Anda di halaman 1dari 4

1

Morfometri dan persebaran geografi tiga spesiesPila (Pila ampullacea,Pila


scutatadan Pila polita) di Indonesia
Hisful Aziz1 dan R. Pramesa Narakusumo1
1) Mahasiswa Departemen Biologi UNAIR Surabya, email :z iza_ nerek @ya ho o. co m
ABSTRAK

Molluska merupakan hewan bertubuh lunak yang mudah dikenali dengan adanya
cangkang yang melindungi tubuhnya. jumlah spesies di Indonesia yang dapat ditemukan
diperkirakan lebih dari 20.000 jenis. Ampullariidae adalah salah satu anggota filum
molluska, kelas gastropoda. Famili ini umum ditemukan di perairan tawar tropis di
seluruh dunia. Famili ini secara umum dikenal dengan keong apel (apple snails) dan di
Indonesia dikenal tiga spesies asli yaitu Pila ampullacea, Pila scutata dan Pila polita dan
satu spesies diperkenalkan (Introduced

species) Pomacea sp. Variasi spesies dari Pila sangat sulit dibedakan secara morfologi,
karakteristik

cangkangnya menunjukkan perbedaan yang sangat sedikit, tidak hanya menyebabkan


kesalahan dalam identifikasi, tetapi juga membingungkan dalam hal apakah spesies yang
valid dari genus ini dan juga karakter apa yang bisa digunakan dalam mengidentifikasi
spesies ini (Keawjam, 1987). Selain itu informasi terbaru mengenai persebaran ketiga
spesies asli ini sangat jarang ditemukan. Tujuan penelitian ini adalah memberikan
informasi terbaru mengenai ketiga spesiesPila asli Indonesia (native), baik informasi
morfometri dan juga geografi. Penelitian dilakukan dengan mengukur morfometri lebar
cangkang (LC), tinggi cangkang (TC), lebar aperture (LA) dan tinggi aperture (TA)
kemudian dicari nilai regresi linear serta koefisien determinasinya, serta dibandingkan
rasio morfometrinya antara LC dengan TC dan LA dengan TA. Hasil yang didapat
menunjukkan bahwa perbandingan LC dengan TC dan LA dengan TA tidak dapat
menjadi pengenal spesies, namun nilai koefisien korelasi antara kedua perbandingan
tersebut adalah tinggi.

Kata kunci : Pila ampullacea, Pila polita, Pila scutata, morfometri, persebaran geografi
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri lebih dari
17.000 pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km, dan
kedalaman laut yang mengelilinginya memiliki variasi yang sangat luas. Panjang dan
kompleksnya proses pembentukan dari pulau-pulau yang ada membuat Indonesia
menjadi rumah yang ideal bagi berbagai jenis Molluska, baik yang hidup di laut maupun
di darat (Dharma, 2005).
Molluska merupakan hewan bertubuh lunak yang mudah dikenali dengan
adanya cangkang yang melindungi tubuhnya. Anggota filum Molluska merupakan kedua
terbanyak setelah Arthropoda. Para ahli memperkirakan jumlah filum Moluska yang
masih hidup sebanyak 100.000 jenis dan fosilnya ±20.000 jenis. Sedangkan jumlah di
Indonesia yang dapat ditemukan diperkirakan lebih dari 20.000 jenis. Di antara kelas
Molluska yang mudah kita temui adalah Gastropoda, atau Univalvia atau Molluska
cangkang tunggal. Kelompok Gastropoda ini merupakan anggota terbanyak, yaitu kira-
kira separuh dari kesekuruhan jenis Molluska (Dharma, 1998). Kelas ini terdiri dari siput,
keong, bekicot, siput laut besar dan kecil. Hewan ini dapat ditemukan di daratan, perairan
tawar, laut maupun daerah estuaria. Namun, lebih dari separuh dari jumlah spesies yang
telah diketahui yang berjumlah lebih dari 70.000 spesies merupakan jenis yang hidup di
laut, sedangkan sisanya hidup di darat dan air tawar (Abbott, 2002).

http://id.wikipedia.org/wiki/Ampullariidae

Gastropoda berasal dari kata gaster yang berarti peru dan pous yang berarti
kaki. Jadi secara etimologi gastropoda merupakan hewan yang berjalan dengan perut atau
hewan yang perutnya juga berfungsi sebagai alat gerak (Romimohtarto dan Juwana,
2001).

Ampullariidae adalah salah satu famili dari kelas gastropoda. Famili ini umum
ditemukan di perairan tawar tropis di seluruh dunia. Famili ini secara umum dikenal
dengan keong apel (apple

snails) karena besarnya ukuran dan bentuknya yang


globose (Keawjam, 1987) serta menyerupai bentuk

buah apel. Di Indonesia, contoh dari famili ini yang sering kita temui adalah dari
genusPomace a (keong emas) dan genusPila (keong gondang).

Pomacea merupakan siput asli Amerika Tengah


dan Selatan, didatangkan ke Indonesia sekitar tahun
1980-an (Cowie, 2006; Jahn et al. 1998dala m
http://id.wikipedia.org/wiki/Ampullariidae
),
sedangkanPila merupakan siput asli Asia dan
Afrika
(Cowie,
2006;
http://id.wikipedia.org/wiki/Ampullariidae

). Telah dilaporkan bahwa introduksiPoma


cea ini mengakibatkan kemerosotan jumlah keong asli jenisPila di Asia Tenggara (Acosta
and Pullin, 1991; Halwart, 1994adalam Cowie, 2006). Tidak menutup kemungkinan
kasus ini terjadi di Indonesia melihat lebih sulitnya menemukan keong jenisPila daripada
menemukan keong jenis Pomacea di perairan tawar di Indonesia.

kerugian yang ditimbulkan olehnya lebih besar daripadaPila. Tetapi bagaimanapun juga
potensi pila sebagai hama juga tetap perlu diwaspadai.

Pila merupakan inang perantara bagi dua


spesies cacing parasit penting yang menginfeksi
manusia,
Angiostrongylus
cantonensis
dan
Echinostoma
ilocanum.
Angiostrongylus
cantonensis merupakan nematoda parasit bagi

hewan pengerat. Larva parasit ini harus berkembang dalam tubuh invertebrata, dan dapat
menginfeksiPila, dimana ketika dimakan oleh mamalia, terjadi perpindahan larva
infective menjadi parasit bagi predator, dimana mereka melanjutkan perkembangannya.
Pada manusia,A.

cantonensis dapat menyebabkan angiostrongyliasis


(eosinophilic meningoencephalitis) yang sering
menyebabkan kematian. SedangkanEchinostom a
ilocanum adalah trematoda, cacing usus yang hidup

menempel pada dinding usus halus manusia inangnya. Parasit ini menyebabkan inflamasi
(peradangan), ulserasi (borok/nanah), diare dan anemia pada manusia inang (Keawjam,
1987).

Variasi spesies dariPila sangat sulit


dibedakan
secara
morfologi,

karakteristik cangkangnya menunjukkan


perbedaan yang sangat sedikit, tidak hanya menyebabkan kesalahan dalam identifikasi,
tetapi juga membingungkan dalam hal apakah spesies yang valid dari genus ini dan juga
karakter apa yang bisa digunakan dalam mengidentifikasi spesies ini (Keawjam, 1987).

Karena peran penting mereka sebagai mediator dari parasit penyakit pada
manusia,dan potensinya sebagai hama tanaman penting untuk bisa mengidentifiksi
spesies yang bervariasi dari
Pila, khusunya dalam mempelajari secara langsung

untuk memperoleh pemahaman biologi yang lebih baik dari keong ini (Keawjam, 1987).
Tentunya akan sangat berguna jika ada informasi lengkap mengenai genus ini.

Selain itu juga masih sedikit data


mengenai persebaranPila di Indonesia.Me nur ut

Jutting, 1956; Brandt, 1974dalam Djajasasmita (1985) daerah penyebaran Pila


ampullacea adalah Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Malaysia, Indonesia (Sumatra,
Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi). Pila polita diketahui dari Burma, Thailand, Laos,
Kamboja, Vietnam, Malaysia dan Indonesia (ditemukan hanya di Jawa). Sedangkan

Pila scutata,me nurut Djajasasmita (1985),

memiliki daerah penyebaran paling luas di Indonesia, terdapat di Sumatra, Jawa, Bali,
Lombok, Sumbawa, Kalimantan dan Sulawesi. Diluar Indonesia keong ini ditemukan
juga di Burma, Thailand, Malaysia, dan Filipina.

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut


mengenai persebaran keong genusPila di Indonesia dan bagaimana perbandingan karakter
morfologi dari masing-masing spesies keong genus ini di berbagai pulau di Indonesia.
Melalui penelitian in

),

Anda mungkin juga menyukai