NOMOR : 270/KPTS/RSAL/II/2018
TENTANG
ASESMEN ULANG RUMAH SAKIT ARUN LHOKSEUMAWE
Menimbang :
a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit, maka perlu penyelenggaraan asesmen ulang yang
efektif;
b. bahwa agar asesmen pasien di rumah sakit dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya kebijakan Rumah Sakit sebagai
landasan bagi penyelenggaraan asesmen ulang di RS Arun
Lhokseumawe;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b, perlu menetapkan kebijakan Asesmen
Ulang RS Arun Lhokseumawe dengan Keputusan Direktur
RS Arun Lhokseumawe.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.269/
MENKES/PER/ III/ 2008 tentang Rekam Medis;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Lhokseumawe
Pada Tanggal 16 Januari 2018
Direktur Rumah Sakit Arun Lhokseumawe
1. Asesmen ulang pasien adalah suatu proses pengkajian ulang dalam interval tertentu
terhadap pasien untuk mengkaji respons terhadap pengobatan berdasarkan asesmen awal
pasien tersebut yang dilakukan oleh staf yang kompeten di rumah sakit
2. Asesmen ulang dilakukan dan dicatat di lembar Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi berbasis IAR dengan metode SOAP (Subyektif, Obyektif, Asesmen, Plan)
dengan memperhatikan :
a. S (Subyektif) : berisi informasi tentang pasien yang meliputi informasi yang diberikan
oleh pasien, anggota keluarga, orang lain yang penting atau yang merawat. Jenis
informasi dalam bagian ini meliputi :
1) Keluhan / gejala-gejala atau alasan utama pasien datanag ke rumah sakit.
2) Riwayat penyakit saat ini yang berkenaan dengan gejala-gejala (riwayat
penyakit saat ini.
3) Riwayat penyakit dahulu (masa lampau), termasuk riwayat operasi.
4) Riwayat pengobatan, termasuk kepatuhan dan efek samping.
5) Alergi
6) Riwayat sosial dan / atau keluarga
b. O (Obyektif) : berisi informasi tentang pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan
laboratorium.
c. A (Asesmen) menilai kondisi pasien untuk diterapi, diagnosa medis dan diagnosa /
masalah keperawatan.
d. P (Plan) berisi rencana terapi yang akan diberikan, rencana pemeriksaan tambahan
yang dibutuhkan dan rencana pemantauan yang akan diberikan untuk menilik
perkembangan kondisi pasien.
3. DPJP melakukan asesmen ulang terhadap pasien akut sekurang-kurangnya setiap hari,
termasuk di akhir minggu/ libur dan jika ada perubahan penting kondisi pasien.
4. Perawat melakukan asesmen ulang terhadap pasien minimal 1 (satu) kali per shift, atau
sesuai dengan perubahan kondisi pasien
5. Ahli gizi melakukan asesmen ulang terhadap pasien risiko nutrisional atau kondisi khusus
(pasien dengan kelainan metabolik, hemodialisis, anak, geriatri, kanker dengan
kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun, sakit kritis dan
sebagainya) dengan asesmen gizi untuk penentuan gizi baik / sedang / buruk. Pencatatan
asesmen ulang gizi di CPPT dengan format ADIME dengan kategori :
Bila gizi baik, ulangi asesmen setiap 7 hari
Bila gizi sedang, monitoring asupan selama 3 hari, jika tidak ada peningkatan, ulangi
asesmen setiap 7 hari.
Bila gizi buruk, monitoring asupan setiap hari, ulangi asesmen setiap 7 hari.
6. Perawat melakukan asesmen kebutuhan fungsional dan risiko jatuh. Untuk asesmen
kebutuhan fungsional menggunakan metode Barthel Index yang dikaji ulang per minggu.
Untuk pasien risiko jatuh asesmen ulang dilakukan setiap hari, saat transfer ke unit lain,
adanya perubahan kondisi pasien (pemberian jenis obat baru, setelah operasi, dan lainnya)
dan adanya kejadian jatuh pada pasien. Khusus pasien risiko tinggi diasesmen ulang setiap
pergantian shift.
7. Asesmen ulang nyeri dilakukan perawat : setelah manajemen nyeri (re-assessment):
Nyeri berat per 1 jam
Nyeri sedang per 4 jam
Nyeri ringan per shift
Tiap 5 menit setelah pemberian obat anti-angina
30 menit setelah pemberian analgetik injeksi
1 jam setelah pemberian analgetik obat.