Anda di halaman 1dari 77

MATERI TRAINING

Latihan Kader I memiliki materi-materi dasar yang sifatnya penanaman


dasar organisasi HMI, atau dengan kata lain materi yang disampaikan
pada LK I merupakan fondasi dalam membentuk kader sesuai dengan
kualitas insan cita. Adapun materi yang diberikan dalam LK I ini harus
seragam dan standar di seluruh cabang, karena jika fondasi ini beragam
akan mengakibatkan konstruksi yang lemah.

Materi-materi yang diberikan dalam LK I ini dibagi menjadi dua kelompok,


yaitu materi pokok dan materi penunjang atau tambahan. Materi pokok
adalah kelompok materi yang wajib ada dan disampaikan dalam forum LK
I, materi ini merupakan materi standar secara “internasional” bagi
pelaksanaan LK I HMI. Alokasi waktu dan prinsip nilai dalam materi pokok
tidak boleh ditambah, apalagi dikurangi, penambahan terhadap materi
pokok dapat ditoleransi hanya menyentuh aspek sudut pandang atau
pengembangan kearifan lokal (misal penekanan pada pembelaan kaum
tertindas dengan studi kasus tertentu). Sedangkan materi penunjang atau
tambahan adalah materi yang telah menjadi kemestian untuk ada dalam
training (misal materi perkenalan dan orientasi latihan, dan materi evaluasi
dan rencana tindak lanjut), atau materi yang merupakan prasyarat
tercapainya pemahaman materi pokok (misal materi pengantar ideologi,
dan materi pengantar filsafat ilmu, sebagai prasyarat optimalisasi
pemahaman materi Nilai Dasar Perjuangan, atau materi teknik dan etika
diskusi, sebagai prasyarat berjalannya diskusi yang baik dalam
pertrainingan), atau materi yang memiliki hubungan/penurunan dari materi
pokok dan memiliki keterkaitan dengan tujuan perkaderan yang menjadi
karakter lokal.

3.1 MATERI POKOK

Materi pokok yang diberikan dalam Latihan Kader I meliputi (1) Materi
Sejarah Perjuangan HMI, (2) Materi Konstitusi HMI, (3) Materi Nilai Dasar
Perjuangan, (4) Materi Misi HMI, dan (5) Materi Kepemimpinan dan
Manajemen Organisasi.

3.1.1 Materi Sejarah Perjuangan HMI

A. Silabus

JENJANG SEJARAH ALOKASI WAKTU:


LATIHAN KADER I PERJUANGAN HMI 8 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum:


Peserta dapat memahami sejarah dan dinamika perjuangan HMI

BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 12

Tujuan Pembelajaran Khusus:


1 . Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya HMI.
2. Peserta dapat menjelaskan gagasan dan visi pendiri HMI.
3. Peserta dapat mengklafisikasikan fase-fase perjuangan HMI.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan:


1 . Pengantar Ilmu Sejarah.
1.1. Pengertian Ilmu Sejarah.
1.2. Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Sejarah.
2. Misi Kelahiran Islam.
2.1. Masyarakat Arab Pra Islam.
2.2. Periode Kenabian Muhammad.
2.2.1. Fase Makkah.
2.2.2. Fase Madinah.
3. Latar Belakang Berdirinya HMI.
3.1. Kondisi Islam di Dunia.
3.2. Kondisi Islam di Indonesia.
3.3. Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam.
3.4. Saat Berdirinya HMI.
4. Gagasan dan Visi Pendiri HMI.
4.1. Sosok Lafran Pane.
4.2. Gagasan Pembaruan Pemikiran ke-Islaman.
4.3. Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial-budaya.
4.4. Komitmen ke-Islaman dan Kebangsaan sebagai dasar
perjuangan HMI.
5. Dinamika Sejarah Perjuangan HMI dalam Sejarah Perjuangan
Bangsa.
5.1. HMI Dalam Fase Perjuangan Fisik
5.2. HMI Dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa
5.3. HMI Dalam Fase Transisi Orde Lama dan Orde Baru
5.4. HMI Dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa
5.5. HMI Daiam Fase Pasca Orde Baru

Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal

Evaluasi:
Memberikan test objektif/subjektif dan penugasan dalam bentuk
resume.

Referensi :
1. Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975),
Bina Ilmu
2. DR. Victor I. Tanja, HMI, Sejarah dan Kedudukannya Ditengah
Gerakan Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982.
3. Prof. DR. Deliar Noer, Partai Islam Dipentas Nasional, Graffiti Pers,
1984

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 13

4. Sulastomo, Hari- hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung, 1988


5. Agus-Salim Sitompul, Historiografi HMI, Tintamas, 1995
6. Ramli Yusuf (ed), 50 tahun HMI Mengabdi, LASPI, 1997.
7. Ridwan Saidi, Biografi A. Dahlan Ranuwiharjo, LSPI, 1994.
8. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik di Indonesia,
Mizan, 1997
9. Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia, Respon
Cendikiawan Muslim Masa Orde Baru, LSI 1987.
10. Muhammad Hussein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad,
LiteraAntarNusa
11. Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradaban Islam, I, II, III, Rajawali
Pers
12. Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam
13. Moksen ldris Sirfefa et. Al (ed), Mencipta dan Mengabdi, PB HMI,
1997
14. Hasil-hasil Kongres HMI
15. Sejarah Kohati
16. Sharsono, HMI Daiam Lingkaran Politik Ummat Islam, Cl IS, 1997.
17. Prof. DR. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia
(1902-1942), LP3ES, 1980.
18. Literatur lain yang relevan

B. Materi Terurai

PENGANTAR ILMU SEJARAH

Pengertian
Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu dan benar-
benar terjadi, dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran sejarah
didukung bukti-bukti yang membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ilmu sejarah adalah suatu
pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian-
kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Dari pengertian atau
definisi di atas maka dapatlah dibedakan antara sejarah dan ilmu sejarah,
sejarah adalah kejadian atau peristiwanya, sedangkan ilmu sejarah adalah
ilmu yang mempelajari kejadian atau peristiwa tersebut.

Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Ilmu Sejarah


Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang telah
lampau adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
saat itu, dan dengan mempelajari maka dapat diambil hikmah/pelajaran
dari peristiwa tersebut. Pada peristiwa yang terjadi dapat dianalisis
kelebihan dan kekurangan yang ada dari peristiwa itu, dan pengetahuan
tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian dalam mengambil keputusan
pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip nilai yang terjadi di
masa lalu, karena pada dasarnya peristiwa masa lalu linear dengan masa
saat ini dan yang akan datang.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 14

MISI KELAHIRAN ISLAM

Masyarakat Arab Pra Islam


Masyarakat Arab pra Islam atau yang lebih dikenal dengan masyarakat
jahiliyah hidup dalam keterbelakangan, baik pengetahuan, sosial budaya
maupun peradaban. Masyarakat arab pra Islam tidak mengenal tulis dan
baca, walaupun ada yang dapat menulis dan membaca itu hanya
sebagian kecil saja, namun pemahaman atau kebanggaan akan sastra
demikian tingginya, jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Arab pada
masa itu hidup dalam kebodohan. Posisi wanita pada saat itu tidak
dihargai, mereka hanya dipandang sebagai benda bergerak yang
menyenangkan, bahkan wanita dianggap sebagai beban dan sumber
bencana, implikasinya adalah ada anggapan jika memiliki anak wanita
akan mengakibatkan kemiskinan. Dampak dari pandangan itu, maka tak
heran jika mereka sering mengubur bayi wanita hidup-hidup (kalau
sekarang, belum lahir sudah dibunuh). Selain itu masyarakat Arab pra
Islam hidup dalam perpecahan klan (keluarga besar), karena mereka lebih
menonjolkan ego kesukuan atau kabilah, ini menyebabkan masyarakat
Arab sering berperang antar kabilah dan tidak memiliki rasa kebangsaan
yang menyebabkan bangsa Arab menjadi lemah dan terpecah-pecah.

Periode Kenabian Muhammad


# Fase Makkah
Muhammad lahir di Makkah pada masa keadaan masyarakat yang buruk
sekali. Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah,
bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Muhammad putra tunggal
dari pasangan Abdullah dan Aminah. Sejak kecil Muhammad memiliki
sifat yang terpuji sehingga kemudian ia dijuluki “al-amin” atau orang
yang dapat dipercaya. Pada usia yang ke-25 Muhammad menikah
dengan seorang janda kaya yang bernama Khadijah. Dalam masa
pernikahannya ini Muhammad sering melakukan
perenungan/kontemplasi di luar kota Makkah, tepatnya di sebuah gua
yang bernama Hira, beliau selalu memikirkan keadaan masyarakatnya
yang demikian rusak.

Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin sering


stress memikirkan bangsanya, sehingga pelariannya dengan menyepi di
gua Hira semakin sering kuantitasnya. Suatu malam di bulan
Ramadhan tepatnya tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan
tanggal 6 Agustus 610, datanglah suatu penampakan yang ternyata
adalah malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu pertama (Al-Alaq : 1 –
5), dan ini pertanda bahwa Muhammad telah dilantik menjadi rasul dan
nabi walaupun tanpa berita acara. Pasca wahyu di gua Hira,
Muhammad s.a.w. mendapat wahyu-wahyu berikutnya yang

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 15

memerintahkan kepada Muhammad s.a.w untuk menyampaikan


dakwah. Isi dakwahnya adalah ajakan untuk melakukan perubahan-
perubahan yang revolusioner, perubahan yang dibawa antara lain
perubahan akhlak, karena Islam mengajarkan akhlak yang baik.
Perubahan lain adalah nilai persamaan, yang dimaksud adalah
kesetaraan antar umat manusia, tidak ada perbedaan antara laki-laki
dan perempuan, antar ras, bangsa, dan lain sebagainya, di mata Allah
yang berbeda adalah ketaqwaan. Selain itu, ilmu pengetahuan menjadi
sesuatu yang penting untuk dilakukan, serta membangun solidaritas
persaudaraan yang berimplikasi pada penguatan nasionalisme atau
keutuhan dalam berbangsa dan beragama.

Pada fase Makkah ajaran yang disampaikan Muhammad s.a.w berkaitan


atau berhubungan pada nilai ketauhidan atau iman, karena pada saat itu
jaran Islam baru tegak kembali, sehingga yang harus dibangun pertama-
tama adalah fondasi aqidah atau iman yang dijadikan landasan
fundamental.

Tiap tahun kota Makkah selalu didatangi oleh kabilah-kabilah dari


seluruh Arab yang datang untuk untuk melakukan shoping atau ibadah
haji. Muhammad s.a.w melakukan dakwah terhadap orang-orang
tersebut, dan usaha ini tidak sia-sia karena dari kalangan yang berasal
dari daerah-daerah tersebut ada yang menyatakan keimanannya,
diantaranya dari Yastrib. Konsekuensi logis dari gerakan revolusioner
berdampak pada peningkatan konstelasi politik masyarakat Makkah,
yang pada akhirnya memberikan satu pilihan kepada Muhammad s.a.w
untuk meninggalkan Makkah. Pada hijrah yang kedua, Muhammad
s.a.w. menginstruksikan kepada para pendukungnya untuk
meninggalkan kota Makkah menuju Yastrib yang dikemudian hari
dikenal dengan Madinah. Muhammad s.a.w pun pada akhirnya terpaksa
harus meninggalkan Makkah menuju Madinah, maka dimulailah babak
baru dalam Islam, fase Madinah.

# Fase Madinah
Fase Madinah dimulai sejak hijrahnya Muhammad s.a.w dari Makkah ke
Madinah, karena Madinah dianggap baik untuk pembenihan Islam.
Kaum muslimin yang berada di Madinah terbagi menjadi dua kelompok,
yaitu Anshar (kaum muslimin tuan rumah) dan Muhajirin (kaum muslimin
pendatang dari Makkah), maka langkah pertama yang dilakukan adalah
mempertalikan hubungan kekeluargaan atau hubungan persaudaraan
antara kaum Anshar dan Muhajirin, karena hanya dengan persatuanlah,
maka umat Islam akan kuat. Selanjutnya dilakukan lobi-lobi politik atau
perjanjian dengan kelompok di luar Islam yang ada di Madinah, karena
pada saat itu telah ada kelompok lain yang tinggal di sana, antara lain
Yahudi.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 16

Dimadinahlah Muhammad s.a.w. melakukan pembinaan masyarakat


Islam. Pembinaan masyarakat ini tidak hanya di bidang aqidah, tetapi
juga menyangkut masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya. Di
Madinah perkembangan ajaran Islam maju dengan pesat, pada fase ini
ajaran lebih ditekankan pada hukum kemasyarakatan atau lebih kepada
muamallah. Dengan semakin besarnya kamum muslimin, dianggap
merupakan ancaman bagi kelompok lain, maka semakin benci pula
orang-orang Quraisy kepada Muhammad s.a.w. dan para
pendukungnya. Konstelasi kebencian makin meningkat sehingga
mengakibatkan timbulnya peperangan, antara lain Badr, Uhud, Ahzab,
Khandaq, dan beberapa perang lainnya. Pada prinsipnya bagi kaum
muslimin peperangan ini adalah upaya defensif dan dalam rangka
menegakkan kalimah tauhid.

Muhammad s.a.w. mangkat dan dimakamkan di Madinah di usia 63


tahun, pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H, bertepatan dengan tanggal 8
Juni 632.

LATAR BELAKANG BERDIRINYA HMI

Kondisi Islam di Dunia


Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI dapat
dikatakan ketinggalan dibandingkan masyarakat Eropa dengan
Reinasance-nya. Ini dapat dilihat dari penguasaan teknologi maupun
pengetahuan, bahkan sebagain besar umat Islam berada di bawah ketiak
penindasan nekolim barat yang notabene dimotori oleh kelompok Kristen.
Umat Islam hanya terpaku, terlena oleh kejayaan masa lampau atau pada
zaman keemasan Islam. Umat Islam pada umumnya tidak memahami
ajaran Islam secara komprehensif, sehingga mereka hanya berkutat
seputar ubudiyah atau ritual semata tanpa memahami bahwa ajaran Islam
adalah ajaran paripurna yang tidak hanya mengajarkan hubungan
manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu menderivasikan
hubungan transenden ke dalam seluruh aspek kehidupan.

Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat berada dalam
keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di seluruh
dunia. Hal tersebut mengakibatkan terpuruknya umat Islam yang
dijanjikan Allah untuk dipusakai alam semesta. Lebih ironis lagi ketika
umat terbagi menjadi berbagai golongan yang hanya berangkat dari
masalah khilafiyah, yang bedampak pada melemahnya kekuatan Islam.

Kondisi Islam di Indonesia


Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu, umat Islam
berada dalam cengkaraman nekolim barat. Penjajah memperlakukan
umat Islam sebagai masyarakat kelas bawah dan diperlakukan tidak adil,

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 17

serta hanya menguntungkan kelompok mereka sendiri atau rakyat yang


sudah seideologi dengan mereka.

Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat (katanya


sich), dengan penonjolan simbolisasi Isalam dalam ubudiyah, sebagai
upaya kompensasi atas ketidakberdayaan untuk melawan nekolim,
sehingga pemahaman umat tidak secara benar dan kaffah. Bahkan ada
sebagian ulama yang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah ditutup, hal ini
menyebabkan umat hidup dalam suasana taqlid dan jumud. Selain itu
umat Islam Indonesia berada dalam perpecahan berbagai macam
aliran/firqah dan masing-masing golongan melakukan truth claim, hal ini
menyebabkan umat Islam Indonesia tidak kuat akibat kurang persatuan di
kalangan umat Islam di Indonesia.

Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam


Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang akan
menghasilkan para pemimpin untuk masa sekarang dan masa yang akan
datang. Selain itu perguruan tinggi adalah motor penggerak perubahan,
dan perubahan tersebut diharapkan menuju sesuatu yang lebih baik.
Begitu pentingnya perguruan tinggi, maka banyak golongan yang ingin
menguasainya demi untuk kepentingan golongan tersebut.

Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang


strategis tersebut, ada beberapa faktor dominan yang menguasai dan
mewarnai perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan, antara lain sistem
yang diterapkan khususnya di perguruan tinggi adalah sistem pendidikan
barat yang mengarah pada sekularisme dan dapat menyebabkan
dangkalnya agama atau aqidah dalam kehidupan. Selain itu adanya
organisasi kemahasiswaan yang berhaluan komunis dan ini menyebabkan
aspirasi Islam dan umat Islam kurang terakomodir.

Faktor-faktor di atas adalah ancaman yang serius, karena menyebabkan


masalah dalam hidup dan kehidupan serta keberadaan Islam dan umat
Islam. Mahasiswa Islam kurang memiliki ruang gerak karena berada
dalam sistem yang sekuler dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan
harus menghadapi tantangan dari mahasiswa komunis yang sangat
bertentangan dengan fitrah manusia dan bertentangan pula dengan ajaran
Islam. Jelas sudah bahwa mahasiswa Islam sangat sulit untuk bergerak
memperjuangkan aspirasi umat Islam.

Saat Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)


HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi yang
memprihatinkan, yaitu terjadinya kesenjangan dan kejumudan
pengetahuan, pemahaman, penghayatan ajaran Islam sehingga tidak
tercermin dalam kehidupan nyata.

Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan, yaitu


Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), namun PMY didominasi oleh

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 18

partai sosialis yang berpaham komunis. Akibat didominasi oleh partai


sosialis maka PMY tidak independen untuk memperjuangkan aspirasi
mahasiswa, maka banyak mahasiswa yang tidak sepakat dan tidak bisa
membiarkan mahasiswa terlbat dalam polarisasi politik. Sebagai realisasi
dari keinginan tersebut maka di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal
1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari 1947 sebuah organisasi
kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai
organisasi independen dan sebagai anak umat dan anak bangsa.

GAGASAN DAN VISI PENDIRI HMI

Sosok Lafran Pane


Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres XI HMI
tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsa
berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI.

Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di
Padang Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak
berjalan “normal” dan “lurus”. Lafran Pane mengalami perubahan
kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya untuk mencari hakikat
hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane pindah ke Yogyakarta,
karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia menimba ilmu pindah dari
Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang lebih intensif ia
peroleh dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.

Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang


sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di
dunia dan akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane pindah studi ke
Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada
dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada
tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM),
secara otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama UGM.
Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum
Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama dalam
ilmu politik dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari 1953.

Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman


Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalanumat Islam akan agamanya
harus ditingkatkan, sehingga dapat mengetahui dan memahami ajaran
Islam secara benar dan utuh. Kebenaran Islam memiliki jaminan
kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan yang dapat
menghantarkan manusia kepada kebahagian dunia dan akhirat.

Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada kebenaran
Illahi dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil
makmur material dan spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 19

pemikiran keislaman, diharapkan kesenjangan dan kejumudan


pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam
dapat dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan
pemikiran umat Islam telah membawa pada arti agama yang kaku dan
sempit, tidak lebih dari agama yang hanya melakukan peribadatan. Al-
Qur’an hanya dijadikan sebatas bahan bacaan, Islam tidak ditempatkan
sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan pemikiran Islam ini pun
hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan
kebesaran dan kejayaan masa lalu.

Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial Budaya


Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial budaya,
kemajemukan tersebut merupakan sumber kekayaan bangsa yang tidak
ternilai, tetapi keberagaman yang tidak terorganisir akan mengakibatkan
perpecahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan visi
perjuangan sosial budaya, yaitu :
1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi
derajat rakyat Indonesia
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam

Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan sosial
budaya yang ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Untuk
menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam pun harus dipelajari
kondisi sosial budaya gara tidak terjadi benturan kultur.

Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam


sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial budaya
yang telah mengakar ini tidak dapat diubah serta merta, tetapi melalui
proses panjang dan bertahap.

Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan


HMI
Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan
kebangsaan yang bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan HMI
yang dirumuskan dalam tujuan HMI yaitu :
a) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi
derajat rakyat Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau
pemikiran kebangsaan atau ke-Indonesiaan
b) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang didalamnya
terkandung pemikiran ke-Islaman

Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam kehidupan


berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata
perjuangan HMI dalam komitmen keumatan dan kebangsaan adalah
melakukan proses perkaderan yang ingin menciptakan kader berkualitas

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 20

insan cita yang mampu menjadi pemimpin yang amanah untuk membawa
bangsa Indonesia mencapai asanya.

Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih


melekat dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat
dalam rumusan tujuan HMI (hasil Kongres IX HMI di Malang tahun 1969)
sampai sekarang, “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat
adil makmur yang diridhoi Allah SWT”. Namun kedua komitmen itu tidak
dilakukan secara institusional, melainkan dampak dari proses
pembentukan kader yang dilakukan oleh HMI.

DINAMIKA SEJARAH PERJUANGAN HMI


DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

HMI dalam Fase Perjuangan Fisik


HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi pemberontakan
PKI di Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan
mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang sah dan ingin mendirikan
“Soviet Republik Indonesia”. Menghadapi hal tersebut, HMI menggalang
seluruh kekuatan mahasiswa dengan membentuk Corps Mahasiswa.
Selama waktu krisis tersebut anggota HMI terpaksa meninggalkan bangku
kuliah untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
pengkhianatan PKI, selain itu HMI pun terlibat dalam perjuangan fisik
menghadapi agresi militer Belanda.

Sebagai anak umat dan anak bangsa, HMI selalu ikut dalam perjuangan
fisik demi mempertahankan negara Republik Indonesia. Dalam
mempertahakan NKRI, anggota-anggota HMI mengganti pena dengan
memanggul senjata, HMI merasa ikut bertanggung jawab dalam
mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI berkeyakinan bahwa dalam
masyarakat yang berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan dan
kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu HMI selalu berusaha untuk
mempertahankan dan mempersatukan bangsa.

HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa


Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di Madiun yang
merupakan ancaman terhadap kedaulatan bangsa, umat Islam, dan HMI
sendiri. Kekuatan PKI ini makin memuncak pada era 60-an, PKI menjadi
salah satu kekuatan sosial politik besar di Indonesia. Posisi HMI saat itu
adalah menentang ajaran komunis dan mengajak semua pihak yang ada
untuk menentang komunis. Persoalan komunis bukan hanya persoalan
bangsa dan negara, tetapi juga persoalan HMI, akibat sikap HMI tersebut
maka PKI menempatkan HMI sebagai salah satu musuh utama yang
harus diberangus. HMI menggalang konsolidasi dengan semua pihak
yang non komunis, karena komunis bertentangan dengan dasar negara,
yaitu Pancasila. Selain itu PKI selalu berusaha untuk merebut
pemerintahan dan kekuasaan yang sah.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 21

Untuk menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan Konferensi Akbar di


Kaliuarang Yogyakarta paa tanggal 9 – 11 April 1955, keputusan yang
diambil adalah :
1) Menyerukan kepada khalayak ramai untuk memilih partai-partai Islam
dalam pemilu yang akan datang
2) Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi
keruncingan-keruncingan, tidak saling menyerang
3) Kepada warga dan anggota HMI supaya :
a) Wajib aktif dalam pemilu
b) Wajib aktif memilih salah satu partai Islam
c) Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih
partai Islam yang disenangi

Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI


mengirimkan seruan kepada seluruh anggota fraksi partai-partai Islam di
konstituante agar dapat memikul amanah umat Islam di Indonesia.

Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat tekanan kuat,


karena ada tuduhan bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-lain. Oleh
karena itu HMI menggelar Musyawarah Nasional Ekonomi HMI se-
Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Ada beberapa pertanyaan yang
diajukan kepada HMI saat itu menyangkut sikap yang diambil HMI, yaitu
(1) Apakah HMI mendukung Manipol/Usdek atau tidak ? (2) HMI setuju
pancasila atau tidak ? dan (3) HMI setuju sosialisme Indonesia atau
tidak ?
Munas memberikan jawaban sebagai berikut :
1) Ya, HMI mendukung Manipol/Usdek sebagai haluan negara yang
ditetapkan oleh MPRS
2) Ya, HMI setuju Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan
dengan Piagam Jakarta
3) Ya, HMI setuju sosialisme Indonesia, yaitu masyarakat adil makmur
yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa

Dengan melakukan pendekatan-pendekatan itu maka HMI dapat


terselamatkan, isu dan tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI tidak
berhasil untuk mengubur HMI dalam percaturan sejarah.

HMI dalam Transisi Orde Lama dan Orde Baru


Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam
dibubarkan, dan lagi-lagi HMI lulus dalam ujian sejarah sehingga HMI
dapat mempertahankan eksistensinya hingga saat ini (entah esok hari,
entah lusa nanti, entah……). HMI adalah salah satu komponen bangsa
yang menentang faham dan ajaran komunis, sedangkan PKI saat itu
merupakan kekuatan sosial politik yang besar di negara Republik
Indonesia. PKI berkeinginan untuk membubarkan HMI karena merupakan
salah satu musuh utamanya, usaha untuk membubarkan HMI dilakukan
PKI dengan gencar (Kalau tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 22

pakai sarung saja), apalagi menjelang Gestapu atau Gestok (istilah


Pemimpin Besar Revolusi Soekarno). Masalah pembubaran HMI bukan
hanya menjadi masalah internal, tapi lebih jauh daripada itu, hal tersebut
merupakan masalah umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Puncak dari usaha PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan negara
Republik Indonesia adalah dengan melakukan pemberontakan Gerakan
30 Sepetember/PKI tahun 1965. Pemberontakan tersebut dimulai melalui
cara penculikan terhadap para perwira tinggi TNI-AD (kecuali Pangkostrad
yang merupakan jabatan strategis, why ?), dan menghabisi para perwira
itu. Menyikapi hal ini, HMI mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa
gerakan tersebut dilakukan oleh PKI (pernyataan bahwa G30S/PKI diotaki
oleh PKI pertama kali dilontarkan oleh HMI –sumber Agussalim Sitompul),
HMI ikut membantu pemerintah dalam menumpas G30S/PKI dan kerelaan
HMI untuk membantu sepenuhnya ABRI. Setelah turunnya Soekarno dan
naiknya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, HMI bersikap
mendukung pemerintahan baru yang ingin menjalankan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen (katanya sih gitu waktu naik) dan
HMI ikut dalam usaha-usaha untuk menumpas sisa-sisa PKI serta
organisasi underbouw PKI.

HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa


Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI harus memiliki kualitas insan
cita, yang karenanya akan tercipta kader yang memiliki intelektual tinggi
yang dilandasi oleh iman serta diabdikan kepada umat dan bangsa.
Pengabdian para kader ini akan dapat dijadikan penopang dalam
pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia.

Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai berikut:


1) Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim
2) Partisipasi dalam pemberian konsep
3) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan

Dalam menjalani peran tersebut, banyak halangan dan rintangan yang


justru sebenarnya lebih dominan faktor internal, misalnya pergeseran nilai
yang berdampak pada hilangnya ruh perjuangan HMI. Selain itu faktor
eksternal memaksa HMI untuk terbawa pusaran kekuasaan, misal
masalah asas tunggal yang mengakibatkan perpecahan HMI menjadi dua
yaitu HMI yang bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan
dirinya Majelis Penyelamat Organisasi.

HMI dan Fase Pasca Orde Baru


Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan bangsa
yang dikenal dengan sebutan Reformasi. Namun ternyata sampai saat ini
reformasi masih berupa angan yang belum dapat terealisir, ironisnya
kehilangan arah, karena banyak komponen bangsa yang ingin merasakan
sesuatu yang instan, tetapi dengan harapan berumur panjang.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 23

Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa


sementara ini diakibatkan penempatan peran HMI yang “salah” pada fase
pembangunan. Bahkan gerakan mahasiswa di luar HMI seringkali
menempatkan HMI sebagai common enemy.

Dinamika organisasi di manapun akan selalu mengalami fluktuasi,


akankah HMI tetap bertahan ?

3.1.2 Materi Konstitusi HMI

A. Silabus

JENJANG: KONSTITUSI HMI ALOKASI WAKTU:


LATIHAN 10 JAM
KADER I

Tujuan Pembelajaran Umum:


Peserta dapat Memahami ruang lingkup konstitusi

Tujuan Pembelajaran Khusus:


1. Peserta dapat menjelaskan ruang lingkup
konstitusi HMI dan hubungannya dengan pedoman pokok organisasi
lainnya.
2. Peserta dapat mempedomani konstitusi HMI
dan pedoman-pedoman pokok organisasi dalam kehidupan
berorganisasi.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Pengantar Ilmu Hukum
1.1. Pengertian dan Fungsi Hukum
1.2. Hakekat Hukum
1.3. Pengertian Konstitusi dan arti pentingnya dalam organisasi
2. Ruang lingkup Konstitusi HMI
Makna Mukodimah AD HMI
Makna HMI sebagai organisasi yang berasaskan Islam

Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI


Masalah keanggotaan
Masalah Struktur Kekuasaan
Masalah Struktur Kepemimpinan
3. Pedoman-pedoman Dasar Organisasi
3.1. Pedoman Perkaderan.
3.2. Pedoman Kohati
3.3. Pedoman Lembaga Kekaryaan
3.4. Pedoman atribut HMI
3.5. GPPO dan PKN

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 24

4. Hubungan Konstitusi AD/ART dengan


pedoman-pedoman Organisasi lainnya.

Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal

Evaluasi:
Melaksanakan test Objektif/subjektif dan penugasan.

Referensi:
1. Hasil-hasil kongres.
2. Zainal Abidin Ahmad,
Piagam Muhammad, Bulan Bintang, t.t.
3. Prof. DR. Mukhtar
Kusuatmadja, SH, LMM dan DR. B. Sidharta, SH, Pengantar Ilmu
Hukum; Suatu pengenalan Pertama berlakunya Ilmu Hukum, Penerbit
Alumni, Bandung, 2000.
4. Prof. Chainur Arrasjid, SH.
Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000
5. UUD 1945 (untuk
perbandingan)
6. Literatur lain yang relevan.

B. Materi Terurai

Pengertian
Konstitusi adalah bentuk peraturan perundangan yang tertinggi yang
menjadi dasar dan sumber semua peraturan perundangan yang
dibawahnya dalam suatu organisasi/negara.
Konstitusi : - Aturan pokok
- Hukum pokok

Qur’an & Hadist  Islam


Pancasila & UUD 1945  Indonesia
AD/ART  Organisasi

Syarat yang harus dimiliki agar konstitusi menjadi penentu arah, tindakan
dan piagam (sebagai dasar pijakan) :
1. Bentuknya
Sebagai naskah tertulis yang merupakan perundangan tertinggi yang
berlaku dalam suatu organisasi/negara.
2. Isinya
Merupakan peraturan yang bersifat fundamental; artinya tidak semua
masalah yang penting harus dibuat, melainkan hal-hal yang bersifat
pokok, dasar atau azas-azasnya saja.
3. Sifatnya
• Universal
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 25

• Fleksibel
• Luwes

PIAGAM MADINAH
(Untuk perbandingan)

Prinsip-prinsip umum atau pokok-pokok pikiran


1. Monotheisme
Konsep tauhid terdapat dalam Mukadimmah, pasal 22, 23, 42 dan
akhir pasal 47
2. Persatuan dan kesatuan
Terdapat dalam pasal 1, 15, 17, 25, dan 37
3. Persamaan dan keadilan
Terdapat pada pasal 13, 15, 16, 22, 24, 37, dan 40
4. Kebebasan beragama
Terdapat pada pasal 25
5. Bela negara
Tersirat dalam pasal 24, 37, 38, dan 44
6. Pelestarian adat yang baik
Terdapat dalam pasal 2 – 10. Adat yang dipertahankan seperti
gotong-royong, pembayaran diat dan tebusan tawanan.

Ruang Lingkup Konstitusi HMI

Mukadimmah
Alinea 1 :
1) Islam ajaran yang haq dan sempurna (Ali Imron 19)
2) Fitrah manusia : Hanief/cenderung pada kebenaran (Al-Araf 172)
3) Khalifah fil ardh (Al-Baqarah 30)
4) Pengabdian diri (Az-Zariat 56)

Alinea 2 :
Azas keseimbangan (Al-Qashash 77)
Duniawi – Ukhrawi, Individu – Sosial, Iman – Ilmu – Amal

Alinea 3 :
1) Kemerdekaan merupakan rahmat Allah SWT
(At-Taubah 41, Al-Baqarah 105, Yunus 25)
2) Umat Islam wajib mengisi kemerdekaan (fungsi umat Islam)
(Al-Anfal 61, Al-Jum’ah 10, Ar-Radu 11)
3) Adil makmur

Alinea 4 :
1) Fungsi generasi muda Islam
2) Orientasi pengabdian kepada Allah SWT (Az-Zariat 56)

Makna HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 26

HMI adalah organisasi yang menghimpun mahasiswa yang (mengaku)


beragama Islam dimana secara individu dan organisatoris memiliki cirri-ciri
keislaman, dan menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai sumber
norma, sumber nilai, sumber inspirasi dan sumber aspirasi di dalam setiap
aktivitas dan dinamika organisasi.

Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI


Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI merupakan konstitusi HMI,
isinya memuat aturan-aturan pokok organisasi yang bersifat fundamental.
Secara khusus masalah-masalah yang memerlukan penjelasan lebih
lanjut diurai dalam beberapa naskah, yaitu penjelasan dan pedoman-
pedoman organisasi lainnya.

Hal utama yang harus diketahui kader selain asas dan implikasinya
adalah masalah tentang keanggotaan, dan struktur organisasi.

Yang dapat menjadi anggota HMI adalah mahasiswa Islam yang terdaftar
pada perguruan tinggi dan/atau yang sederajat yang ditetapkan oleh
Pengurus HMI Cabang/Pengurus Besar HMI. Keanggotaan HMI dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1) Anggota Muda
Anggota muda adalah mahasiswa Islam yang menuntut ilmu di
perguruan tinggi atau yang sederajat dan telah mengikuti Maperca
2) Anggota Biasa
Anggota biasa adalah anggota muda yang telah memenuhi syarat dan
atau anggota muda yang telah mengikuti Latihan Kader I
3) Anggota Kehormatan
Anggota kehormatan adalah orang yang berjasa kepada HMI yang
telah ditetapkan oleh Pengurus HMI Cabang/Pengurus Besar HMI.

Setiap mahasiswa Islam yang berkeinginan untuk bergabung di HMI


dengan status sebagai anggota harus mengajukan permohonan secara
menyatakan secara tertulis kesediaan mengikuti dan menjalankan
AD/ART serta pedoman HMI lainnya kepada pengurus cabang setempat.
Apabila yang bersangkutan memenuhi syarat dan telah mengikuti
Maperca, maka dinyatakan sebagai anggota muda HMI, kemudian jika
anggota muda tersebut telah megikuti dan lulus Latihan Kader I akan
dinyatakan sebagai anggota biasa HMI.

Masa keanggotaan HMI dihitung sejak kelulusan dari Latihan Kader I dan
akan berakhir maksimum 5 (lima) tahun untuk program S 0, 7 (tujuh) tahun
untuk program S1, dan 9 (sembilan) tahun untuk program pasca sarjana.
Perhitungan tahun antar program bukan dibuat akumulasi. Selain habis
masa keanggotaan, status anggota HMI juga dapat berakhir jika anggota
yang bersangkutan meninggal dunia, mengundurkan diri, dan
diberhentikan atau dipecat. Dalam keadaan tertentu masa keanggotaan
dapat diperpanjang apabila yang bersangkutan masih menduduki

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 27

kepengurusan di HMI, dan akan diperpanjang sampai masa


kepengurusannya berakhir.

Anggota muda HMI mempunyai hak bicara tetapi tidak mempunyai hak
suara (gimana bisa bicara kalo bersuara tidak boleh), dan mengikuti
Latihan Kader I. Anggota biasa memiliki hak suara sehingga otomatis
punya hak bicara, mengikuti latihan dalam organisasi sesuai dengan
peruntukannya, dan mempunyai hak untuk dipilih sebagai fungsionaris
pengurus HMI sesuai dengan peruntukannya. Anggota kehormatan dapat
mengajukan saran/usul dan pertanyaan kepada pengurus secara lisan
atau tertulis.

Anggota HMI berkewajiban untuk menjaga nama baik organisasi,


berpartisipasi dalam seluruh kegiatan HMI. Khusus untuk anggota muda
dan anggota biasa, juga harus membayar uang pangkal dan iuran
organisasi.

Anggota HMI dapat dipecat karena dua hal :


1) Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan oleh HMI
2) Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi
Yang bisa mencabut status keanggotaan HMI adalah Pengurus HMI
Cabang dan Pengurus Besar HMI, dengan prosedur yang telah diatur
secara khusus.

STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi HMI terbagi menjadi 2 (dua), yaitu (1) Struktur
Kekuasaan, dan (2) Struktur Pimpinan.

Struktur kekuasaan secara hirarki terdiri dari :


1) Kongres
2) Konferensi/Musyawarah Cabang
3) Rapat Anggota Komisariat

Struktur pimpinan secara hirarki terdiri dari :


1) Pengurus Besar HMI
2) Pengurus HMI Cabang
3) Pengurus HMI Komisariat

Pedoman-Pedoman Dasar Organisasi

Pedoman Perkaderan
Pedoman perkaderan adalah aturan yang khusus membahas tentang
sistem perkaderan yang dilakukan di HMI. Sistem inilah yang
dilaksanakan secara masif, seragam, standar, dan menyeluruh oleh
seluruh komponen HMI.

Hal-hal yang menjadi pokok dalam sistem perkaderan HMI adalah :

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 28

1. Tujuan Perkaderan
Terciptanya kader Muslim-Intelektual-Profesional yang berakhlakul
karimah serta mampu mengemban amanah Allah sebagai khalifah fil
ardh dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
2. Aspek Perkaderan
• Pembentukan integritas watak dan kepribadian
• Pengembangan kualitas intelektual
• Pengembangan kemampuan professional
3. Landasan Perkaderan
 Landasan teologis
 Landasan ideologis
 Landasan konstitusi
 Landasan historis
 Landasan sosio-kultural
4. Pola Dasar Perkaderan
• Rekrutmen
• Pembentukan Kader
- Training Formal
- Pengembangan :
 Up-Grading
 Pelatihan
 Aktivitas
• Pengabdian

Pedoman KOHATI
KOHATI adalah singkatan dari Korps HMI-Wati. KOHATI merupakan
badan khusus HMI yang bertugas untuk membina, mengembangkan dan
meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan
keperempuanan. KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H
yang bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 pada Kongres VIII
HMI di Solo, KOHATI berkedudukan dimana HMI berada.

KOHATI bertujuan “Terbinanya muslimah yang berkualitas insan cita”.


KOHATI merupakan organisasi yang bersifat semi otonom. KOHATI
memiliki fungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi
kader HMI dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. Dalam
internal HMI, KOHATI berfungsi sebagai bidang keperempuanan, dan di
eksternal HMI, KOHATI berfungsi sebagai organisasi perempuan.
KOHATI berperan sebagai pencetak dan pembinan muslimah sejati untuk
menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai keislaman dan
keindonesiaan. Yang dapat menjadi anggota KOHATI adalah HMI-Wati
yang telah lulus Latihan Kader I HMI.

Pedoman Lembaga Kekaryaan

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 29

Sejarah Lembaga Kekaryaan HMI


Terbentuknya lembaga kekaryaan sebagai satu dari institusi HMI terjadi
pada kongres ke tujuh HMI di Jakarta pada tahun 1963 dengan
diputusakannya mendirikan beberapa lembaga khusus (sekarang
lembaga kekaryaan) dengan pengurus pusatnya ditentukan berdasarkan
kuota yang mempunyai potensi terbesar pada jenis aktifitas lembaga
kekaryaan yang bersangkutan diantaranya :
• Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) dipusatkan di Surabaya
• Lembaga Da’wah mahasiswa Islam (LDMI) yang dipusatkan di
Bandung
• Lembaga Pembangunan Mahasiswa Islam (LPMI) pusatnya di
Makassar
• Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSBMI) pusatnya di
Yogyakarta

Dan kondisi politik tahun 60-an berorientasi massa, lembaga kekaryaan


pun semakin menarik sebagai suatu faktor bagi berkembang pesatnya
lembaga kekaryaan ditunjukkan dari :
• Adanya hasil penelitian yang menginginkan dipertegasnya status
lembaga kekaryaan, struktur organisasi dan wewenang lembaga
kekaryaan
• Keinginan untuk menjadi lembaga kekaryaan otonom penuh terhadap
organisasi induk HMI

Kemudian sampai pada tahun 1966 diikuti oleh pembentukan Lembaga


Tekhnik Mahasiswa Islam (LTMI), Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam
(LPMI), Lembaga Astronomi Mahasiswa Islam (LAMI). Akhirnya dengan
latar belakang di atas melalui kongres VIII HMI di Solo melahirkan
keputusan Kongres dengan memberikan status otonom penuh kepada
lembaga kekaryaan dengan memberikan hak yang lebih kepada lembaga
kekaryaan tersebut, antara lain :
a. Punya struktur organiasasi yang bersifat nasional dari tingkat pusat
sampai rayon
b. Memiliki Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga (PD/PRT)
sendiri
c. Bentuk megadakan musyawarah lembaga termasuk memilih
pimpinan lembaga

Keputusan-keputusan di atas di satu pihak lebih mengarahkan kepada


kegiatan lembaga, namun di lain pihak lebih merugikan organisasi ke
tingkat induk bahkan justru menimbulkan permasalahan serius. Ini
dibuktikan dengan adanya evaluasi pada kongres di Malang pada tahun
1969, dimana kondisi pada saat tersebut lembaga kekaryaan sudah
cenderung mengarah kepada perkembangan untuk melepaskan diri dari
organisasi induknya, sehingga dalam evaluasi kongres IX HMI di Malang
tahun 1969 antara lain melalui papernya mempertanyakan :

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 30

a. Status lembaga dan hubungan dengan organisasi induknya


(HMI)
b. Perlu tidaknya penegasan oleh kongres, bahwa lembaga
kekaryaan adalah bagian mutlak dari HMI misalnya LKMI menjadi LK
HMI, LDMI menjadi LD HMI, dsb.

Setelah kongres X di Palembang tahun 1971, perubahan kelembagaan


tidak lagi menjadi permasalahan dan perhatian Himpunan. Ha ini
mengakibatkan lembaga kekaryaan perlahan-lahan mengalami
kemunduran dan puncaknya terjadi saat diterbitkannya SK Mendikbud
tentang pengaturan kehidupan kemahasiswaan melalui NKK/BKK tahun
1978.

Namun realitas perkembangan organisasi merasakan perlu dihidupkannya


kembali, lembaga kekaryaan yang dikukuhkan melalui kongres XIII HMI di
Ujung Pandang. Kemudian LK menjadi perhatian/alternatf baru bagi HMI
karena gencarnya isu profesionalisme. Melalui kongres XVI di Padang
tahun 1986 pendayagunaan LK kembali dicanangkan.

Lembaga Kekaryaan
Yang dimaksud dengan Lembaga Kekaryaan adalah badan-badan khusus
HMI (diluar KOHATI, LPL) yang bertugas melaksanakan kewajiban-
kewajiban HMI sesuai dengan fungsi dan bidangnya (ladang garapan)
masing-masing, latihan kerja berupa dharma bhakti kemasyarakatan
dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimana terdapat
dalam unsur-unsur pokok Esensi Kepribadian HMI yang meliputi :
1. Dasar Tauhid yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul
yakni dasar keyakinan bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”, dan
Allah adalah merupakan inti daripada iman, Islam dan Ihsan.
2. Dasar keseimbangan yaitu keharmonisan antara pemenuhan tugas
dunia dan akhirat, jasmaniah dan rohaniah, iman dan ilmu menuju
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
3. Kreatif, yakni memiliki kemampuan dengan cipta dan daya pikir
nasional dan kritis, hingga memilki kebijakan untuk berilmu amaliah
dan beramal ilmiah.
4. Dinamis, yaitu selalu dalam keadaan gerak dan terus berkembang
serta dengan cepat memberikan respon terhadap setiap tantangan
yang dihadapi sehingga memiliki fungsi pelopor yang militan.
5. Pemersatu, yaitu sikap dan perbuatan angkatan muda yang
merupakan kader seluruh umat Islam Indonesia menuju persatuan
nasional.
6. Progresif dan Pembaharu, yaitu sikap dan perbuatan orang muda
patriotik mengutamakan kepentingan bersama bangsa datas
kepentingan pribadi. Memihak dan membela kaum-kaum yang lemah
dan tertindas dengan menentang penyimpangan dan kebatilan dalam
bentuk dan manifestasinya. Aktif dalam pembentukan dan peranan
umat Islam Indonesia yang adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah
SWT.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 31

Dilihat dari jenisnya, maka lembaga kekaryaan yang pernah ada :


a. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
b. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
c. Lembaga Da’wah Mahasiswa Islam (LDMI)
d. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
e. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
f. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
g. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
h. Lembaga Astronomi Mahasswa Islam (LAMI)
i. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
j. Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI)
k. Lembaga Penelitian Mahasiswa Islam (LEPMI)
l. Dan lembaga-lembaga yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan
karena lembaga kekaryaan adalah badan pembantu pimpinan HMI,
maka dengan melaksanakan tugas/fungsional (sesuai dengan
bidangnya masing-masing) haruslah terlebih dahulu dirumuskan dalam
suatu musyawarah tersendiri. Musyawarah badan yang selanjutnya
disebut rapat kerja itu, bertugas untuk menjabarkan program HMI yang
telah diputuskan oleh instansi-instansi kekuasaan HMI.

Maksud dan Fungsi Lembaga Kekaryaan


Adanya lembaga kekaryaan dimaksudkan untuk mempertajam alat
pencapai tujuan HMI, sehingga dalam proses dapat terbentuk arah yang
jelas, agar pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan Lembaga
Kekaryaan benar dapat terkoordinasikan.
Adapun fungsi dari lembaga kekaryaan adalah :
a. Melaksanakan peningkatan wawasan profesionalsme
anggota, sesuai dengan bidang masing-masing, (Pasal 59 ART HMI)
dan lembaga kekeryaan bertanggung jawab kepada pengurus HMI
setempat, (Pasal 60 ayat d ART HMI)
b. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan HMI
untuk meningkatkan keahlian para anggota melalui pendidikan,
penelitian dan latihan kerja praktis serta darma bakti kemasyarakatan
(pasal 60 ayat b ART HMI)

Pedoman Atribut HMI

Pedoman atribut HMI berisi tentang lagu, lambing dan berbagai macam
penerapannya. Lagu yang dijadikan sebagai Hymne HMI adalah lagu
yang diciptakan oleh RM Akbar sebagai berikut :

HYMNE
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bersyukur dan Ikhlas


Himpunan Mahasiswa Islam
Yakin Usaha Sampai

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 32

Untuk kemajuan
Hidayah dan taufiq
Bahagia HMI

Berdoa dan Ikrar


Menjunjung tinggi syiar Islam
Turut Qur’an dan hadist
Jalan keselamatan
Ya Allah berkati
Bahagia HMI

Lambang HMI adalah sebagai berikut :


1. Bentuk huruf alif :
- Sebagai huruf hidup, lambang optimis kehidupan
HMI
- Huruf alif merupakan angka 1 (satu) lambang,
dasar/semangat HMI
2. Bentuk perisai :
Lambang kepeloporan HMI
3. Bentuk jantung :
Jantung adalah pusat kehidupan manusia, lambang proses
perkaderan HMI

4. Bentuk pena :
Melambangkan bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa yang
senantiasa haus akan ilmu pengetahuan
5. Gambar bulan bintang :
Lambang keimanan seluruh umat Islam di dunia
6. Warna hijau :
Lambang keimanan dan kemakmuran
7. Warna hitam :
Lambang ilmu pengetahuan
8. Keseimbangan warna hijau dan hitam :
Lambang keseimbangan, esensi kepribadian HMI
9. Warna putih :
Lambang kesucian dan kemurnian perjuangan HMI
10. Puncak tiga :
- Lambang Iman, Islam dan Ikhsan
- Lambang Iman, Ilmu dan Amal
11. Tulisan HMI :
Kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam

Pengunaan lambang HMI dapat diterapkan pada :


a) Lencana/Badge HMI
b) Bendera
c) Stempel
d) Kartu Anggota
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 33

e) Papan Nama HMI


f) Gordon/Selempang HMI
g) Aksesoris atau perlengkapan lain dengan tidak menyimpang dari
lambang dan penggunaannya
Aturan penggunaan dan lainnya diatur dengan rinci.

Atribut lain yang digunakan dalam HMI adalah :


1) Muts/Peci HMI
2) Baret HMI

Segala sesuatu yang berkaitan dengan atribut diatur dalam ketentuan


khusus.

Hubungan Konstitusi dan Pedoman lainnya


Pada dasarnya konstitusi hanya memberikan aturan yang bersifat umum,
aturan secara khusus dijelaskan dalam pedoman-pedoman lainnya.
Pedoman lain berfungsi sebagai penjelasan teknis hal-hal yang dibahas
dalam konstitusi, sehingga tidak boleh bertentangan dengan konstitusi.
Secara hirarki hukum konstitusi merupakan aturan tertinggi.

3.1.3 Materi Nilai Dasar Perjuangan

A. Silabus

JENJANG: NILAI DASAR PERJUANGAN ALOKASI


LATIHAN WAKTU:
KADER I 8 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan kedudukan NDP
serta subtansi materi secara garis besar dalam organisasi.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta dapat
menjelaskan sejarah perumusan NDP dan kedudukannya dalam
organisasi
2. Peserta dapat
menjelaskan hakikat sebuah kehidupan
3. Peserta dapat
menjelaskan hakikat kebenaran
4. Peserta dapat
menjelaskan hakikat penciptaan alam semesta
5. Peserta dapat
menjelaskan hakikat penciptaan manusia
6. Peserta dapat
menjelaskan hakikat masyarakat

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 34

7. Peserta dapat
menjelaskan hubungan antara iman, ilmu dan amal

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Sejarah perumusan NDP dan kedudukan NDP dalam organisasi HMI
1.1. Pengertian NDP
1.2. Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP
1.3. NDP sebagai kerangka Global Pemahaman Islam dalam
konteks organisasi HMI
1.4. Hubungan antara NDP dan Mision HMI
1.5. Metode pemahaman NDP
2. Garis besar Materi NDP
2.1. Hakikat Kehidupan
2.1.1. Analisa Kebutuhan Manusia
2.1.2. Mencari kebenaran sebagai kebutuhan dasar manusia
2.1.3. Islam sebagai sumber kebenaran
2.2. Hakikat Kebenaran
2.2.1. Konsep Tauhid La Ila Ha Illallah
2.2.2. Eksistensi dan sifat-sifat Allah
2.2.3. Rukun iman sebagai sebagai upaya mencari kebenaran
2.3. Hakikat Penciptaan Alam Semesta
2.3.1. Eksistensi Alam
2.3.2. Fungsi dan Tujuan Penciptaan Alam
2.4. Hakikat-hakikat penciptaan Manusia
2.4.1. Eksistensi Manusia dan Kedudukannya diantara mahkluk
lainnya
2.4.2. Kesetaraan dan kedudukan manusia sebagai khalifah
dimuka bumi
2.4.3. Manusia sebagai hamba Allah
2.4.4. Fitrah, kebebasan dan tanggungjawab manusia
2.5. Hakikat Masyarakat
2.5.1. Perlunya menegakan keadilan dalam masyarakat
2.5.2. Hubungan Keadilan dan Kemerdekaan
2.5.3. Hubungan Keadilan dan kemakmuran
2.5.4. Kepemimpinan untuk menegakkan keadilan
2.6. Hakikat Ilmu
2.6.1. Ilmu sebagai jalanmencari kebenaran
2.6.2. Jenis-jenis Ilmu
3. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal

Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal

Evaluasi :
Test objektif/subjektif, penugasan dan membuat kuisoner

Referensi :
1. Al-Qur’an dan terjemah

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 35

2. Teks NDP
3. Literatur lain yang relevan

B. Materi Terurai

Sejarah Perumusan NDP


Sampai pada fase perjuangan HMI dalam transisi orde lama dan orde
baru, pedoman perjuangan HMI yang mendasar dan sistematis belum
ada, setelah fase berikutnya baru disusun Nilai Dasar Perjuangan HMI,
yang pada Kongres XVI HMI di Padang tahun 1986 pernah berubah nama
menjadi Nilai Identitas Kader (NIK), pada dasarnya tidak ada perubahan
atas isi dari NDP. Perubahan ini didasari atas pertimbangan politik
setelah keluarnya UU No.5 tahun 1985 yang menyatakan bahwa
Pancasila satu-satunya azas organisasi kemasyarakatan. Pada Kongres
XXII HMI di Jambi tahun 1999 nama NIK kembali ditukar menjadi NDP,
seirama dengan pertukaran azas organisasi.

Kelahiran NDP dilatarbelakangi oleh :


1) Keadaan negara
Bangsa Indonesia sekitar 1966-1968 tengah mengalami perbaikan dari
segi infra struktur maupun supra struktur, karena bangsa Indonesia
baru dilanda badai pengkhianatan PKI
2) Keadaan umat Islam
Nurkholis Madjid dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman
mengungkapkan bahwa muslim Indonesia adalah termasuk yang
paling sedikit ter”Arab”kan. Di Indonesia pemahaman Islam masih
dangkal, sehingga masih ada persoalan bagaimana menghayati nilai-
nilai Islam itu sendiri.
3) Antek-antek PKI mempunyai pedoman yang baik
Untuk memberikan pemahaman tentang kekomunisan, para kader PKI
di masa jayanya (1960-an) mempunyai buku saku yang bisa dibaca
dimanapun dan kapanpun. Melihat keadaan ini timbul keinginan Cak
Nur untuk menyusun dasar-dasar nilai Islam melalui kerangka
sistematis yang kemudian beliau beri nama NDI (Nilai Dasar Islam)
dengan tujuan NaDI ini mampu berfungsi sebagai pemahaman global
tentang ajaran Islam.
4) Literatur yang tersedia belum memuaskan
Pada waktu itu para kader HMI masih jarang sekali menuangkan ide
keislaman mereka dalam bentuk tulisan, salah satu penyebabnya
adalah kesibukan melawan PKI secara fisik.

Pada masa kepengurusan Nurkholis Madjid, HMI berusaha membuat


pedoman perjuangan dan pada Kongres X HMI di Palembang tahun 1971,
ditetapkan menjadi Nilai Dasar Perjuangan (NDP), yang berasal dari
naskah NDI yang disampaikan Cak Nur dalam Kongres IX HMI di Malang
tahun 1969 yang selanjutnya kongres menugaskan kepada Nurkholis
Madjid, Sakib Mahmud, dan Endang Saifudin Anshari (alm.) untuk
menyempurnakannya. Pemilihan nama NDP sendiri memiliki alasan, yaitu

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 36

(1) Nama NDI terlalu mengklaim Islam yang bahkan akan mempersimpit
ajaran Islam itu sendiri, (2) Terinspirasi oleh buku “Perjuangan Kita”-nya
Syahrir.

Ahmad Wahib dalam buku harian yang kemudian diterbitkan menjadi buku
oleh Johan Effendi dengan tajuk “Pergolakan Pemikiran Islam” yang
dianggap controversial, menuliskan bahwa perumusan NDI tersebut
dipengaruhi oleh perjalanan Nurkholis Madjid ke universitas-universitas di
Amerika atas undangan pemerintah Amerika pada tahun 1968. Hal ini
dibantah oleh Cak Nur dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman,
bahwa sebenarnya perjalanan ke Amerika tidak berpengaruh banyak
terhadap dirinya, karena selain perjalanan ke Amerika, Cak Nur juga
melanjutkan lawatan ke Timur Tengah dengan menggunakan sisa uang
saku yang dihematnya waktu di Amerika. Di Timur Tengah perjalanan
dimulai dari Damaskus, Kuwait, Saudi Arabia, Turki, Lebanon, dan terakhir
Mesir. Dalam perjalanan di Timur Tengah inilah untuk pertama kalinya
Cak Nur bertemu Gus Dur, padahal mereka satu kampung. Di Riyadh
Cak Nur bertemu dengan Dr. Farid Mustafa dan mendapat banyak hal
darinya. Selama di Timur Tengah Cak Nur sering mengadakan diskusi
kritis tentang berbagai hal keislaman.

Sepulang Cak Nur dari menunaikan ibadah haji atas undangan Menteri
Pendidikan Arab Saudi (Syekh hasan bin Abdullah Ali) sekitar bulan April
1969, keinginannya untuk menulis NDI makin menggebu-gebu.

Kedudukan NDP dalam tubuh HMI


NDP merupakan landasan perjuangan HMI, dan ini perlu disosialisikan
pada setiap kader. Tujuan NDP dalam HMI merupakan filsafat sosial
dalam melakukan perubahan sesuai tujuan HMI. Hubungan NDP dalam
HMI dapat digambarkan sebagai berikut :

ISLAM Landasan Teologis

NDP HMI Landasan Ideologis

MISSION HMI Landasan Filosofis

GPPO & PKN HMI Landasan Sosiologis

Berdasarkan skema tersebut, maka NDP merupakan filsafat sosial yang


bersumber dari ajaran Islam. Filsafat sosial ini diturunkan menjadi teori-

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 37

teori sosial yang teori-teori ini akan memberikan konsepsi yang jelas pada
arah gerak perubahan sosial yang dilakukan oleh HMI.

C. Teks NDP

NILAI DASAR PERJUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

A. DASAR-DASAR KEPERCAYAAN

Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu akan


melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. Sikap tanpa
percaya atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Tetapi
selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan dalam waktu yang sama
juga harus merupakan kebenaran. Demikian pula cara berkepercayaan
harus pula benar. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak
dikehendaki akan tetapi bahkan berbahaya.

Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam kenyataan kita temui


bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka ragam di kalangan
masyarakat. Karena bentuk- bentuk kepercayaan itu berbeda satu dengan
yang lain, maka sudah tentu ada dua kemungkinan: kesemuanya itu salah
atau salah satu saja diantaranya yang benar. Disamping itu masing-
masing bentuk kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur
kebenaran dan kepalsuan yang campur baur.

Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa kepercayaan itu


melahirkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu kemudian melembaga dalam tradis-
tradisi yang diwariskan turun temurun dan mengikat anggota masyarakat
yang mendukungnya. Karena kecenderungan tradisi untuk tetap
mempertahankan diri terhadap kemungkinan perubahan nilai-nilai, maka
dalam kenyataan ikatan-ikatan tradisi sering menjadi penghambat
perkembangan peradaban dan kemajuan manusia. Disinilah terdapat
kontradiksi kepercayaan diperlukan sebagai sumber tatanilai guna
menopang peradaban manusia, tetapi nilai-nilai itu melembaga dalam
tradisi yang membeku dan mengikat, maka justru merugikan peradaban.

Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan peradaban dan


kemajuannya, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap bentuk
kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, dan menganut kepercayaan
yang sungguh-sungguh yang merupakan kebenaran. Maka satu-satunya
sumber nilai sumber dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri.
Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran
yang mutlak adalah Tuhan Allah.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 38

Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang kesatu : Tiada


Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan
pengecualian. Perkataan "Tidak ada Tuhan" meniadakan segala bentuk
kepercayaan, sedangkan perkataan "Selain Allah" memperkecualikan satu
kepercayaan kepada kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan
agar manusia membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan
yang ada dengan segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu
dimaksudkan agar manusia hanya tunduk pada ukuran kebenaran dalam
menetapkan dan memilih nilai - nilai, itu berarti tunduk pada Allah, Tuhan
Yang Maha Esa, Pencipta segala yang ada termasuk manusia. Tunduk
dan pasrah itu disebut Islam.

Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah Tuhan. Pendekatan ke
arah pengetahuan akan adanya Tuhan dapat ditempuh manusia dengan
berbagai jalan, baik yang bersifat intuitif, ilmiah, historis, pengalaman dan
lain-lain. Tetapi karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka
manusia tidak dapat menjangkau sendiri kepada pengertian akan hakekat
Tuhan yang sebenarnya. Namun demi kelengkapan kepercayaan kepada
Tuhan, manusia memerlukan pengetahuan secukupnya tentang
Ketuhanan dan tatanilai yang bersumber kepada-Nya. Oleh sebab itu
diperlukan sesuatu yang lain yang lebih tinggi namun tidak bertentangan
dengan insting dan indera.

Sesuatu yang diperlukan itu adalah "Wahyu" yaitu pengajaran atau


pemberitahuan yang langsung dari Tuhan sendiri kepada manusia. Tetapi
sebagaimana kemampuan menerima pengetahuan sampai ketingkat yang
tertinggi tidak dimiliki oleh setiap orang, demikian juga wahyu tidak
diberikan kepada setiap orang. Wahyu itu diberikan kepada manusia
tertentu yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu para
Nabi dan Rosul atau utusan Tuhan. Dengan kewajiban para Rosul itu
untuk menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia. Para rosul dan
nabi itu telah lewat dalam sejarah semenjak Adam, Nuh, Ibrahim,
Musa,Isa atau Yesus anak Mariam sampai pada Muhammad SAW.
Muhammad adalah Rosul penghabisan, jadi tiada Rosul lagi sesudahnya.
Jadi para Nabi dan Rosul itu adalah manusia biasa dengan kelebihan
bahwa mereka menerima wahyu dari Tuhan.

Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul


seluruhnya dalam kitab suci Al-Quran. Selain berarti bacaan, kata Al-
Quran juga bearti "kumpulan" atau kompilasi, yaitu kompilasi dari segala
keterangan. Sekalipun garis-garis besar Al-Quran merupakan suatu
kompendium, yang singkat namun mengandung keterangan-keterangan
tentang segala sesuatu sejak dari sekitar alam dan manusia sampai
kepada hal-hal gaib yang tidak mungkin diketahui manusia dengan cara
lain. Jadi untuk memahami Ketuhanan Yang Maha Esa dan ajaran-ajaran-
Nya, manusia harus berpegang kepada Al-Quran dengan terlebih dahulu
mempercayai kerasulan Muhammmad SAW. Maka kalimat kesaksian
yang kedua memuat esensi kedua dari kepercayaan yang harus dianut

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 39

manusia, yaitu bahwa Muhammad adalah Rosul Allah. Kemudian di dalam


Al-Quran didapat keterangan lebih lanjut tentang Ketuhanan Yang maha
Esa ajaran-ajaranNya yang merupakan garis besar dan jalan hidup yang
mesti diikuti oleh manusia. Tentang Tuhan antara lain: surat Al-Ikhlas
menerangkan secara singkat ; katakanlah : "Dia adalah Tuhan Yang Maha
Esa. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan tempat menaruh segala harapan. Tiada
Ia berputra dan tiada pula berbapa. Selanjutnya Ia adalah Maha Kuasa,
Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Kasih dan Maha
Sayang, Maha Pengampun dan seterusnya daripada segala sifat
kesempurnaan yang selayaknya bagi Yang Maha Agung dan Maha Mulia,
Tuhan seru sekalian Alam.

Juga diterangkan bahwa Tuhan adalah yang pertama dan yang


penghabisan, Yang lahir dan Yang Bathin, dan "kemanapun manusia
berpaling maka disanalah wajah Tuhan". Dan "Dia itu bersama kamu
kemanapun kamu berada". Jadi Tuhan tidak terikat ruang dan waktu.

Sebagai "yang pertama dan yang penghabisan", maka sekaligus Tuhan


adalah asal dan tujuan segala yang ada, termasuk tata nilai. Artinya ;
sebagaimana tata nilai harus bersumber kepada kebenaran dan
berdasarkan kecintaan kepadaNya, Iapun sekaligus menuju kepada
kebenaran dan mengarah kepada "persetujuan" atau "ridhanya ". Inilah
kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang sebenarnya (Tuhan sebagai
tujuan hidup yang benar, diterangkan dalam bagian yang lain)

Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan mengaturnya


dengan pasti. Oleh karena itu alam mempunyai eksistensi yang riil dan
obyektif, serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap. Dan sebagai
ciptaan daripada sebaik-baiknya penciptanya, maka alam mengandung
kebaikan pada diriNya dan teratur secara harmonis. Nilai ciptaan ini untuk
manusia bagi keperluan perkembangan peradabannya. Maka alam dapat
dan dijadikan obyek penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum Tuhan
(sunnatullah) yang berlaku didalamnya. Kemudian manusia
memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri.

Jika kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan idealisme maupun


agama Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi
riil dan obyektif, melainkan semua palsu atau maya atau sekedar
emansipasi atau pancaran daripada dunia lain yang kongkrit, yaitu idea
atau nirwana. Juga tidak seperti dikatakan filsafat Agnosticisme yang
mengatakan bahwa alam tidak mungkin dimengerti manusia. Dan
sekalipun filsafat materialisme mengatakan bahwa alam ini mempunyai
eksistensi riil dan obyektif sehingga dapat dimengerti oleh manusia,
namun filsafat itu mengatakan bahwa alam ada dengan sendirinya.
Peniadaan pencipta ataupun peniadaan Tuhan adalah satu sudut
daripada filsafat materialisme.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 40

Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi. Sebagai


mahluk tertinggi manusia dijadikan "Khalifah" atau wakil Tuhan di bumi.
Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk memakmurkannya.
Maka urusan di dunia telah diserahkan Tuhan kepada manusia. Manusia
sepenuhnya bertanggungjawab atas segala perbuatannya di dunia.
Perbuatan manusia ini membentuk rentetan peristiwa yang disebut
"sejarah". Dunia adalah wadah bagi sejarah, dimana manusia menjadi
pemilik atau "rajanya".

Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti (sunattullah) yang


menguasai sejarah, sebagaimana adanya hukum yang menguasai alam
tetapi berbeda dengan alam yang telah ada secara otomatis tunduk
kepada sunatullah itu, manusia karena kesadaran dan kemampuannya
untuk mengadakan pilihan untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-
hukum kehidupannya sendiri. Ketidakpatuhan itu disebabkan karena sikap
menentang atau kebodohan. Hukum dasar alami daripada segala yang
ada inilah "perubahan dan perkembangan", sebab : segala sesuatu ini
adalah ciptaan Tuhan dan pengembangan olehNya dalam suatu proses
yang tiada henti-hentinya. Segala sesuatu ini adalah berasal dari Tuhan
dan menuju kepada Tuhan. Maka satu-satunya yang tak mengenal
perubahan hanyalah Tuhan sendiri, asal dan tujuan segala sesuatu. Di
dalam memenuhi tugas sejarah, manusia harus berbuat sejalan dengan
arus perkembangan itu menunju kepada kebenaran. Hal itu berarti bahwa
manusia harus selalu berorientasi kepada kebenaran, dan untuk itu harus
mengetahui jalan menuju kebenaran itu. Dia tidak mesti selalu mewarisi
begitu saja nilai-nilai tradisional yang tidak diketahuinya dengan pasti akan
kebenarannya.

Oleh karena itu kehidupan yang baik adalah yang disemangati oleh iman
dan ilmu. Bidang iman dan pencabangannya menjadi wewenang wahyu
sedangkan bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang manusia untuk
mengusahakan dan mengumpulkannya dalam kehidupan dunia ini. Ilmu
itu meliputi tentang alam dan tentang manusia (sejarah). Untuk
memperoleh ilmu pengetahuan tentang nilai kebenaran sejauh mungkin,
manusia harus melihat alam dan kehidupan ini sebagaimana adanya
tanpa melekatkan padanya kualitas-kualitas yang bersifat ketuhanan.
Sebab sebagaimana diterangkan dimuka, alam diciptakan dengan wujud
yang nyata dan objektif sebagaimana adanya. Alam tidak menyerupai
Tuhan, dan Tuhan pun untuk sebagian atau seluruhnya tidak sama
dengan alam. Sikap memper-Tuhan-kan atau mensucikan (sakralisasi)
haruslah ditujukan kepada Tuhan sendiri. Tuhan Allah Yang Maha Esa.

Ini disebut "Tauhid" dan lawannya disebut "syirik" artinya mengadakan


tandingan terhadap Tuhan, baik seluruhnya atau sebagian maka jelasnya
bahwa syirik menghalangi perkembangan dan kemajuan peradaban,
kemanusiaan menuju kebenaran.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 41

Sesudahnya atau kehidupan duniawi ini ialah "hari kiamat". Kiamat


merupakan permulaan bentuk kehidupan yang tidak lagi bersifat sejarah
atau duniawi, yaitu kehidupan akhirat. Kiamat disebut juga "hari agama",
atau yaumuddin, dimana Tuhan menjadi satu-satunya pemilik dan raja.
Disitu tidak lagi terdapat kehidupan historis, seperti kebebasan, usaha dan
tata masyarakat. Tetapi yang ada adalah pertanggunggan jawab individu
manusia yang bersifat mutlak dihadapan illahi atas segala perbuatannya
dahulu didalam sejarah.

Selanjutnya kiamat merupakan "hari agama", maka tidak yang mungkin


kita ketahui selain daripada yang diterangkan dalam wahyu. Tentang hari
kiamat dan kelanjutannya / kehidupan akhirat yang non-historis manusia
hanya diharuskan percaya tanpa kemungkinan mengetahui kejadian-
kejadiannya.

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN

Telah disebutkan di muka, bahwa manusia adalah puncak ciptaan,


merupakan mahluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di bumi.
Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi manusia bukan hanya
beberapa sifat atau kegiatan yang ada padanya, melainkan suatu
keseluruhan susunan sebagai sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang
khusus dimiliki manusia saja yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia
berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran
(Hanief).

"Dlamier" atau hati nurani adalah pemancar keinginan pada kebaikan,


kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia ialah kebenaran yang
mutlak atau kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Fitrah
merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi
dan prinsipil membedakannya dari mahluk-mahluk yang lain. Dengan
memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi
manusia sejati.

Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatanya. Nilai- nilai


tidak dapat dikatakan hidup dan berarti sebelum menyatakan diri dalam
kegiatan-kegiatan amaliah yang kongkrit. Nilai hidup manusia tergantung
kepada nilai kerjanya. Di dalam dan melalui amal perbuatan yang
berperikemanusiaan (fitrah sesuai dengan tuntutan hati nurani) manusia
mengecap kebahagiaan, dan sebaliknya di dalam dan melalui amal
perbuatan yang tidak berperikemanusiaan (jihad) ia menderita kepedihan.
Hidup yang penuh dan berarti ialah yang dijalani dengan sungguh-
sungguh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat mewujudkan
dirinya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan dan memenuhi
keperluan-keperluannya. Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah
dia yang merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-
kegiatan yang membawa perubahan kearah kemajuan-kemajuan baik
yang mengenai alam maupun masyarakat yaitu hidup berjuang dalam arti

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 42

yang seluas-luasnya. Dia diliputi oleh semangat mencari kebaikan,


keindahan dan kebenaran. Dia menyerap segala sesuatu yang baru dan
berharga sesuai dengan perkembangan kemanusiaan dan menyatakan
dalam hidup berperadaban dan berkebudayaan. Dia adalah aktif, kreatif
dan kaya akan kebijaksanaan (widom, hikmah).

Dia berpengalaman luas, berpikir bebas, berpandangan lapang dan


terbuka, bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya. Dia
adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar, penahan amarah dan
pemaaf. Keutamaan itu merupakan kekayaan manusia yang menjadi milik
daripada pribadi-pribadi yang senantiasa berkembang dan selamanya
tumbuh kearah yang lebih baik.

Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan mental dan
phisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani
bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal
perbedaan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah
kesenggangan dan kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia
berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri, menyatakan ke luar
corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya
secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan
individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara perorangan
dan sebagai anggota masyarakat, hak dan kewajiban serta kegiatan-
kegiatan untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama ummat
manusia.

Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara kegiatan-kegiatan


rokhani dan jasmani, pribadi dan masyarakat, agama dan politik maupun
dunia akherat. Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja
yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan
kebenaran. Dia seorang yang ikhlas, artinya seluruh amal perbuatannya
benar-benar berasal dari dirinya sendiri dan merupakan pancaran
langsung dari pada kecenderungannya yang suci yang murni. Suatu
pekerjaan dilakukan karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi
kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan lain
yang nilainya lebih rendah (pamrih). Kerja yang ikhlas mengangkat nilai
kemanusiaan pelakunya dan memberikannya kebahagiaan. Hal itu akan
menghilangkan sebab-sebab suatu jenis pekerjaan ditinggalkan dan kerja
amal akan menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling berharga.
Keikhlasan adalah kunci kebahagiaan hidup manusia, tidak ada
kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan selalu menimbulkan
kebahagiaan.

Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang memancarkan dari hati
nurani yang hanief atau suci.

C. KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN


UNIVERSAL (TAKDIR)

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 43

Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan.


Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh
kemauan yang murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih
sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani.
Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang
berasal dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya.
Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan manusia
sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan abadi (external) berupa
kehidupan kelak sesudah mati di akherat. Dalam aspek pertama manusia
melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus dipikul
secara individual, dan komunal sekaligus. Sedangkan dalam aspek kedua
manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, melainkan hanya
menerima akibat baik dan buruknya dari amalnya dahulu di dunia secara
individual. Di akherat tidak terdapat pertanggung jawaban perseorangan
(mutlak). Manusia dilahirkan sebagai individu, hidup ditengah alam dan
masyarakat sesamanya, kemudian menjadi individu kembali.

Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama dan terakhir,


dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya daripada nilai
kemanusiaan itu sendiri. Karena individu adalah penanggung jawab
terakhir dan mutlak daripada awal perbuatannya, maka kemerdekaan
pribadi, adalah haknya yang pertama dan asasi.

Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan primer saja dari
pada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun sifat sekunder , ialah
bahwa individu dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya.
Manusia hidup ditengah alam sebagai makhluk sosial hidup ditengah
sesama. Dari segi ini manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang
merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan
untuk pribadi dalam kontek hidup ditengah masyarakat. Sekalipun
kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan, tidak berarti bahwa
manusia selalu dan dimana saja merdeka. Adanya batas-batas dari
kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas tertentu itu
dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam.
Hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia
sendiri yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan
manusia. Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya "keharusan Universal
" atau "kepastian hukum " dan takdir. 3) jadi kalau kemerdekaan pribadi
diwujudkan dalam kontek hidup di tengah alam dan masyarakat dimana
terdapat keharusan universal yang tidak tertaklukan, maka apakah bentuk
yang harus dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya?

Sudah tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan berarti


peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan adanya
keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya
sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan. Pengakuan akan
adanya kepastian umum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya
batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya suatu persyaratan yang positif

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 44

daripada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang adanya


kemungkinan-kemungkinan kretif manusia. Yaitu tempat bagi adanya
usaha yang bebas dan dinamakan "ikhtiar" artinya pilih merdeka.

Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan


dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri
dimana manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang integral dan
bebas; dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali
oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa
adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak
merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk memberikan
pertanggung jawaban pribadi dari amal perbuatannya. Kegiatan merdeka
berarti perbuatan manusia yang merubah dunia dan dirinya sendiri. Jadi
sekalipun terdapat keharusan universal atau takdir manusia dengan
haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan menentukan bagi
dunia dan dirinya sendiri.

Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum


kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir akan
membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu
kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran.
Sebab segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri,
melainkan juga kepada keharusan yang universal itu.

D. KETUHANAN YANG MAHA ESA DAN KEMANUSIAAN

Telah jelas bahwa hubungan yang benar antara individu manusia dengan
dunia sekitarnya bukan hubungan penyerahan. Sebab penyerahan
meniadakan kemerdekaan dan keikhklasan dan kemanusiaan. Tatapi
jelas pula bahwa tujuan manusia hidup merdeka dengan segala
kegiatannya ialah kebenaran. Oleh karena itu sekalipun tidak tunduk pada
sesuatu apapun dari dunia sekelilingnya, namun manusia merdeka masih
dan mesti tunduk kepada kebenaran. Karena menjadikan sesuatu sebagai
tujuan adalah berarti pengabdian kepada-Nya.

Jadi kebenaran-kebenaran menjadi tujuan hidup dan apabila demikian


maka sesuai dengan pembicaraan terdahulu maka tujuan hidup yang
terakhir dan mutlak ialah kebenaran terakhir dan mutlak sebagai tujuan
dan tempat menundukkan diri. Adakah kebenaran terakhir dan mutlak
itu ?. Ada, sebagaimana tujuan akhir dan mutlak daripada hidup itu ada.
Karena sikapnya yang terakhir (ultimate) dan mutlak maka sudah pasti
kebenaran itu hanya satu secara mutlak pula.

Dalam perbendaharaan kata dan kulturiil, kita sebut kebenaran mutlak itu
"Tuhan", kemudian sesuai dengan uraian bab I, Tuhan itu menyatakan diri
kepada manusia sebagai Allah. Karena kemutlakannya, Tuhan bukan saja
tujuan segala kebenaran. Maka dia adalah Yang Maha Benar. Setiap
pikiran yang maha benar adalah pada hakikatnya pikiran tentang Tuhan
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 45

YME. Oleh sebab itu seseorang manusia merdeka ialah yang ber-
ketuhanan Yang Maha Esa. Keiklasan tiada lain adalah kegiatan yang
dilakukan semata-mata bertujuan kepada Tuhan YME, yaitu kebenaran
mutlak, guna memperoleh persetujuan atau "ridho" daripada-Nya.
Sebagaimana kemanusiaan terjadi karena adanya kemerdekaan dan
kemerdekaan ada karena adanya tujuan kepada Tuhan semata-mata. Hal
itu berarti segala bentuk kegiatan hidup dilakukan hanyalah karena nilai
kebenaran itu yang terkandung didalamnya guna mendapat pesetujuan
atau ridho kebenaran mutlak. Dan hanya pekerjaan "karena Allah" itulah
yang bakal memberikan rewarding bagi kemanusiaan. Kata "iman" berarti
percaya dalam hal ini percaya kepada Tuhan sebagai tujuan hidup yang
mutlak dan tempat mengabdikan diri kepada-Nya. Sikap menyerahkan diri
dan mengabdi kepada Tuhan itu disebut Islam. Islam menjadi nama
segenap ajaran pengabdian kepada Tuhan YME. Pelakunya disebut
"Muslim". Tidak lagi diperbudak oleh sesama manusia atau sesuatu yang
lain dari dunia sekelilingnya, manusia muslim adalah manusia yang
merdeka yang menyerahkan dan menyembahkan diri kepada Tuhan YME.
Semangat tauhid (memutuskan pengabdian hanya kepada Tuhan YME)
menimbulkan kesatuan tujuan hidup, kesatuan kepribadian dan
kemasyarakatan. Kehidupan bertauhid tidak lagi berat sebelah, parsial
dan terbatas. Manusia bertauhid adalah manusia yang sejati dan
sempurna yang kesadaran akan dirinya tidak mengenal batas.

Dia adalah pribadi manusia yang sifat perorangannya adalah keseluruhan


(totalitas) dunia kebudayaan dan peradaban. Dia memiliki seluruh dunia
ini dalam arti kata mengambil bagian sepenuh mungkin dalam
menciptakan dan menikmati kebaikan-kebaikan dan peradaban
kebudayaan.

Pembagian kemanusiaan tidak selaras dengan dasar kesatuan


kemanusiaan (human totality) itu antara lain, ialah pemisahan antara
eksistensi ekonomi dan moral manusia, antara kegiatan duniawi dan
ukhrowi antara tugas-tugas peradaban dan agama. Demikian pula
sebaliknya, anggapan bahwa manusia adalah tujuan pada dirinya
membela kemanusiaan seseorang menjadi : manusia sebagai pelaku
kegiatan dan manusia sebagai tujuan kegiatan. Kepribadian yang pecah
berlawanan dengan kepribadian kesatuan (human totality) yang homogen
dan harmonis pada dirinya sendiri : jadi berlawanan dengan kemanusiaan.

Oleh karena hakikat hidup adalah amal perbuatan atau kerja, maka nilai-
nilai tidak dapat dikatakan ada sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-
kegiatan konkrit dan nyata. Kecintaan kepada Tuhan sebagai kebaikan,
keindahan dan kebenaran yang mutlak dengan sendirinya memancar
dalam kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan alam dan
masyarakat, berupa usaha-usaha yang nyata guna menciptakan sesuatu
yang membawa kebaikan, keindahan dan kebenaran bagi sesama
manusia "amal saleh" (harafiah: pekerjaan yang selaras dengan
kemanusiaan) merupakan pancaran langsung daripada iman. Jadi

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 46

Ketuhanan YME memancar dalam perikemanusiaan. Sebaliknya karena


kemanusiaan adalah kelanjutan kecintaan kepada kebenaran maka tidak
ada perikemanusiaan tanpa Ketuhanan YME. Perikemanusiaan tanpa
Ketuhanan adalah tidak sejati. Oleh karena itu semangat Ketuhanan YME
dan semangat mencari ridho daripada-Nya adalah dasar peradaban yang
benar dan kokoh. Dasar selain itu pasti goyah dan akhirnya membawa
keruntuhan peradabannya.

"Syirik" merupakan kebalikan dari tauhid, secara harafiah artinya


mengadakan tandingan, dalam hal ini kepada Tuhan. Syirik adalah sifat
menyerah dan menghambakan diri kepada sesuatu selain kebenaran baik
kepada sesama manusia maupun alam. Karena sifatnya yang
meniadakan kemerdekaan asasi, syirik merupakan kejahatan terbesar
kepada kemanusiaan. Pada hakikatnya segala bentuk kejahatan
dilakukan orang karena syirik. Sebab dalam melakukan kejahatan itu dia
menghambakan diri kepada motif yang mendorong dilakukannya
kejahatan tersebut yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran.
Demikian pula karena syirik seseorang mengadakan pamrih atas
pekerjaan yang dilakukannya. Dia bekerja bukan karena nilai pekerjaan itu
sendiri dalam hubungannya dengan kebaikan, keindahan dan kebenaran,
tetapi karena hendak memperoleh sesuatu yang lain.

"Musyrik" adalah pelaku daripada syirik. Seseorang yang menghambakan


diri kepada sesuatu selain Tuhan baik manusia maupun alam disebut
musyrik, sebab dia mengangkat sesuatu selain Tuhan menjadi setingkat
dengan Tuhan.

Demikian pula seseorang yang menghambakan (sebagaimana dengan


jiran atau diktator) adalah musyrik, sebab dia mengangkat dirinya sendiri
setingkat dengan Tuhan.

Kedua perlakuan itu merupakan penentang terhadap kemanusiaan, baik


bagi dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Maka sikap
berperikemanusiaan adalah sikap yang adil, yaitu sikap menempatkan
sesuatu kepada tempatnya yang wajar, seseorang yang adil (wajar) ialah
yang memandang manusia. Tidak melebihkan sehingga menghambakan
dirinya kepada-Nya. Dia selau menyimpan itikad baik dan lebih baik
(ikhsan) maka kebutuhan menimbulkan sikap yang adil kepada manusia.

E. INDIVIDU DAN MASYARAKAT

Telah diterangkan dimuka, bahwa pusat kemanusiaan adalah masing-


masing pribadinya dan bahwa kemerdekaan pribadi adalah hak asasinya
yang pertama. Tidak sesuatu yang lebih berharga daripada kemerdekaan
itu. Juga telah dikemukakan bahwa manusia hidup dalam suatu bentuk
hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya, sebagai mahkluk sosial,
manusia tidak mungkin memenuhi kebutuhan kemanusiaannya dengan

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 47

baik tanpa berada ditengah sesamanya dalam bentuk-bentuk hubungan


tertentu. Maka dalam masyarakat itulah kemerdekaan asasi diwujudkan.
Justru karena adanya kemerdekaan pribadi itu maka timbul perbedaan-
perbedaan antara suatu pribadi dengan lainnya. Sebenarnya perbedaan-
perbedaan itu adalah untuk kebaikannya sendiri : sebab kenyataan yang
penting dan prinsipil, ialah bahwa kehidupan ekonomi, sosial, dan kultural
menghendaki pembagian kerja yang berbeda-beda.

Pemenuhan suatu bidang kegiatan guna kepentingan masyarakat adalah


suatu keharusan, sekalipun hanya oleh sebagian anggota saja. Namun
sejalan dengan prinsip kemanusiaan dan kemerdekaan, dalam kehidupan
yang teratur tiap-tiap orang harus diberi kesempatan untuk
mengembangkan kecakapannya melalui aktifitas dan kerja yang sesuai
dengan kecenderungannya dan bakatnya. Namun inilah kontradiksi yang
ada pada manusia dia adalah mahkluk yang sempurna dengan
kecerdasan dan kemerdekaannya dapat berbuat baik kepada sesamanya,
tetapi pada waktu yang sama ia merasakan adanya pertentangan yang
konstan dan keinginan tak terbatas sebagai hawa nafsu. Hawa nafsu
cenderung kearah merugikan orang lain (kejahatan) dan kejahatan
dilakukan orang karena mengikuti hawa nafsu. Ancaman atas
kemerdekaan masyarakat, dan karena itu juga berarti ancaman terhadap
kemerdekaan pribadi anggotanya ialah keinginan tak terbatas atau hawa
nafsu tersebut, maka selain kemerdekaan, persamaan hak antara sesama
manusia adalah esensi kemanusiaan yang harus ditegakkan. Realisasi
persamaan dicapai dengan membatasi kemerdekaan. Kemerdekaan tak
terbatas hanya dapat dipunyai satu orang, sedangkan untuk lebih satu
orang, kemerdekaan tak terbatas tidak dilaksanakan dalam waktu yang
bersamaan, kemerdekaan seseorang dibatasi oleh kemerdekaan orang
lain. Pelaksanaan kemerdekaan tak terbatas hanya berarti pemberian
kemerdekaan kepada pihak yang kuat atas yang lemah (perbudakan
dalam segala bentuknya), sudah tentu hak itu bertentangan dengan
prinsip keadilan. Kemerdekaan dan keadilan merupakan dua nilai yang
saling menopang. Sebab harga diri manusia terletak pada adanya hak
bagi orang lain untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai kawan
hidup dengan tingkat yang sama. Anggota masyarakat harus saling
menolong dalam membentuk masyarakat yang bahagia.

Sejarah dan perkembangannya bukanlah suatu yang tidak mungkin


dirubah. Hubungan yang benar antara manusia dengan sejarah bukanlah
penyerahan pasif, tetapi sejarah ditentukan oleh manusia sendiri. Tanpa
pengertian ini adanya azab Tuhan (akibat buruk) dan pahala (akibat baik)
bagi satu amal perbuatan mustahil ditanggung manusia.

Manusia merasakan akibat amal perbuatannya sesuai dengan ikhtiar.


Dalam hidup ini (dalam sejarah) dalam hidup kemudian (sesudah sejarah).
Semakin seseorang bersungguh-sungguh dalam kekuatan yang
bertanggung jawab dengan kesadaran yang terus menerus akan tujuan
dalam membentuk masyarakat semakin ia mendekati tujuan.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 48

Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang nilai dan martabatnya


dapat sepenuhnya dinyatakan, jika ia mempunyai kemerdekaan tidak saja
mengatur hidupnya sendiri tetapi juga untuk memperbaiki dengan sesama
manusia dalam lingkungan masyarakat. Dasar hidup gotong-royong ini
ialah keistimewaan dan kecintaan sesama manusia dalam pengakuan
akan adanya persamaan dan kehormatan bagi setiap orang.

F. KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI

Telah kita bicarakan tentang hubungan antara individu dengan


masyarakat dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan saling
bergantungan, dan dimana perbaikan kondisi masyarakat tergantung pada
perencanaan manusia dan usaha-usaha bersamanya. Jika kemerdekaan
dicirikan dalam bentuk yang tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas)
maka sudah terang bahwa setiap orang diperbolehkan mengejar dengan
bebas segala keinginan pribadinya. Akibatnya pertarungan keinginan yang
bermacam-macam itu satu sama lain dalam kekacauan atau anarchi.
Sudah barang tentu menghancurkan masyarakat dan meniadakan
kemanusiaan sebab itu harus ditegakkan keadilan dalam masyarakat.
Siapakah yang harus menegakkan keadilan dalam masyarakat? Sudah
barang pasti ialah masyarakat sendiri, tetapi dalam prakteknya diperlukan
adanya satu kelompok dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas
yang dimilikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan
keadilan itu dengan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang bersifat
kemanusiaan serta mencegah terjadinya sesuatu yang berlawanan
dengan kemanusiaan.

Kualitas yang harus dipunyai, rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai


pancaran kecintaan yang tak terbatas pada Tuhan. Di samping itu
diperlukan kecakapan yang cukup. Kelompok orang-orang itu adalah
pemimpin masyarakat. Memimpin adalah menegakkan keadilan, menjaga
agar setiap orang memperoleh hak asasinya dan dalam jangka waktu
yang sama menghormati kemerdekaan orang lain dan martabat
kemanusiaannya sebagai manifestasi kesadarannya akan tanggung jawab
sosial.

Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerintah


adalah susunan masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh sebab
itu pemerintah yang pertama berkewajiban menegakkan kadilan. Maksud
semula dan fundamental daripada didirikannya negara dan pemerintah
ialah guna melindungi manusia yang menjadi warga negara daripada
kemungkinan perusakkan terhadap kemerdekaan dan harga diri sebagai
manusia sebaliknya setiap orang mengambil bagian pertanggungjawaban
dalam masalah-masalah atas dasar persamaan yang diperoleh melalui
demokrasi.

Pada dasarnya masyarakat dengan masing-masing pribadi yang ada


didalamnya haruslah memerintah dan memimpin diri sendiri. Oleh karena

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 49

itu pemerintah haruslah merupakan kekuatan pimpinan yang lahir dari


masyarakat sendiri. Pemerintah haruslah demokratis, berasal dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat, menjalankan kebijaksanaan atas
persetujuan rakyat berdasarkan musyawarah dan dimana keadilan dan
martabat kemanusiaan tidak terganggu. Kekuatan yang sebenarnya
didalam negara ada ditangan rakyat, dan pemerintah harus bertanggung
jawab pada rakyat.

Menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-keinginan


dan kepentingan-kepentingan pribadi yang tak mengenal batas (hawa
nafsu) adalah kewajiban dari negara sendiri dan kekuatan-kekuatan sosial
untuk menjunjung tinggi prinsip kegotongroyongan dan kecintaan sesama
manusia. Menegakkan keadilan amanat rakyat kepada pemerintah yang
musti dilaksanakan. Disadari oleh sikap hidup yang benar, ketaatan
kapada pemerintah termasuk dalam lingkungan ketaatan kepada Tuhan
(kebenaran mutlak). Pemerintah yang benar dan harus ditaati ialah
mengabdi kepada kemanusiaan, kebenaran dan akhirnya kepada Tuhan
YME.

Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan berpengaruh ialah


menegakkan keadilan di bidang ekonomi atau pembagian kekeyaan
diantara anggota masyarakat. Keadilan menuntut agar setiap orang dapat
bagian yang wajar dari kekayaan atau rejeki. Dalam masyarakat yang
tidak mengenal batas-batas individual, sejarah merupakan perjuangan
dialektis yang berjalan tanpa kendali dari pertentangan-pertentangan
golongan yang didorong oleh ketidakserasian antara pertumbuhan
kekuatan produksi disatu pihak dan pengumpulan kekayaan oleh
golongan-golongan kecil dengan hak-hak istimewa dilain pihak. Karena
kemerdekaan tak terbatas mendorong timbulnya jurang-jurang pemisah
antara kekayaan dan kemiskinan yang semakin dalam. Proses
selanjutnya yaitu bila sudah mencapai batas maksimal pertentangan
golongan itu akan menghancurkan sendi-sendi tatanan sosial dan
membinasakan kemanusiaan dan peradabannya.

Dalam masyarakat yang tidak adil, kekeyaan dan kemiskinan akan terjadi
dalam kualitas dan proporsi yang tidak wajar sekalipun realitas selalu
menunjukkan perbedaan-perbedaan antara manusia dalam kemampuan
fisik maupun mental namun dalam kemiskinan dalam masyarakat dengan
pemerintah yang tidak menegakkan keadilan adalah keadilan yang
merupakan perwujudan dari kezaliman. Orang-orang kaya menjadi pelaku
daripada kezaliman sedangkan orang-orang miskin dijadikan sasaran atau
korbannya. Oleh karena itu sebagai yang menjadi sasaran kezaliman,
orang-orang miskin berada dipihak yang benar. Pertentangan antara
kaum miskin menjadi pertentangan antara kaum yang menjalankan
kezaliman dan yang dizalimi. Dikarenakan kebenaran pasti menag
terhadap kebhatilan, maka pertentangan itu disudahi dengan kemenangan
tak terhindar bagi kaum miskin, kemudian mereka memegang tampuk
pimpinan dalam masyarakat.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 50

Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh adalah penindasan oleh


kapitalisme. Dengan kapitalisme dengan mudah seseorang dapat
memeras orang-orang yang berjuang mempertahankan hidupnya karena
kemiskinan, kemudian merampas hak-haknya secara tidak sah, berkat
kemampuannya untuk memaksakan persyaratan kerjanya dan hidup
kepada mereka. Oleh karena itu menegakkan keadilan mencakup
pemberantasan kapitalisme dan segenap usaha akumulasi kekayaan
pada sekelompok kecil masyarakat. Sesudah syirik kejahatan terbesar
kepada kemanusiaan adalah penumpukan harta kekayaan beserta
penggunaanya yang tidak benar, menyimpang dari kepentingan umum,
tidak mengikuti jalan Tuhan. Maka menegakkan keadilan inilah
membimbing manusia ke arah pelaksanaan tata masyarakat yang akan
memberikan kepada setiap orang kesempatan yang sama untuk mengatur
hidupnya secara bebas dan terhormat (amar ma'ruf) dan pertentangan
terus menerus terhadap segala bentuk penindasan kepada manusia
kepada kebenaran asasinya dan rasa kemanusiaan (nahi munkar).
Dengan perkataan lain harus diadakan restriksi-restriksi atau cara-cara
memperoleh, mengumpulkan dan menggunakan kekayaan itu. Cara yang
tidak bertentangan dengan kamanusiaan diperbolehkan (yang ma'ruf
dihalalkan) sedangkan cara yang bertentangan dengan kemanusiaan
dilarang (yang munkar diharamkan).

Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam suatu
masyarakat yang tidak menjalankan prisip Ketuhanan YME, dalam hal ini
pengakuan berketuhanan YME tetapi tidak melaksanakannya sama
nilainya dengan tidak berketuhanan sama sekali. Sebab nilai-nilai yang
tidak dapat dikatakan hidup sebelum menyatakan diri dalam amal
perbuatan yang nyata.

Dalam suatu masyarakat yang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-


satunya tempat tunduk dan menyerahkan diri, manusia dapat
diperbudaknya antara lain oleh harta benda. Tidak lagi seorang pekerja
menguasai hasil pekerjaanya, tetapi justru dikuasai oleh hasil pekerjaan
itu. Produksi seorang buruh memperbesar kapital majikan dan kapital itu
selanjutnya lebih memperbudak buruh. Demikian pula terjadi pada
majikan bukan ia menguasai kapital tetapi kapital itulah yang
menguasainya. Kapital atau kekayaan telah menggenggam dan
memberikan sifat-sifat tertentu seperti keserakahan, ketamakan dan
kebengisan.

Oleh karena itu menegakkan keadilan bukan saja dengan amar ma'ruf
nahi munkar sebagaimana diterapkan dimuka, tetapi juga melalui
pendidikan yang intensif terhadap pribadi-pribadi agar tetap mencintai
kebenaran dan menyadari secara mendalam akan andanya tuhan.
Sembahyang merupakan pendidikan yang kontinue, sebagai bentuk formil
peringatan kepada tuhan. Sembahyang yang benar akan lebih efektif
dalam meluruskan dan membetulkan garis hidup manusia. Sebagaimana
ia mencegah kekejian dan kemungkaran. Jadi sembahyang merupakan

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 51

penopang hidup yang benar. Sembahyang menyelesaikan masalah -


masalah kehidupan, termasuk pemenuhan kebutuhan yang ada secara
instrinsik pada rohani manusia yang mendalam, yaitu kebutuhan sepiritual
berupa pengabdian yang bersifat mutlak.

Pengabdian yang tidak tersalurkan secara benar kepada tuhan YME tentu
tersalurkan kearah sesuatu yang lain. Dan membahayakan kemanusiaan.

Dalam hubungan itu telah terdahulu keterangan tentang syirik yang


merupakan kejahatan fundamental terhadap kemanusiaan. Dalam
masyarakat, yang adil mungkin masih terdapat pembagian manusia
menjadi golongan kaya dan miskin. Tetapi hal itu terjadi dalam batas -
batas kewajaran dan kemanusian dengan pertautan kekayaan dan
kemiskinan yang mendekat. Hal itu sejalan dengan dibenarkannya
pemilikan pribadi (Private ownership) atas harga kekayaan dan adanya
perbedaan - perbedaan tak terhindar dari pada kemampuan - kemampuan
pribadi, fisik maupun mental. Walaupun demikian usaha - usaha kearah
perbaikan dalam pembagian rejeki ke arah yang merata tetap harus
dijalankan oleh masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah penyelesaian
terakhir masalah perbedaan kaya dan miskin itu. Zakat dipungut dari
orang - orang kaya dalam jumlah presentase tertentu untuk dibagikan
kepada orang miskin.

Zakat dikenakan hanya atas harta yang diperoleh secara benar, Syah dan
halal saja. Sedang harta kekayaan yang haram tidak dikenakan zakat
tetapi harus dijadikan milik umum guna manfaat bagi rakyat dengan jalan
penyitaan oleh pemerintah. Oleh karena itu, sebelum penarikan zakat
dilakukan terlebih dahulu harus dibentuk suatu masyarakat yang adil
berdasarkan ketuhanan Tuhan Yang Maha Esa, dimana tidak lagi didapati
cara memperoleh kekayaan secara haram, diman penindasan atas
manusia oleh manusia dihapus.

Sebagaimana ada ketetapan tentang bagaimana harta kekayaan itu


diperoleh, juga ditetapkan bagaimana mempergunakan harta kekayaan
itu. Pemilikan pribadi dibenarkan hanya jika hanya digunakan hak itu tidak
bertentangan, pemilikan pribadi menjadi batal dan pemerintah berhak
mengajukan konfikasi.

Seorang dibenarkan mempergunakan harta kekayaan dalam batas - batas


tertentu, yaitu dalam batas tidak kurang tetapi juga tidak melebihi rata -
rata atau israf pertentangan dengan perikemanusiaan. Kemewahan selalu
menjadi provokasi terhadap pertentangan golongan dalam masyarakat
membuat akibat destruktif. Sebaliknya penggunaan kurang dari rata-rata
masyarakat ( taqti) merusakkan diri sendiri dalam masyarakat disebabkan
membekunya sebagian dari kekayaan umum yang dapat digunakan untuk
manfaat bersama.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 52

Hal itu semuanya merupakan kebenaran karena pada hakekatnya seluruh


harta kekayaan ini adalah milik Tuhan. Manusia seluruhnya diberi hak
yang sama atas kekayaan itu dan harus diberikan bagian yang wajar dari
padanya.

Pemilikan oleh seseorang (secara benar) hanya bersifat relatif sebagai


mana amanat dari Tuhan. Penggunaan harta itu sendiri harus sejalan
dengan yang dikehendaki tuhan, untuk kepentingan umum. Maka kalau
terjadi kemiskinan, orang - orang miskin diberi hak atas sebagian harta
orang - orang kaya, terutama yang masih dekat dalam hubungan
keluarga. Adalah kewajiban negara dan masyarakat untuk melindungi
kehidupan keluarga dan memberinya bantuan dan dorongan. Negara
yang adil menciptakan persyaratan hidup yang wajar sebagaimana yang
diperlukan oleh pribadi-pribadi agar diandan keluarganya dapat mengatur
hidupnya secara terhormat sesuai dengan kainginan-keinginannya untuk
dapat menerima tanggungjawab atas kegiatan-kegiatnnya. Dalam
prakteknya, hal itu berarti bahwa pemerintah harus membuka jalan yang
mudah dan kesempatan yang sama kearah pendidikan, kecakapan yang
wajar kemerdekaan beribadah sepenuhnya dan pembagian kekayaan
bangsa yang pantas.

G. KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN

Dari seluruh uraian yang telah di kemukakan , dapatlah dikumpulkan


dengan pasti bahwa inti dari pada kemanusiaan yang suci adalah Iman
dan kerja kemanusiaan atau Amal Saleh Iman dalam pengertian
kepercayaan akan adanya kebenaran mutlak yaitu Tuhan Yang Maha Esa
, serta menjadikanya satu-satunya tujuan hidup dan tempat pengabdian
diri yang terakhir dan mutlak. Sikap itu menimbulkan kecintaan tak
terbatas pada kebenaran, kesucian dan kebaikan yang menyatakan
dirinya dalam sikap pri kemanusiaan. Sikap pri kemanusiaan
menghasilkan amal saleh, artinya amal yang bersesuaian dengan dan
meningkatkan kemanusiaan. Sebaik-baiknya manusia ialah yang berguna
untuk sesamanya. Tapi bagaimana hal itu harus dilakukan manusia ?.

Sebagaimana setiap perjalanan kearah suatu tujuan ialah gerakan


kedepan demikian pula perjalanan ummat manusia atau sejarah adalah
gerakan maju kedepan. Maka semua nilai dalam kehidupan relatif adanya
berlaku untuk suatu tempat dan suatu waktu tertentu.

Demikianlah segala sesuatu berubah, kecuali tujuan akhir dari segala


yang ada yaitu kebenaran mutlak (Tuhan). Jadi semua nilai yang benar
adalah bersumber atau dijabarkan dari ketentuan-ketentuan hukum-
hukum Tuhan. Oleh karena itu manusia berikhtiar dan merdeka, ialah
yang bergerak. Gerakan itu tidak lain dari pada gerak maju kedepan
(progresif). Dia adalah dinamis, tidak setatis. Dia bukanlah seorang
tradisional, apalagi reaksioner. Dia menghendaki perubahan terus
menerus sejalan dengan arah menuju kebenaran mutlak. Dia senantiasa

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 53

mencarai kebenaran-kebenaran selama perjalanan hidupnya. Kebenaran-


kebenaran itu menyatakan dirinya dan ditemukan didalam alam dari
sejarah umt manusia.

Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan


kebenaran-kebenaran dalam hidupnya, sekalipun relatif namun
kebenaran-kebenaran merupakan tonggak sejarah yang mesti dilalui
dalam perjalanan sejarah menuju kebenaran mutlak. Dan keyakinan
adalah kebenaran mutlak itu sendiri pada suatu saat dapat dicapai oleh
manusia, yaitu ketika mereka telah memahami benar seluruh alam dan
sejarahnya sendiri.

Jadi ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal soleh. Hanya mereka
yang dibimbing oleh ilmu pengetahuan dapat berjalan diatas kebenaran-
kebenaran, yang menyampaikan kepada kepatuhan tanpa reserve kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Dengan iman dan kebenaran ilmu pengetahuan
manusia mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi.

Ilmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai oleh manusia secara


benar tentang dunia sekitarnya dan dirinya sendiri. Hubungan yang benar
antara manusia dan alam sekelilingnya ialah hubungan dan pengarahan.
Manusia harus menguasai alam dan masyarakat guna dapat
mengarahkanya kepada yang lebih baik. Penguasaan dan kemudian
pengarahan itu tidak mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang
hukum-hukumnya agar dapat menguasai dan menggunakanya bagi
kemanusiaan. Sebab alam tersedia bagi ummat manusia bagi
kepentingan pertumbuhan kemanusiaan. Hal itu tidak dapat dilakukan
kecuali mengerahkan kemampuan intelektualitas atau rasio. Demikian
pula manusia harus memahami sejarah dengan hukum-hukum yang
tetap. Hukum sejarah yang tetap (sunatullah untuk sejarah) yaitu garis
besarnya ialah bahwa manusia akan menemui kejayaan jika setia kepada
kemanusiaan fitrinya dan menemui kehancuran jika menyimpang dari
padanya dengan menuruti hawa nafsu.

Tetapi cara-cara perbaikan hidup sehingga terus-menerus maju kearah


yang lebih baik sesuai dengan fitrah adalah masalah pengalaman.
Pengalaman ini harus ditarik dari masa lampau, untuk dapat mengerti
masa sekarang dan memperhitungkan masa yang akan datang.
Menguasai dan mengarahkan masyarakat ialah mengganti kaidah-kaidah
umumnya dan membimbingnya kearah kemajuan dan perbaikan.

H. KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dari seluruh uraian yang telah lalu dapatlah diambil kesimpulan secara
garis besar sbb :

1. Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada Tuhan.
Tuhan YME dan keinginan mendekat serta kecintaan kepada-Nya
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 54

yaitu takwa. Iman dan takwa bukanlah nilai yang statis dan abstrak.
Nilai-nilai itu mamancar dengan sendirinya dalam bentuk kerja nyata
bagi kemanusiaan dan amal saleh. Iman tidak memberi arti apa-apa
bagi manusia jika tidak disertai dengan usaha-usaha dan kegiatan-
kegiatan yang sungguh-sungguh untuk menegakkan perikehidupan
yang benar dalam peradaban dan berbudaya.
2. Iman dan takwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan ibadah
atau pengabdian formil kepada Tuhan, ibadah mendidik individu agar
tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan berpegang tuguh kepada
kebenaran sebagai mana dikehendaki oleh hati nurani yang hanif.
Segala sesuatu yang menyangkut bentuk dan cara beribadah menjadi
wewenang penuh dari pada agama tanpa adanya hak manusia untuk
mencampurinya. Ibadat-ibadat yang terus menerus kepada Tuhan
menyadarkan manusia akan kedudukannya di tengahh alam dan
masyarakat dan sesamanya. Ia telah melebihkan sehingga kepada
kedudukan Tuhan dengan merugikan orang lain, dan tidak mengurangi
kehormatan dirinya sebagai mahluk tertinggi dengan akibat
perbudakan diri kepada alam maupun orang lain.

3. Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya yang utama


dalam usaha yanag sungguh - sungguh secara essensial menyangkut
kepentingan manusia secara keseluruhan, baik dalam ukuran ruang
maupun waktu yang menegakkan keadilan dalam masyarakat
sehingga setiap orang memperoleh harga diri dan martabatnya
sebagai manusia. Hal itu berarti usaha - usaha yang terus menerus
harus dilakukan guna mengarahkan masyarakat kepada nilai - nilai
yang baik, lebih maju dan lebih insani usaha itu ialah "amar ma'ruf ,
disamping usaha lain untuk mencegah segala bentuk kejahatan dan
kemerosotan nilai - nilai kemanusiaan dan nahi mungkar. Selanjutnya
bentuk kerja kemanusiaan yang lebih nyata ialah pembelaan kaum
lemah, kaum tertindas dan kaum miskin pada umumnya serta usaha -
usaha kearah penungkatan nasib dan taraf hidup mereka yang wajar
dan layak sebagai manusia.

4. Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada kemanusiaan


melahirkan jihad, yaitu sikap berjuang. Berjuang itu dilakukan dan
ditanggung bersama oleh manusia dalam bentuk gotong royong atas
dasar kemanusiaan dan kecintaan kepada Tuhan. Perjuangan
menegakkan kebenaran dan keadilan menuntut ketabahan,
kesabaran, dan pengorbanan. Dan dengan jalan itulah kebahagiaan
dapat diwujudkan dalam masyarakat manusia. Oleh sebab itu
persyaratan bagi berhasilnya perjuangan adalah adanya barisan yang
merupakan bangunan yang kokoh kuat. Mereka terikat satu sama lain
oleh persaudaraan dan solidaritas yang tinggi dan oleh sikap yang
tegas kepada musuh - musuh dari kemanusiaan. Tetapi justru demi
kemanusiaan mereka adalah manusia yang toleran. Sekalipun
mengikuti jalan yang benar, mereka tidak memaksakan kepada orang
lain atau golongan lain.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 55

5. Kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses


perkembangan yang permanen. Perjuang kemanusiaan berusaha
mengarah kepada yang lebih baik, lebih benar. Oleh sebab itu
manusia harus mengetahui arah yang benar dari pada perkembangan
peradaban disegala bidang. Dengan perkataan lain, manusia harus
mendalami dan selalu mempergunakan ilmu pengetahuan. Kerja
manusia dan kerja kemanusiaan tanpa ilmu tidak akan mencapai
tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa rasa kemanusiaan tidak akan
membawa kebahagiaan bahkan mengahancurkan peradaban. Ilmu
pengetahuan adalah karunia Tuhan yang besar artinya bagi manusia.
Mendalami ilmu pengetahun harus didasari oleh sikap terbuka. Mampu
mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang kehidupan
berperadaban dan berbudaya. Kemudian mengambil dan
mengamalkan diantaranya yang terbaik.

Dengan demikian tugas hidup manusia menjadi sangat sederhana yaitu


beriman, berilmu dan beramal.

Billahitaufiq Wal hidayah


Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 56

RUJUKAN NILAI DASAR PERJUANGAN


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

DASAR – DASAR KEPERCAYAAN


1. Al – qur’an. S. An – nahal (XVI) 89, artinya : “dan kami
(Tuhan) telah menurunkan kepada engkau (Muhammad) sebuah kitab
(Al – qur’an) sebagai keterangan tentang sesuatu serta sebagai
petunjuk, rahmat dan kabar gembira bagi orang – orang muslim.”
2. Al – qur’an. S. Al – Ikhlas (CXII) : 1 – 4 artinya :
“Katakanlah : Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dia adalah Tuhan,
Tuhan segala tempat harapan. Tiada ia berputar dan tiada pula
berbapak serta tiada satupun baginya sepadan.”
3. Al – qur’an. S. Al – Hadid (LVII) : 3, artinya : “Dia adalah
yang pertama dan terakhir dan yang lahir dan bathin.”
4. Al – qur’an S. Al – Baqarah (II) 115, artinya : “Maka
kemanapun jua berpaling, disanalah wajah Tuhan.”
5. Al – qur’an. S. Al – an’am (VI) : 73, artinya : “Dan dia
(Tuhan) beserta kamu dimanapun kamu berada.”
6. Al – qur’an. S. Al – an’am (VI) : 73, artinya : “Dan dia
(Tuhan) menciptakan segala sesuatu kemudian mengaturnya dengan
peraturan yang pasti.”
7. Al – qur’an. S. Al – Mu’min (XXIII) : 14, artinya : “Maka Maha
Mulialah Tuhan, sebaik – baiknya pencipta.”
8. Al – qur’an. S. Luqman (XXXI) 20, artinya : “Tidaklah kamu
memperhatikan bahwa Allah menyediakan bagimu segala sesuatu
yang ada di langit dan segala sesuatu yang ada di bumi dan
melimpahkannya kepada kami karunia – karunia mendatar-Nya baik
yang nampak maupun yang tidak nampak.”
9. Al – qur’an, S. Yunus (X) : 101, artinya : “Katakanlah :
Perhatikan olehmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi,
tanda – tanda dan peringatan itu tidak ada berguna bagi golongan
manusia yang tidak percaya.”
10. Al – qur’an, S. Shod (XXXVIII) : 27, artinya : “Tidaklah kamu
(Tuhan) menciptakan lagit dan bumi dan segala sesuatu yang ada
diantara keduanya itu secara palsu hal itu hanyalah prasangka orang –
orang kafir saja.”
11. Al – qur’an, S. Al – Tien (XCVO) : 4, artinya : “Sesungguhnya
kami (Tuhan) telah menciptakan manusia – manusia dalam bentuk
yang sebaik – baiknya.”
12. Al – qur’an, S. Al – Isra (XVII) : 70, artinya : “Dan kami lebih
mereka itu (umat manusia) di atas banyak dari segala sesuatu yang
kami ciptakan dengan kelebihan yang nyata.”
13. Al – qur’an, S. Al – an’am (VI) : 165, artinya : “Dan dialah
(Tuhan) yang menjadikan kamu sekalian (umat manusia) sebagai
khalifa – khalifah bumi, serta melebihkan sebahagian dari kamu atas
sebagian yang lain bertingkat – tingkat untuk menguji kamu dalam hal
– hal yang telah diuraikan kepada kamu. Sesungguhnya Tuhan cepat

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 57

siksanya (akibat buruk daripadanya perbuatan manusia yang salah)


dan dia pastilah Maha Pengampun dan Maha Penyayang
(memberikan akibat baik atas perbuatan manusia yang benar).”
14. Al – qur’an, S. Hud (XI) : 16 artinya : “Dia (Tuhan)
menumbuhkan kamu (umat islam) dari bumi dan menyuruh kamu
memakmurkannya.
15. Al – qur’an, S. Al – Ahzab (XXXIII) : 72, artinya :
“Sesungguhnya kamu (Tuhan) menawarkan semua amanah (akal
pikiran) kepada langit, bumi dan gunung – gunung, maka mereka itu
menolak untuk menanggungnya dan merasakan keberatan atas
amanah itu, manusialah yang menanggungnya, sesungguhnya
manusia mempersulit diri sendiri dan bodoh.”
16. Al – qur’an, S. Al – Ankabut (XXVII) : 20, artinya :
“Katakanlah : mengembaralah kamu ke muka bumi, kemudian
perhatikanlah olehmu bagaimana Allah memulai penciptaan-Nya
kemudian mengembangkan pertumbuhan yang pertumbuhan
sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
17. Al – qur’an. S. Al – Qashash (XXVII) : 20, artinya :
“Katakanlah : Mengembaralah kamu ke muka bumi, kemudian
perhatikanlah olehmu bagaimana Allah memulai penciptaan-Nya
kemudian mengembangkan pertumbuhan yang kemudian,
sesungguhnya Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
18. Al – qur’an, S. Al – Isra (XVII) : 72, artinya : “Dan barang
siapa disini (dunia) buta (tidak berilmu), maka di akhirat nanti akan
buta pula dan lebih sesat lagi jalannya.”
19. Al – qur’an, S. Al – Isra (XVII) : 36, artinya : “Dan janganlah
engkau mengikuti sesuatu yang tidak engkau mempunyai pengertian
tentang hal itu, sebab sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati nurani itu semuanya pertanggung jawab atas hal tersebut.”
20. Al – qur’an, S. Al – Mujaadalah (LVII) : 11, artinya : “Allah
mengangkat orang – orang beriman diantara kamu dan berilmu
bertingkat – tingkat.”
21. Al – qur’an, S. Fushilat (1) : artinya : “Janganlah kamu
bersujud kepada matahari ataupun bulan tetapi bersujudlah kepada
Allah yang menciptakan.”
22. Al – qur’an, S. Al – Fatihah (1) : artinya : “Janganlah kamu
bersujud kepada matahari ataupun bulan tetapi bersujudlah kepada
Allah yang menciptakan.”
23. Al – qur’an, S. Al – Hajj (XXII) : 56, artinya : “Kerajaan pada
hari itu hanyalah bagi Allah, Dia mengadili antara manusia (suatu
lukisan simbolis). “Bagi siapakah pekerjaan hari ini ? bagi Allah Yang
Maha Esa dan Maha Perkasa.”
24. Al – qur’an, S. Al – Baqarah (11) : 48, artinya : “Dan berjaga
– jagalah kamu sekalian terhadap massa dimana seseorang tidak
sedikitpun membela orang – orang lain dan dimana tidak di terima
suatu pertolongan dan tidak suatu tebusan serta tidak pula itu akan
dibantunya.”

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 58

25. Al – qur’an, S. Al – A’raf (II) : 187, artinya : “Mereka bertanya


kepada engkau (Muhammad) tentang hari kiamat kapan akan terjadi ?
Jawablah : sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu hanya
ada pada Tuhan. Tidak seorangpun dapat menjelaskan selain dari Dia
Sendiri.”

PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN


1. Al – qur’an, S. Ar – Rum (XXX) 30, artinya : “Hadapkan dengan
seluruh dirimu itu kepada agama (Islam) sebagaimana engkau adalah
hanief (secara kodrat melihat kebenaran, itulah fitrah Tuhan yang telah
memfitrahkan manusia padanya).”
2. Al – qur’an, S. Adz – Dzariyat (XVL) 56, artinya : “Aku (Tuhan) tidaklah
menciptakan jin dan manusia hanyalah untuk berbakti kepada-Ku.”
3. Al – qur’an, S. At – Taubah (IX) 105, artinya : “Katakanlah, bekerjalah
kamu sekalian ! Tuhan akan melihat kerjamu demikian juga Rasul-nya
dan orang – orang beriman (masyarakat).”
4. Al – qur’an, S. At – Taubah (IX) 2 – 3, artinya : “Hai orang – orang
yang beriman, mengapakah kamu mengadakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan ? besar dosanya bagi Tuhan jika kamu mengatakan
sesuatu yang tidak baik kamu kerjakan.”
5. Al – qur’an, S. An – Nahl (IV) 3, artinya : “Barang siapa siap berbuat
baik lelaki maupun perempuan sedangkan ia beriman, maka pastikan
kami (Tuhan) berikan kepadanya hidup yang bahagia dan pasti kami
berikan pahala bagi mereka dengan sebaik – baiknya apa yang telah
mereka perbuat.”
6. Al – qur’an, S. Al – Ankabut (XXIX) 6, artinya : “Barang siapa berjuang,
maka sebenarnya dia berjuang untuk dirinya sendiri.”
7. Al – qur’an, S. An – Nisa (IV), 125 artinya : “Siapakah yang lebih baik
agama daripada orang yang menyerahkan diri dengan agama dari
dengan seluruh pribadinya kepada Tuhan yang dan dia berbuat baik
(cinta kabikan) serta mengikuti ajaran Ibrahim secara Hanief.”
8. Al – qur’an, Az – Zumar (XXXIV) 18, artinya : ‘Mereka yang
mendengarkan perkataan (pendapat) berusaha mengikuti yang terbaik
(benar) daripadanya, mereka itulah yang mendapatkan petunjuk dari
Tuhan dan mereka itulah yang orang – orang yang mempunyai fikiran.
9. Al- qur’an, S. Al-Baqarah (II) 28 artinya : “Tuhan memberikan
keijaksanaan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya . Maka barang
siapa yang mendapat kebijaksanaan itu sesungguhnya dia telah
memperoleh kebaikan yang melimpah . Dan tidak memikirkan hal itu
kecuali orang-orang yang berasal ”
10. Al-Qur’an . S. Al-An’am (VI) 269 . artinya : “Barang siapa yang tuhan
kehendaki untuk diberikan kepadanya petunjuk (kepada kebenaran),
tetapi barang siapa yang dikehendaki Tuhan untuk disesatkan maka
dadanya dijadikan sempit dan sesak, seakan-akan dia sedang naik
kelangit”.
11. Al-Qur’an S.Ali-Imran (III) 123, artinya : “ ( orang yang bertaqwa itu )
mereka yang dapat menahan marah, suka memaafkan kepada

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 59

sesama manusia dan Tuhan cinta kepada orang orang yang selalu
berbuat baik “.
12. Al-Qur’an. S. Baiynah ( XCVIII) 5. artinya : “ Mereka tidaklah
diperintahkan kecuali untuk berbakti kepada Tuhan dengan
mengikhlaskan agama (kebatinan) semata-mata kepada-Nya secara
Hanief (mencari kebenaran) menegakkan sembahyang mengeluarkan
zakat,itulah jalan (agama) yang benar.”
13. Al-qur’an, S. Al-Baqarah (II) 28 ,artinya : ’’Tuhan memberikan
kebijaksanaan kepada siapa saja yang dikenhendaki-Nya. Maka
barang siapa yang mendapat kebijaksanaan itu sesungguhnys dia
telah memperoleh kebaikan yang melimpah. Dan tidak memikirkan hal
itu kecuali orang-orang yang berasal “.
14. Al-Qur’an,S. Al-Insan (LXXVI) 8-9, artinya : “ Dan mereka itu
memberikan makan kepada orang miskin Anak-anak yatim dan orang
tertawa atas dasar sukarela mereka berkata : Kami memberi makan
kepadamu semata-mata hanya karena diri Tuhan (mencari ridho-Nya)
bukan karena mengharapkan balasan atau ucapan terima kasih.
15. Dari kesimpulan dari gambaran surat Al-qura’an, S Al-baqarah (II) 263,
artinya :’’hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menggugurkan sedekahnya dengan cacian dan celaan, sebagaimana
orang yang mendarmakan hartanya karena pamrih kepada sesama
manusia serta tidak percaya kepada Tuhan dan hari kemudian. Maka
perumpamaan baginya adalah seperti batu yang di atasnya ada debu
dan kemudian di sapu oleh hujan dan batu itu tertinggal licin. Mereka
itu sedikitpun menguasai apa yang telah mereka kerjakan.’’
16. Disimpulkan dari Al-qur’an, S. Fatir (XXXV), artinya : “ Barang siapa
menghendaki kemudian itu aada pada Tuhan, kpada-Nya ucapan yang
baik menuju pekerjaan yang diangkat-nya.

KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN UNIVRSAL


(TAQDIR)
1. Tersimpul dalam Al-qur’an, S. Al-Anfal (VIII) 23, artinya : “Berhati-
hatilah kau terhadap malapetaka yang benar-benar tidaknya mnimpa
orang-orang jahat diantara kamu.”
2. Al-qur’an, S. Al-Baqarah (II) 46, artinya : “ Berhati-hatilah kamu
sekalian akan hari ( akhirat) dimana seseorang tidak dapat membela
orang lain sedikitpun dan tidak pula diterima pertolongan dan tebusan
daripadanya serta tidak pula orang-orang itu dibantu.”
3. Al-qur’an, S. Lukman (XXXI) 46, artinya : “Ingatlah selalu akan hari
(kiamat) dimana seorang ayah tidak menanggung anaknya dan tidak
pula seorang anak mennggung ayahny sedikitpun.”
4. Al-qur’an, S. Al-hadid (XVII) 22, artinya : “Tidaklah terjadi sesuatu
kejadianpun dimuka bumi ini dan pada diri kamu sekalian (masyarakat)
melainkan ada dalam catatan sebelum kamu beberkan. Sesungguhnya
hal itu bagi Tuhan prkara yang mudah.”
5. Al-qur’an, S.Ar-Ra’d (XII), artinya : “ Sesungguhnya Tuhan tidak
merubahsesuatu (nasib) yang ada pada suatu bangsa sehingga
mereka merubah sendiri apayang ada pada diri (jiwa) mereka.”

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 60

6. Al-qur’an, S. Al-Hadid, artinya : “ Agar kamu tidak putus asa


kemalangan yng menimpa dan tidak pula terlalu bersuka ria dengan
kemajuan yang akan datang padamu.”

KETUHANAN YANG MAH ESA DAN PERIKEMANUSIAAN


1. Al - qur’an, S. Lukman (XXXI) 30, artinya : “Demikianlah sebab
sesungguhnya Tuhan itulah kebenaran, sedang apa yang mereka suka
selain-Nya adalah kepalsuan dan sesungguhnya Tuhan itu Maha
Tinggi dan Maha Agung.
2. Al – qur’an, S. Ali – Imran (III) 6, artinya : “Tidak lagi seorangpun suatu
kebahagiaan itu dianugerahkan oleh-Nya (Tuhan) kecuali (Amal
perbuatan) semata – mata untuk mencari (ridho) Tuhan Yang Maha
Tinggi, dan tentulah ia akan meridhoinya.”
3. Al – qur’an, S. Ali – Imran (III) 19, artinya : “Sesungguhnya agama itu
bagi Tuhan adalah penyerahan diri (Islam).”
4. Al – qur’an, S. Al – Ahzab (XXXIII) 49, artinya : “Mereka yang
menyampaikan ajaran – ajaran Tuhan dan tidak menghambakan
dirinya kepada siapapun selain kepada Tuhan dan cukuplah Tuhan
yang memperhitungkan (amal mereka).”
5. Al – qur’an, S. Asy – Syu’ara (XXVI) 226, artinya : “Dan sesungguhnya
mereka itu mengatakan hal – hal yang mereka tidak kerjakan.”
6. Tentang rangkaian tak terpisahkan dari pada iman dan amal saleh
dapat dilihat dari pengulangan tidak kurang dari lima puluh kali kata –
kata Aamu wa’amilus shaihat dan terdapat dimana – mana di dalam Al
– qur’an.
7. Al – qur’an, S. Ann – Nur (XXVI) 39, artinya : ‘Orang – orang kafir itu
amal dan perbuatannya bagaikan fata morgana di satu lembah. Orang
yang kehausan mengirimnya air, tetapi setelah ditanda tanganinya
tidak didapatnya suatu apapun.”
8. Al – qur’an, S. Al – Baqarah (II) 109, artinya : “Apakah orang yang
mendirikan bangunannya di atas dasar taqwa kepada Tuhan dan
mencari ridho-Nya itu lebih baik, ataukah orang yang mendirikan
bangunannya pada tepi jurang yang retak kemudian roboh
bersamanya masuk neraka jahanam.”
9. Al – qur’an, S. Lukman (XXXI) 13, artinya : “Sesungguhnya syirik itu
kesalahan yang besar.”
10. Imam tidak mungkin bercampur dengan kejahatan, sebagai mana
tersimpul dalam Al – qur’an, S. Al – An’am (VI) 84, artinya : ‘Mereka
yang beriman dan tidak mencampur iman mereka dengan kejahatan,
mereka itulah yang mendapat petunjuk.”
11. Hadist, artinya : “Sesungguhnya yang paling khawatirkan sekalian
ialah syirik kecil yaitu ria (pamrih).”
12. Disimpulkan dari titik perpisahan antara orang – orang kafir pemegang
Kitab Suci (Kristen dan Yahudi) dalam al – Qur’an, S. Ali Imran (111)
64, artinya : “Katakanlah : Hai orang pemegang Kitab Suci Kristen dan
Yahudi marilah kamu sekalian menuju titik persamaan antara kami
(ummat Islam0 dan kamu, yaitu bahwa kita tidak mengabdi kecuali
pada Tuhan Yang Maha Esa kita tidak sedikitpun membuat syirik

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 61

kepada-Nya dan tidak pula sebagian kita mengangkat sebagian yang


lain menjadri Tuhan – tuhan (dengan kekuasaan dan wewenang
seperti dan Tuhan Yang Maha Esa) selain Tuhan Yang Maha Esa,
Kemudian jika mereka mengejak katakanlah : Jadilah kamu sekalian
sebagai saksi kepada Tuhan saja”.
13. Al – Qur’an, S. An – Nahl (XVI) 90, artinya : “Sesungguhnya Tuhan
memerintahkan untuk menegakkan keadilan dan menguasahakan
perbaikan.”

INDIVIDU DAN MASYARAKAT


1. Al – Qur’an, S. Az – Zkhruf (XLII), artinya :
“Kami (Tuhan) membagi – bagi di antara mereka manusia kehidupan
mereka di dunia.”
2. Al – Qur’an, S. Al – Maidah (V) : 48, artinya :
“Bagi setiap golongan diantara kamu ialah kami tetapkan suatu cara
dan jalan hidup tertentu.”
3. Al – Qur’an, S. Al – Lail (XCII) : 4, artinya :
“Sesungguhnya usahamu sekalian (manusia) sangat beraneka ragam.”
4. Al – Qur’an, S. Al – Isra’ (XVII) : 84, artinya :
“Katakanlah : Setiap orang bekerja sesuai dengan pembawaannya.
Sebenarnya Tuhanmulah Pula yang lebih mengetahui siapa yang lebih
benar kalau hidupnya.”
5. Al – Qur’an, S. Az – Zumar (XXXIX) 39,
artinya : “Katakanlah : Hai Kaumku, bekerjalah sesuai dengan
keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (Pula), maka kelak kamu
akan mengetahuinya juga.”
6. Al – Qur’an, S. Yusuf (XII) 53, artinya :
“Bengotong – royonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan taqwa dan
janganlah kamu bergotong – royong dalam kejahatan dan
permusuhan.”
7. Al – Qur’an, SYAI – Maidah (V) 2, artinya :
“Bergotong – royonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan taqwa dan
janganlah kamu bergotong – royong daam kejahatan dan
permusuhan.”
8. Al – Qur’an, S. ZakZalah (XCIX) 7 – 8, artinya :
“Barang siapa mengerjakan seberat atom kebaikan dan akan
menyaksikan (akibat baiknya) dan barang siapa mengerjakan seberat
atom kejahatan diapun akan menyaksikan (akibat buruknya)”.
9. Al – Qur’an, S. At – Taubah (IX) : 75, artinya :
“Dan jika orang – orang (Jahat) itu bertaubat maka kebaikan bagi
mereka, tetap jika mereka membanggakan maka Tuhan akan
menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih di dunia dan akhirat.”
10. Al – Qur’an, S. An – Nahl 30, artinya : “Dan
mereka yang be ang dijalan-Ku (kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan
jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada
orang – orang yang selalu berbuat baik (progresif).”
11. Al – Qur’an, S. Al – Hujarat (XLIX) 13, artinya :
“Hai sekalian ummat manusia, sesungguhnya Kami (Tuhan) telah

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 62

menciptakan kamu dari laki – laki dan perempuan dan kami jadikan
berbangsa – bangsa dan bersuku – suku ialah agar kami saling
mengenal, sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu bagi Tuhan
ialah yang paling bertaqwa (cin kebenaran) sesungguhnya Tuhan itu
Maha Mengetahui dan Maha Meneliti.”
Al – Qur’an, S. Al – Hujarat (XLIX) 10, artinya : “Sesungguhnya orang
– orang yang beriman (cinta kebenaran) itu bersaudara, maka
usahakanlah adanya kerukunan dan diantara golongan saudaramu.”

KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI


1. Al - Qur’an, S. Al – lail (XCII) 8 – 9 – 10, artinya : “Adapun orang –
orang kafir tidak mau mengorbankan sedikitpun (dari haknya) dan
merasa cukup sendiri (engoistis) serta mendustakan (mencemoohkan)
kebaikan, maka ia kami licinkan jalan kearah kesukaran (kekacauan).”
2. Al – Qur’an, S. Al – Maidah (V) 8, artinya : “Janganlah sekali – kali
kebencian segolongan orang itu membuat kamu menyeleweng dan
tidak menegakkan keadilan, tegakkan keadilan itulah yang lebih
mendekati taqwa (kebenaran) dan bertaqwalah kamu kepada Tuhan.”
3. Al – Qur’an, S, Al – imran (11) 104 artinya : “Hendaklah diantara
kamu suatu kelompok yang mengajak kebaikan, memerintahkan yang
maruf (baik) sesuai dengan prikemanusiaan dan melarang yang
munkar (Uahat) dan bertaqwalah kamu kepada Tuhan.”
4. Hadist : “Tiap – tiap kamu adalah pemimpin dan tiap – tiap kamu
bertanggung jawab atas pimpinannya.”
5. Ditarik kesimpulan dari keterangan orang – orang beriman Al –
Qur’an, S. AS – Syura (XLII), artinya : “Urusan mereka diselesaikan
melalui musyawarah di antara mereka.”
Al – Qur’an, S. An – Nisa (IV) 59, artinya : “Sesungguhnya kesalahan
terletak pada mereka yang mendalami (bertindak tidak adil) kepada
manusia dan berbuat kekecauan di muka bumi tanpa ada alasan
kebenaran.”
6. Al – Qur’an, S. An – Nisa (IV) 59 : “hai orang – orang yang
beriman, taatlah kamu sekalian pada Tuhanmu agar kamu
menunaikan amanat – amanat kepada yang berhak dan jika kamu
memerintahkan diantara manusia, maka memerintahkan kamu dengan
keadilan.”
7. Al – Qur’an, S. An – Nisa (IV) 59, artinya : “Hai orang – orang
yang berimanm, taatlah kamu sekalian kepada Rasul-Nya serta
kepada yang berhak dan jika’ kamu memerintah diantara manusia,
maka memerintahkan kamu dengan keadilan.”
8. Al – Qur’an, S. Al – Maidah (V) 59, artinya : “Barang siapa yang
tidak menjalankan hukum dengan apa yang diturunkan oleh Tuhan
(ajaran kebenaran), maka mereka itu adalah orang – orang yang jahat.
9. Al – Qur’an, S. Al – Hadid (LVII) 20, artinya : “Ketahuilah bahwa
sesungguhnya hidup di dunia (sejarah) ini adalah permainan
kesenangan dan perhiasan serta saling memegang urusan
(pemerintah) diantara kamu.”

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 63

10. Al – Qur’an, S. Al – Isra (XVII) 16, artinya : “Dan jika kami hendak
membinasakan negeri, maka kami perintahkan kepada orang – orang
yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka
melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya
berfaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami) kemudian kami
hancurkan negeri itu sehancur – hancurnya.”
11. Ditarik kesimpulan firman Tuhan tentang orang – orang Yahudi
yang terkutuk (karena sifat – sifat kapitalis mereka yaitu Al – Qur’an, S.
An – Nisa 160 – 161, artinya : “Maka karena kejahatan orang – orang
Yahudi itulah kami menghalangi jalan kepada Tuhan (jalan
kebenaran). Demikian juga karena mereka mengambil riba padahal
sudah dilarang, dan karena mereka merampas harta kekayaan
manusia dengan cara yang tidak benar (batil).
Demikianlah juga dapat disimpulkan dari seruan Nabi Syu’ib kepada
rakhatnya Nabi Syu’ib adalah suatu prototype dari masyarakat yang
tidak adil atau kapatalis) tersebut di tiga tempat, antara lain ialah Al –
Quran, Surat Asy-Syu’ara (XXVI) 182 – 183, artinya : “Dan timbanglah
dengan ukuran yang betul (adil) serta janganlah merampas harta milik
sesama manusia dan janganlah kamu melakukan kejahatan di muka
bumi ini sambil membuat kekacauan.”
Terjadinya tindakan – tindakan atas sesama manusia (exploitation
del’homeper I’home) dipahamkan dari firman Tuhan dalam Al – Qur’an,
Surat Al – Baqarah (11) 279, artinya : “ ....... Dan jika kami tau’bat
(berhenti menjalankan riba atau penindasan kapitalis) maka kamu
memperoleh kembali capital – capitalmu kami tidak boleh mendalami
(memerlukan secara tidak adil, menindas) dan tidak pula boleh
didzalimi (diperlukan tidak adil, ditindas).”
“Jaminan kemenangan bagi kaum miskin dalam (Al – Quran juga
disebut secara khusus dengan Al – Mustaz afun adapun, artinya orang
– orang yang dilemahkan atau dijadikan hina – dina, ditindas), tersebut
dalam rangkaian cerita Fieaun yaitu S. Al Qashahs (XXVII) 5, artinya :
“Dan Kami (Tuhan) menghendaki untuk memberikan pertolongan
kepada kaum tertindas di bumi, untuk menjadikan pula mereka itu
pewaris – pewaris.”
12. Pemberantasan kapitalisme harus dilakukan dengan konsekuen,
bila perlu dengan menyatakan perang kepada kaum kapitalis, sesuai
dengan perintah. Tuhan dalam Al – Qu’ran, S. Al – Baqarah (11) 278,
artinya : “Hai orang – orang yang beriman bertaqwalah kamu benar –
benar beriman. Jika tidak kamu kerjakan (perintah meninggalkan riba)
maka bersiaplah kamu sekalian terhadap adanya perang dari Tuhan
dan Rasul-Nya (perang suci jihad. Tetapi jika kamu taubat (berhenti
dari penindasan kapitalis) maka kamu dapat memperoleh kembali
capital – Kapitalmu. Kamu tidak menindas dan tidak pula ditindas.”
13. Al – Qur’an, S. Humazah (CIV) 1-2-3, artinya : Celakalah bagi
setiap pencerca (kaum sinis kepada kebenaran) yang suka
mengumpulkan harta dn menghitung-hitungnya, dia mengira hartanya
itu bakal mengekekalkannya.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 64

14. Kaum muslimin yang seharusnya mempelopori tugas suci itu.


Kaum musimin digambarkan dalam Al – Qu’ran, S. Ali Imran (111) 110,
artinya : “Kamu adalah sebaik-baiknya golongan yang diketengahkan
diantara manusia karena kamu selalu menganjurkan pada kebaikan
dan mencegah daripada kejahatan dan kamu semua beriman kepada
Tuhan.”
15. Al – Qu’ran, S. Ash-Shaf (LXI) 2-3, artinya : “Hai orang yang
beriman, mengapakah kamu mengatakan sesuatu yang kamu tidak
kerjakan.”
16. Al – Qu’ran, S. Al-Ankabut (XXIX) 45, artinya : “Sesungguhnya
sembahyang itu mencegah kekejian-kekejian dan sungguh selalu ingat
kepada Tuhan itu merupakan suatu Yang Agung.”
17. Hadist : “Sembahyang adalah tiang agama, barang siapa
mengerjakan berarti menegakkan agama dan barang siapa
meninggalkannya berarti merobohkan agama.”
18. Al – Qu’ran, S. Lukman (XYXI) 30, artinya : “Demikianlah, sebab
sesungguhnya Tuhan itulah dan sesungguhnya apa yang mereka pula
selain-Nya adalah kepalsuan dan sesungguhnya Tuhan itu Maha
Tinggi dan Maha Agung.”
19. Al – Qu’ran, S. Ar-Rum (XYX) 37, artinya : “Tidaklah mereka
mellihat bahwa Tuhan melapangkan rizki (ekonomi) bagi siapa saja
yang Ia kehendaki dan menyempitkannya, sesungguhnya dalam hal itu
ada pelajaran-pelajaran bagi orang yang beriman.”
20. Al – Qu’ran, S. At-Taubah (IX) 60, artinya : “Sesungguhnya
sedekah (zakat) itu untuk fakir miskin.’
21. Al – Qu’ran, S. Al-Baqarah (11) 188, artinya : “Dan janganlah
kamu memakan harta dengan cara yang batil (tidak benar) diantara
kamu, dan kamu mengadakan hal itu kepada hakim-hakim
(pemerintah) agar kamu dapat mengambil bagian dari harta orang lain
dengan dosa, pada hal kamu mengetahui.”
22. Al – Qu’ran, S. Furqan (XXV) 67, artinya : “Dan mereka yang
apabila mempergunakan hartanya tidak berlebihan dan tidak pula
kekurangan, melainkan kepada dalam keseimbangan antara
keduanya.”
23. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 67, artinya : “Berikanlah kepada
keluarga itu haknya (dari harta yang kami miliki) demikian juga kepada
orang miskin dan kepada orang terlantar dan janganlah berlebihan itu
adalah kawan-kawan setan sedangkan setan ingkar kepada
Tuhannya.”
24. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 16, artinya : “Apabila Kami (Tuhan)
menghendaki untuk menghancurkan suatu negeri. Kami berikan
kesempatan kepada orang-orang yang mewah di negeri itu untuk
memerintah, kemudian mereka membuat kecurangan-kecurangan di
negeri itu maka benar-benar terjadilah keputusan kata (vonis) atas
negeri itu, lalu kami hancurkan.”
25. Al – Qu’ran, S. Muhammad (XLVII) 38, artinya : “Demikianlah
kamu orang-orang yang diserukan untuk mempergunakan hartamu di
jalan Tuhan (untuk kebaikan kepentingan umum), maka diantara kamu

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 65

ada yang kikir dan barang siapa kikir maka sesungguhnya ia kikir pada
dirinya sendiri. Tuhan tidak memerlukan sesuatupun tetapi kamulah
yang memerlukan dan kalau kamu berpaling tidak mau
mempergunakan harta untuk kebaikan umum. Tuhan akan
menggantikan kamu dengan golongan lain kemudian mereka tidak lagi
seperti kamu.”
26. Al – Qu’ran, S. Thaha (XX) 6, 63, 4, 123, 131, 132 artinya :
“Ingatlah bahwa sesungguhnya kepunyaan Tuhanlah segala sesuatu
yang ada di langit dan di bumu.”
27. Al – Qu’ran, artinya : “Adalah Kami (Tuhan) yang sesungguhnya
menempatkan kamu ke bumi dan membuat untuk kami sekalian di
dalamnya prikehidupan mata pencaharian.”
28. Al – Qu’ran, S. Al-Hadid (LVII) 7, artinya : “Berimanlah kamu
kepada Tuhan dan Rasulnya dan dermakanlah dari harga kamu
jadikan oleh Tuhan untuk mengurusnya.”
29. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII) 67, artinya : “Dan berikanlah kepada
mereka (orang-orang miskin) itu dari harta Tuhan yang telah
diberkahkan-Nya kepadamu.”
30. Al – Qu’ran, S. Al-Ma’aridi (LXX) 24-25, artinya : “Dan orang-
orang pada harta mereka terdapat hak yang pasti bagi orang miskin
yang meminta-minta maupun yang tidak minta-minta.”

KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN


1. Al – Qu’ran, S. At-Tien (XCV) 6, artinya : “Kecuali mereka yang
beramal saleh.”
2. Al – Qu’ran, S. Al-Qashash (XXVII) 8, artinya : “Segala sesuatu itu
rusak (berubah) kecuali dari padanya.”
3. Al – Qu’ran, S. Al-An’am (VI) 57, artinya : “Sesungguhnya hukum
atau nilai itu hanya kepunyaan Allah, Dia menerangkan keberatan dan
Dia adalah sebaik-baiknya pemutus perkara.”
4. Al – Qu’ran, S. Al-Isra (XVII), artinya : “Dan janganlah engkau
mengikuti sesuatu yang tidak mempunyai pengertian akan dia, sebab
sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati nurani itu semuanya
bertanggung jawab atas hal tersebut”
5. Al – Qu’ran, S. Fathir (XLI), artinya : “Akan perhatikan kepada
mereka (manusia) tanda-tanda Kami diuar angkasa dan dalam diri
mereka sendiri sehingga menjadi jelas bahwa Al – Qur’an itu benar.
Tidaklah cukup dengan Tuhan bahwa Dia menyaksikan segala
sesuatu”
6. Al – Qu’ran, S. Fathir (XXXV) 287, artinya : “Sesungguhnya yang
bertaqwa tidak hanya Tuhan melainkan Allah begitu pula pada
Malaikat dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan tegak
pada kejujuran”
7. Al – Qu’ran, S. Muhaddalah (LVIII) 11, artinya : “Allah
mengangkat orang-orang diantara kamu dan yang berilmu
pengetahuan yang bertingkat-tingkat”
8. Al – Qu’ran, S. Al-Jatsiyah (XLV) 134, artinya : “Dan Dia (Tuhan)
menyediakan bagi kamu apa yang ada dilangit dan di bumi”

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 66

9. Al – Qu’ran, S. Al-Imran (III) 137, artinya : “Telah lewat setelah


kamu hukum-hukum sejarah, maka menggambarkan di muka bumi
kamu kemudian perhatikanlah olehmu bagian akibat orang-orang yang
mendustakan-Nya”
10. Al – Qu’ran, S. As Syam (XCI) 9-10, artinya : “Sungguh
berbahagialah dia yang membersihkannya, (sisinya) dan sungguh
celakalah bagi mereka yang mengotorinya (dirinya)”
11. Al – Qu’ran, S. Yusuf (XI) 111, artinya : “Sungguh dalam riwayat
mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berfikir”

3.1.4 Materi Mission HMI

A. Silabus

JENJANG: MISION HMI ALOKASI WAKTU:


LATIHAN KADER I 8 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami missi HMI dan hubungannya dengan status,
sifat, asas, tujuan, fungsi dan peran organisasi HMI secara intergral.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta dapat menjelaskan fungsi dan
peranannya sebagai mahasiswa
2. Peserta dapat menjelaskan tafsir tujuan HMI
3. Peserta dapat menjelaskan hakikat fungsi dan
peran HMI
4. Peserta dapat menjelaskan hubungan Status,
Sifat, Asas, Tujuan, Fungsi dan Peran HMI secara integral

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Makna HMI sebagai
Organisasi Mahasiswa
1.1. Pengertian Mahasiswa
1.2. Mahasiswa sebagai inti Kekuatan Perubahan
1.3. Dinamika Gerakan Mahasiswa
2. Hakikat keberadaan HMI
2.1. Makna HMI sebagai organisasi yang berasaskan Islam
2.2. Makna Independensi HMI
3. Tujuan HMI
3.1. Arti inssan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam
3.2. Arti masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT
4. Fungsi dan peran HMI
4.1. Pengertian Fungsi HMI sebagai organisasi kader
4.2. Pengertian peran HMI sebagai organisasi perjuangan
4.3. Totalitas fungsi dan peran sebagai perwujudan dari tujuan HMI

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 67

5. Hubungan antara Status,


sifat,asas tujuan, fungsi dan peran HMI secara Integral

Metode:
Menjunjung tinggi kearifan lokal

Evaluasi:
Test Partisipatif, Test Objektif/subjektif dan penugasan

Referensi:
1. Nilai Dasar Perjuangan HMI
2. Ade Komaruddin dan Muchhrijin Fauzi (ed) HMI Menjawab
Tantangan Zaman, PT. Gunung Kelabu, 1992
3. Asghar Ali Engginar, Islam dan Theologi Pembebasan, Pustaka
Pelajar 1999
4. Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual: Satuan Wawasan Islam,
Mizan 1992
5. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik Indonesia,
Mizan, 1997
6. Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, Pustaka Firdaus
7. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMI
8. Ramli H.HM Yusuf (ed), Lima Puluh Tahun HMI mengabdi
Republik, LASPI, 1997
9. Dr. Fiktor Imanuel Tanja, HMI sejarah dan Kedudukannya di
tengah kedudukan Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan,
1982
10. Referensi Lain Yang Relevan.

B. Materi Terurai

Pengantar
Mission merupakan tugas dan tanggung jawab yang diemban, sehingga
mission HMI dapat diartikan sebagai tugas dan tanggung jawab yang
diemban oleh kader HMI. Sebagai organisasi kader yang memiliki
platform yang jelas, sejak awal berdirinya HMI mempunyai komitmen
asasi yang disebut dengan dua komitmen asasi, yakni (1)
Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat
bangsa Indonesia, yang dikenal dengan komitmen kebangsaan, dan (2)
Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam, yang dikenal dengan
wawasan keislaman/keumatan.

Kesatuan dari kedua wawasan ini disebut dengan wawasan integralistik,


yakni cara pandang yang utuh melihat bangsa Indonesia terhadap tugas
dan tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai warga negara dan

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 68

umat Islam Indonesia. Penerjemahan komitmen HMI ini disesuaikan


dengan konteks jaman, sehingga HMI selalu aktual dan mampu tampil di
garda terdepan dalam setiap even.

Bila dicermati belakangan ini bisa dikatakan bahwa HMI mengalami


stagnasi, untuk tidak dikatakan degradasi. Hampir tidak ada gagasan
cerdas yang disumbangkan oleh HMI di tengah carut marut dan tunggang
langgangnya tatanan republik ini, dimana masalah disintegrasi perlu
segera diatasi, masalah ekonomi mendesak untuk segera diperbaiki,
masalah supremasi hukum yang harus ditegakkan, masalah pendidikan
mendesak untuk diperhatikan, dan masalah-masalah lain yang melingkari,
seperti budaya, pertahanan keamanan, yang kesemuanya membutuhkan
penanganan secepatnya. Singkatnya, Indonesia sekarang sedang
diterma krisis multi dimensional. Di tengah kondisi ini, komitmen HMI
tidak lebih dari sebatas slogan tanpa jiwa.

Oleh sebab itu untuk mendongkrak kembali ghirah kader HMI dalam
berperan serta untuk penyelesaian problematika bangsa dan umat perlu
adanya reaktualisasi mission HMI dalam jiwa kader HMI melalui proses
perkaderan yang selama ini perjalanannya tidak lebih hanya sebagai
proses pencapaian status dengan meninggalkan makna sesungguhnya,
yaitu sebagai proses pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai dan
kemampuan, yang berusaha melakukan transformasi watak dan
kepribadian seorang muslim yang utuh (kaffah), sehingga kader HMI
memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustad’afin)
dan melawan kaum penindas (mustakbirin).

HMI sebagai organisasi berbasis mahasiswa yang merupakan kaum


intelektual, generasi kritis, dan memiliki profesionalisme harus mampu
menjadi agen pembaharu di tengah masyarakat dan kehidupan bangsa.
Karena mahasiswa memiliki kekuatan yang luar biasa dalam tatanan
kehidupan bangsa dan negara, maka seluruh gerak perubahan yang
terjadi di bangsa ini dimotori oleh kelompok mahasiswa dan pemuda,
mulai dari proklamasi, revolusi, hingga reformasi, selalu ada andil
mahasiswa. Namun demikian arah perubahan harus sesuai dengan
usaha untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT sebagaimana termaktub dalam penggalan tujuan HMI.

Dalam perjalanannaya, gerakan mahasiswa begitu dimanis, mengikuti


perkembangan jaman dan selalu eksis dalam setiap momen penting
kebangsaan. Kekonsistenan itu harus diiringi oleh pegangan yang teguh
terhadap idealisme dan menjaga sikap hanif sehingga kehadiran
mahasiswa sebagai kaum intelektual yang dalam tatanan sosial
masyarakat mendapat tempat yang penting sebagai embun penyejuk.
Untuk itulah HMI sebagai organisasi mahasiswa harus mampu
menetaskan kader-kader yang berkualitas insan cita sebagaimana yang
tersurat dalam tujuan HMI “Terbinanya insan akademis, pencipta,
pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 69

terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” (pasal 4


AD HMI).

HAKEKAT KEBERADAAN HMI

HMI sebagai Organisasi Mahasiswa (pasal 7 AD HMI)


Makna HMI sebagai organisasi mahasiswa adalah organisasi yang
menghimpun mahasiswa yang menuntut ilmu pengetahuan di perguruan
tinggi (Universitas/Akademi/Institut/Sekolah Tinggi) atau yang sederajat,
dan memilki ciri-ciri kemahasiswaan. Adapun ciri-ciri kemahasiswaan
tersebut adalah ilmiah, kritis dan analitis, rasional, obyektif, serta
sistematis.

HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam (pasal 3 AD HMI)


HMI sebagai organisasi berasaskan Islam maksudnya adalah organisasi
yang menghimpun mahasiswa yang beragama Islam, dimana secara
individu dan organisatoris memiliki ciri-ciri keislaman, menjadikan Al-
Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber norma, sumber nilai, sumber
inspirasi, dan sumber aspirasi dalam setiap aktivitas dan dinamika
organisasi.

HMI sebagai Organisasi yang Bersifat Independen (pasal 6 AD HMI)


HMI yang bersifat independen adalah waktak organisasi yang selalu
tunduk danberorientasi pada kebenaran (hanif), sehingga kiprah setiap
individu dan dinamika organisasi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara mempunyai pola pikir, pola sikap, dan pola tindak tidak terikat
dan tidak mengikatkan diri secara organisatoris dengan kepentingan atau
organisasi mana pun, segala sesuatu tidak didasarkan atas kehendak
atau paksaan pihak lain.

Independensi dilihat dari dua dimensi, yakni :


1) Indepndensi Etis
Sikap dan watak HMI yang termanifestasikan secara individu dan
organisasi dalam dinamika berfikir, bersikap, dan bertindak, baik dalam
hubungan terhadap Sang Rab, ataupun hubungan terhadap sesama,
sesuai dengan fitrah kemanusiaannya, yakni tunduk dan patuh kepada
kebenaran (hanif).
2) Independensi Organisatoris
Sikap dan watak HMI yang teraktualisasikan secara organisatoris di
dalam kiprah dinamika intern organisasi maupun dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam keutuhan kehidupan
nasional melakukan partisipasi aktif, konstruktif secara konstitusional
terhadap perjuangan bangsa dan pencapaian cita-cita nasional, hanya

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 70

komit kepada kebenaran, dan tidak tunduk atau komit terhadap


kepentingan atau organisasi tertentu.

Prinsip-prinsip independensi HMI dalam implementasi dirumuskan


sebagai berikut :
a) Kader HMI terutama aktivitasnya dalam melakukan tugas dan
tanggung jawab organisasi harus tunduk pada ketentuan-ketentuan
organisasi dalam melaksanakan program-program organisasi, oleh
karena itu tidak diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan yang
membawa organisasi atas kehendak pihak luar manapun.
b) Kader HMI terutama aktivitasnya tidak dibenarkan mengadakan
komitmen dalam bentuk apapun dengan pihak luar selain segala
sesuatu yang telah ditetapkan dan diputuskan secara organisatoris.
c) Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang meneruskan
dan mengembangkan watak independensi etis dimanpun mereka
berada dan berfungsi sesuai dengan profesinya dalam rangka
membawa hakekat misi HMI, menganjurkan serta mendorong alumni
HMI untuk menyalurkan aspirasinya secara tepat melalui semua jalur
pengabdian, baik jalur organisasi profesi, instansi pemerintah, wadah
aspirasi politik, dan jalur lainnya yang semata-mata karena hak dan
tanggung jawab dalam rangka merealisasikan kehidupan masyarakat
adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Aplikasi dan dinamika berfikir, bersikap dan bertindak secara keseluruhan
dari watak asasi kader HMI terumus dalam bentuk :
a) Cenderung kepada kebenaran
b) Bebas, merdeka dan terbuka
c) Obyektif, rasional, dan kritis
d) Progresif dan dinamis
e) Demokratis, jujur dan adil

TUJUAN HMI

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, tujuan HMI adalah


“Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam,
dan bertangung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah SWT” (pasal 4 AD HMI). Dari tujuan tersebut dapat
dirumuskan menjadi lima kualitas insan cita, yakni kualitas insan
akademis, kualitas insan pencipta, kualitas insan pengabdi, kualitas insan
bernafaskan Islam, dan kualitas insan yang bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud oleh
HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan berilmu
pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja kemanusiaan.
Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 4 AD HMI)
adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Insan Akademis

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 71

• Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional,


obyektif, dan kritis.
• Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa
yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan
menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran.
• Sanggung berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan
sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis
dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur,
mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip
perkembangan.
2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
• Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih
dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan
bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan bertolak
dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan gagasan-
gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaharuan.
• Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang
menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat
berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
• Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu
melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
• Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak
atau untuk sesama umat.
• Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya
membuat dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya
menajdi baik.
• Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang
bersungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas
mengamalkan ilmunya untuk kepentingan sesamanya.
4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta
dan pengabdi yang ber nafaskan Islam
• Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan
pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi
pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai
universal Islam. Dengan demikian Islam telah menapasi dan
menjiwai karyanya.
• Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality” dalam
dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang utuh
tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada dirinya
sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim insan ini telah
mengintegrasikan masalah suksesnya dalam pembangunan
nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat islam
Indonesia dan sebaliknya.
5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT :

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 72

• Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang ber nafaskan


islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
• Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari
perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar
diperlukan adanya keberanian moral.
• Spontan dalam menghadapi tugas, responsip dalam
menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
• Rasa tanggungjawab, takwa kepada Allah SWT, yang
menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang
dalam me wujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi
Allah SWT.
• Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan
usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
• Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya
sebagai “khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas
kemanusiaan.

Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “Man of future” insan pelopor
yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap
terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi
cita-citanya dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara
kooferatif bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal type dari hasil
perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembantu). Penyuara
“Idea of Progress” insan yang berkeperibadian imbang dan padu, kritis,
dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah Allah
SWT. Mereka itu manusia-manusia uang beriman berilmu dan mampu
beramal saleh dalam kualitas yang maksimal (insan kamil)

Dari liam kualitas lima insan cita tersebut pada dasarnya harus memahami
dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan
pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi
tersebut merupakan insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang
ridhoi Allah SWT.

Yang dimaksud dengan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT
adalah masyarakat yang menjalankan kehidupannya selalu berlandaskan
atas asas keadilan sehingga tercapai kemakmuran dan dalam perjalanan
pencapaian masyarakat adil makmur tersebut tidak mendobrak aturan
Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an sehingga adil makmur yang dicapai
oleh masyarakat meruapak adil makmur yang dikehendaki oleh Allah
SWT. Jadi setiap usaha dalam pencapaian masyarakat adil makmur
harus berpedoman pada ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 73

FUNGSI DAN PERAN HMI

HMI berfungsi sebagai Organisasi Kader (pasal 8 AD HMI)


HMI sebagai organisasi kader adalah organisasi mahasiswa yang
berorientasikan Islam yang melakukan perkaderan, dimana seluruh
aktivitas yang dilakukan pada dasarnya merupakan proses kaderisasi,
sehingga HMI berfungsi dan hanya selalu membentuk kader-kader muslim
intelektual yang profesional.

HMI berperan sebagai Organisasi Perjuangan (pasal 9 AD HMI)


HMI berperan sebagai organisasi perjuangan adalah organisasi yang
selalu berjuang melakukan dan membentuk kader bangsa yang muslim,
intelektual, dan profesional dimana outputnya ditujukan untuk kepentingan
bangsa secara keseluruhan, sehingga insan HMI siap dan dapat
bermanfaat bagi seluruh golongan yang ada di masyarakat selama tidak
bertentangan dengan koridor misi HMI.

HUBUNGAN MISSION SECARA INTEGRAL

Hubungan antara asas, tujuan, sifat, status, fungsi dan peran HMI secara
integral adalah dalam pencapaian dan memperjuangkan mission HMI
harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh, dan satu sama lain saling
mempengaruhi, dan menentukan sehingga tidak bisa ditinjau secara
parsial.

Dalam diri kader HMI harus :


a) Senantiasa memperdalam kehidupan rohani agar menjadi luhur dan
bertaqwa pada Allah SWT
b) Selalu tidak puas dan berkemauan keras untuk mencari kebenaran,
HMI hanya komit pada kebenaran
c) Jujur pada dirinya dan pada orang lain dan tidak mengingkari hati
nuraninya
d) Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional jika berhadapan dengan
orang yang berbeda pendirian
e) Bersikap kritis dan berfikir bebas kreatif.

3.1.5 Materi Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi

A. Silabus

JENJANG: KEPEMIMPINAN DAN ALOKASI


LATIHAN KADER I MANAJEMEN WAKTU:
ORGANISASI 8 JAM

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 74

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami pengertian, dasar-dasar, sifat dan fungsi
kepemimpinan, manajemen dan organisasi.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta mampu menjelaskan pengertian, dasar-dasar sifat serta fungsi
kepemimpinan
2. Peserta mampu menjelaskan pentingnya fungsi kepemimpinan dan
manajemen dalam organisasi
3. Peserta dapat menjelaskan dan mengapresiasikan kharakteristik
kepemimpinan dalam Islam

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian, tujuan dan fungsi kepemimpinan, manajemen dan
organisasi
2. Kharakteristik kepemimpinan
2.1. Sifat-sifat Rasul sebagai etos kepemimpinan
2.2. Tipe-tipe kepemimpinan
2.3. Dasar-dasar manajemen
2.4. Unsur manusia dalam manajemen
2.5. Model-model manajemen
3. Organisasi sebagai alat perjuangan
3.1. Teori-teori organisasi
3.2. Bentuk-bentuk organisasi
3.3. Struktur organisasi
4. Hubungan antara kepemimpinan, manajemen dan organisasi

Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal

Evaluasi :
Test Partisipatif, test objektif/subjektif

Referensi :
1. Amin Wijaya T, Manajemen Strategik, PT. Gramedia, 1996
2. Charles J. Keating, Kepemimpinan dalam manajemen, Rajawali Pers,
1995
3. Dr. Ir. S.B. Lubis & Dr. Martani Hoesaini, Teori Organisasi: Suatu
pendekatan makro, Pusat studi antar Universitas Ilmu-ilmu sosial
Universitas Indonesia, 1987
4. James. L. Gibson, Manajemen, Erlangga, 1986
5. J. salusu, Pengembangan Kaqputusan Strategik, Gramedia, 1986
6. Mifta Thoha, Kepemimpinan dan manajemen, Rajawali Pers, 1995
7. Nilai Dasar Perjuangan HMI
8. Richard M. Streers, Efektifitas Organisasi, (sari manajemen), Erlangga,
1985
9. Winardi, Kepemimpinan Manajemen, Rineka Cipta, 1990

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 75

10. Dan referensi lain yang relevan

B. Materi Terurai

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN ORGANISASI

Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang
berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner,
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan
pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota
yang saling berhubungan tugasnya.

Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut :


Pertama, Kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan atau
pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin,
para anggota kelompok membantu menentukan status / kedudukan
pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa
bawahan, semua kualitas kepemimpinan seorang mmanajer akan menjadi
tidak relevan.
Kedua, Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang
tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para
pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan
para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat
mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung, meskip[un
dapat juga melalui sejumlah cara secara tidak langsung.
Ketiga, Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau
pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata
lain, para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang
harus dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan
melaksanakan perintahnya. Sebagai contoh, seorang manajer dapat
mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu tugas
tertentu, tetapi dia dapat juga mempengaruhi bawahan dalam menentukan
cara bagaimana tugas itu dilaksanakan dengan tepat.

Kepemimpinan adalah bagian penting manajemn, tetap tidak sama


dengan manajemen. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang
dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja
mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan,
tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lain seperti perencanaan,
pengorganisasian dan pengawasan.

Tujuan Kepemimpinan
Nampaknya sukar dibedakan antara tujuan dan fungsi kepemimpinan,
lebih-lebih kalau dikaji secara praktis kedua-duanya mempunyai maksud
yang sama dalam menyukseskan proses kepemimpinan namun secara
definitif kita dapat menganalisanya secara berbeda. Tujuan kepemimpinan
merupakan kerangka ideal / filosofis yang dapat memberikan pedoman

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 76

bagi setiap kegiatan pemimpin, sekaligus menjadi patokan yang harus


dicapai. Sehingga tujuan kepemimpinan agar setiap kegiatan yang
dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang inginkan secara efektif dan
efisien.

Fungsi kepemimpinan
Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan
dua fungsi utama ; (1) fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas
(“task-related”) atau pemecahan masalah, dan (2) fungsi-fungsi
pemeliharaan kelompok (“group-maintenance”) atau sosial.
Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi
dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat
membantu kelompok berjalan lebih lancar- persetujuan dengan kelompok
lain, pnengahan perberdaan pendapat, dan sebagainya.

Manajemen dan Organisasi


1) Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya – sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Atau lebih jelasnya
manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-orang
untuk menentuakn, menginterpretasikan, dan pengorganisasian
(organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing),
pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan
(controlling).

Pola Umum Manajemen


♦ Manajemen pada dasarnya adalah alat atau sarana daripada
administrasi;
♦ Sebagai alat administrasi fungsi manajemen adalah menggerakkan
unsur statik daripada administrasi yaitu organisasi ;
♦ Dalam fungsinya menggerakkan organisasi, manajemen
merupakan suatu proses dinamika yang meliputi fungsi planning,
organizing, actuating dan lain-lain ;
♦ Proses manajemen selalu diarahkan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu ;
♦ Dalam mencapai tujuan tersebut manajer sebagai pelaksana
manajemen menggunakan berbagai unsur yang tersedia dalam
organisasi ;
♦ Penggunaan unsur-unsur manajemen tersebut selalu dilaksanakan
dengan seefisien mungkin berdasarkan prinsip-prinsip manajemen.

2) Organisasi

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 77

Menurut Chester Bernard, Organisasi adalah sistem kegiatan


kerjasama (cooperative activities) dari dua orang atau lebih.

Menurut Dwight Waldo, Organisasi adalah struktur antar hubngan


pribadi yang berdasarkan atas wewenang formal dan kebiasaan-
kebiasaan di dalam suatu system adminstrasi.

Menurut G.R. Terry, Organisasi adalah berasal dari kata organism


yaitu suatu struktur dengan bagian-bagian yang demikian dintegrasi
hingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan
mereka dengan keseluruhan orang terdiri dua bagian pokok yaitu
bagian-bagian dan hubungan-hubungan.

Jadi Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah


manusia yang terkait dalam hubungan formal dalam rangkaian hirarki
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dari beberapa pengertian di atas ada tiga unsur yang menonjol dan
perlu diperhatikan, yakni :
♦ Bahwa organisasi bukanlah tujuan, melainkan hanya alat untuk
mencapai tujuan atau alat untuk melaksanakan tugas pokok.
Berhubungan dengan itu susunan organisasi haruslah selalu
disesuaikan dengan perkembangan tujuan atau perkembangan
tugas pokok.
♦ Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah
manusia yang terikat dalam hubungan formal.
♦ Dalam organisasi selalu terdapat rangkaian hirarki, artinya dalam
suatu organisasi selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan
apa yang dinamakan bawahan.

Fungsi-Fungsi Organisasi :
♦ Mengatur tugas dan kegiatan kerjasama sebaik-baiknya ;
♦ Mencegah kelambatan-kelambatan kerja serta kesulitan yang
dihadapi ;
♦ Mencegah kesimpangan kerja ;
♦ Menentukan pedoman-pedoman kerja.

Keuntungan-keuntungan Organisasi :
Organisasi yang baik memberikan keuntungan sebagai berikut :
♦ Setiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing ;
♦ Memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi ;
♦ Terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja ;
♦ Menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan minat ;
♦ Agar kegiatan administrasi dan manajemen dapat dilakuakn secara
efektif dan efisien.

Unsur-unsur Organisasi :

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 78

Pada hakikatnya organisasi terbentuk dari sekelompok orang,


kerjasama dan tujuan bersama.

KHARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN
Sifat-Sifat Rasul sebagai Etos Kerja
Dalam Islam kepemimpinan adalah bagian dari kepribadian Islam, sabda
Rasulullah Saw. “ Setiap orang dari kamu adalah pemimpin dan kamu
bertanggngjawab terhadap kepemimpinan itu” (Shahih Bukhari & Muslim)

Setiap manusia pasti memerankan suatu kepemimpinan. Hadis Rasulullah


mengatakan, “ Setiap anda adalah pengasuh dan bertanggungjawab
terhadap rakyatnya. Pemimpin adalah pengasuh dan bertanggungjawab
terhadap rakyat. Laki-laki adalah pengasuh dikeluarganya dan
bertanggungjawab terhadap asuhannya. Wanita adalah pengasuh di
rumah suaminya dan bertanggungjawab pada asuhannya, pembantu
adalah pengasuh harta majikannya dan bertanggungjawab pada
asuhannya”. (H.R. Imam Bukhari & Muslim).

Dimensi Moral Kepemimpinan


Akhlak seorang m,uslim adalah tidak mengejar kepemimpinan untuk
dirinya. Tidak merebut kepemimpinan dari orang yang layak memiliki
kepemimpinan itu. Apabila diberi tanggungjawab kepemimpinan,
sementara dia lemah dan sanggup memikul, hendaknya dia menolak
tanggungjawab itu. Kecuali, pabila dia yang harus memegangnya maka
dia wajib melaksanakannya. Bila menghindar berarti berdosa, dan bila dia
melaksanakan kewajiban itu dia mendapat pahala. Nash-nash berikut ini
menjelaskan hal tersebut di atas :
♦ Jangan meminta dan jangan memberikan amanah kepada orang yang
berambisi / meminta dijadikan pemimpin.
Dari Abu Hurairah, rasulullah Saw bersabda “ Sesungguhnya kalian
akan berambisi memperoleh kepemimpinan dan itu akan menjadi
penyesalan nanti pada hari kiamat. Alangkahnya bahagianya orang
yang terus menyusui (melaksanakan tugasnya) dan alangkah
buruknya orang yang menyapinya (melalaikan tugasnya) “ (H.R
Bukhari & Nasai)
♦ Jangan menolak bila diberi amanah / kepercayaan
Dari Abu Dzar katanya “Aku masuk menemui Nabi bersama-sama
dengan dua orang anak, pamanku, satu diantaranya” Wahai Abu Dzar
Sesungguhnya kammu lemah dan tugas itu amanah dan (dapat
mengakibatkan) kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat. Kecuali
bagi orang yang mengambil dengan benar dan melaksanakan amanah
yang diberikan kepada” (H.R. Muslim)

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 79

Kepemimpinan yang Efektif


♦ Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan mempertimbangkan
kepentingan jangka panjang organisasi.
♦ Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke arah
wawasan tersebut.
♦ Memperoleh dukungan dari pusat kekuasaan dan seluruh anggota.
♦ Memberi motivasi yang kuat kepada kelompok inti dan seluruh anggota
untuk mencpai tujuan organisasi.

Ciri-ciri Pemimpin Islam


♦ Setia ; pemimpin dan orang yang dipimpinnya terkait kesetiaan kepada
Allah
♦ Tujuan Islam secara menyeluruh
♦ Berpegang pada syariat dan Akhlak Islam
♦ Pengemban amanat / bertanggungjawab.

Prinsip Dasar Operasional Kepemimpinan Islam


♦ Musyawarah
♦ Adil
♦ Kebebasan berfikir

Karakter Kepemimpinan Islam


♦ Tahu kemana harus diarahkan, kuasai waktu dan jangan biarkan
waktu mengontrol anda dengan menjadikan setiap saat bekerja untuk
Islam.
♦ Mengarah pada hasil yang kongkrit, memusatkan perhatian diri pada
hasil, ketimbang pada pekerjaannya itu sendiri.
♦ Membangun kekuatan bukan kelemahan, termasuk diri anda dan para
sahabat anda, akui kelebihan orang lain tanpa merasa kedudukan
anda terancam.
♦ Memusatkan perhatian pada beberapa bidang utama, dimana kerja
keras secara terus menerus yang akan memberikan hasil yang
cemerlang.
♦ Bertawakal kepada Allah dengan meletakkan cita-cita yang tinggi,
jangan batasi diri anda pada persoalan yang mudah dan aman.

Sifat “mutu” yang harus dimiliki pemimpin


♦ Akhlak yang baik
♦ Memiliki daya imajinasi
♦ Berfikir menurut fungsinya
♦ Mampu bersikap adil kepada semua
♦ Memiliki banyak minat
♦ Bersikap sebagai pendidik
♦ Memiliki emosional yang matang
♦ Bersikap sebagai perencana
♦ Mampu menghormati diri dan orang lain
♦ Teku, tegas, mampu mengorganisir dengan rapi

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 80

♦ Bersemangat, energik, bersifat sebagai pelatih


♦ Ekspresif (berbicara dan menulis)
♦ Logis, berpikir selalu tajam dan selalu siap
♦ Bertanggungjawab, kreatif dan pekerja keras
♦ Setia kepada semua kepentingan

Tipe-tipe Kepemimpinan
Dilihat bagaimana pemimpin itu menggunakan kekuasaannya, ditentukan
tiga buah tipe dasar, yakni :
1) Tipe Otoriter (autocratic)
Pemimpin yang bertipe demikian dipandang sebagai orang yang
memberikan perintah dan mengharapkan pelaksanaannya secara
dogmatis dan selalu positif. Dengan segala kemampuannya, ia
berusaha menakut-nakuti bawahannya dengan jalan memberikan
hukuman tertentu bagi yang berbuat negatif, dan hadiah untuk seorang
bawahan yang bekerja dengan baik (correct).
2) Tipe Demokratis atau Partisifasi
Pemimpin demikian mengadakan konsultasi dengan para bawahannya
mengenai tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang diusulkan
/ dikehendaki oleh pimpinan serta berusaha memberikan dorongan
untuk turut serta aktif melaksanakan semua keputusan dan kegiatan-
kegiatan yang telah ditetapkan itu.

3) Sedang pada tipe yang terakhir,


Pemimpin sangat sedikit menggunakan kekuatannya, bahkan
memberikan suatu tingkatan kebebasan yang tinggi terhadap para
bawahannya atau bersifat “Free rein” (Laissez Faire) di dalam segal
tindakan mereka. Pemimpin demikian biasanya mempunyai
ketergantungan yang besar pada anggota kelompok untuk
menetapkan tujuan-tujuan dan alat-alat / cara mencapainya. Mereka
(para pemimpin ‘ laissez faire’) menganggap bahwa peranan meraka
sebenarnya sebagai orang yang berusaha memberikan kemudahan
(fasilitas) kerja para pengikut, umpama dengan jalan menyampikan
informasi kepada orang-orang yang dipimpinnya, serta sebagai
penghubung dengan lingkungan yang ada di luar kelompok.

Unsur-unsur Manajemen
Unsur dasar yang merupakan sumber yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan dalam manajemen adalah :
♦ Man (manusia)
♦ Material (bahan)
♦ Machine (mesin / alat)
♦ Methods (tata kerja)
♦ Money (uang)
♦ Market (pasar)

Unsur Manusia dalam Manajemen

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 81

Manusia salah satu dari unsur manajemen yang merupakan motor


penggerak bagi sumber-sumbe dan lat-alat baik yang bersifat “ Human
Resources “ maupun “Non Human Resources” dalam suatu organisasi.

Tingkatan Manajemen
Manajemen dalam organisasi, Pemimpin (manajer) dapat dibedakan
menurut tingkatan dan jenis pekerjaannya, yakni :
1) Menurut tingkatannya (hierarchie), pimpinan dalam organisasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
♦ Manajemen Puncak (Top Management)
♦ Manajemen Media (Middle Management)
♦ Manajemen Rendah (Lower Management)
2) Apabila dilihat dari Pembagian Kerjanya,. Yaitu antara kerja “pikir” dan
kerja “fisik”, dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a) Admistrative Management, pada tingkat “Top Management “
b) Middle Management, pada tingkat “Pimpinan Menengah”
c) Supervisory Management, ada di tingkat “Paling Bawah”

Pada tingkatan Admistrative Pemimpin lebih banyak menggunakan kerja


pikir daripada kerja fisik dalam memipin organisasinya, misalnya
menentukan tujuan organisasi, perumuan kebijakan, penggerakkan
kelompok pimpinan pada tingkat lebih rendah dan memikirkan hal-hal
yang sifatnya lebih menyeluruh. Untuk itu “Manajerial Skill” lebih
dibutuhkan.

Pada tingkat Middle Management, dalam tugas kegiatannya sehari-hari


antara kegiatan pikir dan fisik hampir sepadan ; kedua-duanya
dilaksanakan hampir serentak dan bersama-sama. Sebaliknya pada
tingkat Supervisory Management, dalam tugasnya sehari-hari pimpinan
lebih banyak mempergunakan kerja fisik dari pada kerja pikir. Untuk itu ia
lebih banyak membutuhkan “technical Skills” daripada “Managerial Skills”.
ORGANISASI SEBAGAI ALAT PERJUANGAN
Ada berbagai macam tipe organisasi, yang umum dikenal yakni :
a. Bentuk Lini
Yang pertama ini sering pula dinamakan :bentuk lurus”, “bentuk jalur”
dan “bentuk militer”. Bentuk lini ini mula-mula diperkenalkan oleh
seorang ahli adminstrasi berkebangsaan Perancis, Henry Fayol.
Bentuk lini dipandang sebagai bentuk yang paling tua dan
dipergunakan secara luas pada masa perkembangan industri pertama.
Organisasi ini banyak dipergunakan di lingkungan militer dan
perusahaan-perusahaan kecil.

Ciri-cirinya :
♦ Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari
pimpinan tertinggi ke berbagai tingkat operasional.
♦ Masing-masing pekerja bertanggungjawab penuh terhadap semua
kegiatannya.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 82

♦ Otoritas dan tangungjawab tertinggi pada puncak makin lama


makin berkurang menurut jenjang.
♦ Organisasinya kecil, begitu pula karyawannya sedikit.
♦ Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan bersifat langsung.
♦ Tujuan, alat-alat yang digunakan dan struktur organisasinya masih
sederhana.
♦ Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi.

Keuntungan organisasi yang berbentuk lini :


♦ Kekuasaan dan tanggungjawab dapat ditetapkan secara definitif.
♦ Orang yang mempunyai kekuasaan dan tanggungjawab diketahui
oleh semua pihak.
♦ Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat, karena
jumlah orang yang perlu diajak berembuk tidak begitu banyak.
♦ Disiplin mudah dipertahankan.
♦ Solidaritas para anggota masih besar, karena masih saling kenal
mengenal.
♦ Tersedianya kesempatan yang baik bagi pimpinan organisasi untuk
mengembangkan bakat-bakat pemimpin.

b. Bentuk Lini dan Staf


Di dalam organisasi-organisasi kecil, semua karyawan supervisor
adalah merupakan orang-orang lini (line personnel). Tetapi ketika
organisasi melai membesar, maka semakin terasa pentingnya
penyediaan tenaga spesialis mampu memberikan nasihat-nasihat
teknis dan memberikan jasa-jasa kepada unit-unit operasional lainnya.
Orang-orang inilah yang biasanya disebut “staf personnel” (orang-
orang staf yang melaksanakan fungsi-fungsi staf). Dan orang-orang
staf ini dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu : (1) para
penasihat dan (2) “auxilliary personnel”, bertugas melakukan kegiatan-
kegiatan penunjang demi lancarnya meknisme organisasi.

Ciri-ciri Pokok :
♦ Organisasinya besar dan kompleks.
♦ Jumlah karyawannya banyak.
♦ Terdapat dua kelompok karyawan (lini dan staf) sebagaimana
dijelaskan di atas.
♦ Karena organisasi sudah semakin besar / kompleks, maka
hubungan langsung di sini sudah tidak mungkin lagi terjadi antar
anggota maupun antara pemimpin dan bawahan.
♦ Nampak adanya spesialisasi yang dikembangkangkan dan
dipergunakan secara optimal.

Kebaikan-kebaikannya :
♦ Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini yang
melaksanakan tugas pokok organisasi, dan kelompok staf yang
melaksanakan kegiatan penunjang.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 83

♦ Asas spesialisasi dapat dijalankan, menurut bakat bawahan yang


berbeda-beda.
♦ Prinsip “the right man in the right place” dapat diterapkan dengan
mudah.
♦ Koordinasi mudah dijalankan dalam setiap unit kegiatan.
♦ Tipe organisasi demikian dapat dipergunakan oleh organisasi-
organisasi yang lebih besar / kompleks.

Keburukannya :
♦ Pemimpin lini sering mengabaikan advis staf.
♦ Pimpinan staf sering mengabaikan gagasan-gagasan.
♦ Ada kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan stafnya.
♦ Perintah-perintah lini, nasihat-nasihat dan perintah-perintah staf
sering agak membingungkan anggota. Hal ini dapat terjadi, karena
kedua jenis hirarki ini tidak selalu seirama dalam memandang
sesuatu.
Meskipun terdapat kelemahan-kelemahan organisasi tipe lini dan staf
ini, namun untuk organisasi yang semakin kompleks seperti dewasa ini
lebih cenderung menggunakan bentuk lini dan staf.

c. Bentuk Fungsional
Organisasi Fungsional adalah suatu organisasi dimana kekuasaan dari
pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang memimpin satuan-
satuan dibawahnya dalam suatu bidang pekerjaan tertentu. Tiap-tiap
kepala dari satuan ini mempunyai kekuasaan untuk memerintah
semua pejabat bawahan sepanjang mengenai bidangnya (The Liang
Gie, dkk., 1981, hal. 136). Ciri lain dari organisasi demikian adalah
bahwa didalam organisasi tidak terlalu menekankan pada hirarki
struktural, akan lebih banyak didasarkan pada sifat dan macam fungsi
yang harus dijalankan. Sebenarnya bentuk ini tidak populer, dan
kebanyakan hanya dipergunakan dalam lingkungan usaha swasta
seperti toko serba ada, dan yang sejenisnya.

Kebaikan-kebaikannya :
♦ Ada pembagian yang tegas antara kerja pikir dan fisik.
♦ Dapat dicapai spesialisasi yang baik.
♦ Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi yang sama
pada umumnya tinggi.
♦ Moral serta disiplin kerja tinggi.
♦ Koordinasi antara orang-orang yang ada dalam satu fungsi mudah
dijalankan.

Kelemahannya :

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 84

♦ Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu


menspesialisasikan diri dalam satu bidang saja.
♦ Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar diadakan, karena
orang-orang yang bergerak dalam satu bidang mementingkan
fungsi saja.
♦ Inisiatif perorangan mudah tertekan, karena sudah dibatasi pada
suatu fungsi.

c. Organisasi Tipe Panitia


Bentuk organisasi ini adalah suatu tipe di mana pimpinan dan para
pelaksana dibentuk dalam kelompok-kelompok yang bersifat panitia.
Maksudnya, pada tingkat pimpinan, keseluruhan unsur pimpinan
menjadi panitia dan para pelaksana dibagi ke dalam kelompok-
kelompok yang disebut “task force” atau satuan tugas.

Ciri-cirinya :
♦ Struktur organisasinya tidak begitu kompleks. Biasanya hanya
terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, ketua seksi dan para
petugas.
♦ Struktur organisasinya secaa relatif tidak permanen. Organisasi tipe
panitia hanya dipakai sewaktu-waktu ada kegiatan khusus (proyek-
proyek tertentu), dan setelah kegiatan-kegiatan itu selesai
dikerjakan, maka panitia dibubarkan.
♦ Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif.
♦ Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan
tanggungjawab yang sama.
♦ Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam
bentuk satuan tugas (task force).

Keuntungan Tipe Panitia :


♦ Keputusan yang diambil selalu berhasil dengan baik dan tepat,
karena sudah dibicarakan secara kolektif.
♦ Kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari
pimpinan kecil sekali.
♦ Usaha kerjasama bawahan mudah digalang.

Kelemahannya :
♦ Proses pengambilan keputusan agak lambat karena segala
sesuatunya harus dibicarakan lebih dulu dengan para anggota
organisasi.
♦ Apabila ada kemacetan kerja, tak seorang pun yang mau diminta
pertanggungjawabannya melebihi dari yang lain.
♦ Para pelaksana sering bingung karena perintah tidak datang dari
satu orang pimpinan saja.
♦ Kreativitas nampaknya sukar dikembangka, karena pelaksanaan
didasarkan pada kolektifitas.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 85

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN DAN


ORGANISASI
Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang bekerjasama
untuk mencapai tujuan, yang mana untuk mencapai tujuan tersebut
memerlukan manajemen untuk mengatur orang-orang tersebut, yang
mana manajemen tidak akan berhasil apabila tidak ada pemimpin di
dalamnya dan seorang pemimpin pun harus memiliki ilmu kepemimpinan,
jadi antara Kepemimpinan, manajemen dan organisasi merupakan suatu
sistem yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat terpisahkan.

3.2 Materi Penunjang

Seperti yang sudah dijelaskan terdahulu, materi penunjang adalah materi


yang telah menjadi kemestian untuk ada dalam training (misal materi
perkenalan dan orientasi latihan, dan materi evaluasi dan rencana tindak
lanjut), atau materi yang merupakan prasyarat tercapainya pemahaman
materi pokok (misal materi pengantar ideologi, dan materi pengantar
filsafat ilmu, sebagai prasyarat optimalisasi pemahaman materi Nilai
Dasar Perjuangan, atau materi teknik dan etika diskusi, sebagai prasyarat
berjalannya diskusi yang baik dalam pertrainingan), atau materi yang
memiliki hubungan/penurunan dari materi pokok dan memiliki keterkaitan
dengan tujuan perkaderan yang menjadi karakter lokal. Dalam panduan
ini hanya akan disampaikan materi tambahan yang sifatnya kemestian
saja.

3.2.1 Materi Perkenalan dan Orientasi Latihan

A. Silabus

JENJANG: PERKENALAN DAN ALOKASI


LATIHAN KADER I ORIENTASI LATIHAN WAKTU:
2 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami maksud dan tujuan Latihan Kader I, serta dapat
membangun suasana training yang kondusif.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta mampu menjelaskan maksud dan tujuan serta sistem
pengelolaan Latihan Kader I
2. Peserta kenal dengan sesama peserta dan pengelola
3. Peserta dapat menjalankan aturan training dengan kesadaran

B. Uraian Kegiatan

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 86

Perkenalan ini memiliki peran yang penting dalam mencapai keberhasilan


training, karena pada tahap awal inilah terbangun suasana training, serta
terbangun pemahaman peserta akan hakekat training sesungguhnya.
Pemberian sesi ini dilakukan pertama kali setelah seremoni pembukaan
berakhir.

Sesi ini harus kondusif, dalam artian tidak terganggu oleh proses
silaturahmi kader-kader HMI lain (yang tidak terlibat langsung dalam
training, atau tidak bertugas di forum) yang hadir dalam acara
pembukaan, sebaiknya silaturahmi dilakukan tidak berdekatan dengan
forum.

Forum pertama ini dipimpin langsung oleh koordinator pemandu/master of


training. Awal sesi dibuka dengan perkenalan tim pemandu, dan
dilanjutkan dengan perkenalan peserta, diharapkan dengan perkenalan ini
suasana cair dalam training mulai terbentuk.

Selanjutnya pemandu menjelaskan maksud, tujuan, dan teknis


pengelolaan training kepada peserta, sehingga peserta bisa paham apa
yang menjadi kemestian yang berlaku bagi mereka. Kemudian peserta
menyampaikan harapan atau tujuan individu dalam mengikuti training,
serta hal-hal yang tidak mereka inginkan (ketakutan) terjadi dalam
training.

Pemandu mengolah harapan dan “ketakutan” peserta menjadi suatu


aturan main yang mengikat dalam pelaksanaan training. Namun bisa pula
aturan itu telah diatur sebelumnya dan dirasionalisikan sesuai dengan
harapan dan “ketakutan” peserta. Dengan demikian diharapkan peserta
secara sadar akan mematuhi aturan main yang dibuat karena berangkat
dari harapan dan “ketakutan” peserta.

3.2.2 Materi Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut

A. Silabus

JENJANG: EVALUASI DAN ALOKASI


LATIHAN KADER I RENCANA TINDAK WAKTU:
LANJUT 2 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami esensi Latihan Kader I, serta dapat
merencanakan langkah yang dilakukan pasca training sesuai dengan
tujuan training.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta mampu menjelaskan rangkaian materi Latihan Kader I secara
komprehensif
2. Peserta dapat merencanakan follow up training

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Panduan Latihan Kader I - 87

B. Uraian Kegiatan

Sesi ini dilakukan setelah semua materi training disampaikan kepada


peserta, dan dipimpin oleh koordinator pemandu. Pemandu mengevaluasi
pemahaman peserta terhadap materi-materi yang telah disampaikan,
kemudian pemandu mempertajam dan merangkai materi-materi tersebut
sebagai satu kesatuan yang utuh menyeluruh.

Selanjutnya pemandu “mengarahkan” peserta untuk membuat rencana


aktivitas pasca Latihan Kader I, sesuai dengan hasil evaluasi terhadap
materi-materi yang telah diberikan, dan pesan-pesan yang telah
disampaikan dalam training secara keseluruhan.

3.2.3 Materi Tambahan Lain

Materi tambahan lain yang merupakan materi penunjang materi pokok


disesuaikan dengan kebutuhan, maksudnya apabila SC berpendapat
bahwa bahan baku (peserta) telah menguasai atau telah mendapat materi
tersebut maka materi penunjang tidak perlu disampaikan. Misal, dalam
maperca mereka telah mendapatkan materi Etika dan Teknik Diskusi, atau
dalam kampus mereka telah mendapatkan Pengantar Filsafat Ilmu dan
atau yang sejenis, atau telah memahami ideologi secara umum, maka
materi-materi tersebut tidak perlu diberikan.

Jika cabang atau komisariat secara lokal ingin menambahkan materi


tertentu dalam Latihan Kader I, maka yang jadi pertimbangan utama
dalam pemberian materi tersebut adalah materi tersebut harus menunjang
atau berkaitan dengan materi pokok.

Dalam rangka standarisasi materi, maka dalam hal adanya penambahan


materi, cabang atau komisariat harus menyampaikan silabus dan materi
terurai dari materi tersebut kepada Badan Koordinasi Nasional Lembaga
Pengelola Latihan untuk dilakukan verifikasi kelayakan materi. Sebelum
materi yang bersangkutan lulus verifikasi maka materi tersebut belum
boleh diberikan dalam Latihan Kader I HMI. Bagi materi yang telah
diverifikasi oleh Bakornas LPL, maka materi tersebut dapat diberikan
dalam LK I – LK I berikutnya tanpa harus diverifikasi lagi.

Penempatan materi tambahan dalam Latihan Kader I harus disesuaikan


dengan kebutuhan dan kesesuaian dengan materi pokok. Pada dasarnya
penambahan materi dilarang.

BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Anda mungkin juga menyukai