Anda di halaman 1dari 24

PERCOBAAN II

Judul Percobaan : Fotometri


Tujuan Percobaan : 1. Penggunaan peralatan fotometer
2. Pengenalan sifat-sifat absorpsi sinar
3. Menentukan konsentrasi suatu komponen berwarna secara
fotometri
Hari/Tanggal : Rabu/ 03 Oktober 2018
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP ULM Banjarmasin

I. DASAR TEORI
Fotometri adalah suatu cara analisis untuk pengukuran besar penyerapan
monokromatis oleh suatu lajur larutan dengan menggunakan detektor fotorel. Metode
ini didasarkan atas hukum BEER, yang menyatakan bahwa harga penyerapan sinar
oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari konsentrasi dan tabek sel

A = a b c , dimana

A = besarnya penyerapan (absorben)


a = absorptivity
b = diameter sel (cm)
c = konsentrasi
(Suharto, 2014).
Fotometri merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengukuran kuantitas
cahaya. Cahaya yang dimaksud adalah cahaya tampak, diman cahaya tampak
merupakan salah satu jenis gelombang elektromagnetik, fotometri juga merupakan
cabang sains yang berkenaan dengan pengukuran energi foton (Firmansyah &
Judhistira, 2015).

39
40

Fotometri tampak (nyala) merupakan instrumen yang relatif sederhana,


relatif murah, dan metode pengambilan sampel yang tinggi digunakan untuk klinis,
analisis biologis, dan lingkungan. Contohnya analisis dari logam alkali dan alkali
tanah dapat dilakukan menggunakan fotometri tampak/nyala. Fotometri nyala bisa
digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Fotometri tampak ini juga bisa
digunakan untuk penentuan elemen transisi tertentu seperti tembaga, besi, dan
mangan. Teknik mengukur intensitas cahaya yang dipancarkan sebagai elektron
kembali le tingkat energi yang lebih rendah (Ravichandran, 2011).
Metode fotometri termasuk dalam rangkaian standar analisis air, sedimen,
tanah, bahan tanaman, dan sampel udara (gas setelah penyerapan dan debu setelah
ekstraksi). Fotometri juga digunakan untuk menentukan parameter, seperti deri area
analisis air adalah penentuan pewarnaan dan kekeruhan dalam air, indeks fenol, dan
klorofil-A serta indikasi fotometri dalam titrasi untuk menentukan kapasitas asam dan
alkali dan kekerasan air (Snell, 1981).
Fotometri mempelajari tentang pengukuran kuantitas cahaya. Ada beberapa
kuantitas daru besaran-besaran cahaya, yaitu kuat cahaya(I), fliks cahay(F), kuat
penerangan (E) dan terang cahaya (cd). Prinsip dasar fotometri adalah pengukuran
penyerapan sibqr akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu
dengan larutan atau zat warna yang dilewatinya. Terdapat dua hukum dalam
fotometri, yaitu hukum kuadrat terbalik dan hukum CosinusLambert (Permana, Al-
ayubi, Mentari, & Rifatul, 2013).
a. Hukum Kuadrat Terbalik
Pada hukum ini penerangan pada permukaan yang tegak lurus cahaya jatuh
terbalik dengan kuadrat jarak dari permukaan tersebut ke sumber.
b. Hukum Cosinus Lambert
Penerangan pada sebuah titik di atas suatu permukaan berbanding lurus dengan
cosinus sudut antara cahaya jatuh dan arah normal.
Untuk menganalisis data digunakan alat yang disebut fotometer adalah alat
yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya atau radiasi. Dakam analisis
41

cahaya, fotometer, bisa mengukur cahaya setelan melalui filter atau melalui
monokromator, penentuan ditentukan oleh panjang gelombang atau untuk analisis
terhadap distribusi spektrum cahaya (Rohaniyah & Diah, 2014).
Alat fotometer pada prinsipnya memiliki kesamaan seperti spektrofotometer,
yang membedakan hanyalah penggunaan filter sebagai monokromatornya filter hanya
digunakan untuk meneruskan cahaya namun dapat juga menyerap sumber radiasi dsri
gelombang lain. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi gelombang, metode yang sering digunakan
disebut sengan spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan bagian dsri fotometri
dam dapat dibedakan dari filter fotometri (Khopkar, 2002).
Spektrofotometri adalah salah satu metode pengukuran kuantitatif dalam
analisis (kimia analisis) terhadap sifat refleksi atau transmisi cahaya suatu materi
sebagai fungsi dari panjang gelombang, spektrofotometri berurusan dengan sinar
tampak, dekat ultraungu, dan dekat inframerah (Geneva, 2013).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran
menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri (Basset, 1994).
Untuk melakukan analisis secara fotometri yaitu fotometri sinar tampak, ada
tiga langkah yang harus ditempuh, yaitu :
a. Pembentukan warna
b. Pemilihan panjang gelombang
c. Membuat kurva kalibrasi/standar
Pembentukan warna biasanya ada beberapa yang dapat dipergunakan untuk
memilih cara yang mana yang akan dipakai. Zat pembentuk warna harus selektif
dengan zat-zat asing, tidak membentuk warna yang dapat menggangu. Panjang
gelombang yang dipakai untuk penentuan kuantitatif afalah panjang gelombang
dimana terjadi absorban yang maksimum. Hal ini fapat ditentukan dengan membuat
spektrum absorbsinya, yaitu absorbsi antara panjang gelombang. Untuk membuat
42

kurva kalibrasi atau standar agar memenuhi hukum BEER, maka perlu diukur
absorban daru larutan standar (Hardi, Alif, Aziz, 2015).
Spektrum absorbsi dapat diperoleh dengan menggunakan bermacam-macam
bentuk, misalnya gas, lapisan tipis cairan, larutan dalam bermacam-macam pelarut,
dan bahkan padat. Besarnya absorbsi akan tergantung juga pada jarak yang dijalani
oleh radiasi melewati larutan (Underwood, 1986).
Gangguan-gangguan fotometri menurut sumber dan filtratnya :
a. Gangguan spectral
Gangguan spektral yaitu gangguan yanh disebabkan oleh unsur-unsur lain yanh
terdapat bersama unsur yang dianalisis. Gangguan disebabkan karena
menggunakan filter untuk memilih yang akan diukur intensitasnya.
b. Gangguan variasi sifat fisik dari larutan yang dianalisis
Variasi sifat fisik dsru larutan daoat memperkecil atau memperbesar intensitas
unsur yang dianalisis, sehingga intensitas yang kita baca tidak sesuai dengan
konsentrasi unsur yang dianalisis, seperti :
1) Sifat visikositas
Makin besar visikositas larutan yang dianalisis, makin lambat larutan tersebut
mencapai nyaka. Sehingga intensitas pancaran pada alat lebih kecil dan tidak
sesuai dengan konsentrasi unsur yang dianalisis.
2) Tekanan uap dan permukaan larutan
Sifat ini akan mempengaruhi ukuran besar kabut, dimana tetesan kabut yang
ukurannya besar akan sedikit menyala. Sehingga intensitas yang kita baca di
alat akan lebih kecil dari nilai yang sebenarnya
c. Gangguan ion
Gangguan ini disebabkan karena menggunakan suhu nyala yang lebih tinggi
d. Gangguan yang disebabkan oleh penyerapan sendiri
e. Gangguan anion-anion yang ada dalam larutan unsur logam tersebut (Edward,
1981).
43

II. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Neraca Analitik 1 buah
2. Labu pengenceran 100 mL 1 buah
3. Labu pengenceran 50 mL 1 buah
4. Gelas ukur 6 buah
5. Pipet tetes 6 buah
6. Kuvet 6 buah
7. Spektrofotometer 1 buah
8. Gelas kimia 100 mL 3 buah
9. Gelas kimia 50 mL 3 buah
B. Bahan
1. CuSO4 1000 ppm
2. H2SO4 0,01 M
3. NH3 1 : 5
4. Aquades
5. H2SO4 pekat

III. PROSEDUR KERJA


1. Pembuatan warna
a. Membuat larutan tembaga sulfat yang mengandung 1000 ppm Cu ke dalam
labu pengenceran 100 mL.
b. Membuat larutan asam sulfat 0,01 M di dalam labu pengenceran 50 mL
c. Menyediakan 6 buah gelas ukur 10 mL dan mengisikan ke dalam larutan
tembaga sulfat dengan volume 0 ; 1 ; 2 ; 3 ; 4 dan 5 mL. Menambahkan
ammonia 1 : 5 ke dalam masing-masing gelas ukur kemudian menambahkan
asam sulfat 0,01 M sampai tanda batas 10 mL.
d. Menyediakan satu buah labu ukur 10 mL dan memberi etiket warna untuk
mendapatkan larutan warna ungu.
2. Mencari gelombang analitik
a. Menstandarisasi spektrofotometer dengan menggunakan larutan blanko (0 mL
tembaga sulfat) dan menetralkan. Pembacaan blanko ini dengan 100% T atau
A=0 mengabsorbansi dengan menggunakan panjang gelombang 400 nm.
b. Mengisi kuvet dengan larutan standar (cukup satu) dan membaca % T-nya
pada panjang gelombang 400 nm.
44

c. Melakukan pengukuran %T larutan standar ini, dengan variasi panjang


gelombang 400 nm – 700 nm dan interval 20 nm dan saat % T-nya menurun
(absorban meninggi) intervalnya 10 nm. Setiap pengukuran % T atau absorban
dengan perubahan panjang gelombang, blanko harus ditetapkan 100% T atau
0 absorban.
d. Membuat grafik antara absorban vs panjang gelombang dari spektrum
absorbansi ini didapatkan panjang gelombang analitik untuk menentukan
selanjutnya yaitu pada saat absorban mencapai harga maksimal. Grafik boleh
juga dibuat antara % transmitan vs panjang gelombang. Panjang gelombang
yang dipakai adalah pada saat % T mencapai harga minimum. Bila dipakai
chemitrix type 20. Panjang gelombang yang dipakai dapat dilihat pada table
berikut ini:

Warna yang diserap Panjang gelombang Warna yang tampak


Violet 340-450 nm Hijau kuning
Biru 450-495 nm Kuning
Hijau 495-570 nm Violet merah
Kuning 570-590 nm Biru
Jingga 590-620 nm Biru kehijauan
Merah 620-750 nm Hijau biru

3. Membuat kurva kalibrasi/standard


a. Menstandarisasi kembali alat spektrofotometer atau Chemtic Calorimeter
dengan menggunakan larutan blanko dan panjang gelombang yang dipakai
hasil percobaan.
b. Mengukur % deretan larutan standard dan % T larutan tugas absorban dapat
dilihat pada lampiran.
c. Membuat kurva kalibrasi antara aborban dan konsentrasi.

IV. HASIL PENGAMATAN


1. Pembuatan Warna
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Memasukkan larutan CuSO4 - Larutan bening
45

+ NH3 1:5 sebanyak 1 mL ke


dalam gelas ukur
2. Menambahkan H2SO4 0,01 - Larutan bening
M sampai tanda batas 10 mL
3. Menstandarisasi - Spektrofotometer standar
spektrofotometer dengan
larutan blanko (0 mL

tembaga sulfat) dengan

500 nm.
4. Mengisi kuvet dengan
larutan blanko (nm) T% A
Mengukur %T larutan
500 100 0
standard dengan variasi
520 100 0
panjang 500 nm – 700 nm 540 100 0

dengan interval 20 nm. 560 100 0


580 100 0
600 100 0
620 100 0
640 100 0
660 100 0
680 100 0
700 100 0

2. Penambahan CuSO4 1 mL
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Memasukkan 1 mL larutan - Larutan berwarna biru muda
CuSO4 ke dalam gelas ukur.
2. Menambahkan ammonia 1:5 - Larutan berwarna biru tua
1 mL
3. Menambahkan 10 mL H2SO4 - Larutan berwarna biru muda
46

0,01 M sampai tanda batas


4. Memasukkan ke dalam kuvet - Larutan di dalam kuvet

5. Memasukkan kuvet ke dalam - Kuvet di dalam spektronik 2.0


spektronik 2.0
6. Melakukan pengukuran %T
larutan standard dengan (nm) T% A

variasi panjang 500 nm – 500 100 0


520 99,5 0,005
700 nm dengan interval 20
540 99,5 0,001
nm.
560 99 0,001
580 100 0
600 100 0
620 99 0,005
640 100 0
660 100 0
680 100 0
700 100 0

3. Penambahan CuSO4 2 mL
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Memasukkan 2 mL larutan - Larutan berwarna biru muda
CuSO4 ke dalam gelas ukur
2. Menambahkan ammonia 1:5 - Terbentuk 2 lapisan, biru tua dan
1 mL bening

3. Menambahkan 10 mL H2SO4 - Larutan memudar dan warna biru tua


0,01 M sampai tanda batas
4. Memasukkan ke dalam kuvet - Larutan di dalam kuvet

5. Memasukkan kuvet ke dalam - Kuvet di dalam spektronik 2.0


47

spektronik 2.0
6. Melakukan pengukuran %T
larutan standard dengan (nm) T% A

variasi panjang 500 nm – 500 99 0,001


520 100 0
700 nm dengan interval 20
540 100 0
nm.
560 98,5 0,005
580 100 0
600 99,5 0,001
620 100 0
640 100 0
660 99 0,0005
680 100 0
700 100 0

4. Penambahan CuSO4 3 mL
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Memasukkan 3 mL larutan - Terdapat 2 lapisan
Lapisan 1 = biru
CuSO4 + 1 mL NH3 + 6 mL
Lapisan 2 = bening
H2SO4 0,01 M pada gelas
ukur
2. Memasukkan larutan ke - Larutan berwarna bias biru
dalam kuvet sampai sebelum
tanda batas
3. Melakukan pengukuran %T
larutan standard dengan (nm) T% A

variasi panjang 500 nm – 500 99 0,001


520 99 0,004
700 nm dengan interval 20
540 100 0
nm.
560 98,5 0
48

580 100 0
600 99 0
620 99,5 0
640 99,5 0,001
660 100 0
680 100 0
700 100 0

V. ANALISIS DATA
Pada percobaan ini akan membahas tentang fotometri yaitu sebuah teknik
pengukuran menggunakan sinar, yang diukur adalah penyerapan sinar akibat interaksi
reaksi antara sinar dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan pada larutan zat
warna yang akan ditentukan kadar. Penyerapan disini biasanya disebut absorbsi dan
nilainya berupa absorban dalam angka desimal. Alat yang digunakan pada percobaan
ini adalah spektronik -20.
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan
larutan CuSO4 ke dalam masing-masing 6 gelas kimia dengan volume yang berbeda-
beda yaitu 0 mL, 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, dan 5 mL. kemudian pada masing-masing
gelas kimia yang telah terisi larutan CuSO4 dengan volume yang berbeda dimasukkan
masing-masing 1 mL NH3 dengan perbandingan 1:5 dan mengencerkan dengan
larutan H2SO4 0,01 M sampai tanda batas (sampai 10 mL).
Pencampuran larutan ini menghasilkan larutan yang berwarna bias biru,
sedangkan pada percobaan pertama menggunakan 0 mL CuSO 4 menghasilkan larutan
bening, karena pada percobaan pertama ini hanya dilakukan pencampuran larutan
NH3 1:5 dan larutan H2SO4 0,01 M. larutan bening ini akan dijadikan larutan blanko
yaitu larutan yang berfungsi sebagai larutan pembanding dalam analisis fotometri ini.
49

Sebelum larutan dianalisis menggunakan spektronik-20, masing-masing


larutan yang ada didalam gelas kimia dipindah ke masing-masing buret yang tersedia.
Kuvet juga dapat mentransmisikan sinar dari sumbernya hingga detector.
Sebelum memulai menentukan % T, pertama-tama pilih panjang gelombang
terlebih dahulu dengan memutar wavelength control. Langkah selanjutnya
memasukkan kuvet yang berisi larutan blanko kedalam sampel hader. Gunakan
tombol zero untuk menyesuaikan skala absorban (A) pada posisi 100%. Ketika
memasukkan kuvet kedalam sampel hader, arah panah pada kuvet harus mengarah ke
kanan dan sisi kuvet harus bersih dan steril dari noda apapun, hal ini bertujuan untuk
menyempurnakan proses penembakan cahaya pada kuvet larutan tersebut.
Selanjutnya mencatat hasil % T yang muncuk dengan penuh ketelitian. Kemudian
memasukkan larutan sampel dengan cara yang sama seperti diatas dan dilakukan
mulai panjang gelombang 500 nm sampai 700 nm dengan interval panjang
gelombang 20 nm.
Larutan standar pada percobaan ini dibuat dengan maksud untuk membuat
kurva standar atau kurva kalibrasi sehingga akan diperoleh Panjang gelombang
maksimum dan larutan standar berdasarkan grafik (terlampir) dapat dilihat bahwa
Panjang gelombang maksimum berada pada Panjang gelombang 600 nm yang
menunjukkan nilai serapan tertinggi dimana absorbansi untuk masingt-masing larutan
adalah : larutan standar 1 mL memiliki absorbansi 0; larutan standar 2 mL memiliki
absorbansi 0,001; larutan standar 3 mL memiliki absorbansi 0,005; larutan standar 4
mL memiliki absorbansi 0,005; dan larutan standar 5mL memiliki absorbansi 0,005.
Selanjutnya membuat kurva kalibrasi antara absorbansi dan konsentrasi.
Adapun data absorban yang digunakan adalah absorbansi yang diketahui berdasarkan
panjang gekombang maksimum yaitu pada panjang gelombang 520 nm. Sedangkan
konsentrasi diperoleh masing-masing larutan standar dengan cara perhitungan
menggunakan rumus pengenceran:
V1.M1= V2.M2
50

Berdasarkan perhitungan diperoleh konsentrasi dari masing-masing larutan


standar sebagai berikut : larutan standar 1 memiliki konsentrasi 0,001 M; larutan
standar 2 memiliki konsentrasi 0,002 M; larutan standar 3 memiliki konsentrasi
0,003; larutan standar 4 memiliki konsentrasi 0,004; dan larutan standar 5 memiliki
konsentrasi 0,005.
Dari kurva (terlampir) tersebut terdapat rumus regresi y = a + b, dimana y
merupakan absorbansi, a merupakan intersep, b merupakan slope, dan x merupakan
konsentrasi. Berdasarkan kurva diatas diperoleh persamaan regresi y = 140x – 0,001
sehingga diketahui hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan absorbansi
berbanding lurus. Semakin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, maka
semakin banyak sinar yang diserap. Hal ini sesuai dengan hukum Lambert-Beer yang
menyatakan bahwa jumlah radiasi cahaya tampak, UV, dan cahaya-cahaya lain yang
diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari
konsentrasi dan tebal larutan.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Panjang gelombang maksimum adalah 600 nm dengan absorbansi larutan standar
berturut-turut 0; 0,001; 0,005; 0,005; dan 0,005
2. Konsentrasi masing-masing larutan standar berturut-turut 0,001 M; 0,002 M;
0,003 M; 0,004 M; dan 0,005 M.
3. Persamaan regresi adalah y = 140x – 0,001 dengan nilai korelasi sebesar
0,8890009
4. Pada percobaan ini memenuhi hokum lambert-beer karena grafik absorbansi
maksimum Vs konsentrasi larutan standar berbanding lurus
51

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.

Edward. (1981). Flame Fotometer. Seminar Literatur Tingkat Sarjana. Pekanbaru :


PMIPA Kimia UNRI.

Firmansyah, J., & Judhistira, A.U. (2015). Fotometri Pleiades Menggunakan Kamera
DSLR. Jurnal Fisika dan Aplikasinya, I(3), 1-5.

Ganeva. (2013). Graphic Technology : Process Control For The Production Of


Halftone Colour Separation, Proff and Production Prints. International
Organization For Standardization, I(2), 14-15.

Hardi, A.D., Alif, A., & Aziz, H. (2015). Penentuan Kondisi Optimum Absopsi CO 2
Hasil Pembakaran Batubara Oleh Larutan Natrium Hodroksida (NaOH).
Jurnal Kimia UNAND, IV (1), 1-6.

Khopkar. (2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Permana, R.G., Al-ayubi, M.S., Mentari, R.S., & Rifatul, K. (2013). Fotometri.
Jurnal Eksperimen, III (4), 1-8.

Ravichandran, S. (2011). Determination Of Sodium Content In The Marina Beach


Water Using Frame Photometry. International Journal Of Chem Tech
Research, III(4), 1903-1905.

Rohaniyah, A., & Diah, A. (2014). Photometry. Journal Physics, III(1), 1-7.

Suharto, B. (2014). Petunjuk Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Banjarmasin :


FKIP ULM.

Snell, F.D. (1981). Photometric and Fluorometric Methods Of Analysis, Nonmental,


Wiley, Chichester. Journal Of Chemical, III(1), 1-8.

Underwood, A.L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.


52

LAMPIRAN
A. PERTANYAAN
1. Berapa ppm Cu larutan tugas?
2. Sebutkan dan terangkan kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam peengukuran
secara fotometri?
3. Apa yang dimaksud dengan filter fotometri, spektrofotometer dan warna
komplementer?

Jawab :
1. Ppm Cu larutan tugas, yaitu :
a. Sampel 1 = 100 ppm
b. Sampel 2 = 200 ppm
c. Sampel 3 = 300 ppm
d. Sampel 4 = 400 ppm
e. Sampel 5 = 500 ppm
Perhitungan ppm Cu larutan tugas dapat dilihat pada lampiran tabel dan grafik
2. Kesalahan yang terjadi pada pengukuran fotometri yaitu kesalahan gangguan
spektral karena unsur lain yang terdapat bersama dengan unsur yang dianalisa,
gangguan yang berasal dari sifat fisik unsur yang dianalisa yang berupa sifat
viskositas, gangguan ionisasi, gangguan karena adanya anion-anion yang ada
dalam larutan unsur tersebut.
3. Filter fotometri digunakan untuk analisis kuantitatif, dimana dilakukan
pengukuran serapan satu cuplikan atau lebih pada satu pita panjang gelombang
saja (biasanya pada panjang gelombang absorban maksimum).

Spektrofotometer digunakan untuk menganalisa suatu senyawa baik. Kualitatif


ataupun kuantitatif dengan cara mengukur transmitan ataupun absorbansi suatu
cuplikan sebagai fungsi dari konsemtrasi.
Warna komplementer adalah spectrum tertentu yang terdapat di dalam suatu
cahaya sempurna (berwarna putih). Identifikasi suatu warna panjang gelombang
cahaya tersebut, sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460
nm.
53

B. LAMPIRAN TABEL DAN GRAFIK


1. Kurva Absorbansi Larutan Tugas I (1 mL CuSO 4 (mengandung 1000 ppm
Cu) + 1 mL NH3 1:5 + 8 mL H2SO4 0,01 M)
λ (nm) %T A (percobaan)
500 100 0
520 99,5 0,005
540 99,5 0,001
560 99 0,001
580 100 0
600 100 0
620 99 0,005
640 100 0
660 100 0
680 100 0
700 100 0

2. Kurva Absorbansi Larutan Tugas II (2 mL CuSO4 (mengandung 1000 ppm


Cu) + 1 mL NH3 1:5 + 7 mL H2SO4 0,01 M)
λ (nm) %T A (percobaan)
500 99 0,001
520 100 0
54

540 100 0
560 98,5 0,005
580 100 0
600 99,5 0,001
620 100 0
640 100 0
660 99 0,0005
680 100 0
700 100 0

3. Kurva Absorbansi Larutan Tugas III (3 mL CuSO4 (mengandung 1000 ppm


Cu) + 1 mL NH3 1:5 + 6 mL H2SO4 0,01 M)
λ (nm) %T A (percobaan)
500 99 0,001
520 99 0,004
540 100 0
560 100 0
580 100 0
600 99 0,005
620 100 0
640 99,5 0,001
660 100 0
55

680 100 0
700 100 0

4. Kurva Absorbansi Larutan Tugas IV (4 mL CuSO 4 (mengandung 1000 ppm


Cu) + 1 mL NH3 1:5 + 5 mL H2SO4 0,01 M)
λ (nm) %T A (percobaan)
500 99,5 0,004
520 99 0,005
540 100 0
560 100 0
580 100 0
600 99 0,005
620 99,5 0,001
640 100 0
660 100 0
680 100 0
700 100 0
56

5. Kurva Absorbansi Larutan Tugas V (5 mL CuSO 4 (mengandung 1000 ppm


Cu) + 1 mL NH3 1:5 + 4 mL H2SO4 0,01 M)
λ (nm) %T A (percobaan)
500 100 0
520 99 0,005
540 99 0,005
560 99,5 0,001
580 100 0
600 98 0,005
620 99 0,005
640 99,5 0,001
660 100 0
680 100 0
700 100 0
57

6. Kurva Kalibrasi Pada Panjang Gelombang Maksimum (λmaks = 520 nm)


Konsentrasi Cu %T A (percobaan)
100 ppm 99,5 0,005
200 ppm 100 0
300 ppm 99 0,004
400 ppm 99 0,005
500 ppm 99 0,005
58

y = 0,000005x + 0,0023
R2 = 0,133
R = 0,3647
59

LAMPIRAN FOTO

Memasukkan 2 mL Mengencerkan dengan


CuSO4 ke dalam gelas Menambahkan 1 ml NH3 H2SO4 sampai tanda batas
ukur (10 mL)

Memasukkan larutan ke
Larutan setelah
dalam kuvet sampai tanda Melakukan pengukuran %T
diencerkan
batas

NB : Larutan blanko : 0 mL CuSO4


Larutan standar : 1, 2, 3, 4,dan 5mL CuSO4
60

FLOWCHART
PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMEN
PERCOBAAN II
FOTOMETRI

1. Pembuatan Warna
a.
Kristal Cu + Aquades + H2SO4 pekat
- Memasukkan ke dalam labu
ukur
- 4 1000
Larutan CuSO Mengencerkan
ppm sampai tanda
batas

b.
1 mL Larutan CuSO4 + 1 mL Amonia 1:1
- Memasukkan ke dalam labu ukur 10
Larutan I + H2SO 4 0,01 M
mL
- Mengencerkan sampai tanda batas
Larutan II
Catatan : Melakukan percobaan dengan volume H2SO4 yang berbeda-beda 0, 1, 2, 3,
4, 5, dan 6 mL
c.
Larutan tugas + 1 mL Amonia 1:1
- Memasukkan ke dalam labu ukur 10
Larutan III + H2SO 4 0,01 M
mL
- Mengencerkan sampai tanda batas
Larutan IV
Catatan : Memberi etiket nama pada labu ukur

2. Mencari Panjang Gelombang Analitik

Larutan Blanko (0 mL Tembaga sulfat)


- Menentukan pembacaan blanko dengan
100% T atau A= 0
- Menggunakan panjang gelombang 400
nm pada absorben
61

Spetktrofotometer terstandarisasi

Larutan Standar
- Memasukkan dalam kuvet

Larutan Standar
Catatan :
1. Jika yang digunakan spektrofotometer, membuat spketrum absorpsi
untuk mendapatkan panjang gelombang.
2. Membaca % T pada panjang gelombang 400 nm.
3. Melakukan pengukuran % T larutan standar dengan varian panjang
gelombang 400 nm- 700 nm dengan interval 20 nm.
4. Mengurangi interval menjadi 10 nm ketika % T menurun (absorben
meningkat).
5. Menempatkan blanko pada 100% T atau 0 absorben setiap pengukuran
%T atau absorben dengan perubahan panjang gelombang.
6. Membuat grafik antara absorben Vs panjang gelombang
7. Penentuan selanjutnya di dapat ketika absorben mencapai titik
maksimum.
8. Membuat grafik antara % transmitan Vs panjang gelombang.
9. Panjang gelombang yang dipakai pada saat % T minimum.
10.Bila dipakai Chemtrix calorimeter type 20, panjang gelombangnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Warna yang Diserap Panjang Gelombang Warna yang Nampak
Violet 380 – 450 nm Hijau – Kuning
Biru 450 – 495 nm Kuning
Hijau 495 – 570 nm Violet – Merah
Kuning 570 – 590 nm Biru
Jingga 590 – 620 nm Biru Kehijauan
Merah 620 – 750 nm Hijau – Biru

3. Membuat Kurva Kalibrasi/ Standar

Larutan Blanko
62

- Menggunakan panjang gelombang


yang dipakai hasil percobaan 2

Spektrofotometer terstandarisasi
Catatan :
1. Mengukur % T deretan larutan standar dan % T larutan tugas. Absorben
terlihat pada lampiran.
2. Membuat kurva kalibrasi antara absorben pada konsentrasi

LAMPIRAN PERTANYAAN

Bagaimana cara mengukur kadar tembaga dalam sampel pada proses fotometri ?

Jawab : Diperlakukan sama seperti blanko, sampel yang mengandung tembaga


tersebut langsung diukur dengan alat fotometri, kemudian hasilnya dibandingkan
dengan persamaan regresi. Apabila kadar sampel tersebut melebihi nilai regresinya
maka sampel tersebut diencerkan terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai