Anda di halaman 1dari 9

LIKUIDASI PERSEKUTUAN

Perbedaan Likuidasi dengan Perubahan Persekutuan:


Likuidasi terjadi apabila semua sekutu mengundurkan diri dan persekutuan dibubarkan,
serta aktiva non-kasnya dijual.
Perubahan persekutuan terjadi apabila:
a) Sekutu berkurang, hal ini terjadi bila seorang sekutu atau beberapa sekutu mengundurkan
diri.
b) Sekutu bertambah, hal ini terjadi apabila ada seorang sekutu atau beberapa sekutu yang
masuk ke dalam persekutuan.
Proses Likuidasi ada 4 (Empat) tahapan, yaitu:
1 . Tahap menghitung dan membagi laba atau rugi persekutuan sampai saat likuidasi (berupa
ratio pembagian laba). Pembagian laba dilakukan sesuai dengan metode pembagian laba.
Tahap ini hanya diperlukan apabila likuidasi tidak dilakukan pada awal atau akhir periode.
2 . Meng-uangkan (menjual) semua aktiva selain kas. Tahap yang kedua ini disebut Realisasi.
Apabila nilai realisasi aktiva non-kasnya lebih kecil dibanding nilai bukunya maka kerugian
harus ditanggung semua sekutu dengan mengurangkan modalnya. Sebaliknya bila nilai
realisasi aktiva non-kasnya lebih besar dibanding nilai bukunya maka keuntungkan akan
menambah modal semua sekutu sesuai ratio pembagian labanya. Rugi-laba tersebut diakui
sebagai rugi laba realisasi.
3 . Melunasi semua hutang persekutuan
Setelah penjualan aktiva non-kas (realisasi) maka hasilnya akan menambah kas, kemudian
kas ini sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata harus digunakan terlebih dahulu untuk:
a) Melunasi hutang kepada pihak ketiga (bukan sekutu)
Hutang pihak ketiga harus diprioritaskan untuk dilunasi terutama hutang pihak ketiga
yang jumlahnya besar terlebih dahulu
b) Melunasi hutang sekutu
Setelah semua utang kepada pihak ketiga dilunasi maka menyusul pelunasan hutang
sekutu yang biasanya bila hanya hutang pada seorang sekutu maka dilakukan bersama-
sama dengan pengembalian modal pada likuidasi sederhana. Apabila hutang lebih dari
satu sekutu maka dilakukan pelunasan dengan prioritas sekutu yang modalnya lebih besar.
Apabila terbukti modalnya tidak cukup untuk melunasi hutang maka sekutu yang
bersangkutan harus membayar hutang dengan harta pribadi.
4 . Membagi sisa kas yang masih ada kepada para sekutu
Sisa kas dibagikan setelah hutang kepada pihak ketiga dan sekutu dilunasi.
Tujuan pembagian sisa kas ini adalah:
a) Untuk mengembalikan modal kepada para sekutu sebagai wujud pembagian hak
kepada sekutu. Pengembalian modal ini sebesar modal bersih (modal setelah
dikurangi laba-rugi realisasi dan hutang) masing-masing sekutu
b) Untuk melindungi kepentingan sekutu dikarenakan tanggung jawab sekutu tidak
terbatas maka apabila kas memungkinkan biasanya pembayaran utang kepada
sekutu dilakukan bersama-sama dengan pengembalian modal kepada sekutu.

Menurut cara pembagian kasnya, likuidasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Likuidasi Sekaligus/ Sederhana , yaitu likuidasi yang pembagian kasnya dilakukan serentak
karena realisasi non-aktivanya sekaligus.
2) Likuidasi Bertahap/ Berangsur, yaitu likuidasi yang dilakukan sesuai tersedianya kas
walaupun realisasinya belum tuntas.

Kasus 1:
Persekutuan ABC yang beranggota A,B,C membagi rugi/laba dengan perbandingan 3:1:1
sepakat mengadakan likuidasi . Necara sebelum likuidasi adalah :
– Kas Rp 80.000.000
– Aktiva non kas Rp280.000.000
– Hutang Rp140.000.000
– Modal A Rp100.000.000
– Modal B Rp100.000.000
– Modal C Rp 20.000.000
Semua aktiva non kas telah dapat direalisasi Rp160.000.000. Berdasarkan data diatas , diminta :
a. Buatlah jurnal realisasi aktiva non kas beserta perhitungannya.
b. Buatlah jurnal pelunasan hutang Firma.
c. Menghitung kas yang diterima oleh masing-masing anggota dan buat pula jurnalnya.
Likuidasi Sederhana Dengan Kondisi Sekutu Secara Pribadi Masih Mampu

Pengertian Likuidasi Sederhana (Simple Liquidation)


Likuidasi sekaligus/ sederhana sering disebut sebagai likuidasi serentak karena pembagian
kasnya dilakukan serentak untuk semua sekutunya. Disamping itu sering disebut juga sebagai
likuidasi tunggal karena realisasi non aktivanya hanya sekali saja dan menyeluruh. Pembagian
kas dilakukan hanya sekali saja yaitu setelah semua aktiva non-kasnya terjual dan hutang kepada
pihak ketiga maupun kepada sekutu telah dilunasi.

Asumsi dasar: Solvensi vs Insolvensi Persekutuan


Likuidasi akan terjadi pada persekutuan yang solven dan tidak solven (insolven).
Persekutuan dianggap tidak solven apabila aktiva tercatat tidak memadai untuk melunasi
kewajiban persekutuan yang ada. Hal ini merupakan pendekatan entirtas terhadap masalah
insolvensi.
Dari segi hukum insolvensi persekutuan dilihat dari sisi agregat/ kumpulan yaitu
persekutuan yang dinyatakan tidak solven jika harta masing-masing sekutu ditambah harta
persekutuan tidak mencukupi untuk melunasi kewajiban persekutuan.

Terdapat 5 kemungkinan yang akan terjadi di dalam likuidasi sederhana/ sekaligus, yaitu:
a. Semua sekutu modalnya bersaldo positif.
b. Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif tetapi dapat ditutup dengan utang kepada sekutu
yang bersangkutan.
c. Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif namun tidak dapat ditutup dengan utang-piutang
sekutu yang bersangkutan.
d. Kondisi Khusus: Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif namun sekutu yang harus
menyetor modal secara pribadi dalam keadaan tidak mampu.
e. Kondisi Khusus: Kas yang ada tidak cukup untuk melunasi Utang kepada pihak ketiga.
Pada topik 1 akan dibahas likuidasi sederhana dengan 3 kemungkinan diatas dimana semua
sekutu dalam keadaan mampu, kemudian pada topik kedua dibahas mengenai likuidasi
sederhana dalam keadaan khusus yaitu sekutu dalam keadaan tidak mampu dan realisasi
yang terlalu kecil sehingga kas tidak cukup melunasi hutang kepada pihak ketiga.

1) Saldo Semua Sekutu Setelah Realisasi Bernilai Positif.


Di dalam kasus normal biasanya nilai realisasi lebih kecil daripada nilai bukunya namun
kerugian akibat realisasi tidak begitu besar sehingga saldo masing-masing sekutu setelah
realisasi bernilai positif semua. Langkah-langkah (a) Realisasi nilai aktiva non-kas (b)
Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.(c) Pelunasan utang
dagang kepada pihak ketiga. (d) Pelunasan hutang sekutu dan pembagian kas sekaligus

Kasus 2:
Para sekutu setuju untuk melikuidasi CV Jaya Raya, sesaat sebelum dilakukan likuidasi tampak
keterangan mengenai pembagian laba-rugi untuk para sekutu yaitu Ping, Tio, dan Ninda sebesar
= 3:3:4 serta Neraca per 1 April 2002 CV Jaya Raya sebagai berikut:
Neraca CV Jaya Raya (dalam Rp 1.000,-)
Kas 20,000 Hutang Dagang 60,000
Pihutang 30,000 Hutang pada Ninda 10,000
Persediaan 100,000 Modal Ping 50,000
Aktiva Tetap 150,000 Modal Tio 80,000
Modal Ninda 100,000
300,000 300,000
Atas informasi keuangan tersebut saudara diminta untuk:
a. Membuat daftar likuidasi dan jurnal yang diperlukan atas likuidasi CV Jaya Raya, apabila
aktiva non kas senilai Rp 280.000.000 laku dijual Rp 120.000.000,-
b. Berapa jumlah kerugian atas Likuidasi ini dan berapa masing-masing sekutu harus
menanggung kerugian atas likuidasi tersebut (apabila salah satu sekutu ada yang defisit
modalnya atas likuidasi tersebut maka sekutu lain akan menutupnya dan dianggap utang-
piutang antar sekutu)
Kasus 3:
Para sekutu setuju untuk melikuidasi CV Jaya Raya, sesaat sebelum dilakukan likuidasi tampak
keterangan mengenai pembagian laba-rugi untuk para sekutu yaitu Ping, Tio, dan Ninda sebesar
= 3:3:4 serta Neraca per 1 April 2002 CV Jaya Raya sebagai berikut:
Neraca CV Jaya Raya (dalam Rp 1.000,-)
Kas 20,000 Hutang Dagang 60,000
Pihutang 30,000 Hutang pada Ninda 30,000
Persediaan 100,000 Modal Ping 30,000
Aktiva Tetap 150,000 Modal Tio 80,000
Modal Ninda 100,000
300,000 300,000
Atas informasi keuangan tersebut saudara diminta untuk:
c. Membuat daftar likuidasi dan jurnal yang diperlukan atas likuidasi CV Jaya Raya, apabila
aktiva non kas senilai Rp 280.000.000 laku dijual Rp 120.000.000,-
d. Berapa jumlah kerugian atas Likuidasi ini dan berapa masing-masing sekutu harus
menanggung kerugian atas likuidasi tersebut (apabila salah satu sekutu ada yang defisit
modalnya atas likuidasi tersebut maka sekutu lain akan menutupnya dan dianggap utang-
piutang antar sekutu)

Kasus 4:
PENJUALAN ANGSURAN
(INSTALLMENT SALE)

Penjualan Angsuran: penjualan yang pembayarannya bisa dilakukan secara bertahap


dalam jangka waktu tertentu (biasanya ≥ 5 tahun)

Secara teori yang dipelajari adalah 1. Sistem Penjualan Angsuran


2. Metode Pengakuan Laba
3. Kegagalan Pelunasan Piutang Angsuran
4. Masalah Kepemilikan Kembali Barang Dagangan
5. Masalah Tukar-Tambah Dalam Penjualan Angsuran

Sistem
Masalah akuntansi
Penjualan Angsuran
1.1. Laba diakui pada tahun penjualan (Dasar Penjualan)
1.2. Laba diakui proporsional dengan realisasi
1. Penjln. Angsuran kas dari penjualan (Dasar Kas/ Cash basis)
Aktiva Tetap 1.3. Kegagalan pelunasan piutang angsuran :
(Brg tdk bergerak) maka L/R diakui sebesar selisih antara
harga pasar dg nilai riil yang tercatat dalam
pembukuan

2. Penjln. Angsuran 2.1. Laba diakui proporsional dengan realisasi


Barang dagangan kas dari penjualan
(Barang bergerak) 2.2. Masalah Kepemilikan kembali Barang
Dagangan (pembatalan penjualan angsuran)

3. Masalah Tukar-tambah (trade-in) dalam Penjualan Angsuran

1.1. Laba Diakui Pada Tahun Berjalan, mempunyai ketentuan (aturan) akuntansi sbb:
a) Laba (selisih Harga Jual dgn Harga Pokok) diakui seluruhnya pada tahun penjualan
dilakukan
b) Setelah tahun penjualan (hasil penagihan atas penjualan berjalan) tidak mengakui adanya
laba tetapi hanya mencatat penerimaan kas & mengurangi pihutang
c) Hasil penagihan sesudah tahun berjalan dianggap sebagai pengembalian harga pokok
d) Apabila konsumen dibebani bunga, maka pencatatan atas bunga dilakukan dengan
mengakui pendapatan bunga

1.2. Laba Diakui Proporsional dengan penerimaan kas, mempunyai aturan akuntansi sbb:
a) Pada waktu dilakukan penjln angsuran, perkiraan laba ditampung dalam rekening antara,
dengan pos “Laba kotor belum direalisir”
b) Setiap akhir tahun mengakui laba kotor sebesar % laba dibandingkan penjualan, dikalikan
kas yang diterima. Jumlah ini digunakan untuk menyesuaikan “Laba kotor belum
direalisir” menjadi “Laba kotor direalisir”
c) “Laba kotor direalisir” merupakan bagian laba yang diakui pada laporan Laba/rugi
periode bersangkutan
d) Pendapatan bunga dicatat dan diakui tersendiri di luar laba kotor yang direalisasi.

1.3. Kegagalan Pelunasan Piutang Angsuran


Apabila konsumen gagal melunasi hutangnya, maka seluruh rekening riil yang berhubungan
dengan pihutang angsuran dibatalkan dan aktiva tetap yang dijual-belikan dinilai sebesar
nilai pasar. Pengakuan laba-rugi atas kegagalan pihutang angsuran diakui sebesar selisih
antara harga pasar dengan nilai riil yang tercatat dalam pembukuan:
a) Untuk metoda laba diakui saat penjualan, nilai riil sebesar “pihutang angsuran” yang
belum dilunasi
b) Untuk Laba Diakui “Proporsional dengan penerimaan kas”, nilai riil sebesar pihutang
angsuran di (-) laba kotor belum direalisasi yang berhubungan dengan aktiva yang
dikembalikan.
Contoh soal 1.1: (Laba diakui pada tahun berjalan)
Pada bulan Januari 2003 PT “Bale Ageng Development” menjual 50 unit (Kapling) tanah dengan
harga pokok per kapling Rp 7.000.000,- dijual dengan harga Rp 10.000.000,- ditambah bunga
10% per tahun. Pembayaran dilakukan tiap semester selama 2 tahun atau 4 semester (4 kali
angsuran), uangmuka dibayar 20% dan bunga dihitung dari sisa pinjaman.
Diminta:
a) Buatlah jurnal untuk mencatat penjualan tanah
b) Buatlah jurnal untuk mecatat angsuran I dan II serta jurnal penutup pada akhir tahun pertama.
c) Buatlah jurnal untuk penerimaan angsuran tahun keII beserta bunganya serta jurnal penutup
pada akhir tahun II.

Contoh soal 1.2 : (Tugas dikumpulkakn saat UAS 2011)


Pada tanggal 1 Agustus 20x1, toko Sumber Baru menjual mobil Zusuji Baleno kepada Harjanto
dengan harga Rp 74.000.000,- harga pokok mobil tersebut sebesar Rp 62.900.000,- Harjanto
membanyar uang muka berupa kas sebesar Rp 28.000.000,- Sisa harga kontrak dibayar secara
angsuran selama 20 bulan dalam jumlah yang sama ditambah bunga 2% dari angsuran kali
jangka waktu. Pembayaran angsuran pertama dilakukan mulai tanggal 1 September 20x1. toko
Sumber Baru mengelola persediaan barang dagangannya dengan sistem perpetual.

 Buatlah jurnal yang diperlukan oleh Toko Sumber Baru pada tahun 20x1, 20x2, dan 20x3
apabila laba kotor diperhitungkan dengan metode angsuran!

Contoh soal 1.3 : (Laba Diakui Proporsional dengan penerimaan kas)


Pada tanggal 30 September 2003 PT Manunggal menjual sebidang tanah dengan harga Rp
50.000.000,- tanah tersebut dulu dibeli dengan harga perolehan Rp 30.000.000,- dalam penjualan
ini perusahaan menerima uang muka sebesar Rp 8.000.000,- dan sisanya akan diterima tiap tiga
bulan @ Rp 3.000.000,- mulai pada tanggal 31 Desember 2003. telah disepakati juga bahwa
pembeli akan dibebani bunga 2% tiap kuartal, yang dihitung dari saldo yang terhutang. Karena
penagihan piutang tidak terjamin maka perusahaan akan mengakui laba berdasarkan jumlah kas
yang diterima (proposional dengan penerimaan kas)
Diminta:
a) Buatlah jurnal untuk mencatat penjualan tanah
b) Buatlah jurnal untuk mencatat penerimaan kas pada tanggal 30 Desember 2003
c) Buatlah jurnla untuk mencatat realisasi laba pada akhir tahun 2003 (31 Desember 2003)
Jawaban Contoh soal 1.1: (Laba diakui pada tahun berjalan)
KETERANGAN JURNAL
Tahun I
1. Januari 2003 1. Kas (uang muka) 100,000,000
Pada saat penjualan, diterima uang muka Piutang angsuran 400,000,000
sebesar Rp 100.000.000 (20% x 500 Juta) Tanah Kapling 350,000,000
dan mencatat harga pokok piutang angsuran dan labanya. Perhitungan: Laba Penjualan 150,000,000
Harga pokok tanah : 50 x Rp 7.000.000 = Rp 350.000.000
Harga jual : 50 x Rp10.000.000 = Rp 500.000.000
Laba Penjualan = Rp 500.000.000 - Rp350.000.000 = Rp 150.000.000

2. 1 Juli 2003: 2. Kas 120,000,000


Penerimaan angsuran I sebesar: Piutang angsuran 100,000,000
400.000.000 = 100.000.000 Pendapatan bunga 20,000,000
4
Bunga yang dibayar sebesar:
6/12 X 10% X 400.000.000 = 20.000.000

3. 31 Desember 2003: 3. a. Piutang Bunga 15,000,000


a. Menyesuaikan adanya pendapatan bunga dari angsuran kedua, sebesar: Pendapatan Bunga 15,000,000
6/12 X 10% X (400.000.000 - 100.000.000) = 15.000.000

b. Membuat Jurnal Penutup (penyesuaian) tahun 2003 b. Laba Penjualan 150,000,000


untuk menutup Laba Penjualan dan Pendapatan Bunga dari angsuran I Pendapatan Bunga 35,000,000
Laba - Rugi 185,000,000
KETERANGAN JURNAL
Tahun II
1. Januari 2004
a. membuat jurnal balik (Reversing entry) untuk Pendaptan bunga yang telah a. Pendapatan Bunga 15,000,000
dicatat Tgl 31 Desember 2003 (sebagai jurnal penyesuaian) Piutang Bunga 15,000,000

b. Penerimaan Angsuran ke 2 sebesar Rp 100.000.000 dan Pendapatan bunga b. Kas 115,000,000


Rp 15.000.000 Piutang Angsuran 100,000,000
Pendapatan Bunga 15,000,000

2. Juli 2004
c. Penerimaan Angsuran ke 3 sebesar Rp 100.000.000 c. Kas 110,000,000
Pendapatan Bunga dihitung sbb: Piutang Penjl Angsuran 100,000,000
6/12 X 10% X (400.000.000 - 200.000.000) = 10.000.000 Pendapatan Bunga 10,000,000

3. 31 Desember 2004: d. Piutang Bunga 5,000,000


d. Menyesuaikan adanya pendapatan bunga dari angsuran keempat, sebesar: Pendapatan Bunga 5,000,000
6/12 X 10% X (400.000.000 - 300.000.000) = 5.000.000

e. Membuat jurnal penutup tahun 2004 dari pendapatan bunga angsuran yang ke 4 e. Pendapatan Bunga 15,000,000
Laba - Rugi 15,000,000

Anda mungkin juga menyukai