Anda di halaman 1dari 46

TUGAS DASAR

ADMISITRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

OLEH :

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
DAFTAR ISI

I. KONSEP KEBIJAKAN ........................................................................................................ 3


II. IMPLEMENTASI ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN DI BIDANG KESEHATAN
4
III. TRANSLASI ATAU DEVIASI KEBIJAKAN MENJADI PROGRAM KESEHATAN DI
INDONESIA ......................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 46
I. KONSEP KEBIJAKAN
II. IMPLEMENTASI ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN DI BIDANG
KESEHATAN
Administrasi Dan Manajemen Rumah Sakit

A. Administrasi Dan Manajemen Rumah Sakit


Dalam kehidupan sehari-hari begitu banyak sektor kehidupan yang menjadi perhatian
pemerintah, seperti sektor pendidikan, pertanian, industri, ekonomi, kesehatan dan lain-lain.
Salah satu sektor yang mendapatkan perhatian yang cukup besar dari pemerintah adalah sektor
kesehatan.
Kebutuhan masyarakat akan kesehatan yang semakin meningkat, memicu rumah sakit-
rumah sakit yang ada untuk meningkatkan fasilitas kesehatan dan melakukan perbaikan
terhadap manajemen pelayanan kepada pasien, salah satu yang termasuk di dalamnya adalah
rumah sakit Ropanasuri.
Rumah sakit Ropanasuri merupakan satu-satunya rumah sakit swasta khusus bedah
yang ada di Padang. Rumah sakit ini berencana melakukan perubahan-perubahan agar dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada pasiennya. Dengan meningkatnya
taraf pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat, konsumen (dalam hal ini pasien) semakin
banyak menuntut haknya selaku pemakai jasa pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan yang terbaik. Semakin baik mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh suatu
rumah sakit
kepada pasiennya, maka akan memberikan peluang bagi rumah sakit itu, untuk dapat
bersaing dengan rumah sakit lainnya dalam mendapatkan kepercayaan dari pasien.
Kegiatan pelayanan yang dilakukan rumah sakit dimulai dari saat pasien mendaftar di
tempat penerimaan pasien, masa pengobatan oleh dokter, pemeriksaan penunjang medis dan
mengevaluasi pasien sampai pasien keluar dari rumah sakit. Kegiatan penunjang medis yang
ada pada rumah sakit khusus bedah Ropanasuri, seperti tenaga medis, ruang rawat, jumlah
pasien, pemakaian tempat tidur dan fasilitas fisik lainnya serta status rekam medis melibatkan
informasi yang akan berguna untuk menunjang kelancaran proses kegiatan pelayanan medis
rumah sakit dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan rumah sakit itu sendiri, seperti
Departemen Kesehatan serta Dinas Kesehatan Kota.
Proses pengelolaan data pasien dilakukan secara terpusat pada bagian rekam medis
rumah sakit khusus bedah Ropanasuri dengan sumber data diperoleh dari unit-unit pelayanan
medis yaitu rawat jalan, gawat darurat dan rawat inap. Data rekam medis ini kemudian diolah
menjadi informasi-informasi yang dibutuhkan, seperti pembuatan laporan.
Saat ini rumah sakit khusus bedah Ropanasuri melakukan pengelolaan data pasien
menjadi informasi secara manual. Data pasien dicatat dalam lembaran kertas berupa formulir
yang memuat data pasien dan jenis penyakit yang dideritanya, sehingga hal ini membutuhkan
waktu yang lama, karena bagian rekam medis harus menunggu data pasien dari setiap unit
pelayanan kesehatan, kemudian data tersebut dipindahkan ke komputer dan pengolahan
terhadap data tersebut hanya dilakukan pada saat dibutuhkan saja, misalnya pada saat
pembuatan laporan bulanan, tahunan atau pada saat dinas kesehatan membutuhkan informasi
tentang jumlah pasien yang terdaftar yang mengidap suatu penyakit yang sedang mewabah dan
tingkat kematian pasien dalam periode tertentu. Petugas rekam medis harus memeriksa data
pasien tersebut yang masih dalam bentuk catatan satu per satu, untuk memastikan bahwa data
pasien tersebut sudah dipindahkan ke komputer.
Berkas-berkas status rekam medis pasien yang sudah selesai diisi disimpan pada rak
penyimpanan. Pada saat pasien lama datang berobat, terjadi kesulitan saat pencarian berkas
status rekam medis pasien tersebut, begitu juga dengan pasien yang kehilangan kartu berobat.
Jika berkas status rekam medis pasien tidak ditemukan, maka status rekam medis pasien harus
dibuat kembali. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penggandaan dokumen atau status rekam
medis pasien yang sudah pernah datang sebelumnya.
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, maka perlu dikembangkan cara
pengelolaan data pasien pada rumah sakit khusus bedah Ropanasuri, agar dapat memberikan
informasi secara cepat kepada pengguna sesuai dengan kebutuhannya. Dan dapat membantu
proses pengolahan data dengan lebih baik.

A. Manajemen Informasi
Organisasi memiliki lima sumber daya yaitu: manusia, material mesin, uang dan
informasi. Sumber daya informasi perusahaan/organisasi merupakan salah satu keunggulan
kompetitif suatu perusahaan/organisasi, jika dikelola dengan baik. Manajemen sumber daya
informasi (Information Resources Management-IRM) adalah aktivitas yang dijalankan oleh
manajer pada semua tingkatan dalam perusahaan/organisasi dengan tujuan mengidentifikasi,
memperoleh, dan mengelola sumber daya informasi yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai. Sumber daya informasi perusahaan/organisasi mencakup [McLeod,1995]:
a. Perangkat keras komputer.
b. Perangkat lunak komputer.
c. Para spesialis informasi, merupakan pihak-pihak di dalam perusahaan yang bertanggung
jawab secara penuh untuk memelihara dan mengembangkan sistem berbasis komputer.
Para spesialis informasi itu adalah:
 Analis sistem, merupakan pakar dalam mendefinisikan masalah dan menyiapkan
dokumentasi tertulis mengenai cara komputer membantu menyelesaikan masalah.
Analis sistem bekerja sama dengan pemakai dalam mengembangkan sistem yang baru
dan memperbaiki sistem yang sudah ada.
 Pengelola database (database administrator), pihak yang bekerja sama dengan pemakai
dan analis sistem dalam menciptakan database yang berisi data yang diperlukan untuk
menghasilkan informasi bagi pemakai.
 Spesialis jaringan (network specialist), pihak yang bekerja sama dengan analis sistem
dan pemakai membentuk jaringan komunikasi data yang menyatukan berbagai sumber
daya komputer yang tersebar.
 Programmer, pihak yang membuat program komputer berdasarkan dokumentasi yang
disiapkan oleh analis sistem.
 Operator, pihak yang mengoperasikan peralatan komputer berskala besar seperti
komputer mainframe dan komputer mini. Operator memantau layar komputer,
mengganti ukuran-ukuran kertas printer, mengelola perpustakaan tape dan disk storage,
serta melakukan tugas-tugas serupa lainnya.
d. Pemakai (User), sebagai pihak pemakai sistem yang ada, dan sebagai rujukan bagi para
spesialis informasi dalam mengembangkan sistem yang ada.
e. Fasilitas
f. Database.
g. Informasi.
B. Metodologi Siklus Hidup Sistem
Menurut McLeod, 2001, siklus hidup sistem terdiri dari lima tahap, yaitu perencanaan,
survei, analisis, rancangan dan penerapan yang dimaksudkan bagi pengembangannya. Semua
tahap dapat melibatkan pemakai, dan dapat pula melibatkan spesialis informasi jika end-user
computing tidak dilakukan sepenuhnya.
Siklus hidup sistem merupakan penerapan pendekatan sistem untuk tugas
mengembangkan dan menggunakan sistem berbasis komputer. Siklus hidup sistem itu sendiri
merupakan metodologi, tetapi polanya lebih dipengaruhi oleh kebutuhan untuk
mengembangkan sistem lebih cepat. Pengembang sistem yang lebih responsif dapat dicapai
dengan peningkatan siklus hidup dan penggunaan peralatan pengembangan berbasis komputer
(compute-based development tools). Dua peningkatan itu adalah prototyping dan rapid
application development. Saat perusahaan-perusahaan berusaha memanfaatkan sepenuhnya
teknologi informasi, mereka memperbaharui sistem mereka dengan menggunakan rancang
ulang proses bisnis(business process redesign).
Uraian tentang jenis-jenis metodologi siklus hidup sistem yang dapat digunakan dalam
mengembangkan sistem, dapat dijelaskan pada bagian berikut.
C. Prototyping
Prototyping sistem informasi adalah suatu teknik yang sangat berguna untuk
mengembangkan informasi tertentu mengenai syarat-syarat informasi pengguna secara cepat.
Dengan menggunakan prototyping, analis sistem berupaya memperoleh reaksi awal dari para
pengguna dan pihak manajemen terhadap prototipe, saran-saran pengguna terhadap perubahan
atau pemecahan masalah sistem yang dibuat prototipenya, sehingga memungkinkan dilakukan
inovasi mengenai prototipe tersebut, serta rencana-rencana revisi yang mendetail dengan
bagian-bagian sistem yang perlu dilakukan lebih dulu.
Prototipe memberikan ide bagi pembuat maupun pemakai tentang cara sistem berfungsi
dalam bentuk lengkapnya. Proses menghasilkan sebuah prototipe disebut prototyping.
Jenis-jenis informasi yang dicari saat melakukan prototyping Kendall, 2003 adalah
sebagai berikut;
1. Reaksi awal dari pengguna
Saat analis sistem menampilkan sebuah prototipe sistem informasi, maka analis akan
tertarik dengan reaksi pengguna dan pihak manajemen terhadap prototipe. Analis ingin
tahu secara mendetail bagaimana reaksi mereka saat bekerja dengan prototipe dan apakah
fitur-fitur sistem yang diprototipekan sudah sesuai dengan kebutuhan mereka. Untuk
mengetahui reaksi dari pengguna ini dapat digunakan lembar evaluasi.
2. Saran-saran dari pengguna
Analis juga tertarik dengan saran-saran pengguna dan pihak manajemen perbaikan
terhadap prototipe yang ditampilkan. Saran-saran diperoleh dari pengalaman saat bekerja
dengan prototipe selama periode waktu tertentu. Waktu yang dihabiskan pengguna saat
bekerja dengan prototipe biasanya tergantung pada dedikasi mereka serta ketertarikan atas
proyek sistem. Saran-saran merupakan hasil dari interaksi pengguna dengan prototipe serta
refleksi mereka atas interaksi tersebut. Saran yang diperoleh dari pengguna memberi
petunjuk pada analis teatang cara-cara memperbaiki, mengubah atau menghentikan
prototipe sehingga bisa memenuhi kebutuhan pengguna dengan lebih baik.
3. Inovasi
Inovasi prototipe merupakan bagian dari informasi yang dicari oleh tim analis sistem.
Inovasi adalah kemampuan-kemampuan sistem baru yang tidak dianggap berhubungan
dengan waktu saat pengguna mulai berinteraksi dengan prototipe. Inovasi-inovasi ini
memberi nilai tambah terhadap fitur-fitur yang diprototipekan sebelumnya dengan
menambahkan sesuatu yang baru atau yang lebih inovatif.
4. Rencana revisi
Rencana revisi membantu mengidentifikasikan prioritas apa yang akan diprototipekan
selanjutnya. Informasi yang terkumpul dalam fase prototyping memungkinkan analis
menyusun prioritas-prioritas dan memberi pengarahan kembali rencana-rencana tersebut
dengan lebih efisien, serta dengan gangguan minimum. Karena fitur inilah, prototyping dan
perencanaan bisa dilaksanakan bersama-sama.

Dalam pengembangannya, prototipe terbagi kedalam dua jenis, dimana langkah-langkah yang
terdapat dalam masing-masing jenis tersebut menurut Kendall, 2003, dapat dijelaskan sebagai
berikut.

Pengembangan Prototipe Jenis I


Langkah-langkah yang terdapat dalam pengembangan prototipe jenis 1 adalah sebagai berikut
Kendall, 2003:
1. Mengidentifikasikan kebutuhan pemakai.
Analis sistem mewawancarai pemakai untuk mendapatkan gagasan dari apa yang
diinginkan pemakai terhadap sistem.
2. Mengembangkan prototipe
Analis sistem mungkin bekerjasama dengan spesialis informasi lain, menggunakan satu
atau lebih pendekatan prototyping untuk mengembangkan sebuah prototipe. Contoh dari
peralatan prototyping, adalah integrated application generator dan prototyping toolkits.
Integrator application generator adalah sistem perangkat lunak jadi yang mampu
menghasilkan semua tampilan yang diinginkan dalam sistem baru, seperti menu, laporan,
layar, database, dan sebagainya. Prototyping toolkits mencakup sistem-sistem perangkat
lunak terpisah, yang masing-masing mampu menghasilkan sebagian tampilan sistem yang
diinginkan.
3. Menentukan apakah prototipe dapat diterima.
Analis mendidik pemakai untuk menggunakan prototipe dan memberi kesempatan kepada
mereka untuk membiasakan diri dengan sistem. Pemakai memberi masukkan kepada analis
apakah prototipe memuaskan. Jika ya, langkah 4 akan di ambil, jika tidak, prototipe direvisi
dengan mengulangi langkah 1, 2, dan 3.
4. Menggunakan prototipe
Prototipe ini menjadi sistem operasional.

Pengembangan Prototipe Jenis II


Langkah pertama dalam pengembangan prototipe jenis II ini sama dengan
pengembangan prototipe jenis I, menurut Kendall, 2003, langkah selanjutnya adalah:
5. Mengkodekan sistem operasional.
Programer menggunakan prototipe sebagai dasar untuk pengkodean (coding) sistem
operasional.
6. Menguji sistem operasional
Programer menguji sistem.
7. Menentukan jika sistem operasional dapat diterima
pemakai memberi masukan kepada analis apakah sistem dapat diterima, jika ya, langkah 7
dilakukan, jika tidak, langkah 4 dan 5 diulangi.
8. Menggunakan sistem operasional.

D. Daya Tarik Prototyping


Pemakai maupun spesialis informasi menyukai prototyping, untuk alasan-alasan
Kendall,2003, sebagai berikut:
1. Komunikasi antara analis sistem dan pemakai, membaik.
2. Analis dapat bekerja dengan lebih baik dalam menentukan kebutuhan pemakai
3. Pemakai berperan lebih aktif dalam pengembangan sistem
4. Spesialis informasi dan pemakai menghabiskan lebih sedikit waktu dan usaha dalam
pengembangan sistem
5. Penerapan menjadi lebih mudah karena pemakai mengetahui apa yang diharapkan.

Keuntungan-keuntungan ini memungkinkan prototyping menghemat biaya pengembangan dan


meningkatkan kepuasan pemakai dengan sistem yang dihasilkan.

E. Potensi Kegagalan Prototyping


Prototyping berpotensi juga untuk gagal, karena beberapa hal, Kendall,2003, yaitu;
1. Ketergesaan untuk membuat prototipe mungkin menghasilkan jalan pintas dalam definisi
permasalahan, evaluasi alternatif, dan dokumentasi.
2. Pemakai mungkin sangat tertarik dengan prototipe tersebut sehingga mereka
mengharapkan sesuatu yang tidak realistis dari sistem operasional itu.
3. Prototipe jenis I mungkin tidak seefisien sistem yang dikodekan dalam bahasa
pemograman
4. Hubungan komputer-manusia yang disediakan oleh peralatan prototyping tertentu
mungkin tidak mencerminkan teknik perancangan yang baik.

F. Rapid Application Development (RAD)


Menurut McLeod, 2001, RAD adalah istilah yang dibuat oleh James Martin, seorang
konsultan komputer dan pengarang, untuk siklus hidup pengembangan yang ditujukan guna
menghasilkan sistem secara cepat tanpa mengorbankan kualitas.
RAD adalah seperangkat strategi, metodologi dan peralatan yang terintegrasi yang ada
dalam satu rangka kerja menyeluruh yang disebut information engineering (IE). Information
engineering (IE) adalah nama yang diberikan oleh Martin untuk pendekatannya yang
menyeluruh dalam pengembangan sistem, yang memperlakukannya sebagai kegiatan seluruh
perusahaan. Istilah enterprise digunakan untuk menggambarkan keseluruhan perusahaan.

G. Unsur-unsur Penting RAD


RAD memerlukan empat unsur penting; manajemen, manusia, metodologi dan
peralatan [Kendall, 2003]:
Manajemen. Manajemen, khususnya manajemen puncak, harus merupakan orang yang
suka bereksperimen, yang suka melakukan hal yang baru atau orang yang cepat tanggap, yang
cepat belajar menggunakan metodologi baru. Manajemen harus mendukung RAD sepenuhnya
dan menyediakan lingkungan kerja yang membuat kegiatan tersebut sangat menyenangkan.
Manusia. Daripada menggunakan satu tim tunggal untuk mengerjakan semua kegiatan
SLC, RAD menyadari efisiensi yang dapat dicapai melalui penggunaan beberapa tim yang
terspesialisasi. Tim untuk perancangan kebutuhan, rancangan pemakai, konstruksi, penelaahan
pemakai, dan cutover dapat dibentuk. Anggota tim ini adalah pada ahli metodologi dan
peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas khusus mereka. Untuk menggambarkan
tim, Martin menggunakan istilah tim SWAT. SWAT merupakan singkatan dari “skilled with
advanced tools”.
Metodologi. Metodologi dasar RAD adalah siklus hidup RAD, yang terdiri dari empat
tahap: (1) perencanaan kebutuhan, (2) rancangan pemakai,(3) kontruksi, dan (4) cutover.
Tahap-tahap ini, seperti SDLC, mencerminkan pendekatan sistem. Pemakai berperan penting
dalam setiap tahap, bekerjasama dengan spesialis informasi.
Peralatan. Peralatan RAD terutama terdiri dari bahasa-bahasa pemograman generasi ke
empat (fourth-generation language) dan peralatan CASE yang memudah prototyping dan
pembuatan kode. Bahasa pemograman generasi ke empat memungkinkan spesialis informasi
atau pemakai untuk menghasilkan kode komputer tanpa menggunakan bahasa pemograman
konvensional. Contoh dari bahasa pemograman generasi keempat adalah natural, FOCUS, dan
SQL.
Hubungan antara metodologi-metodologi siklus hidup sistem tersebut diatas dapat
dilihat dalam sub bab berikut ini.

H. Menempatkan SLC, Prototyping, dan RAD dalam Perspektif


Siklus hidup sistem, prototyping dan RAD semuanya merupakan metodologi.
Metodologi ini merupakan cara-cara yang dianjurkan dalam menerapkan sistem berbasis
komputer. SLC merupakan aplikasi dari pendekatan sistem untuk masalah penerapan sistem
komputer dan berisikan semua elemen pendekatan sistem dasar, dimulai dari identifikasi
masalah dan diakhiri dengan penggunaan sistem.
Prototyping merupakan bentuk pendek dari pendekatan sistem yang berfokus pada
definisi dan pemuasan kebutuhan pemakai. Prototyping dapat berada dalam SLC.
Kenyataannya, selama proses pengembangan satu sistem tunggal mungkin diperlukan banyak
prototyping.
RAD merupakan pendekatan alternatif untuk tahap rancangan dan penerapan dari SLC.
Sumbangan terbesar dari RAD adalah kecepatannya menghasilkan sistem untuk digunakan,
yang terutama dicapai melalui penggunaan peralatan berbasis komputer dan tim proyek
terspesialisasi.
Dari semua metodologi yang ada, SLC merupakan metodologi tertua dan akan terus
menjadi dasar sebagian besar kerja pengembangan sistem. Prototyping juga merupakan
metodologi yang telah cukup mapan, dan akan terus digunakan bagi proyek-proyek yang
kebutuhan pemakainya masih sulit didefinisikan McLeod, 2001.

I. Rancang Ulang Proses Bisnis


Rekayasa ulang proses bisnis (BPR- Business Process Engineering) yaitu pemeriksaan
proses terhadap proses-proses bisnis dan berdampak terhadap profitabilitas. BPR
mengidentifikasi kesempatan-kesempatan untuk membuat sistem-sistem baru,
menspesifikasikan maksud dan menentukan lingkupnya.
Information System telah menciptakan tiga teknik untuk menerapkan BPR pada CBIS.
Teknik-teknik ini dikenal sebagai tiga R yaitu McLeod, 2001;
1. Rekayasa mundur
Untuk komputer, rekayasa mundur (reverse engineering) adalah proses
menganalisis suatu sistem untuk mengidentifikasi elemen-elemennya dan antar
hubungannya, serta untuk menciptakan dokumentasi dalam tingkat abstraksi lebih tinggi
dari yang sekarang. Rekayasa mundur diterapkan pada suatu sistem jika terdapat kebutuhan
untuk menyiapkan dokumentasi baru.
Titik awal dalam merekayasa mundur suatu sistem adalah kode program, yang
diubah menjadi dokumentasi program seperti diagram tindakan, bahasa inggris terstruktur
dan bagan arus program. Dokumentasi ini dapat, pada gilirannya diubah menjadi
penjelasan yang lebih abstrak seperti diagram arus data dan bagan arus sitem. Transformasi
ini dapat dicapai secara manual atau oleh perangkat lunak BPR.
Karena itu, rekayasa mundur mengikuti suatu alur mundur melalui siklus hidup
sistem.

2. Restrukturisasi
Restrukturisasi (restructuring) adalah transformasi suatu sistem menjadi bentuk lain tanpa
mengubah fungsionalitasnya. Contoh restrukturisasi yang baik adalah transformasi suatu
program yang ditulis pada tahun awal-awal komputer, ketika hanya sedikit standar
pemograman, menjadi program dalam format terstruktur. Setelah suatu program
direstrukturisasi, program itu kembali digunakan, sehingga menghasilkan pola lingkaran.
Restrukturisasi dapat dilakukan dalam arah mundur melalui tiap tahap dari siklus hidup
sistem. Hasilnya adalah suatu sistem yang terstruktur lengkap dari rencana ke kode.
3. Rekayasa ulang
Rekayasa ulang (reengineering) adalah rancang ulang lengkap suatu sistem dengan tujuan
mengubah fungsionalitasnya. Ini bukan pendekatan “sapu habis” karena pengetahuan
mengenai cara sistem yang sedang berjalan tidak diabaikan sama sekali. Pengetahuan itu
dapat diperoleh dengan pertama-tama terlibat dalam rekayasa mundur. Lalu sistem baru
dikembangkan secara normal. Nama rekayasa maju (forward engineering) diberikan untuk
proses yang mengikuti siklus hidup sistem secara normal saat terlibat dalam BPR.
J. Metodologi Penelitian
a. Bagan Alir Tahapan Penelitian
Dalam penelitian ini, sistem informasi pengelolaan data pasien rumah sakit khusus bedah
Ropanasuri dikembangkan sesuai dengan tahapan penelitian berikut ini:
b. Metodologi Pengembangan Sistem Informasi
Metodologi yang digunakan dalam pengembangan sistem informasi pengelolaan data
pasien rumah sakit khusus bedah Ropanasuri ini adalah prototyping, yaitu salah satu
modifikasi dari metodologi siklus hidup sistem.
Prototyping dibuat agar dapat memberikan respon yang lebih baik bagi kebutuhan
pemakai, sehingga dengan prototyping, waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan sistem
dapat dikurangi.
Metodologi pengembangan sistem informasi dengan menggunakan prototyping
mempunyai tahapan sebagai berikut:
1. Penelitian pendahuluan
Pada tahap ini dilakukan survey terhadap kondisi organisasi, permasalahan sistem,
informasi-informasi aktivitas medis, dan ruang lingkup pengembangan sistem.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna
Proses mengidentifikasi kebutuhan pengguna bertujuan untuk mengetahui apa yang
diinginkan pemakai terhadap sistem yang akan dikembangkan. Proses ini dapat
dilakukan dengan cara wawancara, observasi, dan pencarian data yang berhubungan
dengan aktivitas medis. Setelah itu dilakukan analisis terhadap aktivitas dan proses
yang terjadi pada sistem.
3. Mengembangkan prototipe
Dalam pegembangan prototipe atau dalam perancangan sistem informasi, tahapan ini
termasuk ke dalam tahap desain sistem, dimana perancangan tersebut meliputi;
 Perancangan model sistem
 Perancangan output dan input sistem
 Perancangan database sistem dan
 Perancangan aplikasi sistem
Tahapan perancangan ini akan mempermudah penganalisis dalam mengembangkan
prototipe sampai prototipe tersebut dapat diaplikasikan. Dalam setiap proses
perancangan sistem, penganalisis harus selalu berinteraksi dengan pengguna untuk
mendapatkan informasi tentang kebutuhannya.
Dalam mengembangkan prototipe ini terlebih dahulu harus ditentukan peralatan
prototyping, yaitu perangkat lunak yang digunakan untuk menghasilkan tampilan yang
diinginkan dalam sistem baru.
4. Verifikasi
Pada tahap ini, analis memberikan kesempatan kepada pengguna untuk membiasakan
diri dengan sistem, kemudian pengguna memberikan masukan apakah prototipe yang
dihasilkan sesuai dengan keinginan pengguna. Sehingga keputusan apakah prototipe
diterima atau tidak, dapat diketahui. Dan verifikasi ini dapat dilakukan secara berulang.
5. Mengkodekan sistem operasional
Setelah pengguna menyatakan setuju dengan prototipe yang dirancang, maka tahap
selanjutnya dilakukan pengkodean sistem operasional. Disini prototipe digunakan
sebagai dasar untuk pengkodean tersebut.

6. Menguji sistem operasional


Setelah selesai melakukan pengkodean sistem operasional, maka sistem tersebut diuji
oleh programmer.
7. Verifikasi
Untuk tahap selanjutnya dilakukan kembali verifikasi terhadap sistem operasional yang
dibuat, apakah sistem tersebut dapat diterima atau tidak.
8. Menggunakan sistem operasional
9. Analisis hasil rancangan
Merupakan analisis terhadap prototipe yang telah dibuat.
10. Kesimpulan dan saran
Merupakan kesimpulan dari sistem informasi yang dibuat dan saran-saran untuk
perbaikan dimasa yang akan datang dan untuk penelitian lebih lanjut.

c. Alat Bantu yang Digunakan


Alat Bantu yang digunakan dalam sistem informasi pengelolaan data pasien ini, adalah
sebagai berikut:
1. Formulir evaluasi prototipe
2. SQL untuk merancang database sistem informasi pengelolaan data pasien
3. Macromedia Dreamweaver untuk perancangan halaman web dan hubungan ke database.

K. Survey Sistem
Survey sistem merupakan tahap pendahuluan yang dilakukan dengan cara mengamati secara
langsung sistem yang bersangkutan, melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait
dengan bagian rekam medis/pemakai, dan mengamati proses sistem serta meneliti dokumen-
dokumen yang ada, terutama yang berkaitan dengan dokumen rekam medis. Survey sistem
dilakukan untuk mengetahui ruang lingkup sistem, organisasi sistem, kebutuhan sistem dan
rencana-rencana sistem yang akan dikembangkan.

L. Analisis Sistem
Analisis sistem merupakan tahapan penelitian selanjutnya. Analisis dilakukan terhadap proses
sistem, permasalahan sistem, kebutuhan informasi pengguna, analisis rencana-rencana
organisasi dan analisis kebutuhan sumber daya yang dimiliki sistem.

M. Analisis Proses Sistem


Pengelolaan data pasien pada bagian rekam medis secara garis besar terdiri dari tiga proses,
yaitu proses penerimaan pasien, pengelolaan data pasien, dan pengolahan data dan laporan
secara keseluruhan.

N. Analisis Permasalahan Sistem


Permasalahan yang ada pada bagian pengelolaan data rekam medis pasien rumah sakit
Ropanasuri seperti yang telah disebutkan diatas menyebabkan pengelolaan data pasien
membutuhkan waktu yang lama. Permasalahan tersebut antara lain:
1. Bagian pengolahan data rekam medis harus menunggu data pasien dari setiap unit rawat
untuk diolah dalam lembaran dokumen. Dalam meng-input-kan data pasien sering terjadi
kesalahan dalam pemberian nomor rekam medis.
2. Lamanya proses pencarian status rekam medis pasien lama yang datang berobat, karena
data pasien tersebut harus dicari diantara tumpukan dokumen rekam medis pasien lainnya.
3. Status rekam medis tidak ditemukan, akan dibuatkan status baru, sehingga hal ini
mengakibatkan terjadinya penggandaan status rekam medis.
4. Lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pengolahan data pasien, seperti jumlah pasien
yang hidup dan meninggal dalam jangka waktu tertentu, lama pasien dirawat dan lainnya,
sehingga jika terjadi perubahan data tidak dapat dilihat pada saat itu juga.
5. Jika ada pihak-pihak tertentu yang membutuhkan informasi tentang pasien, maka mereka
harus menunggu jadwal pembuatan laporannya.

O. Analisis Kebutuhan Informasi


Proses pengelolaan dan pengolahan data pasien pada rumah sakit Ropanasuri dilakukan secara
manual, hal ini mengakibatkan lambatnya informasi sampai ke pengguna informasi tersebut.
Data yang memerlukan perhitungan dilakukan dengan menggunakan kalkulator, seperti
perhitungan lama hari perawatan, BOR, BTO, TOI dan lainnya.

P. Analisis Rencana Organisasi


Rencana rumah sakit Ropanasuri untuk kedepannya adalah melakukan perbaikan-perbaikan
terhadap sistem kerjanya, yaitu dengan mengoptimalkan sistem kerja yang ada. Salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi
dalam pengelolaan sistem informasi secara terkomputerisasi, hal ini tentu saja diperlukan
tersedianya perangkat komputer yang lengkap, sehingga dengan rencana ini diharapkan rumah
sakit Ropanasuri dapat meningkatkan kinerjanya pada masa yang akan datang.

Q. Kebutuhan Sumber Daya Manusia


Sistem informasi pengelolaan data pasien yang dirancang ini menggunakan teknologi
informasi dengan memanfaatkan teknologi jaringan intranet, dimana setiap komputer yang ada
pada bagian unit rawat, direktur dan bagian pengelolaan rekam medis saling terhubung satu
dengan yang lainnya. Dengan pemanfaatan teknologi ini akan dapat mempermudah dan
mempercepat proses pengelolaan dan pengolahan data rekam medis pasien.
R. Desain dan Perancangan Sistem
Perancangan sistem dilakukan untuk memberikan gambaran tentang proses yang terjadi dalam
sistem yang sedang diteliti, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam melakukan
pengembangan aplikasi dari sistem tersebut.

S. Perancangan Model Sistem


Dalam perancangan model sistem digunakan alat bantu berupa diagram alir data dan bagan alir
dokumen. Pada diagram alir data dapat dilihat urutan proses yang terjadi dalam mengelola data
pasien yang dimulai dari saat pasien mendaftar sampai pasien tersebut selesai mendapatkan
pelayanan di rumah sakit tersebut. Pada bagan alir dokumen dapat dilihat urutan aliran
dokumen-dokumen pasien dimulai dari saat pasien mendaftar, kemudian data tersebut diolah
pada setiap unit rawat yang dituju dan terakhir diolah pada bagian pengelolaan data rekam
medis pasien.

T. Perancangan Input dan Output Sistem


Perancangan input sistem yang dibuat disesuaikan dengan bentuk formulir atau dokumen status
rekam medis pasien. Data yang diinputkan ini akan berpengaruh terhadap output yang akan
dihasilkan nantinya, oleh karena itu kelengkapan data yang akan di-input-kan harus
diperhatikan pada saat merancang form input ini. Output sistem yang dirancang berpedoman
pada format laporan tahunan pasien dan berdasarkan hasil wawancara dengan user atau
pemakai yaitu petugas pada tempat penerimaan pasien, petugas pada setiap unit rawat dan
petugas pada bagian pengolahan data rekam medis.

U. Perancangan Database Sistem


Database sistem informasi yang dirancang ini digunakan sebagai tempat penyimpanan data
pasien. Database tersebut dibuat sesuai dengan kebutuhan informasi sistem dan berpedoman
pada diagram alir data yang telah dibuat.

V. Perancangan Prototipe
Setelah menganalisis sistem dan kebutuhan informasi pada rumah sakit khusus bedah
Ropanasuri, dengan menggunakan metode tradisional seperti wawancara, observasi, dan
pencarian data arsip, maka tahap pengembangan prototipe dapat dilakukan. Tahap ini
merupakan tahapan perancangan dialog layar terminal yang merupakan perantara antara
pengguna sistem dengan sistem yang dibuat.

W. Teknologi yang Digunakan


Teknologi yang digunakan dalam pembuatan sistem informasi pengelolaan data pasien ini
adalah berbasis web dengan teknologi Active Server Pages (ASP). User dapat mengakses
informasi dari komputer lain yang terhubung dengan jaringan. Perangkat lunak yang dipasang
cukup pada satu server, kemudian jika user ingin mengakses informasi yang dibutuhkan,
mereka hanya perlu meminta ke server, kemudian server akan mengolah permintaan user
tersebut dan mengirimkannya ke browser user dalam bentuk format html biasa, sedangkan
kode-kode script tetap tersimpan pada komputer server, sehingga keamanan kode-kode script
tetap terjaga.

Administrasi dan Manajemen Puskesmas

A. Pengertian
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (UPTD), puskesmas
berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di
wilayah kabupaten/kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas
bertanggungjawab hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila
di satu kecamatan terdapat lebih dari dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah
kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah
(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional
bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

B. Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya
Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah
gambaran masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata
serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni :
1) Lingkungan sehat

2) Perilaku sehat

3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

4) Derajat kesehatan penduduk kecamatan

C. Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di


wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yakni pembangunan yang tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan
dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan
kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
berserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa
diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai.
D. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarkan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

E. Fungsi
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan


pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping
itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat.

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga


dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan,
menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama


secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi :
a. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods)
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan,
tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan
rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods)
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan
penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat
lainnya.

KEDUDUKAN ORGANISASI TATA-KERJA PUSKESMAS


A. Kedudukan
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya dengan Sistem Kesehatan
Nasional, Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah Daerah :
1. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai sarana
pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota adalah sebagai Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah
kerjanya.
3. Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah adalah sebagai Unit Pelaksana
Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang merupakan unit struktural Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata
pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktek dokter,
praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan
puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama ini adalah sebagai
mitra. Di wilayah kerja puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan
berbasis dan bersumber daya masyarakat seperti posyandu, polindes, pos obat desa dan
pos UKK. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis
dan bersumberdaya masyarakat adalah sebagai pembina.

B. Organisasi
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-
masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu kabupaten/kota
dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan
dengan Peraturan Daerah.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut :
a. Kepala Puskesmas

b. Unit Tata Usaha yang bertanggungjawab membantu Kepala Puskesmas dalam


pengelolaan:

– Data dan informasi

– Perencanaan dan penilaian

– Keuangan

– Umum dan pengawasan

c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas

– Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM

– Upaya kesehatan perorangan

d. Jaringan pelayanan puskesmas

– Unit puskesmas pembantu


– Unit puskesmas keliling

– Unit bidan di desa/komunitas


2. Kriteria Personalia

Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas disesuaikan


dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit puskesmas.
Khusus untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang
sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan
masyarakat.

3. Eselon Kepala Puskesmas

Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan di tingkat


kecamatan. Sesuai dengan tanggungjawab tersebut dan besarnya peran Kepala Puskesmas
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan, maka jabatan
Kepala Puskesmas setingkat dengan eselon III-B.
Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat untuk menjabat jabatan eselon
III-B, ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteria Kepala Puskesmas yakni
seorang sarjana di bidang kesehatan kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup
bidang kesehatan masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.
C. Tata Kerja
1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan kantor kecamatan
melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat kecamatan. Koordinasi
tersebut mencakup perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian serta penilaian. Dalam hal pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya
masyarakat oleh puskesmas, koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula
kegiatan fasilitasi.
2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan
demikian secara teknis dan administratif, puskesmas bertanggungjawab kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebaliknya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
bertanggungjawab membina serta memberikan bantuan administratif dan teknis kepada
puskesmas.
3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat
dan swasta, puskesmas menjalin kerjasama termasuk penyelenggaraan rujukan dan
memantau kegiatan yang diselenggarakan. Sedangkan sebagai pembina upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat, puskesmas melaksanakan bimbingan teknis,
pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan.
4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,
puskesmas menjalin kerjasama yang erat dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan.
Untuk upaya kesehatan perorangan, jalinan kerjasama tersebut diselenggarakan dengan
berbagai sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti rumah sakit (kabupaten/kota)
dan berbagai balai kesehatan masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-paru,
balai kesehatan mata masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat, balai
kesehatan olahraga masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat, balai kesehatan
indra masyarakat). Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama
diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai
Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai kesehatan masyarakat. Kerjasama
tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang menyeluruh dalam
koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
5. Dengan Lintas Sektor
Tanggungjawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah menyelenggarakan
sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Untuk mendapat hasil yang optimal, penyelenggaraan pembangunan
kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait
yang ada di tingkat kecamatan. Diharapkan di satu pihak, penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di kecamatan tersebut mendapat dukungan dari berbagai sektor
terkait, sedangkan di pihak lain pembangunan yang diselenggarakan oleh sektor lain di
tingkat kecamatan berdampak positif terhadap kesehatan.
6. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya, puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat sebagai objek dan
subjek pembangunan. Dukungan aktif tersebut diwujudkan melalui pembentukan
Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang menghimpun berbagai potensi
masyarakat, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi kemasyarakatan,
serta dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai mitra puskesmas dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan. Badan Penyantun Puskesmas (BPP)
Pengertian:
Suatu organisasi yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakat peduli kesehatan yang
berperan sebagai mitra kerja puskesmas dalam menyelenggarakan upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kerja puskesmas.
Fungsi:
a. Melayani pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan pembangunan kesehatan oleh
puskesmas (to serve)

b. Memperjuangkan kepentingan kesehatan dan keberhasilan pembangunan kesehatan


oleh puskesmas (to advocate)

c. Melaksanakan tinjauan kritis dan memberikan masukan tentang kinerja puskesmas (to
watch)

UPAYA & AZAS PENYELENGGARAAN PUSKESMAS


A. Upaya
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang
keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni :
a. Upaya Kesehatan Wajib
b. Upaya Kesehatan Pengembangan

1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas


Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh
setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
o Upaya Promosi Kesehatan
o Upaya Kesehatan Lingkungan
o Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
o Upaya Perbaikan Gizi
o Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
o Upaya Pengobatan

a) Upaya Promosi Kesehatan


PENGEMBANGAN DESA SIAGA :
a. Desa / Kelurahan Siaga yang terbentuk
b. Desa/Kelurahan Siaga Bina
c. Desa/Kelurahan Siaga Tumbuh
d. Desa/Kelurahan Siaga Kembang
e. Desa/Kelurahan Siaga Paripurna
f. Desa/Kelurahan Siaga Aktif
KPM / Kader Sudah ada min. 2 Sudah ada 3-5 Sudah ada 6-8 Sudah ada 9
Kesehatan/ orang orang orang orang atau lebih
Kader
Tehnis

Kemudahan Ya Ya Ya Ya
Akses
Pelayanan
Kesehatan

Posyandu & Posyandu ya, Posyandu & Posyandu & Posyandu &
UKBM
UKBM lainnya 2 UKBM lainnya 3 UKBM lainnya 4 UKBM lainnya
lainnya Aktif
tidak aktif aktif aktif aktif

Dukungan dana Sudah ada dari Sudah ada dari Sudah ada dari Sudah ada dari
untuk kegiatan pemerintah desa pemerintah desa pemerintah desa pemerintah desa
kesehatan di desa dan kelurahan dan kelurahan dan kelurahan dan kelurahan
dan kelurahan serta belum ada serta satu serta dua sumber serta dua sumber
sumber lainnya sumber lainnya lainnya yaitu lainnya yaitu
baik masyarakat masyarakat dan masyarakat dan
ataupun dunia dunia usaha dunia usaha
usaha

Peran Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif
Masyarakat dan masyarakat masyarakat yang masyarakat yang masyarakat
Organisasi namun tidak ada didukung peran didukung peran yang didukung
Kemasyarakatan peran aktif ormas aktif satu ormas aktif dua ormas peran aktif
lebih dari dua
ormas
Peraturan Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
Kepala Desa atau direalisasikan direalisasikan direalisasikan
peraturan
Bupati/walikota

Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan


PHBS PHBS Kurang PHBS minimal PHBS minimal PHBS minimal
Rumah Tangga dari 20% rumah 20% rumah 40% rumah 70% rumah
tangga yang ada tangga yang ada tangga yang ada tangga yang ada
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PHBS
a. Pengkajian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada
Tatanan Rumah Tangga
Rumah Tangga Sehat (10 Indikator)
b. Intervensi dan Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat pada

Kelompok Rumah Tangga


Institusi Pendidikan (Sekolah)
Institusi Sarana Kesehatan
Institusi TTU
Institusi tempat kerja
PENGEMBANGAN UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA
MASYARAKAT (UKBM)
a. Jumlah Posyandu
b. Posyandu Pratama
c. Posyandu Madya
d. Posyandu Purnama
e. Posyandy Mandiri
b) Upaya Kesehatan Lingkungan
1. Penyehatan Air

a. Pengawasan Sarana Air Bersih ( SAB )

b. Sarana Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatan

c. Jumlah KK yang memiliki akses terhadap SAB 2. Penyehatan Makanan dan


Minuman

2. Penyehatan Perumahan dan Sanitasi Dasar


3. Pembinaan Tempat-Tempat Umum ( TTU )
4. Klinik Sanitasi
5. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) = Pemberdayaan Masyarakat
c) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
1. Kesehatan Ibu
a. Pelayanan Kesehatan bagi Bumil sesuai standard, untuk kunjungan lengkap
(K4)

b. Drop out K1 - K4

c. Pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten

d. Pelayanan Nifas Lengkap sesuai standar

e. Pelayanan Maternal Risti/komplikasi yang ditangani

2. Kesehatan Bayi
a. Pelayanan Neonatal Risti/Komplikasi yang ditangani

b. Pelayanan Neonatal sesuai standar (KN lengkap)

c. Pelayanan Bayi Paripurna

3. Upaya Kesehatan Balita dan Anak Pra Sekolah

a. Pelayanan kesehatan anak Balita

b. Pelayanan kesehatan Anak Pra Sekolah

K1 = Kunjungan pertama Bumil :


– K1 Akses : K1 tidak memandang

umur kehamilan – K1 Murni : K1

pada umur kehamilan < 12 mgg

(Trimester I)

K4 = Kunjungan Bumil 1-1-2 :


1) Trimester I
= min. 1 x

2) Trimester II

= min. 1 x 3)

Trimester III

= min. 2 x
ANC = 5 T :
1) Tinggi Badan & Berat Badan

2) Tekanan Darah

3) Tinggi Fundus Uteri

4) TT (imunisasi)

5) Tablet Fe

KN 1 :
1) Neonatus dini (hari 1-3) , min. = 1 x

2) Neonatus dini (hari 4-7) , min. = 1 x

KN 2 : Kunjungan Neonatus (<28 hari)


1) Neonatus dini (hari 1-3) , min. = 1 x

2) Neonatus dini (hari 4-7) , min. = 1 x

3) Hari 8 – 28, min. = 1 x

d) Upaya Kesehatan Anak Usia sekolah dan Remaja

a. Jumlah Murid yang dilakukan penjaringan kesehatannya

 Murid kelas I SD/MI

 Murid kelas VII SMP/MTs

 Murid kelas X SMS/MA

b. Frekuensi pembinaan kesehatan disekolah

c. Jumlah kader yang dilatih tentang kesehatan

d. Cakupan pelayanan kesehatan remaja

e. Pelayanan Keluarga Berencana

 Cakupan KB aktif (contraceptive prevalence rate/CPR)

 Cakupan peserta KB baru

 Cakupan KB Drop Out

 Cakupan peserta KB mengalami komplikasi


 Cakupan peserta KB yang mengalami kegagalan kontrasepsi

 Cakupan peserta KB mengalami efek samping

e) Upaya Perbaikan Gizi


1. PELAYANAN GIZI MASYARAKAT

a. Pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi Pada Balita 2 kali per tahun

 bayi 6 - 11 bl. mendapat Vit. A 100.000 SI 1x pertahun (capsule biru)


(Pebruari atau Agustus)

 anak balita (1-4 tahun) mendapat Vit. A 200.000 SI 2x pertahun


(capsule merah) (Pebruari dan Agustus)

b. Pemberian tablet besi (90 tablet) pada Bumil

c. BUMIL KEK (ibu hamil dengan LILA < 23,5 cm )

2. PENANGANAN GANGGUAN GIZI

a. Balita Gizi buruk mendapat perawatan

b. MP-ASI Pada anak usia 6-24 bulan

c. Pemberian PMT Pemulihan balita gizi buruk

d. BALITA BAWAH GARIS MERAH

e. Cakupan Rumah Tangga yang mengkonsumsi garam beryodium

3. PEMANTAUAN STATUS

a. Desa bebas rawan gizi

b. Balita naik berat badannya (N/D)

c. Persentase Balita yang ditimbang berat badannya (D/S)

f) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


III. TRANSLASI ATAU DEVIASI KEBIJAKAN MENJADI PROGRAM
KESEHATAN DI INDONESIA

TRANSLASI ATAU DERIVASI KEBIJAKAN MENJADI PROGRAM KESEHATAN DI


INDONESIA

Jaminan Sosial Masyarakat (JAMKESMAS) adalah bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan
bagi fakir miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah, diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan sejak tahun 2008 dan merupakan perubahan dari Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin /JPKMM atau lebih dikenal dengan program
ASKESKIN yang diselenggarakan pada tahun 2005-2007.

Perubahan mendasar penyelenggaraan dari Program ASKESKIN ke Program JAMKESMAS


didasari atas pertimbangan untuk pengendalian biaya pelayanan kesehatan, peningkatan mutu,
transparansi dan akutabilitas penyelenggaraan program.

Perubahan meliputi:

 pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi
Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas Negara

 penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit

 penempatan pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit

 pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan
Kabupaten/Kota, serta

 penugasan PT Askes (Persero) untuk melaksanakan pengelolaan kepesertaan

1. Landasan Filosofis

Program JAMKESMAS sebagai kelanjutan dari Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan


Masyarakat Miskin atau dikenal Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (ASKESKIN)
diselenggarakan sejak Agenda 100 Hari Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu untuk mengatasi
hambatan dan kendala akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan dan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat miskin.

Kebijakan JAMKESMAS/ASKESKIN dilaksanakan untuk memenuhi hak dasar setiap


individu/semua warga negara termasuk masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Kebijakan ini merujuk pada Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia oleh Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB) Tahun 1948 dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 pada Pasal 28 H.

Lebih lanjut, Program JAMKESMAS diselenggarakan untuk:

 Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan
fasilitas kesehatan yang melaksanakan program Jamkesmas.

 Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar dan terkendali mutu dan
biayanya.

 Terselenggaranya pengelolaan keuangan Negara yang transparan dan akuntabel.

Kebijakan JAMKESEMAS/ASKESKIN diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan untuk


menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu
selama masa transisi pelaksanaan UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (UU SJSN). Selanjutnya, penyelenggaraan akan diserahkannya kepada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sesuai UU SJSN.

2. Landasan Yuridis

Keputusan Menteri Kesehatan No. SK No. 1241/Menkes/SK/XI/2004 tentang Penugasan PT


Askes (Persero) Dalam Pengelolaan Program Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin.

Peraturan Perundangan Terkait

 Undang-Undang Dasar 1945:


1. Pasal 28 H ayat (1) bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapat lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
2. Pasal 34 ayat (1) bahwa fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh
negara, sedangkan ayat (3) bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak.

 Pendanaan dan Pengelolaan Dana:


1. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor
47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286)
2. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 No.
5, Tambahan Lemb. Negara Nomor 4355)
3. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4400)
4. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3637)
5. UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4920)
6. UU No. 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2009 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4920)
 PerMen Keuangan No. 134/PMK.6/2005tentang Pedoman Pembayaran dalam
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
 PerMen Keuangan No. 91/PMK.06/2007tentang Bagan Akun Standar

 Penyelenggaraan pelayanan kesehatan:


1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063)
2. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 No.
116, Tambahan Lembaran Negara No. 4431)
 PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637)
4. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan UU No. 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU
No. 32 Tahun 2004 (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4844)
 PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737)
 PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741)
5. PerPres No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006
6. PerMen Kesehatan No. 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1279/Menkes/Per/XII/2007

3. Mekanisme Penyelenggaraan

Mekanisme penyelenggaraan Program JAMKESMAS diatur dengan:

a. Tahun 2013

 Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia No. 40 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2013.
 Penyelenggaraan JAMKESMAS Tahun 2013 diatur lebih lanjut dengan:
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
140/MENKES/SK/III/2013 tentang Penerima Dana Tahap Kedua Penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2013
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 010/Menkes/SK/I/2013 tentang
Penerima Dana Tahap Pertama Penyelenggaraan Jamkesmas Tahun 2013
3. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan RI No. HK.02.03/I/0395/2013
tentang Penerima Dana Tahap Pertama Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di
Pelayanan Dasar untuk Tiap Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2013
4. Surat Edaran No. 149 Tahun 2013 tentang Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat Tahun 2013
5. Surat Edaran No. HK.03.03/X/573/2013 tentang Pelaksanaan Jamkesmas dan
Jampersal Tahun 2013
b. Tahun 2012

 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 903/Menkes/Per/V/2011 tentang


Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2011 digunakan
sebagai pedoman pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2012
(berdasarkan petunjuk teknis pelayanan kesehatan dasar JAMKESMAS No.
2581/Menkes/Per/XII/2011)
 Penyelenggaraan JAMKESMAS Tahun 2012 diatur lebih lanjut dengan:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2581/Menkes/Per/XII/2011
tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jaminan Kesehatan Masyarakat.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 052/Menkes/SK/II/2012
Tentang Penerima Dana Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat dan Jaminan
Persalinan di Pelayanan Dasar untuk Tiap Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2012
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 053/Menkes/SK/II/2012
Tentang Penerima Dana Tahap Pertama Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
Masyarakat Tahun 2012
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 173/Menkes/SK/V/2012
Tentang Penerima Dana Tahap Kedua Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
Masyarakat Tahun 2012
5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat No. HK.03.05/I/431/12
Tentang Penerima Dana Tahap Pertama Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di
Pelayanan Dasar untuk Tiap Kab/Kota Tahun Anggaran 2012
6. Keputusan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat No. HK.03.05/I/861/12
Tentang Penerima Dana Tahap Kedua Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di
Pelayanan Dasar untuk Tiap Kab/Kota Tahun Anggaran 2012
7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan No. HK 03.05/1524/2012 tentang
Penerima Dana Tahap Ketiga Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di Pelayanan
Dasar untuk Tiap Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2012
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 233/Menkes/SK/VII/2012
tentang Penerima Dana Tahap Ketiga Penyelenggaraan Jamkesmas Tahun 2012
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 382/Menkes/SK/XI/2012
tentang Penerima Dana Tahap Keempat Penyelenggaraan Jamkesmas Tahun 2012
c. Tahun 2011

 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 903/Menkes/Per/V/2011 tentang


Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2011, memuat:
1. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat sebagai acuan bagi
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan
Puskesmas serta pihak lain yang terkait dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat.
2. Ketentuan untuk memberlakukan Pemberlakuan INA-CBGs untuk klaim pelayanan
kesehatan terhadap peserta Jamkesmas sejak akhir tahun 2010.
3. Mencabut Keputusan Menteri Kesehatan No. 686/Menkes/SK/VI/2010 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, Tahun 2010
 Penyelenggaraan JAMKESMAS Tahun 2011 diatur lebih lanjut dengan:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1097/Menkes/Per/VI/2011 tentang
Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jamkesmas
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo. 325/Menkes/SK/II/2011 tentang
Penerima Dana Tahap Pertama Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun
2011
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo. 1036/Menkes/SK/V/2011 tentang
Penerima Dana Tahap Kedua Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun
2011
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo. 1783/Menkes/SK/VIII/2011 tentang
Penerima Dana Tahap Ketiga Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun
2011
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo. 1937/Menkes/SK/IX/2011 tentang
Penerima Dana Tahap Keempat Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun
2011

d. Tahun 2010

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 686/Menkes/SK/VI/2010Tentang


Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, memuat:
1. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat sebagai acuan bagi
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan
Puskesmas serta pihak lain yang terkait dalam penyelenggaraan dan pengelolaan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.
2. Ketentuan untuk memberlakukan INA-DRG Versi 1.6 untuk klaim pelayanan kesehatan
terhadap peserta Jamkesmas sejak 1 Maret 2010.
3. Mencabut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 316/Menkes/SK/V/2009 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2009

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


329/MENKES/PER/III/2010Tentang Bantuan Sosial Untuk Pelayanan Kesehatan Di Daerah
Tertinggal, Perbatasan, Dan Kepulauan (DTPK) TAHUN 2010, memuat:
1. Daftar Penerima Bantuan Sosial Untuk Pelayanan Kesehatan Di Daerah Tertinggal,
Perbatasan, Dan Kepulauan (DTPK) Tahun 2010 beserta besarannya
2. Dana Bantuan Sosial diperuntukkan bagi dukungan operasional pelayanan kesehatan
primer, baik di Puskesmas maupun kunjungan ke lokasi sasaran berupa kegiatan
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di DTPK.
3. Bantuan Sosial diterima oleh Tim Pengelola Pelayanan Kesehatan DTPK yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
4. Tatacara Pengelolaan Bantuan Sosial mengikuti Petunjuk Teknis
5. Petunjuk Teknis digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan Bantuan
Sosial.
6. Dana Bantuan Sosial bersumber dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan
Kerja Direktorat Bina Kesehatan Komunitas Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat.

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 307/MENKES/PER/V/2009


Tentang Program Bantuan Sosial Dalam Rangka Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat,
memuat:
1. Bentuk bantuan
2. Prosedur pelaksanaan pemberian bantuan
3. Penggunaan bantuan
4. Pelaporan
5. Mulai berlaku sejak 25 Mei 2009

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang


Petunjuk Teknis Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana, Masyarakat Miskin
Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Serta
Rumah Tahanan Negara, memuat:
1. Petunjuk Teknis dan ketentuan untuk berpedoman pada KepMenKes No.
316/Menkes/SK/V/2009
2. Mulai berlaku sejak 23 Desember 2009

e. Tahun 2009

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 316/Menkes/SK/V/2009Tentang


Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2009, memuat:
1. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat sebagai acuan bagi
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan
Puskesmas serta pihak lain yang terkait dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat.
2. Mencabut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/Menkes/SK/II/2009 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2009
3. Mulai berlaku sejak 1 Januari 2009.

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 307/MENKES/PER/V/2009


Tentang Program Bantuan Sosial Dalam Rangka Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat,
memuat:
1. Bentuk bantuan
2. Prosedur pelaksanaan pemberian bantuan
3. Penggunaan bantuan
4. Pelaporan
5. Mulai berlaku sejak 25 Mei 2009

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang


Petunjuk Teknis Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana, Masyarakat Miskin
Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Serta
Rumah Tahanan Negara, memuat:
1. Petunjuk Teknis dan ketentuan untuk berpedoman pada KepMenKes No.
316/Menkes/SK/V/2009
2. Mulai berlaku sejak 23 Desember 2009

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 124/Menkes/SK/II/2009 tentang


Penerimaan Dana Jamkesmas Tahun 2009, memuat:
1. Rumah Sakit dan Pemberi Pelayanan Kesehatan Rujukan penerima dana Jamkesmas
beserta besarannya, dibiayai oleh Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Direktoran
Jenderal Bina Pelayanan Medik Kemenkes, tahun 2009
2. Kekurangan atau kelebihan dana akan diperhitungkan dan dibayarkan pada peluncuran
dana tahap dua
3. Mulai berlaku sejak 6 Februari 2009

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 434/Menkes/SK/VI/2009 tentang


Penerimaan Dana Tahap Dua Jamkesmas Tahun 2009, memuat:
1. Rumah Sakit dan Pemberi Pelayanan Kesehatan Rujukan penerima dana tahap dua
Jamkesmas beserta besarannya, dibiayai oleh Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA)
Direktoran Jenderal Bina Pelayanan Medik Kemenkes, tahun 2009
2. Kekurangan atau kelebihan dana akan diperhitungkan dan dibayarkan pada klaim
pelayanan kesehatan berikutnya setelah diverifikasi oleh Tenaga Pelaksana Verifikasi
3. Mulai berlaku sejak 18 Juni 2009

 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 160/Menkes/SK/II/2009 tentang


Pedoman Rekrutmen Tenaga Pelaksana Verifikasi Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat, sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1241/Menkes/SK/XII/2009 tentang Perubahan KepMenKes No.
160/Menkes/SK/II/2009,memuat:
1. Pedoman dan acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota dan pihak lain untuk rekrutmen tenaga pelaksana verifikasi dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan program Jamkesmas
2. Mencabut KepMenkes No. 274/Menkes/SK/III/2008 tentang Pedoman Rekrutmen Tenaga
Pelaksana Verifikasi Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
3. Mulai berlaku sejak 24 Februari 2009 dan perubahan mulai berlaku sejak 21 Desember
2009

 Keputusan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat No. HK.02.04/BI.1/2708/09Tentang


Petunjuk Teknis Program Jaminan Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2009,
memuat:
1. Acuan bagi instansi Pemerintah, pemberi pelayanan kesehatan serta pihak lain terkait
dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas dan pemberi pelayanan
kesehatan primer lainnya
2. Mencabut Keputusan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat No.
HK.02.03/BI.3/2318/08 Tentang Petunjuk Teknis Program Jaminan Kesehatan di
Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2008
3. Mulai berlaku sejak penetapan pada 21 Agustus 2009 dengan masa transisi sampai dengan
30 September 2009.

f. Tahun 2008
 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 125/Menkes/SK/II/2008Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin
sebagaimana diubah dengan Kep.Menkes RI Nomor 1079/Menkes/SK/XI/2008 Tentang
Perubahan Kep.Men.Kes Nomor 125/Menkes/SK/II/2008, memuat:
1. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat sebagai acuan bagi
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Rumah Sakit dan
Puskesmas serta pihak lain yang terkait dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat.
2. Menyatakan bahwa Pemberi Pelayanan Kesehatan yang telah bekerja sama dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam program ASKESKIN tetap melaksanakan
pelayanan kesehatan dengan mengacu pada pedoman baru (tahun 2008).
3. Menyatakan bahwa penyelesesaian klaim-klaim pelayanan kesehatan Program
ASKESKIN tahun 2007 yang belum diselesaikan berdasarkan penugasan kepada PT
ASKES (Persero) akan diselesaikan setelah dilakukan audit oleh aparat pengawas
fungsional.
4. Mulai berlaku sejak 1 Januari 2008.

 Keputusan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat No. HK.02.03/BI.3/2318/08 Tentang


Petunjuk Teknis Program Jaminan Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2008,
memuat:

Acuan bagi instansi Pemerintah, pemberi pelayanan kesehatan serta pihak lain terkait dalam
pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas dan pemberi pelayanan
kesehatan primer lainnya
DAFTAR PUSTAKA

http://xerma.blogspot.com/2014/05/administrasi-dan-manajemen-rumah-sakit.html?m=1

http://www.jamsosindonesia.com/prasjsn/jamkesmas/regulasi
file:///C:/Users/USER/Downloads/Documents/249338197-Administrasi-Dan-Manajemen-Puskesmas.pdf

Anda mungkin juga menyukai