- Laporan berita bukanlah kata-kata yang tercetak beku, dan mereka tidak hidup
dalam ruang hampa, mereka adakah bagian percakapan. Dan sekalipun
percakapan sudah pasti melibatkan pertukaran informasi, sebagai besar
merupakan pertukaran ide dan opini. Dengan kedatangan pers cetak, tradisi ini
tidak menghilang, tapi ikut terbawa pasa esai yang megisi Koran-koran
pemula. Pada era-era berikutnya, jurnalisme berjalan untuk terus
menghidupkan pemikiran forum terbuka dengan publik. Suratkabar akhirnya
punya “berita” untuk dikabarkan, editorial menjadi tempat diskusi konunitas
melalui penerbitan surat-surat pembaca, dan belakangan juga halaman
lawannya yang diisi oleh penulis non-wartawan suratkabar tersebut.
ARGUMENTASI
Dengan ini banyak wartawan mengatakan,jurnalisme bukan di praktikkan
dengan cara klasik sperti mengajukan pertanyaan yang enak di baca paralel
dengan pertanyaan informaasi versus cerita,atau apa yang dibutuhkan orang
versus apa yang diinginkan orang. Kebanyakan jurnalisme, seperti kebanyakan
komunikasi, berada di tengah-tengah . tugas wartawan adalah menemukan cara
membuat hal-hal penting menjadi menarik untuk setiap cerita. Dan menemukan
campuran yang tepat dari yang serius yang ada dalam pada buku ‘’sembilan
elemen jurnalisme’’ di bab 7 yang membahas tentang jurnalisme sebagai
forum public. Dan pada dasarnya terdapat pada berita hari manapun.
Jurnalisme adalah bertutur dengan sebuah tujuan, dan tujuannya adalah
menyediakan informasi yang dibutuhkan orang dalam memahami dunia
seperti ini tantangannya;
1. Menemukan informasi yang di butuhkan orang untuk menjalani hidup
mereka.
2. Membuatnya bermakna,relevan dan enak disimak
Akhirnya strategi infotainment keliru sebagai rencana bisnis karena ketika anda
mengubah berita anda menjadi hiburan, anda bermain dengan menggunakan
kekuatan media lain dan bukannya kekuatan media anda sendiri. Strategi
infotainment, sekalipun mungkin menarik audiens dalam jangka pendek dan
murah untuk diproduksi, pada gilirannya akan membentuk audiens yang
dangkal karena terbangun atas bentuk, bukan substansi. Audiens akan
berpindah pada hal yang paling memikat. Tantangan inilah yang berhasil
memisahkan jurnalisme yang berhasil dari yang malas, yang baik dari yang
buruk, yang lengkap dari yang sensasional
Definisi baru dari siapa, apa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana.
Wartawan bias berpikir ulang tentang elemen dasar berita. Siapa, apa, kapan,
dimana, mengapa, dan bagaimana. Jika kita berpikir siapa karakternya, apa
plotnya, dimana sebagai adegan, bagaimana sebagai narasi, kita bias
memadukan informasi dan dongeng. Berita bukan hanya menjadi sebuah data
tapi mendatangkan makna.Ia butuh lebih banyak reportase dan lebih banyak
rasa ingin tahu yang menjadi tugas reporter.
Jam Pasir Ini adalah sebuah bentuk dimana anda mulai denagn menyebutkan
berita, menyebut apa yang terjadi, dan lantas ada sebuah jeda di piramida, dan
baris yang memulai sebuah narasi.
Masa Depan Bentuk Tanya dan Jawab Metode ini kuat tapi jarang
digunakan.Bentuk ini memaksa wartawan untuk membingkai materi seputar
masalah yang ditanyakan warga.Menariknya, hal ini menjadi bentuk yang
disenangi di situs web dalam bentuk pertanyaan yang sering diajukan.
Sok Pintar Bagaimana kita menjaga berita agar tidak sok pintar?
Karakter dan detil dalam berita. terlalu banyak jurnalisme yang gagal
mengembangkan karakter. Orang-orang hanya menjadi lembaran data.
Alasannya adalah mereka tak dibiarkan untuk berbicara dengan cara orang
bicara dalam
TEORI PARTISIPAN DEMOKRATIF
Teori ini lahir dalam masyarakat liberal yang sudah maju.Teori ini lahir
sebagai reaksi atas komersialisasi dan monopoli media oleh swasta.Kedua,
sebagai reaksi atas sentralisme dan birokratisasi siaran public.Teori ini juga
mencerminkan kekecewaan terhadap partai politik yang mapan dan sistem
perwakilah yang tak mengakar rumput lagi.Teori ini menyukai keseragaman,
skala kecil, lokalitas, de- institusionalisasi, kesetaraan dalam mesyarakat, dan
interaksi.
Konsep pers partisipan demokratik hampir sama dengan konsep
“jurnalisme public” yang saat ini sedang mengemuka.
2. Organisasi dan isi pers seyogyakan tidak tunduk pada pengendalian politik
yang dipusatkan atau pengendalian birokrasi negara.