Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi nasional didukung tersedianya kesempatan berusaha yang


cukup terbuka sehingga mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya dunia usaha di berbagai
sektor. Memerlukan Keberadaan perusahaan, baik perusahaan negara maupun perusahaan
swasta semakin memegang peran penting dalam pembangunan ekonomi, perusahaan dalam
menjalankan kegiatannya akan selalu diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut, perusahaan
memerlukan suatu strategi yang tepat yang kemudian akan menjadi prestasi bagi pihak
manajemen apabila tujuan tersebut dapat dicapai, dan prestasi itu ditunjukan dengan kinerja
perusahaan.

Analisis keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan
keuangan perusahaan. laporan keuangan perusahaan merupakan informasi yang penting selain
informasi lainnya dengan megukur kinerja keuangan. Penilaian kinerja merupakan suatu
kebutuhan dan keharusan bagi organisasi/perusahaan. pengukuran kinerja tersebut digunakan
untuk menilai keberhasilan perusahaan dan juga untuk mengevaluasi kelemahannya.

Untuk mengukur kinerja perusahaan, investor biasanya melihat inerja yang tercermin
dari berbagai macam rasio keuangan. Kelebihan dari analisis rasio keuangan adalah dapat
dilakukan perbandingan kinerja dan kondisi keuangan secara tepat. Adapun kelemahan dari alat
analisis ini diantaranya yaitu alat analisis ini belum dapat memuaskan pihak manajemen,
khususnya bagi para penyandang dana. Selama ini pengukuran kerja manajerial jarang
menggunakan pendekatan perhitungan nilai tambah terhadap biaya modal yang ditanamkan.
Dengan keterbatasan rasio itulah maka muncul konsep/pendekatan yang dinamakan Economic
Value Added (EVA) yang di Indonesia lebih dikenal dengan istilah konsep nilai tambah
ekonomi (NITAMI). EVA dilandasi oleh konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu
perusahaan harus dengan dalil mempertimbangkan harapan sistem penyedia dana (Kreditur,
pemegang saham), dan karyawan serta manajer.

Tujuan perusahaan hanya untuk menghasilkan laba yang sebesar-besarnya sudah


kurang relevandimasa sekarang karena tanggung jawab perusahaan tidak hanya untuk para
pemilik saja. Pada perusahaan publik nilai perusahaan dikaitkan dengan nilai saham yang
beredar di pasar, penetapan tujuan yang benar akan berpengaruh pada proses penilaian kinerja
nantinya, karena kesalahan pengukuran kinerja akan mengakibatkan kesalahan dalam memberi
imbalan atas prestasi yang ada.
PT. Krakatau Steel Tbk , Tbk, merupakan gabungan dari tujuh perusahaan. pada
awalnya PT. Krakatau Steel Tbk , Tbk, merupakan perusahaan negara yang kemudian berubah
menjadi Perseroan Terbatas (PT). pada sisi financial perusahaan memperlihatkan pertumbuhan
yang baik. Pada tahun 2012 pergerakan saham PT. Krakatau Steel Tbk, memcatat kenaikan
yang cukup signifikan sebesar 107 %. Posisi ini merupakan pencapaian harga tertinggi
sepanjang pencatatan saham PT. Antam, Tbk, di BEJ seiring dengan keterkaitan investor
terhadap Antam. Nilai harian rata-rata perdagangan PT. Krakatau Steel Tbk, tercatat
meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, kami mengangkat judul “PENERAPAN ECONOMIC VALUE


ADDED (EVA) UNTUK MELIHAT KINERJA PT. KRAKATAU STEEL TBK”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah keadaan kinerja PT. Krakatau
Steel Tbk, diukur dengan pendekatan Economic Value Added (EVA) ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk megetahui keadaan
kinerja PT. Krakatau Steel Tbk diukur dengan pendekatan Economic Value Added.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat sebagai berikut :

1. Penelitian ini menambah pengetahuan dan memberikan infor masi mengenai nilai EVA
PT. Krakatau Steel Tbk.
2. Penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan berupa alternatif penilaian kinerja
kepada pihak PT. Krakatau Steel Tbk
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi teman mahasiswa lain yang
tertarik melakukan penelitian yang serupa.

2
1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Guna lebih terarahnya penelitian ini, maka ruang lingkup pembahasannya adalah menyangkut
perhitungan nilai Economic Value Added (EVA) yang dilihat dari laporan keuangan PT.
Krakatau Steel Tbk, untuk periode thun 2012 sampai dengan periode 2016.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Economic Value Added

2.1.1. Pengertian Economic Value Added

EVA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1993 oleh suatu perusahaan konsultan
manajemen yaitu Stern Steward & Co, dan telah diadopsi oleh lebih dari 300 klien perusahaan
konsultan manajemen tersebut termasuk perusahaan-perusahaan multinasional seperti coca-
cola dan simens.

Berbeda dengan pengukuran kinerja akuntansi yang tradisional, EVA mencoba


mengukur nilai tambah yang dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya
modal yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan.

Young & Stephen F. O’Byrne (2001:5) mengemukakan bahwa : “EVA mengukur


perbedaan, dalam pengertian keuangan antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya
modal”. EVA mampu menghitung laba ekonomi yang sebenarnya atau True Economic Profit
suatu perusahaan pada tahun tertentu dan sangat berbeda jika dibandingkan dengan laba
akuntansi.

Dierks dan Patel (1997) pada artikel Kusnan (2007) menjabarkan : EVA sebagai suatu
bentuk pengukuran kinerja keuangan dengan mengkombinasikan antara konsep umum
pendapatan bersih dengan prinsip-prinsip yang ada pada keuangan modern dimana secara
khusus menyatakan bahwa seluruh modal menghasilkan biaya dan pendapatan yang melebihi
biaya modal (cost of capital) akan menciptakan nilai bagi pemegang saham.

Artikel dari Siddharta Utama (1997) memberikan rumusan EVA secara sederhana dan
digambarkan sebagai berikut :

EVA = Laba bersih setelah pajak – Biaya modal atas ekuitas

berdasarkan rumusan di atas, EVA ditentukan atas 2 hal, yaitu sebagai berikut:

1. Laba bersih yang menggambarkan hasil penciptaan nilai di dalam perusahaan.


2. Tingkat biaya modal atas ekuitas.

Siddharta Utama (1997) mengemukakan bahwa : “EVA merupakan suatu alt analisis
finansial untuk menilai tingkat profitabilitas yang realistis dari operasi perusahaan dan juga

4
mempertimbangkan dengan adil harapan para penyandang dana melalui perhitungan biaya
modal tertimbang dari struktur modal perusahaan.

Suad Husnan dan Padjiastuty (2004:66) mengatakan “EVA menunjukan ukuran yang
baik sejauh mana perusahaan telah menambah nilai terhadap para pemilik perusahaan”.

Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. EVA merupakan tujuan untuk meningkatkan nilai (value) dari modal (capital) yang
investor atau pemegang saham telah tanamkan dalam operasi usaha. EVA merupakan
selisih dari laba operasi bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax/NOPAT)
dikurangi dengan biaya modal (cost of capital)
2. Biaya modal perusahaan merupakan biaya tertimbang modal (Weighted Averaga Cost
of Capital) untuk utang dan ekuitas yang digunakan oleh perusahaan.
3. Apabila perusahaan memiliki EVA yang positif, maka dapat dikatakan bahwa
manajemen dan perusahaan tersebut telah menciptkan nilai (creating value).
Sebaliknya, apabila nilai EVA negatif, dinamakan Destroying Value.
4. Biaya modal dan ekuitas dapat juga diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan
dalam penciptaan nilai tersebut.

Adapun definisi dari komponen yang menunjang hasil EVA dalam artikel Mike
Rousana (1997), yaitu :

1. Net Operating profit After Tax (NOPAT), yaitu laba operasi setelah pajak. Laba operasi
setelah pajak ini merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak. Besar laba operasi
setelah pajak ini tidak memberikan dampak dari profitabilitas ataupun resiko dari bisnis
yang sekarang. Dengan kata lain, baik perusahaan tersebut dibiayai dengan hutang
maupun dengan modal sendiri nilai NOPAT-nya akan identik.
2. Untuk mendapatkan hasil Invested Capital menggunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan operating dan pendekatan financing. Sedangkan pengertian dari Invested
capital yaitu jumlah seluruh pinjaman jangka pendek tanpa bunga 9non-interest bearing
leabilities).
3. Weighted Averaga Cost of Capital (WACC) adalah jumlah biaya dari masing-masing
komponen modal, misalnya pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang
(cost of debt) serta setoran modal saham (cost of equity) yang diberikan bobot sesui
dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan.
4. Capital Cost/Charge adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk para investor atas resiko
usaha dari modal yang ditanamkan.

5
2.1.2. Manfaat Economic value added

Terdapat beberapa manfaat yang dapat diperoleh perusahaan dalam menggunakan EVA sebagai
alat ukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Menurut Tunggal (2001) dalam jurnal Iramani
(2005:3). Bebrapa mafaat EVA dalam mengukur kinerja perusahaan antara lain :

1. EVA merupakan suatu ukuran kinerja perusahaan yang dapat berdiri sendiri tanpa
memerlukan ukuran nilai baik berupa perbandingan dengan menggunakan perusahaan
sejenis atau menganalisis kecenderungan.
2. Hasil perhitungan EVA mendorong mengalokasikan dana perusahaan untuk investasi
dengan biaya modal yang rendah.

Adapun kutipan manfaat EVA dalam artikel Siddharta Utama (1997) “…EVA
menyebabkan penilaian kinerja manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham, yaitu
memaksimumkan nilai perusahaan serta menungkatkan kesejahteraan pemegang saham dengan
memilih investasi yang mengoptimalkan tingkat pengembalian dan meminimkan tingkat biaya
modal. EVA menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modal,
karena EVA secara eksplisit memperhitungkan biaya modal atas equitas; dan EVA dapat
digunakan untuk megidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian yang
lebih tinggi dari biaya modalnya, karena para manajer selalu membandingkat tingkat
pengembalian proyek dengan tingkat biaya modal yang mencerminkan tingkat resiko proyek
tersebut…”

Disamping manfaat-manfaat tersebut dalam artikel Teuku Mirza (1997), EVA juga
memiliki keunggukan sebagai berikut :

1. EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan memperhitungkan biaya


modal sebagai konsekuensi investasi.
2. Perhitungan EVA relatif mudah dilakukan, hanya dengan menjadi persoalan adalah
perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak dan memerlukan
analisa mendalam.
3. EVA dapat digunakan secara mendiri tanpa memerlukan data pembanding seperti
standar industri atau data lain, sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan
analisa rasio, karena dalam praktiknya data pembanding ini sering kali tidak tersedia.

6
2.1.3. Kelemahan Economic Value Added

Disamping kelebihan yang dimiliki, EVA juga ternyata mempunyai kelemahan-


kelemahan seperti yang dikemukakan oleh Faisal Abdullah (2003:143) :

1. Secara konseptual, EVA memang lebih unggul dari pada pengukur tradisional
akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah.
2. EVA adalah alat ukur semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara untuk
mencapaisasaran perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertenru untuk
mencapai sasaran perusahaan.
3. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada satu tahun tertentu.
4. Masih mengandung unsur keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat dipengaruhi
oleh gejolak di pasar modal).

Selain itu EVA dianggap dipandang bukanlah tolok ukur kinerja keuangan perusahaan
dan kurang memperhatikan aspek non-keuangan sehingga tidak komprehensif. EVA juga hanya
mengukur nilai akhir (outcome) dan tidak mengukur aktivitas-aktivitas penentunya.

2.1.4. Langkah-langkah dalam Menghitung EVA

Pendekatan EVA adalah pendekatan arus kas, sehingga perlu dilakukan penyesuaian
terhadap laporan keuangan yang disusun berdasarkan Satandar Akuntansi Keuangan, guna
menghilangkan distorsi akuntansi dan distorsi keuangan. Rumusan EVA menurut Steward
dalam website www.eva.com :

EVA = NOPAT – (WACC * CAPITAL)

Dimana :

NOPAT : Laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax)

WACC : Biaya equitas rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)

CAPITAL : Jumlah dana yang tersedia untuk membiayai operasional perusahaan terdiri atas
hutang dan ekuitas.

Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menghitung EVA adalah sebagai berikut :

1. Menghitung Net Operating Profit After Tax (NOPAT)

NOPAT berarti Laba Bersih Operasional Setelah Pajak. NOPAT merupakan


total laba yang akan dibagi kepada para investor, NOPAT berasal dari jumlah selish
penghasilan dan beban bunga, laba/rugi lain-lain yang terkait deng operasional perusahaan,

7
juga beban pajak penghasilan. NOPAT dapat dihitung dengan perspektif operating,
perspektif ini mendefinisikan NOPAT sebagai salea minus operating minus taxes.
Sedangkan formula dari perhitungan NOPAT dapat dilihat sebagai berikut ;

NOPAT = EBIT (1 – Tarif Pajak Penghasilan)

Sumber: Suad Husnan

2. Menghitung biaya hutang (Cost of Debt)

Biaya hutang adalh tingkat pengembakian yang diharapkan karena adanya


resiko kredit, yaitu resiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan
pokok hutang.

Menurut Suad Husnan (2004) : “Biaya hutang menunjukan berapa biaya yang
harus ditanggung perusahaan karena perusahaan menggunakan dana yang berasal dari
pinjaman”.

Biaya modal hutang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

K*d = Kd (1 – t)

Dimana :

K*d = Biaya hutang setelah pajak

Kd = Biaya hutang sebelum pajak

t = Tarif pajak penghasilan

3. Menghitung biaya modal saham


a. Biaya saham preferan

Pemegang saham preferen mempunyai hak untuk didahulukan sebelum


memegang saham biasa. Saham preferen merupakam saham campuran antara hutang
jangka panjang dengan saham biasa, saham preferen mengharuskan perusahaan
membayar deviden dalam jumlah tetap, tanpa melihat apakah perusahaan mengalami
kerugian atau mengalami keuntungan. Tetapi tidak seperti hutang, karena kegagalan
untuk membayar deviden saham preferen tidak mengakibatkan pembubran perusahaan.

Biaya saham preferen (Kps) dapat dihitung dengan membagi deviden saham
biasa (Dp) perlembar saham dengan harga pasarnya (Pn) pada saat kini.

8
b. Biaya saham biasa

Biaya ini lebih dikenal dengan nama biaya modal sendiri. Biaya modal sendiri
menunjukan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh pemilik modal sendiri sewaktu
mereka bersedia menyerahkan dana tersebut ke perusahaan. jumlah deviden yang
dibayarkan kepada pemegang saham biasa adalah tidak tetap, tergantung besar kecilnya
laba yang diperoleh perusahaan. rumus perhitungan biaya modal saham biasa
(Mulyadi, 2001:331)

Sedangkan t = (1 – Deviden Payout) x ROE

Dimana :

K = biaya modal saham biasa

D = Deviden per lembar saham

p = Harga pasar perlembar saham

t = Tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata

4. Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital) atau Struktur Modal

Konsep biaya modal perusahaan secara keseluruhan bermanfaat dalam


kaitannya dengan penilaian usulan investasi jangka panjang. Dalam Capital Baudgeting
tidak hanya melihat modal yang dipergunakan nanti, tetapi juga pertimbangan setiap
komponen modal rata-rata tertimbang (WACC) dapat dilakukan setelah tingkat hasil
pengembalian pasar yang di harapkan atas hutang dan modal perusahaan telah dihitung
terlebih dahulu.

Menurut Mulyadi (2001:332) : “Biaya modal rata-rata dihitung dengan


berbagai modal khusus dengan menggunakan angka penimbang sebesar proporsi tiap-tiap
sumber pembelanjaan dalam total investasi yang akan dilakukan” yang apabila
dikonversikan ke dalam rumus sebagai berikut seperti menurut Saiful Ruky dalam skripsi
Wawan hartono (2004:46) :

WACC = wdkd (1 – t) + weke

kd = Biaya modal dihitung setelah pajak

wd = Proporsi Hutang

ke = Biaya modal ekuitas

we = Proprosi ekuitas

9
t = Tarif pajak

5. Menghitung Invested capital

Dalam buku Young & O’Byrne, (2001:49) diketahui bahwa “Capital Charge =
(Invested Capital * Cost of Capital)”, yang dimaksud dengan Invested Capital di sini adalah
:

Inveted Capital = Axcess Cash + WCR + Fixed Assets = Total Assets – Short term,
non interest-bearing liabilities = Short term debt + long term debt + Other long term
liabilities + shareholder equity.

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisis Economic Value Added (EVA)

Dalam rangka menganalisis dan menilai kinerja keuangan pada PT. Krakatau Steel Tbk
digunakan economic value added (EVA). Untuk menghitung EVA maka data keuangan yang
diperlukan yaitu:

1. NOPAT (Net Operating Profit After Tax)


2. WACC (Weight Average Cost of Capital)
3. Total Modal yang Diinvestasikan (Invested Capital)

Analisis NOPAT (Net Operating Profit After Tax)

Langkah pertama dalam perhitungan EVA yaitu dengan menghitung besarnya NOPAT
(Net Operating Profit After Tax). NOPAT merupakan keuntungan bersih dari operasi
perusahaan setelah pajak (Brigham dan Houston, 2010). Hasil perhitungan NOPAT PT.
Krakatau Steel Tbk seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.

Berdasarkan perhitungan NOPAT pada tabel IV-1, menunjukkan bahwa nilai NOPAT
(Net Operating Profit After Tax) PT. Krakatau Steel Tbk pada tahun 2012 sebesar US$
20.072.000 Pada tahun 2013 NOPAT menurun menjadi -US$ 981.000. Penurunan ini
disebabkan karena terjadinya penurunan EBIT (Earning Before Interest Tax) dari US$
15.930.000 pada tahun 2012 menjadi -US$ 1.067 pada tahun 2013. Kemudian pada tahun 2014
NOPAT PT. Krakatau Steel Tbk kembali mengalami penurunan yang signifikan menjadi -US$
60.581.000 disebabkan karena terjadinya penurunan EBIT menjadi -US$ 70.444.000. Pada
tahun 2015 NOPAT kembali mengalami penurunan yang signifikan menjadi -US$
179.878.000, hal ini disebabkan karena PT. Krakatau Steel Tbk mengalami kerugian yang
tinggi atau dengan kata lain memperoleh EBIT sebesar -US$ 183.549.000. Kemudian NOPAT
kembali meningkat pada tahun 2016 menjadi US$ 4.038 yang disebabkan dengan
meningkatnya EBIT menjadi US$ 4.390.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016
NOPAT perusahaan mengalami penurunan. Laba operasi perusahaan dapat ditingkatkan tanpa
adanya tambahan modal, berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara
efisisen untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.

11
12
Analisis WACC (Weight Average Cost of Capital)

Setelah menghitung NOPAT, langkah kedua dalam perhitungan EVA adalah


menghitung WACC perusahaan. Menurut Margaretha (2011), WACC adalah rata-rata biaya
dari berbagai komponen modal suatu perusahaan. Bobot dalam rata-rata biaya modal diukur
dari target struktur modal perusahaan, yang merupakan proporsi berbagai komponen modal
perusahaan untuk dana investasinya. Hasil perhitungan WACC PT Delip Angga, Tbk seperti
yang ditunjukkan pada tabel 3.

Berdasarkan perhitungan WACC pada tabel 3, terlihat bahwa biaya rata-rata


tertimbang atau WACC PT. Krakatau Steel Tbk pada tahun 2012 yaitu sebesar 7,61%. Pada
tahun 2013 WACC terjadi peningkatan sebesar 11,81%. Pada tahun 2014 WACC mengalami
penurunan yang signifikan menjadi 3,87%, hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan cost
of equity dalam hal ini ROE perusahaan menjadi -17,59%. Kemudian pada tahun 2015 WACC
kembali mengalami penurunan menjadi 2,98%, hal ini disebabkan karena juga terjadi
penurunan ROE perusahaan menjadi –18,26%. Pada tahun 2016 WACC kembali mengalami
penurunan menjadi 2,58%. Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa dari tahun 2013 sampai
dengan tahun 2016 perusahaan telah berhasil menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang
(WACC). Hal ini akan sangat membantu perusahaan dalam menghasilkan EVA yang positif
sehingga dapat memberikan nilai tambah ekonomis bagi perusahaan. Sebuah perusahaan dapat
meningkatkan nilai tambah ekonomisnya apabila memperoleh tingkat pengembalian lebih
besar dari WACC.

Analisis Total Modal yang Diinvestasikan (Invested Capital)

Selanjutnya langkah ketiga dalam perhitungan EVA adalah menghitung modal yang
diinvestasikan (invested capital) perusahaan. Modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh
keuangan perusahaan terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak menanggung
bunga (non interest bearing liability), seperti utang upah yang akan jatuh tempo dan pajak jatuh
tempo (Young dan O’Byrne 2008). Hasil perhitungan Modal yang Diinvestasikan (Invested

13
Capital) PT. Krakatau Steel Tbk seperti yang ditunjukkan pada tabel 4. Berdasarkan
perhitungan Tabel 4 menjelaskan bahwa Invested Capital (IC) PT. Krakatau Steel Tbk pada
tahun 2012 yaitu sebesar US$ 1.317.512.000. Untuk tahun 2013 dan 2014 IC mengalami
penurunan masing-masing menjadi US$ 1.241.357.000 dan US$ 1.185.128.000. Pada tahun
2015 dan 2016 IC PT. Krakatau Steel Tbk juga mengalami peningkatan yaitu menjadi US$
2.244.957.000 dan US$ 2.712.212.000. Dari penjelasan tersebut menunjukkan bahwa total
modal yang diinvestasikan di tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 terus saja mengalami
penurunan. Kemudian di tahun 2015 dan tahun 2016 total modal yang diinvestasikan kembali
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya jumlah pinjaman maupun
ekuitas pemegang saham. Kenaikan ekuitas pemegang saham disebabkan karena adanya laba
ditahan perusahaan yang diperoleh dari dividen yang tidak dibagikan.

14
Analisis EVA (Economic Value Added)

Setelah perhitungan NOPAT, WACC dan Incested Capital (IC). Selanjutnya dapatlah
dihitung nilai EVA perusahaan. Economic Value Added (EVA) merupakan sisa laba setelah
dikurang dengan semua biaya modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut
(Sartono, 2010).

Hasil perhitungan EVA PT. Krakatau Steel Tbk seperti yang ditunjukkan pada tabel 5
berikut ini. Berdasarkan hasil perhitungan EVA pada Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai EVA
PT. Krakatau Steel Tbk pada tahun 2012 adalah -US$ 158.582.000 nilai EVA yang negatif
menunjukkan bahwa manajemen PT. Krakatau Steel Tbk belum mampu menciptakan nilai
tambah bagi pemegang sahamnya. Pada tahun 2013 nilai EVA kembali negatif yaitu –US$
147.585.000 yang disebabkan terjadinya kenaikan WACC menjadi 11,81%, sehingga biaya
modal lebih besar dari laba opeasi setelah pajak, maka manajemen PT. Krakatau Steel Tbk
belum mampu menciptakan nilai tambah bagi pemegang sahamnya. Pada tahun 2014 nilai EVA
masih negatif yaitu –US$ 106.445.000 ini berarti menunjukkan bahwa manajemen PT.
Krakatau Steel Tbk belum mampu menciptakan nilai tambah bagi pemegang sahamnya. Pada
tahun 2015 nilai EVA mengalami penurunan yang signifikan dan masih negatif yaitu –US$
246.777.000 yang disebabkan terjadinya penurunan NOPAT yang signifikan menjadi –US$
179.878.000 maka manajemen PT. Krakatau Steel Tbk belum mampu menciptakan nilai
tambah bagi pemegang sahamnya. Kemudian pada tahun 2016 EVA masih negatif yaitu sebesar
–US$ 65.937.000 maka manajemen PT. Krakatau Steel juga belum mampu menciptakan nilai
tambah bagi pemegang sahamnya.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2012 sampai dengan
tahun 2016 perusahaan menghasilkan nilai EVA <0, berarti EVA bernilai negative yang
disebabkan karena perusahaan tidak mampu menghasilkan tingkat kembalian laba operasi
setelah pajak yang melebihi biaya modal. EVA yang negatif menandakan bahwa perusahaan
belum dapat menciptakan nilai tambah kekayaan perusahaan dan pemegang sahamnya.

Pembahasan

Dalam penelitian ini, penilaian kinerja yang diukur dengan menggunakan metode EVA
(Economic Value Added) dapat disajikan kembali pada rangkuman hasil perhitungan EVA
yang berasal dari tabel 2 dan tabel 5 ditampilkan kembali dalam tabel 6. Dari nilai tabel 6, dapat
digambarkan grafik hasil perhitungan kinerja PT Krakatau Steel Tbk yang dapat dijelaskan
pada gambar 1.

15
Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa fluktuasi nilai NOPAT yang dicapai PT.
Krakatau Steel Tbk dari tahun 2012 terus mengalami penurunan sampai tahun 2015. Penurunan
NOPAT perusahaan dari tahun 2012 sampai 2015 mencapai sebesar - 111,16%. Kemudian
NOPAT kembali meningkat pada tahun 2016 menjadi US$ 4.038. Pada tahun 2016 nilai
NOPAT PT. Krakatau Steel Tbk berhasil mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar -102,24%. Pencapaian terbaik nilai NOPAT yang dicapai PT. Krakatau
Steel Tbk. selama tahun 2012-2016 adalah pada tahun 2012 yaitu sebesar US$ 20.072.000.
Beberapa hal sebaiknya harus dilakukan perusahaan untuk meningkatkan nilai NOPAT
misalnya dengan cara meningkatkan penjualan dan mencari investor yang dapat menambah
modal bagi perusahaan.

Biaya modal pada PT. Krakatau Steel Tbk dari tahun 2012 sampai dengan 2014 terus
mengalami penurunan sebesar 289,53%. Kemudian di tahun 2015 sampai dengan 2016 biaya
modal yang diperoleh perusahaan mengalami kenaikan yaitu sebesar 52,57% dari tahun
sebelumnya. Biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar dibandingkan dengan
laba operasi setelah pajak yang dicapai oleh perusahaan. Hal inilah yang mengakibatkan nilai
EVA pada PT. Krakatau Steel Tbk bernilai negatif. EVA yang dicapai PT. Krakatau Steel Tbk
dari tahun 2012 sampai 2014 terus mengalami peningkatan. Peningkatan EVA perusahaan dari
tahun 2012 sampai 2014 mencapai sebesar 48,98%. Kemudian kembali turun drastis pada tahun
2015 ke angka –US$ 246.777.000 dari –US$ 106.445.000 (turun menjadi 131,83%).

16
Peningkatan kembali terjadi di tahun 2016. Pencapaian terbaik nilai EVA yang dicapai PT.
Krakatau Steel Tbk selama tahun 2012-2016 adalah pada tahun 2016 yaitu sebesar –US$
65.937.000. Nilai EVA yang dicapai PT. Krakatau Steel Tbk adalah EVA<0, yang berarti EVA
bernilai negatif disebabkan karena laba operasi setelah pajak (NOPAT) lebih kecil
dibandingkan biaya modal (WACC x IC) sehingga mengakibatkan EVA yang negatif
(Sawir,2009).

Berdasarkan perhitungan EVA dari tahun 2012-2016, manajemen perusahaan belum


mampu menciptakan nilai EVA yang positif, yang berarti perusahaan belum mampu
meningkatkan laba operasi setelah pajak dan perusahaan belum mampu menekan biaya
modalnya. Walaupun nilai EVA masih negatif tetapi dengan memasukkan nilai EVA kedalam
laporan keuangan perusahaan, maka para investor dapat melihat nilai perusahaan yang
sesungguhnya. Untuk dapat menciptakan nilai tambah perusahaan dapat dilakukan dengan cara
perusahaan harus mampu meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal. Karena
jika NOPAT meningkat sedangkan biaya modal tetap, maka EVA perusahaan pun meningkat.

17
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Kinerja PT. Krakatau Steel Tbk berdasarkan analisis Economic Value Added (EVA) dari
tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 adalah kurang baik, dimana EVA A<0, yakni
selama 5 tahun berturut-turut EVA perusahaan menunjukkan nilai negatif. Pada tahun
2012 nilai EVA sebesar –US$ 158.582.000. Kemudian tahun 2013 nilai EVA naik
menjadi -US$ 147.585.000 dan di tahun 2014, 2015 nilai EVA kembali mengalami
penurunan yang signifikan sebesar –US$ 106.445.000 dan –US$ 246.777.000. Tahun
2016 perusahaan kembali belum mampu meningkatkan nilai EVA hingga sebesar –US$
65.937.000.
2. Nilai EVA<0, yang berarti EVA bernilai negatif disebabkan karena perusahaan tidak
mampu menghasilkan tingkat kembalian laba operasi setelah pajak yang melebihi biaya
modal. Hal ini berarti manajemen perusahaan belum dapat menciptakan nilai tambah bagi
perusahaan serta belum mampu memenuhi harapan para pemegang saham dan investor.

4.2 Saran

1. Untuk EVA yang bernilai negatif, hendaknya manajemen perusahaan melakukan


pengawasan terhadap biaya modal yang digunakan karena biaya modal menunjukkan
besarnya pengembalian yang dituntut oleh investor atas modal yang diinvestasikan ke
dalam perusahaan.
2. Agar kinerja keuangan PT. Krakatau Steel Tbk dapat dikatakan baik, maka perusahaan
disarankan untuk meningkatkan EVA setiap tahunnya dengan cara mengurangi hutang
ataupun menegosiasikan suku bunga.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono, 1994. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

Aminuddin, 2006. Analisis Penerapan Konsep Economic Value Added (EVA) dalam menilai
Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Skripsi tidak diterbitkan, Kendari: Fakultas
Ekonomi UNHALU.

Andi Bangsawan M, 2008. Penerapan Kinerja Keuangan dengan Metode EVA pada PT Kalbe
Farmq, ZU Skripsi tidak diterbitkan, Makassar: Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.

Arthur Keown, David Scott, John Martin, & William Petty. Penerjemah Chaerul Djakman,
2001. Dasar-Dasar Mdnajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Bambang Riyanto, 1999. Dasar-dasar Pemberdayaan Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan Badan


Penerbit Gajah Mada.

Erich Helfert, 1997. Teknik Analisis Keuangan. Jakarta: Erlangga

Faisal Abdullah, 2003. Manajemen Perbankan: Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank.
Malang. Universitas Muhammadiyah.

Husein Umar, 2003. Evaluasi Kinerja Keuangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Jumardin, 2002. Kinerja Keuangan Pada Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara.
Skripsi tidak diterbitkan, Kendari: Fakultas Ekonomi UNHALU.

20

Anda mungkin juga menyukai