Anda di halaman 1dari 3

Political Journalism and The Crisis of Mass Representation

Sebuah Review, Komentar serta Penutup oleh Ahmad Mikhail Samudra Usman (185120507111021)

A. Latar Belakang

Jurnalisme politik adalah salah satu cara untuk mendapatkan sedikit insight kedalam dunia
politik tanpa harus berkecimpung masuk kedalam dunia tersebut. Jurnalisme memungkinkan
untuk menguak segala macam gerak-gerik daripada para pelaku politik untuk konsumsi
masyarakat. Terlepas dari kenyataan bahwa tidak semua media jurnalistik dapat dapat
dikatakan mampu secara utuh memberikan jarak pada campur tangan politik, aman
dikatakan apabila masyarakat sudah seharusnya cukup dari segi kesadaranya untuk dapat
memilah sumber berita terpercaya (atau kalaupun tidak sudah semestinya dilakukan
semacam edukasi massal terhadap hal tersebut).

B. Pembahasan

Jurnalisme Politik kian lama semakin berfokus kedalam gaya politik dan performa
komunikasi politik. Politik itu sendiri bahkan telah menjadi sumber hiburan dalam beberapa
aspek. Jurnalisme politik pun beradaptasi dengan perubahan tersebut, mereka meliput
politisi dan menulis tentang mereka selayaknya menulis tentang aktor atau selebriti.

Terlepas dari itu, jurnalisme politik dinilai lebih terfokus dan analitikal serta interpretative
dari sebelumnya. Akan tetapi pada saat yang sama, berkurang secara substansial dan
spekulatif, dan mempersembahkan para audiens dengan berita yang sekiranya lebih laku
pada masa ini. Jurnalisme selain itu seperti lebih bersifat. Secara umum, dewasa ini
jurnlaisme serta dunia politik lebih bersifat kearah permusuhan (adversarial) entah karena
kemajuan komersial dalam sektor pasar media, atau keinginan elit politik untuk ‘dibopong’
keatas melalui sorotan media, yang pasti bisa dinilai bahwa dunia jurnalistik sedikit
terguncang karena hal ini.

Beberapa negativisme pastinya akan muncul dari mencuatnya tendensi untuk meng-appeal
to the masses. Komersialisasi media jurnalistik terkadang membawa drama yang tidak perlu
atau bahkan kontraproduktif dan mungkin dapat bisa menghindari potensi jurnalisme
menjadi sesuatu yang hanya mencari kebenaran. Akan tetapi, buku ini telah berargumen
bahwa negativisme yang terjadi akibat komersialisasi tersebut bukanlah contoh tipikal
jurnalisme di Inggris. Masih diyakini bahwa, coverage tentang isu ‘penting’ seperti yang
terkait uni eropa, perpajakan, reformasi konstitusi masih kian mendominasi hingga kini.

Yang dimaksud disini ialah apakah ini semua baik untuk demokrasi? Komersialisasi pada
media yang melahirkan berita sensasionalis, serta juga dapat mensuport populis dalam
beberapa kasus seharusnya. Untuk menjawab itu, penulis merasa haruslah ada semacam
pembatasan pada jurnalisme politik.

C. Pandangan/Catatan
Jurnalisme Politik mendapat perubahan dari masa ke masa. Dengan
berkembangnya/majunya zaman, maka perubahan-perubahan dapat tak terelakan lagi. Hal
ini juga tidak mengecualikan targetnya pada jurnlaisme politik. Dewasa ini, dengan
terbukanya wahana baru seperti internet seakan membuka teater baru untuk segenap
media untuk bersaing. Kemudian, dengan perkembangan internet seperti pada tahap
sekarang ini misalnya, yang dimana perangkat daring dapat didapat dengan mudah dan
dengan biaya terjangkau, sudah pasti konten serta arahan beberapa media jurnalis pun
berubah.

Dalam konteks jurnalisme politik, beberapa media jurnalis sepertinya seakan menampakan
keinginanya untuk mendapatkan laba komersil sebanyak-banyaknya dari influx konsumen
maupun pembaca media. Dengan meluasnya konsumsi internet, maka selayaknya juga calon
konsumen/pembaca media itu akan mempunyai latar belakang yang lebih beragam pula.
Maka dari itu, saya kira aman sepertinya apabila beberapa media seperti mengangkat berita
politik selayaknya mengangkat berita tentang infotainment. Sedikit menambah faktor
hiburan memang, tapi sayangnya sedikit mengurangi legitimasi dan bahkan mendegradasi
maksud awal/tujuan dari jurnalisme politik itu sendiri.

D. Penutup/Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa sekiranya wajah jurnalisme perpolitikan memang berubah,
namun tidaklah bijak apabila kita semua beranggapan bahwa sisi tersebut lah yang akan kita
lihat sama sekali di wajah berita politik. Seperti yang telah dijelaskan, peliputan tentang
topik non sensasionalis atau mungkin terlalu bersifat personal based tentang politik masih
terjadi. Dan apabila adapun dari kita walaupun sebagian menentang eksistensi media berita
yang dimana gaya kontenya mengikuti budaya pasar, maka sama saja kita mematikan
demokrasi itu sendiri. Karena, demokrasi itu sudah baik-baik saja, dan maka dari itu, kitalah
yang seharusnya mempunyai sikap berlapang dada untuk menerima segala konsekuensinya
(free press, kebebasan berpikir).

Anda mungkin juga menyukai