Anda di halaman 1dari 2

Yuliana 2016-061-086

AUDIOMETRI
Sumber :
1. Fotokopi buku dr. Kote. Audiometri Klinis. Kumpulan Kuliah. Barbara Skurr, Audiologist. Pada Kursus
Audiologi Praktis. 13 s.d 24 Mei 1991 di Bandung. Hal 16-39  baru baca
2. KJ Lee. Essential Otolaryngology. Chapter 2 Audiology
3. Fotokopi Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung, dan Tenggorok (Note : buku ini terutama ditujukan bagi para
dokter muda yang sedang menjalani kepaniteraan klinik). Hal 23-25
4. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Ketujuh. Badan Penerbit FKUI.
GANGGUAN PENDENGARAN (TULI) Hal 19

Audiometri merupakan salah satu metode pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran. Alat yang dibutuhkan adalah
alat audiometer. Output = audiogram (dalam bentuk grafik dengan sumbu X = frekuensi dan sumbu Y = ambang
dengar/hearing level). Per definisi frekuensi adalah jumlah getaran per detik (tinggi rendahnya suatu nada). Frekuensi
dinyatakan dalam Hz. Ambang dengar adalah intensitas minimal bunyi yang masih dapat didengar seseorang pada
frekuensi tertentu antara lain pada frekuensi 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000, dan 8000. Ambang dengar dinyatakan
dalam decibel (dB).
Ambang dengar terbagi menjadi 2, yaitu ambang dengar lewat hantaran tulang/bone conduction (BC) dan lewat hantara
udara/air conduction (AC). Grafik BC dibuat dengan garis putus-putus, sedangkan grafik AC dibuat dengan garis lurus
penuh.

Notasi audiogram
Telinga kiri  warna : biru; ↄ atau > = BC; x = AC (unmasked); □ = AC (masked)
Telinga kanan  warna : merah; c atau < = BC; O = AC (unmasked); ∆ = AC (masked)
Jembatan keledai : XO suki : X sinistra – O dekstra

Dari audiogram dapat dinilai 3 hal :


1. Fungsi pendengaran normal atau terganggu (alias tuli)
2. Jika tuli, dapat diketahui jenis tuli  tuli sensori neural, konduktif, atau campuran
3. Derajat ketulian (Index Feltcher)

Hasil pembacaan dari audiogram :


Normal Konduktif Sensori neural Campur
BC<25 BC >25
AC <25 AC > 25 AC >25 AC > BC
NO GAP WITH GAP NO GAP WITH GAP
GAP = Delta ≥ 10
*bone jelek = gangguan koklear dan N.VIII
*air jelek = gangguan konduksi

Cara menetapkan derajat ketulian :


 Lakukan perhitungan dengan rumus dibawah ini :
Rumus Ambang Dengar (AD) = [AD AC 500Hz + AD AC 1000 Hz + AD AC 2000 Hz + AD AC 4000 Hz] / 4
 Tentukan derajat ketulian menggunakan klasifikasi di bawah ini :
0-25 : normal
26-40 : ringan

1
Yuliana 2016-061-086
41-55 : sedang
56-70 : sedang berat
71-90 : berat
>90 : sangat berat

Contoh interpretasi audiogram :


telinga [kiri/kanan] [normal/tuli] [jika tuli, jenis + derajat]

Penjelasan mengenai masking


Pada pemeriksaan audiometri, kadang perlu diberi masking.
Jadi, bila seseorang memiliki gangguan pendengaran berat di telinga yang satu tetapi telinga yang lainnya normal, bisa
terjadi false positive, karena, bisa aja saat pengetesan, telinga yang normal lebih dahulu mendengar nada sebelum
telinga yang tuli mendengar.
Indikasi masking :2
1. Cross hearing  AC telinga yang diperiksa > BC telinga yang tidak diperiksa. AC telinga yang diperiksa ≥40
dB for circumaural earphones ATAU ≥70 dB for insert earphones.2
Cut point = 501, 454
2. air–bone gap ≥10 dB pada telinga yang diperiksa2
Prinsip masking :
 telinga yang tidak diperiksa diberikan suara supaya tidak bisa mendeteksi bunyi yang diberikan terhadap
telinga yang diperiksa.
Ada 2 suara yang dapat dipakai :
 For pure tones, masker is narrow-band noises (white noise with frequencies above and below a center
frequency filtered out or reduced)
 For speech, stimuli masker is speechspectrum noise (white noise with frequencies above 3000 and below 300
Hz reduced by a filter)
Note : white noise (containing all frequencies in the audible spectrum at average equal amplitudes)

Anda mungkin juga menyukai