Anda di halaman 1dari 3

Artikel Pendek

Pemahaman BEERS Kriteria untuk Mencegah Efek Obat Berbahaya pada Lansia
Oleh : dr. Ida Bagus Aditya Nugraha, Sp.PD

Pendahuluan
American Geriatric Society (AGS) Beers Kriteria merupakan sebuah kriteria baru yang
dibuat untuk pemahaman dan pengenalan terhadap efek obat yang berbahaya pada lansia telah
digunakan secara luas oleh para dokter, peneliti, praktisi kesehatan, dan paramedis. Pertama kali
diperkenalkan sejak tahun 2011, kemudian mengalami perubahan dan pembaharuan setiap tiga
tahun sekali. Pada tahun 2019 AGS kembali mengeluarkan kriteria terbaru yang merupakan
pembaharuan dari kriteria sebelumnya (tahun 2015) yang disusun setelah hasil pertemuan dengan
beberapa ahli dari berbagai multidisiplin.
BEERS Kriteria
Target utama dalam penyusunan serta pembaharuan kriteria ini adalah para klinisi. Kriteria
ini berlaku pada seluruh unit perawatan kecuali pada unit paliatif serta unit hospice. Proses
penyusunan ini meliputi proses review dan telaah jurnal dan literature dari para ahli, dengan lebih
kurang 17.627 referensi, 5403 abstract kemudian dari keseluruhan artikel tersebut akhirnya diolah
dalam bentuk tabel tabel berisi beberapa evidenced based, 67 systematic review, 29 studi uji klinis,
serta 281 studi observasional.
Penggunaaan obat antagonist reseptor H-2 pada krteria sebelumnya telah dirubah untuk
kriteria 2019, di mana obat ini tidak dimasukkan lagi pada kriteria yang harus dihindari pada pasien
dengan dementia atau gangguan kognitif, karena setelah dilakukan pengkajian pada bukti empiris,
kajian literature, tidak didapatkan sumber yang kuat. Namun penggunaan obat antagonist reseptor
H-2 pada kondisi delirium masih tetap dalam kriteria harus dihindari.
Pyrilamine dan methscopolamine sebagai dua katagori obat baru yang ditambahkan pada
kriteria obat antikolinergik yang harus dihindari. Pada penggunaaan beberapa obat terkait dengan
kriteria obat pada sistem cardiovascular, bahwa terdapat rekomendasi untuk menghindari pemilihan
digoxim dalam terapi lini pertama untuk fibrilasi atrium dan gagal jantung.
Pada penggunaan obat atau insulin untuk penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) juga
terdapat perubahan dengan penggunaan drip insulin secara sliding scale dan penggunaan
sulfonylurea golongan glimepiride dengan risiko terjadi hipoglikemia yang berkepanjangan.
Beberapa obat obatan seperti Serotonin Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRI) juga
ditambahkan pada kriteria obat obatan yang harus dihindari dan dipertimbagkan karena efek
samping yang menyebabkan risiko jatuh serta fraktur.
Quetiapine, clozapine, dan pimavanserin sebagai pengobatan anti Parkinson juga mendapat
perhatian untuk berhati berhati digunakan pada pencegahan pasien dengan Parkinson.
Pada kondisi pasien lansia dengan komorbid gagal jantung penggunaan beberapa obat
obatan seperti penyekat kanal kalsium tip nondihidroperidin juga harus dihindari khususnya pada
gagal jantung dengan penurunan fraksi ejeksi, penggunaan golongan obat anti iflamasi non steroid
seperti golongan penghambat siklooksigenase 2 (COX-2), tiazolidindione (TZD), serta dronedarone
juga harus digunakan dengan pengawasan khusus pada lansia. Cilostasol juga harus dihindari pada
penggunaannya untuk lansia dengan gangguan fungsi jantung.

Ilustrasi Kasus dan Diskusi Pentingnya Penggunaan BEERS Kriteria


Seorang pasien perempuan berusia 87 tahun datang berobat dengan keluhan nyeri di bagian
pingggang dan nervus sciaticanya, datang ke Pusat Kesehatan Masayarakat (PKM) dan mendapat
beberapa pengobatan seperti prednisone, baclofen, dan diijinkan rawat jalan. Dalam pemantauan
ternyata pasien mengalami perubahan status mental (delirium) dan akhirnya dibawa ke Unit Gawat
Darurat. Dalam pemantauan ternyata terdapat keluhan lain yaitu nyeri perut, dan pasien ini
mendapatkan tambahan pengobatan yaitu antibiotika dan obat pencegah pompa proton. Akhirnya
pasien mengalami diare dehidrasi berat dan harus dibawa kembali ke UGD.
Pada ilustrasi kasus ini dapat kita pikirkan suatu pemberian obat yang tidak tepat dan
kekurangan rekan sejawat dalam memperhatikan penggunaan kriteria BEERS sehingga
menyebabkan akibat yang buruk pada pasien yang kita rawat. Pemberian prednisone dan baclofen
(obat pelemas otot) dalam ilustrasi kasus ini terbukti menyebabkan atau menginduksi terjadinya
delirium, serta juga menyebabkan rasa tidak nyaman pada lambung, dan nyeri. Pemberian obat
antibiotika dan pencegahan pompa proton juga justru menyebabkan diare yang berat yang justru
menyebabkan diare yang berhubungan dengan antibiotika. Untungnya pada ilustrasi kasus ini yang
kami ikuti pasien mengalami kondisi pemulihan kembali dari status mentalnya.
Pelajaran yang kita dapat pada kasus ini bahwa kesalahan atau kekeliruan dalam
mendiagnosis masih terjadi sekitar 15-20%, dan ketidaktahuan atau kekurangan para teman sejawat
dalam pemahaman BEERS kriteria ini masih sangat rendah. Oleh sebab itu melalui artikel ini
diharapkan meningkatkan kewaspadaan para sejawat dalam memberikan peresepan obat kepada
psien khususnya pasien dalam kondisi lansia, agar tepat dosis, tepat indikasi, dan meminimalisir
efek samping.
Kesimpulan
Dari beberapa ilustrasi yang telah dipaparkan diharapkan dapat membuka wawasan para
sejawat untuk semakin rajin mengupdate pengetahuan, dan juga dalam melakukan praktek
kedokteran agar dapat melakukan peresepan yang rasional. BEERS Kriteria sebagai salah satu
kriteria yang direkomendasikan dalam membantu sejawat untuk peresepan khususnya pada lansia
agar dapat menghindari beberapa kejadian efek samping obat dan terjadinya misdiagnosis.

Referensi
1. American Geriatric Society 2019. Updated AGS BEERS Criteria for Potentially Inappropriate
Medication Use in Older Adults. Available at :
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/jgs.15767 . Accesed : 03rd October 2019.
2. The Dangers of Ignoring the Beers Criteria-The Prescribing Cascade. Derhodes K. Available at:
https://jamanetwork.com/journals/jamainternalmedicine/article-abstract/2732693. Accesed : 03rd
October 2019. .

Anda mungkin juga menyukai