Anda di halaman 1dari 7

Cacing

• Anak A ( 5 tahun, 10 Kg ) datang ke Klinik dengan gejala sakit perut, diare, terdapat darah
pada tinja, serta mual dan muntah.

• 2 minggu sebelumnya pasien mengalami Demam tinggi, Batuk kering, Sesak napas dan
Mengi yang berkurang gejalanya dengan obat warung.

• Dokter meminta pengecekan tinja dan ditemukan positif Ascaris lumbricoides . Dokter
mendiagnosis infeksi cacing .

Pertanyaan:

1. Sebutkan pembagian cacing yang bersifat pathogen ?


2. Dan jelaskan juga dampak dari infeksi ini terutama pada pasien ?
3. Paparkan penggolongan obat anti cacing lengkap dengan aspek mekanisme kerja?
4. Selain pemeriksaan tinja dilakukan juga pemeriksaan pendukung lain, Sebutkan 4
metode diagnosis lainnya untuk memastikan infeksi cacing komplikasi yang mungkin
terjadi akibat cacing ?
5. Melihat kasus di atas , apa yang akan ada rekomendasikan untuk pasien ?
6. Paparkan pemantauan terapi yang diperlukan untuk kondisi pasien ?
7. Berikanlah informasi apa saja yang diinfokan kepada orang tua pasien untuk
Pencegahan infeksi Ascariasis kembali ?
8. Terapi adjuvant apa yang bisa dianjurkan untuk terapi pasien selain anti cacing ?
9. Buatlah rangkuman dari berbagai macam infeksi cacing dengan pilihan terapi obat (
Cek http://pionas.pom.go.id)
Jawaban

1. Pembagian cacing yang bersifat pathogen

Kelas Penyakit Etiologi


Nematoda Ascariasis Ascaris lumbricoides
Nematoda Enterobiasis Enterobius vermicularis
Nematoda Hookworm Disease Ancylostoma duodenale
Nematoda Strongilodiasis Strongiloides stercoralis
Nematoda Filariasis Wuchereria bancrofti
Cestoda Cestodiasis T. saginata Taenia saginata
Cestoda Cestodiasis T. solium Taenia solium
Trematoda Schistosomiasis Schistosoma japonicum
Trematoda Klonorkiasis Chlonorchis sinensis

2. Dampak dari infeksi ini terutama pada pasien

Siklus Hidup Cacing Ascaris lumbricoides dan Dampak Infeksi yang ditimbulkan

 Telur cacing berada pada alam bebas karena dikeluarkan bersama dengan tinja. Telur cacing
dapat bertahan dalam lingkungan bebas ± 10 tahun, karena telur Ascaris lumbricoides ini
mempunyai lipoprotein ascariosid yang dapat membuat telur bertahan dalam lingkungan
bebas dalam waktu yang cukup lama.
 Telur cacing tersebut bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara, bisa
melalui sayuran yang memakai pupuk tinja dalam penanamannya, atau dari tangan yang
tidak bersih saat mengambil makanan.
 Telur akan masuk ke dalam tubuh manusia dan mencapai usus halus. Usus halus ini
merupakan tempat terbaik untuk perkembangan cacing, karena dalam usus halus terdapat
banyak nutrisi yang bisa cacing serap untuk melangsungkan kehidupannya. Dalam keadaan
usus yang basa dan dibantu dengan garam empedu, maka telur akan menetas menjadi larva.
 Larva memiliki kemampuan untuk bermigrasi ke tempat lain melalui pembuluh darah.
Kemudian bisa menuju hati, menuju jantung, menuju pulmonal dan pada akhirnya menuju
alvelolar. Dalam alveolar ini, cacing berkembang membesar dan memanjang sehingga
menyebabkan penyumbatan pada alveolar.
 Sebagian larva ada yang berkembang dan membesar pada usus menjadi cacing dewasa.
Namun pada keadaan tidak menguntungkan (seperti keadaan demam, pengaruh
obatobatan), maka cacing dewasa pun memiliki kemampuan untuk bermigrasi ke organ lain
yang dekat dengan usus (pancreas, hepatobilier) dengan cara melubangi usus.

3. Golongan obat anthelmintik


Golongan Contoh obat Mekanisme obat
Benziimidazol Mebendazol β tubulin binding: obat akan
Albendazol mengikat β tubulin -> tubulin
Thiambendazol tidak berikatan dengan α
tubulin -> menghambat
pembentukan mikrotubulus
-> cacing terhambat uptake
glukosa -> terhambat
pembelahan sel -> cacing
mati
Tetrahidropirimidin Pirantel pamoat Agonis Nikotinik:
mempengaruhi sistem syaraf
somatik -> terjadi
depolarisasi -> otot
berkontraksi kuat -> paralisis
spastik
Imidathiazol Levamisol Agonis Nikotinik:
mempengaruhi sistem syaraf
somatik -> terjadi
depolarisasi -> otot
berkontraksi kuat -> paralisis
spastik
Piperazin Piperazin sitrat Agonis GABA selektif:
membuka channel Cl ->
hiperpolarisasi -> blokade
transmisi impuls -> paralisis
flaksid
Avermectin Ivermectin Glu-Cl reseptor potentior:
selektif mengikat reseptor
Glu-Cl -> meningkatkan
permeabilitas Cl ->
hiperpolarisasi membran
otot dan neuron -> blokade
transmisi impuls -> paralisis
flaksid
Pyrazino isoquinolon Praziquantel Peningkatan permeabilitas
Ca:
Meningkatkan kadar Ca pada
membran sel & tegumen
cacing -> depolarisasi ->
kontraksi kuat -> paralisis
spastik
Salicylanilides Niclosamid Inhibisi fosforilasi oksidatif :
menghambat fosforilasi
oksidatif ->kekurangan ATP
-> cacing kekurangan energi
-> cacing mati
Diethilkarbamazine diethilkarbamazine Inhibisi asam
arakidonat+stimulus imun
innate: menghambat
produksi PGI2 & PGE2 dari
endotelial pembuluh darah
inang & mikrofilaria ->
vasokontriksi + agregasi
neutrofil dan eusinofil ->
imobilisasi mikrofilia
+merangsang aktivitas
sitotoksik dari granulosit
inang.

Keterangan:
 Depolarisasi : keadaan dimana dalam membran sel lebih banyak muatan
positif (bisa karena masuknya ion ion Na, K) -> menyababkan otot kontraksi.
 Hiperpolarisasi : keadaan dimana dalam membran sel lebihbanyak muatan
negatif (bisa karena masuknya ion Cl atau keluarnya ion K-> blockade transmisi impuls
pada otot -> tidak ada kontraksi otot.
 Paralisis spastik : Keadaan lumpuh karena kontraksi otot kuat (kejang)
 Paralisis flaksid : keadaan lumpuh karena ada kontraksi otot.

4. Metode diagnosis lain untuk infeksi cacing komplikasi


 Pemeriksaan sputum
Dilakukan dengan cara pengkulturan dan dilihat apakah terdapat larva cacing atau tidak
dalam sputum tersebut  Kemungkinan komplikasi pneumonitis ascariasis
 ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio-Pancreatography)
Prinsip kerjanya yaitu : Endoskopi (disediakan selang elastis yang ujungnya terdapat kamera
kemudian dimasukkan ke dalam rongga mulut , masuk melewati kerongkongan, lambung,
usus, dan berakhir di pankreas, kemudian dilihat apakah terdapat cacing ascaris ataukah
tidak  Kemungkinan komplikasi pankreatitis ascariasis
 X-ray atau CT-scan atau USG abdomen (Pencitraan)
Dilihat dari hasil pencitraan tersebut apakah terdapat cacing ascaris ataukah tidak 
Kemungkinan komplikasi hepatobilier ascariasis, obstruksi intestinal
 Kolangiografi
Dilakukan dengan cara menginjeksikan semacam tinta ke dalam pembuluh darah pasien
kemudian dilihat penyebaran tinta tersebut, apakah tersebar ke ke dalam hati, empedu,
lambung, usus dll. Jika terjadi penyebaran maka dapat disimpulkan bahwa empedu pasien
baik. Jika tidak terjadi penyebaran dapat disimpulkan bahwa empedu pasien terganggu 
Kemungkinan komplikasi kolik bilier (Batu Empedu).

5. Rekomendasi untuk pasien


a. Terapi : Mebendazole
b. Dosis dan cara pemakaian : Dosis pediatrik : 100 mg – 2x sehari selama 3 hari. Dimakan
bersama makanan berlemak, agar absorpsinya lebih baik
c. Efek samping : Peningkatan SGOT SGPT, penurunan hemoglobin (dalam pemakaian jangka
panjang), hematuria, demam, sakit kepala, pusing
d. Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap mebendazole

6. Pemantauan terapi yang diperlukan untuk kondisi pasien


a. Pemeriksaan tinja kembali dilakukan 2 minggu setelah terapi
bertujuan untuk mengetahui keberhasilan terapi pasien. Kemudian dilihat pada tinja pasien
apakah masih terdapat telur cacing Ascaris ataukah tidak, jika terdapat telur cacing maka
dapat dihitung menggunakan metode Kato katz.
Metode kato katz: metode kuantitatif yang dilakukan nuntuk menghitung banyaknya telur
cacing pada tinja, dengan merendam selopan tape pada larutan kato kemudian diamkan
selama 20-30 menit, lalu lihat dibawah mikroskop.

b. Pemantauan efek samping


Dilakukan dengan cara pemeriksaan fungsi hati SGOT & SGPT.
 SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) adalah enzim yang biasanya
ditemukan pada hati (liver), jantung, otot, ginjal, hingga otak.
 SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase) adalah enzim yang paling banyak terdapat
di dalam hati.
 Kedua enzim ini memiliki tugas yang sama, yaitu membantu mencerna protein dalam
tubuh.
 Dalam keadaan normal, SGOT dan SGPT berada di dalam sel-sel organ, terutama sel
hati. Ketika organ seperti hati mengalami kerusakan maka kedua enzim ini akan keluar
dari sel dan masuk ke dalam pembuluh darah. Hal ini yang membuat hasil SGOT dan
SGPT meningkat di dalam tubuh.

c. Pemeriksaan Hemoglobin dilakukan dengan cara pemeriksaan darah lengkap.

7. Pencegahan Infeksi Ascaris Kembali


a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
b. Mencuci bersih sayuran yang akan dikonsumsi
c. Meningkatkan kebersihan jamban keluarga
d. Hindari bermain dengan tanah yang sudah tercemar tinja
e. Tidak memakan makanan yang sudah jatuh ke lantai
f. Memakai sarung tangan saat akan mengelola sampah

8. Rekomendasi terapi adjuvant


Keluhan Obat Mekanisme kerja Dosis
Demam Antipiretik Bekerja pada Sediaan sirup:
Parasetamol hipotalamus -> 160 mg/ml
menghasilkan Dosis : 3-4 kali sehari
antipiresis. 1 sendok takar
Bekerja secara perifer
-> memblokir
pembangkit impuls
rasa sakit ->
menghambat sintesis
prostaglandin di CNS
Sesak nafas Bronkodilator Melemaskan otot Sediaan sirup:
theophylin polos saluran 150 mg/5ml
pernafasan dan Anak 5 thn: 2-3 x 5ml
menekan respon
saluran udara
terhadap rangsangan
Meningkatkan cAMP
-> menghambat
isoenzim
fosfodiesterase
(PDEIII & PDE IV) ->
menginduksi
pelepasan epinefrin
dari sel medula
adrenal.
Batuk kering Anti tusif Bertindak pada pusat Sediaan sirup
dextromethorphan di medula 7,5mg/5ml 3-4kali 1
Mengurangi sdt
sensitivitas reseptor
batuk dan
mengganggu
transmisi impuls
batuk.

9. Rangkuman infeksi cacing + terapi (http://pionas.pom.go.id)


Infeksi Terapi Dosis
Infeksi cacing kremi  Mebendazol Dewasa & anak:
2 thn 100 mg dosis tunggal

 Piperazin Dewasa:
 2,25-3g/5ml sekali
sehari -> 7 hari
Anak:
 <2 thn 0,3-0,5 ml/kg bb
sekali sehari -> 7 hari
Infeksi cacing gelang  Mebendazol Dewasa & anak:
2 thn 100 mg dosis tunggal

 Piperazin Usia:
 1 thn 0,8 ml/kg bb dosis
tunggal
 9-12 thn 25 ml dosis
tunggal

 Levamisol Dewasa:
 Dosis tunggal
120-150 mg
Strongiloides  Ivermectin  Dosis: 200 mcg/kg
bb/hari -> 2 hari

 Pirantel pamoat  Dewasa: BB . 75kg 1000


mg

 Anak : >12 thn, BB 41-


75kg, 750 mg

Anda mungkin juga menyukai