Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL

“SPONDYLOSIS LUMBALIS”
Kelompok 3

Disusun Oleh :

Ketua : Evarehulina Simarsoit (14000008)

Sekretaris : Grand April A. Daeli (14000034)

Anggota : Grasianus R. Hia (14000033)

Timothy S. Sianturi (14000004)

Ernes C.W. Gulo (14000031)

Widya G. Simanjuntak (1400006)

Dina R. Simanjuntak (14000035)

Hermina S. Limbong (14000011)

Nancy N. Sihotang (14000022)

Elsa C. Pelawi (14000021)

Medan

1
Pemicu
Seorang ibu bernama HZ berusia 47 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri
punggung bawah menjalar ke tungkai. Awalnya pasien merasakan nyeri pada pingang,
kemudian pasien datang ke tukang urut. Keesokan harinya pasien merasakan nyeri menjalar
ke tungkai kanan bawah. Nyeri timbul tiba-tiba, terasa seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk.
Nyeri punggung bawah menjalar ke sisi luar tungkai kanan hingga ke ibu jari kaki. Nyeri
bertambah jika pasien bangkit dari posisi tidur atau duduk, saat batuk dan mengejan. Nyeri
berkurang saat pasien tidur dengan memiringkan badan ke sisi yang tidak sakit. Pasien
merasakan sedikit kebas pada tungkai kanannya. Kelemahan anggota gerak tidak ada. BAB
dan BAK biasa. Demam tidak ada. Penurunan berat badan tidak ada. Pasien bekerja sebagai
asisten rumah tangga selama 10 tahun terakhir.

More info
Riwayat trauma tidak dijumpai. Pemeriksaan penunjang laboratorium dalam batas
normal. Pemeriksaan radiologi foto lumbosakral menunjukkan gambaran penipisan pada
discus invertebralis lumbal 2,3 dengan osteofit.

Unfamiliar Terms
Osteofit :

Masalah
Nyeri punggung bawah menjalar ke tungkai kanan yang nyerinya terasa berdenyut
dan seperti ditusuk-tusuk.

2
Analisa Masalah

Faktor Luar: Faktor Dalam:

Usia, jenis kelamin, dan aktivitas Gen dan hormon

Gangguan Pada tulang:

Degeneratif tulang dan Perubahan


struktur anatomis tulang

Gangguan sirkulasi darah


dan persyarafan

Nyeri

Hipotesa
Spondylosis lumbalis.

Learning Issue
1. Anatomi dan fisiologis columna vertebralis
2. Persyarafan daerah lumbalis dan sakralis, sampai ke ekstremitas kanan bawah
3. Klasifikasi Nyeri Punggung dan Faktor Resiko Terkena Nyeri Punggung Bawah
4. Definisi, Etiologi, Faktor Resiko, Epidemiologi Spondylosis Lumbalis
5. Patofisiologi serta mekanisme terjadinya nyeri
6. Diagnosis banding Spondylosis Lumbalis
7. Pemeriksaan tambahan
8. Penatalaksanaan dan pencegahan
9. Komplikasi dan prognosis

3
Pembahasan
1. Anatomi dan fisiologi columna vertebralis
Columna vertebralis pada orang dewasa secara khas terdiri dari 33 vertebra yang
tersusun dalam lima regio: 7 vertebra cervicales, 12 vertebra thoracicae, 5 vertebra lumbales,
5 vertebra lumbales, 4 vertebra coccygeae. Persendian pada columna vertebralis:1

 Persendian pada corpus vertebra


 Persendian pada arcus vertebra
 Articulatio atlanto-occipitalis (atlantoaksial dan atlanto-oksipital)
 Articulatio costovertebralis
 Articulatio sacroiliaca

Fisiologi columna vertebralis

 Melindungi medulla spinalis dan nervi spinales.


 Menopang berta tubuh di sebelah superior terhadap pelvis.
 Memberikan aksis fleksibel dan kaku sebagian untuk tubuh dan dasar yang diperluas
untuk tempat kepala dan pusat perputaran.
 Berperan penting pada postur dan lokomosi (gerakan dari satu tempat ke tempat lain).

4
2. Persarafan daerah Lumbalis dan Sakralis, Sampai ke Ekstremitas
bawah kanan

a. Nervus pada Columna Vertebralis

Columna Vertebralis di Inervasi oleh Ramus meningeus (recurrens) nervi spinalis .


Percabangan yang jarang dideskripsikan atau dilukiskan ini merupakan satu-satunya
percabangan yang berasal dari campuran nervus spinalis, tepat setelah terbentuk dan sebelum
bercabang menjadi ramus anterior segera setelah pembentukannya. Dua sampai empat cabang
halus tersebut timbul pada setiap sisi pada semua tinggi vertebral. Dekat dengan asalnya,
cabang meningeus griseus didekatnya. Seiring keluarnya nervi spinales dari foramina IV,
sebagian besar cabang meningeal berjalan kembali melalui foramina kedalam canalis
vertebralis ( oleh karena itu istilah penggantinya rekuren ). Namun, beberapa cabang tetap
diluar canalis dan tersebar ke aspek anterolateral corpus vertebrae dan discus IV. Cabang-
cabang tersebut menyuplai periosteum dan terutama annuli fibrosi dan ligamentum
longitudinalis anterior. Di dalam canalis vertebralis, cabang transversa, ascendens, dan
descenden mendistribusikan serat saraf ke :

 periosteum ( yang melapisi permukaan corpus vertebrae posterior, pediculus, dan


lamina ).
 Ligamenta flava.
 Anuli fibrosis aspek posterior dan posterolateral discus IV.
 Ligamentum longitudinalis posterior.
 Dura mater spinal.
 Pembuluh darah di dalam canalis vertebralis.

Serat saraf ke periosteum, annuli fibrosi dan ligament-ligamen mempersarafi reseptor


nyeri; serat saraf yang ke annuli fibrosi dan ligament juga mempersarafi reseptor-reseptor
untuk propriosepsi ( sensasi posisi sesuatu ). Serat simpatis ke pembuluh darah merangsang
vasokonstriksi.

b. Persarafan pada regio Lumbalis dan sakralis

Persarafan lumbal

- Plexus Lumbalis :
Nervus clunium superior (L1-L3) : mempersarafi kulit bokong superior sejauh
tuberculum crista iliaca.
Nervus Clunium media (S1-S3) : mempersarafi kulit pada sacrum dan area yang
berdekatan dengan bokong.
Nervus Clunium inferior (S2-S3) : mempersarafi kulit separuh inferior bokong
sejauh trochanter major.

5
Persarafan Sakralis

- Plexus Sakralis :
Nervus Ischiadicus (L4-S3) : tidak mempersarafi otot bagian gluteus, mempersarafi
semua otot kompartemen posterior paha.
Nervus Cutaneus femoris posterior (L4-S3) : mempersarafi kulit separuh bokong,
kulit paha posterior dan fossa popliteal, dan kulit perineum lateral dan paha media
atas.
Nervus gluteus superior (L4-S1) : mempersarafi M.gluteus medius,M.gluteus
minimus dan tensor fasciae latae.
Nervus Gluteus inferior ( L5-S2) : mempersarafi M.gluteus maximus.
Nervus Musculi quadrati femoris (L4-S1) :mempersarafi articulation
coxae,M.gemellus inferior dan M.quadratus femoris.
Nervus pudendus (S2-S4) :tidak mempersarafi struktur region paha posterior dan
region gluteus.
Nervus musculi interni (L5-S2) : mempersarafi M.gemellus superior dan
M.obturatorius internus.

Persarafan ekstremitas inferior kanan

Nervus genitofemoralis (L1-L2) : mempersarafi kulit pada trigonum femoris lateralis;


ramus genitalis mempersarafi scrotum anterior atau labia majora.

Nervus cutaneous lateralis femoris (L2-L3) : mempersarafi kulit pada aspek anterior
dan lateral paha

Ramus Cutaneus nervus obturatorius (L2-L4) : mempersarafi kulit aspek anterior dan
medial paha

ramus cutaneous anterior (L2-L4) : mempersarafi kulit bagian tengah paha medial

Nervus ischiadicus : - nervus fibularis superficialis dan profunda

- nervus plantaris medial dan lateral

nervus fibularis superficial (L4-S1) : kulit pada tungkai anterolateral dan dorsum pedis,
kecuali selaput di antara ibu jari kaki dan jari II.

nervus fibularis profunda (L5) :kulit selaput di antara ibu jari kaki dan jari II.

nervus plantaris medialis (L4-L5) : kulit pada sisi medial telapak tangan dan samping,
aspek plantar, dan bantalan kuku 3 ½ jari kaki medial.

Nervus plantaris lateralis (S1-S2) : Kulit pada sisi lateral telapak kaki dan samping,
aspek plantar, dan bantalan kuku 1 ½ jari kaki lateral.

6
3. Klasifikasi Nyeri Punggung dan Faktor Resiko Terkena Nyeri
Punggung Bawah

a. Nyeri punggung dapat dibagi berdasarkan penyebabnya, yaitu (4):3

 Nyeri lokal, yang disebabkan oleh regangan struktur yang sensitive terhadap nyeri
yang menekan atau mengiritasi ujung saraf sensoris. Lokasi nyeri dekat dengan
bagian punggung yang sakit.
 Nyeri alih ke bagian punggung, dapat ditimbulkan oleh bagian visceral abdomen atau
pelvis. Nyeri ini biasanya digambarkan sebagai nyeri abdomen atau pelvis tetapi
dibarengi dengan nyeri punggung dan biasanya tidak terpengaruh dengan posisi tubuh
tertentu. Pasien dapat juga mempermasalahkan nyeri punggungnya saja.
 Nyeri yang berasal dari tulang belakang, dapat timbul dari punggung atau dialihkan
ke bagian bokong atau tungkai. Penyakit yang melibatkan tulang belakang lumbal
bagian atas dapat menimbulkan nyeri alih ke regio lumbal, pangkal paha, atau paha
bagian atas. Penyakit yang melibatkan tulang belakang lumbal bagian bawah dapat
menimbulkan nyeri alih ke bagian bokong, paha bagian belakang, atau betis dan
tungkai (jarang).
 Nyeri punggung radikular biasanya bersifat tajam dan menyebar dari tulang punggung
region lumbal sampai tungkai sesuai daerah perjalanan radix saraf. Batuk, bersin,
atau kontraksi volunteer dari otot abdomen (mengangkat barang berat atau pada saat
mengejan) dapat menimbulkan nyeri yang menyebar. Rasa nyeri dapat bertambah
buruk dalam posisi yang dapat meregangkan saraf dan radix saraf. Saraf femoral
(radix L2, L3, dan L4) melewati paha bagian depan dan tidak akan teregang dengan
posisi duduk.
 Nyeri yang berhubungan dengan spasme otot, walaupun tak jelas, biasanya dikaitkan
dengan banyak gangguan tulang belakang. Spasme otot biasanya dikaitkan dengan
postur abnormal, otot paraspinal yang teregang, dan rasa nyeri yang tumpul.

b. Faktor Resiko Terkena Nyeri Punggung Bawah

 Usia
Usia merupakan faktor yang memperberat terjadinya NPB, sehingga biasanya diderita
oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama
tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda.

 Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri
punggung bawah sampai umur 60 tahun. Namun pada kenyataannya jenis kelamin
seseorang dapat mempengaruhi timbulnya NPB, karena pada wanita keluhan ini lebih
sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses

7
menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan
hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya NPB.

 Obesitas
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih, risiko timbulnya NPB lebih
besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya NPB.

 Pekerjaan
Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka
terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan
berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis. Oleh
karena itu, riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab NPB.

 Faktor Psikososial
Berbagai faktor psikologis dan sosial dapat meningkatkan risiko NPB. Kecemasan,
depresi, stress, tanggung jawab, ketidakpuasan kerja, mental, stress di tempat kerja
dapat menempatkan orang-orang pada peningkatan risiko NPBkronis.

 Riwayat cedera/trauma
Satu-satunya alat prediksi terbaik NPB adalah riwayat cedera/trauma. Seseorang yang
pernah mengalami cedera/trauma sebelumnya beresiko untuk mengalami NPB
dikarenakan faktor kekambuhan atau karena cedera tersebut berlangsung kronis.

 Aktivitas/ olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab NPB yang sering tidak disadari oleh
penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang
seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat
menyebabkan NPB.

 Merokok
Perokok lebih beresiko terkena NPB dibandingkan dengan yang bukan perokok.
Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen ke cakram dan
berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap penyempitan pembuluh darah
arteri.

4. Definisi, Etiologi, Faktor Resiko, Epidemiologi Spondylosis Lumbalis

a. Definisi
 Spondylosis lumbalis adalah penyakit degenerative pada tulang belakang yang
disebabkan karena pada saat melakukan aktivitas tekanan terutama bertumpu pada
tulang belakang.

8
 Spondylosis lumbalis adalah penyakit sendi degenerative yang mengenai vertebra
lumbal dan diskus intervertebralis, menyebabkan nyeri dan kekauan, kadang-kadang
dengan penyebaran nyeri ke daerah sciatic akibat penekanan akar saraf oleh
penonjolan diskus atau osteofit yang bersesuaian (Kamus Dorland).

b. Etiologi

 Trauma
 Usia
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua.
Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur,
penonjolan faset dapat mengakibatkan penenkanan pada akar saraf ketika keliar dari
kanalis spinalis yang menyebakan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.

c. Faktor Resiko

 Umur,
 Pekerjaan atau aktivitas fisik,
 Riwayat trauma sebelumnya.

d. Epidemiologi

Di Amerika Serikat >80% individu yang berusia dari 40 tahun mengalami spondylosis
lumbalis.4

5. Patofisiologi serta mekanisme terjadinya nyeri

9
6. Diagnosis banding Spondylosis Lumbalis

Berikut adalah diagnosis banding spondylosis lumbalis:

Nama Defenisi Etiologi Gejala Klinis Gambaran


Penyakit Radiologi
Spondilosis Perubahan pada sendi  Degeneratif Rasa nyeri yang sangat Penipisan
Lumbalis tulang belakang  Aktivitas hebat di pinggang yang pada discus
dengan bertambahnya berat menjalar menuju tumit, intervertrebra
degenerasi discus  Postur nyeri bertambah apabila lis dengan
intervertebralis yang tubuh jelek bangkit dari posisi tidur adanya
diikuti perubahan  Obesitas atau duduk, saat batuk osteofit
pada tulang & dan mengejan. Kebas
jaringan lunak/berupa dan kelemahan motorik
pertumbuhan osteofit pada kstremitas bawah

Hernia Penyakit dimana  Trauma Rasa nyeri yang sangat Adanya


Nukleus bantalan lunak  Degeneratif hebat di pinggang yang penyempitan
Pulposus diantara ruas-ruas  Genetik menjalar menuju tumit, diskus
tulang belakang  Aktivitas nyeri bertambah apabila intervertebral
mengalami tekanan berat bangkit dari posisi tidur is
dan pecah  Postur atau duduk, saat batuk
tubuh jelek dan mengejan. Kebas
 Obesitas dan kelemahan motorik
pada kstremitas bawah

7. Pemeriksaan Tambahan

a. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik pasien dengan spondilosis lumbal, secara umum didapatkan
hal-hal berikut ini :

1. Tidak adanya nyeri tekan pada palpasi, tetapi rasa tidak nyaman didapatkan pada
perkusi lumbal.
2. ROM lumbal biasanya didapatkan normal.
3. Nyeri skiatika bisa terjadi, walaupunjarang didapatkan.
4. Pemeriksaan neuromuscular biasanya didapatkan normal.

b. Pemeriksaan Radiologi

Foto polos secara lateral adalah suatu pemotretan yang memiliki proyeksi terbaik.
Spondilosis akan terlihat garis lucency pada pars interartikularis. Lucency ini hanya dapat
terlihat pada proyeksi yang diambil secara oblique dan akan terlihat collar pada Scottie dog.

10
8. Penatalaksanaan dan Pencegahan
Penanggulangan nyeri pinggang bawah bertujuan untuk mengatasi rasa
nyeri,menegmbalikan fungsi pergerakan dan mobilitas,mengurangi residual
impairment,pencegahan kekambuhan serta pencegahan timbulnya nyeri kronik.

Penanggulan nyeri akut dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan,istirahat,dan


modalitas.

1. Pemberian obat anti radang nonsteroid (OAINS) diperlukan untuk jangka


waktu pendek disertai dengan penjelasan kemungkinan efek samping dan
interaksi obat. Penggunaan muscle relaxant tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan depresan namun bila didapati pasien dengan depresi premorbid
atau timbul depresi akibat rasa nyeri,pemberian anti depresan dianjurkan.
2. Istirahat,istirahat tirah baring pada alas yang keras dimaksudkan untuk
mencegah melengkungnya tulang punggung selama 3-5 hari tirah baring.
Posisi tidur pasien disesuaikan dengan kenyamanan pasien.
3. Latihan diberikan pada hari ketiga,keempat dengan gerakan fleksi ringan dan
dilanjutkan dengan pemberian modalitas lainnya. Latihan dengan memberikan
tarikan (stretching) dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan
latihan posisi knee chest dan fleksi lateral. Tarikan ini ditujukan untuk
mengurangi lordosis dan menjauhkan facet joint serta membuka foramen.

Nyeri tidak selalu dapat diatasi dengan cara-cara diatas,terkadang diperlukan tindakan
injeksi anestetik atau anti inflamasi steroid pada tempat-tempat tertentu seperti injeksi pada
faset,sekitar radiks saraf,epidural,intradural.

Setelah fase akut teratasi diperlukan tindakan lanjut perbaikan fleksibilitas dan
kekuatan otot,perbaikan postur tubuh,kebiasaan kerja dan aktivitas sehari-hari,perubahan
serta modifikasi aspek psikososial.

1. Latihan peregangan,tarikan dimulai dengan latihan dalam curled up fetal


position kemudian dilanjutkan dengan latihan fleksi lateral,latihan yoga,dan
gerakan-gerakan lainnya.
2. Korset/Bracing,penggunaan korset bertujuan mengurangi spasme yang
dilakukan sebagai tindakan bidai pada tulang belakang,memperbaiki postur
dan mengurangi gerakan vertebra lumbal. Korset diberikan pada mereka yang
baru sembuh dan bilamana kekerapan kambuh yang tinggi.

9. Komplikasi dan Prognosis

a. komplikasi

Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering di temukan pada penderita nyeri
punggung bawah karena spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu memposisikan
tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa memperdulikan sikap tubuh normal.

11
b. Prognosis

Prognosis spondilosis lumbalis cukup baik dan dapat sembuh dalam beberapa
minggu.

Kesimpulan
Ibu HZ mengalami spondylosis lumbalis.

12
Daftar Pustaka
1. Moore.keith I, Dalley.Arthur F.Anatomi Berorientasi Klinis.2013.Erlangga.Jakarta
2. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. Back and Neck Pain. Dalam Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 17thEdition. New York: McGraw-Hill, 2008.
3. Peng, B, et al. 2005. The Pathogenesis of Discogenic low back pain. Vol 87: 62-67.
Journal of bone and joint surgery
4.
5. Aru W. Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5. jilid 3.

13

Anda mungkin juga menyukai