Anda di halaman 1dari 8

DINAMIKA PENDIDIKAN MASA PRA-AKSARA

Elfa Nabila
Muhamad Thoriqul Mustaqim
Rani Tri Wahyuni
Siti Khusnul Khotimah
Email: elfanabila30@gmail.com
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang

Abstract: This article aims to describe and find out about life in the pre-literate era which
includes the education system in the pre-literacy period. This article takes one of
the themes in pre-literacy Indonesian history books. The method used in this
article is the library method and references from several experts. This article is
very useful to know how the system of education in the pre-literate era that we
will write from the era of the emergence of early Neozoic humans (Alluvium /
Holocene and Divilum / Pleistocene), and we will also look at education in the
pre-literacy of ancient human behavior. like Meganthropus Paleojavanicus,
Pithecanthropus ererctus, Homo Sapiens. So that we can understand and know
more about the education system in the pre-literacy period. This period is
interpreted where humans are new to the culture and how to survive.

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengetahui tentang kehidupan
di zaman pra aksara yang mencakup tentang sistem pendidikan pada masa pra
aksara. Artikel ini mengambil salah satu tema dalam buku sejarah indonesia
masa pra aksara. Metode yang digunakan di dalam artikel ini adalah metode
pustaka dan referensi dari beberapa ahli. Artikel ini sangat bermanfaat untuk
mengetahui bagaimana sistem dalam pendidikan pada zaman pra aksara yang
akan kita tulis dari zaman munculnya manusia purba Neozoikum
(Alluvium/Holosen dan Divilum/Pleistosen), dan kita juga akan melihat
pendidikan pada masa pra-aksara dari tingkah laku manusia purba seperti
Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus ererctus, Homo Sapiens. Agar
kita bisa memahami dan mengetahui lebih dalam sistem pendidikan pada masa
pra aksara. Masa ini diartikan dimana manusia baru mengenal budaya serta cara
bertahan hidup.
Kata kunci : Zaman pra-aksara, pendidikan, manusia purba.
Perkembangan pendidikan pada pada masa Kuarter munculnya jenis-
masa praaksara masih sangat sederhana jenis manusia purba. Masa Kuarter pun
karena pada masa ini manusia pertama terbagi menjadi dua, yaitu Zaman
kalinya belajar mengenai keterampilan Pleistosin dan Zaman Holosin. Zaman
untuk terus dapat bertahan hidup. Selain Pleistosin berlangsung sekitar 600.000
itu, manusia tidak terlahir dalam keadaan tahun lalu. Zaman ini sangat penting
penuh dengan kecerdasan seperti karena ditandai dengan munculnya
sekarang, namun seiring berjalannya manusia purba yaitu jenis Pithecantropus
waktu akan mengalami perkembangan. dan Homo. Sedangkan zaman Holosin
Mengacu pada buku yang berjudul berlangsung sekitar 25.000 tahun yang
“Origin of The Human” karya Charles lalu dan berkembang hingga saat ini.
Darwin (1889), manusia berevolusi dari Zaman ini dianggap paling penting bagi
fisiknya yang mirip dengan struktur kehidupan manusia karena ditandai
anatomi primata menjadi struktur dengan munculnya manusia modern
manusia seutuhnya dengan kapasitas otak (homo sapiens).
dan kemampuan masa kini.
Di Indonesia, kehidupan masa praaksara
Di alam semesta ini, seperti sudah berlangsung lebih lama, hal ini terutama
ada aturan atau hukum alam yang bila dibandingkan dengan yang terjadi di
berlaku, dimana manusia akan berusaha Cina, Eropa, India dan Mesir. Hal seperti
untuk terus mencari suatu kebenaran itu terjadi karena bangsa Indonesia mulai
pengetahuan. Ini ialah bagian dari mengenal tulisan sekitar tahun 400-an
pendidikan yang paling sederhana. (abad ke-4 sampai awal abad ke-5 M),
Menurut Dick and Carey (1998) bahwa yakni bersamaan dengan munculnya
pendidikan merupakan kunci kemajuan peradaban di lembah Sungai Mahakam
suatu peradaban bangsa. (Kerajaan Kutai) di Kalimantan Timur.
Berdasarkan penelitian atas inskripsi-
Jika dilihat dari konteks historis, inskripsi yang ditemukan di daerah
masa praaksara adalah masa dimana tersebut (Prasasti Kutai), diketahui bahwa
manusia belum mengenal tulisan. Masa bangsa Indonesia baru mengenal tulisan
ini berlangsung dalam kurun waktu yang sekitar tahun 400 M, yakni akibat
sangat panjang bahkan sampai jutaan mendapat pengaruh dari kebudayaan
tahun yang lalu. Mulai dari munculnya bangsa lain, terutama India. Bangsa
kehidupan manusia purba di bumi hingga India, Cina, Mesir, dan Yunani-Romawi
manusia untuk pertama kalinya mengenal (Eropa) merupakan beberapa bangsa
tulisan. yang memang dikenal sejak lama telah
memiliki peradaban yang tinggi, di
Tanda adanya kehidupan manusia antaranya adalah kepandaian tulis-
purba terjadi pada zaman Neozoikum. menulis.
Lebih spesifik lagi menurut para ahli,
Zaman Neozoikum terbagi ke dalam dua Oleh karena itu, di Indonesia
tahapan, yaitu Masa Tersier dan Kuarter. masa praaksara berakhir sekitar abad ke-
Masa Tersier belum terdapat adanya 4 hingga awal abad ke-5 Masehi. Ketika
manusia purba namun masa ini sudah manusia mulai mengenal tulisan, maka
terdapat jenis binatang menyusui seperti inilah yang menjadi pertanda berakhirnya
jenis primata, misalnya kera. Sedangkan masa praaksara.
HASIL TELAAH
Pada masa praaksara, manusia jenis makhluk homo (Homo Soloensis,
purba awalnya hanya baru mengenal Homo Wajakensis, Homo Erectus).
masa berburu dan mengumpulkan
Jika sebelumnya, kehidupan
makanan dengan menggunakan alat
manusia purba masih berada pada tahap
yaitu batu, kayu serta tulang binatang dan berburu dan mengumpulkan makanan
ikan seperti salah satunya yaitu kapak tingkat sederhana. Maka selanjutnya
perimbas yang digunakan untuk yaitu masa berburu dan
menguliti binatang hasil buruan. Alat-alat mengumpulkan makanan tingkat
yang dipergunakan pun masih sangat lanjut (masa bercocok tanam tingkat
sederhana. Pada masa ini manusia purba sederhana) juga disebut masa
berpindah-pindah (nomaden) dan peralihan. Masa inipun, manusia purba
biasanya tinggal di tepi sungai. Hal ini sudah mulai berpikir untuk mencari
dikarenakan ketergantungannya yang tempat berteduh dan berlindung dari
begitu besar terhadap alam. gangguan-gangguan alam seperti hujan,
Ketergantungan ini bisa dilihat dari badai, petir. Selain itu, juga dari ancaman
binatang buas. Maka manusia purba pada
jumlah persediaan makanan yang
masa ini biasanya tinggal di gua-gua
terdapat di alam. Jika daerah yang
payung atau gua alam yang disebut abris
disinggahi persediaanya sudah habis, sous roche. Gua-gua ini khususnya dekat
maka mereka akan segera mencari tempat dengan sumber-sumber air seperti sungai,
baru yang banyak sumber makanan. rawa, danau, bahkan laut. Hal ini karena
Dalam mencari sumber makanan mereka tempat-tempat tersebut terdapat sumber
masih berkelompok-kelompok, namun makanan seperti ikan, kerang dan siput.
dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Pada masa ini manusia purba cenderung
Di dalam suatu kelompok terdapat menetap. Ini dibuktikan dengan adanya
pembagian tugas yaitu laki-laki mengejar penemuan sampah-sampah dapur yang
binatang buruan, sedangkan perempuan membukit berasal dari kulit siput dan
mengumpulkan makanan hasil buruan kerang. Biasanya sampah-sampah ini
serta meramunya. Waktu berlangsungnya membukit di dalam gua ataupun di
sekitar pantai. Sampah dapur ini dalam
kehidupan masa berburu dan
bahasa Denmark yaitu
mengumpulkan makanan (hunting and Kjokkenmoddinger. Di tempat penemuan
food gathering) diperkirakan selama bukit cangkang kerang dan siput atau
masa Palaeolithikum (Batu Tua), di saat biasa disebut sampah dapur
Kala Pleistocen. Pada masa ini (Kjokkenmoddinger) juga ditemukan alat-
diperkirakan manusia purba yang hidup alat dari batu yang dinamakan pabble
atau berasal dari masa Palaeolithikum, (kapak genggam). Dengan ditemukannya
seperti Pithecanthropus Erectus, alat seperti kapak genggam, nampaknya
Meganthropus Palaeojavanicus, alat tersebut belum dapat digunakan
Pithecanthropus Mojokertensis, secara efektif untuk bertani. Oleh karena
Pithecanthropus Robustus, hingga jenis- itu, berarti manusia purba pada masa ini
baru dalam taraf belajar hidup menetap
serta baru mengenal bercocok tanam. kepercayaan masyarakat pada masa itu.
Nampaknya setelah mereka tinggal di Soejono (1993:157-159) dan Kosasih
suatu tempat dalam jangka waktu yang (1995:90-92) menganggap gambar
lama kemudian mereka pindah ke tempat tangan yang lengkap mengandung arti
lain dengan tingkat kesuburan tanah yang kekuatan atau simbol kekuatan pelindung
lebih baik. Saat itu, untuk mendapatkan untuk mencegah roh jahat atau penolak
tanah yang subur, diperkirakan mereka bala. Soejono juga mengungkapkan
melakukannya dengan cara menebang bahwa gambar atau lukisan acapkali
hutan lalu membakarnya. Biasanya dikaitkan dengan aspek kesenian,
tanam-tanaman utama yang ditanam ialah sehingga sering pula dianggap sebagai
jenis umbi-umbian. Selain sudah mulai cikal bakal seni lukis. Menurut Howel
bercocok tanam, mereka juga mulai (1985:148-149) dengan membuat
menjinakkan binatang terutama anjing, gambar-gambar binatang yang akan
fungsi memelihara anjing pada saat itu diburu maka secara psikologis mereka
diperkirakan sebagai teman berburu. merasa telah menguasai binatang
Sementara itu, pada masa ini manusia buruannya. Tichelman dan Gruyter
purba juga telah menghasilkan karya- (1944:19-20) menekankan makna tangan
karya kesenian yang belum pernah ada sebagai lambang daya cipta para leluhur
pada masa sebelumnya. Hal ini tampak dan menghubungkan gambar tangan
pada hasil lukisan mereka yang terdapat tersebut dengan asal-usul nenek moyang.
pada dinding-dinding gua maupun di Gambar tangan dengan jari terpotong
dinding-dinding karang yang dahulu merupakan tanda berkabung (duka dan
menjadi tempat tinggalnya. Di Indonesia, pengorbanan). Gambaran sistem
penemuan lukisan-lukisan tersebut kepercayaan masyarakat pada masa
tersebar di daerah Sulawesi Selatan, berburu dan mengumpulkan makanan
Kepulauan Maluku, dan Pulau Irian tingkat lanjut ini, selain dapat diketahui
(Papua). Di Sulawesi Selatan, C.H.M. dari lukisan atau gambar di dinding-
Heeren-Palm (1950) menemukan lukisan dinding gua dan karang, juga dapat
pada sebuah dinding gua berupa cap-cap diketahui dari tata cara upacara
tangan yang jari-jarinya direntangkan penguburan mayatnya. Dari tata cara
namun tidak lengkap dan ditaburi cat penguburan dapat diketahui bahwa di
warna merah. Heeren juga menemukan antara mayat-mayat itu ada yang ditaburi
lukisan seekor babi rusa yang sedang dengan butiran cat warna merah.
melompat dengan panah di bagian Mengapa warna merah? Karena hal
jantungnya. Babi rusa tersebut tersebut diduga bahwa cat-cat merah ini
digambarkan dengan garis-garis warna berhubungan dengan suatu upacara
merah. Di tempat lain, lukisan pada penguburan yakni bermaksud agar dapat
dinding-dinding karang dan gua juga memberikan kehidupan baru di alam
menggunakan warna hitam ataupun baka. Bukti-bukti adanya tata cara
putih. Menurut R.P. Soejono (1993) penguburan semacam itu pernah
gambar gua merupakan salah satu hasil ditemukan antara lain di gua Lawa
kebudayaan manusia masa praaksara (daerah Sampung Ponorogo) dan di gua
yang hidup pada masa berburu dan Sodong serta di bukit kerang di Sumatera
mengumpulkan makanan. Gambar gua Utara. Menurut pendapat para ahli, bukti
merupakan penggambaran dari adanya penguburan pada masa berburu
kehidupan sosial-ekonomi dalam alam tersebut membuktikan bahwa pada masa
itu sudah ada anggapan tertentu maksud agar terhindar bahaya banjir
mengenai kematian dan menganggap yang sering terjadi pada masa itu, serta
bahwa orang yang telah meninggal itu menghindari serangan binatang buas jika
pindah ke alam baka, namun masih tetap sewaktu-waktu datang. Rumah-rumah
dapat berhubungan dengan orang yang itu pada umumnya dibuat dari kayu dan
masih hidup. Adanya keyakinan seperti bambu. Adanya kehidupan yang sudah
itu sehingga muncul upaya-upaya untuk
menetap biasanya memunculkan
tetap menghormati orang yang telah
kesadaran perlunya penataan hidup
meninggal meskipun dalam bentuk
penghormatan terhadap arwah atau bermasyarakat. Pada masa sebelumnya,
rohnya. Itulah inti dari kepercayaan ketika manusia masih mengembara,
manusia pada masa praaksara yaitu manusia pun hidup semau serta sebebas
pemujaan dan penghormatan kepada roh mungkin. Di masa itu, manusia hanya
orang yang telah meninggal terutama memperhatikan dirinya sendiri atau
kepada roh nenek moyang. Sistem paling besar keluarganya. Namun setelah
kepercayaan pada masa-masa selanjutnya hidup menetap, manusia juga perlu
terus berkembang, termasuk munculnya memperhatikan kepentingan di
bangunan batu-batu besar (Megalithikum) sekelilingnya. Oleh karena itu, perlu
yang khusus dipergunakan sebagai sarana adanya aturan bersama guna mengatur
pemujaan terhadap roh-roh nenek kehidupan bermasyarakat. Selain itu,
moyang, contoh bangunan Menhir. Perlu
pada masa ini perlu ditetapkan seorang
kita ketahui bahwa masa peralihan dari
berburu dan mengumpulkan makanan ke pemimpin yang dapat menjamin serta
masa bercocok tanam dan hidup menetap mengingatkan agar kesepakatan bersama
diperkirakan berlangsung selama masa berjalan dengan semestinya. Dari proses
Mesolithikum (Batu Tengah) saat Kala pembentukan masyarakat semacam inilah
Holocen. Kehidupan masa peralihan ini sehingga lahir desa-desa sederhana.
didukung dengan adanya jenis manusia Kemudian dalam aspek kependudukan,
yang sudah cerdas (homo sapiens) yakni mulai terjadi penambahan penduduk
dari jenis Papua Melanesoid. secara cepat. Pada masa ini, muncul
Selanjutnya, kehidupan masa anggapan bahwa jumlah anggota
bercocok tanam tingkat lanjut. Pada keluarga yang banyak akan sangat
masa ini, manusia sudah mengenal teknik menguntungkan, sebab banyak tenaga
bercocok tanam serta hidup menetap di yang diperlukan khususnya untuk
rumah-rumah panggung yang dibangun membantu pekerjaan-pekerjaan di bidang
secara sederhana. Tetapi, tempat-tempat petanian. Namun terlepas dari anggapan
yang mereka pilih, masih tetap sama masyarakat akan hal itu, dengan adanya
yang dilakukan oleh manusia-manusia jumlah penduduk yang banyak maka
masa sebelumnya, yakni di dekat bukit, jumlah tenaga kerja juga meningkat.
hutan, sungai, danau atau tempat-tempat Akibatnya, bidang pertanian mulai
yang dekat dengan air. Namun mereka berkembang dengan pesat. Masyarakat
sudah tidak lagi tinggal di gua-gua, mulai menanami sawah maupun
melainkan rumah-rumah panggung yang kebunnya dengan berjenis-jenis tanaman
dibangun secara sederhana. Rumah- seperti biji-bijian, rumput-rumputan serta
rumah panggung didirikan dengan sayur-sayuran. Sedangkan dalam
upayanya menunggu waktu luang (karena bercocok tanam (pertanian) diperkirakan
menunggu waktu panen tiba), masyarakat mulai muncul pada zaman Mesolithikum
juga mengisinya dengan berbagai usaha Akhir (zaman batu tengah akhir) dan
kerajinan rumah tangga seperti diperjelas pada masa Neolithikum
menganyam, mengasah alat-alat (zaman batu baru) di saat Kala Holocen.
pertanian, membuat gerabah dan lain Adapula yang menjadi pendukung
sebagainya. Pada masa bercocok tanam, pertamanya ialah manusia modern
masyarakatnya juga sudah ada yang (Homo Sapien) kelompok Proto Melayu
pandai membuat perahu terbuat dari yang datang dari Asia menuju Indonesia
pohon-pohon besar yang dipotong- sekitar ribuan tahun yang lalu, baik yang
potong. Mengenai proses pembuatan datang dari jalan barat (yang membawa
perahu tersebut dapat dijelaskan lebih kebudayaan kapak persegi) begitu juga
rinci yaitu potongan-potongan kayu besar dari jalan timur (yang membawa
dilubangi, selanjutnya dilubangi sekali kebudayaan kapak lonjong).
lagi dengan api dan terakhir lubang itu
Kemudian, setelah kehidupan
diperdalam atau dikeruk dengan
masa bercocok tanam tingkat lanjut,
belincung dan beliung sehingga
ditandai dengan adanya masa
menyerupai bentuk lesung. Pada masa ini
perundagian. Masa perundagian (Masa
diduga telah ada kegiatan perdagangan
Perkembangan Teknologi) ialah masa di
yang masih bersifat barter (tukar
mana telah terjadi perkembangan
menukar barang) untuk memenuhi
teknologi (berupa alat-alat budaya) yang
kebutuhan hidup sehari-hari. Kepandaian
cukup berarti. Pada masa perundagian ini
dalam kerajinan yang dirintis pada masa
diperkirakan telah memiliki kemahiran
ini yang nantinya akan muncul
membuat alat-alat sebagai akibat dari
spesialisasi-spesialisasi di bidang
munculnya golongan-golongan dalam
pekerjaan (terutama pertukangan).
masyarakat yang telah memiliki keahlian
Sedangkan dalam bidang kepercayaan,
khusus (para tukang/undagi) membuat
pada masa ini merupakan hasil
alat-alat tersebut. Selain telah munculnya
perkembangan dari masa-masa
golongan tukang (undagi), secara kualitas
sebelumnya. Pada masa ini orang
telah diperoleh kemajuan berupa
mempercayai akan adanya kekuatan roh
penemuan suatu campuran antara timah
nenek moyang, bahkan pada masa ini
putih dan tembaga yang menghasilkan
muncul pula kebudayaan bangunan batu-
logam perunggu. Logam di Asia
batu besar (Megalithikum) yang
Tenggara mulai dikenal sekitar 3000-
dipergunakan sebagai sarana pemujaan
2000 sebelum masehi. Sedangkan khusus
terhadap roh-roh nenek moyang. Hasil-
di Indonesia, digunakannya logam
hasil kebudayaan Megalithikum misalnya
perunggu baru dimulai beberapa abad
Menhir, Dolmen serta Punden Berundak.
sebelum masehi. Tetapi berdasarkan
Namun setelah itu muncul juga
temuan-temuan arkeologis, di Indonesia
kepercayaan akan batu-batu besar
tidak pernah mengenal alat-alat dari
(Megalithikum Tua) pada masa ini mulai
tembaga, dan hanya mengenal alat-alat
muncul kepercayaan akan kekuatan
dari perunggu dan besi saja. Sedangkan
animisme dan dinamisme. Masa
untuk perhiasan, selain dari perunggu
juga dikenal emas. Alat-alat dari logam perunggu) sebenarnya berasal dari orang-
tidak digunakan secara menyeluruh orang daratan Asia yakni orang-orang
dalam waktu yang sama namun secara yang menjadi pendukung Kebudayaan
bertahap. Alat-alat dari logam mulai Dongson di Vietnam. Orang-orang yang
banyak dipakai orang. Tetapi alat-alat membawa serta menyebarkan kepandaian
dari batu seperti beliung dan kapak batu membuat alat dari logam tersebut berasal
masih tetap dipergunakan. Alat dari batu dari bangsa Deutro Melayu yang masuk
berangsur-angsur mulai ditinggalkan ke Indonesia sekitar 500 tahun Sebelum
setelah mengetahui tentang pembuatan Masehi.
alat dari logam dan mulai dikenal secara
Di kepulauan Nusantara (sekarang
luas. Sebagaimana yang disebutkan di
Indonesia), bahan-bahan dasar yang
atas, pada masa perundagian kebetulan
dipergunakan untuk membuat alat-alat
bersamaan dengan munculnya zaman
logam seperti perunggu serta besi tidak
logam, muncul kemahiran baru yang
terdapat di sembarang tempat, dan bahan-
belum dikenal pada masa sebelumnya,
bahan dasar tersebut juga harus
yaitu kemampuan melebur dan menuang
didatangkan dari tempat lain yaitu
logam ke dalam cetakan sehingga
daratan Asia. Barang-barang yang harus
menjadi alat. Teknik ini merupakan suatu
didatangkan dari tempat lain berarti telah
perkembangan tingkat tinggi yang belum
terjadi hubungan-hubungan dagang dan
dikenal sebelumnya, sebab untuk
berarti pula terjadi hubungan budaya.
melakukannya dibutuhkan teknik atau
Oleh karena itulah maka alat atau benda-
cara khusus. Dalam hal ini logam tidak
benda peninggalan dari logam
seperti batu yang hanya dipukul-pukul
(khususnya perunggu) yang pernah
sehingga mendapatkan sebuah alat. Di
dihasilkan serta ditemukan di Indonesia
sini logam harus dipanaskan terlebih
membuktikan adanya pengaruh unsur
dahulu hingga mencapai titik leburnya
budaya dari daratan Asia tersebut
setelah itu dicetak menjadi perkakas-
(pengaruh kebudayaan Dongson).
perkakas yang diinginkan. Pada saat itu
Berbagai contoh alat-alat hasil
telah dikenal 2 macam teknik atau cara
perkembangan teknoogi yang cukup
yakni teknik cetakan setangkap (bivalve)
penting pada masa perundagian, yang
serta teknik cetakan lilin (a cire perdue).
diantaranya juga banyak dipengaruhi
Teknik setangkap tersebut dapat
oleh Kebudayaan Dongson itu antara
dipergunakan berkali-kali. Sebaliknya
lain: nekara perunggu (genderang,
teknik lilin hanya dapat dipergunakan
tambur), kapak perunggu (kapak corong,
sekali saja (sekali pakai). Untuk
kapak upacara), bejana perunggu, arca-
mencetak benda-benda yang tidak
arca perunggu, perhiasan perunggu,
mempunyai bagian-bagian yang
serta alat-alat dari besi seperti mata
menonjol menggunakan teknik
kapak, mata pisau, mata tombak, dan
setangkap. Sedangkan untuk mencetak
mata pedang.
benda-benda yang berbentuk atau yang
memiliki bagian-bagian yang menonjol
menggunakan teknik lilin. Kepandaian
membuat alat-alat dari logam (khususnya
KESIMPULAN
Kemampuan berpikir manusia untuk DAFTAR RUJUKAN
terus mempertahankan hidupnya mulai
SEJARAH INDONESIA MASA
berkembang. Pada masa berburu dan
PRAAKSARA Copyright@Drs.
mengumpulkan makanan manusia masih
Hermianto,M.Si., 2012
hidup dengan cara berpindah-pindah
secara berkelempok untuk mencari https://www.artikelmateri.com/
hewan-hewan buruan. Dengan seiring
berjalannya waktu pemikiran mereka
terus berkembang dari nomaden menjadi
menetap/sedenter dan dapat mengolah
tanah di sekitarnya untuk di tanami
berbagai jenis tanaman yang dapat di
makan untuk kelangsungan hidupnya.
Pada masa ini manusia sudah mengenal
sistem kepercayaan seperti animisne dan
dinamisme juga sudah mengenal
kesenian seperti cap tangan di dinding
gua serta sampah dapur. Pada masa
ketiga yaitu bercocok tanam tingkat
lanjut pemikiran manusia semakin maju
dengan membangun rumah-rumah
panggung sederhana yang terletak dekat
dengan sungai dan perbukitan, membuat
perahu dan sudah mengenal kerajian
tangan seperti menganyam, dan membuat
perhiasan juga melakukan sistem barter
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari. Serta sudah muncul kebudayaan
megalitik seperti menhir, dolmen yang
digunakan untuk pemujaan dan upacara
keagamaan.
Kemudian pada tahap ke empat atau yang
di sebut masa perundagian masyarakat
sudah mampu membuat alat-alat yang
terbuat dari logam, besi dan perunggu
seperti alat cetakan, kapak perunggu,
nekara perunggu , perhiasan, mata
tombak, mata pisau, mata pedang yang di
pengaruhi oleh kebudayaan dongson.

Anda mungkin juga menyukai