KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK (PSMK) tahun 2015 - 2019 disusun berdasarkan UU
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK (PSMK) tahun 2015 - 2019 disusun berdasarkan UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Nawacita, Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Nawacita, Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015—2019, serta Permendikbud No. 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis 2015-2019.
Tahun 2015—2019, serta Permendikbud No. 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis 2015-2019.
Renstra Direktorat PSMK 2015 – 2019 memiliki peran yang sangat penting dan strategis mengingat
Renstra Direktorat PSMK 2015 – 2019 memiliki peran yang sangat penting dan strategis mengingat
bahwa Direktorat PSMK ini merupakan salah satu pelaksana kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun.
bahwa Direktorat PSMK ini merupakan salah satu pelaksana kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun.
Renstra Direktorat PSMK disusun untuk dapat menampung perubahan susunan organisasi yang terjadi
Renstra Direktorat PSMK disusun untuk dapat menampung perubahan susunan organisasi yang terjadi
serta dinamika pendidikan menengah kejuruan pada saat ini dan yang akan datang.
serta dinamika pendidikan menengah kejuruan pada saat ini dan yang akan datang.
Dalam menyusun Renstra, Direktorat PSMK secara objektif berusaha menggali dan memaparkan
Dalam menyusun Renstra, Direktorat PSMK secara objektif berusaha menggali dan memaparkan
berbagai potensi serta permasalahan pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik
berbagai potensi serta permasalahan pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik
secara nasional maupun global. Penyusunan Renstra ini telah melalui berbagai proses dan tahapan.
secara nasional maupun global. Penyusunan Renstra ini telah melalui berbagai proses dan tahapan.
Proses yang utama antara lain adalah interaksi dengan para pemangku kepentingan, partisipasi
Proses yang utama antara lain adalah interaksi dengan para pemangku kepentingan, partisipasi
seluruh jajaran Direktorat, serta dengan mempertimbangkan seluruh capaian kinerja pembangunan
seluruh jajaran Direktorat, serta dengan mempertimbangkan seluruh capaian kinerja pembangunan
pendidikan khususnya SMK hingga saat ini. Selain itu Renstra telah mencoba mengakomodasi
pendidikan khususnya SMK hingga saat ini. Selain itu Renstra telah mencoba mengakomodasi
semua tugas dan fungsi Direktorat PSMK, memelihara kesinambungan dan keberlanjutan program,
semua tugas dan fungsi Direktorat PSMK, memelihara kesinambungan dan keberlanjutan program,
memenuhi aspirasi pemangku kepentingan dan masyarakat, serta mengantisipasi masa depan.
memenuhi aspirasi pemangku kepentingan dan masyarakat, serta mengantisipasi masa depan.
Renstra
RenstraDirektorat
DirektoratPSMK
PSMK 2015
2015 - - 2019
2019 akan
akan digunakan
digunakan sebagai
sebagai pedoman
pedoman dan
dan arah pembangunan
arah pembangunan
pendidikan khususnya SMK yang hendak dicapai pada periode 2015—2019. Renstra merupakan
pendidikan khususnya SMK yang hendak dicapai pada periode 2015—2019. Renstra merupakan dasardasar
dan
danacuan
acuanbagi
bagiunit
unitpelaksana
pelaksana teknis
teknis didi lingkungan
lingkungan direktorat
direktorat untuk
untuk menyusun
menyusun (1) Rencana Kerja
(1) Rencana Kerja
(Renja) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA); (2) Koordinasi Perencanaan dan
(Renja) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA); (2) Koordinasi Perencanaan dan Pengendalian Pengendalian
Kegiatan
Kegiatan Pembangunan
Pembangunan Lingkup Lingkup pembinaan
pembinaan SMK;
SMK; (3)
(3) Laporan
Laporan tahunan,
tahunan, dan
dan
(4)(4)Laporan
LaporanAkuntabilitas
AkuntabilitasKinerja
KinerjaInstansi
InstansiPemerintah
Pemerintah (LAKIP)
(LAKIP) serta
serta Dinas
Dinas Pendidikan Provinsi, SUK
Pendidikan Provinsi, SUK dan
dan
pihak-pihak terkait lainnya.
pihak-pihak terkait lainnya.
Rencana
Rencana Strategis
Strategis juga
juga diharapkan
diharapkan bisa
bisa dipahami
dipahami serta
serta dimanfaatkan
dimanfaatkan oleh
oleh seluruh masyarakat,
seluruh masyarakat,
khusus
khususpara
parapemangku
pemangku kepentingan.
kepentingan. Dengan
Dengan demikian,
demikian, banyak
banyak pihak
pihak dapat terlibat aktif secara
secara
efektif dan konstruktif, termasuk memberi kritik, evaluasi, dan rekomendasi.
efektif dan konstruktif, termasuk memberi kritik, evaluasi, dan rekomendasi. Pelibatan publik secara
secara
lebih
lebih aktif
aktif dan
dan terintegrasi
terintegrasi diharapkan
diharapkan mampu
mampu meningkatkan
meningkatkan hasil
hasil pembangunan pendidikan
pendidikan
khususnya
khususnyaSMKSMKselama
selamalima
limatahun
tahunmendatang.
mendatang.
September
September 2015,
2015,
DirekturPembinaan
Direktur Pembinaan Sekolah
Sekolah Menengah Kejuruan,
Kejuruan,
Drs.M.
Drs. M.Mustaghfirin
Mustaghfirin Amin,
Amin, MBA
NIP 195806251985031003
NIP 195806251985031003
ii
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv
Daftar Istilah Dan Singkatan v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Landasan Hukum 3
C. Paradigma Pembangunan Pendidikan 4
D. Kondisi Umum 5
E. Potensi dan Permasalahan 12
1. Analisis Lingkungan Strategis 12
2. Permasalahan dan tantangan Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan Periode 2015 - 2019 16
BAB V PENUTUP 86
LAMPIRAN 89
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan SAKIP 3
Gambar 1.2 Tema Pembangunan Pendidikan 2005-2024 5
Gambar 1.3 Tonggak Pencapaian Pembangunan Pendidikan 2005 - 2014 6
Gambar 1.4 Distribusi SMK Berdasarkan Status Per Provinsi Pada tahun 2014/ 2015 8
Gambar 1.5 Distribusi Jumlah Siswa SMK Berdasarkan Status 9
Gambar 1.6 Perbandingan Jumlah SMK dan Jumlah Siswa SMK Berdasarkan Status 10
Sekolah per Provinsi
Gambar 1.7 Pertumbuhan Jumlah Siswa SMK Berdasarkan Bidang Keahlian 11
Gambar 1.8 Perkembangan Animo Pendaftar ke SMK 12
Gambar 1.9 Bonus Demografi 13
Gambar 1.10 Profil SDM Indonesia 2014 14
Gambar 1.11 Hasil Survei Perusahaan Membutuhkan Tenaga Terampil 15
Gambar 1.12 Perkembangan APK SM (%) Per Penghasilan Orang tua 17
Gambar 1.13 Proporsi Kecamatan yang Tidak Mempunyai Sekolah Menengah tahun 2013 18
Gambar 1.14 Tingkat pengangguran terbuka dan rata-rata pendapatan per bulan menurut 21
pendidikan yang ditamatkan, Agustus 2013
Gambar 1.15 Rata-Rata Nilai Ujian Kompetensi Guru 22
Gambar 1.16 Peta Sebaran Guru dan Peserta Didik 23
Gambar 1.17 Peta Kebutuhan Guru Produktif SMK 23
Gambar 1.18 Pembagian Kewenangan Pendidikan 25
Gambar 1.19 Anggaran Pendidikan di Indonesia 26
Gambar 1.20 Perkiraan Anggaran Pendidikan Indonesia 2013-2020 26
Gambar 3.1 Pengembangan SMK Pariwisata Bebasis Potensi Wilayah dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelauatan 50
Gambar 3.2 Pengembangan SMK Rujukan dan Sistem Kluster SMK 52
Gambar 3.3 Terobosan Pengelolaan melalui E-Bantuan SMK 55
Gambar 3.4 Bagan Organisasi Direktorat PSMK 58
Gambar 4.1 Arsitektur Struktur Program dan Kegiatan 67
Gambar 4.2 Arsitektur Sistem dan Teknologi Informasi Kemdikbud 80
Gambar 4.3 Mekanisme Pemantauan dan Pelaporan Triwulanan Pelaksanaan Rencana Pembangunan Pendidikan 83
iii
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kondisi SMK 7
Tabel 1.2 Rasio Jumlah Lulusan SMP terhadap Ketersediaan Jumlah Rombongan Belajar (rombel) Kelas 1 SM 19
Tabel 1.3 Kualifikasi Guru SMA dan SMK Tahun 2013 22
Tabel 2.1 Makna Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif 32
Tabel 3.1 Kerangka Regulasi 56
Tabel 4.1 Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis dari T1 68
Tabel 4.2 Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis dari T3 68
Tabel 4.3 Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis dari T4 69
Tabel 4.4 Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis dari T6 69
Tabel 4.5 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program dari Program Pendidikan Dasar dan Menengah 70
Tabel 4.6 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan Penyediaan & Peningkatan Layanan Pendidikan SMK 72
Tabel 4.7 Pembagian Wewenang Pengelolaan Pendidikan 74
Tabel 4.8 Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan Oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah 76
Tabel 4.9 Pembagian Tangggung jawab Pendanaan Pendidikan Oleh Penyelenggara 77
Atau Satuan Pendidikan Yang Didirikan Masyarakat
Tabel 4.10 Perkiraan Kebutuhan Anggaran di Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2015 - 2019 79
v
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
I
IKK = Indikator Kinerja Kegiatan
IKP = Indikator Kinerja Program
IKSS = Indikator Kinerja Sasaran Strategis
IPA = Ilmu Pengetahuan Alam
IPM = Indeks Pembangunan Manusia
IPS = Ilmu Pengetahuan Sosial
K
K/L = Kementerian/Lembaga
K-13 = Kurikulum 2013
KEMENDIKBUD = Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KIP = Kartu Indonesia Pintar
KKNI = Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
L
LAKIP = Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
LKS = Lomba Kompetensi Siswa
LPTK = Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan
LSP = Lembaga Sertifikasi Profesi
M
MA = Madrasah Aloyah
Mapel = Mata Pelajaran
MDG’s = Millenium Development Goals
MKPI = Majelis Kemitraan Pendidikan Kejuruan Indonesia
MTs = Madrasah Tsanawiyah
O
O2SN = Olimpiade Olah Raga Siswa SMK Tingkat Nasional
OSTN = Olimpiade Sains Terapan
P
PDB = Pendapatan Domestik Bruto
Pemda = Pemerintah Daerah
PERMENDIKBUD = Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Perpres = Peraturan Presiden
PK = Penilaian Kinerja
PKLK = Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
PKN = Pendidikan Kewarganegaraan
PSMK = Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
PTK = Pendidik dan Tenaga Kependidikan
R
RENSTRA = Rencana Strategis
RKB = Ruang Kelas Baru
RKT = Rencana Kerja Tahunan
Rombel = Rombongan Belajar
RPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJP = Rencana Pembangunan Jangka Panjang
RPPNJP = Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang
RPS = Ruang Praktik Siswa
S
S1 = Strata 1
S2 = Strata 2
S3 = Strata 3
SAKIP = Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Sarpras = Sarana dan Prasarana
SDM = Sumber Daya Manusia
SDP = School Development Plan
SGD = Sekolah Garis Depan
SKL = Standar Kompetensi Lulusan
SKP = Sasaran Kinerja Pegawai
SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMA = Sekolah Menengah Atas
SMK = Sekolah Menengah Kejuruan
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SNP = Standar Nasional Pendidikan
SOP = Standar Operasi dan Prosedur
SP = Sasaran Program
SPM = Standar Pelayanan Minimal
SS = Sasaran Strategis
SUSENAS = Survei Sosial Ekonomi Nasional
T
TEFA = Teaching Factory
TIK = Teknologi Informasi dan Komunikasi
TU = Tata Usaha
TVET = Technical Vocational Education and Training
U
UAS = Ujian Akhir Sekolah
UKK = Uji Kompetensi Keahlian
UN = Ujian Nasional
UPT = Unit Pelaksana Teknis
USB = Unit Sekolah Baru
UUD = Undang-undang Dasar
W
WAJAR = Wajib Belajar
WSC = World Skill Competition
WTP = Wajar Tanpa Pengecualian
3T = Terpencil, Tertinggal, Terluar
vii
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
BAB I
PENDAHULUAN
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang 2
B. Landasan Hukum 3
D. Kondisi Umum 5
1
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional. Di Indonesia, Pasal 31
ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 setelah amandemen menyatakan
bahwa “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Ketetapan dalam UUD 1945 tersebut
menegaskan kewajiban pemerintah untuk menyediakan akses seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat
untuk mendapatkan pendidikan. Pemerintah mendapat amanat untuk membangun sistem pendidikan
nasional yang menjamin pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan serta peningkatan
mutu, relevansi, dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global. Dalam rangka melaksanakan amanat tersebut, pemerintah
menetapkan pendidikan sebagai salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Salah satu peran utama pendidikan di Indonesia adalah untuk membangun dan mengembangkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam rangka
mendukung pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan salah satunya
oleh tersedianya tenaga kerja yang terampil dan produktif. Pendidikan mampu meningkatkan
produktivitas tenaga kerja melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Pendidikan di tingkat
menengah mempunyai andil besar dalam peningkatan produktivitas ini dengan memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan oleh para calon tenaga kerja baik untuk
memulai bekerja maupun untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan bertanggung jawab langsung terhadap penyediaan SDM
berkualitas di Indonesia disamping pendidikan tinggi melalui pengembangan layanan pendidikan
menengah kejuruan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman .
Dalam rangka meningkatkan kinerja dan memandu program kerja di lingkungan pengelola SMK
yang meliputi Dit PSMK, Dinas Pendidikan Provinsi, SMK dan pihak-pihak yang terkait lainnya,
maka disusunlah Rencana Strategis (Renstra) Direktorat PSMK untuk periode 2015-2019. Selain itu,
Renstra Direktorat PSMK merupakan bagian penting dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) termasuk
Direktorat PSMK. Renstra yang disusun akan menjadi dasar untuk penyusunan Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). Renstra ini juga nantinya menjadi sumber data
penting dalam pelaksanaan evaluasi kinerja dan pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) di tingkat Direktorat PSMK . Gambar 1.1 menunjukkan hubungan keterkaitan
antara Renstra dengan instrumen lainnya dalam SAKIP.
B. Landasan Hukum
Rencana strategis ini merupakan perwujudan dari penerapan berbagai peraturan perundangan yang
meliputi:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005—2025;
9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaaan;
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang
nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015—2019;
14. Permendikbud Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;
3
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
15. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;
16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 11 tahun 2015
tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015—2019.
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2015-2019 disusun berdasar
beberapa paradigma sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2015-2019. Sebagian paradigma bersifat universal, dikenal dan dipakai berbagai bangsa.
Sebagian lagi lebih bersifat nasional, sesuai nilai-nilai dan kondisi bangsa Indonesia. Rincian paradigma
itu adalah sebagai berikut.
Pendidikan harus dapat diakses oleh setiap orang dengan tidak dibatasi oleh usia, tempat dan waktu.
Pemerintah harus menjamin keberpihakan kepada peserta didik yang memiliki hambatan fisik
ataupun mental, hambatan ekonomi dan sosial, ataupun kendala geografis.
D. Kondisi Umum
Rencana Strategis Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2015-2019 merupakan suatu kesinambungan
dari pembangunan yang dilakukan pada periode sebelumnya. Sejalan dengan tema pembangunan
pendidikan jangka panjang 2005-2024 (lihat Gambar 1.2), pembangunan SMK diarahkan pada
peningkatan daya saing internasional sebagai pondasi dalam membangun kemandirian dan
daya saing bangsa dalam menghadapi persaingan global ke depan.
Menata kembali NKRI, Memantapkan penataan Memantapkan pembagunan secara Mewujudkan manusia Indonesia
membangun Indonesia yang kembali NKRI, meningkatkan menyeluruh dengan menekankan yang mandiri, maju, adil dan
aman dan damai, yang adil kualitas SDM, membangun pembangunan keunggulan kompetitif makmur melalui percepatan
dan demokratis dengan kemampuan IPTEK, perekonomian yang berbasis pada SDA pembangunan di segala bidang
tingkat kesejahteraan yang memperkuat daya saing yang tersedia, SDM yang berkualitas dengan struktur perekonomian
baik perekonomian serta kemampuan IPTEK yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif
5
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Pembangunan SMK ke depan tidak dapat dilepaskan dari berbagai upaya yang telah dilakukan pada
periode sebelumnya. Berbagai intervensi yang dilakukan pemerintah (khususnya Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan) bersama dengan pemangku kepentingan lainnya seperti: 1. Beasiswa;
2. revitalisasi sarpras; 3. pembelajaran berbasis TIK; 4. pengembangan teaching industry;
5. penambahan guru produktif; 6. kemitraan dengan Perguruan Tinggi; 7. kemitraan dengan industri;
8. penambahan RKB/USB; dan 9. peningkatan citra SMK, telah menghasilkan sejumlah capaian
sebagai dampak langsung berbagai upaya perbaikan tersebut. Berikut pada Gambar 1.3 ditunjukan
capaian pembangunan SMK dalam periode 2010-2014.
Baseline
• Siswa SMA : SMK = 60% : 40% SMK
• APK SMK = 25% 12.177
• SMK Unggul = 90 Sekolah SMK SISWA
• Spektrum Keahlian = 121 Kom. 11.708 4.315.179
SMK
10.685 SISWA GURU*
4.272.406 219.000
SMK SISWA
9.918 4.189.519 GURU*
SMK
SMK 197.000
9.164 SISWA
8.593 GURU*
2014
SMK
4.019.157 179.000
SISWA
SISWA
3.737.158 GURU*
3.276.921
BISA!
156.268
GURU*
GURU* 2013
135.930
122.622
2012
2011
2010
2009
INTERVENSI
1. Pencitraan, 2. Beasiswa, 3. Revitalisasi Sarpras, 4. Pembelajaran Berbasis TIK, 5.
Pengembangan Teaching Industry, 6. Penambahan Guru Produktif, 7. Kemitraan
dengan PT, 8. Kemitraan denga industri, 9. Penambahan RKB/USB
Dalam periode 5 tahun, pertumbuhan populasi SMK mencapai lebih dari 3.000 SMK baru yang secara
langsung berkontribusi pada pertumbuhan siswa sekolah menengah dan khususnya siswa SMK
sebesar lebih dari 1 juta siswa. Dengan pertumbuhan yang signifikan terebut konfigurasi siswa SMA
dibandingkan dengan SMK bergeser dari 60% siswa SMA : 40% siswa SMK menjadi 49% siswa SMA :
51% siswa SMK. Kondisi ini sejalan dengan kebutuhan bangsa Indonesia yang hingga saat ini harus
memperbaiki struktur tenaga kerja yang selama ini dominan pendidikan dasar menjadi pendidikan
menengah. Dengan meningkatnya calon tenaga kerja yang berasal dari SMK, Indonesia tidak saja
mendapat lebih banyak calon tenaga kerja yang berasal dari pendidikan menengah namun
mendapatkan pula calon tenaga kerja yang siap pakai. Namun demikian kinerja pembangunan tersebut
belum membuat Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan berpuas diri karena masih
banyak hal yang harus dibenahi dan ditingkatkan ke depan. Berikut dijabarkan perkembangan populasi
SMK saat ini.
No Aspek Jumlah
1 Jumlah SMK 12.696
2 Jumlah Total Paket Keahlian di SMK 33.148
3 Jumlah Rombel di SMK 143.034
4 Jumlah Workshop/RPS di SMK 27.626
5 Total Kebutuhan Workshop/RPS SMK 99.444
6 Rata-rata Paket Keahlian di setiap SMK 2,61
7 Rata-rata Rombel di SMK 11,27
8 Rata-rata Workshop/RPS di setiap SMK 2,18
9 Jumlah Siswa SMK TP 2014/2015 4,33 juta
Sumber: Dit. PSMK tahun pelajaran 2014/2015
7
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Bila ditinjau dari jumlah siswa per rombel, saat ini SMK mencapai 1 rombel banding 30.27 siswa
atau sudah lebih tinggi dari batas ideal dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) yaitu 1 rombel
banding 32 siswa. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan SMK sangatlah tinggi. Dari total
populasi SMK yang ada saat ini 73,9% adalah SMK yang didirikan oleh masyarakat dan hanya 26,1%
yang didirikan oleh pemerintah. Pada Gambar 1.4 di bawah ini ditunjukan distribusi SMK negeri dan
SMK swasta pada setiap provinsi di Indonesia.
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Gambar 1.4 Distribusi SMK berdasarkan Status per Provinsi Pada Tahun 2014/2015
Sumber: Dit. PSMK tahun pelajaran 2014/2015
Tingginya minat masyarakat dalam mendirikan SMK seperti dijelaskan sebelumnya ternyata
belum secara signifikan mendorong minat lulusan SMP/MTs masuk ke SMK swasta atau yang
diselenggarakan oleh masyarakat. Hal ini dijelaskan pada gambar 1.5 distribusi jumlah siswa
berdasarkan jenis status penyelenggaraan SMK.
Fakta yang menarik adalah dengan populasi SMK negeri yang hanya 25,8% dari total SMK pada
tahun 2013, jumlah siswa SMK mencapai 40,3%. Dengan populasi siswa yang jauh lebih besar dari
pada distribusi sekolah membuat rata-rata SMK negeri memiliki rata-rata siswa mencapai lebih dari
530 siswa per sekolah atau 14,9 rombel per sekolah (5 rombel per tingkat). Sementara SMK
swasta hanya memiliki rata-rata siswa 278 siswa per sekolah atau 7,7 rombel per sekolah.
9
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Situasi ini perlu dicermati lebih lanjut karena pengembangan SMK negeri baru di setiap provinsi
belum tentu berdampak pada peningkatan akses pendidikan menengah namun yang terjadi adalah
penurunan minat lulusan SMP/MTs masuk ke SMK swasta dan lebih memilih masuk ke SMK negeri.
Dampak yang terjadi adalah banyak SMK swasta yang justru kekurangan siswa atau bahkan
berpotensi tutup atau “mati” dikarenakan kesulitan menarik siswa.
Secara umum di seluruh provinsi menunjukan fenomena yang sama dengan kondisi nasional.
Dengan demikian pemerintah menyadari bahwa penyediaan SMK baru perlu dikaji lebih jauh
implikasinya terhadap serapan lulusan SMP/MTs di setiap wilayah untuk mencegah minimnya
peningkatan akses masyarakat ke pendidikan SMK dikarenakan kalah bersaingnya SMK swasta
dibanding dengan SMK negeri.
Distribusi Jumlah Siswa SMK Negeri & Swasta per Provinsi Distribusi Jumlah SMK Negeri & Swasta per Provinsi
Aceh Aceh
Bengkulu Bengkulu
Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah
Maluku Maluku
Papua Papua
Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara
Bangka Belitung Bangka Belitung
Papua Barat Papua Barat
Maluku Utara Maluku Utara
NTT NTT
Jambi Jambi
Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah
Sumatera Barat Sumatera Barat
Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat Kalimantan Barat
Sulawesi Utara Sulawesi Utara
Sulawesi Barat Sulawesi Barat
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
Riau Riau
NTB NTB
Sumatera Selatan Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan
Kep. Riau Kep. Riau
Bali Bali
Sumatera Utara Sumatera Utara
D.I Yogyakarta D.I Yogyakarta
Lampung Lampung
Jawa Timur Jawa Timur
Jawa Tengah Jawa Tengah
Banten Banten
Jawa Barat Jawa Barat
D.K.I Jakarta D.K.I Jakarta
propinsi propinsi
0% 20% 40% 60% 80% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Negeri Swasta
Gambar 1.6 Perbandingan jumlah SMK dan Jumlah Siswa SMK berdasarkan Status Sekolah per Provinsi
Sumber: Dit. PSMK Dit. PSMK tahun pelajaran 2014/2015
Fakta menarik lainnya ditunjukkan pula pada sebaran siswa berdasarkan bidang keahlian yang
diambil seperti ditunjukan pada Gambar 1.7. Jika kita perhatikan tren dari 2010-2013 dapat diketahui
bahwa terdapat tren menurun hamper pada setiap bidang keahlian kecuali bidang keahlian
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Bidang Keahlian Kesehatan dengan peningkatan ± 1-2%
per tahun. Kenaikan animo lulusan SMP/MTs terhadap bidang TIK dan kesehatan ini sangat
dipengaruhi oleh kebutuhan pasar terhadap lulusan SMK bidang TIK dan kesehatan yang semakin
meningkat.
1500
1200
900
600
300
0
Agribisnis dan Bisnis dan Kesehatan Seni Kerajinan Teknologi Teknologi
Argoindustri Manajemen dan Pariwisata dan Rekayasa Informasi Dan
Komunikasi
Tren siswa SMK bidang keahlian Agribisnis dan Agroindustri mengalami tren yang konstan dari tahun
2010-2013. Pertumbuhan yang konstan ini menandakan bahwa potensi pertanian Indonesia belum
menarik bagi lulusan SMP/MTs. Oleh karena itu, perlu adanya perlakuan khusus untuk meningkatkan
animo tersebut mengingat bahwa Indonesia masih sangat kekurangan tenaga terampil bidang
keahlian Agribisnis dan Agroindustri.
Sedangkan tren pertumbuhan menurun tampak pada bidang keahlian seni, Kerajinan dan Pariwisata;
Bisnis dan Manajemen; dan Teknologi dan Rekayasa. Tren turun yang sangat signifikan terjadi pada
bidang keahlian Bisnis dan Manajemen sejak tahun 2010 – 2013 turun sebesar hampir 5%.
Penyebab penurunan tersebut diantaranya pasar sudah mulai jenuh dengan lulusan bisnis dan
manajemen dan juga adanya dampak dari proses reengineering yang dilakukan di SMK yang
bertujuan untuk menyesuaikan kembali distribusi bidang-bidang keahlian di SMK sesuai dengan
kebutuhan pasar.
11
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
1,721,531
1,244,538
1,810,899
1,360,081
1,861,173
1,413,241
1,892,555
1,445,199
1,921,919
1,527,778
2,102,160
1,659,470
500,000
Dengan berbagai karakteristik di atas, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan harus
menciptakan formulasi strategi kebijakan yang sesuai agar seluruh SMK dapat dikembangkan dengan baik
sehingga dapat berkontribusi maksimal dalam memajukan pendidikan menengah di Indonesia.
2013 Indonesia akan naik menjadi negara ke 7 dengan tingkat ekonomi terbesar di dunia
(2012 berada pada urutan 16 dunia). Dengan masyarakat pada kelompok konsumsi akan
tumbuh signifikan dari 45 juta menjadi 135 juta penduduk dan 71% penduduk di perkotaan
akan menghasilkan 86% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) (sebelumnya hanya 53%
penduduk yang menghasilkan 74% PDB). Namun demikian Indonesia perlu menetap 58 juta
tenaga kerja berketrampilan untuk dapat mencapai kondisi tersebut. SMK adalah merupakan
solusi utama dalam mencetak tenaga kerja terampil melalui pendidikan formal.
b) Perkembangan Demografi di Indonesia
Berbasis pada tren pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini, pada tahun 2025 Indonesia
akan mendapat bonus demografi. (lihat Gambar 1.9) yang berdampak pada tingginya
penduduk usia produktif di Indonesia.
80.0 0.90
70.0 0.80
0.60
50.0
Dependency ratio
0.50
40.0
0.40
30.0
0.30
20.0 0.20
10.0 0.10
0.0 0.0
2035
2040
2045
2050
1950
1955
1960
1965
1970
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2015
2020
2025
2030
Dengan asumsi bahwa seluruh penduduk produktif memiliki keterampilan yang memadai maka
Indonesia akan mendapat masa keemasan dengan rendahnya tingkat ketergantungan
masyarakat pada pemerintah. Namun demikian apabila Indonesia gagal dalam mempersiapkan
penduduk produktif tersebut maka akan berdampak pada sangat tingginya tingkat
ketergantungan masyarakat akibat dari pengangguran.
13
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
SD : 53.96 44.28 %
SMP : 20.35 16.70 % Setengah Penganggur
Angkatan Kerja (AK) SMA : 18.58 15.25 %
9,68 Juta Orang
114,63 Juta Orang SMK : 10.52 8.63 %
D I/II/III : 2.96 2.43 %
SD : 53.96 44.28 %
UNIVERSITAS : 8.26 6.78 % Bekerja Tidak Penuh (<35 Jam/mg)
SMP : 20.35 16.70 %
Pertanian : 38.97 34.00 % 35,77 Juta Orang (31,20%)
SMA : 18.58 15.25 %
Industri : 15.26 13.31 %
SMK : 10.52 8.63 %
Konstruksi : 7.28 6.35 %
D I/II/III : 2.96 2.43 %
Perdagangan : 24.83 21.66 %
UNIVERSITAS : 8.26 6.78 %
Transportasi : 5.11 4.46 %
Keuangan : 3.03 2.64 %
Jasa : 18.42 16.07 %
Lainnya* : 1.73 1.51 %
SD : 53.96
- Jumlah Pengangguran yang tinggi
SMP : 20.35
dan tingkat pendidikan rendah
SMA : 18.58
Bukan Angkatan Kerja (BAK) - Perlu penyiapan khusus untuk masuk
SMK : 10.52 k e pasar kerja (pelatihan kerja)
52,44 Juta Orang (33,40%) D I/II/III : 2.96
UNIVERSITAS : 8.26
Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Bulan Agustus 2014
(data diolah Informasi Pasar Kerja)
Sementara lulusan SMK baru dapat berkontribusi sebesar 8,63% masih di bawah lulusan SMA
(15,25%) pada bulan Agustus. Hal ini disebabkan lulusan SMK masih dalam proses tunggu
pencarian pekerjaan. Kondisi yang berbeda jika survei dilakukan pada bulan Januari sampai
dengan April maka lulusan SMK mencapai maksimal masuk ke lapangan pekerjaan
mengungguli lulusan SMA. Kondisi ini merupakan celah yang harus dioptimalkan dalam
pembangunan SMK. Kecepatan dalam membangun SMK ke depan harus dapat mengubah
struktur ketenagakerjaan di Indonesia menjadi tenaga kerja terampil yang didominasi
oleh SMK.
meningkatnya persyaratan. Hal ini sejalan dengan cita-cita Indonesia untuk menjadi negara
berpenghasilan tinggi, tren makroekonomi (ASEAN, meningkatnya upah di Cina) dan
meningkatnya kelas menengah (yang akan menuntut produk dan layanan yang lebih
berkualitas).
100 96
100
82 82
80
Share of firms identifying skill
74
80
requirements as increasing
62
60 55 57
60
45
40 36
40 32
26 25
20
20 15
7
0
0 Manufacturing Service (non-education) Non-Exporters Exporters
15
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
100
Quantile 1 Quantile 2 Quantile 3 Quantile 4 Quantile 5 Rata-rata
90
Miskin Agak Miskin Cukup Agak Kaya Kaya
80
70
60
50
40
30
Masih terdapat peluang peningkatan
20 akses bagi SMK sebesar 25-35% dari
populasi penduduk usia 16-18 th,
10 umumnya dari kalangan ekonomi bawah
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Selain itu menurut SUSENAS 2013, hampir 90% anak-anak dari keluarga kuintil terkaya
mencapai Kelas 9, dibandingkan dengan kurang dari 56% dari kuintil termiskin.
Selanjutnya, pertisipasi pendidikan di SMK masih terkonsentrasi pada anak-anak dari
rumah tangga dengan latar belakang sosial-ekonomi yang lebih baik dan dari daerah
perkotaan (WorldBank, 2012). Berdasarkan karakteristik anak-anak yang tidak
bersekolah, jelas bahwa tantangan utama peningkatan partisipasi pendidikan SMK
adalah dengan mencegah putus sekolah anak-anak dari kuintil termiskin, terutama di
daerah pedesaan.
b) Keterbatasan jumlah SMK. Sampai saat ini belum seluruh kecamatan di Indonesia
memiliki sekolah menengah (lihat Gambar 1.13). Kondisi ini berdampak pada
munculnya kantung-kantung putus sekolah di berbagai wilayah Indonesia khususnya
di daerah 3 T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
17
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Lampung
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Maluku
Bali
Papua
Bengkulu
Maluku Utara
Banten
Gorontalo
Kep. Riau
Papua Barat
Sulawesi Barat
Gambar 1.13 Proporsi Kecamatan yang Tidak Mempunyai Sekolah Menengah tahun 2013
Sumber: Dapodikmen 2013, diolah
c) Keterbatasan kapasitas SMK. Kapasitas pendidikan menengah saat ini belum memadai
untuk dapat menampung seluruh lulusan SMP. Rasio lulusan SMP terhadap rombel
Kelas 1 SM dapat dilihat pada Tabel 1.3. Berdasarkan analisis rasio jumlah lulusan SMP
terhadap ketersediaan rombel di Kelas 1 SM saat ini sebagaimana digambarkan pada tabel,
kapasitas yang tersedia di pendidikan menengah hanya mampu menampung rata-rata
76 % dari lulusan SMP/MTs. Kondisi ini semakin mengkonfirmasi belum siapnya satuan
Tabel 1.2 Rasio Jumlah Lulusan SMP terhadap Ketersediaan Jumlah Rombongan Belajar (rombel) Kelas 1 SM
19
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Pengangguran dari lulusan SMK pada sekitar bulan agustus dibebabkan masih adanya
waktu tunggu bagi lulusan SMK yang cukup lama kurang lebih hampir 6 bulan untuk
masuk ke lapangan pekerjaan.
12 3.5
3,2
10 3
2,3
8 2.5
1,6
6 1.5
1,1
4 1
0,9
0,8
2 0.5
11,24
3,04
7,15
9,55
6,14
5,65
0 0
SD ke bawahS Sekolah Sekolah Sekolah Diploma Universitas
Menengah Menengah Menengah I/II/III
Pertama Atas Kejuruan
Gambar 1.14 Tingkat pengangguran terbuka dan rata-rata pendapatan per bulan menurut
pendidikan yang ditamatkan, Agustus 2013
Sumber: Susenas 2013
Oleh karena itu, untuk mempersingkat waktu tunggu bagi lulusan SMK untuk memasuki
lapangan pekerjaan maka peningkatan kualitas lulusan harus segera ditingkatkan baik
dengan pembekalan khusus maupun dengan sertifikasi lulusan berstandar internasional.
Sehingga memudahkan Dunia Usaha/Dunia Industri cepat menyerap lulusan SMK
pada tahun kelulusan.
21
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Negeri Swasta
Guru Total
< S1 > S1 Jumlah < S1 > S1 Jumlah
SMA 8,340 158,253 166,593 12,320 112,207 124,527 291,120
SMK 8,483 107,183 115,666 25,969 164,012 189,981 305,647
TOTAL 16,823 265,436 282,259 38,289 276,219 314,508 596,767
Sumber: Diolah dari Dapodikmen 2013
Akan tetapi, dari segi kompetensi, guru yang berpendidikan S1 dan S2/S3 ternyata
mempunyai kompetensi yang tidak terlalu jauh berbeda dengan guru yang berpendidikan
D3 dan di bawah D3. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1.15 bahwa tidak ada perbedaan
signifikan atas rata-rata nilai Ujian Kompetensi Guru dari guru yang berpendidikan S1 dan S2/
S3 dan guru yang berpendidikan D3 dan dibawah D3.
50
40
Rata-rata perkiraan nilai
30
20
10
0
<D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3
SD SLB SMA SMK SMP TK
Gambar 1.15 Rata-Rata Nilai Ujian Kompetensi Guru
Sumber: Bappenas
Jika dilihat berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 74 TAHUN 2008 tentang Guru Pasal 17
bahwa setelah tahun 2015 menetapkan bahwa guru SMK tetap pemegang sertifikat
pendidik berhak mendapatkan tunjangan profesi apabila mengajar di satuan pendidikan
yang rasio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya 15:1. Adapun sebaran rasio
antara jumlah peserta didik dengan guru SMK di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.16.
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa seluruh jawa memiliki rasio peserta didik
dengan guru SMK lebih dari 20, sedangkan untuk wilayah papua, sebagian Kalimantan
dan sedikit Sumatera memiliki rasio peserta didik dengan guru SMK berkisaran antara 10-12
Selanjutnya jika lihat kebutuhan guru produktif SMK berdasarkan bidang keahlian yang
ada dibandingkan dengan kebutuhan ideal, Indonesia masih mengalami kekurangan
guru produktif sebagaimana dijelaskan pada gambar 1.17.
Teknologi dan Teknologi Informasi Perikanan dan Kesehatan Agribisnis dan Bisnis dan Pariwisata Seni Rupa Seni Pertunjukan
Rekayasa Dan Komunikasi Manajemen Argoindustri Manajemen dan Kerajinan
23
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Dari gambar grafik tersebut dapat diketahui bahwa kekurangan terbanyak guru produktif
SMK teknologi dan Rekayasa dan Bisnis Manajemen. Adapun rincian selisih kebutuhan
guru produktif SMK dapat dijelaskan pada tabel 1.4.
Bisnis dan Manajemen 7.768 2.801 4.085 12.488 27.142 14.654 51.571 -24.429 -36.917
Pariwisata 3.016 299 501 2.226 6.042 3.816 8.810 -2.768 -4.994
Seni Rupa dan
471 40 56 235 802 567 882 -80 -315
Kerajinan
Seni Pertunjukan 13 2 2 10 27 17 28 -1 -11
Pemerintah selama ini telah melakukan upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
terhadap pentingnya karaktersiswa dan jati diri bangsa yang berbasis pada keragaman
dan kearifan lokal serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun berbagai
permasalahan masih dihadapi antara lain: (i) adanya kecenderungan menurunnya
pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari;(ii) menurunnya kualitas penggunaan bahasa Indonesia dan rasa cinta terhadap
produk dalam negeri;(iii) rendahnya kesadaran akan keberagaman budaya, nilai-nilai sejarah
dan kearifan lokal serta penghormatan terhadap adat, tradisi, dan kepercayaan;
(iv) menurunnya daya juang dan budaya kerja (etos kerja), sikap tenggang rasa dan
toleransi terhadap perbedaan yang dapat memicu terjadinya konflik sosial; dan
(v) menguatnya nilai-nilai priomordialisme dan fundamentalisme yang dapat mengancam
disintegrasi bangsa.
Manajemen Perizinan
Kurikulum Akreditasi PTK
Pendidikan Pendidikan
Pusat
Pendidikan Provinsi
Menengah
Kabupaten/Kota
25
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Isu mengenai pembiayaan juga mencakup efisiensi dari penggunaan anggaran. Secara
umum, anggaran pendidikan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Belanja pemerintah
untuk pendidikan meningkat hampir 3 kali sejak tahun 2001 sebagaimana terlihat dari
Gambar 1.19. Akan tetapi, peningkatan anggaran diindikasikan hanya berdampak sedikit
dalam peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu penyebabnya adalah adanya inefisiensi
dalam pembiayaan pendidikan yang mencakup hal-hal seperti misalnya pengelolaan dan
penyebaran guru yang kurang efektif, program sertifikasi guru yang tidak efektif, dan
kelemahan sistem pembiayaan program-program besar seperti BOS. Mengingat kebutuhan
anggaran yang semakin meningkat, adanya inefisiensi ini dapat menyebabkan anggaran
yang ada tidak mencukupi sesuai yang terlihat di Gambar 1.20.
Gambar 1.19 Anggaran Pendidikan di Indonesia Gambar 1.20 Perkiraan Anggaran Pendidikan
Sumber: Diolah oleh Bappenas Indonesia 2013-2020
Sumber: Diolah oleh Bappenas
b. Relevansi pendidikan kejuruan belum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dengan
cara: menyelaraskan ketersediaan paket keahlian SMK dengan kebutuhan dunia kerja;
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja/sesuai
dengan KKNI.
27
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
b. Kualitas, kompetensi, dan profesionalisme guru masih harus ditingkatkan, dengan cara:
meningkatkan kualifikasi guru; memperkuat sistem uji kompetensi guru dan
mengitegrasikan dengan sistem sertifikasi guru; menerapkan sistem penilaian kinerja
guru yang sahih, andal, transparan dan berkesinambungan; meningkatkan kompetensi
guru secaran berkelanjutan.
29
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN
DIREKTORAT PEMBINAAN SMK
DAFTAR ISI
A. Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 32
C. Tata Nilai 40
31
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Dengan terintegrasinya pendidikan dan kebudayaan, keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karya
manusia yang dikembangkan melalui proses pembelajaran dalam pendidikan dan adaptasi terhadap
lingkungannya dapat berfungsi sebagai pedoman untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Keseluruhan proses dan hasil interaksi sistemik dari proses pendidikan, budaya keagamaan,
budaya kebangsaan, budaya kesukuan, budaya tempatan, serta budaya global, yang terkait satu
sama lain dan dinamis menuju ke arah kemajuan peradaban bangsa. Selain itu, cita-cita dalam
Dengan mengacu kepada Nawa Cita, memperhatikan Visi 2025, serta integrasi pembangunan
pendidikan dan kebudayaan, maka ditetapkan Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019
adalah:
Terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan yang berkarakter dapat dimaknai sebagai terwujudnya
dengan baik apa yang disebut sebagai tujuh elemen ekosistem. Penyebutan insan secara terpisah adalah
untuk menekankan arti sangat penting dari peran pelaku dalam suatu ekosistem.
33
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Pemerintah memegang peranan penting dalam peningkatan akses, kualitas, dan relevansi
pendidikan serta daya saing anak-anak Indonesia, terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP),
pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada semua jenjang pendidikan serta pemberian
beasiswa miskin melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) sehingga keterjangkauan dan jaminan untuk
memperoleh layanan pendidikan dasar dan menengah dapat terpenuhi. Selain itu pemerintah
juga harus menjamin ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional di seluruh
jenjang pendidikan dan seluruh satuan pendidikan, serta mengurangi kesenjangan akses dan
kualitas antar propinsi, kabupaten dan kota serta daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Pemerintah daerah pun dituntut untuk berperan lebih daripada waktu sebelumnya. Sebagian cukup
besar penggunaan dana pendidikan dari APBN berada dibawah kontrol Pemerintah Daerah.
Pemanfaatan dana pendidikan yang berasal dari APBN dan APBD dapat diupayakan semakin
terkoordinasi, antara lain dengan mengkaitkan alokasi dana Pemerintah dihubungkan dengan
seberapa besar alokasi APBD daerah bersangkutan.
Terbentuknya insan serta ekosistem kebudayaan yang berkarakter dapat dimaknai sebagai:
1. Terwujudnya pemahaman mengenai pluralitas sosial dan keberagaman budaya dalam masyarakat,
yang diindikasikanoleh kesediaan untuk membangun harmoni sosial, menumbuhkan sikap
toleransi, dan menjaga kesatuan dalam keanekaragaman;
2. Terbentuknya wawasan kebangsaan di kalangan anak-anak usia sekolah yang diindikasikan
oleh menguatnya nilai-nilai nasionalisme dan rasa cinta tanah air;
3. Terwujudnya budaya dan aktivitas riset, budaya inovasi, budaya produksi serta pengembangan
ilmu dasar dan ilmu terapan yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri
untuk mendukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi;
4. Terwujudnya pelestarian warisan budaya baik bersifat benda (tangible) maupun tak benda
(intangible)
5. Terbentuknya karakter yang tangguh dengan melestarikan, memperkukuh dan menerapkan
nilai-nilai kebudayaan Indonesia;
6. Tingginya apresiasi terhadap keragaman seni dan kreativitas karya budaya, yang mendorong
lahirnya insan kebudayaan yang profesional yang lebih banyak;
7. Berkembangnya promosi dan diplomasi budaya.
35
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
KODE MISI
M1 Mewujudkan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan yang Kuat
M2 Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan
M3 Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu
M4 Mewujudkan Pelestarian Kebudayaan dan Pengembangan Bahasa
M5 Mewujudkan Penguatan Tata Kelola serta Peningkatan Efektivitas Birokrasi dan Pelibatan
Publik
5. Mewujudkan penguatan tata kelola serta peningkatan efektivitas birokrasi dan pelibatan
publik adalah dengan memaksimalkan pelibatan publik dalam seluruh aspek pengelolaan
kebijakan yang berbasis data, riset, dan bukti lapangan; membantu penguatan kapasitas tata kelola
pada pendidikan di daerah, mengembangkan koordinasi dan kerjasama lintas sektor di tingkat
nasional; mewujudkan birokrasi Kemendikbud yang menjadi teladan dalam tata kelola yang
bersih, efektif, dan efisien.
Misi Renstra dapat pula dijelaskan sebagai bagian dari revolusi mental. Misi renstra tersebut dilihat
sebagai tujuh jalan revolusi mental yang mengintegrasikan pengelolaan pembangunan pendidikan dan
kebudayaan, yaitu:
1. Menerapkan paradigma pendidikan untuk membentuk manusia mandiri dan berkepribadian;
2. Mengembangkan kurikulum berbasis karakter dengan mengadopsi kearifan lokal serta vokasi
yang beragam berdasarkan kebutuhan geografis daerah serta bakat dan potensi anak;
3. Menciptakan proses belajar yang nyaman dan menyenangkan untuk menumbuhkan kemauan
belajar dari dalam diri anak;
4. Memberi kepercayaan besar kepada kepala sekolah dan guru untuk mengelola suasana dan proses
belajar yang kondusif agar anak nyaman belajar;
5. Memberdayakan orangtua untuk terlibat lebih aktif pada proses pembelajaran dan tumbuh
kembang anak;
6. Membantu kepala sekolah untuk menjadi pemimpin yang melayani warga sekolah;
7. Menyederhanakan birokrasi dan regulasi pendidikan diimbangi pendampingan dan pengawasan
yang efektif.
Sejalan dengan semangat integrasi antara unit kerja di dalam Kementerian, Visi dan Misi Kementerian
merupakan visi dan misi Direktorat Pembinaan SMK. Selanjutnya Direktorat Pembinaan SMK hanya
menjabarkan tujuan strategis sebagai tindak lanjut penetapan tujuan strategis Kementerian.
37
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Sejalan dengan visi dan misi kemdikbud 2015-2019, berikut rumusan visi dan misi Direktorat Pembinaan
SMK ke depan.
Sebagai jabaran dari visi dan misi tersebut, berikut tujuan strategis serta sasaran strategis Direktorat
Pembinaan SMK :
1. Tujuan Strategis 1: Penguatan peran siswa, guru, tenaga kependidikan, orang tua, dan
aparatur institusi pendidikan dalam ekosistem pendidikan SMK dengan sasaran strategis:
4. Tujuan Strategis 4: Peningkatan sistem tata kelola yang transparan dan akuntabel
dengan melibatkan publik dengan sasaran strategis:
39
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
C. Tata Nilai
Sejalan dengan Renstra Kemendikbud 2015-2019 berikut tata nilai Direktorat PSMK:
1. Memiliki Integritas
Konsisten dan teguh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan, terutama dalam
hal kejujuran dan kebenaran dalam tindakan. Memiliki integritas, bersikap jujur dan mampu
mengemban kepercayaan.
3. Inisiatif
Inisiatif adalah kemampuan bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari
pekerjaan. Melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan, menciptakan peluang baru atau untuk
menghindari timbulnya masalah.
4. Pembelajar
Berkeinginan dan berusaha untuk selalu menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan
dan pengalaman serta mampu mengambil hikmah dan mejadikan pelajaran atas setiap kejadian.
5. Menjunjung Meritokrasi
Memiliki pandangan yang memberi peluang kepada orang untuk maju berdasarkan kelayakan dan
kecakapannya.
6. Terlibat Aktif
Suka berusaha mencapai tujuan bersama serta memberikan dorongan agar pihak lain tergerak
untuk menghasilkan karya terbaiknya.
7. Tanpa Pamrih
Tidak memilki maksud yang tersembunyi untuk memenuhi keinginan untuk memperoleh
keuntungan pribadi Memberikan dorongan dan semangat bagi pihak lain untuk suka berusaha
mencapai tujuan bersama serta memberikan inspirasi dan memberikan dorongan agar pihak lain
tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya.
41
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,
KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN
DAFTAR ISI
A. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional 44
C. Kerangka Regulasi 56
D. Kerangka Kelembagaan 57
43
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Uraian mengenai arah dan kebijakan nasional selanjutnya merujuk kepada sembilan agenda
prioritas (Nawa Cita) yang terkait dengan tugas dan fungsi Kemendikbud. Sebelum menguraikan
mengenai hal itu, ada baiknya dikemukakan kembali Nawa Cita yang menjadi acuannya, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
kepada seluruh warga negara;
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis, dan terpercaya;
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan;
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia;
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya;
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik;
8. Melakukan revolusi karakter bangsa;
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Agenda prioritas yang terkait langsung dengan pembangunan pendidikan dan kebudayaan, khususnya
yang sesuai dengan tugas dan fungsi Kemendikbud, tertuang dalam Nawa Cita nomor 2, 3, 4, 5, 6,
dan 8. Berikut dijabarkan arah kebijakan dan strategi pembangunan sesuai dengan agenda Nawa Cita
(sesuai dengan isi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019) yang terkait
langsung dengan tugas dan fungsi Direktorat PSMK.
NAWACITA.2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya;
NAWACITA.4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
45
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
1. Dalam rangka Taman Tekno dan Taman Sains arah kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
a. Pembangunan Taman Tekno Kabupaten/Kota diarahkan berfungsi sebagai:
1) pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan
hasil (pasca panen), industri manufaktur, ekonomi kreatif, dan jasa-jasa lainnya yang telah
dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala
ekonomi;
2) tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis
ke masyarakat luas;
47
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Berikut dijabarkan arah kebijakan dan strategi pencapaian sasaran strategis Direktorat Pembinaan SMK
2015-2019.
1. Penguatan Peran Siswa, Guru, Tenaga Kependidikan, Orang tua, dan Aparatur Institusi
Pendidikan dalam Ekosistem Pendidikan Kejuruan
Arah kebijakan yang diterapkan dalam melaksanakan tujuan strategis ini melalui Penerapan
pendidikan karakter di sekolah. Strategi ini bertujuan untuk:
a. Memotivasi pihak sekolah dan Pemda setempat dalam pengembangan mental dan akhlak mulia
para siswa melalui kegiatan dan pelatihan yang nantinya diharapkan dapat menyebar luaskan
ke siswa SMK dilingkungan daerahnya masing-masing.
b. Menumbuhkan disiplin dan tanggungjawab terhadap kegiatan di sekolah maupun di luar
sekolah.
c. Terciptanya generasi muda yang tangguh dan siap menuju ke kehidupan yang lebih baik
di masyarakat.
d. Memiliki budi pekerti yang baik dan berahklak mulia.
e. Berkembangnya rasa kerjasama dan kebersamaan sebagai upaya untuk menggalang persatuan
dan kesatuan generasi muda mendatang.
49
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
ii. Penyediaan Ruang Kelas Baru (RKB). Bantuan ini diutamakan untuk menambah ruang
kelas baru bagi SMK yang memiliki jumlah pendaftar yang meningkat dan siswa yang ada
melebihi daya tampung.
iii. Afirmasi khusus Pada Daerah 3 T. Bantuan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas
SMK yang berada di berada di Provinsi Papua dan Papua Barat, berada di Daerah Khusus,
dan berada di Daerah yang tergolong Tertinggal, Terluar, Terdepan (3T). Selain itu
dikembangkan pula Sekolah Garis Depan (SGD) pada daerah terluar Indonesia.
Aksesebilitas
Sinergitas SMK Pariwisata dengan SMK Kelautan
Interaksi ke pusat pertumbuhan melalui revitalisasi program keahlian dan kegiatan
pembelajaran. Pada tahun 2019 diproyeksikan
Gugus Pulau Kecil terdapat 25 SMK Kelautan yang bersinergi dengan
Bidang Pariwisata
e. Pengembangan Mutu melalui Cluster SMK Rujukan. SMK Rujukan adalah SMK yang unggul
dalam berbagai aspek sehingga bisa dijadikan acuan/rujukan/referensi bagi SMK-SMK lain.
SMK rujukan yang akan dikembangkan merupakan bagian dari program peningkatan mutu
51
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
pendidikan berbasis wilayah (propinsi, kab/kota). SMK Rujukan juga akan menjadi leader
dalam mengembangkan mutu SMK dan setidaknya memiliki 3 SMK aliansi yang akan dibina.
Setiap SMK Rujukan Menyusun SDP (School Development Plan) dan dibina secara bertahap
pencapaian SNP serta memiliki fasilitas bersama yang meliputi bengkel unggul, sumber belajar/
materi ajar online, website dan informasi kebekerjaan, perpustakaan termasuk e-library,
jaringan internet yang cukup, tempat pendampingan/ pelatihan guru, teaching factory,
testing center untuk kompetensi, produk dan jasa , serta ruang pamer produk/jasa SMK,
dan hubungan industri.
SMK Rujukan
SMK Reguler
Re Grouping
menjadi
2.000 SMK
SMK Aliansi
Siswa< 200
5.000 SMK
g. Harmonisasi Kompetensi Kejuruan dengan Kebutuhan Industri dan Review Paket Kejuruan.
Strategi ini bertujuan untuk membangun kerjasama industri dan penyelarasan kejuruan.
Strategi ini meliputi:
i. Pengembangan SMK Berbasis Industri/Keunggulan Wilayah. SMK Berbasis Industri/
Keunggulan Wilayah berfungsi sebagai pusat pengembangan unit produksi/teaching factory/
industrial based education berbasis keunggulan wilayahnya. Untuk menjadi SMK Berbasis
Industri, SMK harus mampu menyelenggarakan usaha bisnis/perusahaan dan dituntut
menjalankan fungsi-fungsi baku perusahaan, yaitu manajemen produksi, manajemen
pemasaran, manajemen personalia, manajemen keuangan, manajemen peralatan dan
perbekalan, prinsip-prinsip akuntansi, dan inti manajemen (general manager). Dengan
pembelajaran seperti ini, diharapkan lulusannya langsung dapat bekerja di Industri.
ii. Pengembangan SMK di Kawasan Industri Nasional dan Kawasan Berikat. SMK di kawasan
industri harus menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berbasis dunia kerja
(experiential education/work based learning/hand-on experience) utamanya adalah production
based learning (belajar membuat barang jadi yang marketable) yaitu belajar melalui kerja
yang sungguhan seperti yang terjadi di dunia kerja bisnis dan bukan belajar yang sifatnya
tiruan (artifisial).
iii. Kerjasama Industri Regional dan Internasional yang bertujuan untuk: a) memproyeksi
kebutuhan industri terhadap lulusan pendidikan kejuruan/ vokasi berdasarkan bidang
keahlian; b) menanggulangi kekurangan guru mata pelajaran produktif; c) menyedikan
tempat praktik yang memadai; dan d) meningkatkan mutu proses pembelajaran di
pendidikan kejuruan/ vokasi yang sangat memerlukan pengalaman kerja melalui pemagangan
di industri/perusahaan.
iv. Penyelarasan kejuruan melalui aktifitas: a) pengembangan standar Pola Penyelarasan
Kejuruan di SMK; b) pembentukan Majelis Kemitraan Pendidikan Kejuruan Indonesia (MKPI);
dan c) pengembangan rumusan KKNI kejuruan SMK
h. Standardisasi, Sertifikasi, dan Penjaminan Mutu Lulusan SMK. Strategi ini dilaksanakan
melalui aktifitas berikut:
i. Penyusunan SKL berdasar SKKNI
ii. Pelatihan Assesor SMK
iii. Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan, Proses Pembelajaran dan lulusan
i. Pemenuhan Guru Produktif melalui: a) kolaborasi dengan Lembaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan; b) Pengadaan Guru Produktif oleh Pemerintah (Pusat+Daerah); dan
c) Recognition Prior Learning (RPL).
j. Pengembangan SMK Berbasis Pesantren/Komunitas. Bantuan diberikan kepada SMK yang
berada di Pondok Pesatren/Komunitas dan memiliki siswa yang bermukim di asrama Pesantren/
Komunitas. Pemanfaatan dana ditujukan untuk: a) pengembangan/Pembangunan/rehabilitasi
gedung pembelajaran Teori/ Ruang Praktik Siswa beserta perabotnya; b) pembangunan/
rehabilitasi asrama; c) pengadaan Peralatan Praktik; dan d) Biaya perencanaan, pengawasan,
dan pengelolaan administrasi.
53
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
4. Peningkatan sistem tata kelola yang transparan dan akuntabel dengan melibatkan publik
Arah kebijakan yang diterapkan dalam melaksanakan tujuan strategis ini melalui:
a. Pengelolaan data pokok pendidikan menengah kejuruan
b. Perencanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dan kinerja lembaga
c. Penyediaan layanan informasi kebijakan
d. Pengembangan e-Bantuan. Implementasi e-bantuan SMK untuk proses penyaluran bantuan
dan pelaporannya dengan melibatkan ekosistem sekolah, disdik prov/kab/kota dan masyarakat.
Ekosistem
Masyarakat Kerjasama
Kerjasama
e bantuan
Ekosistem
Sekolah
55
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
C. Kerangka Regulasi
Kerangka regulasi dibutuhkan Direktorat Pembinaan SMK untuk mendukung tercapainya sasaran
pembangunan sebagaimana tercantum pada RPJMN. Berikut dijabarkan kerangka regulasi yang
dibutuhkan untuk mengawal tercapainya arah kebijakan, strategi dan sasaran Direktorat Pembinaan
SMK 2015-2019 serta urgensi perlunya kerangka regulasi. Perincian mengenai jenis kebutuhan regulasi
dan pentingnya regulasi dalam mendukung pencapaian sasaran strategis Direktorat Pembinaan
SMK, dijelaskan pada tabel 3.1.
D. Kerangka Kelembagaan
Kerangka kelembagaan adalah perangkat institusi yang meliputi struktur organisasi, ketatalaksanaan,
dan pengelolaan aparatur sipil negara. Kerangka kelembagaan disusun dengan tujuan antara lain:
1) meningkatkan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang pembangunan sebagaimana terdapat dalam
RPJMN sesuai dengan fungsi dan visi/misi Kemendikbud; 2) membangun struktur organisasi yang
tepat fungsi dan ukuran untuk menghindari duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi Kemendikbud dalam melaksanakan program-programnya; dan 3) memperjelas
ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalisme sumber daya aparatur.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 11 Tahun 2015 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Pembinaan SMK mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pembinaan
sekolah menengah kejuruan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pembinaan SMK
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana,
pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan;
b) koordinasi dan pelaksanaan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana,
pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan;
c) peningkatan kualitas pendidikan karakter peserta didik sekolah menengah kejuruan;
d) fasilitasi sarana dan prasarana dan pendanaan sekolah menengah kejuruan;
e) fasilitasi pembangunan teaching factory dan technopark di lingkungan sekolah menengah
kejuruan;
f ) pemberian pertimbangan izin dan kerja sama penyelenggaraan sekolah menengah kejuruan yang
diselenggarakan perwakilan negara asing atau lembaga asing;
g) pelaksanaan penyelarasan kejuruan dan fasilitasi kerja sama industri;
h) fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu sekolah menengah kejuruan;
i) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kurikulum, peserta didik, sarana
dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan;
j) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan
prasarana, pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan;
k) pelaksanaan evaluasi dan laporan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana,
pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan; dan
l) pelaksanaan administrasi Direktorat.
Bagan Organisasi Direktorat Pembinaan SMK dapat dilihat pada Gambar 3.1.
57
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Ditjen
Dikdasmen
Sekertariat
Ditjen
Subang TU
Dalam mendukung penyelarasan proses pembelajaran di SMK dengan dunia usaha dan dunia
industri, Direktorat Pembinaan SMK membentuk sub direktorat baru yaitu Sub Direktorat Penyelarasan
Kejuruan Dan Kerjasama Industri sebagai langkah strategik pelibatan publik dalam pengembangan
SMK. Sub Direktorat ini bertugas untuk melaksanakan penyusunan bahan perumusan, koordinasi,
dan pelaksanaan kebijakan, norma, standar, prosedur, kriteria, bimbingan teknis dan supervisi
di bidang penyelarasan kejuruan dan fasilitasi kerja sama industri pada SMK dan berfungsi untuk:
a. Penyusunan bahan perumusan, koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelarasan
kejuruan dan kerja sama industri SMK;
b. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelarasan kejuruan dan
kerja sama industri sekolah menengah kejuruan;
c. Penyusunan bahan fasilitasi kerja sama industri SMK;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelarasan kejuruan dan kerja sama
industri sekolah menengah kejuruan; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan laporan penyelarasan kejuruan dan kerjasana industri sekolah
menengah kejuruan.
Berikut dijabarkan kegiatan yang menjadi tugas tambahan dari fungsi setiap sub direktorat di dalam
Direktorat Pembinaan SMK.
1. Subdit Kelembagaan Dan Sarana Prasarana bertanggung jawab pada pelaksanaan, antara lain :
a. Pengembangan SMK Rujukan
b. Penguatan Tata Kelola SMK Rujukan
c. Pengembangan Technopark
d. SMK Kelautan Pendukung Kemaritiman
e. SMK Pertanian Pendukung Ketahanan Pangan
f. Pengembangan SMK Pariwisata
g. Naskah Standar Sarana dan Prasarana
h. Unit Sekolah Baru (USB) SMK
i. Ruang Kelas Baru (RKB) SMK
j. Ruang Praktik Siswa (RPS) SMK
k. Bantuan Peralatan Praktik SMK
l. Rehabilitasi Ruang Belajar
m. SMK Berbasis Pesantren/Komunitas
n. SMK di Papua/Papua Barat/Daerah Khusus/3T.
59
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Bimtek Cara Penilaian (Metode Penilaian), Bimtek Penyusunan Soal Teori UN Kejuruan,
Bimtek Penyusunan Soal UKK, Bimtek UNBK, dan Bimtek Penjaminan mutu dalam penilaian.
Sampai akhir tahun 2019 sebesar 75% sekolah melaksanakan UNBK.
• Pengembangan perpustakaan sebagai resource center dalam pembelajaran yang meliputi
penyusunan pedoman perpustakaan sekolah, pengembangan perpustakaan sekolah sebagai
resource center, pemberian bantuan sosial, dan pendampingan pengelolaan perpustakaan.
Sampai akhir tahun 2019 sebesar 75% terfaslitasi perpustakaannya.
• Pelaksanaan pameran kreatif menunjang peningkatan kompetensi siswa yang meliputi
pedoman pameran kreatif, bantuan sosial untuk pameran, pendampingan dan supervisi. 30 SMK
setiap tahun
• Penyelesaian Proyek kerjasama dengan Jerman SEDTVET pada tahun 2016.
4. Subdit Program dan Evaluasi bertanggung jawab pada pelaksanaan, antara lain :
a. Dokumen Perencanaan
b. Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Program
c. Laporan Kinerja
d. Dokumen Layanan Informasi Kebijakan
e. Kemitraan Direktorat Dengan Institusi/Lembaga
f. Data Pokok Pendidikan Khusus SMK
61
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
5. Subdit Penyelarasan Kejuruan Dan Kerjasama Industri bertanggung jawab pada pelaksanaan:
a. Pengembangan SMK Berbasis Industri/Keunggulan Wilayah
b. Pengembangan SMK Di Kawasan Industri Nasional dan Kawasan Berikat
c. Kerjasama Industri Regional dan Internasional
d. Standar Pola Penyelarasan Kejuruan Di SMK
e. Pengembangan dan Pemberdayaan MKPI
f. Rumusan Program Kejuruan SMK berbasis KKNI.
63
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
BAB IV
TARGET KINERJA DAN
KERANGKA PENDANAAN
DAFTAR ISI
A. Target Kinerja 66
B. Kerangka Pendanaan 74
65
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
A. Target Kinerja
Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015—2019 merupakan bagian dari
sistem perencanaan dan penganggaran Pemerintah, seperti yang diperintahkan oleh
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Renstra merupakan persyaratan
utama bagi upaya mewujudkan akuntabilitas dan transparansi serta peningkatan mutu keluaran
(output) dan hasil (outcome) dalam pemanfaatan APBN. Renstra akan menjadi acuan (guidance)
pelaksanaan program dan kegiatan bagi setiap pimpinan unit kerja agar dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya semakin akuntabel (accountable). Renstra saat ini adalah bagian dari konsistensi
penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja.
Renstra menggambarkan keterkaitan antara sasaran kementerian, sasaran program, dan sasaran
kegiatan dengan Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), Indikator Kinerja Program (IKP) dan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Penetapan target kinerja ditentukan setelah IKSS, IKP, dan IKK disusun
dan disepakati baik di tingkat kementerian maupun di tingkat Eselon I. Target kinerja menunjukkan
tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh Kementerian, program, dan kegiatan dalam
periode 2015—2019. Oleh karena itu Kemendikbud di dalam menyusun dan menetapkan target kinerja
mengacu dan memperhatikan beberapa kriteria, yaitu:
1. Target kinerja harus dapat menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan dicapai
dari setiap indikator kinerja sasaran (IKSS, IKP, dan IKK);
2. Penetapan target dipilih karena relevan karena relevan dengan indikator kinerjanya, logis
dan berdasarkan pada baseline data yang jelas.
Dalam sistem perencanaan dan penganggaran saat ini, setiap Eselon I diharapkan menetapkan satu
program dengan satu atau lebih sasaran program dan dilengkapi dengan IKP dari masing-masing
sasaran program, sedangkan Eselon II dimungkinkan memiliki satu atau lebih kegiatan dengan
masing-masing kegiatan memiliki satu atau lebih sasaran kegiatan sesuai dengan karakteristik tugas
dan fungsinya yang dilengkapi dengan IKK untuk masing-masing sasaran kegiatan. Target kinerja
program di setiap Eselon I dan target kinerja kegiatan di seluruh Eselon II harus mencerminkan target
kinerja kementerian dan program prioritas nasional. Hubungan antara struktur organisasi, struktur
program dan kegiatan, dan kinerja disajikan pada gambar 4.1.
NASIONAL
FUNGSI PRIORITAS
SASARAN IK SASARAN
KABINET PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN TARGET
SUB-FUNGSI PROGRAM NASIONAL NASIONAL
LINTAS
KEMENTRIAN/LEMBAGA
Sasaran
Kebijakan K/ L IK SASARAN TARGET
Kementerian/ Bagian Anggaran/ Strategis K/L
Strategis
Lembaga Organisasi Impact/ Outcome
Program Sasaran
Indikator Kinerja
Unit Organisasi Program Program TARGET
Kegiatan
ES 1*) (Outcome)
Sasaran
Unit Kerja Kegiatan Program Indikator Kinerja TARGET
Kegiatan
ES 2*) (Output) Kegiatan
Target kinerja sasaran strategis dan target kinerja sasaran program ditetapkan berdasarkan unit Eselon
II yang dikelola Direktorat Pembinaan SMK sebagaimana dibahas dalam Bab III sub bab Kerangka
Kelembagaan. Target kinerja dimaksud ditetapkan untuk setiap tahun selama kurun waktu lima tahun.
Penjelasan dari setiap target kinerja Direktorat Pembinaan SMK sebagai berikut:
67
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
T.1: Penguatan Peran Siswa, Guru, Tenaga Kependidikan, Orangtua, dan Aparatur Institusi
Pendidikan Dalam Ekosistem Pendidikan
Tabel 4.1 Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T1
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SS1 Meningkatnya perilaku
positif siswa
IKSS Indeks integritas siswa SMK indeks 67/67 68/69 70/72 72/74 74/76 77/78
1.2
IKSS Rata-rata nilai sikap siswa Nilai cukup Baik Baik Baik Baik Baik
1.3 SM minimal baik
T.3: Peningkatan Akses PAUD, Dikdas, Dikmen, Dikmas, dan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus
Tabel 4.2 Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T3
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SS6 Meningkatnya angka
partisipasi penduduk
usia pendidikan dasar
dan menengah
IKSS APK SMA/SMK/SMLB/Paket % 68,92 75,70 79,31 82,15 84,09 85,71
6.5 C sekurang-kurangnya
85,71 %
IKSS APM SMA/SMK/SMLB % 60,56 63,76 66,87 69,49 71,12 73,05
6.6 sekurang-kurangnya
67,50%
IKSS Rasio APK SMA/SMK/SMLB Rasio 0.53 0.54 0.55 0.57 0.58 0.60
6.8 antara 20% penduduk
termiskin dan 20%
penduduk terkaya sebesar
0.6
IKSS Rata-rata lama sekolah Thn 8.1 8.2 8.3 8.5 8.7 8.8
6.9 penduduk usia di atas 15
tahun sebesar 8,8 tahun
T.4: Peningkatan Mutu dan Relevansi Pembelajaran yang Berorientasi pada Pembentukan
Karakter
Tabel 4.3 Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T4
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SS 8 Meningkatnya mutu
layanan dan lulusan
pendidikan dasar dan
menengah
IKSS Persentase paket keahlian % 48,17 51,54 54,90 58,27 61,63 65,00
8.4 SMK berakreditasi minimal
B sekurang-kurangnya 65%
IKSS Persentase SM/SMLB yang % 0 0 40,00 50,00 60,00 75,00
8.7 memenuhi SPM sebanyak
75%
IKSS Sejumlah minimal % 0 60,00 65,00 75,00 80,00 90,00
8.9 90% kab/kota memiliki
Indeks pencapaian SPM
pendidikan menengah
sebesar 1
IKSS Rata-rata nilai ujian Nilai 6.0 6.2 6.5 6.7 7.0 7.5
8.12 nasional SMA minimal 7.0
dan UN SMK minimal 7.0
T.6: Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel dengan Melibatkan Publik
Tabel 4.4 Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T4
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SS 14 Meningkatkan
akuntabilitas kinerja
Kemendikbud
IKSS Skor LAKIP minimal Skor 72 80 80 80 80 80
14.1 sebesar 80
SS15 Dipertahankannya opini
Laporan Keuangan
Kemendikbud Wajar
Tanpa Pengecualian
(WTP)
IKSS Laporan Keuangan opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP
15.1 Kemendikbud mendapat
opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP)
SS16 Meningkatnya pelibatan
publik dalam tata
kelola pendidikan dan
kebudayaan
IKSS Indeks kepuasan Indeks 72 73 74 75 76 77
16.1 pemangku kepentingan
kemendikbud sebesar 77
69
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Tabel 4.5 Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari Program Pendidikan Dasar dan Menengah
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SP 3.2 Siswa yang
berpartisipasi
mengikuti pendidikan
SMA/SMK/SMLB/Paket C
IKP APK SMA/SMK/SMLB/ % 68.92 75.70 79.31 82.15 84.09 85.71
3.2.1 Paket C
IKP Angka melanjutkan SMP/ % 81.00 81.50 82.00 84.00 86.00 88.00
3.2.2 MTs ke SMA/SMK
IKP Rasio APK % 100 100 100 100 100 100
3.2.3 perempuan:laki-laki di
SMA/SMK
SP 3.3 Persentase Angka Putus
Sekolah SMA/SMK/
SMLB/ Paket C
IKP Jumlah siswa jenjang siswa 3.700 3.856.476 3.856.676 3.856.899 3.856.979 3.858.211
3.3.1 pendidikan menengah
penerima bantuan
melalui Kartu Indonesia
Pintar
IKP Angka putus sekolah % 1,66 1,20 1,10 1,00 0,90 0,80
3.3.2 SMA/SMK
SP 3.4 Sekolah Menengah di
setiap kecamatan pada
tahun 2019
IKP Persentase kecamatan % 71.00 76.60 82.50 88.30 94.20 100.00
3.4.1 yang memiliki minimal 1
sekolah menengah
SP 3.5 Peningkatan kualitas
pembelajaran
IKP Jumlah SD/SDLB sek 15,300 15,300 15,300 15,300 15,300 15,300
3.5.1 dan SMP/SMPLB
yang dipersiapkan
berakreditasi minimal B
IKP Rata-rata nilai sikap siswa Nilai Baik Baik Baik Baik Baik Baik
3.5.2 SD/SDLB, SMP/SMPLB, Sikap
SMA/SMLB, dan SMK
minimal baik (pendidikan
karakter)
IKP Jumlah perolehan medali 140 141 148 152 160 168
3.5.3 medali tertimbang dari
kompetisi internasional
tingkat pendidikan dasar
dan menengah
Tabel 4.5 Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari Program Pendidikan Dasar dan Menengah
(lanjutan)
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
IKP SM menerapkan program % 0 15.0 30.0 45.0 60.0 75.0
3.5.8 penyelarasan dengan
dunia kerja
SP 3.6 Jumlah sekolah
menengah rujukan/
model di setiap
kabupaten/kota
IKP Persentase Kabupaten/ % 21.10 29.4 49.9 70.5 90.0 100.0
3.6.1 Kota yang memiliki
Minimal 1 Sekolah
Menengah Rujukan/
Model
IKP Persentase SM yang % 60 65 70 75 80 85
3.6.2 memenuhi akreditasi
minimal B
SP 3.7 Meningkatnya kualitas
satuan pendidikan
melalui peningkatan
8 Standar Nasional
Pendidikan (SNP)
IKP Persentase satuan % 0 14 29 52 76 95
3.7.1 pendidikan yang
meningkat indeks
efektivitasnya
berdasarkan SNP
SP 3.8 Tata kelola ditjen
pendidikan dasar dan
menengah yang baik
IKP Data pendidikan dasar % 80 85 87 89 92 95
3.8.1 dan menengah akurat,
berkelanjutan, dan
terbarukan
IKP Nilai minimal LAKIP nilai 70 72 73 75 78 80
3.8.2 Ditjen Dikdasmen
sebesar 80 (baik)
71
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Tabel 4.6 Sasaran Kegiatan (SK) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Penyediaan & Peningkatan Layanan Pendidikan SMK
TARGET
SASARAN/ INDIKATOR
2015 2016 2017 2018 2019
Tercapainya perluasan dan pemerataan akses pendidikan SMK bermutu, berkesetaraan jender, dan
relevan dengan kebutuhan masyarakat, di semua kabupaten dan kota
IKK 3.1 Jumlah siswa SMK penerima 4,475,329 4,918,551 5,106,953 5,209,146 5,327,316
BOS SM
IKK 3.2 Jumlah RKB SMK yang 3,100 6,450 5,373 3,749 3,065
dibangun
IKK 3.3 Jumlah unit SMK baru yang 35 126 126 126 126
dibangun
IKK 3.4 Pembangunan Prasarana 300 5,799 5,799 5,799 5,799
Pembelajaran SMK
IKK 3.5 Rehabilitasi ruang 130 3,309 3,309 3,309 3,309
pembelajaran SMK
IKK 3.6 Pengadaan Sarana 11,200 2,277 2,277 2,277 2,277
Pembelajaran
IKK 3.7 Jumlah SMK yang 870 11,384 11,384 11,384 11,384
menerapkan kurikulum yang
berlaku
IKK 3.8 Jumlah bahan ajar SMK yang 350 355 360 365 370
disusun
IKK 3.9 Jumlah SMK yang 182 187 192 197 202
menerapkan standar
penilaian pendidikan
IKK 3.10 Jumlah SMK Rujukan 117 375 350 300 300
IKK 3.11 Jumlah SMK yang 200 200 200 200 200
melaksanakan teaching
factory/technopark
IKK 3.12 Jumlah SMK Berbasis 340 300 400 500 600
Pesantren/Komunitas/
Insdustri
IKK 3.13 Jumlah SMK yang mendapat 96 96 96 96 96
intervensi perluasan akses
dan peningkatan mutu di
Papua/Papua Barat
IKK 3.14 Jumlah siswa yang 0 1,527,200 1,624,448 1,656,961 1,720,481
melaksanakan praktik kerja
industri
IKK 3.15 Persentase SMK yang 8 10 20 30 40
menyediakan layanan BKK
yang menjembatani dengan
DU/DI
Tabel 4.6 Sasaran Kegiatan (SK) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Penyediaan & Peningkatan Layanan Pendidikan SMK (lanjutan)
TARGET
SASARAN/ INDIKATOR
2015 2016 2017 2018 2019
IKK 3.16 Jumlah SMK yang melakukan - 100 150 200 250
pembelajaran kewirausahaan
IKK 3.17 Jumlah sekolah yang 0 4,250 5,500 7,000 8,250
menerapkan kemitraan
dengan Dunia Usaha dan
Dunia Industri (DUDI) dan
Institusi lainnya
IKK 3.18 Jumlah siswa SMK yang 1,150 2,350 2,400 2,450 2,500
mengikuti lomba/olimpiade,
festival, debat, dan unjuk
prestasi tingkat nasional dan
internasional
IKK 3.19 Jumlah siswa SMK yang 19,655 19,655 19,655 19,655 19,655
memperoleh beasiswa
IKK 3.20 Jumlah sekolah SMK yang 4,346 4,346 4,346 4,346 4,346
menerapkan pendidikan
karakter
IKK 3.21 Revitalisasi Paket keahlian di - 75 110 138 158
Kabupaten/Kota
IKK 3.22 Jumlah siswa SMK penerima 2,154,167 2,154,167 2,154,167 2,154,167 2,154,167
bantuan melalui KIP
IKK 3.23 Jumlah SMK pariwisata 40 140 140 140 140
dan kelautan/maritim
yang dikembangkan untuk
meningkatkan produktivitas
rakyat dan daya saing
IKK 3.24 Jumlah SMK Pertanian 60 160 160 160 160
yang dikembangkan
untuk mendukung poros
ketahanan pangan
IKK 3.25 Satker yang mendapat 35 35 35 35 35
dukungan manajemen dan
layanan teknis SMK
73
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
B. Kerangka Pendanaan
Pembagian kewenangan pendidikan menurut UU Nomor 23 tahun 2014 tersebut dibagi kedalam
tiga tingkatan yaitu kewenangan tingkat pemerintah/kementerian, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota. Adapun substansi kewenangannya mencakup bidang manajemen
pendidikan, kurikulum, pendidik/guru dan tenaga kependidikan, perizinan pendidikan, serta bahasa
dan sastra. Penjelasan mengenai kewenangan tingkatan pemerintahan dan bidang yang dikelola
dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan mengatur pembagian
tanggung jawab pendanaan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk satuan pendidikan. Tabel 4.8 menunjukkan
pembagian peran Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam pendanaan pendidikan,
khususnya yang terkait dengan pendidikan dasar dan menengah.
75
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Bagi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, ada komponen pendanaan yang
ditanggung oleh penyelenggara/masyarakat yang bersangkutan dan ada pula yang perlu mendapat
dukungan dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah seperti disajikan pada tabel 4.9.
Tabel 4.9
Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan oleh Penyelenggara atau
Satuan Pendidikan yang Didirikan Masyarakat
Penanggung Jawab
No Jenis Biaya
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah
I Biaya Investasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Pendidikan
a. Sekolah Standar Penyelenggara/Satuan Pendidikan
Nasional
b. Tambahan sampai Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orang tua/
menjadi Sekolah Pemerintah/Pemda
Berbasis Keunggulan
Lokal
2. Biaya Investasi Selain Lahan Pendidikan
a. Sekolah Standar Penyelenggara/ Penyelenggara/Satuan Pendidikan/
Nasional Satuan Pendidikan Masyarakat
b. Sekolah Berbasis Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orangtua/
Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda
II Biaya Investasi Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Penyelenggara/Satuan Pendidikan
2. Biaya Investasi Selain Penyelenggara/Satuan Pendidikan
Lahan
III Biaya Operasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Personalia
a. Sekolah Standar Penyelenggara/Satuan Pendidikan
Nasional
b. Sekolah Berbasis Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orangtua/
Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda
2. Biaya Nonpersonalia
a. Sekolah Standar Pemda Penyelenggara/Satuan Pendidikan/
Nasional Masyarakat
b. Sekolah Berbasis Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orang tua/
Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda
IV Biaya Operasi Penyelenggaraan Pendidikan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Personalia Penyelenggara/Satuan Pendidikan
2. Biaya Nonpersonalia Penyelenggara/Satuan Pendidikan
V Bantuan Biaya Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orang tua/
Pendidikan dan Pemerintah/Pemda
Beasiswa
Selain menjadi tanggung jawab penyelenggara dan satuan pendidikan, pendanaan pendidikan
juga menjadi tanggung jawab peserta didik, orang tua dan/atau wali peserta didik. Tanggung jawab
tersebut adalah: (i) biaya pribadi peserta didik; (ii) pendanaan biaya investasi selain lahan untuk
satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang
77
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/
atau satuan pendidikan; (iii) pendanaan biaya personalia pada satuan pendidikan bukan pelaksana
program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan
pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan; (iv) pendanaan biaya
nonpersonalia pada satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun
nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh
penyelenggara dan/atau satuan pendidikan; dan (v) pendanaan sebagian biaya investasi pendidikan
dan/atau sebagian biaya operasi pendidikan tambahan yang diperlukan untuk mengembangkan
satuan pendidikan berbasis keunggulan lokal.
Pendanaan Pendidikan dapat diperoleh juga dari masyarakat di luar penyelenggara dan satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat serta peserta didik atau orang tua/walinya dengan syarat
diberikan secara sukarela, dibukukan dan dipertanggungjawabkan secara transparan kepada pemangku
kepentingan satuan pendidikan. Pendanaan masyarakat tersebut diaudit oleh akuntan publik serta
diumumkan secara transparan di media cetak berskala nasional dan kemudian dilaporan kepada
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan apabila jumlahnya melebihi jumlah tertentu yang ditetapkan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Sejak tahun anggaran 2009 amanat UUD 1945 dan UU Sisdiknas (sesuai dengan keputusan
Mahkamah Konstitusi No. 13 Tahun 2008) telah dipenuhi oleh pemerintah dengan menyediakan
anggaran pendidikan 20% dari APBN. Total anggaran tahun 2009 mencapai Rp207 triliun atau 20%
dari APBN sebesar Rp1.037 triliun, dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 4% dan tingkat
inflasi 3,5%. Pada tahun 2010, 20% anggaran pendidikan dari APBN Rp225,2 triliun, yang mencakup
128,7 triliun disalurkan melalui belanja transfer ke daerah dan sebesar Rp96,5 triliun disalurkan melalui
belanja kementerian/lembaga. Pada tahun 2014 diperkirakan APBN akan mencapai Rp1.678 triliun
dengan asumsi pertumbuhan ekonomi mencapai 8% dan tingkat inflasi 4,8%, sehingga 20% anggaran
pendidikan dari APBN tahun 2014 diperkirakan mencapai Rp349,2 triliun.
Namun demikian sesuai dengan hasil perhitungan dalam Kerangka pengeluaran Jangka Menengah yang
disusun oleh setiap unit utama/eselon I terhadap program dan kegiatan yang diampunya didapatkan
perkiraan kebutuhuan anggaran seprti ditunjukkan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Perkiraan Kebutuhan Anggaran di Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015 - 2019
Perkiraan kebutuhan anggaran Direktorat PSMK selama periode 2015-2019 adalah sebesar Rp 57,975
triliun. Untuk mencapai sasaran Renstra Direktorat Pembinaan SMK diperlukan peran serta Pemerintah
Provinsi, Kabupaten dan Kota, masyarakat, orang tua, dan dunia usaha untuk berpartisipasi dalam
pemenuhan pendanaan pendidikan.
79
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
b. Tata Kelola
Penjabaran rencana strategis harus dikawal sampai dengan tahapan implementasi yang
dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMK maupun oleh pemerintah daerah sebagai rekan
kerja di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Pengaturan distribusi anggaran perlu disesuaikan
dengan pembagian wewenang dan tanggung jawab antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah untuk mencegah terjadinya tumpeng tindih dalam pengalokasian anggaran dan
pelaksanaan pembangunan Pendidikan di daerah.
c. Pengendalian dan Pengawasan
Pengendalian terhadap implementasi Renstra dilakukan melalui pengawasan internal yang
merupakan tanggungjawab dari Direktorat Pembinaan SMK dengan bekerja sama dengan
unit pengawas di tingkat daerah. Pengawasan difokuskan untuk menjaga efektifitas dan efisiensi
penyelenggaraan pembangunan Pendidikan di daerah. Sistem pengawasan internal yang efektif
dilakukan melalui pengendalian operasional dan finansial, manajemen risiko, sistem informasi
manajemen, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Pemangku Kepentingan
Peserta Satuan Media Pengelola Pendidikan
Orang Tua PTK DUDI Pegawai
Didik Pendidikan di Daerah
Integrasi Proses
Integrasi Data
81
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup berbagai aspek sebagai berikut: 1) penjaminan
mutu, relevansi, dan daya saing; 2) pemerataan dan perluasan akses pendidikan menengah dan tinggi;
3) peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan kemitraan pendidikan dan kebudayaan. Pemantauan dan
evaluasi dapat dilakukan oleh pemerintah, BSNP, LPMP, dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi,
dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten dan kota, dinas pendidikan dan kebudayaan kecamatan,
dan satuan pendidikan.
Presiden RI
Men. DN
Bupati/ Walikota Form C Gubernur Form C
Men. PPN
u.p Bappeda 10 hari setelah u.p Bappeda 14 hari setelah
triwulan berakhir triwulan berakhir Men. Keu
Men. PAN
Form C 5 hari setelah Form C Form C
triwulan berakhir
Form A
10 hari setelah
Form B Form B Form B triwulan berakhir
5 hari setelah
Form A Form A Form A triwulan berakhir
Form A Form A
PPTK PPTK Ka. Unit Kerja K/ L
Keterangan : 1. Gubernur melakukan pemantauan pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang meliputi
pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya, 2. Bupati/Walikota melakukan
pemantauan pelaksanaan tugas pembantuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan
tugas dan kewenangannya, 3. Kepala SKPD Provinsi melakuksn pemantauan pelaksanaan dekonsentrasi
dan tugas pembanatuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan
kewenangannya, 4. Kepala SKPD Kabupaten/Kota melakukan pemantauan pelaksanaan tugas pembantuan
yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya
83
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Untuk mendukung pelaksanaan PP Nomor 39 Tahun 2006, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menerbitkan Permendikbud Nomor 42 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemanfaatan Sistem E-Monitoring
Serapan Anggaran untuk Pemantauan dan Pengendalian Pelaksanaan Program, Kegiatan dan Anggaran
di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Salah satu pasal dalam Permendikbud
tersebut mengamanatkan bahwa setiap satker yang memanfaatkan APBN wajib melaporkan secara
online setiap perkembangan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran kepada atasan satker dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai penanggung jawab anggaran fungsi pendidikan.
Selain itu, hasil pemantauan dan evaluasi juga dapat digunakan sebagai masukan bagi BSNP, BAN-
SM, BAN-PT, BAN-PNF, dan lembaga sertifikasi kompetensi untuk meningkatkan kinerja badan-badan
tersebut dalam melaksanakan standardisasi, akreditasi, penjaminan dan pengawasan mutu, pemantauan
dan evaluasi program, kegiatan serta hasil belajar tingkat nasional.
5. Pemantauan dan Evaluasi Renstra oleh SKPD Provinsi, Kabupaten, dan Kota, serta Satuan
Pendidikan
Pemantauan dan evaluasi Renstra dilakukan secara berjenjang sebagai berikut:
a) Pemantauan dan Evaluasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat Provinsi
Pemantauan dan evaluasi oleh pemerintah provinsi digunakan untuk: (i) mengukur tingkat
pencapaian target pembangunan pendidikan dan kebudayaan provinsi; (ii) memperbaiki
kinerja aparatur Pemda Kabupaten dan Kota, Kecamatan, dan satuan pendidikan; dan
(iii) meningkatkan kemampuan dan kesanggupan aparatur pemda provinsi dalam
melaksanakan tugas pemantauan dan evaluasi.
b) Pemantauan dan Evaluasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten dan Kota
Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten dan kota
bertujuan untuk: (i) mengukur tingkat pencapaian target pembangunan pendidikan pada
kabupaten dan kota tersebut sesuai dengan Renstra SKPD kabupaten dan kota kurun waktu
2015—2019; (ii) memperbaiki kinerja aparatur pemda kecamatan dan satuan pendidikan agar
kapabilitas dan kapasitas dalam penyelenggaraan pendidikan makin meningkat; dan
(iii) meningkatkan kemampuan dan kesanggupan aparatur pemda kabupaten dan kota
dalam melaksanakan tugas pemantauan dan evaluasi.
d) Pemantauan dan Evaluasi oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan
Pemantauan yang dilakukan BSNP bertujuan mengevaluasi capaian Standar Nasional
Pendidikan. Sementara itu, pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan adalah untuk mendapatkan pemetaan capaian standar nasional yang
dijadikan dasar dalam mengembangkan model intervensi, untuk meningkatkan kualitas
pendidikan sehingga mencapai standar nasional serta membantu BAN-SM, BAN-PNF, dan
BAN-PT dalam mengakreditasi satuan pendidikan.
85
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
BAB V
PENUTUP
87
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK Tahun 2015—2019 merupakan kesinambungan dari
Renstra Direktorat Pembinaan SMK Tahun 2010—2014. Penyusunan Renstra Direktorat Pembinaan
SMK Tahun 2015—2019 dilakukan melalui berbagai tahapan, antara lain mengidentifikasi, verifikasi,
menganalisis data, termasuk koordinasi dengan unit kerja di lingkup Direktorat, dan partisipasi
seluruh pejabat di lingkungan Direktorat Pembinaan SMK. Renstra ini juga telah mengakomodasi
semua tugas dan fungsi Direktorat Pembinaan SMK sesuai dengan Permendikbud Nomor 11
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Renstra Direktorat Pembinaan SMK Tahun 2015—2019 digunakan sebagai pedoman dan arah
pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang hendak dicapai pada periode 2015—2019, serta
merupakan dasar dan acuan bagi Eselon III dan Eselon IV untuk menyusun (1) Rencana Kerja (Renja)
dan RKA-KL; (2) Koordinasi perencanaan dan pengendalian kegiatan; (3) Laporan Tahunan; dan
(4) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai tolak ukur pencapaian dan keberhasilan jajaran eselon III
dan IV di lingkungan Direktorat Pembinaan SMK juga telah disesuaikan dengan tugas dan fungsinya
sesuai dengan perubahan struktur Kemendikbud. Selanjutnya IKK ini harus disusun rencana
pencapaianya ke dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT)/RKA-KL dan diperjanjikan ke dalam format Kontrak
Kinerja yang memuat, antara lain: program utama yang dilaksanakan, sasaran yang akan dicapai, output
(keluaran) yang akan diwujudkan, dan janji outcome (hasil), yang pada setiap akhir tahun diminta
pertanggungjawabannya dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pembinaan SMK.
Semoga dengan disusunnya rencana strategis ini perencanaan program Pendidikan Menengah
khususnya pendidikan di SMK akan lebih terarah, akurat dan akuntabel.
LAMPIRAN
DAFTAR ISI
Lampiran 1 : Roadmap Pengembangan SMK 2015-2019 90
89
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Lampiran I
Roadmap Pengembangan SMK 2015-2019
2015 2017
2016
Baseline:
• Siswa SMA: SMK= 49%: 51%
2019
2019
2018 • BOS
* PIP
= 5.327.316
= 2.154.167 Siswa
• Beasiswa = 19.655 siswa
2018
91
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Lampiran 2
Milestone Akses, Mutu dan Relevansi SMK s.d 2020
Pembangunan, Pendampingan Penguatan dan Produktivitas
2014 2016
• BOS Dikmen • 500 SMK 4 Tahun HOTS*
• PMU
• 109 SMK Rujukan
2015 • Reorganisasi 6000 SMK Kecil
• 3000 UN CBT
• 340 SMK Maritim • Tabletisasi SMK
• 650 Buku Rujukan • 7500 K13
• Verifikasi Wilayah
2015
Baseline:
84, 0 % APK SMK/ SMA/ MA
38,6 % APK SMK
88,0 % Kebekerjaan Lulusa SMK
300 SMK Rujukan
2018
2020
• Revitalisasi spektrum SMK
2017 • 7.5% lulusan bewirausaha
• Implementasi• MEME••
2017 2019
93
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Lampiran 3
Data Pokok SMK 2014/2015
95
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Jumlah Ruang Kelas Milik Menurut Kondisi dan Bukan Milik Tiap Provinsi
Status Sekolah : Negeri+Swasta
Tahun : 2014/2015
Jumlah Ruang Kelas Milik Menurut Kondisi dan Bukan Milik Tiap Provinsi
Status Sekolah : Negeri
Tahun : 2014/2015
97
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Jumlah Ruang Kelas Milik Menurut Kondisi dan Bukan Milik Tiap Provinsi
Status Sekolah : Swasta
Tahun : 2014/2015
Perkembangan Jumlah Ruang Kelas Milik Negeri dan Swasta Tiap Provinsi
Tahun : 2012/2013--2014/2015
99
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
101
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
103
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
105
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
TABEL Perkembangan
/TABLE :51 Jumlah Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) K14/15
MS
(SNAURJEKHGMLOSAWI UJNGBMEKRP )KM Tahun : 2002/2003--2014/2015
(VLANORYSEDCHTVIFPU S)
TAHNU /YEAR :2002/2003--2014/2015
107
116
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
o.
N nis
eJ ndI ikator NilaiIndikator
TypeofndI icators ValueofndI icators
2. AngkaPutuskola
Se h/ rop-out
D teaR Siswa/ upils
P utus
P kola
eS h AngkaPutuskola
Se h
2013/2014 rop-outs
D rop-outs
D teaR
4.199.657 86.282 2,05
3. AngkaLulusan/ omple
C tionteaR SiswaTk.X13/14
I Lulusan AngkaLulusan
PupilsGr.X13/14
I raG uad tes omple
C tionteaR
1.369.853 1.343.102 98,05
4. rse
Pe ntaseGuruTidaktaTe pterhaapd KS&Guruseluruh GuruTidaktaTe p %GuruT
paKe lakola
Se hand Guru/ PercentageofPrt-
a TotalHM&cTheea rs rt-time
Pa Tcehea rs %ofPTecahers
timehecaeT rstomadaeH stersnda hecaeT rs 359.099 128.049 35,66
5. rse
Pe ntaseGuruLayaknga Me jarterhaapd KS&Guruseluruh KS&GuruLayak %KS&GuruLayak
paKe lakola
Se hand Guru/ Percentageof TotalHM&cTheea rs QualifiedHM&Tcehea rs %ofQualifiedTcehea rs
uaQ lifiehecaeTd rstomadaeH stersnda hecaeT rs 359.099 304.686 84,85
6. rse
Pe ntasepaKe lakola Se hre
Pe mpuan paKe lakola Se h pse
eK kre eP mpuan %pse eK kre eP mp
terhaapd paKe lakola
Se h/ Percentageof madHea sters FemalemadHea sters %ofFemalemdHea
FemalemadHea sterstomadHea sters 12.421 1.477 11,89
7. rse
Pe ntaseuaR ngla
Ke sMilikBaikterhaapd .R KelasMilik KRMilikBaik %KMBRaik
uaR ngla
Ke sMilik/ rceP nta
e geofood
G wne
O la Cd ssrooms ood
G wne
O ls
Cd %ofGood.CO ls
OwneCla d ssroomstoOwneCla
d ssrooms 127.860 54.585 42,69
8. rse
Pe ntaseora Lab toriumterhaapd kola
Se h/ kola
eS h/ hools
cS /Lab ora
baL tories %/%
baL b aL
rceP nta
e geofora
baL toriestohools
cS 12.421 17.859 143,78
9. rse
Pe ntaserpusta
Pe kaanterhaapd kola
Se h/ kola
eS h/ hools
cS rpus/
Pe Libraries %rpus/%
eP Libraries
PercentageofLibrariestoSchools 12.421 7.409 59,65
118 109
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
o.
N rP ovinsi Tingkat / Grade ataR -rata
rP ovinec X IX IX Average
22 ula
S wesitaU ra 0,39 1,08 0,86 0,79
23 Gorontalo 0,92 1,04 0,57 0,84
24 ula
S wesinga Te h 0,57 2,04 1,18 1,31
25 ula
S wesilaeS tan 0,47 1,07 0,85 0,80
26 ulaS wesiBarat 0,40 2,80 0,41 1,33
27 ula S wesingga
Te ra 1,04 2,02 2,32 1,81
nI od ns
e ia 0,44 1,48 0,63 0,85
Catatan /Notes:
ngka
A mengulangihitung d ri
ad jumlahmengulangmenuruttingkattahuntertentu
ibd agienga
d njumlahsiswamenuruttingkattahunseelumnya b ika
d likanenga
d n100%
Repetitionratesarecalculatedbynumberofrepeatersbygradeividedby
numberofpupilsinbygrade,previousacdemicyear,andmultiplyby100%
120 111
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
o.
N rP ovinsi Tingkat /Grade ataR -rata
rP ovinec X IX IX Average
22 ula
S wesitaU ra 2,06 2,50 1,17 1,90
23 Gorontalo 4,86 3,07 1,30 3,03
24 ula
S wesinga Te h 2,98 4,19 1,70 2,96
25 ula
S wesilaeS tan 2,45 2,42 1,63 2,16
26 ulaS wesiBarat 2,11 4,22 1,25 2,64
27 ula S wesingga
Te ra 5,54 5,42 4,02 4,99
nI od ns
e ia 2,32 2,49 1,32 2,05
Catatan /ote
N s:
Angkaputussekolahdihitungdarijumlahputussekolahmenuruttingkatdibagi
denganjumlahsiswamenuruttingkattahunsebelumnyadikalikandengan100
rop-outs
D ratesrea lc
ac ulateybd numbre ofrop-outs
d yb graivid
de de
yb numbre ofpupilsyb gra,ed previousmic
edac yer,
a nda multiplyyb 100
122 113
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
115
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Persentase Guru Tidak Tetap Terhadap Kepala Sekolah Dan Guru Menurut Status Sekolah Tiap Provinsi
Tahun : 2014/2015
117
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
119
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Perkembangan Persentase KS Dan Guru Layak Terhadap Ks Dan Guru Seluruhnya Tiap Provinsi
Tahun : 2011/2012 - 2014/2015
121
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Persentase Ruang Kelas Milik Baik Terhadap Ruang Kelas Milik Menurut Status
Sekolah Tiap Provinsi
Tahun : 2014/2015
123
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Perkembangan Persentase Ruang Kelas Milik Baik Terhadap Ruang Kelas Milik Tiap Provinsi
Tahun : 2011/2012 - 2014/2015
1 JakaKID rta 63 164 260,32 537 696 129,61 600 860 143,33
2 JawaBarat 267 603 225,84 2.175 2.413 110,94 2.442 3.016 123,51
3 Banten 71 192 270,42 536 698 130,22 607 890 146,62
4 Jawanga
Te h 226 776 343,36 1.264 1.969 155,78 1.490 2.745 184,23
5 Yogya
ID karta 51 173 339,22 171 232 135,67 222 405 182,43
6 JawaTimur 288 848 294,44 1.471 1.934 131,48 1.759 2.782 158,16
22 ula
S wesitaU ra 78 108 138,46 89 63 70,79 167 171 102,40
23 Gorontalo 37 94 254,05 13 14 107,69 50 108 216,00
24 ula
S wesinga Te h 86 124 144,19 77 48 62,34 163 172 105,52
25 ula
S wesilaeS tan 152 382 251,32 263 299 113,69 415 681 164,10
26 ulaS wesiBarat 53 63 118,87 60 20 33,33 113 83 73,45
27 ula S wesingga
Te ra 86 160 186,05 52 39 75,00 138 199 144,20
nI od ns
e ia 3.250 6.722 206,83 9.171 11.137 121,44 12.421 17.859 143,78
ataC tan / ote
N :
ila
N ilebihdari100%karenaterdapatsekolahmemilikilaboratoriumdarisatujenis.eJnislabad7,yaituA,PI iologi,
B Fisika,imia
K ,
ompute
K r,ahaB sa,danultime
M dia.
lue
Va morethan100%ued tosomeschoolshavemorethanonetypeoflaora
b tories.heT rerea seventypesoflaora
b tories,ieSc nc,e iology,
B
Physics,heC mistry,ompute
C r,ngua
aL ge,nda ulti-M
M iade .
134
125
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
22 ula
S wesitaU ra 78 53 67,95 89 46 51,69 167 99 59,28
23 Gorontalo 37 32 86,49 13 5 38,46 50 37 74,00
24 ula
S wesinga Te h 86 64 74,42 77 32 41,56 163 96 58,90
25 ula
S wesilaeS tan 152 103 67,76 263 155 58,94 415 258 62,17
26 ulaS wesiBarat 53 29 54,72 60 15 25,00 113 44 38,94
27 ula S wesingga
Te ra 86 74 86,05 52 29 55,77 138 103 74,64
nI od ns
e ia 3.250 2.26769,75 9.171 5.142 56,07 12.421 7.409 59,65
136
127
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
129