Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESEARCH BASED LEARNING (RBL)

FI1201 FISIKA DASAR IIA


SEMESTER II 2017-2018

KOIL PELONTAR (COIL GUN)

Disusun oleh:

Anditya Bayu Murti 16317017


Elsa Ramadhani Firzal 16317037
Willy Ivander Pradipta 16317057
An Nisya Fitri 16317085
Annisa Rahmi 16317117
Fary Arif Ganianda 16317125
Fransisca Putri Pratama 16317185
Muhammad Iqbal Ramadhan 16317209
Jonathan 16317217
Ahmad Badruzzzaman 16317221

PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
I. TUJUAN
Menentukan hubungan sudut pelemparan terhadap jarak lontaran peluru berdasarkan
konsep gerak parabola

II. TEORI DASAR


Koil pelontar atau coil gun adalah alat pelontar yang terdiri dari satu atau lebih koil
elektromagnetik guna melontarkan suatu proyektil ferromagnetik. Koil-koil
elektromagnetik ini disusun dalam suatu rangkaian tertentu sehingga dapat menghasilkan
gaya lontar yang berasal dari tenaga magnet untuk menembakkan suatu peluru atau
proyektil.
Alat pelontar yang dibuat memilliki cara kerja yang sama dengan ketapel, yaitu
melontarkan bola sejauh mungkin, namun kali ini tidak secara manual melainkan dengan
bantuan peralatan listrik.
Koil pelontar atau yang biasa disebut dengan coilgun atau gauss gun merupakan
suatu alat yang menyerupai akselerator peluru yang terdiri dari satu atau dua kumparan
(solenoida) sebagai elektromagnet. Kumparan atau koil berfungsi untuk mempercepat
peluru berbahan feromagnetik yang bergerak dari dalam kumparan tersebut dan terlontar

keluar dengan kecepatan tertentu.

Prinsip Kerja
1. Gaya Pegas
Gaya pegas adalah gaya sentuh yang dimiliki oleh benda diam. Pegas bila diregang
dengan gaya tertentu akan menghasilkan energi potensial. Pada alat pelontar ini, gaya
pegas akan menghasilkan energi potensial dan energi gerak. Energi yang dimiliki bola
yang bergerak dengan kecepatan tertentu disebut energi kinetik yang akan menyebabkan
bola bergerak parabola. Benda yang bergerak memiliki kemampuan untuk melakukan
kerja, karenanya dapat dikatakan memiliki energi. Energi pada benda yang bergerak
disebut energi kinetik.

2. Energi Potensial Gravitasi


Energi potensial adalah energi yang tersimpan dalam suatu benda karena
ketinggiannya. Energi potensial dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi dan tempat
ketinggian benda. Semakin tinggi dan semakin besar massa benda, maka energi
potensialnya semakin besar. Sebaliknya, jika massa benda semakin kecil dan ketinggian
benda semakin rendah, maka energi potensialnya semakin kecil. Jika benda terletak di
atas tanah, maka energi potensialnya nol. Jadi energi potensial ini identik dengan letak
ketinggian benda. Satuan energi potensial adalah joule.

3. Energi Potensial Elastis


Sebagaimana dijelaskan pada bagian awal tulisan ini, selain energi potensial
gravitasi terdapat juga energi potensial elastis. EP elestis berhubungan dengan benda-
benda yang elastis, misalnya pegas. Mari kita bayangkan sebuah pegas yang ditekan
dengan tangan. Apabila kita melepaskan tekanan pada pegas, maka pegas tersebut
melakukan usaha pada tangan kita. Efek yang dirasakan adalah tangan kita terasa seperti
di dorong. Apabila kita menempelkan sebuah benda pada ujung pegas, kemudian pegas
tersebut kita tekan, maka setelah dilepaskan benda yang berada di ujung pegas pasti
terlempar

4. Gerak Peluru / Parabola


Gerak peluru atau parabola pada dasarnya merupakan perpaduan antara gerak horizontal
(searah dengan sumbu x) dengan vertikal (searah sumbu y). Pada gerak horizontal bersifat GLB
(Gerak Lurus Beraturan) karena gesekan udara diabaikan. Sedangkan pada serak vertikal bersifat
GLBB (Gerak Lurus Berubah Beraturan) karena pengaruh percepatan grafitasi bumi (g).
A. Kecepatan
Disebabkan gerak parabola yang merupakan perpaduan antara dua gerak maka
masing-masing elemen gerak kita cari secara terpisah. Rumusnya sebagai berikut :

Jadi vx merupakan peruraian kecepatan awal (vo) terhadap sumbu x sedangkan vy


merupakan peruraian kecepatan awal (vo) terhadap sumbu y. Nilai vx sepanjang waktu
terjadinya gerak parabola bersifat tetap karena merupakan GLB. Namun nilai vy berubah
karena pengaruh percepatan grafitasi bumi, sehingga saat peluru naik merupakan GLBB
diperlambat dan saat peluru turun merupakan GLBB dipercepat.

Setelah kita mendapatkan nilai vx dan vy, dapat dicari kecepatan gabungannya
dengan menggunakan rumus :

Disaat peluru mencapai titik tertinggi maka vy = 0 maka v = vx. Selain itu, rumus vy
di atas hanya berlaku untuk awal peluru bergerak sampai mencapai titik tertinggi. Saat
nilai vy < 0 atau negatif maka rumus tersebut tidak berlaku lagi.
Untuk kasus vy < 0, maka vy kita cari dengan menggunakan rumus Gerak Jatuh
Bebas. Tentu saja waktu yang dimasukkan dalam rumus telah dikurangi terlebih dahulu
dengan waktu saat mencapai titik tertinggi, karena saat melewati titik tertinggi kita
menggunakan rumus baru. Jadi waktunya pun dimulai dari titik ini juga dan bukan dari
waktu peluru mulai bergerak. Mengenai waktu untuk mencapai titik tertinggi akan
dibahas di bawah.

B. Jarak Tempuh
Jarak tempuh Peluru juga terdiri atas dua jenis yakni ketinggian peluru (y) dan jarak
horizontal/mendatar peluru (x), adapun rumus jarak tempuh sebagai berikut

Seperti halnya kecepatan peluru, rumus di atas untuk yang bagian ketinggian
peluru (y) hanya berlaku untuk setengah gerakan awal yakni awal peluru bergerak
hingga titik tertinggi. Saat melampaui titik tertinggi maka gerakan vertikalnya sama
halnya dengan gerak jatuh bebas, baik kecepatannya (vy) maupun ketinggiannya (y atau
h).

C. Ketinggian Maksimal (hmaks) dan Jarak Tempuh Maksimal (xmaks)


Rumus ketinggian maksimum adalah :

dan waktu saat ketinggian maksimum terjadi :

bila diketahui ketinggan maksimumnya juga dapat dicari waktunya dengan rumus :

demikian pula bila waktu saat ketinggian maksimum diketahui maka ketinggian
maksimumnya dapat dicari dengan rumus :
Sedangkan jarak tempuh horizontal terjauh/maksimalnya dapat dicari dengan rumus :

yang harus diingat adalah pelajaran trigonometri bahwa nilai sin 2a = 2.sin a.cos a
waktu untuk mencapai jarak tempuh terjauh sama dengan dua kali waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai titik tertinggi :

Keterangan :
hmaks = Ketinggian maksimum (m)
xmaks = Jarak tempuh mendatar/horizontal terjauh (m)
t = Waktu (s)

* untuk memperoleh jarak tempuh horizontal terjauh dengankecepatan awal yang sama
adalah dengan sudut elevasi sebesar 45o.

Saat terjadi pengisian pada kapasitor, kapasitor menyimpan energi. Jumlah energi

yang disimpan di dalam kapasitor memenuhi persamaan : U = (Q∆ V2). Ketika energi

tersebut melewati kumparan, arus yang bergerak menimbulkan medan yang mengarah ke
tengan kumparan. Namun karena disipasi yang cepat oleh kapasitor, medan yang
ditimbulkan hanya berlangsung selama sepersekian detik atau dapat dikatakan
berlangsung sangat singkat. Kemungkinan lain yang dapat terjadi yaitu peluru akan
berosilasi di sekitar area tengah kumparan hingga medan hilang. Akibat dari disipasi yang
singkat, peluru dapat dengan cepat terlontar ke tengah, lalu saat medan hilang,
momentum dari peluru tersebut membawa peluru keluar dari tabung atau pipa tempat
kumparan dililitkan.
Secara lebih rinci, pada saat pengisian kapasitor, digunakan rangkaian RC. Anggap
𝜀 adalah ggl total, R adalah hambatan resistor, dan C adalah kapasitansi kapasitor. Dengan
menganalisis rangkaian menggunakan hukum Kirchoff ke-2:

dengan waktu pengisian t.

Setelah itu, pengisian dihentikan dan saklar lain ditekan sehingga terjadi
pengosongan kapasitor. Akibat pengosongan kapasitor ini, arus mengalir melalui
induktor. Anggap L adalah induktansi, N adalah jumlah lilitan, d adalah diameter
tabung, dan l adalah panjang bagian tabung yang dililiti kawat. Dari hukum Ampere,

Dari definisi induktansi,

.
Rangkaian yang tertutup terdiri atas kapasitor yang sudah terisi, induktor, dan
resistor. Energi yang terdapat dalam rangkaian adalah energi dari medan magnetik pada
induktor, yakni

dan energi listrik pada kapasitor, yakni

.
Kedua energi ini didisipasikan oleh resistor dalam rangkaian sehingga memenuhi
persamaan diferensial

sehingga

Persamaan diferensial ini memiliki solusi dalam bentuk

dan arus adalah

Dengan mendapatkan nilai arus, dapat dicari nilai gaya yang dikerjakan oleh
solenoid. Asumsikan peluru mengisi hampir penuh solenoid. Energi dari medan magnet
dalam solenoida adalah

sehingga gaya (yang diasumsikan bekerja memindahkan peluru sepanjang l) adalah

.
Setelah penurunan yang cukup panjang, didapat gaya oleh solenoid sebesar

dengan g adalah jarak antara dinding solenoida dan pinggiran peluru. Jika massa
peluru adalah m, maka percepatan yang dialami peluru adalah
Asumsikan peluru adalah benda titik dan gaya bekerja sepanjang l, yaitu panjang
tabung yang dilapisi kawat. Kecepatan peluru setelah melewati solenoid adalah

Kecepatan/ yang dialami peluru saat terlontar keluar dapat diuraikan dalam
komponen x dan komponen y. Anggap sudut yang dibuat ujung coil gun dengan bidang
horizontal adalah 𝜃. Persamaan gerak peluru pada arah vertikal adalah

.
Pada saat mendarat, y = 0. Sebab t saat mendarat tidak nol, maka waktu pendaratan
adalah

.
Dengan mensubstitusikan waktu ini ke persamaan gerak arah x (horizontal),

sehingga sudut yang diperlukan adalah

III. METODE PERCOBAAN


A. Desain dan Bahan
Koil pelontar yang digunakan dalam percobaan ini memanfaatkan empat buah
baterai sebagai sumber tegangan. Baterai yang digunakan adalah baterai ukuran 9 volt
dengan tegangan masing-masing baterainya sebesar 9 volt. Sehingga total tegangan dari
rangkaian ini sebesar 36 volt. Keempat baterai ini kemudian dihubungkan dengan
kapasitor.
Tabel III.1 Daftar Alat dan Bahan RBL
No. Nama Alat dan Bahan Harga (Rp)
1 Baterai 7.500,00
2 Kumparan + paralon kawat lilit 80.000,00
3 Kabel 1 meter 2.500,00
4 Casing TV bekas 25.000,00
5 Kapasitor 80.000,00
6 Kayu 5.000,00
Total pengeluaran (Rp) 200.000,00

B. Cara Kerja Alat


1. Arus mengalir ke kapasitor
2. Setelah kapasitor penuh, arus diputus
3. Microswitch ditekan untuk mengalirkan muatan yang berada di kapasitor pada rangkaian
L-C
4. Setelah mengalir dari rangkaian L-C, kumparan menyimpan muatan dalam bentuk
medan magnet
5. Lalu benda akan tertarik oleh medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan.

C. Prosedur Percobaan
1. Atur sudut elevasi paralon terhadap bidang datar
2. Masukkan peluru ke dalam paralon
3. Tekan microswitch dengan segera
4. Peluru akan keluar dari paralon dengan jarak tertentu sesuai sudut elevasi yang digunakan
5. Ukur jarak peluru yang keluar dari paralon
6. Lakukan seperti langkah di atas dengan memvariasikan sudut elevasi

IV. PERHITUNGAN BERDASARKAN DESAIN ALAT DAN TEORI DASAR


a. Penghitungan Muatan Kapasitor
Pada saat pengisian kapasitor, digunakan rangkaian RC. Asumsikan hambatan
dalam batrai mendekati 0𝛺, 𝜀 = 36 V adalah ggl total (sebab digunakan baterai 9V),
dan C = 8600 𝜇F.
Dengan menggunakan hukum Kirchoff ke-2:
dengan waktu pengisian t=50 s, setelah pengisian, q= 0,3096 C.

sehingga diperoleh besar arus dalam rangkaian berdasarkan perhitungan


𝑞
𝑖=
𝑡

Yaitu 6,192 𝑥10−3 𝐴

sehingga gaya yang ditimbulkan solenoid sesuai dengan penurunan rumus pada teori
dasar.

dengan g = 0,5 cm, yakni F = 0,013527 N.

Dengan massa peluru yang kita gunakan sebesar 1,382 g. Akan diperoleh percepatan
benda sebesar 9,78825 m/s.

Sehingga kecepatan yang diperoleh dengan rumus sebesar


0,7403661256 m/s.

Dengan menggunakan rumus disamping,


dan melakukan variasi sudut elevasi, akan diperoleh jarak secara teoritis

No. Sudut Elevasi Jarak Teoritis (cm)


1. 15˚ 27,96
2 30˚ 48,43
3. 45˚ 55,93
4. 60˚ 48,43
5. 75˚ 27,96
V. PENGAMBILAN DATA PERCOBAAN

Tabel V.1 Data hubungan jarak lontaran dan sudut sistem pelontar
No. Sudut (derajat) Jarak (cm)
1 15̊ 108
2 30̊ 114
3 45̊ 135.5
4 60̊ 105
5 75̊ 57

Jarak (cm)
160
140
120
100
80
60
40
20
0
15̊ 30̊ 45̊ 60̊ 75̊

Grafik 1.Hubungan jarak lontaran dan sudut system pelontar

VI. ANALISIS
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, hasilnya berbeda dengan hasil teoritis.
Hal tersebut terjadi dikarenakan jumlah muatan yang tersimpan dalam kapasitor,
sehingga jika kapasitor yang kita gunalan memiliki kapasitansi yang lebih besar maka
akan menampung muatan dalam bentuk medan listrik, tetapi jika kapasitansi terlalu besar
maka akan menyebabkan rangkaian menjadi kapasitif dan daya lontar berkurang. Massa
peluru harus disesuaikan dengan kemampuan daya lontar yang digunakan. Jumlah lilitan
pada kumparan disesuaikan dengan kapasitor yang digunakan, karena jika jumlah lilitan
tidak sesuai dapat menyebabkan rangkaian menjadi kapasitif atau menjadi induktif.
VII. KESIMPULAN
Melalui percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hubungan antara sudut pelemparan
terhadap jarak lontaran peluru sebagai fungsi parabolic, seperti pada grafik 5.1. Dari
grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa jarak lontaran peluru terjauh yaitu pada sudut
45̊.

VIII. REFERENSI
https://www.matrapendidikan.com/2017/10/perinsip-dan-cara-kerja-ketapel.html
diakses pada Selasa, 24 April 2018 pukul 08.20 WIB.
http://fismath.com/rumus-energi-potensial-dan-contoh-soal-energi-potensial/ diakses
pada Selasa, 24 April 2018 pukul 08.40 WIB.
http://fisikablogscience.blogspot.co.id/2009/12/energi-potensial-dan-energi-kinetik.html
diakses pada Selasa, 24 April 2018 pukul 08.45 WIB.
https://mediabelajaronline.blogspot.co.id/2010/10/gerak-peluruparabola.html diakses
pada Selasa, 24 April 2018 pukul 08.50 WIB.
https://mediabelajaronline.blogspot.co.id/2010/10/gerak-peluruparabola.html diakses
pada Selasa, 24 April 2018 pukul 09.00 WIB.
stewartphysics.com/honors/honorspr10/kylelorentson.pdf diakses pada Selasa, 24 April
2018 pukul 22.00 WIB.
http://www.coilgun.eclipse.co.uk/coilgun_basics_1.html diakses pada Selasa, 24 April
2018 pukul 22.00 WIB.
http://www.coilgun.eclipse.co.uk/experiments.html diakses pada Selasa, 24 April 2018
pukul 22.00 WIB.

IX. PEMBAGIAN TUGAS

Nama ( NIM ) Deskripsi Tugas


Anditya Bayu Murti ( 16317017 ) Divisi Kreatif dan Dokumentasi
Elsa Ramadhani Firzal (16317037 ) Sekretaris
Willy Ivander Pradipta (16317057 ) Ketua Projek
An Nisya Fitri (16317085 ) Wakil Ketua Projek
Annisa Rahmi (16317117 ) Sekretaris
Fary Arif Ganianda (16317125 ) Divisi Kreatif dan Dokumentasi
Fransisca Putri Pratama (16317185 ) Bendahara
Muhammad Iqbal Ramadhan (16317209 ) Divisi Kreatif dan Dokumentasi
Jonathan ( 16317217 ) Divisi Quality Control
Ahmad Badruzzaman (16317221) Divisi Design dan Manufaktur

Anda mungkin juga menyukai