Studi Kelayakan Usaha Dan Proposal Bisnis: (Feasibility Study of Businesses)
Studi Kelayakan Usaha Dan Proposal Bisnis: (Feasibility Study of Businesses)
ISI MATERI :
Hasil studi kelayakan bisnis pada prinsipnya bisa digunakan antara lain: (1).
Untuk merintis usaha baru, misalnya tmtuk membuka toko membangun pabrik,
mendirikan perusahaan jasa, membuka usaha dagang, dan lain sebagainya.
(2). Untuk mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menambah kapasitas
pabrik, untuk memperluas skala usaha, untuk mengganti peralatan/mesin, untuk
memenambah mesin baru, untuk memperluas cakupan usaha, dan sebagainya.
(3) Untuk memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan,
misalnya pilihan usaha dagang, pilihan usaha barang atau jasa, pabrikasi atau
asemblasi, proyek A atau proyek B, dan lain sebagainya.
Adapun fihak yang memerlukan dan berkepentingan dengan studi kelayakan usaha, di
antaranya:
Memulai bisnis atau mengembangkan bisnis yang sudah ada sudah barang tentu
memerlukan pengorbanan yang cukup besar dan selalu dihadapkan ketidakpastran a am
kewirausahaan, studi kelayakan bisnis sangat penting dilakukan supaya kegiatan
bisnisnya tidak mengalami kegagalan dan mernberi keuntungan sepanjang waktu.
Demikian juga bagi penyandang dana yang memerlukan persyaratan tertentu seperti
bankir, investor, dan pemerintah. Studi kelayakan berfungsi sebagai laporan, pedoman da n
sebagai bahan pertimbangan untuk merintis usaha, untuk mengembangkan usaha atau
untuk melakukan investasi baru, sehingga bisnis yang akan dilakukan meyakinkan baik bagi
wirausaha itu sendiri maupun bagi semua fihak yang berkepentingan.
Bagi investor dan penyandang dana, studi kelayakan usaha penting untuk memilih jenis
investasi yang paling menguntungkan dan sebagai jaminan atas modal yang ditanamkan atau
dipinjamkannya. Apakah investasi yang dilakukannya memberikan jaminan pengembalian
investasi (return on inaesment) yang memadai atau tidak. Oleh investor, studi kelayakan
sering digunakan sebagai bahan pertimbangan layak tidaknya investasi dilakukan.
Bagi masyarakat studi kelayakan sangat diperlukan terutama sebagai bahan kajian
apakah usaha yang didirikan atau dikembangkan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya atau
sebaliknya malah merugikan selama-lamanya. Bagaimana dampak lingkungannya apakah
positif atau negatif. Demikin juga bagi pemerintah sangat penting untuk
mempertimbangkan izin usaha atau penyediaan fasilitas lainnya.
A. Proses dan Tahapan Studi Kelayakan Usaha
Tahap penemuan ide ialah tahap di mana wirausaha memiliki ide untuk
merintis usaha barunya. Ide tersebut kemudian dirumuskan dan diidentifikasi,
misalnya kemungkinan-kemungkinan bisnis apa saja yang paling memberikan peluang untuk
dilakukan dan menguntungkan dalam jangka waktu yang panjang. Banyak
kenlungkiuannya, rnisainya bisnis industri, asemblasi, perdagangan, usaha jasa, atau jenis
usaha lainnya yang dianggap paling layak.
Tahap ini adalah tahap perumusan visi dan misi bisnis. Apa visi dan misi bisnis yang
hendak diemban setelah jenis bisnis tersebut diidentifikasi? Apakah misinya untuk menciptakan
barang dan jasa yang sangat diperlukan masyarakat sepanjang waktu ataukah untuk
menciptakan keuntungan yang langgeng? Apakah visi dan misi bisnis yang akan
dikembangkan tersebut benar-benar menjadi kenyataan atau tidak. Semuanya dirumuskan dalam
bentuk tujuan.
Tahap penelitian, yaitu proses sistematis yang dilakukan untuk membuat suatu
keputusan apakah bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak. Tahapan ini dilakukan
sebagaimana prosedur proses penelitian ilmiah lainnya, yaitu dimulai dengan
mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menarik kesimpulan. Kesimpulan dalam
studi kelayakan usaha hanya dua, yaitu dilaksanakan (go) atau tidak dilaksanakan (no go).
Adapun aspek-aspek yang harus diamati dan dicermati dalam tahap analisis tersebut
meliputi:
a. Aspek Pasar, yaitu mencakup produk yang akan di pasarkan, peluang pasar,
permintaan dan penawaran, harga, segmentasi pasar, pasar sasaran, ukuran pasar,
perkembangan pasar, struktur pasar dan strategi pesaing.
TUJUAN
ANALISIS/EVALUASI
1. PASAR
2. PRODUKSI/OPERASI
3. MANAJEMEN
4. KEUANGAN
5. EKONOMI
KEPUTUSAN
Di atas telah dikemukakan bahwa untuk mengetahui layak tidaknya suatu bisnis
untuk dilakukan harus dianalisis berbagai aspeknya. Bagaimanakah untuk mengetahui
aspekaspek tersebut dinyatakan layak atau tidak? Di bawah ini adalah beberapa kriteria yang
dapat dijadikan aspek penilaian.
(1) Kebutuhan dan Keinginan Konsumen. Barang dan jasa apa yang banyak dibutuhkan
dan diinginkan konsumen? Berapa banyak yang mereka butuhkan? Bagaimana daya
beli mereka? Kapan mereka membutuhkan? Jika kebutuhan dan keinginan mereka
teridentifikasi dan memungkinkan terpenuhi berarti peluang pasar bisnis kita terbuka
dan layak bila dilihat dari kebutuhan/keinginan konsusumen.
(3) Target. Target pasar menyangkut banyaknya konsumen yang dapat diraih. Berapa
target yang ingin dicapai? Apakah konsumen loyal terhadap bisnis kita? Sangat
tergantung pada nilai produk dan jasa yang di pasarkan apakah memberi kepuasan
atau tidak. Jika loyal, maka potensi pasar tinggi.
(4) Nilai Tambah. Wirausaha harus mengetahui nilai tambah produk dan jasa pada setiap
rantai pemasaran mulai dari pemasok, agen, sampai pada konsumen akhir. Nilai
tambah barang dan jasa biasanya diukur dengan harga. Misalnya berapa harga dari
pabrik (suplier), berapa harga setelah di agen, dan berapa harga setelah ke
konsumen. Dengan mengetahui nilai tambah setiap rantai pemasaran, maka nilai
tambah bisnis akan segera diketahui tinggi atau rendah, dan dari situlah bisnis akan
memberi keuntungan yang tinggi.
(5) Masa Hidup Produk. Harus dianalisis apakah masa hidup produk dan jasa bertahan
lama atau tidak. Apakah ukuran lama masa produk lebih dari waktu yang dibutuhkan
untuk menghasilkan laba sampai modal kembali atau tidak? Jika masa produk lebih
lama berarti potensi pasar tinggi. Harus dianalisis juga apakah produk industri baru
atau industri lama yang sudah mapan atau produk industri yang sedang menurun.
Jika produk industri baru yang sedang tumbuh, maka potensi pasar tinggi.
(6) Struktur Pasar. Harus dianalisis apakah barang dan jasa yang akan dipasarkan
termasuk pasar persaingan tidak sempurna seperti pasar monopoli, oligopoli, dan
dan monopolistic competation ataukah termasuk pasar persaingan sempurna. Jika
barang dan jasa termasuk jenis pasar persaingan tidak sempurna (monopoli,
oligopoli, atau ,monopolistic competation) berarti potensi pasar tinggi, sedangkan
bentuk lainnya kurang potensial
(7) Persaingan dan Strategi Pesaing. Harus dianalisis apakah tingkat persaingan tinggi atau
rendah. Jika tinggi bahkan ketat berarti peluang pasar rendah. Wirausa ha harus
membandingkan keunggulan pesaing, misalnya apakah dilihat dari strategi produk,
strategi harga, strategi jaringan distribusi dan strategi promosinya lebih unggul?
Bagaimana tingkat teknologinya? Jika pesaing lebih unggul berarti bisnis yang akan
dirintis atau dikebangkan lemah dalam persaingan. Untuk memenangkan per saingan
tentu saja bisnis tersebut harus lebih unggul ketimbang pesaing.
(8) Ukuran Pasar. Ukuran pasar dapat dianalisis dari volume penjualan. Jika polume
penjualan tinggi berarti pasar potensial. Misalnya, untuk volume penjualan usaha skala
kecil sebesar Rp 5 miliar per tahun atau sebesar Rp 10 juta per hari, berarti ukuran pasar
cukup besar.
(9) Pertumbuhan Pasar. Pertumbuhan pasar dapat dianalisis dari pertumbuhan volume
penjualan. Jika pertumbuhan pasar tinggi (misalnya lebih dari 20 person), berarti potensi
pasar tinggi.
(10) Laba Kotor. Apakah perkiraan margin laba kotor tinggi atau rendah? Jika profit margin
kotor lebih dari 20 person berarti pasar potensial.
(11) Pangsa Pasar. Pangsa pasar bisa dianalisis dari selisih antara jumlah barang dan
jasa yang diminta dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Jika pangsa
pasar menurut proyeksi meningkat bahkan setelah lima lima tahun mencapai 40
person, berarti bisnis yang akan dilakukan atau dikembangkan memiliki pangsa pasar
yang tinggi.
Bila aspek pemasaran global layak, maka analisis berikutnya adalah aspek produksi
atau operasi.
Beberapa unsur dari aspek prod uksi/operasi yang harus dianalisis, di antaranya:
(1) Lokasi Operasi. Untuk bisnis hendaknya dipilih lokasi yang paling strategis dan
paling efisien baik bagi pe°asal,aar, itu selldir: maupurl bagai pelanggarinya. Misalnya
dekat ke pemasok, dekat ke konsurnen, dekat ke alat transport atau di antara ketiganya. Di
samping itu lokasi bisnis harus menarik agar konsumen tetap loyal.
(2) Volume Operasi. Volume operasi harus relevan dengan potensi pasar dan prediksi
permintaan, sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan kapasitas. Volume operasi
yang berkelebihan akan menimbulkan permasalahan baru dalam penyimpanan/
penggudangan yang pada akhirnya mempengaruhi harga pokok penjualan.
(3) Mesin dan Peralatan. Mesin dan perlatan harus sesuai dengan perkembangan
teknologi masa kini dan yang akan datang, serta harus disesuaikan dengan luas
produksi supaya tidak terjadi kelebihan kapasitas.
(4) Bahan Baku dan Bahan Penolong. Bahan baku dan bahan penolong serta sumber
daya yang diperlukan harus cukup tersedia. Persediaan tersebut harus sesuai dengan
kebutuhan, sehingga persediaan tersebut efisien.
(5) Tenaga Kerja. Berapa jumlah tenaga kerja yang diperlukan dan bagaimana
kualifikasinya. Jumlah dan kualifikasi karyawan harus disesuaikan dengan keperluan
jam kerja dan kualifikasi pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan itu, supaya lebih
tepat, lebih cepat, dan lebih hemat (efisien).
(6) Lay-out adalah tata ruang atau tata letak berbagai fasilitas operasi lay-out harus tepat dan
prosesnya praktis sehingga efisien.
Bila aspek pemasaran dan operasi layak, maka analisis aspek manajemen.
(1) Kepemilikan. Apakah unit bisnis yang akan didirikan milik pribadi (perseorangan) atau
milik bersama (persekutuan seperti CV, PT, dan bentuk badan usaha lainnya). Apa saja
keuntungan dan kerugian dari unit bisnis yang kita pilih tersebut? Hendaknya
dipilih yang tidak berisiko terlalu tinggi dan menguntungkan.
(2) Organisasi. Macam organisasi apa yang diperlukan? Apakah organisasi lini, organisasi
staf, lini dan staf atau bentuk lainnya. Tentukan jenis yang paling tepat dan efisien.
(3) Tim Manajemen. Apakah bisnis akan dikelola sendiri atau melibatkan orang lain
secara profesional. Tergantung pada skala usaha dan kemampuan yang dimiliki
wirausaha. Bila bisnisnya besar, buat team manajemen yang solid.
(4) Karyawan. Karyawan harus disesuaikan dengan jumlah, kualifikasi dan kualitas yang
diperlukan. Bila dari analisis ketiga aspek di atas tidak menimbulkan permasalahan,
maka analisis bisnis dapat diteruskan (go) kepada analisis aspek keuangan. Setelah
aspek pemasaran, operasi, dan manajemen layak, maka analisis berikutnya adalah
aspek keuangan.
(1) Kebutuhan Dana, yaitu kebutuhan dana untuk operasional perusahaan, misalnya
berapa besarn ya dana untuk aktiva tetap, untuk modal kerja dan pembiayaan awal
(2) Sumber Dana. Seperti telah dijelaskan pada Bab 6 ada beberapa sumber dana yang
layak digali, yaitu sumber dana internal (misalnya modal yang d isetor, laba yang ditahan,
penyusutan) dan modal eksternal (misalnya saham-saham, obligasi, dan pinjaman).
(3) Proyeksi Neraca. Sangat penting untuk mengetahui posisi harta dan kekayaan serta
untuk mengetahui kondisi keuangan lainnya. Misalnya posisi aktiva lancar, aktiva
tetap, pasiva lancar, kewajiban jangka panjang dan kekayaan bersih.
(4) Proyeksi Rugi & Laba. Proyeksi rugi & laba dari tahun ketahun memgambarkan
perkiraan laba atau rugi di masa yang akan datang. Komponen rugi & laba meliputi
proyeksi penjualan, proyeksi biaya, dan proyeksi rugi/laba bersih.
(5) Proyeksi Aliran Kas (Cash Flow). Dari aliran kas dapat dilihat kemampuan
perusahaan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban keuangannya. Ada tiga jenis
aliran kas, yaitu:
Rumusnya :
C. Kriteria Investasi
Untuk mengetahui layak tidaknya suatu investasi yang dilakukan dan
menguntungkan secara ekonomis dipergunakan empat kriteria yaitu metode paybeck period,
net present value, internal rate of return dan probability index.
Nilai Investasi
Payback Period x 1 Tahun
Kas Masuk Bersih
Jika payback lebih pendek waktunya daripada maximum payback period, maka usulan
investasi dapat diterima.
Contoh :
Suatu perusahaan menanamkan modalnya dalam bentuk investasi sebesar Rp. 24.000.000
Dari investasi tersebut memperoleh keuntungan setelah pajak sebesar Rp 5.000.000 (lima
juta rupiah) Depresiasi sebesar Rp. 3.000.000 (Aliran Kas masuk Rp. 8.000.000), maka
Payback period adalah :
24.000.000,00
Payback period = 8.000.000,00 x 1 tahun = 3 tahun
p = TR – TC > 0 atau
TR Σ Bt
p = TC (Co Ct) > 0
dimana :
TR = Bt, ialah penerimaan total tahunan (total revenue) yang merupakan manfaat
ekonomis suatu proyek atau disebut juga aliran kas per tahun pada periode t.
Dalam menilai criteria investasi unsure waktu dan rate of interest harus dimasukan
seperti pada penilaian criteria nilai bersih sekarang (Net Present Value)
2. Kriteria Nilai Bersih Sekarang. Perlu diperhatikan bahwa nilai- uang sebagai manfaat
ekonomi dari usaha yang diperkirakan akan diterima dimasa yang akan dating tidak
sama dengan nilai uang yang diterima pada saat sekarang, karena adanya factor interst
rate yang besarnya tertentu dan besarnya biaya yang dianalisis sepanjang waktu. Oleh
sebab itu, dalam studi kelayakan usaha, unsur waktu dan interest rate diperhitungkan.
Rumus :
Bt Ct
N P V( i ) (Co
(1 i ) t (1 i ) t
atau
N P V( i ) SPFt ( t ) SPFt (C t ) dim ana t 1, 2, 3 .. n
t = Periode waktu
PFt = (1 + i)-t
PF2 = (1 + i)-2
p
TR
Bt 0
TC Co Ct
dimana :
π = profit (keuntungan ekonomis)
TR = Bt, ialah penerimaan total tahunan (total revenue) yang merupakan manfaat ekonomis
suatu proyek atau disebut juga aliran kas per tahun pada periode t.
TC = Co + ∑ Ct = Io ialah biaya tahunan yang dikeluarkan disebut sebagai investasi awal
pada periode t.
Co = ialah biaya tetap awal
Ct = ialah biaya variabel
Dalam perhitungan keuntungan seperti diatas masih mengandung unsur kelemahan
sebab tidak memasukkan unsur waktu dan unsur rate of interest atau rate of return ialah
konsep periodik yang mengukur return on investment (ROI). Untuk mengukur “rate of
interest” biasanya digunakan bunga bank yang berlaku secara umum atau berdasarkan tingkat
pengembalian kredit atraktif minimum yang diharapkan investor (expected minimum
attractive rate of return = MARR).
Dalam menilai kriteria investasi unsur waktu dan rate of interest harus dimasukkan, seperti
pada penilaian kriteria nilai bersih sekarang (net present value).
1. Kriteria Nilai Bersih Sekarang. Perlu diperhatikan bahwa nilai uang sebagai manfaat
ekonomi dari usaha yang diperkirakan akan diterima di masa yang akan datang tidak sama
dengan nilai uang yang diterima pada saat sekarang, karena adanya faktor interest rate
yang besarnya tertentu dan besarnya biaya yang dianalisis sepanjang waktu. Oleh sebab
itu, dalam studi kelayakan usaha, unsur waktu dan interest rate diperhitungkan.
Rumus :
Bt Ct
NPV(i ) Co
1 i t
atau
1 i
t
NPV(i) = ∑ PFt (Bt) - ∑ PFt (Ct) dimana t = 1, 2, 3, ……. N
Sedangkan PFt = (1 + i)-t adalah faktor nilai sekarang.
Dimana :
NPV = Nilai bersih sekarang
Bt = Benefit (aliran kas masuk pada periode t)
i = Interest (tingkat bunga bank yang berlaku)
t = Periode waktu
(1 + t)-t = Discount factor atau faktor nilai sekarang atau (PFt)
PFt dapat dihitung sebagai berikut :
PF1 = (1 + i)-1
PF2 = (1 + i)-2
PF3 = (1 + i)-3 dan seterusnya
Bila dimisalkan bunga bank yang berlaku 24%, maka :
PF2 = (1 + 0,24)-2 = 0,6504
Contoh :
Perusahaan konveksi ingin menambahkan mesin jahit baru dengan biaya investasi awal
sebesar Rp. 40 juta. Umur ekonomis mesin ditaksir 5 tahun. Dari hasil survei diperoleh
perkiraan cash flow (penerimaan dan biaya) adalah sebagai berikut (tabel 5.1) :
Tabel 5.1. Penerimaan dan Biaya
Tahun Biaya total (Ct) Penerimaan total (Bt)
(jutaan rupiah) (jutaan rupiah)
0 40 0
1 10 20
2 15 25
3 40 80
4 20 60
5 5 40
Bila uang yang diinvestasikan tersebut dapat pinjaman dari bank dengan bunga 18% per
tahun, apakah keputusan pembelian mesin baru itu layak secara ekonomis? Dengan
menggunakan rumus :
Bt Ct
NPV Co
1 0,18 t
1 0,18
t
Maka dalam tabel (5.2) akan tampak sebagai berikut :
Tabel 5.2. NPV (Net Present Value) untuk Tingkat Bunga 18%.
Tahun PF Ct Bt PF(Ct) PF(Bt) NPV
(1) (2) (3) (4) (5) = (2)(3) (6) = (2)(4) (7) = (6) - (5)
0 1 40 0 40,00 0 -40
1 0,8475 10 20 8,47 16,95 8,48
2 0,7182 15 25 10,77 17,95 7,18
3 0,6086 40 80 24,34 46,69 22,35
4 0,5158 20 60 10,23 30,95 20,63
5 0,4371 5 40 2,19 17,48 15,29
NPV(i=0,18) = NPVt = 33,93
Catatan PFt = (1 + i)-t = (1 + 0,18)-t
Berdasarkan perhitungan NPV diatas, maka keuntungan ekonomis pembelian mesin jahit baru
sebesar Rp. 33,93 juta lebih besar daripada nol, maka pembelian mesin untuk konveksi tersebut
layak berdasarkan pertimbangan ekonomi.
2. Kriteria Rasio Manfaat-Biaya (Benefit Cost Ratio)
Untuk menghitung benefit cost ratio (BCR) digunakan rumus sebagai berikut :
Bt / 1 i
i
BCR(i )
Co Ct /1 i
t
Manfaat ekonomis diperoleh apabila BCR > 1. Dari kasus diatas maka besarnya BCR adalah
sebagai berikut :
PFt(Bt) = 16,95 + 17,95 + 16,96 + 30,95 + 17,48 = 130,02
PFt(Ct) = 40 + 8,47 + 10,77 + 24,34 + 10,32 + 2,19 = 96,09
BCR( i )
PF ( Bt ) 130,02 = 1,35
t
PF Ct 96,09
t
Karena nilai BCR > 1 maka investasi dalam mesin baru pada perusahaan konveksi itu layak
secara ekonomis. Manfaat ekonomis dari pembelian mesin baru adalah 1,35 kali lebih
besar daripada nilai biaya total pada tingkat bunga (interest rate) = 0,18. Dengan besarnya
BCR = 1,35 berarti setiap Rp. 1 yang diinvestasikan akan memberikan hasil sebesar Rp.
1,35 karena itu investasi dalam usaha konveksi tersebut sangat layak. Bila BCR < 1, maka
proyek bisnis memberikan kerugian secara ekonomis.
3. Kriteria internal rate of return (IRR)
Adalah suatu interest rate (i) yang membuat nilai net preset value (NPV) adalah nol atau
disebut juga indeks keuntungan (profitability indeks = PI). Kriteria IRR adalah :
Bila IRR > MARR, maka bisnis layak secara ekonomis.
Dimana :
MARR = minimum attractive rate of return
IRR dapat dihitung dengan cara melakukan coba-coba memasukkan interest rate, yaitu
untuk mengetahui secara pasti berapa nilai interest rate 18% maka nilai NPV = Rp. 33,93
juta yang berarti nilai NPV > 0. Karena nilai NPV > 0 maka kita coba lagi dengan
menggunakan bunga diatas 18%, misalkan 24% sehingga hasilnya adalah sebagai berikut
(tabel 5.3) :
Tabel 5.3. NPV (Net Present Value) untuk Tingkat Bunga 24%.
Tahun PF Ct Bt PF(Ct) PF(Bt) NPV
(1) (2) (3) (4) (5) = (2)(3) (6) = (2)(4) (7) = (6) - (5)
0 1 20 0 40,00 0 -40
1 0,7353 10 20 7,35 14,71 7,36
2 0,5407 15 25 8,11 13,51 5,40
3 0,3975 40 80 15,90 31,80 15,90
4 0,2923 20 60 5,85 17,54 11,69
5 0,2149 5 40 1,01 8,59 7,58
NPV(i=0,18) = NPVt = 7,94
Dengan menggunakan tingkat bunga 24% ternyata NPV nya masih lebih besar daripada 0.
Coba lagi dengan menggunakan tingkat bunga 40%, maka hasilnya sebagai berikut (tabel
5.4) :
Tabel 5.4. NPV (Net Present Value) untuk Tingkat Bunga 40%.
Tahun PF Ct Bt PF(Ct) PF(Bt) NPV
(1) (2) (3) (4) (5) = (2)(3) (6) = (2)(4) (7) = (6) - (5)
0 1 20 0 40,00 0 -40
1 0,7143 10 20 7,14 14,28 7,14
2 0,5102 15 25 7,65 12,76 5,11
3 0,3644 40 80 14,58 29,15 14,57
4 0,2603 20 60 5,20 15,62 10,42
5 0,1859 5 40 0,93 7,43 6,50
NPV(i=0,18) = NPVt = 3,74
Ternyata NPV > 0, maka dicoba lagi dengan menggunakan tingkat bunga sebesar 48
persen. Hasilnya adalah sebagai berikut (tabel 5.5), NPV(i=0,48) :
Tabel 5.5. NPV (Net Present Value) untuk Tingkat Bunga 48%.
Tahun PF Ct Bt PF(Ct) PF(Bt) NPV
(1) (2) (3) (4) (5) = (2)(3) (6) = (2)(4) (7) = (6) - (5)
0 1 20 0 40,00 0 -40
1 0,6757 10 20 6,76 13,51 6,75
2 0,4565 15 25 6,85 11,41 4,56
3 0,3085 40 80 12,34 24,68 12,34
4 0,2084 20 60 4,17 12,50 8,33
5 0,1408 5 40 0,70 5,63 4,93
NPV(i=0,48) = NPVt = -3,09
Setelah dicoba dengan tingkat bunga 48% ternyata nilai NPV < 0. Dengan cara dicoba-
coba seperti diatas, maka diperoleh :
NPV(i-0,18) = 33,93 > 0
NPV(i-0,36) = 7,94 > 0
NPV(i-0,36) = 3,74 > 0
NPV(i-0,48) = -3,09 > 0
NPV = 0 terletak antara interest 40 dan 48, selain diantara angka-angka itu NPV tidak
sama dengan nol. Dengan menggunakan interpolasi;
i = 0,40 → NPV = 3,74
i = 0,48 → NPV = -3,09
maka,
IRR = 0,40 + (3,74 – 0)/(3,74 – (-3,09)(0,48 – 0,40)
IRR = 0,4438 atau 44,38%
Karena pada tingkat interest rate 44,38%, nilai NPV = 0, maka proyek tersebut layak
secara ekonomis.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Dasar Gagasan Membuka Bisnis Baru/Pengembangan Bisnis
1.2. Nama dan Alamat Perusahaan
1.3. Bidang Usaha
1.4. Bentuk Perusahaan
1.5. Gambaran Perkembangan Perusahaan (untuk perusahaan yang sudah ada)
BAB II PROFIL PERUSAHAAN DEWASA INI
(untuk perusahaan yang sudah ada)
2.1. Gambaran Umum Perusahaan
2.2. Perizinan
2.3. Aspek Teknis Produksi/Operasi
2.4. Aspek Pemasaran
2.5. Aspek Manajemen
2.6. Aspek Keuangan
BAB III PROYEK YANG DIUSULKAN
(untuk proyek bisnis baru)
3.1. Proyek yang diusulkan
a. Sifat investasi (baru/perluasan)
b. Jenis Produk (produk utama dan sampingan)
3.2. Aspek Teknis
a. Sifat proyek
b. Jenis dan jumlah produksi
c. Lokasi
d. Bangunan
e. Mesin dan peralatan
f. Lay out process
g. Proses produksi
h. Kapasitas produksi
i. Bahan baku dan bahan penolong
j. Tenaga kerja
3.3. Aspek Pemasaran
a. Peluang Pasar
b. Daerah Pemasaran (Market Segmenting)
c. Pasar Sasaran (Market Targeting)
d. Volume dan Harga Penjualan
e. Masa Hidup Produk
f. Struktur Pasar
g. Persaingan dan Strategi Bersaing
h. Ukuran Pasar dan Pertumbuhannya
i. Pangsa Pasar
j. Gross Profit Margin
3.4. Aspek Manajemen
a. Kepemilikan
b. Struktur Organisasi
c. Tim Manajemen
d. Tenaga Kerja / Karyawan
3.5. Aspek Keuangan
a. Kebutuhan Dana
b. Sumber Dana
c. Prediksi Pendapatan
d. Prediksi Biaya
e. Prediksi Rugi Laba
f. Kriteria Investasi
BAB IV KESIMPULAN
LAMPIRAN
1.3. Membuat Proposal Bisnis
PROPOSAL USAHA
………………………………………………………
(nama perusahaan)
Diajukan kepada :
……………………………………………………..
(Nama Lembaga Penyandang Dana)
……………………………………………………..
(nama pemilik)
……………………………………………………..
(nama perusahaan)
………………………………………………………
(alamat dan telepon)
A. Pendahuluan
1. Latar belakang (perusahaan apa, mengapa, untuk apa perusahaan ini didirikan)
2. Ruang lingkup : (aspek organisasi/manajemen, pemasaran, produksi, keuangan)
B. Organisasi/Manajemen
1. Nama Perusahaan
2. Nama Pemilik/Pimpinan Perusahaan ….
3. Bidang Usaha….
4. Jumlah Karyawan/Tenaga Kerja …..orang
C. Pemasaran
1. Produk yang dipasarkan …..
2. Sasaran konsumen/pembeli…..
3. Wilayah pemasaran ….
4. Rencana penjualan tahunan ….. Unit
D. Teknik/Produksi/Operasi Usaha
1. Kapasitas produksi…… Unit
2. Ketersediaan bahan baku ……..
3. Fasilitas dan sarana produksi
4. Masa implementasi …… tahun/bulan
E. Keuangan
1. Total pembiayaan proyek : Rp. ……....
2. Modal sendiri : Rp. ………
3. Pinjaman yang diajukan : Rp. ………
4. Jangka waktu pengembalian : ……….tahun/bulan : Rp. ………
5. Penjualan per tahun : Rp. ………
6. Keuntungan per tahun : Rp. ………
7. Return On Investment (ROI) : …………...
8. Break Even Point (BEP) : …………...
1. Latar Belakang
1.1. Dasar Gagasan Usaha
Kebutuhan akan …. akhir-akhir ini tampak semakin meningkat sejalan dengan perkembangan
kebutuhan masyarakat.
PT. ….. yang berlokasi di Jalan … No. ….. Telp……berusaha di bidang ….. bertujuan untuk
memperluas dan meningkatkan kapasitas produksi dengan harapan dapat memenuhi
permintaan konsumen yang terus meningkat.
Dalam rangka memperluas dan meningkatkan kapasitas produksi tersebut, maka kami PT.…
memerlukan dana untuk pembelian……… dan modal kerja sebagaimana tercantum dalam
usulan proyek proposal ini.
1.2. Ruang Lingkup
Dalam usulan proposal ini berisikan empat aspek penting yaitu:
1. Aspek organisasi dan manajemen, yang berkaitan dengan nama
perusahaan, bidang usaha, nama pemilik, jumlah karyawan dan organisasi.
2. Aspek pemasaran, yang berkaitan dengan perkembangan pasar saat ini, prospek pasar
dan pemasaran, sasaran pemasaran, rencana penjualan per tahun dari produk yang akan
dipasarkan.
3. Aspek produksi/operasi, berkaitan dengan rencana pendirian, perluasan dan
pengoperasian.
4. Aspek keuangan, berkaitan dengan masalah kebutuhan dana untuk investasi dan modal
kerja, penggunaan dana, kalkulasi biaya, proyeksi pendapatan, dan jadwal pengembalian
pinjaman.
KOMISARIS
Nama Komisaris
DIREKTUR
Nama Direktur
3. Aspek Pemasaran
3.1. Gambaran Umum
a. Jenis produk yang dipasarkan ….
b. Cakupan pemasaran meliputi ….
(misal : kecamatan, kabupaten, propinsi, nasional)
3.2. Permintaan
a. Jumlah Permintaah terhadap produk
1. Sasaran pembeli/konsumen : …………
2. Jumlah konsumen : …………
3. Jumlah kebutuhan : …………
4. Total kebutuhan per tahun : …………
3.8. Tanah/Bangunan
1. Beli (….. m2) Rp. ………
2. Sewa (…. Tahun) Rp. ………
3.9. Utilitas/Sarana
No Nama Biaya Utilitas
1 Pemasangan Instalasi Listrik
2 Pemasangan Instalasi Air/PAM
3 Pemasangan Instalasi Telepon
4 Lain-lain
3.10. Peralatan/Mesin/Kendaraan
No Beli/Sewa Nama Merek Jumlah Harga (Rp)
1 Beli
2 Sewa/th
3 Hibah
BIAYA PROYEK
(dalam Rp.)
KETERANGAN MODAL KREDIT JUMLAH
SENDIRI
A. INVESTASI
1. Tanah
2. Bangunan/toko
3. Mesin dan Peralatan
4. Inventaris Kantor
5. Kendaraan
6. Lain-lain
Total Harta Tetap
B. INVENTARIS PRA-OPERASIONAL
1. Rencana Usaha
2. Perizinan
3. Pelatihan
4. Uji Coba Produksi
5. Lain-lain
Total Pra Operasi
C. TOTAL INVENTARIS (A + B)
D. MODAL KERJA
BIAYA POKOK PRODUKSI
1. Bahan Baku
2. Upah Tenaga Produksi
3. Biaya Umum Pabrik
Total Biaya Produksi
BIAYA USAHA
1. Gaji Pimpinan
2. Gaji Karyawan
3. Biaya Pemasaran
4. Alat Tulis Kantor
5. Biaya Sewa
6. Lain-lain
Total Biaya Usaha
TOTAL BIAYA OPERASI/TAHUN
MODAL KERJA (x Rp)
TOTAL BIAYA PROYEK (C + D)
PERSENTASE
PROYEKSI NERACA
(dalam Rp.)
KETERANGAN Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
0 1 2 3 4 5
1. HARTA
A. Harta Lancar
1. Kas
2. Piutang
3. Persediaan
Total Harta Lancar
B. Harta Tetap
1. Tanah
2. Bangunan
3. Mesin dan Peralatan
4. Investasi
5. Kendaraan
6. Lain-lain
Total Harta Tetap
Akumulasi Penyusutan
Nilai Bk. Harta Tetap
C. Inventaris Pra Operasi
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Harta Tak
Berwujud
Total Harta (A + B + C)
2. HARTA
A. Utang Lancar
1. Utang Dagang
2. Kredit Modal Kerja
Total Utang Lancar
B. Utang Jangka Panjang
Kredit Investasi
Total Utang Jk. Panjang
C. Modal
1. Modal Sendiri
2. Laba Periode Lalu
3. Laba
Total Modal
TOTAL UTANG
MODAL
(A + B + C)
Laba
ROI = x100%
Total Harta
PROYEKSI NERACA
(dalam Rp.)
KETERANGAN Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
0 1 2 3 4 5
A. PENJUALAN
B. BIAYA POKOK PRODUKSI
1. Bahan baku
2. Upah tenaga kerja
3. Biaya umum pabrik
Total Biaya Pokok Produksi
C. LABA KOTOR (A – B)
D. BIAYA USAHA
1. Gaji pimpinan
2. Gaji karyawan
3. Biaya pemasaran
4. Perlengkapan kantor
5. Biaya sewa
6. Lain-lain
Total Biaya Usaha
7. Penyusutan
8. Amortisasi
E. TOTAL BIAYA USAHA
F. LABA USAHA (C – E)
G. BUNGA
H. LABA SEBELUM PAJAK (F-G)
I. PAJAK
J. LABA (H – I)
K. BEP (E/C) x 100%
TOTAL PENJUALAN
(1) Ringkasan Pelaksanaan Usaha Ringkasan Usaha Berisikan Pernyataan Singkat Tentang
a. Kegiatan pokok perusahaan dan sistem pengelolaan
b. Ciri-ciri dari produk / jasa dan pelayanannya
c. Ukuran Pasar dan Prospek / potensi pasar
d. Ringkasan Proyeksi Keuangan
e. Jumlah dana yang diperlukan dan penggunaannya
(2) Deskripsi Usaha. Deskripsi Usaha Harus Memuat Tentang
a. Visi dan Misi perusahaan
b. Tujuan jangka pendek dan jangka panjang
c. Struktur usaha
d. Bentuk perusahaan
(3) Produk dan pelayanan-pelayanan yang akan disajikan, yaitu memuat tentang
a. Produk barang dan jasa apa yang akan disajikan
b. Keunggulan dari barang dan jasa serta pelayanannya
c. Peluang-peluang pengembangan barang dan jasa
d. Keunggulan dalam pengembangan barang dan jasa
(4) Analisis industri. Analisis industri harus memuat:
a. Kecenderungan industri yang disenangi.
b. Kebutuhan pelangan.
c. Potensi/prospek dan perkiraan penjualan untuk setiap target penjualan.
d. Perkiraan perolehan pangsa pasar dari suatu usaha yang akan dicapai.
b. Kebutuhar.-kebutuhanpegawai/karyawann
g. Keperluan inventory/peralatan.
b. Proyeksi pendapatan.
c. Proyeksi saldo.
Agar kita yakin bahwa suatu usaha adalah siap dimulai maka evaluasilah beberapa aspek
sebagai berikut ini:
Identifikasi informasi mark-up dan keuntungan setiap industri untuk mengetahui tingkat
markup yang layak.
Identifikasi informasi lokasi:
a. Bagaimana sikap masyarakat terhadap bisnis Anda apakah positif, negatif, atau
netral.
6. Evaluasi Harga
Keunggulan bersaing apa yang dimiliki bisnis anda. Apakah dalam kualitas, harga,
lokasi, seleksi, pelayanan, atau kecepatan waktu
Gambarkan bagaimana anda meraih keunggulan bersaing melalui kualitas, harga lokasi,
seleksi, pelayanan, dan kecepatan waktu. Apakah akan lebih baik ?
Gunakan cara-cara untuk menenangkan persaingan sebagai berikut :
1. Segera penuhi kebutuhan pelanggan yang belum terpenuhi
2. Gunakan pelayananan yang baik
3. Buatlah etalase yang lebih baik
4. Kualitas yang lebih tinggi dengan harga yang sama
5. Kualitas yang lebih murah bagi kualitas yang sama
6. Jaminan keamanan produksi yang lebih baik
7. Pelayanan kepada pelanggan secara pribadi
8. Informasi produksi yang lebih lengkap dan baik
9. Susunan toko yang lebih menyenagkan
10. lokasi dan kemasan barang yang lebih menarik
8. Evaluasi Pasar dan Pemasaran
Peralatan kantor
Jenis kualita Harga Satuan Jumlah
dst
Jumlah Rp ………..
Mesin dan Peralatan
Jenis kualita Harga Satuan Jumlah
dst
Jumlah Rp ………..
Pembayaran dimuka
- grand opening advertising Rp…………
- Biaya pengurusan Rp…………
- Biaya akuntan Rp…………
- Gaji Karyawan Rp…………
- Biaya khusus lainnya Rp…………
Jumlah pembayaran dimuka
Rp. 50.000.000
Margin kontribusi = Rp. 200.000.000 = 0,25
Jadi break even point tercapai pada jumlah pelanggan sebanyak 12.000 orang
pertahun atau 33 orang perhari
b. Cuaca,
c. Teknologi baru,
e. Selera konsumen,
f. Pesaing baru.
Dari masing-masing risiko tersebut identifikasi apa yang akan Anda lakukan untuk
meminimisasi kerugian
RANGKUMAN
Studi kelayakan usaha merupakan suatu penilaian tentang layak tidaknya suatu usaha
dilaksanakan dan memberi keuntungan secara kontinyu. Ada tiga kegunaan studi
kelayakan, yaitu (1) Untuk merintis usaha baru, (2) Untuk mengembangkan usaha yang sudah
ada, (3) Untuk memilih jenis usaha/proyek yang paling menguntungkan. Oleh sebab itu,
studi kelayakan sangat penting bukan saja bagi para investor dan wirausahawan tetepi juga bagi
pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
Ada beberapa tahap/proses studi kelayakan usaha, yaitu: (1) Tahap perumusan
ide/gagasan, (2) Tahap formulasi tujuan, (3) Tahap analisis, dan (4) Tahap keputuasan.
Adapun aspek-aspek yang harus dianalis dalam studi kelayakan tersebut meliputi: aspek pasar,
aspek teknik, manajemen, aspek financial. Sedangkan pada aspek keputusan, secara
ekonomi bisa dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi, dengan cara menilai
kelayakan dilihat dari segi: "(1) Payback period, (2) Net Present Value Internal Retae on
Return" dan "Probalility Index".
Tindak lanjut dari suatu studi kelayakan usaha adalah membuat proposal/usulan
usaha baik untuk kepentingan perizinan maupun untuk kepentingan usulan dana. Ada
beberapa aspek yang harus dimuat dalam proposal usaha, di antaranya pendahuluan,
organisasi/manajemen, pemasaran, teknik produksi/operasi usaha, dan aspek keuangan.
Di samping membuat studi kelayakan, yang tidak kalah pentingnya adalah membuat
perencanaan usaha, yang meluputi: (1) Ringkasan pelaksanaan usaha, (2) Deskkripsi
Usaha, (3) Produk dan pelayanan yang disajikan, (4) Analisis industri, (5) Analisis pasar, (6)
Strategi pemasaran yang ingin digunakan, (7) Pengelolaan, dan (8) Operasi usaha.
Ingat, bahwa sebelum usaha dimulai lakukanlah evaluasi 'terhadap aspek penting
perusahaan seperti misi, lingkungan, produk, pesaing, keunggulan, harga dan finansial,
dan risiko yang mungkin terjadi.
LATIHAN 8
1. Jelaskan mengapa studi kelayakan usaha sangat penting bagi para wirausahawan?
2. Buatlah suatu studi kelayakan dari perusahaan kecil atau menengah, lalu Anda
analisis aspek-aspek apa saja yang paling layak dari perusahaan tersebut.
3. Betuk kelompok gagasan kewirausahaan minimal dua orang dan maksimal 5 orang.
4. Cari dan diskusikan kesempatan atau, peluang bisnis apa saja yang paling
memungkinkan, kumpulkan dana dan lakukan uji coba produksi.