Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif dengan


membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan yang diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka (Susetyowati et al., 2010). Pembedahan dilakukan karena
beberapa alasan seperti diagnostik (biopsi, laparotomi eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor,
pengangkatan apendiks yang mengalami inflamasi), reparatif (memperbaiki luka multiplek),
rekonstruksi dan paliatif (Smeltzer & Bare, 2002). Pembedahan menurut jenisnya dibedakan
menjadi dua jenis yaitu bedah mayor dan bedah minor. Bedah mayor merupakan tindakan bedah
yang menggunakan anestesi umum/general anesthesi yang merupakan salah satu bentuk dari
pembedahan yang sering dilakukan. Indikasi yang dilakukan dengan tindakan bedah mayor antara
lain kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi, histerektomi, mastektomi, amputasi dan operasi akibat
trauma (Nadeak & Jenita, 2011).

Sebelum pembedahan dilakukan, hal yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan alat-alat
yang akan digunakan. Sebelum melakukan pembedahan pengetahuan mengenai sarana maupun
prasarana penunjang dalam pembedahan perlu dimiliki sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
penggunaan alat tersebut, karena setiap alat memiliki fungsi tertentu. Adapun hal-hal yang melatar
belakangi pembuatan paper ini adalah mengetahui tentang alat bedah minor serta untuk
memperluas pengetahuan tentang alat bedah minor.

1.2 TUJUAN dan MANFAAT

Adapun tujuan dan manfaat dari pembuatan paper berjudul Pengenalan alat bedah ini
adalah untuk mengetahui fungsi, cara penggunaan atau prosedur, dan untuk mengetahui instrumen
apa saja yang digunakan saat melakukan tindakan bedah. Sehingga dengan ini mahasiswa dapat
lebih mengerti dan memahami materi pengenalan alat bedah.
BAB II

PEMBAHASAN

Alat bedah adalah alat yang dirancang untuk digunakan untuk kegiatan pembedahan,
seperti membedah hewan, manusia, dan sebagainya. Sebelum melakukan tindakan pembedahan
pengetahuan mengenai sarana dan prasarana penunjang dalam pembedahan wajib dimegerti
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan alat tersebut, karena masing-masing alat
bedah tersebut memiliki fungsi tertentu.

Peralatan bedah minor adalah alat-alat yang dirancang untuk digunakan pada kegiatan
bedah minor. Kegiatannya hanya terbatas pada pembedahan minor saja, alatnya sederhana dan
mudah untuk dimiliki setiap orang. Alat-alat tersebut digabung pada suatu wadah dan disebut
sebagai minor surgery set. Menurut Jain (2013), berdasarkan fungsinya alat-alat bedah dibedakan
menjadi :

1. Delivery set

Delivery set adalah kumpulan alat bedahyang dirancang untuk para ahli bedah agar lebih
higienis dalam melakukan pembedahan.

2. Deletion and Curatage set

Deletion and Curatage set dirancang untuk digunakan pada pembedahan bagian organ
dalam seperti ginjal.
3. Minor Operating Set

Merupakan peralatan standar yang harus dimiliki oleh ahli bedah dengan pembedahan
yang sederhana.

4. Racheostomy

Adapun yang termasuk di dalam kelompok alat bedah minor menurut Bachsinar (1992),
antara lain adalah :

1. PISAU BEDAH
Pisau bedah (scaple) berfungsi untuk memotong jaringan, terdiri dari gagang dan mata
pisau (mess/bistouri/blade) yang dapat dibuka-pasang. Mata pisaunya terdiri dari bermacam
bentuk maupun ukuran. Mata pisau yang digunakan adalah hanya untuk sekali pakai
(dispossible use). Untuk cara penggunannya, scalpel harus dipegang sedemikian rupa sehingga
mudah dikendalikan dan pada saat yang sama, dapat digerakkan dengan leluasa.
Tangkai scalpel dipegang antara ibu jari dan jari ketiga dan keempat, sedangkan jari telunjuk
diletakkan di punggung pisau sebagai kendali (Kozol, 1999).
2. GUNTING

Pada dasarnya gunting mengkombinasikan antara mengiris dan mencukur. Mencukur


membutuhkan aksi tekanan halus yang saling bertentangan antara ibu jari dan anak jari
lainnya.Gerakan mencukur ini biasanya dilakukan oleh tangan dominan yang bersifat tidak
disadari dan berdasarkan insting. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis pada kedua lubang
gunting. Hal ini akan menyebabkan jari telunjuk menyokong instrumen pada waktu memotong
sehingga dapat memotong dengan tepat. Selain itu, penggunaan ibu jari dan jari telunjuk pada
lubang gunting biasanya pengontrolannya berkurang. Jenis-jenis gunting berdasarkan objek
kerjanya, yakni gunting jaringan (bedah), gunting benang, gunting perban dan gunting iris.

a. Gunting Jaringan (bedah)

Gunting jaringan (bedah) terdiri atas dua bentuk. Pertama, berbentuk ujung tumpul
dan berbentuk ujung bengkok. Gunting dengan ujung tumpul digunakan untuk membentuk bidang
jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat dipotong secara tajam. Pemotongan dengan
gunting ini dilakukan pada kasus lipoma atau kista. Biasanya dilakukan dengan cara mengusuri
garis batas lesi dengan gunting. Harus dipastikan kalau pemotongan dilakukan jangan melewati
batas lesi karena dapat menyebabkan kerusakan.

b. Gunting Benang (dressing scissors)

Gunting benang didesain untuk menggunting benang, berbentuk lurus dan berujung tajam.
Gunakan hanya untuk menggunting benang, tidak untuk jaringan. Gunting ini juga digunakansaat
mengangkat benang pada luka yang sudah kering dengan tehnik selipan dan sebaiknya
pemotongan benang menggunakan bagian ujung gunting. Hati-hati dalam pemotongan jahitan.

c. Gunting Perban

Gunting perban merupakan gunting berujung sudut dengan ujung yang tumpul, memiliki
kepala kecil pada ujungnya yang bermanfaat untuk memudahkan dalam memotong perban. Jenis
gunting ini terdiri atas knowles dan lister. Bagian dasar gunting ini lebih panjang dan
digunakansangat mudah dalam pemotongan perban. Ujung tumpulnya didesain untuk mencegah
kecelakaan saat remove perban dilakukan. Selain untuk membentuk dan memotong perban sesaat
sebelum menutup luka.
d. Gunting Iris

Gunting iris merupakan gunting dengan ujung yang tajam dan berukuran kecil sekitar 3-4
inchi. Biasanya digunakan dalam pembedahan ophtalmicus khususnya iris. Dalam bedah minor,
gunting iris digunakan untuk memotong benang oleh karena ujungnya yang cukup kecil
untuk menyelip saat remove benang dilakukan.

3. PINSET

Pinset (yang ujungnya lancip), digunakan untuk mengambil atau menarik bagian alat-alat
tubuh dari hewan yang dibedah, memisahkan organ yang satu dengan yang lain. Pinset ada dua
jenis, pinset anatomis (ujung dari pinset tidak mempunyai gigi, disebut juga pinset traumatis),
yang ke dua, pinset sirurgis (ujungnya mempunyai gigi dan disebut pinset atraumatis).

a. Pinset Sirugis

Penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan penjahitan luka,
memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi.

b. Pinset Anatomis

Penggunaannya adalah untuk menjepit kassa sewaktu menekan luka, menjepit jaringan
yang tipis dan lunak.
c. Pinset Splinter

Penggunaannya adalah untuk mengadaptasi tepi-tepi luka ( mencegah overlapping).

4. NEEDLE HOLDER (PEMEGANG JARUM)

Alat ini digunakan untuk memegang jarum saat menjahit luka operasi. Alat ini dilengkapi
dengan pengunci, sehingga operator tidak terlalu mengeluarkan banyak tenaga. Cara penggunaan
needle holder ini adalah: needle digenggam pada jarak 2/3 dari ujung berlubang needle,dan berada
pada ujung jepitan needle-holder. Hal ini akan memudahkan tusukan jaringan pada saat jahitan
dilakukan. Selain itu, pemegangan needle pada area dekat dengan engsel needle holder akan
menyebabkan needle menekuk. Kemudian, belokkan needle sedikit ke arah depan pada jepitan
instrumen karena akan disesuaikan dengan arah alami tangan ketika insersi dilakukan dan tangan
akan terasa lebih nyaman. Kegagalan dalam membelokkan needle ini juga akan menyebabkan
needle menekuk.
5. KLEM HEMOSTATIK (HEMOSTATIC FORCEPS)

Peralatan ini mempunyai arti penting dalam menghentikan perdarahan selama operasi.
Terdapat sejumlah variasi, sebagian besar dari alat ini bergerigi dengan susunannya yang paralel
terhadap arah bilah, sedangkan lainnya tegak lurus. Dalam dan lebar gerigi juga bervariasi.
Sebagian besar klem hemostatik menjepit dengan cukup kuat sehingga jaringan-jaringan yang
kecil dapat terjepit. Klem hemostatik juga dapat digunakan untuk membantu membuat ligasi pada
pembuluh darah kecil (Kozol, 1999).

6. BENANG

Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang absorbable
biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat pembuluh darah dan kadang
digunakan pada bedah minor. Benang non-absorbable biasanya digunakan untuk jaringan tertentu
dan harus diremove. Selain itu, benang bedah ada juga yang bersifat alami dan sintetis. Benang
tersebut dapat berupa monofilamen (Ethilon atau prolene) atau jalinan (black silk). Umumnya luka
pada bedah minor ditutup dengan menggunakan benang non-absorbable.Namun,
jahitan subkutikuler harus menggunakan jenis benang yang absorbable (Sjamsuhidajat, 2006).

a. Seide/ silk
Terbuat dari serabut-serabut sutera, terdiri dari 70% serabut protein dan 30% bahan
tambahan berupa perekat. Warnanya hitam dan putih. Bersifat tidak licin seperti sutera biasa
karena sudah dikombinasi dengan perekat. Tidak diserap tubuh. Pada penggunaan di sebelah luar
maka benang harus dibuka kembali. Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari nomor 00000 (5
nol merupakan ukuran paling kecil untuk bag bedah) hingga nomor 3 (yang merupakan ukuran
paling besar). Yang paling sering dipakai adalah nomor 00 (2 nol) dan 0 (1 nol) dan nomor satu.
Semakin besar banyak nol nya semakin kecil benangnya.
Kegunaannya adalah untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (terutama arteri
besar), sebagai teugel (kendali). Benang harus steril, sebab bila tidak akan menjadi sarang kuman
(fokus infeksi), sebab kuman terlindung di dalam jahitan benang, sedang benangnya sendiri tidak
dapat diserap tubuh.
b. Plain Catgut
Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7-10 hari, dan
warnanya putih dan kekuningan. Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 00000 (5 nol yang
merupakan ukuran paling kecil) hingga nomor 3 (merupakn ukuran yang terbesar). Sering
digunakan nomor 000 (3 nol), 00 (2 nol), 0 (1 nol), nomor 1 dan nomor 2. Kegunaannya adalah
untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan dapat pula dipergunakan untuk
menjahit kulit terutama untuk daerah longgar (perut,wajah) yang tak banyak bergerak dan luas
lukanya kecil. Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan
mengembang, bila disimpulkan 2 kali akan terbuka kembali. Plain catgut tidak boleh terendam
dalam lisol karena akan mengembang dan menjadi lunak, sehingga tidak dapat digunakan.

c. Chromic catgut
Berbeda dengan plain catgut, sebelum benang dipintal ditambahkan krom. Dengan adanya
krom ini, maka benang akn menjadi lebih keras dan kuat, serta penyerapannnya lebih lama, yaitu
20-40 hari. Warnanya coklat dan kebiruan. Benang ini tersedia dalam ukuran 000 (3 nol
merupakan ukuran yang paling kecil) hingga nomor 3. Penggunaannya pada penjahitan luka yang
dianggap belum merapat dalam waktu sepuluh hari, untuk menjahit tendo pada penderita yang
tidak kooperatif dan bila mobilisasi harus segera dilakukan.

d. Nilon (Dafilon,monosof,dermalonEthilon)
Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan
jarum jahit) dan terbuat dari nilon, leboh kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh, dan
tidak menimbilkan iritasi pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
Warnanya biru hitam. Tersedia dalam ukuran 10 nol hingga 1 nol. Penggunanan pada bedah
plastik, ukuran yang lebih besar sering digunakan kulit, nomor yang kecil dipakai pada bedah
mata.

e. Ethibond
Merupakan benang sintetis (terbuat dari polytetra methylene adipate). Tersedia dalam
kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi terhadap tubuh minumum, tidak diserap, dan
warnanya hijau dan putih. Ukurannya dari 7 nol sampai nomor 2. Penggunaannya pada bedah
kardiovaskular dan urologi.

f. Vitalene/Prolene/surgilen
Merupakan benang sintetis (terbuat dari polimer profilen). Sangat kuat dan lembut, tidak
diserap, warna biru. Tersedia dalam kemasan atraumatis. Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1.
Digunakan pada bedah mikro, terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, bedah
plastik, cocok pula untuk menjahit kulit.

g. Poli Glicolic Acid (seperti Polisorb,Dexon,Vicryl)


Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis. Diserap oleh tubuh, dan tidak
menimbulkan reaksi pada jaringan tubuh. Dalam subkutis bertahan selam tiga minggu, dalam otot
bertahan selam 3 bulan. Benang ini sangat lembut dan warnanya ungu.
Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Penggunaan pada bedah mata, orthopedi, urologi dan bedah
plastik.
h. Supramid
Merupakan benang sintetis, dalam kemasan atraumatis. Berdsifat kuat, lembut fleksibel,
reaksi tubu minimum dan tidak diserap. Warnanya hitam putih. Digunakan untuk menjahit kutis
dan subkutis.

i. Linen (catoon)
Dibuat dengan serat kapas alam dengan jalan pemintalan. Bersifat lembut, cukup kuat dan
mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum, berwarna putih.
Tersedia dalam ukuran 4 nol hingga 1 nol. Digunakan untuk menjahit usus dan kulit, terutama
kulit wajah.

j. Steel wire
Merupakan benang logam yang terbuat dari polifilamen baja tahn karat. Sangat kuat, tidak
korosif, dan reaksi terhadap tubuh minimum. Mudah disimpul. Warna putih metalik. Terdapat
dalam kemasan atraumatis dan kemasan biasa. Ukurannya dari 6 nol hingga nomor 2. Untuk
menjahit tendon.

7. NEEDLE (JARUM)
Saat ini bentuk needle bedah yang digunakan oleh sebagian besar orang adalah jenis
atraumatik yang terdiri atas sebuah lubang pada ujungnya yang merupakan tempat insersi benang.
Benang akan mengikuti jalur needle tanpa menimbulkan kerusakan jaringan (trauma). Pada needle
model lama memiliki mata dan loop pada benangnya sehingga dapat menimbulkan trauma. Needle
memiliki bagian dasar yang sama, meskipun bentuknya beragam. Setiap bagian memiliki ujung,
yakni bagian body dan bagian lubang tempat insersi benang. Sebagian besar needle berbentuk
kurva dengan ukuran ¼, 5/8, ½ dan 3/8 lingkaran. Hal ini menyebabkan needle memiliki range
untuk bertemu dengan jahitan lainnya yang dibutuhkan. Ada juga bentuk needle yang lurus namun
jarang digunakanpada bedah minor. Needle yang berbentuk setengah lingkaran datar digunakan
untuk memudahkanpenggunaannya dengan needle holder
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Alat bedah adalah alat yang dirancang untuk digunakan untuk kegiatan pembedahan,
seperti membedah hewan, manusia, dan sebagainya. Berdasarkan fungsinya alat-alat bedah
dibedakan menjadi delivery set, deletion and curatage set, minor operating set, dan racheostomy.
Minor set (minor operating set) adalah alat-alat yang dirancang untuk digunakan pada kegiatan
bedah minor. Biasanya terdiri dari alat yang sederhana seperti pisau bedah, gunting bedah, pinset
(Tissue forceps), klem, Needle holder, needle, dan benang,
DAFTAR PUSTAKA

Karakata, S, Bachsinar. 1992. Bedah Minor. Jakarta : Hipokrates.

Kozol, Robert A., Farmer, Diana L., Tennenberg, Steven D., Mulligan, Michael., 1999.
Instruments and Sutures. In: Surgical Pearls. Philadelphia: F.A. Davis Company, 8-12.

R.K Arya, Jain Vijay. 2013. Journal, Indian Academy of Clinical Medicine l Vol. 14, No. 2l
April-June, 2013.

Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai