Penentuan Laju Produksi Konsep MER
Penentuan Laju Produksi Konsep MER
dimana :
Qo = laju aliran (produksi) minyak, bbl/hari
Ko = permeabilitasbatuan yang dilewati minyak, darcy
A = luas penampang media/lapisan, ft2.
∂P = perbedaan tekanan
µo = viskositas minyak, centipoise
∂x = jarak, ft.
b. Lapisan miring
− Arah aliran dari atas ke bawah
1127
. K o A ∂P
Qo = − + g sin θ .........................................(3-109)
µo ∂Z
dimana :
θ = sudut kemiringan lapisan
0.112 k g A ( P1 2 − P2 2 )
Qg = ...............................................(3-114)
Tf Z µ g L
dimana :
Qg = laju produksi gas, bbl/hari
kg = permeabilitas batuan yang dilalui gas, darcy
A = luas penampang batuan, ft2
P1 = tekanan awal gas mengalir, psi
P2 = tekanan akhir gas mengalir, psi
Tf = temperatur reservoir, oR
Z = faktor kompressibilitas gas.
2. Geometri aliran radial
Persamaan untuk laju pengurasan aliran untuk geometri aliran radial dapat
dibagi atas karakteristik aliran fluidanya. Untuk yang mengalir gas, maka
persamaan laju pengurasannya adalah :
0.112 k g h ( Pe 2 − Pw 2 )
Qg = .............................................(3-115)
Tf Z µ g ln( 0.606 re rw )
dimana :
T=kondisi sumur yang telah di tes
Z=kondisi sumur yang diselidiki
Gambar 3.16
Sistem Kelengkungan Kestabilan dari Formasi Pasir Tidak Kompak5)
Persamaan 3-116.
Kapasitas aliran kritis ialah laju produksi tertinggi tanpa terjadi conning.
Metode Chierici dapat digunakan untuk menghitung laju optimum tanpa terjadi
conning, yaitu dengan persamaan berikut :
h ρog k h
2
Qoc ,g = 3,07 x10 −3 ( rDe ,∈,δw ) ...............(3-123)
B o µo
Agar tidak terjadi gas conning, maka besarnya laju produksi harus lebih kecil
daripada kapasitas aliran kritis (Qo < Qoc, g). Harga ini berlaku untuk reservoir
jenis gascap.
2. Konsep Kapasitas Aliran Kritis Terhadap Water Conning
h 2 ρow k h
Qoc ,w = 3,07 x10 −3 ( rDe ,∈,δ w ) ..............(3-124)
B µ
o o
dimana :
Qoc, g = kapasitas aliran kritis minyak tanpa terjadi gas conning, STB/D
Qoc, w = kapasitas aliran kritis minyak tanpa terjadi water conning,
STB/D
ρog = perbedaan densitas minyak dengan gas, gr/cc
ρow = perbedaan densitas minyak dengan air, gr/cc
kh = permeabilitas efektip horisontal, mD
h = ketebalan zona produktip
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
µo = viskositas minyak, cp
rDe = [re/h], kv/kh
δg = [heg/h]
δw = [hew/h]
heg = jarak dari GOC ke puncak interval perforasi, ft
∈ = interval perforasi, ft
kv = permeabilitas efektip vertikal, mD
re = jari-jari pengurasan, ft.
Agar tidak terjadi water conning, maka Qo < Qoc,w. Harga ini merupakan
fungsi dari (rDe, ∈, δw) pada Persamaan 3-123 dan Persamaan 3-124, sehingga
diperoleh grafik pada Gambar 3.17.
Gambar 3.17
Grafik untuk Menentukan harga (rDe, ∈, δw)5)
1. Engineering MER, dengan faktor pembatas sifat reservoir itu sendiri serta
kemampuan teknik yang ada.
2. Economic MER, dengan faktor seperti : keadaan pemasaran, biaya operasi dan
pertimbangan politis.
Apabila MER ditetapkan menurut engineering MER, maka MER disini adalah
laju produksi yang dapat memberikan recovery terbesar. Sedangkan bila
ditetapkan menurut economic MER, maka MER disini adalah laju yang
menghasilkan net profit (keuntungan bersih) terbesar.
Untuk menentukan MER diperlukan informasi geologi dan operasi dari
reservoirnya, disamping harus dipenuhi dua kondisi berikut :
laju produksi harus tidak melampaui kemampuan sumur ataupun reservoir itu
sendiri
laju produksi dari tiap sumur harus tidak berlebihan.
dimana :
QOA = oil rate pada economic abandonment, bopd/sumur
FC = fixed cost, $/hari/sumur
VC = variable cost, $/bbl
FR = total fluid production dan injection rate, bbl/hari
X = net oil price per barrel, $
Untuk water oil ratio pada abandonment, WORa adalah :
FR − QOA
WORa = …..............................................................(3-126)
QA