Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I

PERCOBAAN V

PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS TETRA AMIN TEMBAGA (II)


SULFAT MONOHIDRAT Cu(NH₃)₄SO4.H₂O DAN GARAM RANGKAP
AMMONIUM TEMBAGA (II) SULFAT HEKSAHIDRAT
Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

OLEH :

NAMA : MUHAMMAD YAMIN

STAMBUK : F1C1 18 086

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN : FERDY ICHSAN IMADUDDIN

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Senyawa kompleks dari logam-logam tanah cenderung bersifat tidak stabil

dan ligan-ligan yang ada cenderung disubtitusi oleh molekul-molekul air dan

udara. Sintesis senyawa kompleks tersebut biasanya dilakukan dalam tabung

schlenk di bawah lindungan gas argon. Isolasi uap air yang tidak sempurna

cendrung memberikan senyawa kompleks yang terkoordinasi oleh molekul-

molekul air. Senyawa kompleks dari garam-garam logam alkali tanah dengan

ligan-ligan yang merupakan basa nitrogen menghasilkan kompleks dengan

bilangan koordinasi 4 sampai 10 dengan berbagai bentuk struktur.

Garam rangkap adalah garam yang dalam kisi kristalnya mengandung dua

kation yang berbeda dengan proporsi tertentu. Garam rangkap biasanya lebih

mudah membentuk kristal besar dibandingkan dengan garam-garam tunggal

penyusunya. Contoh kristal garam rangkap adalah garam Mohr. Kombinasi antara

ammonium besi (II) sulfat, ammonium cobalt (II) sulfat dan ammonium nikel

sulfat. Ketiga garam diatas memiliki ion ammonium dan sulfat, tapi dengan atom

pusat yang berbeda. Secara umum garam mohr berbentuk kristal berwarna hijau

muda, garam mohr mempunyai rumus (NH4)2SO4.[Fe(H2O)6]SO4. Apabila

dibandingkan dengan garam besi (II) sulfida atau besi (II) klorida, kristal garam

mohr ini lebih stabil di udara. Selain itu besi (II) sulfat dengan garam sulfat dari

alkali dapat membentuk garam rangkap dengan rumus MgFe(SO4).6H2O ataupun

dengan logam alkali lain seperti K, Rb, Cs atau NH4.


Sifat yang dimiliki senyawa kompleks tembaga pada umumnya berinteraksi

dengan bidang magnet, jadi bersifat paramagnetik. Hal ini disebabkan karena

atom pusat Cu2+ memiliki orbital e- d (3dz) yang hanya dimiliki satu elektron yang

menyebabkan molekulnya terpengaruh terhadap medan magnet. Berdasarkan

latar belakang maka dilakukan percobaan pembuatan garam kompleks dan garam

rangkap.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan Pembuatan Garam Kompleks Tetra

Amin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat Cu(NH₃)₄SO4.H₂O dan Garam Rangkap

Ammonium Tembaga (II) Sulfat Heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O adalah

bagaimana gambaran tentang proses pembuatan garam kompleks tetra amin

tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH₃)₄SO4.H₂O dan garam rangkap ammonium

tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O ?

C. Tujuan

Tujuan dilakukan percobaan Pembuatan Garam Kompleks Tetra Amin

Tembaga (II) Sulfat Monohidrat Cu(NH₃)₄SO4.H₂O dan Garam Rangkap

Ammonium Tembaga (II) Sulfat Heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O adalah untuk

memberi gambaran tentang proses pembuatan garam kompleks tetra amin

tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH₃)₄SO4.H₂O dan garam rangkap ammonium

tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O.


D. Manfaat

Manfaat yang ingin dicapai pada percobaan Pembuatan Garam Kompleks

Tetra Amin Tembaga (II) Sulfat Monohidrat Cu(NH₃)₄SO4.H₂O dan Garam

Rangkap Ammonium Tembaga (II) Sulfat Heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

adalah dapat memberi gambaran tentang proses pembuatan garam kompleks tetra

amin tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH₃)₄SO4.H₂O dan garam rangkap

ammonium tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Garam

Garam yang diproduksi di Indonesia memiliki kualitas rata-rata

mengandung 85-90% NaCl. Berdasarkan kualitas garam yang dihasilkan dan

kebutuhan garam untuk konsumsi garam manusia dan garam industri, suatu

proses diperlukan untuk garam yang diproduksi untuk memenuhi

persyaratan. Ada beberapa metode untuk meningkatkan kualitas garam termasuk

metode fisik dan kimia, metode fisik adalah metode untuk meningkatkan kualitas

garam tanpa penambahan bahan kimia seperti metode hidro-ekstraksi dan

penguapan (re kristalisasi), dan metode kimia yaitu ditambahkan bahan kimia

seperti natrium karbonat (Na2CO3), natrium hidroksida (NaOH), barium klorida

(BaCl2), kalsium hidroksida (Ca(OH)2), kalsium klorida (CaCl2) dan lainnya

(Sumada dkk, 2017).

B. Senyawa Kompleks

Senyawa kompleks sangat penting dalam kimia bioanorganik. Selama

dekade terakhir terbentuk kesadaran tentang pentingnya berbagai logam dan non

elemen logam dalam sistem biologis. Beberapa 25 elemen yang saat ini ada

penting bagi kehidupan, sepuluh dapat diklasifikasikan sebagai jejak ion logam;

Fe, Cu, Zn, Mn, Co, Cr, Sn, V dan Ni dan empat sebagai ion logam curah; Na, K,

Mg dan Ca. Selain itu ada beberapa bukti sementara bahwa Cd dan Pb mungkin

diperlukan pada level yang sangat rendah (Ullah dkk., 2013).


C. Senyawa Koordinasi

Senyawa koordinasi menawarkan fleksibilitas tinggi untuk desain obat;

memang, selain sifat logam dan tingkat oksidasi, berbagai geometri dan bilangan

koordinasi dapat diadopsi oleh ion logam, yang memungkinkan reaktivitas

kimianya melalui penyesuaian kinetik (tingkat pertukaran ligan) dan / atau

termodinamika (logam, kekuatan ikatan ligan, potensi redoks, dll.) Parameter.

Ligan juga dapat terlibat dalam aktivitas biologis yang diamati melalui

keikutsertaannya dalam aktivitas cyto-toksik dari setiap ligan yang dilepaskan atau

proses redoks yang berpusat pada ligan (Grau dkk, 2018).

D. Terusi (CuSO4.5H2O)

Tembaga sulfat digunakan sebagai algaecide dan fungisida dalam

budidaya dan pertanian. Sebagai contoh, tembaga sulfat merupakan pengobatan

yang efektif bagi lumut di tambak udang. Dalam industry akuakultur, tembaga

sulfat digunakan sebagai bahan kimia terapi untuk berbagai infeksi ektroparasit

dan bakteri. Hal ini mengurangi kejadian parasit ikan seperti protozoa, trematoda,

jamur eksternal dan bakteri. Para ilmuwan telah membuktikan tembaga sulfat

pentahidrat beracun daripada pengawet untuk banyak ikan hias dan komersial

bernilai tinggi (Kirici dkk, 2017).


E. Etanol (C2H5OH)

Etanol adalah substrat untuk sintesis kimia asam lemak etil ester (FAEE)

selama penyimpanan minyak zaitun murni yang isinya diatur secara resmi.

Mengingat dampak yang mungkin dimiliki kandungan etanol pada komersialisasi

minyak zaitun, tingkat metabolit ini telah dipelajari dalam serangkaian genotipe

zaitun yang mewakili keanekaragaman yang tersedia dalam zaitun (Olea

europaea). Kadar etanol substansial telah ditemukan dalam minyak dari semua

genotipyang diteliti. Etanol adalah komponen yang secara alami hadir dalam

masalah buah zaitun dan, akibatnya. Terjadinya etanol pada tanamanumumnya

dikaitkan dengan adaptasi terhadap kekurangan oksigen (Vico dkk, 2018).

F. Amonia (NH3)

Amonia adalah senyawa gas yang sangat larut dalam air, tidak berwarna

dengan bau yang tajam, dan ambang batas bau berkisar antara 0,05 hingga 2,6

ppm. Amonia digunakan dalam industri pertanian, tekstil dan fermentasi, operasi

pendinginan, pupuk dan dalam produksi plastik dan bahan peledak. Amonia

adalah agen korosif dan paparan kulit terhadap bahan kimia ini dikaitkan dengan

luka bakar dan lepuh yang parah. Selain itu, radang dingin dapat terjadi setelah

paparan kulit. Efek utama dari paparan akut amonia adalah iritasi oronasal dan

bronkial, obstruksi jalan napas, dan edema paru (Neghab dkk, 2018).

G. Amonium Sulfat (NH4NO3)

Amonium di atmosfer ditemukan dalam bentuk amonium sulfat, amonium

nitrat [NH4NO3] dan amonium hidrogen sulfat [(NH4) HSO4]. Konsentrasi spesies

seperti (NH4) HSO4 dan NH4NO3 sangat rendah dibandingkan dengan (NH4)
2SO4. Di atmosfer, sebagian besar proporsi amonium dikaitkan dengan sulfat

yang membentuk amonium sulfat. Tiwari et al telah mengamati korelasi kuat

antara konsentrasi ion amonium dan sulfat di Delhi. Oleh karena itu, mereka telah

mempertimbangkan bahwa sebagian besar dari 2SO4 hadir sebagai (NH4) 2SO4

dalam partikel aerosol. Amonium dan sulfat keduanya memberikan puncak

karakteristik yang mudah diidentifikasi (Goel dkk, 2018).

H. Kristalisasi

Kristalisasi adalah teknik pemisahan zat padat-cair kimia. Dalam hal ini,

terjadi perpindahan massa zat terlarut dari larutan cair ke fase kristal padat murni.

Untuk kristalisasi, jenuh dan suhu adalah dua faktor penting. Kristalisasi

menemukan aplikasi utama dalam industri makanan dan farmasi. Produksi wafer

silikon kristal, garam bubuk untuk makanan, produksi sukrosa dari bit gula adalah

beberapa aplikasi industri. Banyak peneliti telah melakukan penelitian tentang

ukuran kristal, pertumbuhan dan struktur, faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan kristal dan aspek penting lainnya dari kristalisasi (Kulkarni 2015).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat

monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O dilakukan pada hari Rabu 25 September 2019

pada pukul 13:00-15:30 WITA, bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan pembuatan garam kompleks tetra

amin tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O adalah CuSO4.5H2O

adalah gelas kimia 250 mL, gelas ukur 100 mL, corong, spatula, pipet tetes,

neraca analitik, dan batang pengaduk.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan pembuatan garam kompleks tetra

amin tembaga (II) sulfat monohidrat Cu(NH3)4SO4.H2O adalah CuSO4.5H2O

adalah terusi (CuSO4.5H2O), akuades (H2O), amonia (NH3), ammonium sulfat

(NH4)2SO4, kertas saring, aluminium foil, etanol (C2H5OH) dan es batu.


C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O:

 Timbang 7,5 gram CuSO4.5H2O (terusi)

 Larutkan dengan campuran 11,3 ml ammonia pekat dan 7,5 ml

akuades

 Setelah itu tambahkan perlahan-lahan 11,3 ml etanol dan

dinginkan dengan es batu

 Kemudian setelah terbentuk kristal, saring dengan kertas

whatmann

 Keringkan kristal pada suhu kamar.

2. Pembuatan garam rangkap Cu(SO4)2(NH4)2SO4.6H2O:

 Timbang 10 gram CuSO4.5H2O (terusi)

 Larutkan dengan akuades dan tambahkan 6 gram ammonium

sulfat, aduklah sambil dipanaskan

 Uapkan larutan sampai volumenya 20 ml, lalu dinginkan dan

biarkan paa suhu kamar sampai terbentuk Kristal

 Timbang kristal yang terbentuk

 Hitung rendamennya.
IV. PEMBAHASAN

Garam merupakan senyawa yang umumnya merupakan hasil reaksi asam

dan basa yang dapat bersifat asam, basa, ataupun netral. Larutan garam dapat

menghantarkan listrik. Garam-garam kuat akan menunjukkan daya hantar listrik

yang lebih tinggi daripada garam-garam lemah. Garam-garam kuat merupakan

klorida dari logam alkali dan alkali tanah, sedang klorida dari aluminium, raksa

kadmium, dan berilium adalah garam lemah. Garam kompleks berlainan dengan

garam rangkap. Senyawa atau garam kompleks merupakan senyawa yang

terbentuk karena penggabungan dua atau lebih senyawa sederhana, yang masing-

masingnya dapat berdiri sendiri, sedangkan garam rangkap dalam larutan akan

terionisasi menjadi ion-ion komponennya. Garam kompleks merupakan garam-

garam yang mengandung ion-ion kompleks dalam larutan.

Percobaan pembuatan garam kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat.

CuSO4.5H2O yang di larutkan dengan ammonia dan akuades yang menghasilkan

warna biru tua, ammonia pekat bertindak sebagai ligan yang akan menggantikan

ligan akuades (H2O). Ligan NH3 lebih kuat dari pada H2O sehingga akan lebih

mudah bagi NH3 untuk menggantikan H2O. Penambahan etanol bertujuan untuk

mengikat molekul air yang terdapat dalam larutan yang mungkin dapat

mengganggu proses pengendapan. Dalam penambahan etanol, larutan tersebut di

simpan pada wadah yang di dalamnya terdapat es batu, pembentukan kristal Cu

membutuhkan waktu yang lama untuk penggantian ligan-ligannya. Senyawa


kompleks yang membutuhkan waktu yang lama dalam penggantian ligan-ligannya

disebut senyawa kompleks lembam.

Larutan yang dihasilkan berwarna biru dengan adanya endapan. Endapan

yang terbentuk disaring dengan kertas saring dan di keringkan, proses

pengeringan ini bertujuan agar terbebas dari filtratnya. Sehingga berat yang di

dapatkan sebesar 8.6 gram, dengan persen rendamen sebesar 118,07%, kristal

yang dihasilkan berwarna biru keunguan yang merupakan kristal dari senyawa

kompleks tetra amin tembaga (II) sulfat.

Pengamatan selanjutanya yaitu pembuatan garam rangkap ammonium

tembaga (II) sulfat heksahidrat Cu(SO4)2(NH4)2SO4.H2O.6H2O. Ammonium

tembaga (II) sulfat heksahidrat direaksiakan dengan air bertujuan agar terusi lebih

mudah bereaksi dengan ligan dan menghasilkan larutan berwarna biru muda,

selanjutnya sampel ditambahkan dengan ammonium sulfat sehingga larutan

berubah menjadi biru tua, kemudian diaduk sambil dipanaskan di lemari asam.

Pemanasan larutan berfungsi agar kelarutan zat suatu senyawa bertambah. Setelah

itu, larutan didinginkan di dalam wadah yang berisi akuades dan es batu dengan

tujuan untuk menurunkan suhu sehingga kelarutan berkurang dan terbentuk

endapan. Endapan yang diperoleh disaring untuk memisahkan filtrat dan residu.

Residu yang dihasilkan kemudian didiamkan selama 24 jam, agar kadar airnya

habis. Sedangkan filtartnya diabaikan saja. Berdasarkan hasil dan pengamatan

maka diperoleh berat kristal 12,529 gram dan persen rendamennya 78,4 %.
KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa garam kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O dapat diperoleh

dengan cara mereaksikan terusi (CuSO4.5H2O) dengan larutan NH3, akuades dan

etanol. Berat garam kompleks yang diperoleh adalah 8,6 gram dengan persen

rendamen sebesar 118,07%. Sedangkan pembuatan garam rangkap

Cu(SO4)2(NH4)2SO4.6H2O dapat dibuat dengan cara mereaksikan terusi, akuades

dan ammonium sulfat berat garam rangkap yang diperoleh adalah 12,5 gram

dengan persen rendamen 78,4%.


DAFTAR PUSTAKA

Goel V., Mishra S.K., Sharma C., Sarangi B., Anggarwal S.G., Agnihotri R., and
Kotnala R.K, 2018, A Non-Descrutive FTIR Method for the
Determination of Ammonium and Sulfate in Urban PM2.5 Samples,
Journal of Metrology Society of India, doi.org/10.1007/s12647-018-
0253-9

Grau J., Critina R., Ana B.C., Amparo C., Marta P., Julia L. and Patrick G, 2018,
Evaluation of the Metal-Dependent Cytotoxic Behaviour of
Coordination Compounds, Journal Dalton Transaction,
Doi://10.1039/c7dt04604a

Kirici, M.,Turk C. and Caglayan C, 2017, Toxic Effects of Copper


SulphatePentahydrate On Antioxidant Enzyme Activities and Lipid
Peroxidation of Freshwater Fish CapoetaUmbla (Heckel, 1843) Tissues,
Journal Applied Ecology and Enviromental Research,15(3).

Kulkarni,S.J, 2015, A Review on Studies Research on Crystalization,


International Journal of Research and Review, 2(10).

Neghab M., Ahmad M., FatemehK.S.,Mehdi J., Maryam Z. and Saeed Y, 2018,
VentilatoryDisordes Associated with Occupational Inhalation Exposure
to Nitrogen Trihydride (Ammonia), Jurnal Industrial Health, 56

Sumada K., Dewati R., and Suprihatin, 2017, Improvement of Seawater Salt
Quality By Hydro-Extraction and Re-Crystalization Methods,
International Join Conference on Science and
Technology,Doi:https://doi.10.1088/1742-6596/953/1/012214

Ullah, M.R., Tania N., and Hossain A, 2013, The Influence of a New-Synthesized
Complex Compounds of Co(II), Zn(II) and Cd(II) Containing a Ligand
Having TetraoxotetrahydrazinMoiey On Some Pathogenic Bacteria,
International Journal of Chemical Studies, 1(2).

Vico L.G., Angjelina B., Lorenzo L., Rauldela R., Carlos S., and Ana G.P, 2018,
A Survey of Ethanol Content in Virgin Olive Oil, Journal Food
Control, Doi:10.1016/j.foodcont.2018.04.006
LAMPIRAN I

Prsedur kerja

A. Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4.5H2O

Cu(NH3)4SO4.5H2O

- ditimbang 7,5 g Cu(NH3)4SO4.5H2O


- dilarutkan 11,3 mL ammonia pekat dan 7,5
akuades
- ditambahkan 11,3 etanol secara perlahan-lahan
- didinginkan dengan es batu
- terbentuk kristal
Berbentuk kristal Filtrat

- disaring
- dikeringkan
- ditimbang

Rendamen = 118,07 %

Berat kristal = 8,696 g


B. Pembuautan Garam Rangkap Cu(SO4)2(NH4)2SO4.H2O.6H2O

Cu(SO4)2(NH4)2SO4.H2O.6H2O

- ditimbang 10 g Cu(SO4)2(NH4)2SO4.H2O.6H2O
- dimasukkan ke dalam gelas piala
- dilarutkan dengan akuades dan ditambahkan 6 g
ammonium sulfat, diaduk dan dipanaskan
- diuapkan larutan sampai volume 20 mL
- didinginkan dengan es batu
- terbentuk kristal
Terbentuk kristal Filtrat

- disaring
- dikeringkan
- ditimbang

Rendamen =78,4 %

Berat kristal = 12,529 g


Lampiran 2. Data PengamatandanAnalisis Data

A. Data Pengamatan

1. Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4.H2O

No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

7,5 gram terusi + 7,5 mL menghasilkan warna


1.
akuades + 11,3 mL amonia biru

Ditambahkan etanol 15 mL +
2. terbentuk kristal
es batu

3. Kristal dijemur Menjadi padatan biru

4. Warna Biru

5. Bentuk Padatan
6. Berat 8,696 gram

2. Pembuatan Garam Rangkap Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

No Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

10 gram terusi + 30 ml
Larutan berwarna
1. akuades + 6 gram amonia
biru
sulfat dipanaskan

2. Larutan didiamkan 1 hari Terbentuk kristal

3. Warna kristal Biru muda

4. Bentuk Seperti garam kasar


5. Berat 12,529 gram
LAMPIRAN III

Analisis Data

A. Pembuatan Garam Kompleks

1. Perhitungan

Massa CuSO4.5H2O = 7,5 g

Berat molekul CuSO4.5H2O = 249,603 g/mol

Volume ammonia (NH3) = 11,3 mL

Konsentrasi ammonia = 15 M

Massa Kristal Cu(NH3)4SO4.H 2O = 8,696 g

Massa Kristal secara teoritis :


massa
n CuSO4.5H2O =
Mr

7,5 g
=
249,603 g/mol

= 0,03 mol

n NH3 = M . V

= 15 M . 11,3 mL

= 15 M . 0,0113 L

= 0,17 mol
CuSO4.5H2O + 4NH3 Cu(NH3)4SO4 + 5H2O

Mula-mula : 0,03 mol 0,17 mol - -

Bereaksi : 0,03 mol 0,12 mol 0,03 mol 0,12 mol

Setimbang : - 0,005 mol 0,03 mol 0,12 mol

Massa Cu(NH3)4SO4.H2O = mol × Mr

g
= 0,03mol × 245, 5
mol

= 7,365 g

berat garam secara praktek


Rendamen = .100%
berat garam secara teori

8,696 𝑔
= .100%
7,365 g

= 118,07 %

B. Pembuatan Garam Rangkap

1. Perhitungan

Massa Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O = 10 g

Berat molekul CuSO4.5H2O = 249,603 g/mol

Volume ammonia (NH4)2SO4 = 20 mL

Konsentrasi ammonia = 15 M

Massa ammonium sulfat = 6g

Massa Kristal Cu(NH3)4SO4.H2O = 12,529 g


Massa Kristal secara teoritis :
massa
n CuSO4.5H2O = Mr

10 g
=
249,603 g/mol

= 0,040 mol
massa
n (NH4)2SO4 =
Mr

6g
= 132,076 g/mo

= 0,0454 mol

CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

Mula-mula : 0,040 mol 0,0454 mol -

Bereaksi : 0,040 mol 0,040 mol 0,040 mol

Setimbang : - 0,0054 mol 0,040 mol

Massa Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O = mol × Mr

g
= 0,040 mol . 399,5 mol

= 15,98 g

berat garam secara praktek


Rendamen = .100%
berat garam secara teori

12,529 g
= .100%
15,98 g

= 78,40 %
C. Reaksi yang Terjadi

CuSO4.5H2O + 4NH3 Cu(NH3)4SO4 + 5H2O

CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + H2O Cu(SO4)2(NH4)2.6H2O

Anda mungkin juga menyukai