Anda di halaman 1dari 139

Rencana Strategis

Direktorat Pembinaan SMK


2015-2019

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK (PSMK) tahun 2015 - 2019 disusun berdasarkan UU
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK (PSMK) tahun 2015 - 2019 disusun berdasarkan UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Nawacita, Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Nawacita, Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015—2019, serta Permendikbud No. 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis 2015-2019.
Tahun 2015—2019, serta Permendikbud No. 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis 2015-2019.

Renstra Direktorat PSMK 2015 – 2019 memiliki peran yang sangat penting dan strategis mengingat
Renstra Direktorat PSMK 2015 – 2019 memiliki peran yang sangat penting dan strategis mengingat
bahwa Direktorat PSMK ini merupakan salah satu pelaksana kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun.
bahwa Direktorat PSMK ini merupakan salah satu pelaksana kebijakan Wajib Belajar 12 Tahun.
Renstra Direktorat PSMK disusun untuk dapat menampung perubahan susunan organisasi yang terjadi
Renstra Direktorat PSMK disusun untuk dapat menampung perubahan susunan organisasi yang terjadi
serta dinamika pendidikan menengah kejuruan pada saat ini dan yang akan datang.
serta dinamika pendidikan menengah kejuruan pada saat ini dan yang akan datang.

Dalam menyusun Renstra, Direktorat PSMK secara objektif berusaha menggali dan memaparkan
Dalam menyusun Renstra, Direktorat PSMK secara objektif berusaha menggali dan memaparkan
berbagai potensi serta permasalahan pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik
berbagai potensi serta permasalahan pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik
secara nasional maupun global. Penyusunan Renstra ini telah melalui berbagai proses dan tahapan.
secara nasional maupun global. Penyusunan Renstra ini telah melalui berbagai proses dan tahapan.
Proses yang utama antara lain adalah interaksi dengan para pemangku kepentingan, partisipasi
Proses yang utama antara lain adalah interaksi dengan para pemangku kepentingan, partisipasi
seluruh jajaran Direktorat, serta dengan mempertimbangkan seluruh capaian kinerja pembangunan
seluruh jajaran Direktorat, serta dengan mempertimbangkan seluruh capaian kinerja pembangunan
pendidikan khususnya SMK hingga saat ini. Selain itu Renstra telah mencoba mengakomodasi
pendidikan khususnya SMK hingga saat ini. Selain itu Renstra telah mencoba mengakomodasi
semua tugas dan fungsi Direktorat PSMK, memelihara kesinambungan dan keberlanjutan program,
semua tugas dan fungsi Direktorat PSMK, memelihara kesinambungan dan keberlanjutan program,
memenuhi aspirasi pemangku kepentingan dan masyarakat, serta mengantisipasi masa depan.
memenuhi aspirasi pemangku kepentingan dan masyarakat, serta mengantisipasi masa depan.

Renstra
RenstraDirektorat
DirektoratPSMK
PSMK 2015
2015 - - 2019
2019 akan
akan digunakan
digunakan sebagai
sebagai pedoman
pedoman dan
dan arah pembangunan
arah pembangunan
pendidikan khususnya SMK yang hendak dicapai pada periode 2015—2019. Renstra merupakan
pendidikan khususnya SMK yang hendak dicapai pada periode 2015—2019. Renstra merupakan dasardasar
dan
danacuan
acuanbagi
bagiunit
unitpelaksana
pelaksana teknis
teknis didi lingkungan
lingkungan direktorat
direktorat untuk
untuk menyusun
menyusun (1) Rencana Kerja
(1) Rencana Kerja
(Renja) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA); (2) Koordinasi Perencanaan dan
(Renja) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA); (2) Koordinasi Perencanaan dan Pengendalian Pengendalian
Kegiatan
Kegiatan Pembangunan
Pembangunan Lingkup Lingkup pembinaan
pembinaan SMK;
SMK; (3)
(3) Laporan
Laporan tahunan,
tahunan, dan
dan
(4)(4)Laporan
LaporanAkuntabilitas
AkuntabilitasKinerja
KinerjaInstansi
InstansiPemerintah
Pemerintah (LAKIP)
(LAKIP) serta
serta Dinas
Dinas Pendidikan Provinsi, SUK
Pendidikan Provinsi, SUK dan
dan
pihak-pihak terkait lainnya.
pihak-pihak terkait lainnya.

Rencana
Rencana Strategis
Strategis juga
juga diharapkan
diharapkan bisa
bisa dipahami
dipahami serta
serta dimanfaatkan
dimanfaatkan oleh
oleh seluruh masyarakat,
seluruh masyarakat,
khusus
khususpara
parapemangku
pemangku kepentingan.
kepentingan. Dengan
Dengan demikian,
demikian, banyak
banyak pihak
pihak dapat terlibat aktif secara
secara
efektif dan konstruktif, termasuk memberi kritik, evaluasi, dan rekomendasi.
efektif dan konstruktif, termasuk memberi kritik, evaluasi, dan rekomendasi. Pelibatan publik secara
secara
lebih
lebih aktif
aktif dan
dan terintegrasi
terintegrasi diharapkan
diharapkan mampu
mampu meningkatkan
meningkatkan hasil
hasil pembangunan pendidikan
pendidikan
khususnya
khususnyaSMKSMKselama
selamalima
limatahun
tahunmendatang.
mendatang.

September
September 2015,
2015,
DirekturPembinaan
Direktur Pembinaan Sekolah
Sekolah Menengah Kejuruan,
Kejuruan,

Drs.M.
Drs. M.Mustaghfirin
Mustaghfirin Amin,
Amin, MBA
NIP 195806251985031003
NIP 195806251985031003

ii
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv
Daftar Istilah Dan Singkatan v

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Landasan Hukum 3
C. Paradigma Pembangunan Pendidikan 4
D. Kondisi Umum 5
E. Potensi dan Permasalahan 12
1. Analisis Lingkungan Strategis 12
2. Permasalahan dan tantangan Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan Periode 2015 - 2019 16

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN


DIREKTORAT PEMBINAAN SMK 30
A. Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 32
B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Direktorat Pembinaan SMK 38
C. Tata Nilai 40

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN 42
A. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional 44
B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan SMK 49
C. Kerangka Regulasi 56
D. Kerangka Kelembagaan 57

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 64


A. Target Kinerja 66
B. Kerangka Pendanaan 74
C. Sistem Pemantauan dan Evaluasi 82

BAB V PENUTUP 86

LAMPIRAN 89

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


ii
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Bagan SAKIP 3
Gambar 1.2 Tema Pembangunan Pendidikan 2005-2024 5
Gambar 1.3 Tonggak Pencapaian Pembangunan Pendidikan 2005 - 2014 6
Gambar 1.4 Distribusi SMK Berdasarkan Status Per Provinsi Pada tahun 2014/ 2015 8
Gambar 1.5 Distribusi Jumlah Siswa SMK Berdasarkan Status 9
Gambar 1.6 Perbandingan Jumlah SMK dan Jumlah Siswa SMK Berdasarkan Status 10
Sekolah per Provinsi
Gambar 1.7 Pertumbuhan Jumlah Siswa SMK Berdasarkan Bidang Keahlian 11
Gambar 1.8 Perkembangan Animo Pendaftar ke SMK 12
Gambar 1.9 Bonus Demografi 13
Gambar 1.10 Profil SDM Indonesia 2014 14
Gambar 1.11 Hasil Survei Perusahaan Membutuhkan Tenaga Terampil 15
Gambar 1.12 Perkembangan APK SM (%) Per Penghasilan Orang tua 17
Gambar 1.13 Proporsi Kecamatan yang Tidak Mempunyai Sekolah Menengah tahun 2013 18
Gambar 1.14 Tingkat pengangguran terbuka dan rata-rata pendapatan per bulan menurut 21
pendidikan yang ditamatkan, Agustus 2013
Gambar 1.15 Rata-Rata Nilai Ujian Kompetensi Guru 22
Gambar 1.16 Peta Sebaran Guru dan Peserta Didik 23
Gambar 1.17 Peta Kebutuhan Guru Produktif SMK 23
Gambar 1.18 Pembagian Kewenangan Pendidikan 25
Gambar 1.19 Anggaran Pendidikan di Indonesia 26
Gambar 1.20 Perkiraan Anggaran Pendidikan Indonesia 2013-2020 26
Gambar 3.1 Pengembangan SMK Pariwisata Bebasis Potensi Wilayah dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelauatan 50
Gambar 3.2 Pengembangan SMK Rujukan dan Sistem Kluster SMK 52
Gambar 3.3 Terobosan Pengelolaan melalui E-Bantuan SMK 55
Gambar 3.4 Bagan Organisasi Direktorat PSMK 58
Gambar 4.1 Arsitektur Struktur Program dan Kegiatan 67
Gambar 4.2 Arsitektur Sistem dan Teknologi Informasi Kemdikbud 80
Gambar 4.3 Mekanisme Pemantauan dan Pelaporan Triwulanan Pelaksanaan Rencana Pembangunan Pendidikan 83

iii
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kondisi SMK 7
Tabel 1.2 Rasio Jumlah Lulusan SMP terhadap Ketersediaan Jumlah Rombongan Belajar (rombel) Kelas 1 SM 19
Tabel 1.3 Kualifikasi Guru SMA dan SMK Tahun 2013 22
Tabel 2.1 Makna Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif 32
Tabel 3.1 Kerangka Regulasi 56
Tabel 4.1 Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis dari T1 68
Tabel 4.2 Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis dari T3 68
Tabel 4.3 Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis dari T4 69
Tabel 4.4 Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Strategis dari T6 69
Tabel 4.5 Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program dari Program Pendidikan Dasar dan Menengah 70
Tabel 4.6 Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan Penyediaan & Peningkatan Layanan Pendidikan SMK 72
Tabel 4.7 Pembagian Wewenang Pengelolaan Pendidikan 74
Tabel 4.8 Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan Oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah 76
Tabel 4.9 Pembagian Tangggung jawab Pendanaan Pendidikan Oleh Penyelenggara 77
Atau Satuan Pendidikan Yang Didirikan Masyarakat
Tabel 4.10 Perkiraan Kebutuhan Anggaran di Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2015 - 2019 79

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


iv
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN


A
AEC = ASEAN Economic Community
APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
APK = Angka Pertisipasi Kasar
APM = Angka Partisipasi Murni
ASC = Asean Skill Competition
ASEAN = Association South East Asia Nation

B
BAN-PNF = Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal
BAN-PT = Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi
BAN-SM = Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah
Bimtek = Bimbingan Teknis
BNSP = Badan Nasional Sertifikasi Profesi
BOS = Bantuan Operasional Sekolah
BPS = Badan Pusat Statistik

C
CPI = Corruption Perception Index

D
D3 = Diploma 3
D4 = Diploma 4
DAK = Dana Alokasi Khusus
DAPODIK = Data Pokok Pendidikan
DAU = Dana Alokasi Umum
Dikdas = Pendidikan Dasar
Dikdasmen = Pendidikan Dasar dan Menengah
Dikmen = Pendidikan Menengah
Ditjen = Direktorat Jenderal

E
EFA = Education For All
ESD = Education For Sustainable Development

F
FLS2N = Festifal Lomba Seni Siswa SMK Tingkat
Nasional

G
GTT = Guru Tidak Tetap
GTY = Guru Tetap Yayasan

H
HAKI = Hak Kekayaan Intelektual
HDI = Human Development Index

v
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

I
IKK = Indikator Kinerja Kegiatan
IKP = Indikator Kinerja Program
IKSS = Indikator Kinerja Sasaran Strategis
IPA = Ilmu Pengetahuan Alam
IPM = Indeks Pembangunan Manusia
IPS = Ilmu Pengetahuan Sosial

K
K/L = Kementerian/Lembaga
K-13 = Kurikulum 2013
KEMENDIKBUD = Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KIP = Kartu Indonesia Pintar
KKNI = Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia

L
LAKIP = Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
LKS = Lomba Kompetensi Siswa
LPTK = Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan
LSP = Lembaga Sertifikasi Profesi

M
MA = Madrasah Aloyah
Mapel = Mata Pelajaran
MDG’s = Millenium Development Goals
MKPI = Majelis Kemitraan Pendidikan Kejuruan Indonesia
MTs = Madrasah Tsanawiyah

O
O2SN = Olimpiade Olah Raga Siswa SMK Tingkat Nasional
OSTN = Olimpiade Sains Terapan

P
PDB = Pendapatan Domestik Bruto
Pemda = Pemerintah Daerah
PERMENDIKBUD = Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Perpres = Peraturan Presiden
PK = Penilaian Kinerja
PKLK = Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
PKN = Pendidikan Kewarganegaraan
PSMK = Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
PTK = Pendidik dan Tenaga Kependidikan

R
RENSTRA = Rencana Strategis
RKB = Ruang Kelas Baru
RKT = Rencana Kerja Tahunan
Rombel = Rombongan Belajar
RPJMN = Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJP = Rencana Pembangunan Jangka Panjang
RPPNJP = Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang
RPS = Ruang Praktik Siswa

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


vi
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

S
S1 = Strata 1
S2 = Strata 2
S3 = Strata 3
SAKIP = Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Sarpras = Sarana dan Prasarana
SDM = Sumber Daya Manusia
SDP = School Development Plan
SGD = Sekolah Garis Depan
SKL = Standar Kompetensi Lulusan
SKP = Sasaran Kinerja Pegawai
SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
SMA = Sekolah Menengah Atas
SMK = Sekolah Menengah Kejuruan
SMP = Sekolah Menengah Pertama
SNP = Standar Nasional Pendidikan
SOP = Standar Operasi dan Prosedur
SP = Sasaran Program
SPM = Standar Pelayanan Minimal
SS = Sasaran Strategis
SUSENAS = Survei Sosial Ekonomi Nasional

T
TEFA = Teaching Factory
TIK = Teknologi Informasi dan Komunikasi
TU = Tata Usaha
TVET = Technical Vocational Education and Training

U
UAS = Ujian Akhir Sekolah
UKK = Uji Kompetensi Keahlian
UN = Ujian Nasional
UPT = Unit Pelaksana Teknis
USB = Unit Sekolah Baru
UUD = Undang-undang Dasar

W
WAJAR = Wajib Belajar
WSC = World Skill Competition
WTP = Wajar Tanpa Pengecualian
3T = Terpencil, Tertinggal, Terluar

vii
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

BAB I
PENDAHULUAN
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

DAFTAR ISI
A. Latar Belakang 2

B. Landasan Hukum 3

C. Paradigma Pembangunan Pendidikan 4

D. Kondisi Umum 5

E. Potensi dan Permasalahan 12

1. Analisis Lingkungan Strategis 12

2. Permasalahan dan tantangan Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan 16

Periode 2015 - 2019

1
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional. Di Indonesia, Pasal 31
ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 setelah amandemen menyatakan
bahwa “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Ketetapan dalam UUD 1945 tersebut
menegaskan kewajiban pemerintah untuk menyediakan akses seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat
untuk mendapatkan pendidikan. Pemerintah mendapat amanat untuk membangun sistem pendidikan
nasional yang menjamin pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan serta peningkatan
mutu, relevansi, dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global. Dalam rangka melaksanakan amanat tersebut, pemerintah
menetapkan pendidikan sebagai salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Salah satu peran utama pendidikan di Indonesia adalah untuk membangun dan mengembangkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam rangka
mendukung pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan salah satunya
oleh tersedianya tenaga kerja yang terampil dan produktif. Pendidikan mampu meningkatkan
produktivitas tenaga kerja melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Pendidikan di tingkat
menengah mempunyai andil besar dalam peningkatan produktivitas ini dengan memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan oleh para calon tenaga kerja baik untuk
memulai bekerja maupun untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan bertanggung jawab langsung terhadap penyediaan SDM
berkualitas di Indonesia disamping pendidikan tinggi melalui pengembangan layanan pendidikan
menengah kejuruan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman .

Dalam rangka meningkatkan kinerja dan memandu program kerja di lingkungan pengelola SMK
yang meliputi Dit PSMK, Dinas Pendidikan Provinsi, SMK dan pihak-pihak yang terkait lainnya,
maka disusunlah Rencana Strategis (Renstra) Direktorat PSMK untuk periode 2015-2019. Selain itu,
Renstra Direktorat PSMK merupakan bagian penting dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) di lingkungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) termasuk
Direktorat PSMK. Renstra yang disusun akan menjadi dasar untuk penyusunan Rencana Kinerja
Tahunan (RKT) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). Renstra ini juga nantinya menjadi sumber data
penting dalam pelaksanaan evaluasi kinerja dan pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) di tingkat Direktorat PSMK . Gambar 1.1 menunjukkan hubungan keterkaitan
antara Renstra dengan instrumen lainnya dalam SAKIP.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


2
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Gambar 1.1 Bagan SAKIP

B. Landasan Hukum

Rencana strategis ini merupakan perwujudan dari penerapan berbagai peraturan perundangan yang
meliputi:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005—2025;
9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaaan;
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang
nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015—2019;
14. Permendikbud Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;

3
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

15. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan;
16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 11 tahun 2015
tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015—2019.

C. Paradigma Pembangunan Pendidikan

Rencana Strategis Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2015-2019 disusun berdasar
beberapa paradigma sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Tahun 2015-2019. Sebagian paradigma bersifat universal, dikenal dan dipakai berbagai bangsa.
Sebagian lagi lebih bersifat nasional, sesuai nilai-nilai dan kondisi bangsa Indonesia. Rincian paradigma
itu adalah sebagai berikut.

1. Pendidikan untuk semua


“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan tehnologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia” adalah amanat
konstitusi.

Pendidikan harus dapat diakses oleh setiap orang dengan tidak dibatasi oleh usia, tempat dan waktu.
Pemerintah harus menjamin keberpihakan kepada peserta didik yang memiliki hambatan fisik
ataupun mental, hambatan ekonomi dan sosial, ataupun kendala geografis.

2. Pendidikan sepanjang hayat


Pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu pembelajaran sejak lahir
hingga akhir hayat. Pendidikan harus diselenggarakan dengan sistem terbuka yang memungkinkan
fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan.

3. Pendidikan sebagai suatu gerakan


Pemerintah memang bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan yang sebaik-baiknya bagi
semua warga negara. Namun, semua pihak dapat memberi kontribusi dalam penyelenggaraan
pendidikan agar hasilnya menjadi optimal. Penyelenggaraan pendidikan harus disikapi sebagai suatu
gerakan, yang mengintegrasikan semua potensi negeri dan peran aktif seluruh masyarakat..

4. Pendidikan menghasilkan pembelajar


Penyelenggaraan pendidikan harus memperlakukan, memfasilitasi dan mendorong peserta didik
menjadi subjek pembelajar mandiri yang bertanggung jawab, kreatif dan inovatif. Pendidikan
diupayakan menghasilkan insan yang suka belajar dan memiliki kemampuan belajar yang tinggi.
Pembelajar akan mampu menyesuaikan diri dan merespon tantangan baru dengan baik.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


4
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

5. Pendidikan membentuk karakter


Pendidikan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan kepribadian. Kepribadian
dengan karakter unggul yang antara lain bercirikan kejujuran, akhlak mulia, kemandirian, serta
kecakapan hidup.

6. Sekolah yang menyenangkan


Sekolah sebagai satuan pendidikan yang utama merupakan suatu ekosistem. Suatu tempat yang di
dalamnya terjadi hubungan saling ketergantungan antara manusia dengan lingkungannya. Sekolah
harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi manusia yang berinteraksi di dalamnya, baik siswa,
guru, tenaga pendidik, orang tua siswa dan pelaku lainnya.

7. Pendidikan membangun Kebudayaan


Pendidikan memiliki hubungan yang amat erat dengan kebudayaan. Sebagian dari paradigma
yang disebut di atas mengandung aspek kebudayaan atau proses budaya. Pendidikan juga pada
dasarnya adalah proses membangun kebudayaan atau membentuk peradaban. Pada sisi lain,
pelestarian dan pengelolaan kebudayaan adalah untuk menegaskan jati diri dan karakter
bangsa Indonesia.

D. Kondisi Umum

Rencana Strategis Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2015-2019 merupakan suatu kesinambungan
dari pembangunan yang dilakukan pada periode sebelumnya. Sejalan dengan tema pembangunan
pendidikan jangka panjang 2005-2024 (lihat Gambar 1.2), pembangunan SMK diarahkan pada
peningkatan daya saing internasional sebagai pondasi dalam membangun kemandirian dan
daya saing bangsa dalam menghadapi persaingan global ke depan.

Menata kembali NKRI, Memantapkan penataan Memantapkan pembagunan secara Mewujudkan manusia Indonesia
membangun Indonesia yang kembali NKRI, meningkatkan menyeluruh dengan menekankan yang mandiri, maju, adil dan
aman dan damai, yang adil kualitas SDM, membangun pembangunan keunggulan kompetitif makmur melalui percepatan
dan demokratis dengan kemampuan IPTEK, perekonomian yang berbasis pada SDA pembangunan di segala bidang
tingkat kesejahteraan yang memperkuat daya saing yang tersedia, SDM yang berkualitas dengan struktur perekonomian
baik perekonomian serta kemampuan IPTEK yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif

TEMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN


2005-2009 2010-2014 2015-2019 2020-2024
Peningkatan Kapasitas & Penguatan Pelayanan Daya Saing Regional Daya Saing
Modernisasi Internasional

Gambar 1.2 Tema Pembangunan Pendidikan 2005-2024

5
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Pembangunan SMK ke depan tidak dapat dilepaskan dari berbagai upaya yang telah dilakukan pada
periode sebelumnya. Berbagai intervensi yang dilakukan pemerintah (khususnya Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan) bersama dengan pemangku kepentingan lainnya seperti: 1. Beasiswa;
2. revitalisasi sarpras; 3. pembelajaran berbasis TIK; 4. pengembangan teaching industry;
5. penambahan guru produktif; 6. kemitraan dengan Perguruan Tinggi; 7. kemitraan dengan industri;
8. penambahan RKB/USB; dan 9. peningkatan citra SMK, telah menghasilkan sejumlah capaian
sebagai dampak langsung berbagai upaya perbaikan tersebut. Berikut pada Gambar 1.3 ditunjukan
capaian pembangunan SMK dalam periode 2010-2014.

• Siswa SMA : SMK = 49% : 51%


• APK SMK = 35%
• SMK Unggul = 330 Sekolah
• Spektrum Keahlian = 128 Kom.

Baseline
• Siswa SMA : SMK = 60% : 40% SMK
• APK SMK = 25% 12.177
• SMK Unggul = 90 Sekolah SMK SISWA
• Spektrum Keahlian = 121 Kom. 11.708 4.315.179
SMK
10.685 SISWA GURU*
4.272.406 219.000
SMK SISWA
9.918 4.189.519 GURU*
SMK
SMK 197.000
9.164 SISWA
8.593 GURU*
2014
SMK
4.019.157 179.000
SISWA
SISWA
3.737.158 GURU*
3.276.921

BISA!
156.268
GURU*
GURU* 2013
135.930
122.622
2012
2011
2010
2009

INTERVENSI
1. Pencitraan, 2. Beasiswa, 3. Revitalisasi Sarpras, 4. Pembelajaran Berbasis TIK, 5.
Pengembangan Teaching Industry, 6. Penambahan Guru Produktif, 7. Kemitraan
dengan PT, 8. Kemitraan denga industri, 9. Penambahan RKB/USB

Gambar 1.3 Tonggak pencapaian pembangunan pendidikan 2005—2014


Sumber: Dit. PSMK

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


6
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Dalam periode 5 tahun, pertumbuhan populasi SMK mencapai lebih dari 3.000 SMK baru yang secara
langsung berkontribusi pada pertumbuhan siswa sekolah menengah dan khususnya siswa SMK
sebesar lebih dari 1 juta siswa. Dengan pertumbuhan yang signifikan terebut konfigurasi siswa SMA
dibandingkan dengan SMK bergeser dari 60% siswa SMA : 40% siswa SMK menjadi 49% siswa SMA :
51% siswa SMK. Kondisi ini sejalan dengan kebutuhan bangsa Indonesia yang hingga saat ini harus
memperbaiki struktur tenaga kerja yang selama ini dominan pendidikan dasar menjadi pendidikan
menengah. Dengan meningkatnya calon tenaga kerja yang berasal dari SMK, Indonesia tidak saja
mendapat lebih banyak calon tenaga kerja yang berasal dari pendidikan menengah namun
mendapatkan pula calon tenaga kerja yang siap pakai. Namun demikian kinerja pembangunan tersebut
belum membuat Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan berpuas diri karena masih
banyak hal yang harus dibenahi dan ditingkatkan ke depan. Berikut dijabarkan perkembangan populasi
SMK saat ini.

PERKEMBANGAN POPULASI SMK


Hingga awal tahun 2015, jumlah SMK di Indonesia sudah mencapai 12.696 sekolah dengan jumlah
siswa mencapai 4,33 juta siswa. Dengan populasi yang demikian besarnya, seluruh SMK tersebut
memberikan layanan pendidikan kepada 143 ribu rombongan belajar atau 11,27 rombel per SMK
atau rata-rata 3 rombel per tingkat dengan total paket keahlian yang dibuka di SMK mencapai
33.000 paket atau rata-rata 3 paket keahlian per SMK.

Tabel 1.1 Kondisi SMK

No Aspek Jumlah
1 Jumlah SMK 12.696
2 Jumlah Total Paket Keahlian di SMK 33.148
3 Jumlah Rombel di SMK 143.034
4 Jumlah Workshop/RPS di SMK 27.626
5 Total Kebutuhan Workshop/RPS SMK 99.444
6 Rata-rata Paket Keahlian di setiap SMK 2,61
7 Rata-rata Rombel di SMK 11,27
8 Rata-rata Workshop/RPS di setiap SMK 2,18
9 Jumlah Siswa SMK TP 2014/2015 4,33 juta
Sumber: Dit. PSMK tahun pelajaran 2014/2015

7
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Bila ditinjau dari jumlah siswa per rombel, saat ini SMK mencapai 1 rombel banding 30.27 siswa
atau sudah lebih tinggi dari batas ideal dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) yaitu 1 rombel
banding 32 siswa. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan SMK sangatlah tinggi. Dari total
populasi SMK yang ada saat ini 73,9% adalah SMK yang didirikan oleh masyarakat dan hanya 26,1%
yang didirikan oleh pemerintah. Pada Gambar 1.4 di bawah ini ditunjukan distribusi SMK negeri dan
SMK swasta pada setiap provinsi di Indonesia.

Prop. D.K.I. Jakarta


Prop. Jawa Barat
Prop. Banten
Prop. Jawa Tengah
Prop. Jawa Timur
Prop. Lampung
Prop. D.I. Yogyakarta
Prop. Sumatera Utara
Prop. Bali
Prop. Kepulauaan Riau
Prop. Nusa Tenggara Barat
Prop. Sulawesi Selatan
Prop. Kalimantan Timur
Prop. Sumatera Selatan
Prop. Riau
Prop. Sulawesi Barat
Prop. Kalimantan Selatan
Prop Sulawesi Utara
Prop. Kalimanatan Barat
Prop. Maluku Utara
Prop. Nusa Tenggara Timur
Prop. Sumatera Barat
Prop. Sulawesi Tengah
Prop. Papua
Prop. Jambi
Prop. Papua Barat
Prop. Bangka Belitung
Prop. Sulawesi Tenggara
Prop. Kalimantan Utara
Prop. Klimantan Tengah
Prop. Bengkulu
Prop. Maluku
Prop. Aceh
Prop. Gorontalo

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

SMK Negeri SMK Swasta

Gambar 1.4 Distribusi SMK berdasarkan Status per Provinsi Pada Tahun 2014/2015
Sumber: Dit. PSMK tahun pelajaran 2014/2015

Tingginya minat masyarakat dalam mendirikan SMK seperti dijelaskan sebelumnya ternyata
belum secara signifikan mendorong minat lulusan SMP/MTs masuk ke SMK swasta atau yang
diselenggarakan oleh masyarakat. Hal ini dijelaskan pada gambar 1.5 distribusi jumlah siswa
berdasarkan jenis status penyelenggaraan SMK.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


8
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Fakta yang menarik adalah dengan populasi SMK negeri yang hanya 25,8% dari total SMK pada
tahun 2013, jumlah siswa SMK mencapai 40,3%. Dengan populasi siswa yang jauh lebih besar dari
pada distribusi sekolah membuat rata-rata SMK negeri memiliki rata-rata siswa mencapai lebih dari
530 siswa per sekolah atau 14,9 rombel per sekolah (5 rombel per tingkat). Sementara SMK
swasta hanya memiliki rata-rata siswa 278 siswa per sekolah atau 7,7 rombel per sekolah.

73,1% 73,0% 73,4% 74,2% 60,8% 60,5% 60,4% 59,7%

39,2% 39,5% 39,6% 40,3%

26,9% 27,0% 26,6% 25,8%

% Swasta % Negeri % Swasta % Negeri

2010 2011 2012 2013


Jumlah Sekolah Negeri 2,462 2,674 2,841 3,025
Swasta 6,702 7,244 7,844 8,683
Total 9,164 9,918 10,685 11,708
Jumlah Siswa Negeri 1,338,318 1,471,003 1,567,751 1,627,266
Swasta 2,072,882 2,255,217 2,393,273 2,413,331
Total 3,411,200 3,726,220 3,961,024 4,040,597
% Negeri 39.2% 39.5% 39.6% 40.3%
% Swasta 60.8% 60.5% 60.4% 59.7%
Rasio Siswa-Sekolah Negeri 544 550 552 538
Swasta 309 311 305 278
Total 372 376 371 345
Rasio Rombel-Sekolah Negeri 15.1 15.3 15.3 14.9
Swasta 8.6 8.6 8.5 7.7
Total 10.3 10.4 10.3 9.6

Gambar 1.5 Distribusi Jumlah Siswa SMK berdasarkan Status


Sumber: Dit. PSMK tahun 2010-2013

9
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Situasi ini perlu dicermati lebih lanjut karena pengembangan SMK negeri baru di setiap provinsi
belum tentu berdampak pada peningkatan akses pendidikan menengah namun yang terjadi adalah
penurunan minat lulusan SMP/MTs masuk ke SMK swasta dan lebih memilih masuk ke SMK negeri.
Dampak yang terjadi adalah banyak SMK swasta yang justru kekurangan siswa atau bahkan
berpotensi tutup atau “mati” dikarenakan kesulitan menarik siswa.

Secara umum di seluruh provinsi menunjukan fenomena yang sama dengan kondisi nasional.
Dengan demikian pemerintah menyadari bahwa penyediaan SMK baru perlu dikaji lebih jauh
implikasinya terhadap serapan lulusan SMP/MTs di setiap wilayah untuk mencegah minimnya
peningkatan akses masyarakat ke pendidikan SMK dikarenakan kalah bersaingnya SMK swasta
dibanding dengan SMK negeri.

Distribusi Jumlah Siswa SMK Negeri & Swasta per Provinsi Distribusi Jumlah SMK Negeri & Swasta per Provinsi

Aceh Aceh
Bengkulu Bengkulu
Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah
Maluku Maluku
Papua Papua
Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara
Bangka Belitung Bangka Belitung
Papua Barat Papua Barat
Maluku Utara Maluku Utara
NTT NTT

Jambi Jambi
Sulawesi Tengah Sulawesi Tengah
Sumatera Barat Sumatera Barat
Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan
Kalimantan Barat Kalimantan Barat
Sulawesi Utara Sulawesi Utara
Sulawesi Barat Sulawesi Barat
Kalimantan Timur Kalimantan Timur
Riau Riau
NTB NTB
Sumatera Selatan Sumatera Selatan
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan
Kep. Riau Kep. Riau
Bali Bali
Sumatera Utara Sumatera Utara
D.I Yogyakarta D.I Yogyakarta
Lampung Lampung
Jawa Timur Jawa Timur
Jawa Tengah Jawa Tengah
Banten Banten
Jawa Barat Jawa Barat
D.K.I Jakarta D.K.I Jakarta
propinsi propinsi

0% 20% 40% 60% 80% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

Negeri Swasta

Gambar 1.6 Perbandingan jumlah SMK dan Jumlah Siswa SMK berdasarkan Status Sekolah per Provinsi
Sumber: Dit. PSMK Dit. PSMK tahun pelajaran 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


10
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Fakta menarik lainnya ditunjukkan pula pada sebaran siswa berdasarkan bidang keahlian yang
diambil seperti ditunjukan pada Gambar 1.7. Jika kita perhatikan tren dari 2010-2013 dapat diketahui
bahwa terdapat tren menurun hamper pada setiap bidang keahlian kecuali bidang keahlian
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Bidang Keahlian Kesehatan dengan peningkatan ± 1-2%
per tahun. Kenaikan animo lulusan SMP/MTs terhadap bidang TIK dan kesehatan ini sangat
dipengaruhi oleh kebutuhan pasar terhadap lulusan SMK bidang TIK dan kesehatan yang semakin
meningkat.

1500

1200

900

600

300

0
Agribisnis dan Bisnis dan Kesehatan Seni Kerajinan Teknologi Teknologi
Argoindustri Manajemen dan Pariwisata dan Rekayasa Informasi Dan
Komunikasi

2010 2012 2011 2013

Gambar 1.7 Pertumbuhan Jumlah Siswa SMK berdasarkan Bidang Keahlian


Sumber: Dit. PSMK tahun 2010-2013

Tren siswa SMK bidang keahlian Agribisnis dan Agroindustri mengalami tren yang konstan dari tahun
2010-2013. Pertumbuhan yang konstan ini menandakan bahwa potensi pertanian Indonesia belum
menarik bagi lulusan SMP/MTs. Oleh karena itu, perlu adanya perlakuan khusus untuk meningkatkan
animo tersebut mengingat bahwa Indonesia masih sangat kekurangan tenaga terampil bidang
keahlian Agribisnis dan Agroindustri.

Sedangkan tren pertumbuhan menurun tampak pada bidang keahlian seni, Kerajinan dan Pariwisata;
Bisnis dan Manajemen; dan Teknologi dan Rekayasa. Tren turun yang sangat signifikan terjadi pada
bidang keahlian Bisnis dan Manajemen sejak tahun 2010 – 2013 turun sebesar hampir 5%.
Penyebab penurunan tersebut diantaranya pasar sudah mulai jenuh dengan lulusan bisnis dan
manajemen dan juga adanya dampak dari proses reengineering yang dilakukan di SMK yang
bertujuan untuk menyesuaikan kembali distribusi bidang-bidang keahlian di SMK sesuai dengan
kebutuhan pasar.

11
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

2,500,000

2,000,000

1,500,000

1,000,000
1,721,531

1,244,538

1,810,899

1,360,081

1,861,173

1,413,241

1,892,555

1,445,199

1,921,919

1,527,778

2,102,160

1,659,470
500,000

2009 2010 2011 2012 2013 2014


Pendaftar Diterima

Gambar 1.8 Perkembangan Animo Pendaftar ke SMK


Sumber: Dit. PSMK tahun 2009-2014
Pada gambar 1.8 di atas dapat diketahui bahwa pada setiap tahunnya sejak tahun 2009 sampai
dengan tahun 2014 terdapat hampir 500 ribu lulusan SMP/MTs yang tidak dapat tertampung masuk
ke SMK. Hal ini disebabkan masih terbatasnya daya tamping SMK dibandingkan dengan animo
masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya ke SMK. Oleh karena itu penambahan daya tampung
masih dianggap perlu ditingkatkan tanpa harus mengalahkan peningkatan mutu SMK itu sendiri.

Dengan berbagai karakteristik di atas, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan harus
menciptakan formulasi strategi kebijakan yang sesuai agar seluruh SMK dapat dikembangkan dengan baik
sehingga dapat berkontribusi maksimal dalam memajukan pendidikan menengah di Indonesia.

E.Potensi dan Permasalahan

1. Analisis Lingkungan Strategis


Analisis lingkungan strategis dibutuhkan untuk menggambarkan berbagai isu strategik di luar
dunia pendidikan yang patut diperhatikan sebagai acuan dalam pembangunan pendidikan
selanjutnya.

a) Tren Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia


Indonesia diramalkan akan menjadi salah satu bangsa besar di dunia. Berdasarkan analisis yang
dilakukan analisis yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute pada tahun 2012, pada tahun

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


12
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

2013 Indonesia akan naik menjadi negara ke 7 dengan tingkat ekonomi terbesar di dunia
(2012 berada pada urutan 16 dunia). Dengan masyarakat pada kelompok konsumsi akan
tumbuh signifikan dari 45 juta menjadi 135 juta penduduk dan 71% penduduk di perkotaan
akan menghasilkan 86% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) (sebelumnya hanya 53%
penduduk yang menghasilkan 74% PDB). Namun demikian Indonesia perlu menetap 58 juta
tenaga kerja berketrampilan untuk dapat mencapai kondisi tersebut. SMK adalah merupakan
solusi utama dalam mencetak tenaga kerja terampil melalui pendidikan formal.

b) Perkembangan Demografi di Indonesia
Berbasis pada tren pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini, pada tahun 2025 Indonesia
akan mendapat bonus demografi. (lihat Gambar 1.9) yang berdampak pada tingginya
penduduk usia produktif di Indonesia.

80.0 0.90

70.0 0.80

(young and elderly to working age)


0.70
60.0
% of population

0.60
50.0

Dependency ratio
0.50
40.0
0.40
30.0
0.30
20.0 0.20

10.0 0.10

0.0 0.0
2035
2040
2045
2050
1950
1955
1960
1965
1970
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2015
2020
2025
2030

Sumber: BPS tahun 2010

Gambar 1.9 Bonus Demografi

Dengan asumsi bahwa seluruh penduduk produktif memiliki keterampilan yang memadai maka
Indonesia akan mendapat masa keemasan dengan rendahnya tingkat ketergantungan
masyarakat pada pemerintah. Namun demikian apabila Indonesia gagal dalam mempersiapkan
penduduk produktif tersebut maka akan berdampak pada sangat tingginya tingkat
ketergantungan masyarakat akibat dari pengangguran.

13
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

c) Spektrum Tenaga Kerja di Indonesia


Kondisi tenaga kerja di Indonesia saat ini masih didominasi oleh lulusan pendidikan dasar
dengan populasi mencapai 61% dari penduduk bekerja saat ini.

Penduduk Yang Bekerja (PYB)

114,63 Juta Orang

SD : 53.96 44.28 %
SMP : 20.35 16.70 % Setengah Penganggur
Angkatan Kerja (AK) SMA : 18.58 15.25 %
9,68 Juta Orang
114,63 Juta Orang SMK : 10.52 8.63 %
D I/II/III : 2.96 2.43 %
SD : 53.96 44.28 %
UNIVERSITAS : 8.26 6.78 % Bekerja Tidak Penuh (<35 Jam/mg)
SMP : 20.35 16.70 %
Pertanian : 38.97 34.00 % 35,77 Juta Orang (31,20%)
SMA : 18.58 15.25 %
Industri : 15.26 13.31 %
SMK : 10.52 8.63 %
Konstruksi : 7.28 6.35 %
D I/II/III : 2.96 2.43 %
Perdagangan : 24.83 21.66 %
UNIVERSITAS : 8.26 6.78 %
Transportasi : 5.11 4.46 %
Keuangan : 3.03 2.64 %
Jasa : 18.42 16.07 %
Lainnya* : 1.73 1.51 %

* Lainnya terdiri dari sektor Pertambangan


dan listrik, Gas, Air
PUK (UMUR > 15) Paruh Waktu

182,58 Juta Orang Penganggur Terbuka 26,09 Juta Orang


114,63 Juta Orang

SD : 53.96
- Jumlah Pengangguran yang tinggi
SMP : 20.35
dan tingkat pendidikan rendah
SMA : 18.58
Bukan Angkatan Kerja (BAK) - Perlu penyiapan khusus untuk masuk
SMK : 10.52 k e pasar kerja (pelatihan kerja)
52,44 Juta Orang (33,40%) D I/II/III : 2.96
UNIVERSITAS : 8.26
Sumber : BPS, Berita Resmi Statistik Bulan Agustus 2014
(data diolah Informasi Pasar Kerja)

Gambar 1.10 Profil SDM Indonesia 2014

Sementara lulusan SMK baru dapat berkontribusi sebesar 8,63% masih di bawah lulusan SMA
(15,25%) pada bulan Agustus. Hal ini disebabkan lulusan SMK masih dalam proses tunggu
pencarian pekerjaan. Kondisi yang berbeda jika survei dilakukan pada bulan Januari sampai
dengan April maka lulusan SMK mencapai maksimal masuk ke lapangan pekerjaan
mengungguli lulusan SMA. Kondisi ini merupakan celah yang harus dioptimalkan dalam
pembangunan SMK. Kecepatan dalam membangun SMK ke depan harus dapat mengubah
struktur ketenagakerjaan di Indonesia menjadi tenaga kerja terampil yang didominasi
oleh SMK.

d) Permintaan terhadap pekerja terampil cenderung terus meningkat


Berdasarkan hasil survei sebagaimana pada gambar 1.11 yang dilakukan oleh Bank Dunia
pada tahun 2008, para pengusaha menyatakan hampir secara umum dianggap bahwa
persyaratan keterampilan akan meningkat, adanya standar kualitas yang lebih tinggi,
lingkungan bisnis yang lebih kompetitif dan berorientasi ekspor sebagai pemicu utama

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


14
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

meningkatnya persyaratan. Hal ini sejalan dengan cita-cita Indonesia untuk menjadi negara
berpenghasilan tinggi, tren makroekonomi (ASEAN, meningkatnya upah di Cina) dan
meningkatnya kelas menengah (yang akan menuntut produk dan layanan yang lebih
berkualitas).

100 96
100
82 82
80
Share of firms identifying skill

74
80
requirements as increasing

62
60 55 57
60
45
40 36
40 32
26 25
20
20 15
7

0
0 Manufacturing Service (non-education) Non-Exporters Exporters

No New technology imported from abroad New homegrown technology


Change in workplace organization Higher-quality standards for products
Yes
More competitive environtment Higher export orientation
Higher supply of skilled workers

Gambar 1.11 Hasil Survei Perusahaan Membutuhkan Tenaga Terampil


Sumber : Skills for the Labor Market in Indonesia, World Bank (2011)

e) Persaingan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN


Dibuka persaingan bebas melalui berlakunya ASEAN Economic Community (AEC) atau
Masyarakat Ekonomi ASEAN membuat persaingan antar negara ASEAN meningkat.
Seluruh negara ASEAN didorong untuk membuka pintu seluas-luasnya terhadap masuknya
berbagai produk ekonomi yang ada. Dalam bertahan terhadap masuknya berbagai
produk-produk dan tenaga kerja asing , Indonesia harus memperkuat posisi produk-produk
dan tenaga kerja dalam negeri dalam persaingan tersebut. SMK merupakan salah satu
penggerak yang diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam menghadapi persaingan
tersebut.

f) Perkembangan Kondisi Sosial Masyarakat


Generasi muda saat ini dihadapkan pada kondisi sosial yang mengkhawatirkan.
Permasalahan korupsi yang terjadi dan melibatkan banyak pejabat negara (dalam CPI tahun
2013, Indonesia menduduki posisi peringkat 114 dari 177 negara), rendahnya toleransi
antar umat beragama, penggunaan obat-obat terlarang dan pornografi yang meningkat
sudah berdampak pada anak-anak kecil, rendahnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, rendahnya kepatuhan hukum dan peraturan perundang-undangan,
rendahnya sportivitas dalam berkompetisi, dan banyak kejadian negatif lainnya menjadi
serangkaian fenomena dan realita yang dihadapi oleh generasi muda saat ini.

15
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

g) Kondisi Jati Diri Bangsa


Sesuai dengan Visi Pemerintah 2015-2019 yaitu “Membangun Indonesia yang Mandiri,
Berdaulat, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong” seakan mengingatkan kembali
kepada masyarakat untuk bersama-sama kembali membangun jati diri bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki nilai-nilai menghargai keragaman,
berakhlak mulia, bermoral, beretika dan bergotong-royong. Nilai-nilai itu hidup dalam
keseharian personal maupun komunal, yang membentuk jati diri bangsa. Namun,
perkembangan terkini dari kehidupan sosial masyarakat mengindikasikan adanya pelemahan
jati diri tersebut. Sebagian nilai mulia bangsa Indonesia kurang tampak dalam kehidupan
personaldan komunal. Bahkan, sebagian pihak sudah khawatir bahwa nilai tersebut tidak
diakui lagi sebagai sesuatu yang ideal atau menjadi pedoman hidup.

2. Permasalahan dan Tantangan Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan


Periode 2015—2019
Pembangunan pendidikan menengah khususnya SMK masih terdapat banyak permasalahan
penting yang akan dihadapi pada periode tahun 2015—2019.

a. Permasalahan Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan Periode 2015—2019


Sejumlah permasalahan dalam membangun pendidikan dan kebudayaan yang perlu
mendapat perhatian dalam kurun waktu lima tahun mendatang akan diuraikan pada bagian
berikut ini.
1) Belum seluruh penduduk memperoleh layanan akses pendidikan menengah yang
berkualitas
Periode pembangunan 2015-2019, pemerintah telah mencanangkan wajib belajar 12 tahun.
Namun demikian sampai dengan tahun 2014 capaian APK SMA/MA/SMK yang masih
rendah yaitu sebesar 79,2%. Beberapa permasalahan yang mendasari dijabarkan sebagai
berikut:
a) Terbatasnya kemampuan masyarakat dengan latar belakang ekonomi lemah untuk
mengakses pendidikan menengah.
Kohor rata-rata lama sekolah penduduk usia 16-18 tahun menurut kelompok
pengeluaran keluarga tahun 2010 menunjukan hanya kurang dari 50% masyakat miskin
dan 60% masyarakat rentan miskin yang dapat melanjutkan ke pendidikan menengah.
Pengembangan pendidikan SMK perlu berkontribusi pada membantu penyelesaian akses
pendidikan pada segmen masyarakat miskin dan rentan miskin.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


16
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

PERKEMBANGAN APK SM (%) PER PENGHASILAN ORTU

100
Quantile 1 Quantile 2 Quantile 3 Quantile 4 Quantile 5 Rata-rata
90
Miskin Agak Miskin Cukup Agak Kaya Kaya

80

70

60

50

40

30
Masih terdapat peluang peningkatan
20 akses bagi SMK sebesar 25-35% dari
populasi penduduk usia 16-18 th,
10 umumnya dari kalangan ekonomi bawah

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Gambar 1.12 Perkembangan APK SM (%) Per Penghasilan Orang tua

Selain itu menurut SUSENAS 2013, hampir 90% anak-anak dari keluarga kuintil terkaya
mencapai Kelas 9, dibandingkan dengan kurang dari 56% dari kuintil termiskin.
Selanjutnya, pertisipasi pendidikan di SMK masih terkonsentrasi pada anak-anak dari
rumah tangga dengan latar belakang sosial-ekonomi yang lebih baik dan dari daerah
perkotaan (WorldBank, 2012). Berdasarkan karakteristik anak-anak yang tidak
bersekolah, jelas bahwa tantangan utama peningkatan partisipasi pendidikan SMK
adalah dengan mencegah putus sekolah anak-anak dari kuintil termiskin, terutama di
daerah pedesaan.

b) Keterbatasan jumlah SMK. Sampai saat ini belum seluruh kecamatan di Indonesia
memiliki sekolah menengah (lihat Gambar 1.13). Kondisi ini berdampak pada
munculnya kantung-kantung putus sekolah di berbagai wilayah Indonesia khususnya
di daerah 3 T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).

17
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

0% 20% 40% 60% 80% 100%

DKI Jakarta
Jawa Barat

Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Aceh

Sumatera Utara
Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Lampung

Kalimantan Barat

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara

Maluku

Bali

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

Papua

Bengkulu

Maluku Utara

Banten

Kep. Bangka Belitung

Gorontalo

Kep. Riau

Papua Barat

Sulawesi Barat

Gambar 1.13 Proporsi Kecamatan yang Tidak Mempunyai Sekolah Menengah tahun 2013
Sumber: Dapodikmen 2013, diolah

c) Keterbatasan kapasitas SMK. Kapasitas pendidikan menengah saat ini belum memadai
untuk dapat menampung seluruh lulusan SMP. Rasio lulusan SMP terhadap rombel
Kelas 1 SM dapat dilihat pada Tabel 1.3. Berdasarkan analisis rasio jumlah lulusan SMP
terhadap ketersediaan rombel di Kelas 1 SM saat ini sebagaimana digambarkan pada tabel,
kapasitas yang tersedia di pendidikan menengah hanya mampu menampung rata-rata
76 % dari lulusan SMP/MTs. Kondisi ini semakin mengkonfirmasi belum siapnya satuan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


18
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

pendidikan menengah dalam menampung lulusan SMP/MTs. Di tingkat provinsi,


sembilan (9) provinsi berada pada kondisi yang cukup mengkhawatirkan karena hanya
dapat menampung kurang dari 75 % lulusan SMP/MTs.

Tabel 1.2 Rasio Jumlah Lulusan SMP terhadap Ketersediaan Jumlah Rombongan Belajar (rombel) Kelas 1 SM

SMP SM Rasio Rombel


Lulusan SMP
Kabupaten Jumlah Siswa Kelas 1 Jumlah Terhadap
Lulusan Rombel Kelas
Rombel saat ini Rombel
1 SM
DKI Jakarta 135.991 11.333 159.037 13.253 1,17
Jawa Barat 737.059 61.422 486.960 40.580 0,66
Jawa Tengah 576.920 48.077 396.280 33.023 0,69
DI Yogyakarta 52.180 4,348 50.610 4.218 0,97
Jawa Timur 618.371 51.531 473.512 39.459 0,77
Aceh 97.354 8.113 85.964 7.164 0,88
Sumatera Utara 263.672 21.973 232.159 19.347 0,88
Sumatera Barat 94.534 7.878 76.075 6.340 0,80
Riau 100.600 8.383 81.472 6.789 0,81
Jambi 56.032 4.669 43.123 3.594 0,77
Lampung 142.444 11.870 95.332 7.944 0,67
Kalimantan Barat 78.776 6.565 52.555 4.380 0,67
Kalimantan Tengah 40.495 3.375 28.333 2.361 0,70
Kalimantan Selatan 60.123 5.010 42.788 3.566 0,71
Kalimantan Timur 60.782 5.065 51.357 4.280 0,84
Sulawesi Utara 40.130 3.344 36.737 3.061 0,92
Sulawesi Tengah 50.889 4.241 34.229 2.852 0,67
Sulawesi Selatan 155.441 12.953 121.754 10.146 0,78
Sulawesi Tenggara 47.891 3.991 41.353 3.446 0,86
Maluku 36.065 3.005 29.629 2.469 0,82
Bali 62.763 5.230 55.548 4.629 0,89
Nusa Tenggara Barat 87.942 7.329 71.249 5.937 0,81
Nusa Tenggara Timur 91.159 7.597 63.962 5.330 0,70
Papua 37.848 3.154 29.730 2.478 0,79
Bengkulu 34.164 2,847 27.312 2.276 0,80
Maluku Utara 25.655 2.138 22.942 1.912 0,89
Banten 183.783 15.315 139.668 11.639 0,76
Kep. Bangka Belitung 18.817 1.568 16.260 1.355 0,86
Gorontalo 18.954 1.580 14.770 1.231 0,78
Kep. Riau 22.955 1.913 20.016 1.668 0,87
Papua Barat 16.352 1.363 13.210 1.101 0,81
Sulawesi Barat 24.443 2.037 17.222 1.435 0,70
NASIONAL 4.201.704 350.142 3.215.983 267.999 0,77
Sumber: Dapodikmen 2013, diolah

19
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

2) Masih Rendahnya kualitas pembelajaran di SMK


Salah satu penyebab Kualitas pendidikan kejuruan sangat dipengaruhi oleh kualitas konten
dan proses pembelajaran. Setidaknya terdapat empat faktor utama penyebab rendahnya
kualitas proses pembelajaran pendidikan kejuruan di Indonesia, yaitu:

a) Masih Lemahnya pelaksanaan kurikulum


Penerapan kurikulum 2013 secara cukup masif pada tahun 2014 berdampingan
dengan masih diterapkannya kurikulum 2006, menimbulkan beberapa masalah.
Kurikulum 2013 dinilai sebagian pihak belum cukup dikaji dan belum mengalami uji
coba yang memadai untuk diterapkan secara demikian masif. Masalah bertambah
karena keterbatasan materi ajar serta masih rendahnya pemahaman pendidik,
kepala sekolah, dan orang tua. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi secara
menyeluruh terhadap pelaksanaan kurikulum 2013.

b) Masih Lemahnya sistem penilaian pendidikan


Sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan terpercaya belum sepenuhnya
terbangun. Hal ini antara lain dapat dilihat dengan belum adanya: (i) keandalan
dan kesahihan sistem ujian nasional; (ii) minimnya upaya untuk memperkuat lembaga
penilaian pendidikan yang independen; (iii) belum direviunya peran, struktur dan
sumber daya pusat penilaian pendidikan; (iv) belum dimanfaatkannya hasil
pemantauan capaian belajar siswa sebagai informasi peningkatan kualitas
pembelajaran secara berkesinambungan; serta (v) terbatasnya kemampuan pendidik
dalam memberikan penilaian formatif.

c) Masih lamanya masa tunggu lulusan SMK masuk ke lapangan kerja.


Ketidakselarasan antara dunia kerja dengan kualitas lulusan SMK merupakan salah
satu faktor yang mendorong masih rendahnya penyerapan lulusan SMK pada dunia
kerja pada tahun kelulusan yaitu setiap bulan agustus. Merupakan penyebab masih
tingginya pengangguran terbuka dan rata-rata bagi lulusan SMK. Pada gambar 1.14
dapat diketahui bahwa pengangguran terbuka SMK sebesar 11.24% atau sebesar 1.6%
untuk pengangguran rata-rata. Hal ini cukup besar jika dibandingkan dengan lulusan
lainnya.

Pengangguran dari lulusan SMK pada sekitar bulan agustus dibebabkan masih adanya
waktu tunggu bagi lulusan SMK yang cukup lama kurang lebih hampir 6 bulan untuk
masuk ke lapangan pekerjaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


20
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

12 3.5
3,2

10 3

2,3
8 2.5

1,6
6 1.5

1,1
4 1
0,9
0,8
2 0.5

11,24
3,04

7,15

9,55

6,14

5,65
0 0
SD ke bawahS Sekolah Sekolah Sekolah Diploma Universitas
Menengah Menengah Menengah I/II/III
Pertama Atas Kejuruan

Gambar 1.14 Tingkat pengangguran terbuka dan rata-rata pendapatan per bulan menurut
pendidikan yang ditamatkan, Agustus 2013
Sumber: Susenas 2013

Oleh karena itu, untuk mempersingkat waktu tunggu bagi lulusan SMK untuk memasuki
lapangan pekerjaan maka peningkatan kualitas lulusan harus segera ditingkatkan baik
dengan pembekalan khusus maupun dengan sertifikasi lulusan berstandar internasional.
Sehingga memudahkan Dunia Usaha/Dunia Industri cepat menyerap lulusan SMK
pada tahun kelulusan.

d) Masih Lemahnya penjaminan mutu pendidikan


Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia belum dilengkapi dengan sistem penjaminan
mutu pendidikan yang akurat dan komprehensif. Peningkatan mutu pendidikan yang
dilakukan tidak dikawal oleh proses penjaminan mutu pendidikan sehingga standar
penyelenggaraan pendidikan yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan belum dapat dipenuhi dan dijamin keterlaksanaannya.

21
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

3) Kekurangan tenaga Guru SMK berkualitas


Pendidik adalah salah saktu faktor utama yang mempengaruhi kualitas pendidikan di suatu
negara. Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003, pendidik terdiri dari guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lainnya yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Sesuai mandat Peraturan
Pemerintah No.74 tahun 2008, semua pendidik di sekolah menengah harus mempunyai
kualifikasi minimal S1/D4 pada tahun 2015. Kualifikasi ini diperlukan agar pendidik
mempunyai pengetahuan yang mencukup tentang mata pelajaran yang diampu. Akan
tetapi, sampai pada tahun 2013, masih terdapat 9% pendidik SMA dan SMK yang memiliki
kualifikasi di bawah S1/D4. Tabel 1.3 menunjukkan jumlah guru SMA dan SMK yang
berkualifikasi S1 dan di bawah S1 pada tahun 2013.

Tabel 1.3 Kualifikasi Guru SMA dan SMK tahun 2013

Negeri Swasta
Guru Total
< S1 > S1 Jumlah < S1 > S1 Jumlah
SMA 8,340 158,253 166,593 12,320 112,207 124,527 291,120
SMK 8,483 107,183 115,666 25,969 164,012 189,981 305,647
TOTAL 16,823 265,436 282,259 38,289 276,219 314,508 596,767
Sumber: Diolah dari Dapodikmen 2013

Akan tetapi, dari segi kompetensi, guru yang berpendidikan S1 dan S2/S3 ternyata
mempunyai kompetensi yang tidak terlalu jauh berbeda dengan guru yang berpendidikan
D3 dan di bawah D3. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1.15 bahwa tidak ada perbedaan
signifikan atas rata-rata nilai Ujian Kompetensi Guru dari guru yang berpendidikan S1 dan S2/
S3 dan guru yang berpendidikan D3 dan dibawah D3.

50

40
Rata-rata perkiraan nilai

30

20

10

0
<D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3 <D3 D3 S1 S2/S3
SD SLB SMA SMK SMP TK
Gambar 1.15 Rata-Rata Nilai Ujian Kompetensi Guru
Sumber: Bappenas

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


22
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Jika dilihat berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 74 TAHUN 2008 tentang Guru Pasal 17
bahwa setelah tahun 2015 menetapkan bahwa guru SMK tetap pemegang sertifikat
pendidik berhak mendapatkan tunjangan profesi apabila mengajar di satuan pendidikan
yang rasio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya 15:1. Adapun sebaran rasio
antara jumlah peserta didik dengan guru SMK di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.16.
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa seluruh jawa memiliki rasio peserta didik
dengan guru SMK lebih dari 20, sedangkan untuk wilayah papua, sebagian Kalimantan
dan sedikit Sumatera memiliki rasio peserta didik dengan guru SMK berkisaran antara 10-12

10-12 13-14 15-20 >20

Gambar 1.16 Peta Sebaran Guru dan Peserta Didik


Sumber: Dit.PTK Dikmen, 2013

Selanjutnya jika lihat kebutuhan guru produktif SMK berdasarkan bidang keahlian yang
ada dibandingkan dengan kebutuhan ideal, Indonesia masih mengalami kekurangan
guru produktif sebagaimana dijelaskan pada gambar 1.17.

TOTAL GURU GURU TETAP IDEAL

Teknologi dan Teknologi Informasi Perikanan dan Kesehatan Agribisnis dan Bisnis dan Pariwisata Seni Rupa Seni Pertunjukan
Rekayasa Dan Komunikasi Manajemen Argoindustri Manajemen dan Kerajinan

Gambar 1.17 Kebutuhan Guru Produktif SMK


Sumber: Dit.PTK Dikmen, 2013

23
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Dari gambar grafik tersebut dapat diketahui bahwa kekurangan terbanyak guru produktif
SMK teknologi dan Rekayasa dan Bisnis Manajemen. Adapun rincian selisih kebutuhan
guru produktif SMK dapat dijelaskan pada tabel 1.4.

Tabel 1.4 Kebutuhan Guru Produktif SMK

Status Guru Jumlah Selisih


Jumlah Selisih
Bidang Keahlian Siswa Guru Guru
Jumlah Jumlah Guru Ideal Total
(Produktif) Lulusan Kelas 1 Tetap Tetap
Rombel Rombel Total ** ***
****
*****
saat ini
Teknologi dan
10.200 2.184 2.675 9.321 24.380 15.059 37.940 -13.560 -22.881
Rekayasa
Teknologi Informasi
322 98 178 463 1.061 598 1.340 -279 -742
dan Komunikasi
Kesehatan 32 37 77 110 256 146 342 -86 -196
Agribisnis dan
1.640 126 123 1.118 3.007 1.889 3.533 -526 -1.644
Agroteknologi
Perikanan dan
822 137 242 1.051 2.252 1.201 2.370 -118 -1.169
Kelautan

Bisnis dan Manajemen 7.768 2.801 4.085 12.488 27.142 14.654 51.571 -24.429 -36.917

Pariwisata 3.016 299 501 2.226 6.042 3.816 8.810 -2.768 -4.994
Seni Rupa dan
471 40 56 235 802 567 882 -80 -315
Kerajinan
Seni Pertunjukan 13 2 2 10 27 17 28 -1 -11

Jumlah Guru Bidang


24.284 5.724 7.939 27.022 64.969 37.947 106.815 -41.846 -68.868
Keahlian (Produktif)

4) Gejala memudarnya karakter siswa dan jati diri bangsa


Peningkatan kasus-kasus narkotika, perkelahian antarpelajar, antarkelompok masyarakat,
pergaulan bebas, bisa ditafsirkan sebagai gejala memudarnya pemahaman, penghayatan
dan pengamalan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Demikian pula halnya dengan
menurunnya kualitas pembelajaran dalam pendidikan dan penggunaan bahasa Indonesia
dalam aktifitas keseharian serta menurunnya kecintaan terhadap produk dalam negeri
menunjukan semakin lemahnya jati diri bangsa dalam menjunjung sifat saling menghargai
keragaman, toleransi, etika, moral dan gotong royong. Keterbukaan informasi memang
membawa banyak kemajuan, namun juga membuka akses yang luas ke berbagai muatan
informasi yang tidak sesuai dengan karakter Indonesia.

Pemerintah selama ini telah melakukan upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
terhadap pentingnya karaktersiswa dan jati diri bangsa yang berbasis pada keragaman
dan kearifan lokal serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun berbagai
permasalahan masih dihadapi antara lain: (i) adanya kecenderungan menurunnya
pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari;(ii) menurunnya kualitas penggunaan bahasa Indonesia dan rasa cinta terhadap
produk dalam negeri;(iii) rendahnya kesadaran akan keberagaman budaya, nilai-nilai sejarah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


24
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

dan kearifan lokal serta penghormatan terhadap adat, tradisi, dan kepercayaan;
(iv) menurunnya daya juang dan budaya kerja (etos kerja), sikap tenggang rasa dan
toleransi terhadap perbedaan yang dapat memicu terjadinya konflik sosial; dan
(v) menguatnya nilai-nilai priomordialisme dan fundamentalisme yang dapat mengancam
disintegrasi bangsa.

5) Tata Kelola Pendidikan Menengah Kejuruan


Sesuai amanat Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
kewenangan pengelolaan pendidikan menengah tidak lagi berada pada tingkat
kabupaten/kota tapi telah di tempatkan di provinsi. Manajemen pengelolaan pendidikan
menengah serta penerbitan izin pendidikan menengah merupakan dua urusan yang saat
ini menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi. Dalam hal pengelolaan guru, menurut
Undang-Undang No. 23 tahun 2014 pemerintah provinsi telah diberikan kewenangan
untuk dapat memindahkan guru dan tenaga kependidikan antar daerah kabupaten/kota
dalam 1 provinsi. Khusus untuk pengelolaan guru dan tenaga kependidikan jenjang
pendidikan menengah juga menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi. Perubahan
peranan ini perlu disikapi dengan positif karena pemberian kewenangan yang lebih luas
kepada Provinsi sebagai wakil pemerintah pusat memberikan peluang untuk memperbaiki
tata kelola Pendidikan Menengah. Dalam Undang-Undang pemerintahan daerah yang
lama provinsi hanya memiliki peran yang sangat terbatas dan kurang strategis dalam
pengelolaan pendidikan menengah.

Manajemen Perizinan
Kurikulum Akreditasi PTK
Pendidikan Pendidikan

Pusat

Pendidikan Provinsi
Menengah
Kabupaten/Kota

Gambar 1.18 Pembagian Kewenangan Pendidikan


Sumber: Undang-Undang 23 Tahun 2014, diolah

25
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Isu mengenai pembiayaan juga mencakup efisiensi dari penggunaan anggaran. Secara
umum, anggaran pendidikan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Belanja pemerintah
untuk pendidikan meningkat hampir 3 kali sejak tahun 2001 sebagaimana terlihat dari
Gambar 1.19. Akan tetapi, peningkatan anggaran diindikasikan hanya berdampak sedikit
dalam peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu penyebabnya adalah adanya inefisiensi
dalam pembiayaan pendidikan yang mencakup hal-hal seperti misalnya pengelolaan dan
penyebaran guru yang kurang efektif, program sertifikasi guru yang tidak efektif, dan
kelemahan sistem pembiayaan program-program besar seperti BOS. Mengingat kebutuhan
anggaran yang semakin meningkat, adanya inefisiensi ini dapat menyebabkan anggaran
yang ada tidak mencukupi sesuai yang terlihat di Gambar 1.20.

Gambar 1.19 Anggaran Pendidikan di Indonesia Gambar 1.20 Perkiraan Anggaran Pendidikan
Sumber: Diolah oleh Bappenas Indonesia 2013-2020
Sumber: Diolah oleh Bappenas

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


26
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

6) Belum optimalnya tata kelola organisasi Direktorat Pembinaan SMK


Akuntabilitas pengelolaan keuangan dan peningkatan kinerja instansi tetap merupakan
agenda utama kementerian ke depan. Kementerian harus menjaga agar kualitas Laporan
keuangan Kemendikbud tetap Wajar Tanpa Pengecualian. Demikian pula dengan akuntabilitas
pengelolaan kinerja Kementerian/Lembaga dengan kategori B (baik) memberi tantangan
kepada kementerian untuk terus meningkatkan kinerja dari perencanaan hingga
pelaksanaan program kerja dan anggaran. Konsistensi dalam pelaksanaan reformasi birokrasi
perlu dilakukan untuk mendorong Kemendikbud menjadi kementerian yang selalu
memberikan layanan prima kepada masyarakat, merupakan wilayah bebas korupsi dan
transparan kepada publik.

b. Tantangan pembangunan SMK periode 2015-2019


Semua masalah yang diuraikan di atas adalah tantangan untuk diatasi. Berbagai masalah di atas
dapat dinyatakan dalam perspektif tantangan, sebagai langkah-langkah atau upaya yang akan
atau seharusnya dilaksanakan.

1) Pelaksanaan wajib belajar pendidikan 12 tahun yang berkualitas


Peningkatan akses pendidikan menengah, dengan cara: menyediakan akses pendidikan
menengah di seluruh kecamatan; menyediakan bantuan biaya pendidikan kepada
seluruh kelompok masyarakat melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS) serta
pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada masyarakat tidak mampu; menyediakan
afirmasi khusus kepada anak di daerah 3T dan berkebutuhan khusus; menyadarkan
masyarakat mengenai pentinya pendidikan menengah; meningkatkan peran
masyarakat/swasta dalam menyediakan layanan pendidikan menengah.

2) Peningkatan kualitas pembelajaran


a. Penguatan jaminan kualitas pelayanan pendidikan, dengan cara: mengembangkan dan
menetapkan SPM pendidikan menengah; meningkatkan kapasitas daerah dalam
menerapkan SPM; memperkuat fungsi penjaminan mutu pendidikan di tingkat pusat
dan daerah.

b. Relevansi pendidikan kejuruan belum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dengan
cara: menyelaraskan ketersediaan paket keahlian SMK dengan kebutuhan dunia kerja;
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja/sesuai
dengan KKNI.

c. Penguatan Kurikulum dan Pelaksanaannya, dengan cara: mengawasi dan mengevaluasi


penerapan kurikulum secara ketat, komprehensif, dan kontinyu; mengembangkan
kompetensi guru mengenai praktik-praktik yang baik pembelajaran di sekolah;
memperkuat kerjasama antara pemerintah, guru, kepala sekolah, pengawas dan
masyarakat dalam mengawal penerapan kurikulum.

Penguatan Sistem Penilaian Pendidikan, dengan cara: meningkatkan kompetensi guru


dalam penilaian pendidikan di sekolah; memperkuat kredibilitas sistem ujian nasional
dan pemanfaat hasil ujian untuk pemantauan dan pengendalian mutu pendidikan;
memperkuat lembaga penilaian pendidikan yang independen dan kredibel.

27
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

3) Peningkatan Jumlah dan Kualitas Guru


a. Jumlah dan distribusi guru masih perlu ditata secara lebih baik, dengan cara:
meningkatkan kapasitas daerah dalam mengelola perekrutan, penempatan dan
peningkatan mutu guru secara efektif dan efisien; mengawasi proses pengangkatan
guru di daerah berdasarkan kriteria mutu dan kebutuhan wilayah; meningkatkan
koordinasi penyelenggaraan pendidikan oleh LPTK dengan rencana penyediaan guru
di daerah.

b. Kualitas, kompetensi, dan profesionalisme guru masih harus ditingkatkan, dengan cara:
meningkatkan kualifikasi guru; memperkuat sistem uji kompetensi guru dan
mengitegrasikan dengan sistem sertifikasi guru; menerapkan sistem penilaian kinerja
guru yang sahih, andal, transparan dan berkesinambungan; meningkatkan kompetensi
guru secaran berkelanjutan.

c. Kurangnya kapasitas LPTK dalam menyediakan guru berkualitas dengan cara:


meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya LPTK; memperkuat sistem rekrutmen
calon guru.

4) Penguatan karakter siswa dan jati diri bangsa


Tantangan dalam penguatan karakter siswa dan jati diri bangsa adalah bagaimana
pemahaman terhadap sejarah dan nilai-nilai luhur budaya bangsa menjadi landasan untuk
memperkuat kehidupan yang harmonis. Bagaimana meningkatkan kesadaran dan
pemahaman masyarakat terhadap pentingnya bahasa, adat, tradisi, nilai sejarah dan kearifan
lokal yang bersifat positif sebagai perekat persatuan bangsa, serta meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengadopsi budaya global yang positif dan produktif.
Relevan dengan semua ini adalah apa yang disebut revolusi mental sebagai bentuk strategi
kebudayaan. Kebudayaan Indonesia harus dikembangkan guna meningkatkan kualitas
hidup, memperkuat kepribadian bangsa dankebanggaan nasional, memperkukuh persatuan
bangsa, meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai kesejarahan dan wawasan
kebangsaan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tantangan pula untuk meningkatkan pendidikan kewargaan dan pendidikan karakter


siswa, adalah bagaimana mengoptimalkan pendidikan agama, kewargaan dan karakter
sebagai wadah pembentukan karakter bangsa di sekolah; memberdayakan masyarakat
dalam mengawasi penegakan hukum; melakukan pembinaan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar; meningkatkan penelitian, penilaian, dan penentuan
kelayakan berbagai media komunikasi dan informasi.

5) Optimalisasi pemanfaatan anggaran pendidikan belum efektif dan efisien


Tantangan ke depan yang dihadapi adalah meninjau kembali berbagai aturan penggunaan
dana transfer APBN untuk mendorong peningkatan mutu pendidikan; mengawasi dan
mengevaluasi penggunaan anggaran pendidikan oleh daerah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


28
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

6) Memperbaiki tata kelola organisasi Direktorat Pembinaan SMK


Tantangan ke depan yang dihadapi adalah meningkatkan kualitas pelayanan publik;
menjamin akuntabilitas pengelolaan keuangan dan anggaran; memperkuat manajemen
kinerja pembangunan; memperkuat manajemen aparatur sipil negara.

29
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN
DIREKTORAT PEMBINAAN SMK

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


30
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

DAFTAR ISI
A. Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 32

B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Direktorat Pembinaan SMK 38

C. Tata Nilai 40

31
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

A. Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Rencana Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang (RPPNJP) 2005—2025 menyatakan
bahwa visi 2025 adalah Menghasilkan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/
Insan Paripurna). Makna insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas
spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis. Tabel 2.1 berikut
memberikan deskripsi lengkap yang dimaksud dengan insan cerdas dan kompetitif.

Tabel 2.1 Makna Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif

Makna Insan Indonesia


Makna Insan Indonesia Cerdas
Kompetitif

• Beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk • Berkepribadian unggul dan


Cerdas menumbuhkan dan memperkuat keimanan, gandrung akan keunggulan
spiritual ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi
pekerti luhur dan kepribadian unggul. • Bersemangat juang tinggi
• Jujur
• Beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk
meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas • Mandiri
akan kehalusan dan keindahan seni, nilai- • Pantang menyerah
nilai budaya, serta kompetensi untuk
mengekspresikannya. • Pembangunan dan pembinaan
Cerdas • Beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang jejaring
emosional (a) membina dan memupuk hubungan timbal
• Bersahabat dengan perubahan
dan sosial balik; (b) demokratis; (c) empatik dan simpatik;
(d) menjunjung tinggi hak asasi manusia; • Inovatif dan menjadi agen
(e) ceria dan percaya diri; (d) menghargai perubahan
kebhinekaan dalam bermasyarakat dan
bernegara; (e) berwawasan kebangsaan • Produktif
dengan kesadaran akan hak dan kewajiban • Sadar mutu
warga negara. • Berorientasi global
• Beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk • Pembelajaran sepanjang hayat
Cerdas memperoleh kompetensi dan kemandirian
• Menjadi rahmat bagi semesta
emosional dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
dan sosial • Aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif, alam
inovatif, dan imajinatif.

• Beraktualisasi diri melalui olah raga untuk


Cerdas mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya-
kinestetis tahan, sigap, terampil, & trengginas.
• Aktualisasi insan adiraga.

Dengan terintegrasinya pendidikan dan kebudayaan, keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karya
manusia yang dikembangkan melalui proses pembelajaran dalam pendidikan dan adaptasi terhadap
lingkungannya dapat berfungsi sebagai pedoman untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Keseluruhan proses dan hasil interaksi sistemik dari proses pendidikan, budaya keagamaan,
budaya kebangsaan, budaya kesukuan, budaya tempatan, serta budaya global, yang terkait satu
sama lain dan dinamis menuju ke arah kemajuan peradaban bangsa. Selain itu, cita-cita dalam

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


32
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

pembangunan pendidikan lebih menekankan pada pendidikan transformatif, yaitu menjadikan


pendidikan sebagai motor penggerak perubahan dari masyarakat berkembang menuju masyarakat
maju. Pembentukan masyarakat maju selalu diikuti oleh proses transformasi struktural, yang menandai
suatu perubahan dari masyarakat yang potensi kemanusiannya kurang berkembang menuju
masyarakat maju dan berkembang yang mengaktualisasikan potensi kemanusiannya secara optimal.

Dengan mengacu kepada Nawa Cita, memperhatikan Visi 2025, serta integrasi pembangunan
pendidikan dan kebudayaan, maka ditetapkan Visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019
adalah:

Visi Kemendikbud 2019:


“Terbentuknya Insan serta Ekosistem Pendidikan
dan Kebudayaan yang Berkarakter dengan
Berlandaskan Gotong Royong”

Terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan yang berkarakter dapat dimaknai sebagai terwujudnya
dengan baik apa yang disebut sebagai tujuh elemen ekosistem. Penyebutan insan secara terpisah adalah
untuk menekankan arti sangat penting dari peran pelaku dalam suatu ekosistem.

Tujuh elemen ekosistem pendidikan tersebut adalah:


1. Sekolah yang kondusif
Suasana kondusif di sekolah sangat diperlukan dalam membuat sekolah yang efektif.
Sekolah adalah suatu tempat yang di dalamnya terjadi hubungan saling ketergantungan
antara manusia dengan lingkungannya. Sekolah yang kondusif menjadikan sebagai tempat yang
menyenangkan bagi manusia yang berinteraksi di dalamnya, baik siswa, guru, tenaga pendidik,
orang tua siswa dan pelaku lainnya. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang
memadai juga menjadi faktor pendukung. Faktor pendukung lain yang penting adalah Kepala
Sekolah yang memimpin para pelaku menghadapi dan menyelesaikan masalah.

2. Guru sebagai penyemangat


Guru yang baik adalah guru yang mempunyai empat kompetensi yang mumpuni yaitu
kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan berkepribadian.Selain itu seorang guru juga harus
punya naluri yang sensitif atau peka terhadap kemampuan dan perkembangan siswanya.
Sensitif terhadap kebutuhan siswa serta mampu memberikan semangat kepada siswa untuk aktif,
kreatif, inovatif, dan sportif dalam mengikuti proses belajar mengajar.

33
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

3. Orangtua yang terlibat aktif


Orang tua berperan sejak awal sebagai pendidik bagi anak-anaknya dan terus berlanjut meskipun
mereka sudah masuk sekolah. Keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungs
seperti: membentuk kepribadian anak, melaksanakan pedidikan anak di rumah dan mendukung
pendidikan di sekolah. Pemerintah memang memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan
pendidikan secara baik bagi seluruh anak Indonesia. Orang tua memiliki hak dan kewajiban dalam
memilih satuan pendidikan, memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya,
serta memberi masukan kepada sekolah. Orang tua yang terlibat aktif dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah akan menjadikan pendidikan menjadi lebih efektif.

4. Masyarakat yang sangat peduli


Penyelenggaraan pendidikan membutuhkan partisipasi dan kepedulian masyarakat. Salah satu
alasannya adalah keterbatasan sumber daya Pemerintah. Partisipasi dan kepedulian masyarakat itu
dapat berupa menyelenggaraan satuan pendidikan sendiri atau mendukung satuan pendidikan
milik Pemerintah. Masyarakat yang menyelenggarakan satuan pendidikan sendiri harus berupaya
sebaik-baiknya dan tetap mematuhi semua pedoman, aturan dan kurikulum yang ditetapkan
Pemerintah. Sedangkan partisipasi masyarakat dalam satuan pendidikan yang diselenggarakan
Pemerintah dapat berupa materi, tenaga dan pikiran. Masyarakat kini bisa memiliki peran serta
dalam pembahasan masalah pendidikan baik akademis maupun non akademis, dan dalam proses
pengambilan keputusan dalam Rencana Pengembangan Sekolah.

5. Industri yang berperan penting


Di negara-negara maju, peran industri ditunjukkan secara nyata berupa kerjasama program,
dukungan finansial untuk penelitian dan beasiswa. Bahkan di beberapa negara peran industri
menjadi kewajiban sesuai undang-undang yang mengaturnya. Pengalaman Negara-negara
tersebut dapat menjadi pelajaran bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Selain dukungan
finansial, peran industri yang penting adalah dalam memecahkan permasalahan peralihan dari
dunia pendidikan ke dunia kerja. Dunia industri bisa berfungsi sebagai tempat praktik, magang
kerja, belajar manajemen industri dan wawasan dunia kerja bagi siswa. Kerjasama sekolah dan
industri harus dibangun berdasarkan kemauan dan saling membutuhkan. Pihak dunia kerja dan
industri seharusnya menyadari bahwa pihak industri tidak akan mendapatkan tenaga kerja siap
pakai yang mereka perlukan sesuai kualifikasi yang diharapkan, tanpa membangun program
pendidikan bersama.

6. Organisasi profesi yang berkontribusi besar


Organisasi profesi diharapkan bisa meningkatkan peran dalam penyelenggaraan pendidikan.
Organisasi profesi dapat memberi masukan bahkan menentukan arah kebijakan pendidikan.
Pemerintah sudah seharusnya bekerja sama lebih erat dengan organisasi profesi, melalui
berbagai jalur komunikasi dan aspirasi. Interaksi yang baik akan menguntungkan kedua belah pihak,
sekaligus mempercepat kemajuan pembangunan di bidang pendidikan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


34
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

7. Pemerintah yang berperan optimal


Berdasarkan hasil amandemen UUD 1945 ke IV (empat) yang dilaksanakan pada tahun 2002
yaitu tentang pendidikan maka bentuk dukungan pemerintah diantaranya telah dituangkan
dalam pasal 31 ayat 1, 2, 3, 4, 5. Khusus untuk dukungan pendanaan secara eksplisit
dituangkan pada pasal 31 ayat 4 yang berbunyi “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang kurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan nasional”.

Pemerintah memegang peranan penting dalam peningkatan akses, kualitas, dan relevansi
pendidikan serta daya saing anak-anak Indonesia, terutama dalam penyediaan sarana dan prasarana
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP),
pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada semua jenjang pendidikan serta pemberian
beasiswa miskin melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) sehingga keterjangkauan dan jaminan untuk
memperoleh layanan pendidikan dasar dan menengah dapat terpenuhi. Selain itu pemerintah
juga harus menjamin ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional di seluruh
jenjang pendidikan dan seluruh satuan pendidikan, serta mengurangi kesenjangan akses dan
kualitas antar propinsi, kabupaten dan kota serta daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Pemerintah daerah pun dituntut untuk berperan lebih daripada waktu sebelumnya. Sebagian cukup
besar penggunaan dana pendidikan dari APBN berada dibawah kontrol Pemerintah Daerah.
Pemanfaatan dana pendidikan yang berasal dari APBN dan APBD dapat diupayakan semakin
terkoordinasi, antara lain dengan mengkaitkan alokasi dana Pemerintah dihubungkan dengan
seberapa besar alokasi APBD daerah bersangkutan.

Terbentuknya insan serta ekosistem kebudayaan yang berkarakter dapat dimaknai sebagai:
1. Terwujudnya pemahaman mengenai pluralitas sosial dan keberagaman budaya dalam masyarakat,
yang diindikasikanoleh kesediaan untuk membangun harmoni sosial, menumbuhkan sikap
toleransi, dan menjaga kesatuan dalam keanekaragaman;
2. Terbentuknya wawasan kebangsaan di kalangan anak-anak usia sekolah yang diindikasikan
oleh menguatnya nilai-nilai nasionalisme dan rasa cinta tanah air;
3. Terwujudnya budaya dan aktivitas riset, budaya inovasi, budaya produksi serta pengembangan
ilmu dasar dan ilmu terapan yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri
untuk mendukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi;
4. Terwujudnya pelestarian warisan budaya baik bersifat benda (tangible) maupun tak benda
(intangible)
5. Terbentuknya karakter yang tangguh dengan melestarikan, memperkukuh dan menerapkan
nilai-nilai kebudayaan Indonesia;
6. Tingginya apresiasi terhadap keragaman seni dan kreativitas karya budaya, yang mendorong
lahirnya insan kebudayaan yang profesional yang lebih banyak;
7. Berkembangnya promosi dan diplomasi budaya.

35
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Berlandaskan gotong royong dapat dimaknai sebagai berikut:


Gotong royong merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia. Gotong royong diakui
sebagai kepribadian dan budaya bangsa yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat.
Gotong royong dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan berarti banyak hal yang dilakukan
secara bersama oleh banyak pihak secara sadar, sukarela, dan keinginan saling tolong menolong.
Berlandaskan gotong royong akan memposisikan pembangunan pendidikan dan kebudayaan
sebagai sebuah gerakan. Gerakan yang dicirikan antara lain oleh keterlibatan aktif masyarakat dan
kepercayaan yang tinggi terhadap lingkungan lembaga satuan pendidikan seperti sekolah.

Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Untuk mencapai Visi Kemendikbud 2019, maka ditetapkan 5 (lima) Misi yang merupakan rumusan
umum dari upaya-upaya pencapaiannya. Misi tersebut adalah:

KODE MISI
M1 Mewujudkan Pelaku Pendidikan dan Kebudayaan yang Kuat
M2 Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan
M3 Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu
M4 Mewujudkan Pelestarian Kebudayaan dan Pengembangan Bahasa
M5 Mewujudkan Penguatan Tata Kelola serta Peningkatan Efektivitas Birokrasi dan Pelibatan
Publik

Misi Renstra Kemendikbud 2015—2019 dapat dimaknai sebagai berikut:


1. Mewujudkan pelaku pendidikan dan kebudayaan yang kuat adalah menguatkan siswa, guru,
kepala sekolah, orang tua, dan pemimpin institusi pendidikan dalam ekosistem pendidikan;
memberdayakan pelaku budaya dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan; serta fokus
kebijakan diarahkan pada penguatan perilaku yang mandiri dan berkepribadian;
2. Mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan adalah mengoptimalkan capaian wajib
belajar 12 tahun; meningkatkan ketersediaan serta keterjangkauan layanan pendidikan, khususnya
bagi masyarakat yang berkebutuhan khusus dan masyarakat terpinggirkan, serta bagi wilayah
terdepan, terluar, dan tertinggal (3T);
3. Mewujudkan pembelajaran yang bermutu adalah meningkatkan mutu pendidikan sesuai lingkup
standar nasional pendidikan; serta memfokuskan kebijakan berdasarkan percepatan peningkatan
mutu untuk menghadapi persaingan global dengan pemahaman akan keberagaman, dan penguatan
praktik baik dan inovasi;
4. Mewujudkan pelestarian kebudayaan dan pengembangan bahasa adalah: a) menjaga dan
memelihara jati diri karakter bangsa melalui pelestarian dan pengembangan kebudayaan dan
bahasa; b) membangkitkan kembali karakter bangsa Indonesia, yaitu saling menghargai
keragaman, toleransi, etika, moral, dan gotong royong melalui penerapan budaya dan bahasa
Indonesia yang baik di masyarakat; c) meningkatkan apresiasi pada seni dan karya budaya Indonesia
sebagai bentuk kecintaan pada produk-produk dalam negeri; d) melestarikan, mengembangkan
dan memanfaatkan warisan budaya termasuk budaya maritim dan kepulauan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat;

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


36
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

5. Mewujudkan penguatan tata kelola serta peningkatan efektivitas birokrasi dan pelibatan
publik adalah dengan memaksimalkan pelibatan publik dalam seluruh aspek pengelolaan
kebijakan yang berbasis data, riset, dan bukti lapangan; membantu penguatan kapasitas tata kelola
pada pendidikan di daerah, mengembangkan koordinasi dan kerjasama lintas sektor di tingkat
nasional; mewujudkan birokrasi Kemendikbud yang menjadi teladan dalam tata kelola yang
bersih, efektif, dan efisien.

Misi Renstra dapat pula dijelaskan sebagai bagian dari revolusi mental. Misi renstra tersebut dilihat
sebagai tujuh jalan revolusi mental yang mengintegrasikan pengelolaan pembangunan pendidikan dan
kebudayaan, yaitu:
1. Menerapkan paradigma pendidikan untuk membentuk manusia mandiri dan berkepribadian;
2. Mengembangkan kurikulum berbasis karakter dengan mengadopsi kearifan lokal serta vokasi
yang beragam berdasarkan kebutuhan geografis daerah serta bakat dan potensi anak;
3. Menciptakan proses belajar yang nyaman dan menyenangkan untuk menumbuhkan kemauan
belajar dari dalam diri anak;
4. Memberi kepercayaan besar kepada kepala sekolah dan guru untuk mengelola suasana dan proses
belajar yang kondusif agar anak nyaman belajar;
5. Memberdayakan orangtua untuk terlibat lebih aktif pada proses pembelajaran dan tumbuh
kembang anak;
6. Membantu kepala sekolah untuk menjadi pemimpin yang melayani warga sekolah;
7. Menyederhanakan birokrasi dan regulasi pendidikan diimbangi pendampingan dan pengawasan
yang efektif.

Sejalan dengan semangat integrasi antara unit kerja di dalam Kementerian, Visi dan Misi Kementerian
merupakan visi dan misi Direktorat Pembinaan SMK. Selanjutnya Direktorat Pembinaan SMK hanya
menjabarkan tujuan strategis sebagai tindak lanjut penetapan tujuan strategis Kementerian.

37
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Direktorat


Pembinaan SMK

Sejalan dengan visi dan misi kemdikbud 2015-2019, berikut rumusan visi dan misi Direktorat Pembinaan
SMK ke depan.

Visi Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019:

“Terbentuknya Insan dan Ekosistem Pendidikan Kejuruan yang


Berkarakter dengan Berlandaskan Gotong Royong”

Misi Direktorat PSMK 2015-2019:


1. Mewujudkan Pelaku Pendidikan Kejuruan yang Kuat
2. Mewujudkan Akses Sekolah Menengah Kejuruan yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan
3. Mewujudkan Pembelajaran yang Bermutu di Sekolah Menengah Kejuruan
4. Mewujudkan Penguatan Tata Kelola serta Peningkatan Efektivitas Birokrasi dan
Pelibatan Publik

Sebagai jabaran dari visi dan misi tersebut, berikut tujuan strategis serta sasaran strategis Direktorat
Pembinaan SMK :

1. Tujuan Strategis 1: Penguatan peran siswa, guru, tenaga kependidikan, orang tua, dan
aparatur institusi pendidikan dalam ekosistem pendidikan SMK dengan sasaran strategis:

Kode Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS)


1.1 Meningkatnya perilaku positif siswa SMK Indeks Integritas siswa SMK sebesar 78
Rata-rata nilai sikap siswa SMK minimal baik

2. Tujuan Strategis 2: Peningkatan akses pendidikan kejuruan dengan sasaran strategis:

Kode Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS)


2.1 Meningkatnya angka partisipasi SMK APK SMA/SMK/SMLB/Paket C
penduduk usia pendidikan menengah sekurang-kurangnya 85,71 %
APM SMA/SMK/SMLB sekurang-kurangnya
67,50%
Rasio APK SMA/SMK/SMLB antara 20%
penduduk termiskin dan 20% penduduk
terkaya sebesar 0.6
Rata-rata lama sekolah penduduk usia di atas
15 tahun sebesar 8,8 tahun

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


38
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

3. Tujuan Strategis 3: Peningkatan mutu dan relevansi pembelajaran yang berorientasi


pada pembentukan karakter dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dengan sasaran
strategis:

Kode Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS)


3.1 Meningkatnya mutu layanan dan lulusan Persentase paket keahlian SMK berakreditasi
pendidikan menengah kejuruan minimal B sekurang-kurangnya 65%
Sejumlah minimal 90% kab/kota memiliki
Indeks pencapaian SPM pendidikan
menengah sebesar 1
Rata-rata nilai ujian nasional SMK minimal 7.0

4. Tujuan Strategis 4: Peningkatan sistem tata kelola yang transparan dan akuntabel
dengan melibatkan publik dengan sasaran strategis:

Kode Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS)


4.1 Meningkatkan akuntabilitas kinerja Skor LAKIP minimal sebesar 80
Kemendikbud
4.2 Dipertahankannya opini laporan keuangan Laporan keuangan Kemendikbud mendapat
Kemendikbud Wajar Tanpa Pengecualian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
(WTP)
4.3 Meningkatnya pelibatan publik dalam tata Indeks kepuasan pemangku kepentingan
kelola pendidikan SMK sebesar 77

39
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

C. Tata Nilai
Sejalan dengan Renstra Kemendikbud 2015-2019 berikut tata nilai Direktorat PSMK:
1. Memiliki Integritas
Konsisten dan teguh dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan, terutama dalam
hal kejujuran dan kebenaran dalam tindakan. Memiliki integritas, bersikap jujur dan mampu
mengemban kepercayaan.

2. Kreatif dan Inovatif


Memiliki pola pikir, cara pandang, dan pendekatan yang variatif terhadap setiap permasalahan,
serta mampu menghasilkan karya baru.

3. Inisiatif
Inisiatif adalah kemampuan bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari
pekerjaan. Melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah lebih dahulu dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan, menciptakan peluang baru atau untuk
menghindari timbulnya masalah.

4. Pembelajar
Berkeinginan dan berusaha untuk selalu menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan
dan pengalaman serta mampu mengambil hikmah dan mejadikan pelajaran atas setiap kejadian.

5. Menjunjung Meritokrasi
Memiliki pandangan yang memberi peluang kepada orang untuk maju berdasarkan kelayakan dan
kecakapannya.

6. Terlibat Aktif
Suka berusaha mencapai tujuan bersama serta memberikan dorongan agar pihak lain tergerak
untuk menghasilkan karya terbaiknya.

7. Tanpa Pamrih
Tidak memilki maksud yang tersembunyi untuk memenuhi keinginan untuk memperoleh
keuntungan pribadi Memberikan dorongan dan semangat bagi pihak lain untuk suka berusaha
mencapai tujuan bersama serta memberikan inspirasi dan memberikan dorongan agar pihak lain
tergerak untuk menghasilkan karya terbaiknya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


40
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

41
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,
KERANGKA REGULASI DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


42
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

DAFTAR ISI
A. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pendidikan Nasional 44

B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Direktorat Pembinaan SMK 49

C. Kerangka Regulasi 56

D. Kerangka Kelembagaan 57

43
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

A. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan


Pendidikan Nasional

Uraian mengenai arah dan kebijakan nasional selanjutnya merujuk kepada sembilan agenda
prioritas (Nawa Cita) yang terkait dengan tugas dan fungsi Kemendikbud. Sebelum menguraikan
mengenai hal itu, ada baiknya dikemukakan kembali Nawa Cita yang menjadi acuannya, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
kepada seluruh warga negara;
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis, dan terpercaya;
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan;
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia;
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa
Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya;
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik;
8. Melakukan revolusi karakter bangsa;
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Agenda prioritas yang terkait langsung dengan pembangunan pendidikan dan kebudayaan, khususnya
yang sesuai dengan tugas dan fungsi Kemendikbud, tertuang dalam Nawa Cita nomor 2, 3, 4, 5, 6,
dan 8. Berikut dijabarkan arah kebijakan dan strategi pembangunan sesuai dengan agenda Nawa Cita
(sesuai dengan isi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019) yang terkait
langsung dengan tugas dan fungsi Direktorat PSMK.

NAWACITA.2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan
yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya;

1. Meningkatkan Peranan dan Keterwakilan Perempuan dalam Politik dan Pembangunan


dengan meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan
2. Membangun Transparansi dan Akuntabiltas Kinerja Pemerintahan dengan penerapan
e-government untuk mendukung bisnis proses pemerintahan dan pembangunan yang sederhana,
efisien dan transparan, dan terintegrasi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


44
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

NAWACITA.3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan


desa dalam kerangka negara kesatuan;

1. Pengembangan Daerah Tertinggal :


a. Mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan dasar publik
di daerah tertinggal
b. Mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat
2. Penanggulangan Kemiskinan melalui meningkatnya penjangkauan pelayanan dasar mencakup
sarana dan prasarana pendidikan
3. Pemerataan Pembangunan Antar Wilayah Terutama Kawasan Timur Indonesia melalui
percepatan dan perluasan pembangunan SMK-SMK Untuk memperkuat daya saing industri
manufaktur nasional, pembangunan Science dan Techno Park, sebagai center of excellence
(kerjasama dunia usaha/swasta-Pemerintah- Perguruan tinggi) sangat diperlukan, terutama untuk
mendorong tumbuhnya inovasi teknologi, khususnya untuk sektor pertanian dan industri.

NAWACITA.4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;

1. Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba dengan diseminasi informasi tentang bahaya narkoba


melalui berbagai media;

NAWACITA.5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia

1. Melaksanakan Wajib Belajar 12 Tahun dengan memperluas dan meningkatkan akses


pendidikan menengah yang berkualitas untuk mempercepat ketersediaan SDM terdidik
untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja:
a. Pemberian dukungan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk dapat mengikuti Program
Indonesia Pintar pada pendidikan menengah melalui Kartu Indonesia Pintar;
b. Peningkatan ketersediaan SMA/SMK/MA di kecamatankecamatan yang belum memiliki
satuan pendidikan menengah, melalui pembangunan USB, dan terutama penambahan RKB,
dan pembangunan SMP/MTs-SMA/MA satu atap, serta ketersediaan SMK yang mendukung
pembangunan bidang pertanian, maritim, pariwisata, industri manufaktur dan ekonomi kreatif;
c. Penyediaan bantuan operasional sekolah untuk menjamin kemampuan sekolah dalam
menyelenggarakan layanan pendidikan yang berkualitas;
d. Peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pendidikan menengah untuk
mendorong kemauan orangtua menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi.
e. Penguatan peran swasta dalam menyediakan layanan pendidikan menengah yang berkualitas
f. Penilaian terhadap sekolah/madrasah swasta secara komprehensif yang diikuti dengan
intervensi untuk pengembangannya.
g. Penegakan aturan dalam pemberian izin pembukaan sekolah/madrasah baru.
h. Penguatan kerjasama pemerintah dan swasta dengan mengatur secara jelas kontribusi

45
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

pemerintah dalam membantu sekolah/madrasah swasta dan akuntabilitas sekolah/madrasah


swasta dalam penggunaan bantuan pemerintah ; dan
i. Penguatan kecakapan akademik siswa SMK seperti matematika, pemecahan masalah dan
bahasa untuk memenuhi kebutuhan industri yang mensyaratkan penguasaan keterampilan dasar;
j. Pemberian insentif baik finansial maupun non-finansial untuk mendorong industri dalam
penyediaan fasilitas magang;
k. Pengembangan kurikulum yang diselaraskan dengan kebutuhan lapangan kerja berdasarkan
masukan dari dunia usaha/dunia industri;
l. Penyelarasan program keahlian dan pengembangan kurikulum SMK sesuai dengan kegiatan
ekonomi utama di kabupaten/kota dan kebutuhan pasar kerja.

2. Memperkuat jaminan kualitas (quality assurance) pelayanan pendidikan melalui:


a. Pemantapan penerapan SPM untuk jenjang pendidikan dasar dan penerapan SPM jenjang
pendidikan menengah sebagai upaya untuk mempersempit kesenjangan kualitas pelayanan
pendidikan antar satuan pendidikan dan antar daerah;
b. Penguatan proses akreditasi untuk satuan pendidikan negeri dan swasta;
c. Peningkatan kapasitas pemerintah kabupaten/kota dan satuan pendidikan untuk
mempercepat pemenuhan SPM.

3. Memperkuat kurikulum dan pelaksanaannya melalui:


a. Penguatan kurikulum yang memberikan keterampilan abad ke 21;
b. Diversifikasi kurikulum agar siswa dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi,
minat, dan kecerdasan individu;
c. Penyiapan guru untuk mampu melaksanakan kurikulum secara baik;
d. Evaluasi pelaksanaan kurikulum secara ketat, komprehensif, dan berkelanjutan;
e. Peningkatan peran serta guru dan pemangku kepentingan untuk berpartisipasi aktif
dalam memberikan umpan balik pelaksanaan kurikulum di tingkat kelas;
f. Penguatan kerjasama antara guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah untuk mendukung
efektivitas pembelajaran;
g. Pengembangan profesi berkelanjutan tentang praktek pembelajaran di kelas untuk guru dan
kepala sekolah;
h. Penyediaan dukungan materi pelatihan secara online untuk membangun jaringan pertukaran
materi pembelajaran dan penilaian antar guru;
i. Peningkatan kualitas pembelajaran literasi, matematika, dan sains sebagai kemampuan dasar
yang dibutuhkan dalam kehidupan keseharian dan dalam bermasyarakat, yang dilakukan
secara responsif gender; dan
j. Penguatan kurikulum tentang ketahanan diri seperti perilaku hidup bersih dan sehat,
kepedulian terhadap lingkungan, kesehatan reproduksi, pengetahuan gizi seimbang, dan
pendidikan jasmani dengan tetap mengedepankan norma-norma yang dianut masyarakat
Indonesia, serta penguatan kurikulum tentang kewirausahaan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


46
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

4. Memperkuat sistem penilaian pendidikan yang komprehensif dan kredibel melalui:


a. Peningkatan sistem penilaian pendidikan yang komprehensif;
b. Peningkatan mutu, validitas, dan kredibilitas penilaian hasil belajar siswa;
c. Penguatan mutu penilaian diagnostik dan peningkatan kompetensi guru dalam bidang
penilaian di tingkat kelas;
d. Pemanfaatan hasil penilaian siswa untuk peningkatan kualitas pembelajaran secara
berkesinambungan;
e. Pemanfaatan hasil ujian untuk pemantauan dan peningkatan mutu pendidikan berkelanjutan;
f. Penguatan lembaga penilaian pendidikan yang indepen-den dan kredibel; serta
Pengembangan sumberdaya lembaga penilaian pendidikan di pusat dan daerah.

5. Meningkatkan pengelolaan dan penempatan guru, melalui:


a. Pengembangan kapasitas pemerintah kabupaten/kota untuk mengelola perekrutan,
penempatan, dan peningkatan mutu guru secara efektif dan efisien;
b. Peningkatan efisiensi pemanfaatan guru dengan memperbaiki rasio guru-murid dan
memaksimalkan beban mengajar termasuk melalui multigrade dan/atau multisubject teaching;
c. Penguatan kerjasama antara Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) dan semua
tingkat pemerintahan untuk menjamin mutu dan distribusi yang merata; dan

NAWACITA.6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional


sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya;

1. Dalam rangka Taman Tekno dan Taman Sains arah kebijakan dan strategi adalah
sebagai berikut:
a. Pembangunan Taman Tekno Kabupaten/Kota diarahkan berfungsi sebagai:
1) pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan
hasil (pasca panen), industri manufaktur, ekonomi kreatif, dan jasa-jasa lainnya yang telah
dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala
ekonomi;
2) tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis
ke masyarakat luas;

2. Meningkatkan Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja:


a. Mengembangkan program kemitraan antara pemerintah dengan dunia usaha/industri,
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, melalui tiga aspek pengembangan, yaitu:
1) Pengembangan program pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi menggunakan
kurikulum/modul pelatihan mengacu kepada standar yang dikembangkan industry
2) Sertifikasi kompetensi melalui uji kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang
dilisensi oleh BNSP, dan memiliki masa berlaku (validitas) sesuai ketentuan.

47
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

NAWACITA.8. Melakukan revolusi karakter bangsa

1. Mengembangkan pendidikan kewargaan di sekolah untuk menumbuhkan jiwa


kebangsaan, memperkuat nilai-nilai toleransi, menumbuhkan penghargaan pada keragaman
sosial budaya, memperkuat pemahaman mengenai hak-hak sipil dan kewargaan, serta
tanggung jawab sebagai warga negara yang baik (good citizen), melalui:
a. Penguatan pendidikan kewargaan yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang relevan yaitu:
PKN, IPS (sejarah, geografi, sosiologi/antropologi), bahasa Indonesia;
b. Penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan
untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik dengan
memperkuat pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran,

2. Meningkatkan pemasyarakatan budaya produksi, melalui:


a. Peningkatan pemahaman bahwa konsumsi yang berlebihan (excessive consumption) tidak baik;
b. Penyebaran pengetahuan teknik-teknik pembuatan barang dan jasa yang dapat dilakukan
sendiri baik melalui jalur pendidikan maupun melalui pemasyarakatan sehingga terbangun
budaya swadesi dengan sebutan populer Do It Yourself (DIY).

3. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi inovasi melalui:


a. Pemberian penghargaan bagi temuan-temuan baru antara lain dengan penegakan hak
kekayaan intelektual dan berbagai penghargaan sosial lainnya;
b. Peningkatan pemahaman masyarakat atas sifat acak dari setiap kejadian (randomness nature
of event) agar terbangun kemampuan mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak terduga
termasuk efek negatifnya (calculated risk) yang pada akhirnya meningkatkan daya kreasi.
c. Penyediaan ruang publik yang mendorong kreatifitas dan yang memfasilitasi perwujudan ide
kreatif antara lain ke dalam bentuk barang, audio, visual, grafis, dan koreografi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


48
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Direktorat


Pembinaan SMK

Berikut dijabarkan arah kebijakan dan strategi pencapaian sasaran strategis Direktorat Pembinaan SMK
2015-2019.

1. Penguatan Peran Siswa, Guru, Tenaga Kependidikan, Orang tua, dan Aparatur Institusi
Pendidikan dalam Ekosistem Pendidikan Kejuruan
Arah kebijakan yang diterapkan dalam melaksanakan tujuan strategis ini melalui Penerapan
pendidikan karakter di sekolah. Strategi ini bertujuan untuk:
a. Memotivasi pihak sekolah dan Pemda setempat dalam pengembangan mental dan akhlak mulia
para siswa melalui kegiatan dan pelatihan yang nantinya diharapkan dapat menyebar luaskan
ke siswa SMK dilingkungan daerahnya masing-masing.
b. Menumbuhkan disiplin dan tanggungjawab terhadap kegiatan di sekolah maupun di luar
sekolah.
c. Terciptanya generasi muda yang tangguh dan siap menuju ke kehidupan yang lebih baik
di masyarakat.
d. Memiliki budi pekerti yang baik dan berahklak mulia.
e. Berkembangnya rasa kerjasama dan kebersamaan sebagai upaya untuk menggalang persatuan
dan kesatuan generasi muda mendatang.

2. Peningkatan akses pendidikan kejuruan


Arah kebijakan yang diterapkan dalam melaksanakan tujuan strategis ini melalui:
a. Kartu Indonesia Pintar. Tujuan yang akan dicapai melalui strategi ini adalah meningkatkan
jumlah dan kualitas peserta didik SMK, meringankan biaya pendidikan siswa SMK, dan mencegah
siswa miskin SMK putus sekolah. Strategi ini diharapkan dapat membantu lebih dari 2 juta
anak miskin dan rentan miskin untuk dapat mengakses pendidikan menengah kejuruan.
b. Bantuan Operasional Sekolah. Sejalan dengan penetapan WAJAR 12 tahun penyediaan
Bantuan Operasional Sekolah atau BOS tetap menjadi andalan pemerintah untuk mengurangi
beban masyarakat untuk dapat membiayai pendidikan menengah bagi anak-anaknya.
c. Peningkatan daya tampung SMK. Peningkatan kapasitas SMK sangat mendesak mengingat
kapasitas SMK saat ini hanya dapat menampung 78.94% pendaftar. Strategi yang diterapkan
adalah:
i. Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB). Unit Sekolah Baru diprioritaskan untuk
membangun SMK di kecamatan yang belum memiliki SMK yang dapat diberikan untuk
pendirian SMK Negeri maupun Swasta. Dana digunakan untuk pembangunan gedung
pembelajaran (ruang teori, ruang praktik dan ruang penunjang beserta selasarnya),
pengadaan peralatan praktik siswa, pembangunan kamar mandi/WC, pengadaan
perabot ruang pembelajaran (ruang teori dan ruang praktik), biaya perencanaan,
pengawasan pembangunan, pengelolaan administrasi dan biaya pengadaan guru.

49
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

ii. Penyediaan Ruang Kelas Baru (RKB). Bantuan ini diutamakan untuk menambah ruang
kelas baru bagi SMK yang memiliki jumlah pendaftar yang meningkat dan siswa yang ada
melebihi daya tampung.
iii. Afirmasi khusus Pada Daerah 3 T. Bantuan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas
SMK yang berada di berada di Provinsi Papua dan Papua Barat, berada di Daerah Khusus,
dan berada di Daerah yang tergolong Tertinggal, Terluar, Terdepan (3T). Selain itu
dikembangkan pula Sekolah Garis Depan (SGD) pada daerah terluar Indonesia.

Aksesebilitas
Sinergitas SMK Pariwisata dengan SMK Kelautan
Interaksi ke pusat pertumbuhan melalui revitalisasi program keahlian dan kegiatan
pembelajaran. Pada tahun 2019 diproyeksikan
Gugus Pulau Kecil terdapat 25 SMK Kelautan yang bersinergi dengan
Bidang Pariwisata

Gambar 3.1 Pengembangan SMK Pariwisata Berbasis Potensi Wilayah


dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan

3. Peningkatan mutu dan relevansi pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan


karakter dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja
Arah kebijakan yang diterapkan dalam melaksanakan tujuan strategis ini melalui:
a. Penerapan Kurikulum Nasional. Untuk mewujudkan ketercapaian pelaksanaan
implementasi Kurikulum Nasional Peminatan SMK diperlukan adanya dukungan dari semua
pihak baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Kegiatan teknis berupa pemberian
pelatihan, pembinaan dan asistensi ke sekolah oleh petugas pusat, propinsi, dan kab/kota serta
kegiatan non teknis berupa penyediaan buku panduan untuk guru, panduan penyusunan
silabus dan buku panduan untuk siswa.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


50
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

b. Pengembangan Technopark di SMK. Technopark adalah suatu tempat di SMK untuk


mengaplikasikan teknologi terkini secara terus-menerus dengan melibatkan masyarakat
industri. Tujuan technopark adalah untuk membuat link yang permanen antara akademisi,
pelaku indsutri/bisnis/finansial, dan Pemerintah. Technopark mencoba menggabungkan ide,
inovasi, know-how, dari dunia akademik, dan kemampuan finansial (dan marketing) dari
dunia bisnis. Di dalam Technopark tersebut dilaksanakan kerjasama-kerjasama, riset, penerapan
inovasi teknologi terkini, transfer informasi dan pengetahuan, proses bisnis, dll. Sampai dengan
tahun 2019, Dit. PSMK akan mendukung pembangunan 38 technopark.

c. Pemenuhan sarana dan prasarana SMK yang menunjang peningkatan kualitas


pembelajaran. Penyediaan sarana dan prasarana mencakup:
i. Ruang Praktik Siswa/Laboratorium
ii. Bantuan Peralatan Praktik SMK
iii. Rehabilitasi Ruang Belajar
iv. Pembangunan Perpustakaan Pendukung Pembelajaran
v. Bantuan Peralatan E-Pembelajaran (E-Sabak)

d. SMK Perikanan dan Kelautan, SMK Pertanian, dan SMK Pariwisata. Secara umum usaha
yang dilakukan untuk mengembangkan SMK bidang ini adalah dengan memberikan
bantuan dalam rangka mendukung Kebijakan Pemerintah dalam mengembangkan Poros
Maritim Indonesia dan membangun ketahanan pangan. Adapun jenis bantuan yang
akan diberikan diantaranya :
a. Bantuan Pengembangan SMK Perikanan dan Kelautan diberikan kepada SMK lingkup
Bidang Studi Keahlian Perikanan dan Kelautan, dapat digunakan untuk pembangunan
fisik/bangunan baik struktur maupun infrastruktur serta peralatan pendidikan termasuk
Pembangunan Unit Sekolah Baru. Direktorat PSMK mentargetkan dapat membangun
minimal 400 SMK perikanan dan kelautan unggulan pada tahun 2019.
b. Bantuan Pengembangan SMK Pertanian ditujukan untuk mendukung kebijakan
pemerintah menuju ketahanan pangan nasional. Bantuan diberikan kepada SMK yang
membuka Bidang Keahlian Agrobisnis dan Agroteknologi dan digunakan untuk
pembangunan fisik/bangunan baik struktur maupun infrastruktur serta peralatan
pendidikan termasuk untuk pembangunan unit sekolah baru. Direktorat PSMK
mentargetkan dapat membangun minimal 600 SMK pertanian unggulan pada tahun 2019.
c. Bantuan Pengembangan SMK Pariwisata dilakukan dengan cara memberikan bantuan
dalam bentuk dana untuk pembangunan ruang dan/atau infrastruktur serta peralatan
bagi SMK Bidang Studi Keahlian lingkup Pariwisata yang ditunjuk.

e. Pengembangan Mutu melalui Cluster SMK Rujukan. SMK Rujukan adalah SMK yang unggul
dalam berbagai aspek sehingga bisa dijadikan acuan/rujukan/referensi bagi SMK-SMK lain.
SMK rujukan yang akan dikembangkan merupakan bagian dari program peningkatan mutu

51
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

pendidikan berbasis wilayah (propinsi, kab/kota). SMK Rujukan juga akan menjadi leader
dalam mengembangkan mutu SMK dan setidaknya memiliki 3 SMK aliansi yang akan dibina.
Setiap SMK Rujukan Menyusun SDP (School Development Plan) dan dibina secara bertahap
pencapaian SNP serta memiliki fasilitas bersama yang meliputi bengkel unggul, sumber belajar/
materi ajar online, website dan informasi kebekerjaan, perpustakaan termasuk e-library,
jaringan internet yang cukup, tempat pendampingan/ pelatihan guru, teaching factory,
testing center untuk kompetensi, produk dan jasa , serta ruang pamer produk/jasa SMK,
dan hubungan industri.

SMK Rujukan SMK Reguler

SMK Rujukan
SMK Reguler
Re Grouping
menjadi
2.000 SMK

Siswa> 1000 Siswa 200- 1000


1.650 SMK 6.000 SMK

SMK Aliansi

1. Memiliki peserta didik > 1000 siswa;


2. Guru Produktif yang cukup ~> 75; Beberapa Opsi:
3. Lahan yang siap dikembangkan > 5000 m2;
4. Jaringan kerja sama Industri > 100 industri;
SMK Aliansi
SM
1. Investasi untuk menambah siswa
5. Fasilitas sarana dasar yang baik; 2. Merger dengan SMK lain
6. Letak sekolah di lokasi strategis;
7. Kinerja baik, khususnya dalam bidang;
3. Re Grouping menjadi 1000 SMK
kebekerjaan, dan nilai UN;
8. Memiliki fasilitas kemampuan sebagai TUK; Total Cluster SMK
9. Para siswanya berkarakter baik.
1.650+ 2.000+ 1.000= 4.650 Cluster

Siswa< 200
5.000 SMK

Gambar 3.2 Pengembangan SMK Rujukan & Sistem Kluster SMK

f. Pengembangan teaching factory di SMK. Teaching Factory (TEFA) adalah pembelajaran


yang berorientasi bisnis dan produksi. Atau suatu proses keahlian atau keterampilan
(life skill) dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang
sesungguhnya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan pasar atau
konsumen. Tujuan TEFA adalah sebagai wadah pelatihan dan praktik berbasis produksi secara
langsung bagi siswa SMK yang berorientasi pada pasar. Sampai dengan tahun 2019,
Direktorat Pembinaan SMK akan mendukung pengembangan minimal 200 teaching factory
di SMK.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


52
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

g. Harmonisasi Kompetensi Kejuruan dengan Kebutuhan Industri dan Review Paket Kejuruan.
Strategi ini bertujuan untuk membangun kerjasama industri dan penyelarasan kejuruan.
Strategi ini meliputi:
i. Pengembangan SMK Berbasis Industri/Keunggulan Wilayah. SMK Berbasis Industri/
Keunggulan Wilayah berfungsi sebagai pusat pengembangan unit produksi/teaching factory/
industrial based education berbasis keunggulan wilayahnya. Untuk menjadi SMK Berbasis
Industri, SMK harus mampu menyelenggarakan usaha bisnis/perusahaan dan dituntut
menjalankan fungsi-fungsi baku perusahaan, yaitu manajemen produksi, manajemen
pemasaran, manajemen personalia, manajemen keuangan, manajemen peralatan dan
perbekalan, prinsip-prinsip akuntansi, dan inti manajemen (general manager). Dengan
pembelajaran seperti ini, diharapkan lulusannya langsung dapat bekerja di Industri.
ii. Pengembangan SMK di Kawasan Industri Nasional dan Kawasan Berikat. SMK di kawasan
industri harus menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berbasis dunia kerja
(experiential education/work based learning/hand-on experience) utamanya adalah production
based learning (belajar membuat barang jadi yang marketable) yaitu belajar melalui kerja
yang sungguhan seperti yang terjadi di dunia kerja bisnis dan bukan belajar yang sifatnya
tiruan (artifisial).
iii. Kerjasama Industri Regional dan Internasional yang bertujuan untuk: a) memproyeksi
kebutuhan industri terhadap lulusan pendidikan kejuruan/ vokasi berdasarkan bidang
keahlian; b) menanggulangi kekurangan guru mata pelajaran produktif; c) menyedikan
tempat praktik yang memadai; dan d) meningkatkan mutu proses pembelajaran di
pendidikan kejuruan/ vokasi yang sangat memerlukan pengalaman kerja melalui pemagangan
di industri/perusahaan.
iv. Penyelarasan kejuruan melalui aktifitas: a) pengembangan standar Pola Penyelarasan
Kejuruan di SMK; b) pembentukan Majelis Kemitraan Pendidikan Kejuruan Indonesia (MKPI);
dan c) pengembangan rumusan KKNI kejuruan SMK
h. Standardisasi, Sertifikasi, dan Penjaminan Mutu Lulusan SMK. Strategi ini dilaksanakan
melalui aktifitas berikut:
i. Penyusunan SKL berdasar SKKNI
ii. Pelatihan Assesor SMK
iii. Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan, Proses Pembelajaran dan lulusan
i. Pemenuhan Guru Produktif melalui: a) kolaborasi dengan Lembaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan; b) Pengadaan Guru Produktif oleh Pemerintah (Pusat+Daerah); dan
c) Recognition Prior Learning (RPL).
j. Pengembangan SMK Berbasis Pesantren/Komunitas. Bantuan diberikan kepada SMK yang
berada di Pondok Pesatren/Komunitas dan memiliki siswa yang bermukim di asrama Pesantren/
Komunitas. Pemanfaatan dana ditujukan untuk: a) pengembangan/Pembangunan/rehabilitasi
gedung pembelajaran Teori/ Ruang Praktik Siswa beserta perabotnya; b) pembangunan/
rehabilitasi asrama; c) pengadaan Peralatan Praktik; dan d) Biaya perencanaan, pengawasan,
dan pengelolaan administrasi.

53
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

k. Kemitraan Direktorat dengan Institusi/Lembaga terdiri dari: a) Kerjasama dengan


Kementerian/Institusi Dalam Negeri; b) Kemitraan dalam rangka Pengembangan, Penguatan,
dan Pendampingan Pembinaan SMK; c) Kunjungan Rintisan Kerjasama Antar Lembaga
Luar Negeri; d) Seminar/Workshop Internasional; e) Pengiriman Expert ke Luar Negeri;
f ) Kerjasama TVET Program; g) Kerjasama Pengembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia-Negara
Asia; h) Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat; dan i) Pertukaran Siswa Luar Negeri.
l. Pemasaran Tamatan SMK sebagai wahana mediator yang menjembatani antara Pencari
Kerja tamatan SMK dengan Penyedia Kerja untuk formasi tenaga kerja tingkat menengah.
Salah satunya dengan mengaktifkan kembali Bursa Kerja Khusus di setiap SMK dengan bekerja
sama dengan industri/instansi/kementerian terkait lainnya
m. Beasiswa prestasi, ajang kompetisi siswa SMK, dan Pameran Produk Kreatif Siswa SMK.
Dit. Pembinaan SMK memotivasi siswa SMK untuk selalu berprestasi melalui:
i. Beasiswa Prestasi dan Program Keahlian Khusus. Program Beasiswa prestasi bertujuan
mendukung tercapainya pendidikan siswa yang belajar di SMK dan merupakan bentuk
penghargaan bagi siswa-siswa yang berprestasi akademik pada bidangnya masing-masing
pada tingkat Kabupaten antara lain Lomba LKS, O2SN, OSTN, Lomba Debat Bahasa,
Lomba Seni dll, sehingga kualitas siswa di SMK mempunyai daya pikir yang sama dengan
siswa-siswa yang masuk di sekolah menengah lainnya.
ii. Lomba Kompetensi dan Sains. Lomba Kompetensi dan Sains terdiri dari: a) LKS merupakan
salah satu sarana untuk menseleksi siswa untuk mengikuti lomba tingkat internasional
World Skill Competition (WSC), maupun tingkat asia Asean Skill Competition (ASC), yang
dilaksanakan setiap dua tahun sekali; dan b) OSTN merupakan Olimpiade Sains Terapan
untuk mengembangkan kemampuan siswa bidang sains terapan.
iii. Lomba Seni dan Olahraga. Lomba ini terdiri atas terdiri dari 2 kegiatan yaitu: a) Lomba
Olimpiade Olah Raga Siswa SMK Tingkat Nasional (O2SN); dan Festifal Lomba Seni Siswa
SMK Tingkat Nasional (FLS2N).
iv. Pameran Produk Kreatif Siswa SMK

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


54
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

4. Peningkatan sistem tata kelola yang transparan dan akuntabel dengan melibatkan publik
Arah kebijakan yang diterapkan dalam melaksanakan tujuan strategis ini melalui:
a. Pengelolaan data pokok pendidikan menengah kejuruan
b. Perencanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dan kinerja lembaga
c. Penyediaan layanan informasi kebijakan
d. Pengembangan e-Bantuan. Implementasi e-bantuan SMK untuk proses penyaluran bantuan
dan pelaporannya dengan melibatkan ekosistem sekolah, disdik prov/kab/kota dan masyarakat.

Ekosistem
Masyarakat Kerjasama
Kerjasama

SK Bantuan Bimbingan Pengajuan Integrasi Proposal


online Wilayah Teknis Proposal Dapadik online
online
SMK

e bantuan

Dana Money MoU Transfer Paparan Laporan


Ekosistem
Sharing Online Bantuan Bantuan Hasil online
Dit. Pembinaan
Online Ekosistem
SMK
Dinas
Perintah- Kerjasama Perintah- Kerjasama Pendidikan

Ekosistem
Sekolah

Gambar 3.3 Terobosan Pengelolaan melalui e-Bantuan SMK

55
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

C. Kerangka Regulasi

Kerangka regulasi dibutuhkan Direktorat Pembinaan SMK untuk mendukung tercapainya sasaran
pembangunan sebagaimana tercantum pada RPJMN. Berikut dijabarkan kerangka regulasi yang
dibutuhkan untuk mengawal tercapainya arah kebijakan, strategi dan sasaran Direktorat Pembinaan
SMK 2015-2019 serta urgensi perlunya kerangka regulasi. Perincian mengenai jenis kebutuhan regulasi
dan pentingnya regulasi dalam mendukung pencapaian sasaran strategis Direktorat Pembinaan
SMK, dijelaskan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kerangka Regulasi

No Arah Kerangka Regulasi dan/atau Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi


Kebutuhan Regulasi Regulasi Eksisting, Kajian dan Penelitian
1 Perumusan peraturan/panduan tentang Supaya ada acuan yang jelas mengenai
public-private partnership dalam mekanisme public-private partnership
pengembangan Teaching Factory dan dalam pengembangan Teaching Factory dan
Technopark di SMK. Technopark di SMK.
2 Perumusan peraturan/panduan tentang Supaya ada acuan yang jelas mengenai
Spektrum Keahlian yang sesuai dengan Spektrum Keahlian yang dapat dibuka di SMK.
kebutuhan Dunia Usaha/Industri.
3 Perumusan peraturan/panduan tentang Supaya ada acuan yang jelas mengenai
Praktek Kerja Industri bagi siswa SMK dan mekanisme Praktek Kerja Industri bagi siswa
Pelaksanaan Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMK. SMK dan Pelaksanaan Bursa Kerja Khusus (BKK)
di SMK
4 Perumusan peraturan/panduan tentang SMK Supaya ada acuan yang jelas mengenai
Rujukan mekanisme pelaksanaan SMK Rujukan bagi
propinsi/kab/kota.
5 Perumusan peraturan/panduan tentang Supaya ada acuan yang jelas mengenai sistem
sistem block pembelajaran di SMK dalam block pembelajaran di SMK dan penghargaan
pengembangan Teaching Factory di SMK bagi guru yang mengajar dengan sistem
block dalam rangka pengembangan Teaching
Factory di SMK.
6 Perumusan peraturan/panduan tentang Supaya ada acuan yang jelas mengenai
standar kebutuhan sarana dan prasarana di kebutuhan sarana dan prasarana di SMK.
SMK
7 Perumusan peraturan/panduan tentang Supaya ada acuan yang jelas mengenai
pengembangan SMK Perikanan dan Kelautan, tentang pengembangan SMK Perikanan dan
SMK Pertanian, SMK Pariwisata, SMK berbasis Kelautan, SMK Pertanian, SMK Pariwisata, SMK
Pondok Pesantren/Komunitas, dan SMK berbasis Pondok Pesantren/Komunitas, dan
Berbasis Industri/Keunggulan Wilayah SMK Berbasis Industri/Keunggulan Wilayah
8 Perumusan peraturan/panduan tentang Supaya ada acuan yang jelas mengenai
penguatan kegiatan kesiswaan mendukung tentang kegiatan kesiswaan mendukung bakat
bakat dan prestasi siswa di SMK dan prestasi siswa di SMK.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


56
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

D. Kerangka Kelembagaan

Kerangka kelembagaan adalah perangkat institusi yang meliputi struktur organisasi, ketatalaksanaan,
dan pengelolaan aparatur sipil negara. Kerangka kelembagaan disusun dengan tujuan antara lain:
1) meningkatkan koordinasi pelaksanaan bidang-bidang pembangunan sebagaimana terdapat dalam
RPJMN sesuai dengan fungsi dan visi/misi Kemendikbud; 2) membangun struktur organisasi yang
tepat fungsi dan ukuran untuk menghindari duplikasi fungsi dan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi Kemendikbud dalam melaksanakan program-programnya; dan 3) memperjelas
ketatalaksanaan dan meningkatkan profesionalisme sumber daya aparatur.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 11 Tahun 2015 Tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Pembinaan SMK mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan dibidang pembinaan
sekolah menengah kejuruan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pembinaan SMK
menyelenggarakan fungsi:
a) penyiapan perumusan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana,
pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan;
b) koordinasi dan pelaksanaan kebijakan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana,
pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan;
c) peningkatan kualitas pendidikan karakter peserta didik sekolah menengah kejuruan;
d) fasilitasi sarana dan prasarana dan pendanaan sekolah menengah kejuruan;
e) fasilitasi pembangunan teaching factory dan technopark di lingkungan sekolah menengah
kejuruan;
f ) pemberian pertimbangan izin dan kerja sama penyelenggaraan sekolah menengah kejuruan yang
diselenggarakan perwakilan negara asing atau lembaga asing;
g) pelaksanaan penyelarasan kejuruan dan fasilitasi kerja sama industri;
h) fasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu sekolah menengah kejuruan;
i) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kurikulum, peserta didik, sarana
dan prasarana, pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan;
j) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan
prasarana, pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan;
k) pelaksanaan evaluasi dan laporan di bidang kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana,
pendanaan, dan tata kelola sekolah menengah kejuruan; dan
l) pelaksanaan administrasi Direktorat.

Bagan Organisasi Direktorat Pembinaan SMK dapat dilihat pada Gambar 3.1.

57
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Ditjen
Dikdasmen

Sekertariat
Ditjen

Direktorat Direktorat Direktorat Direktorat Direktorat


Pembinaan SD Pembinaan SMP Pembinaan SMK Pembinaan SMA Pembinaan PKLK

Subang TU

Subdit Subdit Subdit


Subdit Program Subdi t Penyelarasan Kejuruan Direktorat Direktoratdan
Kelembagaan
Peserta Didik
dan Evaluasi Kurikulum; dan Kerjasama Industri Pembinaan SMA Pembinaan
Sarana PKLK
Prasarana

Seksi Seksi Penyelarasan Seksi Bakat Seksi


Seksi Program dan Prestasi
Pembelajaran Kejuruan Kelembangan

Seksi Kepribadian Seksi Sarana


Seksi Evaluasi Seksi Penilaian Seksi Kerjasama Industri
dan Prasarana

Gambar 3.4 Bagan Organisasi Direktorat PSMK

Dalam mendukung penyelarasan proses pembelajaran di SMK dengan dunia usaha dan dunia
industri, Direktorat Pembinaan SMK membentuk sub direktorat baru yaitu Sub Direktorat Penyelarasan
Kejuruan Dan Kerjasama Industri sebagai langkah strategik pelibatan publik dalam pengembangan
SMK. Sub Direktorat ini bertugas untuk melaksanakan penyusunan bahan perumusan, koordinasi,
dan pelaksanaan kebijakan, norma, standar, prosedur, kriteria, bimbingan teknis dan supervisi
di bidang penyelarasan kejuruan dan fasilitasi kerja sama industri pada SMK dan berfungsi untuk:
a. Penyusunan bahan perumusan, koordinasi, dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelarasan
kejuruan dan kerja sama industri SMK;
b. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelarasan kejuruan dan
kerja sama industri sekolah menengah kejuruan;
c. Penyusunan bahan fasilitasi kerja sama industri SMK;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelarasan kejuruan dan kerja sama
industri sekolah menengah kejuruan; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan laporan penyelarasan kejuruan dan kerjasana industri sekolah
menengah kejuruan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


58
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Berikut dijabarkan kegiatan yang menjadi tugas tambahan dari fungsi setiap sub direktorat di dalam
Direktorat Pembinaan SMK.
1. Subdit Kelembagaan Dan Sarana Prasarana bertanggung jawab pada pelaksanaan, antara lain :
a. Pengembangan SMK Rujukan
b. Penguatan Tata Kelola SMK Rujukan
c. Pengembangan Technopark
d. SMK Kelautan Pendukung Kemaritiman
e. SMK Pertanian Pendukung Ketahanan Pangan
f. Pengembangan SMK Pariwisata
g. Naskah Standar Sarana dan Prasarana
h. Unit Sekolah Baru (USB) SMK
i. Ruang Kelas Baru (RKB) SMK
j. Ruang Praktik Siswa (RPS) SMK
k. Bantuan Peralatan Praktik SMK
l. Rehabilitasi Ruang Belajar
m. SMK Berbasis Pesantren/Komunitas
n. SMK di Papua/Papua Barat/Daerah Khusus/3T.

Kinerja kunci unit ini adalah:


• Mendukung ketercapaian RKP Pengembangan Teaching Factory dan Technopark di SMK
sebanyak 50 SMK. Terdiri dari 18 Technopark dan 32 Teaching Factory sesuai dengan NAWACITA
ke-6.
• Pembangunan USB, RKB, RPS, Rehab menunjang ketercapaian target APK pada jenjang SMK
sekurang-kurangnya 47,87% pada tahun 2019.
• Pengembangan SMK Rujukan dan Bantuan Sarana dan Prasarana SMK mendukung peningkatan
persentase Kompetensi Keahlian SMK berakreditasi minimal B.
• Pemenuhan sarana penunjang mutu dan prasarana pendidikan sesuai SPM minimal
mencapai 20% dari total satuan pendidikan SMK Negeri.

2. Subdit Peserta Didik bertanggung jawab pada pelaksanaan, antara lain :


a. Beasiswa Prestasi dan Program Keahlian Khusus
b. Lomba Kompetensi dan Sains
c. Lomba Seni dan Olahraga
d. Kartu Indonesia Pintar (KIP)
e. Sekolah Yang Menerapkan Pendidikan Karakter Bangsa
f. Pembekalan lulusan SMK dalam masa tunggu memasuki lapangan pekerjaan

Kinerja kunci unit ini adalah:


• Kartu Indonesia Pintar merupakan kegiatan prioritas pemerintah di bidang pendidikan dalam
mendukung Wajib Belajar 12 Tahun.
• KIP dan Beasiswa turut mendukung pencapaian target Rasio APK SMA/SMK/MA antara 20%
penduduk termiskin dan 20% penduduk terkaya
• Optimalisasi implementasi Kartu Indonesia Pintar (KIP) perlu dilakukan agar dapat mendorong
Industri pendidikan tumbuh 8,5-8,7 persen

59
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

3. Subdit Kurikulum bertanggung jawab pada pelaksanaan, antara lain :


a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan, koordinasi Pengembangan kurikulum SMK
b. Penyusunan standar, prosedur, dan kriteria pembelajaran
c. Penyusunan standar, prosedur, dan kriteria Penilaian
d. Penyusunan bahan fasilitasi dan pengembangan teaching factory
e. Penyusunan fasilitasi penjaminan mutu pembelajaran
f. Penyusunan fasilitasi penjaminan mutu penilaian
g. Pelaksanaan Bimtek dan Supervisi dalam pembelajaran
h. Pelaksanaan Bimtek dan supervisi dalam penilaian pembelajaran
i. Pengembangan perpustakaan sebagai resource center dalam pembelajaran
j. Pelaksanaan pameran kreatif menunjang peningkatan kompetensi siswa

Kinerja kunci unit ini adalah:


• Penyempurnaan spektrum paket keahlian yang ada di SMK, struktur program, dan contoh
silabus dari masing-masing paket keahlian serta pengembangan program keahlian 4 tahun.
Seluruh paket keahlian direvisi sesuai dengan perkembangan dunia usaha/dunia industri.
• Penyusunan standar, prosedur, dan kriteria pembelajaran yang meliputi Prosedur Penyusunan
KTSP K-13 (contoh), Prosedur Pembelajaran (Permen 103), Prosedur pembelajaran di Industri
(Prakerin), Pengembangan Medode pembelajaran di SMK, Pedoman pemberian bansos
e-pembelajaran, Penyusunan/revisi bahan ajar mata pelajaran paket keahlian, Pedoman
pengembangan perpustakaan (resource center, Pedoman supervisi hasil Bimtek pembelajaran.
• Penyusunan standar, prosedur, dan kriteria Penilaian yang meliputi Prosedur Penilaian oleh
pendidik dan satuan pendidikan, Prosedur Penilaian pembelajaran di industri (prakerin),
Pengembangan model – model penilaian di SMK, Pedoman Penulisan Soal, Pedoman Pelaksanaan
Uji Kompetensi Keahlian (UKK, Pedoman pemberian bansos e-penilaian (UNBK), Pedoman
supervisi UAS, Pedoman supervisi UN dan Pedoman Supervisi hasil Bimtek Penilaian.
• Penyusunan bahan fasilitasi dan pengembangan teaching factory (TEFA) yang meliputi
Pedoman pengembangan TEFA, Pedoman pengelolaan keuangan TEFA, Pedoman penyaluran
bansos TEFA, Pedoman pendampingan TEFA, pelaksanaan pendampingan TEFA, dan Pedoman
Supervisi pelaksanaan TEFA.
• Penyusunan fasilitasi penjaminan mutu pembelajaran meliputi Pedoman penjaminan mutu
dalam pembelajaran (standar isi dan standar proses)
• Penyusunan fasilitasi penjaminan mutu penilaian yang meliputi Pedoman penyiapan akreditasi
sekolah dan Pedoman Penjaminan mutu dalam penilaian (standar kelulusan dan standar
penilaian).
• Pelaksanaan Bimtek dan Supervisi dalam pembelajaran yang meliputi Pelaksanaan Bimtek
K-13, Pelaksanaan Bimtek/Sosialisasi Kurikulum Program 4 Tahun, Bimtek e-pembelajaran, Bimtek
Pengembangan TEFA, dan Bimtek Penjaminan mutu dalam pembelajaran. Sampai tahun 2019
seluruh SMK dilakukan bimtek
• Pelaksanaan Bimtek dan supervisi dalam penilaian pembelajaran yang meliputi Pelaksanaan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


60
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Bimtek Cara Penilaian (Metode Penilaian), Bimtek Penyusunan Soal Teori UN Kejuruan,
Bimtek Penyusunan Soal UKK, Bimtek UNBK, dan Bimtek Penjaminan mutu dalam penilaian.
Sampai akhir tahun 2019 sebesar 75% sekolah melaksanakan UNBK.
• Pengembangan perpustakaan sebagai resource center dalam pembelajaran yang meliputi
penyusunan pedoman perpustakaan sekolah, pengembangan perpustakaan sekolah sebagai
resource center, pemberian bantuan sosial, dan pendampingan pengelolaan perpustakaan.
Sampai akhir tahun 2019 sebesar 75% terfaslitasi perpustakaannya.
• Pelaksanaan pameran kreatif menunjang peningkatan kompetensi siswa yang meliputi
pedoman pameran kreatif, bantuan sosial untuk pameran, pendampingan dan supervisi. 30 SMK
setiap tahun
• Penyelesaian Proyek kerjasama dengan Jerman SEDTVET pada tahun 2016.

4. Subdit Program dan Evaluasi bertanggung jawab pada pelaksanaan, antara lain :
a. Dokumen Perencanaan
b. Laporan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Program
c. Laporan Kinerja
d. Dokumen Layanan Informasi Kebijakan
e. Kemitraan Direktorat Dengan Institusi/Lembaga
f. Data Pokok Pendidikan Khusus SMK

Kinerja kunci unit ini adalah:


• Penguatan perencanaan makro dan pembiayaan program pembinaan SMK.
• Penguatan Monitoring dan Evaluasi program-program Pembinaan SMK.
• Penguatan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dengan Dinas Pendidikan Propinsi/Kab/Kota.
• Mendorong penguatan penggunaan Tekhnologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam tata
kelola di SMK.
• Pengolahan Data Pokok Pendidikan SMK secara online untuk pembuatan keputusan dalam
pemberian bantuan ke SMK.
• Layanan Informasi Kebijakan di berbagai Media seperti Internet, TV, dan Cetak. Media Internet
mengoptimalkan website resmi, Media TV diprioritaskan pada TV Lokal. Media cetak membuat
leaflet, atau booklet tentang Kebijakan dan Program SMK, poster SMK, dll
• Penguatan layanan Kerjasama dengan Kementerian/Institusi Dalam Negeri; Kemitraan dalam
rangka Pengembangan, Penguatan, dan Pendampingan Pembinaan SMK; Kunjungan Rintisan
Kerjasama Antar Lembaga Luar Negeri; Seminar/Workshop Internasional; Pengiriman Expert
ke Luar Negeri; Kerjasama TVET Program; Kerjasama Pengembangan Pendidikan Kejuruan
Indonesia - Negara Asing; Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat; dan Pertukaran Siswa Luar
Negeri.

61
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

5. Subdit Penyelarasan Kejuruan Dan Kerjasama Industri bertanggung jawab pada pelaksanaan:
a. Pengembangan SMK Berbasis Industri/Keunggulan Wilayah
b. Pengembangan SMK Di Kawasan Industri Nasional dan Kawasan Berikat
c. Kerjasama Industri Regional dan Internasional
d. Standar Pola Penyelarasan Kejuruan Di SMK
e. Pengembangan dan Pemberdayaan MKPI
f. Rumusan Program Kejuruan SMK berbasis KKNI.

Kinerja kunci unit ini adalah:


• Merintis pendirian Subdit Baru sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yaitu menjembatani
lulusan SMK menuju dunia kerja dengan cara melakukan penyelarasan kejuruan dengan
kebutuhan pasar kerja, serta merintis hubungan kerjasama SMK dengan Industri
• Pengembangan SMK di Kawasan Industri mendukung target RKP Terciptanya SDM industri
terampil yang kompeten dan siap kerja dengan penyelenggaraan pendidikan kejuruan di
9 SMK berbasis spesialisasi dan kompetensi
• Melakukan Penelusuran lulusan SMK yang bekerja sebagai bagian dalam harmonisasi kejuruan.
• Penguatan pelaksanaan Praktek Kerja Industri bagi lulusan SMK serta pemberdayaan Bursa Kerja
Khusus di SMK.

6. Subbag Tata Usaha bertanggung jawab pada pelaksanaan, antara lain :


a. Layanan Perkantoran
b. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
c. Gedung/Bangunan.

Kinerja kunci unit ini adalah:


• Penyempuranaan layanan sistem remunerasi dengan penyempurnaan Sasaran Kinerja Pegawai
(SKP).
• Peningkatan jumlah pegawai yang memiliki sertifikat barang dan jasa.
• Rehabilitasi Gedung Kantor
• Penyediaan peralatan kantor dan layanan perkantoran lainnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


62
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

63
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

BAB IV
TARGET KINERJA DAN
KERANGKA PENDANAAN

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


64
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

DAFTAR ISI
A. Target Kinerja 66

B. Kerangka Pendanaan 74

C. Sistem Pemantauan dan Evaluasi 82

65
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

A. Target Kinerja

Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015—2019 merupakan bagian dari
sistem perencanaan dan penganggaran Pemerintah, seperti yang diperintahkan oleh
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Renstra merupakan persyaratan
utama bagi upaya mewujudkan akuntabilitas dan transparansi serta peningkatan mutu keluaran
(output) dan hasil (outcome) dalam pemanfaatan APBN. Renstra akan menjadi acuan (guidance)
pelaksanaan program dan kegiatan bagi setiap pimpinan unit kerja agar dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya semakin akuntabel (accountable). Renstra saat ini adalah bagian dari konsistensi
penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja.

Renstra menggambarkan keterkaitan antara sasaran kementerian, sasaran program, dan sasaran
kegiatan dengan Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), Indikator Kinerja Program (IKP) dan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Penetapan target kinerja ditentukan setelah IKSS, IKP, dan IKK disusun
dan disepakati baik di tingkat kementerian maupun di tingkat Eselon I. Target kinerja menunjukkan
tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh Kementerian, program, dan kegiatan dalam
periode 2015—2019. Oleh karena itu Kemendikbud di dalam menyusun dan menetapkan target kinerja
mengacu dan memperhatikan beberapa kriteria, yaitu:
1. Target kinerja harus dapat menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan dicapai
dari setiap indikator kinerja sasaran (IKSS, IKP, dan IKK);
2. Penetapan target dipilih karena relevan karena relevan dengan indikator kinerjanya, logis
dan berdasarkan pada baseline data yang jelas.

Dalam sistem perencanaan dan penganggaran saat ini, setiap Eselon I diharapkan menetapkan satu
program dengan satu atau lebih sasaran program dan dilengkapi dengan IKP dari masing-masing
sasaran program, sedangkan Eselon II dimungkinkan memiliki satu atau lebih kegiatan dengan
masing-masing kegiatan memiliki satu atau lebih sasaran kegiatan sesuai dengan karakteristik tugas
dan fungsinya yang dilengkapi dengan IKK untuk masing-masing sasaran kegiatan. Target kinerja
program di setiap Eselon I dan target kinerja kegiatan di seluruh Eselon II harus mencerminkan target
kinerja kementerian dan program prioritas nasional. Hubungan antara struktur organisasi, struktur
program dan kegiatan, dan kinerja disajikan pada gambar 4.1.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


66
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

STRUKTUR STRUKTUR STRUKTUR STRUKTUR


ORGANISASI ANGGARAN PERENCANAAN KINERJA

NASIONAL
FUNGSI PRIORITAS
SASARAN IK SASARAN
KABINET PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN TARGET
SUB-FUNGSI PROGRAM NASIONAL NASIONAL
LINTAS

KEMENTRIAN/LEMBAGA
Sasaran
Kebijakan K/ L IK SASARAN TARGET
Kementerian/ Bagian Anggaran/ Strategis K/L
Strategis
Lembaga Organisasi Impact/ Outcome

Program Sasaran
Indikator Kinerja
Unit Organisasi Program Program TARGET
Kegiatan
ES 1*) (Outcome)

Sasaran
Unit Kerja Kegiatan Program Indikator Kinerja TARGET
Kegiatan
ES 2*) (Output) Kegiatan

Gambar 4.1 Arsitektur struktur program dan kegiatan

Penyusunan Renstra memperhatikan kemampuan fiskal Pemerintah, sekaligus memberi gambaran


pembiayaan yang dibutuhkan selama lima tahun mendatang. Secara teknis, sesuai pedoman
yang ada, Renstra disusun dengan menggunakan berbagai asumsi pertumbuhan ekonomi, serta
kombinasi pendekatan bottom up dan top down dengan keterlibatan seluruh Eselon I dan Eselon II dari
Kemendikbud. Pendekatan top down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan
pula ketersediaan anggaran sesuai dengan estimasi APBN. Dari sisi pelaksanaan, pendekatan
bottom up dilakukan untuk memperoleh gambaran kebutuhan pendanaan guna mewujudkan kondisi
ideal.

Target kinerja sasaran strategis dan target kinerja sasaran program ditetapkan berdasarkan unit Eselon
II yang dikelola Direktorat Pembinaan SMK sebagaimana dibahas dalam Bab III sub bab Kerangka
Kelembagaan. Target kinerja dimaksud ditetapkan untuk setiap tahun selama kurun waktu lima tahun.
Penjelasan dari setiap target kinerja Direktorat Pembinaan SMK sebagai berikut:

1. Target Kinerja Sasaran Strategis (SS)


Keberhasilan pencapaian Sasaran Strategis (SS) Kemendikbud yang merupakan cerminan
ketercapaian Tujuan (T), dapat diukur dari ketercapaian target Indikator Kinerja Sasaran Strategis
(IKSS). Berikut penjabaran target kinerja dari indikator sasaran strategis 2015—2019 yang terkait
langsung dengan tugas dan fungsi Direktorat Pembinaan SMK .

67
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

T.1: Penguatan Peran Siswa, Guru, Tenaga Kependidikan, Orangtua, dan Aparatur Institusi
Pendidikan Dalam Ekosistem Pendidikan

Tabel 4.1 Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T1
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SS1 Meningkatnya perilaku
positif siswa
IKSS Indeks integritas siswa SMK indeks 67/67 68/69 70/72 72/74 74/76 77/78
1.2
IKSS Rata-rata nilai sikap siswa Nilai cukup Baik Baik Baik Baik Baik
1.3 SM minimal baik

T.3: Peningkatan Akses PAUD, Dikdas, Dikmen, Dikmas, dan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus

Tabel 4.2 Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T3
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SS6 Meningkatnya angka
partisipasi penduduk
usia pendidikan dasar
dan menengah
IKSS APK SMA/SMK/SMLB/Paket % 68,92 75,70 79,31 82,15 84,09 85,71
6.5 C sekurang-kurangnya
85,71 %
IKSS APM SMA/SMK/SMLB % 60,56 63,76 66,87 69,49 71,12 73,05
6.6 sekurang-kurangnya
67,50%
IKSS Rasio APK SMA/SMK/SMLB Rasio 0.53 0.54 0.55 0.57 0.58 0.60
6.8 antara 20% penduduk
termiskin dan 20%
penduduk terkaya sebesar
0.6
IKSS Rata-rata lama sekolah Thn 8.1 8.2 8.3 8.5 8.7 8.8
6.9 penduduk usia di atas 15
tahun sebesar 8,8 tahun

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


68
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

T.4: Peningkatan Mutu dan Relevansi Pembelajaran yang Berorientasi pada Pembentukan
Karakter

Tabel 4.3 Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T4
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SS 8 Meningkatnya mutu
layanan dan lulusan
pendidikan dasar dan
menengah
IKSS Persentase paket keahlian % 48,17 51,54 54,90 58,27 61,63 65,00
8.4 SMK berakreditasi minimal
B sekurang-kurangnya 65%
IKSS Persentase SM/SMLB yang % 0 0 40,00 50,00 60,00 75,00
8.7 memenuhi SPM sebanyak
75%
IKSS Sejumlah minimal % 0 60,00 65,00 75,00 80,00 90,00
8.9 90% kab/kota memiliki
Indeks pencapaian SPM
pendidikan menengah
sebesar 1
IKSS Rata-rata nilai ujian Nilai 6.0 6.2 6.5 6.7 7.0 7.5
8.12 nasional SMA minimal 7.0
dan UN SMK minimal 7.0

T.6: Peningkatan Sistem Tata Kelola yang Transparan dan Akuntabel dengan Melibatkan Publik

Tabel 4.4 Sasaran Strategis (SS) dan Indikator Sasaran Strategis (IKSS) dari T4
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SS 14 Meningkatkan
akuntabilitas kinerja
Kemendikbud
IKSS Skor LAKIP minimal Skor 72 80 80 80 80 80
14.1 sebesar 80
SS15 Dipertahankannya opini
Laporan Keuangan
Kemendikbud Wajar
Tanpa Pengecualian
(WTP)
IKSS Laporan Keuangan opini WTP WTP WTP WTP WTP WTP
15.1 Kemendikbud mendapat
opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP)
SS16 Meningkatnya pelibatan
publik dalam tata
kelola pendidikan dan
kebudayaan
IKSS Indeks kepuasan Indeks 72 73 74 75 76 77
16.1 pemangku kepentingan
kemendikbud sebesar 77

69
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

2. Target Kinerja Sasaran Program (SP)


Keberhasilan pencapaian kinerja Sasaran Program (SP) di tiap Eselon I di lingkungan Kemendikbud
dapat diukur dari ketercapaian target Indikator Kinerja Program (IKP). Berikut dijabarkan dalam
tabel 4.9 Indikator Kinerja Program Pendidikan Dasar dan Menengah yang terkait dengan tugas
dan fungsi Direktorat Pembinaan SMK.

Tabel 4.5 Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari Program Pendidikan Dasar dan Menengah
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
SP 3.2 Siswa yang
berpartisipasi
mengikuti pendidikan
SMA/SMK/SMLB/Paket C
IKP APK SMA/SMK/SMLB/ % 68.92 75.70 79.31 82.15 84.09 85.71
3.2.1 Paket C
IKP Angka melanjutkan SMP/ % 81.00 81.50 82.00 84.00 86.00 88.00
3.2.2 MTs ke SMA/SMK
IKP Rasio APK % 100 100 100 100 100 100
3.2.3 perempuan:laki-laki di
SMA/SMK
SP 3.3 Persentase Angka Putus
Sekolah SMA/SMK/
SMLB/ Paket C
IKP Jumlah siswa jenjang siswa 3.700 3.856.476 3.856.676 3.856.899 3.856.979 3.858.211
3.3.1 pendidikan menengah
penerima bantuan
melalui Kartu Indonesia
Pintar
IKP Angka putus sekolah % 1,66 1,20 1,10 1,00 0,90 0,80
3.3.2 SMA/SMK
SP 3.4 Sekolah Menengah di
setiap kecamatan pada
tahun 2019
IKP Persentase kecamatan % 71.00 76.60 82.50 88.30 94.20 100.00
3.4.1 yang memiliki minimal 1
sekolah menengah
SP 3.5 Peningkatan kualitas
pembelajaran
IKP Jumlah SD/SDLB sek 15,300 15,300 15,300 15,300 15,300 15,300
3.5.1 dan SMP/SMPLB
yang dipersiapkan
berakreditasi minimal B
IKP Rata-rata nilai sikap siswa Nilai Baik Baik Baik Baik Baik Baik
3.5.2 SD/SDLB, SMP/SMPLB, Sikap
SMA/SMLB, dan SMK
minimal baik (pendidikan
karakter)
IKP Jumlah perolehan medali 140 141 148 152 160 168
3.5.3 medali tertimbang dari
kompetisi internasional
tingkat pendidikan dasar
dan menengah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


70
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Tabel 4.5 Sasaran Program (SP) dan Indikator Kinerja Program (IKP) dari Program Pendidikan Dasar dan Menengah
(lanjutan)
Kondisi
Kode SS/IKSS Sat 2015 2016 2017 2018 2019
Awal 2014
IKP SM menerapkan program % 0 15.0 30.0 45.0 60.0 75.0
3.5.8 penyelarasan dengan
dunia kerja
SP 3.6 Jumlah sekolah
menengah rujukan/
model di setiap
kabupaten/kota
IKP Persentase Kabupaten/ % 21.10 29.4 49.9 70.5 90.0 100.0
3.6.1 Kota yang memiliki
Minimal 1 Sekolah
Menengah Rujukan/
Model
IKP Persentase SM yang % 60 65 70 75 80 85
3.6.2 memenuhi akreditasi
minimal B
SP 3.7 Meningkatnya kualitas
satuan pendidikan
melalui peningkatan
8 Standar Nasional
Pendidikan (SNP)
IKP Persentase satuan % 0 14 29 52 76 95
3.7.1 pendidikan yang
meningkat indeks
efektivitasnya
berdasarkan SNP
SP 3.8 Tata kelola ditjen
pendidikan dasar dan
menengah yang baik
IKP Data pendidikan dasar % 80 85 87 89 92 95
3.8.1 dan menengah akurat,
berkelanjutan, dan
terbarukan
IKP Nilai minimal LAKIP nilai 70 72 73 75 78 80
3.8.2 Ditjen Dikdasmen
sebesar 80 (baik)

71
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

3. Penyediaan & Peningkatan Layanan Pendidikan SMK

Tabel 4.6 Sasaran Kegiatan (SK) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Penyediaan & Peningkatan Layanan Pendidikan SMK
TARGET
SASARAN/ INDIKATOR
2015 2016 2017 2018 2019
Tercapainya perluasan dan pemerataan akses pendidikan SMK bermutu, berkesetaraan jender, dan
relevan dengan kebutuhan masyarakat, di semua kabupaten dan kota
IKK 3.1 Jumlah siswa SMK penerima 4,475,329 4,918,551 5,106,953 5,209,146 5,327,316
BOS SM
IKK 3.2 Jumlah RKB SMK yang 3,100 6,450 5,373 3,749 3,065
dibangun
IKK 3.3 Jumlah unit SMK baru yang 35 126 126 126 126
dibangun
IKK 3.4 Pembangunan Prasarana 300 5,799 5,799 5,799 5,799
Pembelajaran SMK
IKK 3.5 Rehabilitasi ruang 130 3,309 3,309 3,309 3,309
pembelajaran SMK
IKK 3.6 Pengadaan Sarana 11,200 2,277 2,277 2,277 2,277
Pembelajaran
IKK 3.7 Jumlah SMK yang 870 11,384 11,384 11,384 11,384
menerapkan kurikulum yang
berlaku
IKK 3.8 Jumlah bahan ajar SMK yang 350 355 360 365 370
disusun
IKK 3.9 Jumlah SMK yang 182 187 192 197 202
menerapkan standar
penilaian pendidikan
IKK 3.10 Jumlah SMK Rujukan 117 375 350 300 300
IKK 3.11 Jumlah SMK yang 200 200 200 200 200
melaksanakan teaching
factory/technopark
IKK 3.12 Jumlah SMK Berbasis 340 300 400 500 600
Pesantren/Komunitas/
Insdustri
IKK 3.13 Jumlah SMK yang mendapat 96 96 96 96 96
intervensi perluasan akses
dan peningkatan mutu di
Papua/Papua Barat
IKK 3.14 Jumlah siswa yang 0 1,527,200 1,624,448 1,656,961 1,720,481
melaksanakan praktik kerja
industri
IKK 3.15 Persentase SMK yang 8 10 20 30 40
menyediakan layanan BKK
yang menjembatani dengan
DU/DI

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


72
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Tabel 4.6 Sasaran Kegiatan (SK) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Penyediaan & Peningkatan Layanan Pendidikan SMK (lanjutan)
TARGET
SASARAN/ INDIKATOR
2015 2016 2017 2018 2019
IKK 3.16 Jumlah SMK yang melakukan - 100 150 200 250
pembelajaran kewirausahaan
IKK 3.17 Jumlah sekolah yang 0 4,250 5,500 7,000 8,250
menerapkan kemitraan
dengan Dunia Usaha dan
Dunia Industri (DUDI) dan
Institusi lainnya
IKK 3.18 Jumlah siswa SMK yang 1,150 2,350 2,400 2,450 2,500
mengikuti lomba/olimpiade,
festival, debat, dan unjuk
prestasi tingkat nasional dan
internasional
IKK 3.19 Jumlah siswa SMK yang 19,655 19,655 19,655 19,655 19,655
memperoleh beasiswa
IKK 3.20 Jumlah sekolah SMK yang 4,346 4,346 4,346 4,346 4,346
menerapkan pendidikan
karakter
IKK 3.21 Revitalisasi Paket keahlian di - 75 110 138 158
Kabupaten/Kota
IKK 3.22 Jumlah siswa SMK penerima 2,154,167 2,154,167 2,154,167 2,154,167 2,154,167
bantuan melalui KIP
IKK 3.23 Jumlah SMK pariwisata 40 140 140 140 140
dan kelautan/maritim
yang dikembangkan untuk
meningkatkan produktivitas
rakyat dan daya saing
IKK 3.24 Jumlah SMK Pertanian 60 160 160 160 160
yang dikembangkan
untuk mendukung poros
ketahanan pangan
IKK 3.25 Satker yang mendapat 35 35 35 35 35
dukungan manajemen dan
layanan teknis SMK

73
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

B. Kerangka Pendanaan

Kerangka pendanaan disusun dengan memperhatikan berbagai peraturan perundang-undangan.


Selain yang terkait langsung dengan pengelolaan keuangan Negara, diperhatikan pula
Undang-undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, khususnya yang terkait
dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pendidikan. Sedangkan yang mengatur cukup
terperinci adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan.

Pembagian kewenangan pendidikan menurut UU Nomor 23 tahun 2014 tersebut dibagi kedalam
tiga tingkatan yaitu kewenangan tingkat pemerintah/kementerian, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota. Adapun substansi kewenangannya mencakup bidang manajemen
pendidikan, kurikulum, pendidik/guru dan tenaga kependidikan, perizinan pendidikan, serta bahasa
dan sastra. Penjelasan mengenai kewenangan tingkatan pemerintahan dan bidang yang dikelola
dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Pembagian Wewenang Pengelolaan Pendididikan


PEMERINTAH/ PEMERINTAH PEMERINTAH
No KEWENANGAN
KEMENDIKBUD PROVINSI KABUPATEN/ KOTA
1 MANAJEMEN a. Penetapan a. Pengelolaan a. Pengelolaan
PENDIDIKAN standar nasional pendidikan pendidikan dasar.
pendidikan. menengah. b. Pengelolaan
b. Pengelolaan b. Pengelolaan pendidikan
pendidikan tinggi. pendidikan Khusus
anak usia dini
dan pendidikan
nonformal.
2 KURIKULUM Penetapan kurikulum Penetapan Penetapan kurikulum
nasional pendidikan kurikulum muatan muatan lokal
menengah, pendidikan lokal pendidikan pendidikan dasar,
dasar, pendidikan menengahdan muatan pendidikan anak usia
anak usiadini, dan lokal pendidikan dini, dan pendidikan
pendidikan khusus. nonformal.
nonformal.
3 AKREDITASI Akreditasi perguruan --- ---
tinggi,pendidikan
menengah, pendidikan
dasar, pendidikan
anak usia dini,dan
pendidikan nonformal.
4 PENDIDIK a. Pengendalian Pemindahan Pemindahan
DAN TENAGA formasi pendidik, pendidik dan tenaga Pendidik Dan Tenaga
KEPENDIDIKAN pemindahan kependidikan lintas Kependidikan Dalam
pendidik, dan Daerah kabupaten/ Daerah Kab/Kota
pengembangan kotadalam 1 (satu)
karier pendidik. Daerah provinsi.
b. Pemindahan
pendidik
dan tenaga
kependidikan lintas
Daerah provinsi.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


74
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Tabel 4.7 Pembagian Wewenang Pengelolaan Pendididikan (lanjutan)


PEMERINTAH/ PEMERINTAH PEMERINTAH
No KEWENANGAN
KEMENDIKBUD PROVINSI KABUPATEN/ KOTA
5 PERIZINAN a. Penerbitan izin a. Penerbitan Izin a. Penerbitan Izin
PENDIDIKAN perguruan tinggi Pendidikan Pendidikan
swasta yang Menengah yang Dasar Yang
diselenggarakan diselenggarakan diselenggarakan
oleh masyarakat. oleh Masyarakat Oleh Masyarakat
b. Penerbitan izin b. Penerbitan Izin b. Penerbitan Izin
penyelenggaraan Pendidikan Pendidikan
satuan pendidikan Khusus yang Anak Usia Dini
asing. diselenggarakan dan Pendidikan
oleh Masyarakat Non-formal yang
diselenggarakan
Oleh Masyarakat

Pelaksanaan Undang-undang tersebut di atas mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan


Amendemen Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dalam Pasal 31 ayat (4) mengamanatkan
Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang­kurangnya 20% dari anggaran pendapatan
dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional. Sebagai implementasi dari amanat undang-undang dasar
tersebut undang-undang Sisdiknas menetapkan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung
jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat mempunyai peran penting dalam mengerahkan sumber daya yang ada, dimana
pengelolaan sumber daya tersebut (dana pendidikan) berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas publik.

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan mengatur pembagian
tanggung jawab pendanaan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi antara
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk satuan pendidikan. Tabel 4.8 menunjukkan
pembagian peran Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam pendanaan pendidikan,
khususnya yang terkait dengan pendidikan dasar dan menengah.

75
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Tabel 4. 8 Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan


Oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Penanggung Jawab
No Jenis Biaya
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah
I Biaya Investasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Pendidikan
a. Sekolah Standar Pemerintah/Pemda
Nasional
b. Sekolah Berbasis Pemerintah/Pemda/Masyarakat
Keunggulan Lokal
II Biaya Investasi Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Pemerintah/Pemda
2. Biaya Investasi Pemerintah/Pemda
Selain Lahan
III Biaya Operasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Personalia
a. Sekolah Standar Pemerintah/Pemda
Nasional
b. Sekolah Berbasis Pemerintah/Pemda/Masyarakat
Keunggulan Lokal
1. Biaya Nonpersonalia
a. Sekolah Standar Pemerintah/Pemda Pemerintah/Pemda/Masyarakat
Nasional
b. Sekolah Berbasis Pemerintah/Pemda/Masyarakat
Keunggulan Lokal
IV Biaya Operasi Penyelenggaraan Pendidikan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Personalia Pemerintah/Pemda
2. Biaya Nonpersonalia Pemerintah/Pemda
V Bantuan Biaya Pemerintah/Pemda
Pendidikan dan
Beasiswa
VI Pendanaan Pemerintah
Pendidikan di Luar
Negeri

Bagi satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, ada komponen pendanaan yang
ditanggung oleh penyelenggara/masyarakat yang bersangkutan dan ada pula yang perlu mendapat
dukungan dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah seperti disajikan pada tabel 4.9.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


76
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Tabel 4.9
Pembagian Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikan oleh Penyelenggara atau
Satuan Pendidikan yang Didirikan Masyarakat
Penanggung Jawab
No Jenis Biaya
Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah
I Biaya Investasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Pendidikan
a. Sekolah Standar Penyelenggara/Satuan Pendidikan
Nasional
b. Tambahan sampai Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orang tua/
menjadi Sekolah Pemerintah/Pemda
Berbasis Keunggulan
Lokal
2. Biaya Investasi Selain Lahan Pendidikan
a. Sekolah Standar Penyelenggara/ Penyelenggara/Satuan Pendidikan/
Nasional Satuan Pendidikan Masyarakat
b. Sekolah Berbasis Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orangtua/
Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda
II Biaya Investasi Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Investasi Lahan Penyelenggara/Satuan Pendidikan
2. Biaya Investasi Selain Penyelenggara/Satuan Pendidikan
Lahan
III Biaya Operasi Satuan Pendidikan
1. Biaya Personalia
a. Sekolah Standar Penyelenggara/Satuan Pendidikan
Nasional
b. Sekolah Berbasis Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orangtua/
Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda
2. Biaya Nonpersonalia
a. Sekolah Standar Pemda Penyelenggara/Satuan Pendidikan/
Nasional Masyarakat
b. Sekolah Berbasis Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orang tua/
Keunggulan Lokal Pemerintah/Pemda
IV Biaya Operasi Penyelenggaraan Pendidikan dan/atau Pengelolaan Pendidikan
1. Biaya Personalia Penyelenggara/Satuan Pendidikan
2. Biaya Nonpersonalia Penyelenggara/Satuan Pendidikan
V Bantuan Biaya Penyelenggara/Satuan Pendidikan/Orang Tua/Masy. di luar orang tua/
Pendidikan dan Pemerintah/Pemda
Beasiswa

Selain menjadi tanggung jawab penyelenggara dan satuan pendidikan, pendanaan pendidikan
juga menjadi tanggung jawab peserta didik, orang tua dan/atau wali peserta didik. Tanggung jawab
tersebut adalah: (i) biaya pribadi peserta didik; (ii) pendanaan biaya investasi selain lahan untuk
satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang

77
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/
atau satuan pendidikan; (iii) pendanaan biaya personalia pada satuan pendidikan bukan pelaksana
program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan
pendanaan yang disediakan oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan; (iv) pendanaan biaya
nonpersonalia pada satuan pendidikan bukan pelaksana program wajib belajar, baik formal maupun
nonformal, yang diperlukan untuk menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh
penyelenggara dan/atau satuan pendidikan; dan (v) pendanaan sebagian biaya investasi pendidikan
dan/atau sebagian biaya operasi pendidikan tambahan yang diperlukan untuk mengembangkan
satuan pendidikan berbasis keunggulan lokal.

Pendanaan Pendidikan dapat diperoleh juga dari masyarakat di luar penyelenggara dan satuan
pendidikan yang didirikan masyarakat serta peserta didik atau orang tua/walinya dengan syarat
diberikan secara sukarela, dibukukan dan dipertanggungjawabkan secara transparan kepada pemangku
kepentingan satuan pendidikan. Pendanaan masyarakat tersebut diaudit oleh akuntan publik serta
diumumkan secara transparan di media cetak berskala nasional dan kemudian dilaporan kepada
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan apabila jumlahnya melebihi jumlah tertentu yang ditetapkan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

2. Perkiraan Pendanaan Pendidikan dan Kebudayaan


Perkiraan pendanaan pendidikan dan kebudayaan dalam kurun waktu 2010—2014 mengacu pada
amanat UUD RI 1945 dan UU Sisdiknas serta melanjutkan fungsi dan tujuan pendidikan dan kebudayaan
yang ditetapkan pemerintah untuk tahun 2005—2025, yaitu: a) memperjelas pemihakan terhadap
masyarakat miskin; b) penguatan desentralisasi dan otonomi pendidikan;dan c) insentif dan disinsentif
bagi peningkatan akses, mutu, dan tata kelola pendidikandan kebudayaan. Pelaksanaan ketiga fungsi
pendanaan pendidikan dan kebudayaan tersebut bertujuan mewujudkan pelayanan pendidikan
dan kebudayaan sesuai dengan standar nasional pendidikan yang dicerminkan dalam struktur
pendanaan dan anggaran serta pembagian tanggungjawab pendanaan antara pemerintah dan
pemerintah daerah.

Sejak tahun anggaran 2009 amanat UUD 1945 dan UU Sisdiknas (sesuai dengan keputusan
Mahkamah Konstitusi No. 13 Tahun 2008) telah dipenuhi oleh pemerintah dengan menyediakan
anggaran pendidikan 20% dari APBN. Total anggaran tahun 2009 mencapai Rp207 triliun atau 20%
dari APBN sebesar Rp1.037 triliun, dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2009 sebesar 4% dan tingkat
inflasi 3,5%. Pada tahun 2010, 20% anggaran pendidikan dari APBN Rp225,2 triliun, yang mencakup
128,7 triliun disalurkan melalui belanja transfer ke daerah dan sebesar Rp96,5 triliun disalurkan melalui
belanja kementerian/lembaga. Pada tahun 2014 diperkirakan APBN akan mencapai Rp1.678 triliun
dengan asumsi pertumbuhan ekonomi mencapai 8% dan tingkat inflasi 4,8%, sehingga 20% anggaran
pendidikan dari APBN tahun 2014 diperkirakan mencapai Rp349,2 triliun.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


78
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Namun demikian sesuai dengan hasil perhitungan dalam Kerangka pengeluaran Jangka Menengah yang
disusun oleh setiap unit utama/eselon I terhadap program dan kegiatan yang diampunya didapatkan
perkiraan kebutuhuan anggaran seprti ditunjukkan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Perkiraan Kebutuhan Anggaran di Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015 - 2019

(dalam Rp. Miliar)


ALOKASI (Rp Miliar)
TOTAL
ALOKASI
PROGRAM/KEGIATAN
2015 2016 2017 2018 2019 2015-2019
(Rp Miliar)
PROGRAM 31,347,818 37,664,011 38,747,365 39,920,945 41,132,417 188,812,555
PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH
Pembinaan SD 6,776,961 6,929,145 7,007,587 7,401,579 7,542,028 35,657,300
Pembinaan Sekolah 5,843,000 7,383,604 7,421,907 7,483,521 7,543,168 35,675,200
Menengah Pertama
Pembinaan Sekolah 8,010,000 9,432,897 9,803,759 10,118,011 10,452,033 47,816,700
Menengah Atas
Pembinaan Sekolah 9,009,000 11,542,632 12,060,600 12,390,842 12,972,781 57,975,855
Menengah Kejuruan
Pembinaan Pendidikan 912,000 1,542,642 1,566,613 1,592,098 1,620,047 7,233,400
Khusus dan Layanan
Khusus
Dukungan manajemen 386,757 405,991 442,798 473,794 506,960 2,216,300
dan pelaksanaan
tugas lainnya Ditjen
Dikdasmen

Perkiraan kebutuhan anggaran Direktorat PSMK selama periode 2015-2019 adalah sebesar Rp 57,975
triliun. Untuk mencapai sasaran Renstra Direktorat Pembinaan SMK diperlukan peran serta Pemerintah
Provinsi, Kabupaten dan Kota, masyarakat, orang tua, dan dunia usaha untuk berpartisipasi dalam
pemenuhan pendanaan pendidikan.

3. Koordinasi, Tata Kelola, dan Pengawasan Internal


Implementasi berbagai kebijakan Direktorat Pembinaan SMK dapat dilaksanakan dengan efektif dan
efisien melalui proses koordinasi, tata kelola dan pengawasan internal yang akurat dan akuntabel.
Berikut
a. Koordinasi
Implementasi Renstra ini dapat efektif dilaksanakan apabila didukung olleh partisipasi dari
pemerintah daerah yang meliputi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Koordinasi perlu dilakukan dengan pemangku kepentingan di daerah untuk mengintegrasikan
dan mengkonsolidasikan perencanaan yang disusun dalam rencana strategis ini dengan
rencana pembangunan Pendidikan di daerah.

79
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

b. Tata Kelola
Penjabaran rencana strategis harus dikawal sampai dengan tahapan implementasi yang
dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMK maupun oleh pemerintah daerah sebagai rekan
kerja di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Pengaturan distribusi anggaran perlu disesuaikan
dengan pembagian wewenang dan tanggung jawab antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah untuk mencegah terjadinya tumpeng tindih dalam pengalokasian anggaran dan
pelaksanaan pembangunan Pendidikan di daerah.
c. Pengendalian dan Pengawasan
Pengendalian terhadap implementasi Renstra dilakukan melalui pengawasan internal yang
merupakan tanggungjawab dari Direktorat Pembinaan SMK dengan bekerja sama dengan
unit pengawas di tingkat daerah. Pengawasan difokuskan untuk menjaga efektifitas dan efisiensi
penyelenggaraan pembangunan Pendidikan di daerah. Sistem pengawasan internal yang efektif
dilakukan melalui pengendalian operasional dan finansial, manajemen risiko, sistem informasi
manajemen, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Sistem dan Teknologi Informasi Terpadu


Dalam rangka mendukung tercapainya pemerataan dan perluasan akses pendidikan dan kebudayaan,
peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan dan kebudayaan, serta penguatan tata kelola,
akuntabilitas, dan citra publik, diperlukan sistem dan teknologi informasi secara terpadu yang mampu
meningkatkan pelayanan dan mendukung penyediaan informasi dan pelaporan bagi penentu kebijakan
pendidikan dan kebudayaan, pemangku kepentingan serta penyelenggaraan pembelajaran secara
tepat, transparan, akuntabel, dan efisien. Gambar 4.2 menunjukkan arsitektur Sistem dan Teknologi
Informasi Terpadu Kemendikbud sesuai dengan Permendiknas Nomor 38 Tahun 2008.

Pemangku Kepentingan
Peserta Satuan Media Pengelola Pendidikan
Orang Tua PTK DUDI Pegawai
Didik Pendidikan di Daerah

Portal Pusat Layanan Prima Pendidikan Nasional

e- Layanan e- Layanan e- Layanan e- Layanan

Portal Pusat Layanan Prima Pendidikan Nasional

Integrasi Proses

Data Induk Data Induk Data Induk Data Induk


Satuan Pendidikan PTK (NUPTK) Peserta Didik Pembelajaran
(NPSN) (NISN)

Integrasi Data

Gambar 4.2. Arsitektur Sistem dan Teknologi Informasi Kemdikbud

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


80
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Untuk mengimplementasikan pengembangan Sistem dan Teknologi Informasi Terpadu di lingkungan


Kemendikbud perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (i) Strategi Pengembangan Sistem dan
Teknologi Informasi Kemendikbud harus selaras dengan Visi dan Misi Kemendikbud; (ii) Sistem dan
Teknologi Informasi Kemendikbud harus mampu mendukung manajemen Kemendikbud dalam
mengambil keputusan secara cepat, efisien dan efektif termasuk mengatur wewenang pendistribusian
informasi; (iii) Sistem dan Teknologi Informasi Kemendikbud harus fleksibel untuk mengantisipasi
berbagai perubahan termasuk dilakukannya reformasi birokrasi dan organisasi; (iv) Sistem dan
Teknologi Informasi Kemendikbud harus menjamin keamanan dan kesahihan data serta menjamin
efisiensi pengelolaan pangkalan data sehingga tidak terjadi data redundancy; (v) Sistem dan
Teknologi Informasi Kemdikbud harus mampu menjadi sarana untuk mendukung pemberian layanan
pendidikan dan kebudayaan termasuk e-pembelajaran, e-knowledge sharing dan e-sumber belajar;
(vi) Sistem dan Teknologi Informasi Kemendikbud harus mendukung tercapainya Sistem Tata Kelola
Kemdikbud termasuk sistem pengawasan dan evaluasi, pelaporan yang handal, efektif dan efisien;
dan (vii) Guna menjamin keterpaduan perlu dilakukan terlebih dahulu pembuatan Master Plan Sistem
dan Teknologi Informasi Terpadu Kemendikbud yang selaras dengan Rencana Strategis Kemendikbud.

81
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

C. Sistem Pemantauan dan Evaluasi

1. Tujuan Pemantauan dan Evaluasi


Sistem pemantauan dan evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari implementsi Renstra.
Pemantauan dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian dan kesesuaian antara
rencana yang telah ditetapkan dalam Renstra Kemendikbud Tahun 2015—2019 dengan hasil yang
dicapai berdasarkan kebijakan yang dilaksanakan secara berkala melalui kegiatan dan/atau
program pendidikan dan kebudayaan di setiap satuan, jenjang, jenis, dan jalur pendidikan formal dan
nonformal.

2. Prinsip-Prinsip Pemantauan dan Evaluasi


Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) kejelasan tujuan dan hasil yang diperoleh dari pemantauan dan evaluasi; 2) pelaksanaan dilakukan
secara objektif; 3) dilakukan oleh petugas yang memahami konsep, teori, dan proses serta
berpengalaman dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi agar hasilnya sahih dan handal;
4) pelaksanaan dilakukan secara terbuka (transparan) sehingga pihak yang berkepentingan dapat
mengetahui hasil pelaporan melalui berbagai cara; 5) melibatkan berbagai pihak yang dipandang
perlu dan berkepentingan secara proaktif (partisipatif ); 6) pelaksanaan dapat dipertanggung-jawabkan
secara internal dan eksternal (akuntabel); 7) mencakup seluruh objek agar dapat menggambarkan
secara utuh kondisi dan situasi sasaran pemantauan dan evaluasi (komprehensif ); 8) pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan pada saat yang tepat agar tidak kehilangan
momentum yang sedang terjadi; 9) dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan; 10) berbasis indikator
kinerja; dan 11) pelaksanaan dilakukan secara efektif dan efisien, artinya target pemantauan dan
evaluasi dicapai dengan menggunakan sumber daya yang ketersediaannya terbatas dan sesuai dengan
yang direncanakan.

Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup berbagai aspek sebagai berikut: 1) penjaminan
mutu, relevansi, dan daya saing; 2) pemerataan dan perluasan akses pendidikan menengah dan tinggi;
3) peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan kemitraan pendidikan dan kebudayaan. Pemantauan dan
evaluasi dapat dilakukan oleh pemerintah, BSNP, LPMP, dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi,
dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten dan kota, dinas pendidikan dan kebudayaan kecamatan,
dan satuan pendidikan.

3. Ruang Lingkup Pemantauan dan Evaluasi


Implementasi pemantauan dan evaluasi yang sudah bejalan di lingkungan Kemdikbud meliputi:
1) pemantauan dan pengendalian program bulanan dan triwulanan, 2) evaluasi tematik yang berkaitan
dengan kebijakan Kemdikbud, 3) evaluasi kinerja tahunan melalui sistem AKIP, 4) evaluasi kinerja tengah
periode Renstra melalui pencapaian kinerja Kemdikbud, dan 5) evaluasi akhir masa Renstra.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


82
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

4. Pemantauan dan Evaluasi oleh Pemerintah


Sesuai dengan PP 39 Tahun 2006 tentang tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah serta
institusi lain yang berkompeten. Mekanisme pemantauan dan pelaporan triwulanan pelaksanaan
rencana pembangunan pendidikan dan kebudayaan dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Presiden RI

Men. DN
Bupati/ Walikota Form C Gubernur Form C
Men. PPN
u.p Bappeda 10 hari setelah u.p Bappeda 14 hari setelah
triwulan berakhir triwulan berakhir Men. Keu
Men. PAN
Form C 5 hari setelah Form C Form C
triwulan berakhir
Form A

Kepala SKPD Kepala SKPD Menteri/


Kabupaten/ Kota Kabupaten/ Kota Ka. Lemb

10 hari setelah
Form B Form B Form B triwulan berakhir

Ka. Unit Kerja Ka. Unit Kerja Ka. Unit Org

5 hari setelah
Form A Form A Form A triwulan berakhir
Form A Form A
PPTK PPTK Ka. Unit Kerja K/ L

Keterangan : 1. Gubernur melakukan pemantauan pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang meliputi
pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya, 2. Bupati/Walikota melakukan
pemantauan pelaksanaan tugas pembantuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan
tugas dan kewenangannya, 3. Kepala SKPD Provinsi melakuksn pemantauan pelaksanaan dekonsentrasi
dan tugas pembanatuan yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan
kewenangannya, 4. Kepala SKPD Kabupaten/Kota melakukan pemantauan pelaksanaan tugas pembantuan
yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan sesuai dengan tugas dan kewenangannya

Gambar 4.3. Mekanisme pemantauan dan pelaporan triwulanan


pelaksanaan rencana pembangunan pendidikan

83
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Untuk mendukung pelaksanaan PP Nomor 39 Tahun 2006, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menerbitkan Permendikbud Nomor 42 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemanfaatan Sistem E-Monitoring
Serapan Anggaran untuk Pemantauan dan Pengendalian Pelaksanaan Program, Kegiatan dan Anggaran
di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Salah satu pasal dalam Permendikbud
tersebut mengamanatkan bahwa setiap satker yang memanfaatkan APBN wajib melaporkan secara
online setiap perkembangan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran kepada atasan satker dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebagai penanggung jawab anggaran fungsi pendidikan.

Selain itu, hasil pemantauan dan evaluasi juga dapat digunakan sebagai masukan bagi BSNP, BAN-
SM, BAN-PT, BAN-PNF, dan lembaga sertifikasi kompetensi untuk meningkatkan kinerja badan-badan
tersebut dalam melaksanakan standardisasi, akreditasi, penjaminan dan pengawasan mutu, pemantauan
dan evaluasi program, kegiatan serta hasil belajar tingkat nasional.

5. Pemantauan dan Evaluasi Renstra oleh SKPD Provinsi, Kabupaten, dan Kota, serta Satuan
Pendidikan
Pemantauan dan evaluasi Renstra dilakukan secara berjenjang sebagai berikut:

a) Pemantauan dan Evaluasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat Provinsi
Pemantauan dan evaluasi oleh pemerintah provinsi digunakan untuk: (i) mengukur tingkat
pencapaian target pembangunan pendidikan dan kebudayaan provinsi; (ii) memperbaiki
kinerja aparatur Pemda Kabupaten dan Kota, Kecamatan, dan satuan pendidikan; dan
(iii) meningkatkan kemampuan dan kesanggupan aparatur pemda provinsi dalam
melaksanakan tugas pemantauan dan evaluasi.

b) Pemantauan dan Evaluasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten dan Kota
Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten dan kota
bertujuan untuk: (i) mengukur tingkat pencapaian target pembangunan pendidikan pada
kabupaten dan kota tersebut sesuai dengan Renstra SKPD kabupaten dan kota kurun waktu
2015—2019; (ii) memperbaiki kinerja aparatur pemda kecamatan dan satuan pendidikan agar
kapabilitas dan kapasitas dalam penyelenggaraan pendidikan makin meningkat; dan
(iii) meningkatkan kemampuan dan kesanggupan aparatur pemda kabupaten dan kota
dalam melaksanakan tugas pemantauan dan evaluasi.

c) Pemantauan dan Evaluasi oleh Satuan Pendidikan dan Kebudayaan


Fungsi pemantauan dan evaluasi dalam satuan pendidikan dan kebudayaan adalah untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan pada satuan pendidikan dan kebudayaan yang
bersangkutan secara berkala, yang hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


84
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

d) Pemantauan dan Evaluasi oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dan Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan
Pemantauan yang dilakukan BSNP bertujuan mengevaluasi capaian Standar Nasional
Pendidikan. Sementara itu, pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan adalah untuk mendapatkan pemetaan capaian standar nasional yang
dijadikan dasar dalam mengembangkan model intervensi, untuk meningkatkan kualitas
pendidikan sehingga mencapai standar nasional serta membantu BAN-SM, BAN-PNF, dan
BAN-PT dalam mengakreditasi satuan pendidikan.

85
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

BAB V
PENUTUP

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


86
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

87
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK Tahun 2015—2019 merupakan kesinambungan dari
Renstra Direktorat Pembinaan SMK Tahun 2010—2014. Penyusunan Renstra Direktorat Pembinaan
SMK Tahun 2015—2019 dilakukan melalui berbagai tahapan, antara lain mengidentifikasi, verifikasi,
menganalisis data, termasuk koordinasi dengan unit kerja di lingkup Direktorat, dan partisipasi
seluruh pejabat di lingkungan Direktorat Pembinaan SMK. Renstra ini juga telah mengakomodasi
semua tugas dan fungsi Direktorat Pembinaan SMK sesuai dengan Permendikbud Nomor 11
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Renstra Direktorat Pembinaan SMK Tahun 2015—2019 digunakan sebagai pedoman dan arah
pembangunan pendidikan dan kebudayaan yang hendak dicapai pada periode 2015—2019, serta
merupakan dasar dan acuan bagi Eselon III dan Eselon IV untuk menyusun (1) Rencana Kerja (Renja)
dan RKA-KL; (2) Koordinasi perencanaan dan pengendalian kegiatan; (3) Laporan Tahunan; dan
(4) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai tolak ukur pencapaian dan keberhasilan jajaran eselon III
dan IV di lingkungan Direktorat Pembinaan SMK juga telah disesuaikan dengan tugas dan fungsinya
sesuai dengan perubahan struktur Kemendikbud. Selanjutnya IKK ini harus disusun rencana
pencapaianya ke dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT)/RKA-KL dan diperjanjikan ke dalam format Kontrak
Kinerja yang memuat, antara lain: program utama yang dilaksanakan, sasaran yang akan dicapai, output
(keluaran) yang akan diwujudkan, dan janji outcome (hasil), yang pada setiap akhir tahun diminta
pertanggungjawabannya dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Pembinaan SMK.

Semoga dengan disusunnya rencana strategis ini perencanaan program Pendidikan Menengah
khususnya pendidikan di SMK akan lebih terarah, akurat dan akuntabel.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


88
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

LAMPIRAN

DAFTAR ISI
Lampiran 1 : Roadmap Pengembangan SMK 2015-2019 90

Lampiran 2 : Milestone Akses, Mutu dan Relevansi SMK s.d 2020 92

Pembangunan, Pendampingan Penguatan dan Produktivitas

Lampiran 3 : Data Pokok SMK 2014/2015 94

89
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Lampiran I
Roadmap Pengembangan SMK 2015-2019

2015 2017

• RKB = 3.600 Ruang • RKB = 4.100 Ruang


• USB = 60 Unit • USB = 250 Unit
• RPS = 1.050 Ruang • RPS = 3.237 Ruang
• Peralatan = 17.108 Set • Peralatan = 4.500 Set
• BOS
* PIP
= 4.475.329 Siswa
= 1.846.538 Siswa
2016 • BOS
* PIP
= 5.106.953
= 2.154.167 Siswa
Beasiswa = 19.655 siswa • Beasiswa = 19.655 siswa

2016

• RKB = 5.626 Ruang


• USB = 316 Unit
2015 • RPS
• Peralatan
= 3.036 Ruang
= 1.068 Set 2017
• BOS = 4.918.551
* PIP = 2.154.167 Siswa
• Beasiswa = 19.655 siswa

Baseline:
• Siswa SMA: SMK= 49%: 51%

• APK SMK= 33%


• SMK Rujukan= 109 Sekolah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


90
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

2019
2019

• RKB = 4.100 Ruang


• USB = 250 Unit
• RPS = 3.238 Ruang
• Peralatan = 4.500 Set

2018 • BOS
* PIP
= 5.327.316
= 2.154.167 Siswa
• Beasiswa = 19.655 siswa

2018

• RKB = 4.100 Ruang


• USB = 250 Unit
• RPS = 3.238 Ruang
• Peralatan = 4.500 Set
• BOS = 5.209.146
* PIP = 2.154.167 Siswa
• Beasiswa = 19.655 siswa

Ketercapaian 2019/ Kontrak Kinerja

• Siswa SMA: SMK= 40%: 60%


• APK SMK= 44%

• SMK Rujukan= 1.650 Sekolah

91
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Lampiran 2
Milestone Akses, Mutu dan Relevansi SMK s.d 2020
Pembangunan, Pendampingan Penguatan dan Produktivitas

2014 2016
• BOS Dikmen • 500 SMK 4 Tahun HOTS*
• PMU
• 109 SMK Rujukan
2015 • Reorganisasi 6000 SMK Kecil
• 3000 UN CBT
• 340 SMK Maritim • Tabletisasi SMK
• 650 Buku Rujukan • 7500 K13
• Verifikasi Wilayah

2015

• Revitalisasi SMK 4 Tahun


• K13 di 25% SMK
2014 • 1650 SMK Rujukan dibina
• 2000 UN CBT 2016
* Serifikasi lulusan SMK via UKK

Baseline:
84, 0 % APK SMK/ SMA/ MA
38,6 % APK SMK
88,0 % Kebekerjaan Lulusa SMK
300 SMK Rujukan

* HOTS = High Order Thinking Skills

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


92
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

2018

2020
• Revitalisasi spektrum SMK
2017 • 7.5% lulusan bewirausaha
• Implementasi• MEME••

2017 2019

• 1000 SMK dengan


• APK SMK 60 % dari SM
Sertifikasi Internasional
• 3500 SMK punya TEFA
• e- Pembelajaran
• 2300 Materi animatif online
2018 a
• TV SMK on deman SMK Dwi Bahasa
• 789 SMK Maritim
• 100 % K13

Target 2020/ Kontrak Kinerja

* MEME = Multi Entry Multi Exit

93
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Lampiran 3
Data Pokok SMK 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


94
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

95
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Jumlah Ruang Kelas Milik Menurut Kondisi dan Bukan Milik Tiap Provinsi
Status Sekolah : Negeri+Swasta
Tahun : 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


96
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Jumlah Ruang Kelas Milik Menurut Kondisi dan Bukan Milik Tiap Provinsi
Status Sekolah : Negeri
Tahun : 2014/2015

97
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Jumlah Ruang Kelas Milik Menurut Kondisi dan Bukan Milik Tiap Provinsi
Status Sekolah : Swasta
Tahun : 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


98
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Perkembangan Jumlah Ruang Kelas Milik Negeri dan Swasta Tiap Provinsi
Tahun : 2012/2013--2014/2015

99
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Perkembangan Jumlah Ruang Kelas Negeri Dan Swasta Tiap Provinsi


Tahun : 2012/2013--2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


100
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Jumlah Laboratorium Menurut Jenis Tiap Provinsi


Status Sekolah : Negeri+Swasta
Tahun : 2014/2015

101
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Jumlah Laboratorium Menurut Jenis Tiap Provinsi


Status Sekolah : Negeri
Tahun : 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


102
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Jumlah Laboratorium Menurut Jenis Tiap Provinsi


Status Sekolah : Swasta
Tahun : 2014/2015

103
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Perkembangan Jumlah Laboratorium Negeri Dan Swasta Tiap Provinsi


Tahun : 2012/2013--2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


104
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Perkembangan Jumlah Perpustakaan Negeri Dan Swasta Tiap Provinsi


Tahun : 2012/2013--2014/2015

105
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Arus Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


Tahun : 2009/2010 - 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


106
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

TABEL Perkembangan
/TABLE :51 Jumlah Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) K14/15
MS
(SNAURJEKHGMLOSAWI UJNGBMEKRP )KM Tahun : 2002/2003--2014/2015
(VLANORYSEDCHTVIFPU S)
TAHNU /YEAR :2002/2003--2014/2015

Tahun BS Tingkat /Grade J Lulusan


ml. iswa
S utus
P k. eS
Y ea r NE X IX IX Graduates Tot.Pupils Drop-outs
2002/03 756.832 760.030 695.016 644.707 2.099.753
\_____ \____ \__ 86.783
93,94%______ 96,28%______ 627.358 4,13%
\ \ 97,31%
2003/04 755.962 758.442 713.939 669.193 2.141.574
\_____ \____ \__ 116.199
93,73%______ 93,78%______ 640.897 5,43%
\ \ 95,77%
2004/05 779.590 783.651 710.919 669.498 2.164.068
\_____ \____ \__ 109.833
94,24%______ 95,20%
______ 634.523 5,08%
\ \ 94,78%
2005/06 812.215 816.676 738.475 676.776 2.231.927
\_____ \____ \__ 88.959
95,95%
______ 96,18%______ 641.666 3,99%
\ \ 94,81%
2006/07 900.430 907.870 783.625 710.237 2.401.732
\_____ \____ \__ 32.898
99,26%
______ 99,24%
______ 685.982 1,37%
\ \ 96,58%
2007/08 1.056.110
1.060.117 901.154 777.691 2.738.962
\_____ \____ \__ 94.032
96,99%______ 95,36%
______ 752.912 3,43%
\ \ 96,81%
2008/09 1.203.6861.208.160 1.028.221 859.323 3.095.704
\_____ \____ \__ 170.832
93,86%______ 93,43%______ 825.222 5,52%
\ \ 96,03%
2009/10 1.219.4181.224.423 1.133.951 960.694 3.319.068
\_____ \____ \__ 98.640
97,95%______ 96,09%
______ 926.787 2,97%
\ \ 96,47%
2010/11 1.443.5171.448.290 1.199.275 1.089.593 3.737.158
\_____ \____ \__ 124.792
93,18%______ 97,77% ______ 1.086.387 3,34%
\ \ 99,71%
2011/12 1.493.178 1.497.201 1.349.472 1.172.484 4.019.157
\_____ \____ \__ 124.791
96,07%______ 95,07%______ 1.169.218 3,10%
\ \ 99,72%
2012/13 1.464.3711.468.325 1.438.311 1.282.883 4.189.519
\_____ \____ \__ 129.037
96,47%______ 95,24%
______ 1.270.054 3,08%
\ \ 99,00%
2013/14 1.409.229 1.413.277 1.416.527 1.369.853 4.199.657
\_____ \____ \__ 86.282
98,72%______ 96,64%
______ 1.343.102 2,05%
\ \ 98,05%
2014/15 1.440.9721.447.201 1.395.180 1.368.864 4.211.245

107
116
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Kohort Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)


Tahun : 2002/2003--2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


108
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

TABEL/ TABLE :1 K14/15


MS
INDPEMUKATORBG Gambaran Umum Indikator Pendidikan
S R T O A C I D N L U E F O W VI R
/KMS (VLANORYDSECHTVI S)
/TAHNU YEAR :2014/2015

o.
N nis
eJ ndI ikator NilaiIndikator
TypeofndI icators ValueofndI icators

Angka/Persentase/ teaR s/Prce nta


e ge
1. Angkangula
Me ng/ peeR titionteaR Siswa/ upils
P ngula
Me ng Angkangula
Me ng
2013/2014 epeR tea rs peeR titionteaR
4.199.657 35.767 0,85

2. AngkaPutuskola
Se h/ rop-out
D teaR Siswa/ upils
P utus
P kola
eS h AngkaPutuskola
Se h
2013/2014 rop-outs
D rop-outs
D teaR
4.199.657 86.282 2,05

3. AngkaLulusan/ omple
C tionteaR SiswaTk.X13/14
I Lulusan AngkaLulusan
PupilsGr.X13/14
I raG uad tes omple
C tionteaR
1.369.853 1.343.102 98,05

4. rse
Pe ntaseGuruTidaktaTe pterhaapd KS&Guruseluruh GuruTidaktaTe p %GuruT
paKe lakola
Se hand Guru/ PercentageofPrt-
a TotalHM&cTheea rs rt-time
Pa Tcehea rs %ofPTecahers
timehecaeT rstomadaeH stersnda hecaeT rs 359.099 128.049 35,66

5. rse
Pe ntaseGuruLayaknga Me jarterhaapd KS&Guruseluruh KS&GuruLayak %KS&GuruLayak
paKe lakola
Se hand Guru/ Percentageof TotalHM&cTheea rs QualifiedHM&Tcehea rs %ofQualifiedTcehea rs
uaQ lifiehecaeTd rstomadaeH stersnda hecaeT rs 359.099 304.686 84,85

6. rse
Pe ntasepaKe lakola Se hre
Pe mpuan paKe lakola Se h pse
eK kre eP mpuan %pse eK kre eP mp
terhaapd paKe lakola
Se h/ Percentageof madHea sters FemalemadHea sters %ofFemalemdHea
FemalemadHea sterstomadHea sters 12.421 1.477 11,89

7. rse
Pe ntaseuaR ngla
Ke sMilikBaikterhaapd .R KelasMilik KRMilikBaik %KMBRaik
uaR ngla
Ke sMilik/ rceP nta
e geofood
G wne
O la Cd ssrooms ood
G wne
O ls
Cd %ofGood.CO ls
OwneCla d ssroomstoOwneCla
d ssrooms 127.860 54.585 42,69

8. rse
Pe ntaseora Lab toriumterhaapd kola
Se h/ kola
eS h/ hools
cS /Lab ora
baL tories %/%
baL b aL
rceP nta
e geofora
baL toriestohools
cS 12.421 17.859 143,78

9. rse
Pe ntaserpusta
Pe kaanterhaapd kola
Se h/ kola
eS h/ hools
cS rpus/
Pe Libraries %rpus/%
eP Libraries
PercentageofLibrariestoSchools 12.421 7.409 59,65

118 109
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Gambaran Umum Indikator Pendidikan


Tahun : 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


110
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

TABEL /TABLE :2 K14/15


MS
Angka OVTIPRANGKSEULM Mengulang Menurut Tingkat Tiap Provinsi
E C
TahunN I V O R P D A G Y B T S E N O I PR : 2014/2015
/KMS (VLANORYDSECHTVI S)
/TAHNU YEAR :2014/2015

o.
N rP ovinsi Tingkat / Grade ataR -rata
rP ovinec X IX IX Average

1 JakaKID rta 0,32 0,86 0,16 0,45


2 JawaBarat 0,44 1,83 0,51 0,92
3 Banten 0,43 1,93 0,62 0,99
4 Jawanga
Te h 0,39 1,76 0,46 0,86
5 Yogya
ID karta 0,29 0,64 0,21 0,39
6 JawaTimur 0,39 1,34 0,46 0,73

7 hecA 0,36 0,64 0,91 0,63


8 uma S terataU ra 0,54 1,85 0,88 1,10
9 uma S teraBarat 0,78 0,47 0,33 0,52
10 Riua 0,43 1,09 0,78 0,79
11 pula Ke uanRiau 0,58 0,56 0,33 0,49
12 m aJ ib 0,43 1,08 0,71 0,75
13 uma S terala eS tan 0,62 1,36 0,62 0,89
14 Bangkalitung
Be 0,69 1,03 0,84 0,86
15 ngkulu
eB 0,48 0,72 1,34 0,81
16 mpung
aL 0,45 1,98 0,80 1,03

17 KalimantanBarat 0,67 1,25 1,08 1,00


18 KalimantanTnga
e h 0,73 1,00 1,40 1,04
19 Kalimantanla
eS tan 0,53 1,60 1,58 1,27
20 KalimantanTimur 0,52 1,85 1,02 1,12
21 KalimantantaU ra - 0,19 0,45 0,21

22 ula
S wesitaU ra 0,39 1,08 0,86 0,79
23 Gorontalo 0,92 1,04 0,57 0,84
24 ula
S wesinga Te h 0,57 2,04 1,18 1,31
25 ula
S wesilaeS tan 0,47 1,07 0,85 0,80
26 ulaS wesiBarat 0,40 2,80 0,41 1,33
27 ula S wesingga
Te ra 1,04 2,02 2,32 1,81

28 l aM uku 0,33 0,54 0,99 0,62


29 MalukutaU ra 0,18 0,97 2,85 1,31
30 l
aB i 0,20 0,84 0,47 0,52
31 NusaTngga
e raBarat 0,46 1,61 2,85 1,54
32 NusaTngga
e raTimur 0,62 1,08 0,60 0,79
33 pua
aP 0,26 0,89 0,50 0,55
34 PapuaBarat 0,30 1,96 0,93 1,08

nI od ns
e ia 0,44 1,48 0,63 0,85
Catatan /Notes:
ngka
A mengulangihitung d ri
ad jumlahmengulangmenuruttingkattahuntertentu
ibd agienga
d njumlahsiswamenuruttingkattahunseelumnya b ika
d likanenga
d n100%
Repetitionratesarecalculatedbynumberofrepeatersbygradeividedby
numberofpupilsinbygrade,previousacdemicyear,andmultiplyby100%

120 111
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Perkembangan Angka Mengulang Tiap Provinsi


Tahun : 2010/2011-2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


112
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

TABEL /TABLE :4 K14/15


MS
OVTIPRANGKESULMH
Angka Putus Sekolah Menurut Tingkat Tiap Provinsi
Tahun TSRAUOPEGNDBYVCI : 2014/2015
/KMS (VLANORYDSECHTVI S)
/TAHNU YEAR :2014/2015

o.
N rP ovinsi Tingkat /Grade ataR -rata
rP ovinec X IX IX Average

1 JakaKID rta 1,66 1,24 0,43 1,12


2 JawaBarat 2,32 2,70 1,26 2,10
3 Banten 2,25 2,69 1,88 2,28
4 Jawanga
Te h 2,07 2,56 1,18 1,95
5 Yogya
ID karta 1,51 0,96 0,80 1,10
6 JawaTimur 2,05 2,13 1,01 1,73

7 hecA 1,87 2,02 1,28 1,73


8 uma S terataU ra 2,84 3,03 1,95 2,61
9 uma S teraBarat 4,11 1,67 0,76 2,17
10 Riua 2,27 2,30 1,16 1,92
11 pula Ke uanRiau 3,03 1,48 0,42 1,59
12 m aJ ib 2,27 2,40 1,06 1,91
13 uma S terala eS tan 3,27 2,52 1,38 2,37
14 Bangkalitung
Be 3,63 2,80 1,05 2,50
15 ngkulu
eB 2,50 2,58 1,72 2,30
16 mpung
aL 2,37 3,16 1,98 2,50

17 KalimantanBarat 3,52 3,32 1,47 2,75


18 KalimantanTnga
e h 3,76 3,48 1,59 2,93
19 Kalimantanla
eS tan 2,80 3,66 2,54 3,04
20 KalimantanTimur 2,72 3,65 1,48 2,63
21 KalimantantaU ra 0,11 0,81 0,33 0,42

22 ula
S wesitaU ra 2,06 2,50 1,17 1,90
23 Gorontalo 4,86 3,07 1,30 3,03
24 ula
S wesinga Te h 2,98 4,19 1,70 2,96
25 ula
S wesilaeS tan 2,45 2,42 1,63 2,16
26 ulaS wesiBarat 2,11 4,22 1,25 2,64
27 ula S wesingga
Te ra 5,54 5,42 4,02 4,99

28 l aM uku 1,71 2,39 0,78 1,63


29 MalukutaU ra 0,92 3,48 3,17 2,56
30 l
aB i 1,05 1,49 0,85 1,14
31 NusaTngga
e raBarat 2,41 4,30 4,20 3,58
32 NusaTngga
e raTimur 3,27 2,09 1,39 2,17
33 pua
aP 1,34 1,45 1,33 1,38
34 PapuaBarat 1,50 3,08 2,18 2,27

nI od ns
e ia 2,32 2,49 1,32 2,05
Catatan /ote
N s:
Angkaputussekolahdihitungdarijumlahputussekolahmenuruttingkatdibagi
denganjumlahsiswamenuruttingkattahunsebelumnyadikalikandengan100
rop-outs
D ratesrea lc
ac ulateybd numbre ofrop-outs
d yb graivid
de de
yb numbre ofpupilsyb gra,ed previousmic
edac yer,
a nda multiplyyb 100

122 113
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Perkembangan Angka Putus Sekolah Tiap Provinsi


Tahun : 2011/2012 - 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


114
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Angka Lulusan Menurut Status Sekolah Tiap Provinsi


Tahun : 2014/2015

115
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Perkembangan Angka Lulusan Tiap Provinsi


Tahun : 2011/2012 - 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


116
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Persentase Guru Tidak Tetap Terhadap Kepala Sekolah Dan Guru Menurut Status Sekolah Tiap Provinsi
Tahun : 2014/2015

117
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Perkembangan Persentase Guru Tidak Tetap Terhadap Kepala Sekolah


Dan Guru Seluruhnya Tiap Provinsi
Tahun : 2011/2012 - 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


118
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Persentase KS dan Guru Layak Mengajar Terhadap KS


Dan Guru Menurut Status Sekolah Tiap Provinsi
Tahun : 2014/2015

119
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Perkembangan Persentase KS Dan Guru Layak Terhadap Ks Dan Guru Seluruhnya Tiap Provinsi
Tahun : 2011/2012 - 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


120
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Persentase Kepala Sekolah Perempuan Terhadap Kepala Sekolah Seluruhnya


Menurut Status Sekolah Tiap Provinsi
Tahun : 2014/2015

121
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Perkembangan Persentase Kepala Sekolah Perempuan Tiap Provinsi


Tahun : 2011/2012 - 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


122
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Persentase Ruang Kelas Milik Baik Terhadap Ruang Kelas Milik Menurut Status
Sekolah Tiap Provinsi
Tahun : 2014/2015

123
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Perkembangan Persentase Ruang Kelas Milik Baik Terhadap Ruang Kelas Milik Tiap Provinsi
Tahun : 2011/2012 - 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


124
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019
TABEL/TABLE :16 K14/15
MS
EKOLSAHTUMRDNIJPGB
OVTIPRANS
NVCEPRIAODLSHTBYFPersentase
UG Ruang Laboratorium Terhadap Jumlah Sekolah Menurut Status Sekolah Tiap Provinsi
/KMS Tahun :
(VLANORYDSECHTVI S) 2014/2015
/TAHNU YEAR :2014/2015

Negeri/ Public waS sta/ Private umla


J h/ Total
o.
N rP ovinsi ekola
S h .bLa % ekola
S h .bLa % ekola
S h .bLa %
rP ovinec Schools La b . Schools aL b . Schools aL b .

1 JakaKID rta 63 164 260,32 537 696 129,61 600 860 143,33
2 JawaBarat 267 603 225,84 2.175 2.413 110,94 2.442 3.016 123,51
3 Banten 71 192 270,42 536 698 130,22 607 890 146,62
4 Jawanga
Te h 226 776 343,36 1.264 1.969 155,78 1.490 2.745 184,23
5 Yogya
ID karta 51 173 339,22 171 232 135,67 222 405 182,43
6 JawaTimur 288 848 294,44 1.471 1.934 131,48 1.759 2.782 158,16

7 hecA 133 256 192,48 51 55 107,84 184 311 169,02


8 uma S terataU ra 250 358 143,20 681 944 138,62 931 1.302 139,85
9 uma S teraBarat 102 216 211,76 89 88 98,88 191 304 159,16
10 Riua 108 184 170,37 145 166 114,48 253 350 138,34
11 pula Ke uanRiau 29 40 137,93 57 85 149,12 86 125 145,35
12 m aJ ib 91 117 128,57 63 59 93,65 154 176 114,29
13 uma S terala eS tan 96 156 162,50 160 155 96,88 256 311 121,48
14 Bangkalitung
Be 32 86 268,75 20 34 170,00 52 120 230,77
15 ngkulu
eB 57 91 159,65 29 28 96,55 86 119 138,37
16 mpung
aL 88 212 240,91 312 355 113,78 400 567 141,75

17 KalimantanBarat 91 172 189,01 84 78 92,86 175 250 142,86


18 KalimantanTnga
e h 85 139 163,53 40 29 72,50 125 168 134,40
19 Kalimantanla
eS tan 56 127 226,79 59 51 86,44 115 178 154,78
20 KalimantanTimur 78 137 175,64 130 120 92,31 208 257 123,56
21 KalimantantaU ra 16 27 168,75 8 8 100,00 24 35 145,83

22 ula
S wesitaU ra 78 108 138,46 89 63 70,79 167 171 102,40
23 Gorontalo 37 94 254,05 13 14 107,69 50 108 216,00
24 ula
S wesinga Te h 86 124 144,19 77 48 62,34 163 172 105,52
25 ula
S wesilaeS tan 152 382 251,32 263 299 113,69 415 681 164,10
26 ulaS wesiBarat 53 63 118,87 60 20 33,33 113 83 73,45
27 ula S wesingga
Te ra 86 160 186,05 52 39 75,00 138 199 144,20

28 l aM uku 68 73 107,35 33 31 93,94 101 104 102,97


29 MalukutaU ra 56 74 132,14 47 32 68,09 103 106 102,91
30 l
aB i 47 89 189,36 121 136 112,40 168 225 133,93
31 NusaTngga
e raBarat 87 141 162,07 173 92 53,18 260 233 89,62
32 NusaTngga
e raTimur 130 166 127,69 99 98 98,99 229 264 115,28
33 pua
aP 66 120 181,82 44 54 122,73 110 174 158,18
34 PapuaBarat 26 54 207,69 18 14 77,78 44 68 154,55

nI od ns
e ia 3.250 6.722 206,83 9.171 11.137 121,44 12.421 17.859 143,78
ataC tan / ote
N :
ila
N ilebihdari100%karenaterdapatsekolahmemilikilaboratoriumdarisatujenis.eJnislabad7,yaituA,PI iologi,
B Fisika,imia
K ,
ompute
K r,ahaB sa,danultime
M dia.
lue
Va morethan100%ued tosomeschoolshavemorethanonetypeoflaora
b tories.heT rerea seventypesoflaora
b tories,ieSc nc,e iology,
B
Physics,heC mistry,ompute
C r,ngua
aL ge,nda ulti-M
M iade .
134

125
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Perkembangan Persentase Ruang Laboratorium Terhadap Jumlah Sekolah Tiap Provinsi


Tahun : 2011/2012 - 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


126
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

TABEL/TABLE :18 K14/15


MS
EKOLSVATIPRHNUMDJ
NVCEPRIAODLSHTBYFUG
Persentase Perpustakaan Terhadap Jumlah Sekolah Menurut Status Sekolah Tiap Provinsi
Tahun : 2014/2015
/KMS (VLANORYDSECHTVI S)
/TAHNU YEAR :2014/2015

eNgeri/ ubP lic Swasta/ Private Jumlah/ ota


T l
o.
N P r ov ins i Sekolah Perpustakaan % Sekolah Perpustakaan % Sekolah Perpustakaan %
P r ov i nc e hools
cS Libraries hools
cS Libraries hools
cS Libraries

1 JakaKID rta 63 47 74,60 537 383 71,32 600 430 71,67


2 JawaBarat 267 177 66,29 2.175 1.142 52,51 2.442 1.319 54,01
3 Banten 71 50 70,42 536 293 54,66 607 343 56,51
4 Jawanga
Te h 226 189 83,63 1.264 812 64,24 1.490 1.001 67,18
5 Yogya
ID karta 51 44 86,27 171 128 74,85 222 172 77,48
6 JawaTimur 288 226 78,47 1.471 757 51,46 1.759 983 55,88

7 hecA 133 90 67,67 51 33 64,71 184 123 66,85


8 uma S terataU ra 250 159 63,60 681 369 54,19 931 528 56,71
9 uma S teraBarat 102 71 69,61 89 60 67,42 191 131 68,59
10 Riua 108 47 43,52 145 69 47,59 253 116 45,85
11 pula Ke uanRiau 29 13 44,83 57 36 63,16 86 49 56,98
12 m aJ ib 91 57 62,64 63 41 65,08 154 98 63,64
13 uma S terala eS tan 96 72 75,00 160 104 65,00 256 176 68,75
14 Bangkalitung
Be 32 29 90,63 20 19 95,00 52 48 92,31
15 ngkulu
eB 57 32 56,14 29 16 55,17 86 48 55,81
16 mpung
aL 88 72 81,82 312 174 55,77 400 246 61,50

17 KalimantanBarat 91 62 68,13 84 47 55,95 175 109 62,29


18 KalimantanTnga
e h 85 61 71,76 40 20 50,00 125 81 64,80
19 Kalimantanla
eS tan 56 35 62,50 59 36 61,02 115 71 61,74
20 KalimantanTimur 78 52 66,67 130 88 67,69 208 140 67,31
21 KalimantantaU ra 16 10 62,50 8 5 62,50 24 15 62,50

22 ula
S wesitaU ra 78 53 67,95 89 46 51,69 167 99 59,28
23 Gorontalo 37 32 86,49 13 5 38,46 50 37 74,00
24 ula
S wesinga Te h 86 64 74,42 77 32 41,56 163 96 58,90
25 ula
S wesilaeS tan 152 103 67,76 263 155 58,94 415 258 62,17
26 ulaS wesiBarat 53 29 54,72 60 15 25,00 113 44 38,94
27 ula S wesingga
Te ra 86 74 86,05 52 29 55,77 138 103 74,64

28 l aM uku 68 43 63,24 33 19 57,58 101 62 61,39


29 MalukutaU ra 56 39 69,64 47 8 17,02 103 47 45,63
30 l
aB i 47 35 74,47 121 63 52,07 168 98 58,33
31 NusaTngga
e raBarat 87 63 72,41 173 50 28,90 260 113 43,46
32 NusaTngga
e raTimur 130 81 62,31 99 60 60,61 229 141 61,57
33 pua
aP 66 44 66,67 44 18 40,91 110 62 56,36
34 PapuaBarat 26 12 46,15 18 10 55,56 44 22 50,00

nI od ns
e ia 3.250 2.26769,75 9.171 5.142 56,07 12.421 7.409 59,65

136

127
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Perkembangan Persentase Perpustakaan Terhadap Jumlah Sekolah Tiap Provinsi


Tahun : 2011/2012 - 2014/2015

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


128
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan SMK 2015-2019

Rasio Pendidikan Tiap Provinsi


Tahun : 2014/2015

129

Anda mungkin juga menyukai