Analisis Resiko Laboratorium Mikrobiologi
Analisis Resiko Laboratorium Mikrobiologi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang................................................................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 4
1.4. Manfaat Penulisan Makalah ........................................................................................... 4
Bab II
Isi
2.1. Definisi SMK3 pada Laboratorium .................................................................................. 5
2.2. Metode Analisis Resiko ................................................................................................... 8
2.3. Resiko di Laboratorium Mikrobiologi ........................................................................... 12
2.4. Analisis Resiko Dominan ............................................................................................... 13
2.5. Alternatif Perbaikan ...................................................................................................... 13
Bab III
Penutup
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 14
1
Kata Pengantar
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ANALISIS RESIKO DI
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
2
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
3
1.3. Tujuan Penulisan
4
Bab II
Isi
A. /Planning /(perencanaan)
B. /Organizing/ (organisasi)
C. /Actuating /(pelaksanaan)
D. /Controlling /(pengawasan)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di
masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini adalah
keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium. Dalam perencanaan, kegiatan yang
ditentukan meliputi :
b. bagaimana mengerjakannya
c. mengapa mengerjakan
Kegiatan laboratorium sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah
mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-metoda
yang dipakai makin banyak ragamnya; semuanya menyebabkan risiko bahaya yang
dapat terjadi dalam laboratorium makin besar. Oleh karena itu usaha-usaha
5
pengamanan kerja di laboratorium harus ditangani secara serius oleh organisasi
keselamatan kerja laboratorium.
6. dan lain-lain.
Perlu juga dipikirkan kedudukan dan peran organisasi /Cermin Dunia Kedokteran No.
154, 2007 5/ background image Manajemen keselamatan kerja profesi (PDS-Patklin)
ataupun organisasi seminat (Patelki, HKKI) dalam kiprah organisasi keselamatan dan
kesehatan kerja laboratorium ini. Anggota organisasi profesi atau seminat yang terkait
dengan kegiatan laboratorium dapat diangkat menjadi anggota komisi di tingkat daerah
(wilayah) maupun tingkat pusat (nasional). Selain itu organisasi-organisasi profesi atau
seminat tersebut dapat juga membentuk badan independen yang berfungsi sebagai
lembaga penasehat atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Laboratorium.
6
aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang bekerja dalam laboratorium wajib
mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber
kecelakaan kerja dalam laboratorium, serta memiliki kemampuan dan pengetahuan
yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja
tersebut. Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani
berbagai spesimen reagensia dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan
ini timbul permasalahan, keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas
manajer untuk mengambil keputusan penyelesaiannya.
a. adanya rencana
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang perlunya
disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di laboratorium.
Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha pencegahan bahaya yang
bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan. Dalam laboratorium perlu
dibentuk pengawasan labora- torium yang tugasnya antara lain :
6. dan lain-lain.
7
2.2. Metode Analisis Resiko
Tahapan metode yang dilakukan pada penelitian ini dapat diurutkan sebagai berikut :
1. Tahap Identifikasi Kejadian dan Faktor Risiko
Identifikasi kejadian risiko dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di
lapangan selama periode penelitian. Hasil pengamatan kemudian didiskusikan dengan pihak
perusahaan untuk mendapatkan validasi dan data sekunder yang mendukung. Kemudian
dilakukan pengelompokan kejadian risiko berdasarkan potensi penyebab kejadian risiko yang
serupa ke dalam faktor risiko.
Berikut ini adalah skala yang digunakan untuk penilaian S (severity), O (occurance), D
(detection) dan RPN (Risk Priority Number).
Skala Definisi
1 Jika tidak ada dampak yang diakibatkan sangat kecil bagi manusia, proses
produksi, property atau menyebabkan perawatan fisik setidaknya dalam 15
menit.
2 Jika terjadi luka kecil tetapi cukup hanya dirawat oleh tim p3k dan / menyebabkan
satu hari kerja hilang atau kurang.
Jika dampak yang terjadi mengakibatkan gangguan kesehatan dan dapat
disembuhkan dalam waktu satu minggu atau kurang.
Jika dampak yang terjadi menyebabkan interupsi satu jam pada proses produks,
kerusakan property dapat diperbaiki dalam satu hari dan mengacu pada penilaian
kerugian skala2
8
3 Jika terjadi luka berat dan / menyebabkan sedikitnya dua hari kerja hilang atau
kurang, interupsi proses produksi kurang dari setengah shift kerja atau
penurunan kapasitas produksi, kerusakan property dapat diperbaiki kurang dari
satu minggu dan mengacu pada penilaian kerugian skala 3
Jika dampak yang terjadi mengakibatkan gangguan kesehatan dan dapat
disembuhkan dalam waktu satu minggu sampai enam bulan.
4 Jika terjadi luka berat dan membutuhkan perawatan dirumah sakit dan atau
menyebabkan hari kerja hilang lebih dari dua hari.
Jika dampak yang terjadi mengakibatkan gangguan kesehatan yang tidak dapat
disembuhkan dan menyebabkan kematian.
Jika dampak yang terjadi mengakibatkan kecacatan sementara, interupsi proses
produksi dalam setengah sampai satu shift kerja, kerusakan properti yang dapat
diperbaiki dalam satu minggu dan mengacu pada penilaian kerugian skala4.
5 Jika dampak yang terjadi mengakibatkan kecacatan permanen atau parsial atau
bahkan kematian, kerusakan total terhadap property, interupsi proses produksi
setidaknya satu hari kerja (2 shift kerja).
Skala Definisi
1 (Sangat Penyebab bahaya terjadi satu kali dalam satu shift kerja dengan durasi waktu
Jarang sangat pendek atau pendek (sangat jarang dilakukan)
Terjadi) Penyebab bahaya terjadi dalam kondisi yang tidak dapat diduga/diketahui
sama sekali bakal terjadi.
2 (Jarang Penyebab bahaya terjadi lebih dari satu kali dalam satu shift kerja tetapi
Terjadi) dengan durasi waktu yang sangat pendek/tidak signifikan
Penyebab bahaya terjadi karena kesalahan manusia/kegagalan peralatan /
mesin.
3 Penyebab bahaya terjadi lebih dari dari satu kali dengan durasi waktu kerja
(Sedang) pendek/signifikan dan secara akumulasi waktu mencapai setengah shift kerja.
Penyebab bahaya terjadi satu kali dalam satu shift dengan durasi waktu yang
lama hinggan mencapai setengah shift kerja.
Penyebab bahaya berhubungan dengan dilakukannya suatu kegiatan diarea
berbahaya namun tidak secara konstan dilakukan.
4 (Sering Penyebab bahaya terjadi lebih dari satu kali dalam satu shift kerja dengan
Terjadi) durasi waktu yang cukup lama dan mendominasi saluruh kegiatan dalam satu
shift.
Penyebab bahaya terjadi satu kali dalam shift kerja dengan durasi waktu yang
lama hingga mencapai lebih dari setengah shift kerja
Penyebab bahaya terjadi dalam kondisi dimana akibat dari bahaya tetap
dirasakan dalam durasi pendek setelah kegiatan selesai dilakukan.
9
5 (Pasti Penyebab bahaya terjadi dalam satu shift kerja tanpa ada variasi aktifitas lain
Terjadi) yang signifikan.
Penyebab bahaya terjadi dalam kondisi yang sama sekali tidak dapat
dihindarkan atau berlangsung terus menerus dalam kurun waktu shift kerja
penuh.
(Sumber : Sugiarto, 2009)
Skala Definisi
1 Kontrol proses dapat mendeteksi dan / mencegah penyebab bahaya sehingga
kemungkinan bahaya terjadi menjadi kecil atau bahkan tidak terjadi sama
sekali.
Control sangat dapat mengendalikn bahaya atau dampak.
Terdapat peraturan pemerintah dan telah dipenuhi secara penuh.
2 Control proses memiliki kemampuan yang besar dalam pendeteksian atau
pencegahan penyebab bahaya sehingga penyebab bahaya/aspek bahaya jarang
terjadi.
Control proses mampu untuk mengendalikan bahaya atau dampak dari bahaya.
Terdapat peraturan pemerintah dan lebih dari setengah telah dipenuhi.
3 Control proses dapat mendeteksi dan / mencegah penyebab bahaya atau
kurang dapat mencegah terjadinya penyebab bahaya sehingga kemungkinan
untuk terjadi bahaya menjadi masih sering terjadi.
Control proses cukup mampu untuk mengendalikan bahaya / dampak dari
bahaya.
Terdapat peraturan pemerintah dan setengah telah dipenuhi.
4 Control proses memiliki kemampuan yang kecil dalam pendeteksian atau
pencegahan bahaya atau tidak dapat mencegah terjadinya penyebab bahaya
sehingga aspek bahaya menjadi lebih sering terjadi.
Control proses kurang mampu untuk mengendalikan bahaya atau dampak dari
bahaya.
Terdapat peraturan pemerintah dan kurang dari setengah telah dipenuhi.
5 Control proses tidak mampu untuk mendeteksi dan/mencegah penyebab
bahaya.
Control proses tidak mampu mengendalikan bahaya atau dampak dari bahaya
Terdapat peraturan pemerintah dan belum dipenuhi sama sekali.
(Sumber : Sugiarto, 2009)
Setelah menentukan nilai-nilai tersebut dilakukan perhitungan RPN (risk priority number)
yang diterima perusahaan. Berikut adalah tabel pembagian prioritas berdasarkan nilai RPN.
10
Tabel 4. Nilai Risk Priority Number
11
2.3. Resiko di Laboratorium Mikrobiologi
a. Faktor Resiko
12
4 Terpeleset Keadaan lantai yang basah dan licin 4
5 Memar/Terluka Terkena pecahan gelas, terjatuh 3
13
Bab III
Penutup
3.1. Kesimpulan
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah
pencapaian tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan
mempergunakan bantuan orang lain.
3.2. Saran
Dari apa yang penulis sampaikan. Penulis menyarankan bahwa
pelaksanaan system manajemen kesehatan dan keselamatan kerja harus
dilakukan dalam setiap laboratorium terutama dalam hal ini Laboratorium
Mikrobiologi. Yang mana kita ketahui bahwa banyak kemungkinan kecelakaan
yang terjadi dalam laboratorium mikrobiologi ini.
Oleh karena itu diharapkan kepada praktikan, pengurus laboratorium,
serta semua pihak yang ikut serta dalam pelaksaan kerja di laboratorium
mikrobiologi utuk bersama bekerja dalam system menajemen kesehatan dan
keselamatan kerja untuk meningkatkan produktivitas dan tentunya kesehatan
keselamatan kerja itu sendiri.
14