Anda di halaman 1dari 18

BAB III

PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum RSU PMI Bogor
1. Sejarah RSU PMI Bogor
Rumah Sakit PMI Bogor merupakan rumah sakit swasta di wilayah
Kota Bogor yang dimiliki oleh Perhimpunan Palang Merah Indonesia. Pada
awalnya RSU PMI Bogor didirikan atas prakarsa kelompok sosial
orangorang Belanda di kota Bogor tahun 1931 dan pengelolannya
diserahkan kepada NERKAI (Nederlansch Rode Kruis Afdeling Van
Indonesie). Antara tahun 1942-1945 rumah sakit dikuasai oleh Jepang,
namun setelah Jepang kalah perang pengelolaan rumah sakit kembali ke
tangan NERKAI. Setelah Indonesia merdeka, rumah sakit tersebut
dihibahkan kepada Pengurus Palang Merah Indonesia Cabang Bogor dan
diberi nama Rumah Sakit Kedung Halang. Pada tahun 1951 rumah sakit
tersebut diserahkan kepada Markas Besar Palang Merah Indonesia dan
berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Palang Merah Indonesia (RSU
PMI) Bogor. Untuk mengelola RSU PMI Bogor dibentuk Yayasan Rumah
Sakit Umum PMI Bogor pada tahun 1964, yang kemudian dibubarkan pada
tahun 1966.
Sejak diserahkan kepada Markas Besar Palang Merah Indonesia, RSU
PMI Bogor ditunjuk sebagai sumah sakit umum yang memberikan
pelayanan kesehatan semua jenis penyakit kepada masyarakat Bogor dan
sekitarnya. Oleh karena itu, pada tahun 1965 RSU PMI Bogor bekerjasama
dengan RS Cipto Mangunkusumo dalam bentuk bantuan tenaga medis dan
paramedis dari RSCM di RSU PMI Bogor. Dalam memberikan pelayanan
kepada pasien RSU PMI Bogor menyediakan ruang perawatan kelas III (sal)
dan kelas II (2 tempat tidur per kamar). Seiring dengan perkembangan
kegiatan di RSU PMI Bogor dan ijin tetap penyelenggaraan rumah sakit
yang telah dimiliki sejak tahun 1992, RSU PMI Bogor menambah ruang
perawatan kelas II, kelas I, dan kelas VIP. Pada tahun 1999 dibuka ruang
perawatan Paviliun Melati, ruang perawatan Kelas I dan Kelas II Mawar,
Paviliun Anggrek I dan II, Instalasi Bedah Sentral, dan Pusat Diagnostik.
Dengan menyadari bahwa RSU PMI Bogor merupakan rumah sakit
yang berpengalaman dengan tenaga medis dokter spesialis yang lengkap
ditunjang dengan perlatan diagnostik yang modern dan lengkap di Wilayah
Bogor, maka sejak 2002 RSU PMI Bogor membuka Poliklinik Afiat.
Pembukaan Poliklinik Afiat dimaksudkan untuk meluaskan pelayanan di
semua segmen masyarakat dan menunjang sistem subsidi silang. Selain itu
RSU PMI Bogor melayani pasien ASKES dengan mengadakan ikatan
kerjasama dengan PT. ASKES Indonesia. Di tahun itu pula dilakukan
renovasi gedung UGD (Emergency) dan memindahkan ruang perawatan
Paviliun Mawar dan Paviliun Melati yang kini menjadi Poliklinik Afiat ke
lantai III dan IV Gedung Melati.
Oleh karena fasilitas dan pelayanan medis yang dimiliki oleh RSU
PMI Bogor, maka Rumah Sakit mendapatkan status Rumah Sakit Tipe B
menurut standar hasil Workshop Hospital. Sebelumnya RSU PMI Bogor
hanya dinyatakan Rumah Sakit Tipe C pada tahun 1970. Walaupun hanya
sebagai RS Tipe C, namun RSU PMI Bogor telah banyak berkiprah di
bidang pelayanan medik. Seperti pada tahun 1972 Poliklinik Kebidanan
ditunjuk sebagai Poliklinik Keluarga Berencana Wilayah Bogor, tahun 1988
RSU PMI Bogor ditunjuk sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara (Untar), dan sejak tahun
1989 RSU PMI Bogor ditunjuk sebagai pengelola bank darah dan
Sekretariat Bank Mata. Selain itu, RSU PMI Bogor mempunyai prestasi
yang cukup baik antara lain :
a. Meraih Juara I (satu) sebagai Rumah Sakit Swasta Tipe C tingkat
propinsi Jawa Barat Tahun 1988.
b. Juara III (tiga) lomba penampilan RS swasta tipe B tingkat Propinsi
Jawa Barat.
c. Pada bulan Oktober 1999 RS PMI Bogor berhasil meraih juara II lomba
penampilan kerja RS Swasta tingkat propinsi Jawa Barat.
2. Visi, Misi, dan Tujuan RSU PMI Bogor
RSU PMI Bogor mempunyai visi menjadi rumah sakit yang
memberikan pelayanan terbaik dengan unggulan di bidang traumatik dan
kegawatdaruratan. Adapun misi dari RSU PMI Bogor antara lain :
a. Memberikan pelayanan terbaik dengan selalu berupaya meningkatkan
sumber daya manusia.
b. Mengembangkan layanan unggulan di bidang traumatik dan
kegawatdaruratan.
c. Melakukan upaya menjadi rumah sakit rujukan di wilayah Bogor
dengan berlandaskan prinsip-prinsip kepalang merahan yang dikelola
secara sosioekonomi.
Tujuan umum RSU PMI Bogor adalah menjadi institusi pelayanan
kesehatan yang berlandaskan prinsip kepalangmerahan yang dikelola secara
sosioekonomi. Tujuan umum tersebut dijabarkan ke dalam beberapa tujuan
khusus, yaitu:
a. Menjadi institusi pelayanan kesehatan yang bermutu dengan kualitas
sumber daya manusia yang profesional dan memegang teguh etika
profesi.
b. Menjadi institusi kesehatan yang mengembangkan bidang traumatik
melalui peningkatan sarana, prasarana dan sumber daya manusia secara
berkelanjutan.
c. Menjadi rumah sakit rujukan di wilayah kota Bogor melalui usaha
secara sistematis dan berkesinambungan.
d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan berlandaskan prinsip
kepalangmerahan yang dikelola secara sosioekonomi.
Di samping itu RSU PMI Bogor mempunyai motto yaitu HUMAN
(Hospitality, Univesitality, Man Power, Activity, Need) yang mempunyai
makna memberikan pelayanan dengan keramahtamahan tanpa membedakan
sosial ekonomi pasien melalui sumber daya manusia yang bermutu dan
berdedikasi tinggi dalam melaksanakan tugas yang sesuai kebutuhan
masyarakat.
3. Pelayanan di RSU PMI Bogor
RSU PMI Bogor menyelenggarakan berbagai bentuk pelayanan
kesehatan, diantaranya :
a. Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan Rawat Jalan di RSU PMI Bogor terdiri atas dua jenis
pelayanan, yaitu Poliklinik Reguler dan Poliklinik Afiat. Poliklinik
Reguler ditujukan untuk semua pasien dengan ekonomi yang cukup
heterogen, jenis pembayaran yang beragam mulai dari pembayaran
umum tanpa jaminan dari instansi manapun, pembayaran ASKES,
pembayaran dengan jaminan pemerintah untuk keluarga miskin
(GAKIN), serta pembayaran dengan kontrak kerjasama. Fasilitas
Poliklinik Reguler terdiri dari Bedah Umum, Bedah Syaraf, Bedah
Urologi, Bedah Orthopedi, Penyakit Dalam/Internist, Paru, Syaraf,
Mata, THT, Kulit & Kelamin, Psikiatri, Anak, Imunisasi & Klinik ASI,
Jantung & Pembuluh Darah, Rehabilitasi Medik& Fisioterapi, Umum,
Gigi & Mulut, dan Konsultasi Gizi.
Poliklinik Afiat ditujukan bagi pasien umum, non ASKES, non
GAKIN, atau pasien kontrak kerjasama seperti dengan perusahaan
tertentu. Poliklinik ini dirancang untuk kelas ekonomi menengah ke atas
yang mengharapkan pelayanan yang cepat, tidak menunggu lama,
fasilitas ruangan bersih, nyaman, aman dan tenang. Poliklinik Afiat
memberikan pelayanan antara lain pelayanan laboratorium yang
meliputi pemeriksaan rutin, mikrobiologi, serologi, kimia klinik, analisa
gas darah, elisa dan tes narkoba; Treadmill; USG; Ekokardiografi,
Autotonometri, Elektrokardiografi, Audiogram; Radiologi; Fisioterapi;
Farmasi; Alat Bantu Dengar, serta Optik.
b. Pelayanan Rawat Inap
Instalasi Rawat Inap di RSU PMI Bogor mempunyai misi
menerapkan manajemen keperawatan yang benar, meningkatkan
kualitas SDM keperawatan, dan melaksanakan asuhan keperawatan
dengan standar yang ditetapkan. Sedangkan tujuannya adalah
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal, tercapainya pelayanan
keperawatan yang bermutu, serta tercapainya kepuasan pasien dan
keluarga. Fasilitas Rawat Inap terdiri dari VIP/Paviliun Melati (1 tempat
tidur per kamar), Kelas 1/Paviliun Anggrek (1 tempat tidur per kamar),
Kelas 1/Paviliun Mawar (2 tempat tidur per kamar), Kelas 2/Paviliun
Anggrek & Seruni (2 tempat tidur per kamar), Kelas 2 (2 tempat tidur
per kamar), Kelas 3 (sal), Ruang Bayi & Anak, ICU, Ruang Bersalin,
Ruang Rawat Gabung (khusus ibu & bayi), dan Ruang Pemulihan.
Adapun kapasitas tempat tidur yang ada di Instalasi Rawat Inap
RSU PMI Bogor adalah sebagai berikut : (Tabel 3)
Tabel 3. Kapasitas Tempat Tidur Pada Masing-masing
Ruang Perawatan yang ada di RSU PMI Bogor.
Ruang Perawatan Kapasitas Tempat
Tidur (unit)
Paviliun Melati 16
Paviliun Mawar 22
Paviliun Anggrek:
• Kelas I 8
• Kelas II 12
Ruang Rawat Inap Non Paviliun Dewasa :
Ruang Soka, Dahlia, Kenanga, Cempaka
dan Seruni
• Kelas II 36
• Kelas III 124
Ruang Rawat Bayi dan Anak
• Ruang Alamanda (Bayi) 20
• Ruang Aster (Anak) 18
Ruang khusus
• Ruang ICU 9
• Ruang Intermediate Centre 6
• Kamar Bersalin 6
• Ruang Rawat Gabung 8
• Recovery Room 12
Sumber : Bidang Keuangan RSU PMI Bogor
c. Pelayanan Gawat Darurat
Instalasi Gawat Darurat di RSU PMI Bogor memberikan
pelayanan berupa upaya penanggulangan kepada penderita gawat
darurat dengan fokus mencegah kematian dan kecacatan. Fasilitas
Instalasi Gawat Darurat & Truma Centre terdiri dari Pelayanan 24 jam,
Laboratorium, X-ray, Ruang Bedah Minor, dan Ambulance. Fasilitas
Instalasi Bedah Sentral terdiri atas Pelayanan 24 jam.
d. Pelayanan Bedah Sentral
Instalasi Bedah Sentral di RSU PMI Bogor memberikan pelayanan
24 jam dalam melaksanakan kegiatan operasi kepada pasien.
e. Pelayanan Forensik
Instalasi Forensik di RSU PMI Bogor memberikan pelayanan 24
jam dalam melaksanakan kegiatan forensik.
f. Pelayanan Penunjang Medik
Pelayanan penunjang medik merupakan unit pelayanan yang
mendukung kegiatan pelayanan medik di rumah sakit. Fasilitas
penunjang medik yang ada di RSU PMI Bogor cukup lengkap yang
ditunjang dengan peralatan diagnostik yang modern dan lengkap yang
terdiri dari Laboratorium Klinik (pelayanan 24 jam), Radiologi &
CTScan (pelayanan 24 jam), Farmasi (pelayanan 24 jam), Bank Darah
(pelayanan 24 jam), Ambulans (pelayanan 24 jam), Gizi,
Ekokardiografi, USG, Myelografi, Panoramic, Endoskopi, Patologi
Anatomi, Hemodialisa
g. Pelayanan Administrasi dan Keuangan
Pelayanan administrasi dan keuangan di RSU PMI Bogor
dilaksanakan oleh bidang-bidang yang terdiri dari Bidang Keuangan,
Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Rumah Sakit (PPRS), Bidang
Sekretariat, dan Bidang Sumber Daya Manusia (SDM).
B. Penganggaran di RSU PMI Bogor
Anggaran di RSU PMI Bogor disusun dalam rangka kegiatan perencanaan
dan pengendalian, serta menjadi pegangan manajemen dalam kegiatan
operasionalnya. Adapun langkah-langkah penganggaran di RSU

PMI Bogor dapat digambarkan sebagai berikut :


Panitia
Anggaran

Perencanaan Rencana Kegiatan


Angga RSU PMI Bogor
Perencanaan
ran

Usulan Pusat-pusat Negosiasi


Rancangan pertanggungjawa Anggaran
Anggaran ban

Proposal Panitia
Anggaran

Anggaran Penyusunan Revisi


Anggaran Anggaran

Belum
setuju
Pengurus Review
Pusat PMI Anggaran

Setuju

Keterangan : Pengesahan Anggaran yang


Anggaran disahkan
: Institusi

: Proses

: Dokumen

Gambar 5. Langkah-langkah penganggaran di RSU PMI Bogor


1. Proses Perencanaan Anggaran
Hampir seluruh kegiatan pelayanan di RSU PMI Bogor direncanakan
dalam bentuk Rencana Kegiatan RSU PMI Bogor. Dalam rencana kegiatan
tersebut diuraikan target-target kegiatan yang akan dilakukan untuk satu
tahun ke depan. Penetapan target kegiatan dilakukan oleh Seksi Statistik dan
Pelaporan berdasarkan data-data rekam medis kunjungan pasien. Adapun
target kegiatan yang telah ditetapkan oleh RSU PMI Bogor untuk masing-
masing pelayanan adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Target Kegiatan Pelayanan di RSU PMI Bogor
No. Jenis Pelayanan Target Kegiatan Keterangan
1. Rawat Inap 74.733 hari rawat BOR* 74%
2. Rawat Jalan 93.550 kunjungan Kegiatan naik
10%
3. Poliklinik Afiat 26.011 kunjungan Kegiatan naik
15%
4. IGD & Trauma Centre 20.500 kunjungan
5. Radiologi Naik 5%
6. Laboratorium Naik 5%
7. Hemodialisa Naik 25%
8. Farmasi Naik 6-10% Sesuai BOR 74%
9. Instalasi Bedah Sentral 6% Sesuai BOR 74%
10. Jasa Medis 6% Sesuai BOR 74%
Keterangan : BOR (Bed Occupancy Ratio) = Persentase pemakaian tempat
tidur pada satu satuan waktu tertentu.
Sumber : Bidang Keuangan RSU PMI Bogor
2. Usulan Rancangan Anggaran
Pada tahap ini tiap pimpinan pusat pertangungjawaban yang ada di
RSU PMI Bogor mempersiapkan proposal yang ingin diajukan oleh unitnya
atau pusat pertanggungjawaban. Ada dua faktor yang menjadi pertimbangan
para pimpinan pusat pertanggungjawaban tersebut sebelum menyusun suatu
proposal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang
menjadi pertimbangan adalah keadaan petugas di RSU PMI Bogor,
kebijakan rumah sakit serta nama baik dan hasil kerja yang lalu. Sedangkan
faktor eksternal antara lain tingkat bunga dan inflasi, kebijakan pemerintah,
kemajuan teknologi, kontraktor, kegiatan para pesaing dan prospek rumah
sakit.
3. Negosiasi Anggaran
Pada saat negosiasi anggaran, anggaran dari tiap pusat
pertanggungjawaban yang telah disusun kemudian diperiksa apakah sesuai
dengan petunjuk pelaksanaan yang ada. Lalu diadakan perbandingan
dengan anggaran unit terkait langsung ataupun tidak langsung. Hal ini
bertujuan agar tidak ada perbedaan yang menyebabkan terjadinya benturan
antar unit maupun kemungkinan timbulnya kemacetan dalam pelaksanaan
aktivitasnya.
4. Proses Penyusunan Anggaran
Proses penyusunan anggaran di RSU PMI Bogor menggunakan
sumberdaya dan informasi. Sumberdaya yang dimaksud adalah Panitia
Anggaran dan informasi yang digunakan adalah penentuan tahun anggaran,
kebijakan-kebijakan dari anggaran yang akan dibuat, dan target-target
kegiatan yang ingin dicapai. Panitia Anggaran merupakan suatu unit
organisasi adhoc yang terdiri dari gabungan manajemen tingkat atas, yaitu
Direktur, Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan, Wakil Direktur
Pelayanan, Kepala Bidang Keuangan, Kepala Bidang Perencanaan&Rekam
Medik, serta Kepala Bidang Pelayanan.
Pada saat pelaksanaan penyusunan anggaran, Panitia Anggaran
bertanggungjawab dalam menkoordinasikan berbagai jenis usulan
anggaran, yang kemudian akan disusun menjadi rancangan anggaran induk.
Penyusunan anggaran dilaksanakan pada akhir tahun hingga awal
tahun. Salah satu anggaran yang disusun adalah anggaran operasional yang
terdiri dari anggaran pendapatan dan anggaran biaya untuk periode satu
tahun yang kemudian dibagi ke dalam anggaran kuartalan. Rencana
anggaran biaya dilakukan berdasarkan prediksi beberapa variabel seperti
laju inflasi, realisasi tahun sebelumnya, prediksi volume kegiatan, serta
rencana kenaikan tarif pelayanan. Sedangkan perhitungan anggaran
pendapatan dilakukan dengan cara menaikkan tarif dan target volume
kegiatan. Hasil peyusunan anggaran operasional tahun 2006 yang dilakukan
RSU PMI Bogor dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Anggaran Operasional RSU PMI Bogor Tahun 2006
Keterangan Anggaran
Pendapatan 75.168.974.000
Biaya-biaya :
Biaya Personalia 16.900.222.000
Biaya Pembinaan 1.265.000.000
Biaya Rumah Tangga 864.807.000
Biaya Administrasi 912.886.000
Biaya Gedung & Lingkungan 2.794.988.000
Biaya Umum 393.584.500
Biaya Rontgen 597.597.000
Biaya Farmasi Perawatan 13.693.103.000
Biaya Patologi Klinik 1.225.548.000
Biaya Patologi Anatomi 175.846.000
Biaya Transfusi Darah & Hemodialisa 1.419.020.000
Biaya Gizi 1.273.265.000
Biaya Jasa Dokter & Paramedis 11.711.478.000
Biaya Farmasi Otonom 14.646.808.000
Biaya Subsidi Pasien Tidak Mampu 312.000.000
Biaya Lain-lain 1.357.465.500
Biaya Penyusutan 2.750.943.000
Total Biaya 72.294.561.000
Sisa Hasil Usaha yang dianggarkan 2.874.413.000
Sumber : Bidang Keuangan RSU PMI Bogor
5. Review dan Pengesahan
Langkah selanjutnya adalah memeriksa dan mensahkan anggaran.
Pada tahap ini Panitia Anggaran kembali turun tangan untuk memastikan
bahwa anggaran yang diajukan telah sesuai dengan petunjuk dan
pelaksanaan penganggaran. Selain itu, panitia anggaran juga harus
memastikan bahwa anggaran yang disusun telah sesuai dengan tujuan
jangka pendek rumah sakit dan mengakomodasikan rencana strategi
perusahaan. Setelah semuanya sesuai dengan harapan maka keseluruhan
anggaran tersebut diajukan kepada Pengurus Pusat PMI untuk mendapat
persetujuan yang kemudian disahkan untuk dijalankan pada periode yang
dimaksud. Pengurus Pusat PMI berhak untuk menyetujui, menolak ataupun
meminta perbaikan anggaran yang diajukan oleh Panitia Anggaran. Apabila
anggaran tersebut belum atau tidak disetujui, maka diberlakukan anggaran
tahun sebelumnya dengan mempertimbangkan tingkat inflasi saat ini.
6. Revisi Anggaran
Revisi anggaran dilakukan apabila ada kondisi khusus yang
mengharuskan anggaran direvisi, seperti permintaan Pengurus Pusat PMI
agar dilakukan perbaikan agar anggaran tersebut dapat disetujui.
Sedangkan evaluasi anggaran dilakukan oleh Panitia Anggaran pada
akhir tahun anggaran dengan mengadakan rapat anggaran untuk melihat
pencapaian dari rencana kegiatan terhadap realisasi, tarif yang berlaku, dan
kunjungan pasien. Evaluasi bertujuan untuk melihat kinerja anggaran
dengan cara membandingkannya dengan realisasi biaya yang terjadi.
Realisasi biaya merupakan catatan atas laporan keuangan untuk satu tahun
berjalan. Pada tahun 2006 biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan kegiatan operasional di RSU PMI Bogor adalah sebesar Rp.
82.781.852.216 (Tabel 6).
Tabel 6. Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun 2006
No Biaya Realisasi
1 Biaya Personalia 17.624.911.788
2 Biaya Pembinaan 1.621.219.600
3 Biaya Rumah Tangga 1.100.732.117
4 Biaya Administrasi 1.158.143.285
5 Biaya Gedung & Lingkungan 3.068.887.472
6 Biaya Umum 356.176.904
7 Biaya Rontgen 459.568.917
8 Biaya Farmasi Perawatan 14.629.965.604
9 Biaya Patologi Klinik 1.387.523.069
10 Biaya Patologi Anatomi 230.780.443
11 Biaya Transfusi Darah & Hemodialisa 1.647.290.898
12 Biaya Gizi 1.398.349.947
13 Biaya Jasa Dokter & Paramedis 17.163.426.270
14 Biaya Farmasi Otonom 15.729.907.909
15 Biaya Subsidi Pasien Tidak Mampu 2.552.340.376
16 Biaya Lain-lain 1.394.830.250
17 Biaya Penyusutan 1.757.797.367
Total Biaya 82.781.852.216
Sumber : Bidang Keuangan RSU PMI Bogor

C. Analisis Efektivitas Anggaran Biaya RSU PMI Bogor.


Untuk mengetahui efektivitas dari anggaran biaya di RSU PMI Bogor,
baik yang kovensional maupun yang berdasarkan ABB, dilakukan analisis
varians dari masing-masing anggaran. Analisis selisih (varians) merupakan
upaya untuk mengetahui selisih, baik positif atau negatif dari realisasi
pelaksanaan terhadap anggaran yang telah dibuat. Dalam menganalisis selisih
yang terjadi pada Anggaran Biaya RSU PMI Bogor perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut : Adanya anggaran sebagai patokan, Adanya hasil realisasi. Dan
Selisih yang terjadi baik positif (favorable) maupun negatif (unfavorable).

1. Varians Anggaran Konvensional


Varians antara anggaran yang telah dibuat perusahaan dengan realisasi
yang terjadi dapat dihitung sebagai berikut :
Tabel 20. Perhitungan Selisih (Varians) Anggaran Konvensional
Tahun 2006.
No Biaya Selisih % Status
1 Biaya Personalia -724.689.788 -4,29 U
2 Biaya Pembinaan -356.219.600 -28,16 U
3 Biaya Rumah Tangga -235.925.117 -27,28 U
4 Biaya Administrasi -245.257.285 -26,87 U
5 Biaya Gedung & -273.899.472 -9,80
U
Lingkungan
6 Biaya Umum 37.407.596 9,50 F
7 Biaya Rontgen 138.028.083 23,10 F
8 Biaya Farmasi Perawatan -936.862.604 -6,84 U
9 Biaya Patologi Klinik -161.975.069 -13,22 U
10 Biaya Patologi Anatomi -54.934.443 -31,24 U
11 Biaya Transfusi Darah & -228.270.898 -16,09
U
Hemodialisa
12 Biaya Gizi -125.084.947 -9,82 U
13 Biaya Jasa Dokter & -5.451.948.270 -46,55
U
Paramedis
14 Biaya Farmasi Otonom -1.083.099.909 -7,39 U
15 Biaya Subsidi Pasien Tidak -2.240.340.376 -718,06 U
Mampu
16 Biaya Lain-lain -37.364.750 -2,75 U
17 Biaya Penyusutan 993.145.633 36,10 F
Total -10.987.291.216 U
Keterangan : F = favorable, kondisi menguntungkan
U = unfavorable, kondisi tidak menguntungkan
Sumber : Bidang Keuangan RSU PMI Bogor (diolah)
Pada Tabel 20 di atas terlihat bahwa hampir seluruh komponen biaya
di RSU PMI Bogor memiliki varians yang tidak meguntungkan. Komponen
biaya yang memiliki varians unfavorable yang besar antara lain biaya
pembinaan (-28,16%), biaya rumah tangga (27,28%), biaya administrasi (-
26,87%), biaya patologi anatomi (31,24%), biaya jasa dokter & paramedis
(-46,55), dan biaya subsidi pasien tidak mampu (-718,06%). Sedangkan
komponen biaya yang memiliki varians favorable yang cukup besar adalah
biaya roentgen (718,06%) dan biaya penyusutan (36,10%). Biaya subsidi
pasien tidak mampu memiliki varians yang sangat besar, yaitu -718,06
persen, terjadi karena akumulasi penghapusan biaya-biaya perawatan pasien
tidak mampu yang tak tertagih selama 5 tahun. Oleh karena itu varians yang
sangat besar pada biaya subsidi pasien tidak mampu terjadi bukan karena
proses penganggarannya.
2. Varians Anggaran Berdasarkan Aktivitas
Varians antara anggaran berdasarkan aktivitas dengan realisasi yang
terjadi dapat dihitung sebagai berikut :
Tabel 21. Perhitungan Selisih (Varians) Anggaran Berdasarkan Aktivitas
Tahun 2006.
Keterangan ABB Realisasi Selisih %
BIAYA LANGSUNG
Biaya Rontgen 476.340.542 459.568.917 16.771.625 3,52
Biaya Farmasi
Perawatan 14.651.293.411 14.629.965.604 21.327.807 0,15
Biaya Patologi
Klinik 1.171.564.580 1.387.523.069 -215.958.489 -18,43
Biaya Patologi
Anatomi 209.373.873 230.780.443 -21.406.570 -10,22
Biaya Transfusi
Darah &
Hemodialisa 2.080.621.603 1.647.290.898 433.330.705 20,83
Biaya Gizi 1.306.896.000 1.398.349.947 -91.453.947 -7,00
Biaya Jasa Dokter &
Paramedis 16.326.792.230 17.163.426.270 -836.634.040 -5,12
Biaya Farmasi
Otonom 14.587.813.086 15.729.907.909 -1.142.094.823 -7,83
BIAYA TIDAK
LANGSUNG
Biaya Pembinaan 1.265.000.000 1.621.219.600 -356.219.600 -28,16
Biaya Personalia 17.445.590.340 17.624.911.788 -179.321.448 -1,03
Biaya Rumah
Tangga 976.234.138 1.100.732.117 -124.497.979 -12,75
Biaya Administrasi 1.066.842.527 1.158.143.285 -91.300.758 -8,56
Biaya Gedung &
Lingkungan 2.998.156.487 3.068.887.472 -70.730.985 -2,36
Biaya Umum 357.620.198 356.176.904 1.443.294 0,40
Biaya Penyusutan 1.745.528.579 1.757.797.367 -12.268.788 -0,70

Dari perhitungan selisih antara ABB dengan realisasi biaya terlihat


bahwa besarnya selisih yang terjadi adalah di bawah dua puluh lima persen.
Komponen biaya yang memiliki selisih yang besar pada perhitungan
anggaran metode perusahaan menurun pada perhitungan anggaran metode
ABB, yaitu biaya rumah tangga (-12,75%), biaya administrasi (-8,56%),
biaya patologi anatomi (-10,22%), biaya jasa dokter & paramedis (-5,12%),
biaya rontgen (3,52%) dan biaya penyusutan (-0,70%).
3. Perbandingan Varians Konvensional versus ABB
Berdasarkan hasil perhitungan varians anggaran konvensional dan
ABB, terlihat bahwa pada perhitungan konvensional terjadi varians yang
sangat besar baik yang positif maupun yang negatif. Sedangkan dengan
perhitungan ABB varians yang terjadi cukup kecil (rata-rata di bawah 25
persen) baik positif maupun negatif. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa anggaran yang dibuat oleh RSU PMI Bogor belum efektif karena
target-target yang ditetapkan dalam anggaran belum dapat dicapai secara
optimal. Dengan belum efektifnya anggaran yang dibuat oleh RSU PMI
Bogor, manajemen dapat menggunakan alternatif penyusunan anggaran
yang lain. Salah satunya adalah menggunakan metode ABB karena dengan
perhitungan ABB dapat mengurangi selisih antara anggaran terhadap
realisasi biaya yang terjadi di RSU PMI Bogor tahun 2006.
Perhitungan anggaran berdasarkan aktivitas (ABB) menghasilkan
nilai yang tinggi dibandingkan dengan anggaran berdasarkan metode
perusahaan seperti terlihat pada Tabel 22. Adapun biaya-biaya yang
mengalami peningkatan adalah biaya personalia, biaya rumah tangga, biaya
admnistrasi, biaya gedung dan lingkungan, biaya farmasi perawatan biaya
patologi anatomi, biaya transfusi darah dan hemodialisa, biaya gizi, serta
biaya jasa dokter dan paramedis. Sedangkan yang menganggarkan biaya
yang lebih rendah dengan metode ABB adalah biaya umum, biaya rongten,
biaya patologi klinik, biaya farmasi otonom, dan biaya penyusutan.
Perbedaan perhitungan anggaran tersebut terjadi karena adanya kesalahan
pembebanan biaya overhead yang dilakukan perusahaan, dimana dalam
membebankan biaya overhead hanya menggunakan satu dasar pembebanan
saja yaitu unit kegiatan. Hal ini menyebabkan jasa yang diproduksi dalam
jumlah kecil akan dibebani biaya overhead yang besar. Oleh karena itu, tidaj
hanya satu dasar pembebanan saja yang digunakan tetapi dapat
menggunakan dasar pembebanan antara lain unit kegiatan, jumlah
karyawan, jam kerja karyawan, dan luas bangunan.
Tabel 22. Perbandingan Varians Anggaran Tahun 2006 Metode
Perusahaan Dengan Metode ABB.
Varians
Keterangan Konvensional % Vrians ABB %
BIAYA LANGSUNG
Biaya Rontgen 138.028.083 23,10 16.771.625 3,52
Biaya Farmasi
Perawatan -936.862.604 -6,84 21.327.807 0,15
Biaya Patologi -161.975.069 -13,22 -215.958.489 -18,43
Klinik
Biaya Patologi
Anatomi -54.934.443 -31,24 -21.406.570 -10,22
Biaya Transfusi
Darah & -228.270.898 -16,09 433.330.705 20,83
Hemodialisa
Biaya Gizi -125.084.947 -9,82 -91.453.947 -7,00
Biaya Jasa Dokter &
Paramedis -5.451.948.270 -46,55 -836.634.040 -5,12
Biaya Farmasi
Otonom -1.083.099.909 -7,39 -1.142.094.823 -7,83
BIAYA TIDAK
LANGSUNG
Biaya Pembinaan -356.219.600 -28,16 -356.219.600 -28,16
Biaya Personalia -724.689.788 -4,29 -179.321.448 -1,03
Biaya Rumah 976.234.138 -27,28 -124.497.979 -12,75
Tangga
Biaya Administrasi 1.066.842.527 -26,87 -91.300.758 -8,56
Biaya Gedung & 2.998.156.487 -9,80 -70.730.985 -2,36
Lingkungan
Biaya Umum 357.620.198 9,50 1.443.294 0,40
Biaya Penyusutan 993.145.633 36,10 -12.268.788 -0,70

D. Strategi Peningkatan Efisiensi Anggaran


Berdasarkan perbandingan antara metode ABB dengan metode
perusahaan, perhitungan anggaran dengan menggunakan ABB lebih baik
dibandingkan dengan metode perusahaan karena memiliki beberapa
keunggulan. Keunggulan tersebut antara lain dapat mengidentifikasi
sumberdaya yang tersedia dan yang diperlukan untuk mengoptimalkan
pelayanan kepada pasien sehingga dapat menyajikan informasi yanglebih
akurat agar manajemen dapat melakukan upaya efisiensi proses penganggaran
dan kegiatan operasionalnya.
Upaya peningkatan efisiensi tersebut dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi biaya-biaya aktivitas dan biaya-biaya nonaktivitas yang ada di
RSU PMI Bogor. Biaya-biaya aktivitas yang dapat diefisienkan adalah biaya-
biaya tidak langsung untuk masing-masing aktivitas yang ada di RSU PMI
Bogor yaitu biaya personel serta biaya bangunan dan sarana. Biaya personel
dapat diefisienkan dengan mengoptimalkan jumlah pegawai sesuai kebutuhan
aktivitas yang ada pada rumah sakit. Sedangkan biaya bangunan dan sarana
dapat diefisienkan dengan cara mengoptimalkan kebutuhan ruangan dan saran
sesuai dengan kegiatan pelayanan kepada pasien.
Biaya-biaya nonaktivitas yang ada di RSU PMI Bogor yaitu biaya subsidi
pasien tidak mampu, biaya penguburan mayat tidak dikenal dan biaya pajak.
Biaya subsidi pasien tidak mampu dan biaya penguburan mayat tidak dikenal
dapat ditransformasi menjadi biaya aktivitas. Biaya subsidi pasien tidak mampu
ditransformasi ke biaya aktivitas penagihan pasien rawat jalan, sedangkan biaya
penguburan mayat tidak dikenal ditransformasi ke biaya aktivitas pemeriksaan
forensik. Dengan pengelolaan tersebut masing-masing biaya sedikit demi
sedikit dikurangi sehingga menjadi efisien.

Anda mungkin juga menyukai