapat panjang gelombang yang berbeda. Digunakan bakteri aerob
yang terkonsentrasi dengan sumber oksigen untuk menentukan segmen
alga yang paling banyak mengeluarkan oksigen. Bekteri berkumpul
dalam jumlah besar di sekitar alga yang mendapat cahaya biru-violet
(±430 nm) dan merah (±680 nm).
H. Kesimpulan
Dari hasil eksperimen Engelmann dapat disimpulkan bahwa
fotosintesis memerlukan cahaya matahari, oksigen, dan menghasilkan
oksigen. Dapat juga disimpulkan bahwa fotosintesis paling efektif di
spektrum cahaya biru-violet (±430 nm) dan merah (±680 nm).
Dibuktikan dengan banyaknya bakteri termoaerob yang berkumpul di
kedua spectrum tersebut (menghasilkan lebih banyak oksigen).

I. Daftar Pustaka
 https://dokumen.tips/documents/percobaan-fotosintesis-
55cd8325def2d.html
 http://fotosintesis.byethost16.com/engelmann.htm?i=1
 https://vidtrie.wordpress.com/tag/percobaan-engelmann/
 https://www.academia.edu/9234821/PERCOBAAN_ENGELM
ANN_PPT_pptx_dyka_HARITS
 https://cerdasbiologi.blogspot.com/2017/03/percobaan-
fotosintesis-sachs-engelmann.html
 http://secuilmimpi.blogspot.com/2013/10/laporan-
fotosintesis.html

Anda mungkin juga menyukai