Anda di halaman 1dari 7

APA ITU REGULASI?

Oxford: peraturan yang harus dipatuhi atau petunjuk dari pihak berwenang

Macquarie Dictionary : aturan perintah, tindakan, kepatuhan terhadap pihak berwenang, petunjuk
pelaksanaan atau hukum yang berlaku.

Sehingga, atas dasar pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa regulasi diciptakan untuk
mengendalikan atau mengatur perilaku.

Karenanya, mendiskusikan regulasi dalam kaitannya dengan akuntansi keuangan adalah mengenai
peraturan yang dikembangkan oleh badan independen berwenang yang telah diberi kekuasaan
bagaimana pernyataan keuangan di siapkan, dan tindakan badan berwenang dalam membatasi
pemilihan akuntasi yang sesuai untuk sebuah organisasi.

Terdapat 2 pandangan untuk melihat perlu atau tidaknya regulasi untuk pengungkapan akuntansi:

1. Free-market perspective
• Private economic-based incentives
• Assumed that managers will operate the business for their own benefit and this
will always be expected by shareholders and debtholders
– so if managers’ self-interested behaviour is not controlled then they will be
paid a lower salary
• Therefore, it is in the interests of management to enter contracts with
shareholders and debtholders to constrain their actions
• Contracts often based on accounting information
– accounting-based management bonus schemes
– accounting-based debt covenants
• ‘Market for managers’
• Another argument used to counter regulation is that in the absence of
regulation managers will still do the ‘right thing’ because of the ‘market for
managers’
• Dengan tidak adanya regulasi, diasumsikan manager akan terpacu untuk
mengadopsi strategi-strategi untuk memaksimalkan nilai perusahaan
- includes providing optimal amount of accounting information
• ‘Market for corporate takeovers’
• Another mechanism to motivate managers to do the ‘right thing’ even in the
absence of regulation is the ‘market for corporate takeovers’
• Organisasi yang berkinerja rendah akan diambil alih oleh entitas lain dengan
menggantikan tim manajemen yang sudah ada
• Therefore managers are motivated to maximise firm value
• ‘Market for lemons’
• Diasumsikan bahwa pasar dapat mengetahui apabila manager menyembunyikan
sesuatu
• Therefore managers are motivated to disclose both
• good and bad news
• • Evidence that both good and bad news is disclosed
• voluntarily (Skinner 1994)

2. Pro-regulation perspective
• Dengan adanya free-riders, mengakibatkan sistem harga tidak berfungsi secara
maksimal
- Free rider: Pihak yang menggunakan barang atau jasa tanpa menimbulkan
beberapa biaya produksi yang terkait
• Publik, mengetahui bahwa mereka tidak harus membayar, akan menaikkan
kebutuhannya akan suatu barang atau jasa
• Dapat mengarah ke informasi yang under-production

3. Beberapa Teori Regulasi


- TEORI KEPENTINGAN UMUM
- TEORI CAPTURE
- TEORI KELOMPOK KEPENTINGAN EKONOMI (TEORI KEPENTINGAN PRIBADI)

PENETAPAN STANDAR: ISU EKONOMI

Garis Besar

Externalities
and free-riding

Adverse
selection Private
Concept of Market How much
incentives for
Informaon failures-a role information
information
Production for regulation to regulate?
production
Moral
hazard

Lack of
unaminity

Konsep Produksi Informasi

• Luasnya penyusunan standar adalah satu tantangan bagi akuntan

a) Banyak aspek produksi informasi diatur

b) Banyak regulasi diletakan oleh badan penyusunan standar sendiri dlm bentuk GAAP
c) Luasnya regulasi meningkat seiring semakin tersiarnya standar akuntansi

• Kata “produksi” informasi bisa digantikan dengan banyak kata yang penting berfikir tentang
menghasilkan informasi yang:

a) Lebih baik (finer)

b) Bernilai tambah (additional)

c) Kredibel (credibility)

• Dua alasan penggunaan kata “produksi” informasi:

a) Informasi sebagai komoditas yang dapat diproduksi & dijual

b) Cara berfikir gabungan tentang berbagai cara produksi inf dpt dicapai

• Dua insentif produksi informasi:

a) Insentif sendiri (private)

b) Berbasis-pasar

Market Failures in The Production of Information

• Sumber kegagalan pasar


a) Eksternalitas dan Free-riding
b) Problema pemilihan serba salah (Adverse Selection)
c) Problema penyimpangan moral (Moral Hazard)
d) Kebulatan suara (Unanimity)
• Sumber kegagalan pasar menyarankan bahwa regulasi diperlukan.
• Pasar untuk informasi ditandai dengan eksternalitas & Free-riding, yang memberi alasan
autoritas sentral untuk intervensi.
• Selama kekuatan pasar tidak memotivasi rilis informasi penuh, pasar sekuritas & tenaga
manajerial tidak secara penuh memproteksi investor dari konsekuensi insider trading dan
manajemen laba.
• Akibatnya adalah pemegang saham tidak akan setuju dalam dukungan mereka atas
kebijakan manajer, bahkan kebijakan yang melibatkan maksimisasi nilai perusahaan.

Berikut beberapa bentuk kegagalan pasar yang mencegah produksi informasi terbaik:
1. Eksternalitas dan Free –Riding
- Eksternalitas merupakan tindakan atau aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh
perusahaan atau inidvidu yang membebankan biaya atau keuntungan pada perusahaan
atau individu lainnya, dimana perusahaan yang menciptakan eksternalitas tersebut
tidak dikenakan biaya atau tidak menerima pendapatan.
- Aspek krusial ekstranilitas maupun free-riding adalah bahwa biaya & manfaat
produksi informasi yang dipersepsikan perusahaan berbeda dengan biaya-manfaat
untuk masayarkat.
2. Masalah Adverse Selection
- Pemilihan serba salah (adverse selection) :
o Jika satu pihak (manajer atau orang dalam) memiliki kemanfaatan informasi
melebihi pihak lain (investor)
o Banyak cara bagi manajer dan orang dalam lainnya dapat mengeksploitasi
kemanfaatan informasi mereka dengan biaya pihak luar.
- Kekuatan pasar tidak memotivasi rilis informasi penuh:
o Masih banyak inf ormasi dalam tak terungkap
o Muncul problema pemilihan serba salah
- Ada dua versi problema pemilihan serba salah:
o Permainan orang dalam (insider trading): akan mengurangi likuiditas pasar
(informasi)
o Penghindaran, Penundaan (postponing) konsekuensi perusahaan negatif ketika
manajer yang merahasiakan berita buruk tentang masa depan perusahaan tidak
& merilisnya
-
3. Masalah Moral Hazard
Mengingat usaha manajer secara tipikal tidak dapat diobservasi pada pemilik perusahaan
dan pasar, maka konsekuensinya adalah manajer tidak akan berusaha untuk
memaksimalkan jalannya perusahaan sehingga pasar tenaga kerja tidak akan berjalan
dengan baik.

4. Unanimity (kebulatan suara)


Karakteristik ekonomi dengan pasar yang tidak bekerja dengan baik adalah kurangnya
unaminity, yang berasal dari efek adverse selection dan moral hazard seperti yang sudah
dijelaskan. Jika pasar berjalan dengan baik, pemegang saham akan berusaha bersuara
dengan bulat untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Namun ketika pasar tidak
bekerja dengan baik akibat adverse selection dan moral hazard, hal ini yang akan menjadi
masalah.
The Institutional Environment of Financial Reporting
Regulation in ASEAN
(Saudagaran & Diga, 2000)

Most of the existing research dealing with financial reporting institutions has focused on
the industrialized countries of North America and Western Europe.

Kali ini, Saudagran & Diga membahas mengenai bagian lain dari dunia, yaitu ASEAN, khususnya untuk
negara Indonesia, Malaysia, the Philippines, Singapore, and Thailand
because these countries have more developed accounting and regulatory institutions
that lend themselves to examination.
Table 1 identifies the particular government agency responsible for implementing financial reporting
rules associated with company law, securities market legislation, accounting legislation, and professional
accounting legislation in each country.

Sources of Domestic Accounting Standards

- Contemporary accounting standards in the ASEAN draw heavily from foreign sources, mainly UK,
US, and IASC standards.
- Indonesia adopted 21 International Accounting Standards (IAS), renamed ``Indonesian Financial
Accounting Standards'' and made them mandatory for all publicly listed companies.
- Accounting standards in the Philippines and Thailand also draw heavily from US accounting
sources.
- Malaysia and Singapore have historically looked to the UK in setting their domestic accounting
standards
A legalistic approach means that the government's influence over financial reporting is paramount.

This contrasts with the professional approach where the professional accountants set the pace for
regulation.

A hybrid approach is characterized by roughly equal participation by government and private sector in
regulation,

while market means that firms are generally free to select whatever financial reporting practices best suit
their needs.

AFA

The SGV (1984) survey prompted a rethink of AFA's harmonization program by underscoring the
practical difficulties of pursuing regional harmonization among the (then) five ASEAN members.
- It identified significant differences in institutional mechanisms andregulations among ASEAN
countries, which served as barriers to regional harmonization.
- More importantly, it provided strong evidence that these environmental and institutional
- level differences were associated with differences in financial accounting practices.
- The SGV study also drew attention to the significant influence of each country's colonial history,
government agencies (whose objectives diverge from professional bodies in some cases) and
IAS on financial reporting standards and practices.
- These long-standing and influential sources of accounting difference cannot be ignored in AFA's
pursuit of regional harmony.

CONCLUSION

1. First, there are significant differences in the relative importance of company laws,
securities regulation, and tax legislation influencing accounting standards and practices.
For example, material differences exist in the level of detail provided in the company laws in the
British-influenced countries (Malaysia and Singapore) and the non-British-influenced group
(Indonesia, the Philippines, and Thailand).
2. Second, marked differences exist in the composition of the standard-setting agency and
the level of statutory support it receives from the government.
Indonesia, Malaysia, Singapore, and Thailand have professionally based accounting standards
that incorporate a large proportion of IASC standards. In contrast, the Philippines has a mixed
government±private sector body, which draws its standards mostly from the US.
Moreover, only in Indonesia do company laws and securities legislation specifically mention
professional accounting standards. In other countries, professionally derived standards are
applicable only to practicing accountants or, in the case of Thailand, to members of ICAAT.
3. Third, AFA, so far, has been unsuccessful in pushing a regional harmonization agenda.
The organization appears hampered by resource constraints and the realization that achieving
regional harmony is difficult, given deep-seated differences in the financial accounting systems of
its member countries. Moreover, AFA does not appear to have enlisted the help of crucial public
and private sector groups (e.g., securities market regulators, stock exchange administrators,
chambers of commerce) in the ASEAN.

Anda mungkin juga menyukai