Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Tanggal Praktikum : 12 dan 19 Agustus 2019

Penyakit Bakterial Mikal Dosen Pembimbing: Dr. drh. Safika, Mkes


Kelas Paralel/kelompok: Pagi/3(RP.Kitwan 2)

LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB


MASTITIS PADA SAPI PERAH
Oleh :
Kelompok 3

1. Sheila Khoirunnisa B04160033


2. Dandi Irwandi B04160034
3. Dina Zuhdina Rahman B04160035

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN


KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
IPB UNIVERSITY
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mastitis adalah suatu peradangan pada ambing yang bersifat akut, subakut
atau kronis/menahun dan terjadi pada semua jenis mamalia. Pada sapi penyakit ini
sering dijumpai pada sapi perah dan disebabkan oleh berbagai jenis bakteri atau
mikroplasma(Anonim 2011). Sapi penderita mastitis dapat diketahui dengan
adanya pembengakakan pada ambing dan putting yang terjadi pada satu kwartir
atau lebih. Rasa sakit timbul sewaktu diperah dan diikuti oleh penurunan produksi
yang bervariasi mulai dari ringan sampai berat bahkan tidak keluar susu sama
sekali.
Berbagai jenis bakteria telah diketahui sebagai agen penyebab mastitis antara
lain; Streptococcus agalactiae, Sterptococcus disgalactiae, Streptococcus
zoepidermicus, Staphylococcus Aureus, E.coli, Enteerobacter aerogenes, dan
Pseudomonas aeruginosa(Direktur Kesehatan Hewan 2012). Cara
pengidentifikasian bakteri disusu dapat dilakukan dengan cara langsung yaitu
melihat secara langsung motil dan pembelahan biner, pewarnaan yaitu
memisahkan Gram positif dan negatif, dan juga penumbuhan dalam agar yaitu
Agar Garam Mannitol, Agar Darah, Agar McConkey, Agar Eosin-Methylene Blue
(EMB agar), Agar DarahTelurit, Agar Coklat atau Thayer-Martin, dan Media
Agar Lowenstein-Jensen(kusnadi 2009). Laporan ini dibuat untuk melaporkan
hasil yang telah dilakukan pengidentifikasian terhadap susu.

TUJUAN

Mengidentifikasi bakteri gram positif pada susu yang diduga menyebabkan


mastitis.
METODE
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 12 dan 19 agustus pukul
10.30-12.00 WIB diruang praktikum KITWAN-2 Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini ialah susu dari sapi
yang diduga terkena mastitis, gelas objek, Bunsen, mikroskop, ose, larutan biru
metilen, fuksil karbol, asam alcohol, aquades, kertas saring, agar darah, agar
miring, Monitor Salt Agar (MSA), plasma kelinci, larutan BHI, reagen H2O2,
media glukosa (fermentasi glukosa mokroaerifilik).
Prosedur Kerja
A. Pewarnaan Gram

B. Penumbuhan bakteri di Media Blood Agar

Dilakukan pembagian daerah Ose didinginkan dan


pada cawan petri dicelupkan pada susu

Digoreskan pada cawan


petiri dengan cara aseptis

C. Uji Katalase
D.

Biakan diambil dengan Biakan pada ose


ose didinginkan ditempatkan pada kaca
objek dan diteteskan
H2O2
E. Uji Fermentasi Glukosa Mikroaerofilik
F.

Biakan diambil dengan bakteri kemudian


ose didinginkan diinokulasikan pada
media Glukosa.

G. Uji Koagulase
H.

Biakan diambil dengan diinokulasikan kedalam 2 mL


plasma darah kelinci yang telah
ose didinginkan
diencerkan 1 : 5 dengan aquade.
Dan dinkubasi

I. Pembiakan pada media Manitol Salt Agar (MSA)

Biakan diambil dengan isolate bakteri, dilakukan


ose didinginkan inokulasi pada Manitol Salt
Agar (MSA)

TINJAUAN PUSTAKA
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Tabel 1 Hasil uji bakteri pada sampel susu
Uji Hasil Foto
Pewarnaan Gram Bakteri berwarna ungu,
berbentuk kokus dan tersusun
bergerombol (+)

Penumbuhan bakteri Terjadi hemolysis (gamma),


pada media blood berwarna abu-abu, bentuk
agar koloni bulat dan ukuran koloni
sedang.

Uji Katalase Terbentuk gelembung udara


(+)

Uji Fermentasi Terjadi Fermentasi Glukosa


Glukosa (media berubah menjadi
Mikroaerofilik kuning) (+)

Uji Koagulase Terjadi koagulase


(+)

Pembiakan pada Koloni yang terbentuk


media Manitol Salt berwarna kuning
Agar (MSA)

PEMBAHASAN

Mastitis merupakan penyakit infeksius yang sebagian besar dapat dijumpai


pada peternakan sapi perah di seluruh dunia (Quinn et al., 2002). Mastitis
disebabkan masuknya mikroba ke dalam ambing melalui lubang puting dan
menyebakan keradangan (Schroeder, 1997; Garcia, 2004). Koloni yang tumbuh
dan dicurigai sebagai stafilokokus dipastikan dengan melakukan pewarnaan Gram
untuk mengetahui sifat Gram dan morfologi secara mikroskopis dan uji katalase
untuk membedakannya dengan streptokokus. Koloni stafilokokus yang didapatkan
kemudian diidentifikasi dengan uji koagulasi dan dilanjutkan dengan uji
fermentasi mannitol pada MSA. Pada Uji gula-gula bersifat positif apabila terlihat
perubahan warna menjadi kekuningan dan negative apabila warnanya tetap merah
(Lay, 1994). Untuk membedakan apakah sampel tersebut mengandung bakteri
gram positif atau negatif, dapat dilihat dari hasil uji KOH dimana sampel dengan
bakteri gram negative membuat larutan menjadi kental, sedangkan pada gram
positif larutan akan tetap cair.
Uji katalase sesuai dengan metode Hendrix and Sirois (2002)
dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan enzim katalase.
Adanya enzim katalase ditunjukkan dengan timbulnya gelembung oksigen pada
gelas obyek karena terurainya hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.
Uji koagulase dilakukan menurut Forbes et al. (2007) untuk membedakan
bakteri Staphylococcus aureus yang bersifat positif koagulase dengan
Staphylococcus epidermidis yang bersifat koagulase negatif. Koagulase positif
ditunjukkan dengan terbentuknya gumpalan secara makroskopik dalam waktu
sekitar 10 detik pada plasma kelinci. Hasil dari uji koagulase adalah positif.
Koagulase merupakan protein ekstraseluler yang dihasilkan oleh S. aureus yang
dapat menggumpalkan plasma dengan bantuan factor yang terdapat dalam serum.
Oleh karena itu peran koagulase yang dihasilkan oleh S. aureus dapat digunakan
sebagai sarana diagnostik.
Uji fermentasi mannitol dilakukan dengan menanam koloni stafilokokus
0
pada MSA, kemudian diinkubasi 37 C selama 24 jam, apabila bakteri dapat
tumbuh dan terjadi fermentasi mannitol maka akan mengubah warna media dari
merah menjadi kuning, berarti hasil dinyatakan positif. S. aureus dapat
memfermentasi mannitol (Beishir, 1991)Berdasarkan hasil praktikum dapat
diamati hasil uji fermentasi manitol pada MSA adalah positif sehingga bakteri
merupakan Staphylococcus aureus.
Kriteria identifikasi untuk S. aureus selain morfologi koloni secara
makroskopis dan mikroskopis serta kemampuan melisiskan darah pada media
Blood Agar, antara lain meliputi kemampuan produksi enzim katalase yang
membedakannya dengan streptokokus, tidak tumbuh pada MacConkey Agar,
kemampuan produksi enzim koagulase dan kemampuan fermentasi mannitol pada
MSA (Pramono, 1987; Koneman et al., 1992; Quinn et al., 2002).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kriteria praktikum dapat diamati bahwa bakteri


merupakan jenis Staphylococcus gram positif yang dapat dilihat secara
mikroskopis serta melalui uji KOH. Bakteri dapat memfermentasi MSA dan uji
gula-gula sehingga hasil positif, hasil uji koagulase positif, dan kemampuan
memproduksi enzim katalase positif. Keseluruhan hasil menunjukkan bahwa hasil
identifikasi bakteri yang terdapat pada sampel susu merupakan bakteri
Staphylococcus aureus.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. The Merck Vetirinary Manual 11th Edition. New Jersey (USA): Merek &
CO, Inc.
Beishir, L.,1991,Microbiology in Practice: A Self-Instructional Laboratory
Course,5th ed. Harper Collins Publishers Inc,New York,USA. 223 -229,
356 -361, 446 -450

Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology
12th Edition. Missouri: Elsevier, 2007: 190-6.

Direktur Kesehatan Hewan. 2012. Manual Penyakit Hewan Mamalia. Jakarta(ID):


Direktorat Hewan, Direktorat Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian
RI.
Hendrix dan Sirois, M. 2002. Laboratory Procedures for Veterinary Technicians
5th Editions. Mosby Elseiver.

Koneman, E. W. et al.1992. Color Atlas and Text Book of Diagnostic


Microbiology. J.B Lippincott Company. Philadelphia.

Kusnadi. 2009. Identifikasi bakteri. Jurnal Pendidikan Biologi Vol 1(1):2-3.


Lay BW. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta (ID): Raja Grafindo
Persada.

Quinn PJ, Markey BK, Carter ME, Donnelly WJ, Leonard FC. 2002. Veterinary
Microbiology and Microbial Disease. London (GB): Blackwell Science.

Anda mungkin juga menyukai