Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG TUBERKULOSIS (TB) DENGAN

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN TB PARU DI RSUD CIDERES KABUPATEN


MAJALENGKA TAHUN 2015

Oleh : Rina Nuraeni

ABSTRAK
Tuberkulosis (TB atau TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi perhatian dunia. Pasien tuberkulosis yang di rawat inap di RSUD Cideres
Kbupaten Majalengka mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2013 sebesar 6,6% menjadi
16,3% pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan tentang Tuberkulosis (TB) dengan tingkat kecemasan pada pasien TB Paru di
RSUD Cideres kabupaten majalengka tahun 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian kolerasional dengan pendekatan cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang dengan teknik simple random
sampling. Analisis datanya meliputi analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi
dan analisis bivariat menggunakan uji chi square dengan α = 0,05.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kurang dari setengahnya (40,0%) pasien
berpengetahuan kurang dan lebih dari setengahnya (60,0%) pasien mengalami cemas
sedang. Ada hubungan antara pengetahuan tentang tuberkulosis (TB) dengan tingkat
kecemasan pada pasien TB paru di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015 (p
value = 0,047).
Berdasarkan hasil penelitian ini perlunya melakukan intervensi kepada pasien TB
Paru dengan memberikan informasi atau konseling tentang tuberkulosis agar wawasan
dan pengetahuannya meningkat sehingga mengurangi kecemasan pada pasien TB.

I. PENDAHULUAN
Sehat merupakan hak setiap orang dan Hal tersebut sesuai dengan tujuan
setiap orang mempunyai hak yang sama pembangunan kesehatan yaitu
dalam memperoleh akses atas sumber daya meningkatkan kesadaran, kemauan dan
di bidang kesehatan juga mempunyai hak kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
dalam memperoleh pelayanan kesehatan agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang aman dan bermutu. Di sisi lain, setiap yang setinggi-tingginya, sehingga dapat
orang diwajibkan untuk ikut mewujudkan, bebas dari gangguan kesehatan baik yang
mempertahankan dan meningkatkan derajat disebabkan karena penyakit termasuk
kesehatan masyarakat yang setinggi- gangguan kesehatan akibat bencana, maupun
tingginya (Kementrian Kesehatan RI, 2012). lingkungan dan perilaku yang tidak

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
mendukung untuk hidup sehat (Sudayasa, tuberkulosis tidak hanya menyerang paru-
2010). paru dan saluran. Jika tidak diobati dengan
Tuberkulosis (TB atau TBC) merupakan baik, penyakit Tuberkulosis akan memburuk
salah satu penyakit menular yang masih dan dapat memicu komplikasi yang cukup
menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, serius pada organ lain termasuk tulang dan
belum ada satu negara pun yang bebas TB bahkan otak. Beberapa komplikasi yang
Paru, namun setiap negara berbeda angka sering ditemukan yaitu kerusakan tulang dan
insidensinya. Setiap tahun di dunia sendi, kerusakan otak, kerusakan hati dan
diperkirakan terdapat 8,7 juta kasus baru ginjal, kerusakan jantung, gangguan mata
tuberkulosis dan 1,7 juta kematian karena dan resisten terhadap kuman (Misnadiarly,
TB Paru. Bila tidak diupayakan pengendalian 2006). Menurut Hartanto (2012) pengobatan
yang memadai 25 tahun kemudian pada penyakit TB Paru memerlukan waktu
diperkirakan angka kematian akan mencapai yang cukup panjang. Pasien yang sudah
40 juta orang per tahun (Kementrian dipastikan menderita sakit TB Paru minimal
Kesehatan RI, 2013). harus minum obat selama enam bulan dan
Penderita TB Paru meningkat setiap bila minum obat tidak teratur akan
tahunnya oleh karena setiap satu penderita mengakibatkan penyakit TB tidak akan
Tuberkulosis dengan sputum mengandung sembuh bahkan menjadi lebih kuat.
Basil Tahan Asam (BTA) positif akan Mengingat dampak yang ditimbulkan
menularkan pada 10-15 orang lain setiap dari penyakit TB yang cukup serius serta
tahunnya. Menurut laporan World Health sulit disembuhkan jika pasien TB Paru lalai
Organization (WHO) prevalensi TB Paru dalam pengobatan sehingga perlu
pada tahun 2009 di Indonesia cukup tinggi meningkatkan pengetahuan pasien TB
sebesar 404 per 100.000 penduduk. tentang tuberkulosis dengan baik dan benar.
Beberapa negara lain dengan prevalensi TB Menurut Zami (2012) bahwa pengetahuan
Paru yang tinggi pula seperti negara Timor merupakan berbagai gejala yang ditemui dan
Leste sebesar 744 per 100.000 penduduk, diperoleh manusia melalui pengamatan
Myanmar sebesar 597 per 100.000 inderawi. Sementara Meliono (2007)
penduduk, Bangladesh sebesar 425 per menyatakan bahwa pengetahuan merupakan
100.000 penduduk dan Korea Utara sebesar justified true believe yang berarti
423 per 100.000 penduduk. pengetahuan merupakan konstruksi dari
Menurut Kementerian Kesehatan RI kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar
(2013) jumlah kasus Tuberkulosis BTA di secara abstrak.
Indonesia pada tahun 2011 sebanyak Melalui pendekatan kognitif dengan
302.861 kasus termasuk kasus Tuberkulosis meningkatkan pengetahuan dapat pula
BTA positif sebanyak 183.366 kasus menangani kecemasan pada pasien TB Paru
(60,54%). Sementara Propinsi Jawa Barat akibat dampak dan gejala yang dirasakan
pada tahun 2011 merupakan propinsi oleh pasien TB. Menurut Hawari (2005)
dengan jumlah kasus tuberkulosis BTA bahwa tingkat pengetahuan seseorang
tertinggi di Indonesia yaitu sebanyak 61.010 memiliki hubungan positif terhadap tingkat
kasus termasuk kasus tuberkulosis BTA kecemasan yang dirasakan seseorang.
positif sebanyak 32.649 kasus (53,51%). Sedangkan Wilson-Barnett dikutip oleh
Tingginya kasus tuberkulosis perlu Roper (1996) dalam Noorkasiani (2009)
ditangani secara tepat karena infeksi mengatakan bahwa adanya hubungan
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
terapeutik dengan menjelaskan kepada mengalami berbagai gejala yang tidak
pasien mengenai apa yang akan terjadi pada menyenangkan dan bahkan akan berdampak
dirinya dapat mengurangi kadar tingkat pada kehidupan sosial, pekerjaan dan
kecemasannya. perannya di masyarakat.
Menurut Ibrahim (2012) pendekatan Berdasarkan data RSUD Cideres
kognitif pada kecemasan merupakan dasar Kabupaten Majalengka penyakit TB Paru
dari teori bahwa kecemasan merupakan pada tahun 2013 masuk kedalam 10 besar
keadaan emosional yang berhubungan penyakit di RSUD Cideres menempati urutan
dengan suatu ancaman. Gangguan kedua setelah penyakit dispepsia. Pada tahun
kecemasan merupakan hasil dari pasien 2013 jumlah kasus TB Paru secara
mengolah informasi pada situasi yang keseluruhan di RSUD Cideres sebanyak 2.144
dianggap sebagai suatu ancaman. Demikian kasus termasuk pasien rawat inap sebanyak
pula menurut Alsagaff dalam Misnadiarly 350 orang (16,3%). Sementara pada tahun
(2006) menyatakan bahwa kecemasan pada 2011 pasien rawat inap sebanyak 234 orang
pasien TB Paru merupakan respon (6,6%) dari 3.493 kasus. Dibandingkan
psikologik terhadap keadaan tertekan dan dengan RSUD Majalengka pada tahun 2014
mengancam yang dialaminya dimana penyakit TB Paru tidak termasuk kedalam 10
terdapat perasaan takut yang membuat hati besar penyakit di RSUD Majalengka. Melihat
tidak tenang dan timbul rasa keragu-raguan. fenomena tersebut maka perlu pengkajian
Semiun (2006) menyatakan bahwa lebih lanjut mengenai hubungan
gangguan kecemasan merupakan ketakutan pengetahuan tentang Tuberkulosis dengan
yang dapat berlangsung secara terus kecemasan yang dialami penderita TB Paru.
menerus. Dengan demikian perlu Berdasarkan hal tersebut peneliti
mendapatkan penatalaksanaan dengan tertarik untuk melakukan penelitian tentang
segera. Jika tidak mendapatkan pertolongan “Hubungan Pengetahuan Tentang
secara tepat, maka gangguan kecemasan Tuberkulosis (TB) dengan Tingkat
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan Kecemasan Pada Pasien TB Paru di RSUD
yang cukup mahal. Pada sisi lain, pasien akan Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015”.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan Populasi penelitian adalah keseluruhan


penelitian korelasional dengan objek penelitian atau objek yang diteliti
pendekatan/ desain cross sectional. tersebut (Notoatmodjo, 2010). Populasi
Menurut Notoatmodjo (2010) pendekatan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
cross sectional adalah bertujuan untuk TB Paru yang dirawat di RSUD Cideres
mempelajari dinamika korelasi antara Kabupaten Majalengka. Berdasarkan data
faktor-faktor dengan efek dengan cara pada bulan Januari sampai dengan Maret
pendekatan observasi atau pengumpulan tahun 2015 tercatat jumlah pasien TB Paru
data sekaligus pada suatu saat artinya tiap di RSUD Cideres sebanyak 145 orang.
subjek penelitian hanya diobservasi sekali Sampel penelitian adalah sebagian
saja. objek yang diambil dari keseluruhan objek
yang akan diteliti dan dianggap mewakili

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang.
sebagian pasien TB Paru yang dirawat di

III. HASIL PENELITIAN

a. Analisis Univariat
1. Gambaran Pengetahuan Pasien tentang Tuberkulosis di RSUD Cideres
Tuberkulosis Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Pengetahuan Pasien tentang

Pengetahuan Pasien Frekuensi Prosentase


No
tentang Tuberkulosis (f) (%)
1 Kurang 24 40,0

2 Cukup 21 35,0

3 Baik 15 25,0

Jumlah 60 100,0
Berdasarkan tabel 4.1 di atas Majalengka tahun 2015 berpengetahuan
diketahui bahwa kurang dari setegahnya kurang tentang tuberkulosis yaitu sebesar
pasien di RSUD Cideres Kabupaten 40,0%.

2. Gambaran Tingkat Kecemasan pada Pasien RSUD Cideres Kabupaten Majalengka


TB Paru Tahun 2015
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat
Kecemasan pada Pasien TB Paru di

Frekuensi Prosentase
No Kecemasan
(f) (%)
1 Panik 0 0
2 Cemas berat 0 0
3 Cemas sedang 36 60,0
4 Cemas ringan 24 40,0
5 Tidak cemas 0 0
Jumlah 60 100
Berdasarkan tabel 4.2 di atas Majalengka tahun 2015 mengalami cemas
diketahui bahwa lebih dari setengahnya sedang yaitu sebesar 60,0%.
pasien di RSUD Cideres Kabupaten
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
b. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara Pengetahuan tentang dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien
Tuberkulosis (TB) dengan Tingkat TB Paru di RSUD Cideres Kabupaten
Kecemasan pada Pasien TB Paru di RSUD Majalengka Tahun 2015
Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015
Tabel 4.3 Hubungan antara
Pengetahuan tentang Tuberkulosis (TB)

Pengetahuan Tingkat Kecemasan


Total p
No tentang Sedang Ringan
value
Tuberkulosis f % f % f %
1 Kurang 19 79,2 5 20,8 24 100
2 Cukup 10 47,6 11 52,4 21 100 0,047
3 Baik 7 46,7 8 53,3 15 100
Jumlah 36 60,0 24 40,0 60 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui dengan α = 0,05 (p value < α) maka


bahwa proporsi pada pasien yang hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat
berpengetahuan kurang dengan tingkat hubungan antara pengetahuan tentang
kecemasan sedang sebesar 79,2%, tuberkulosis (TB) dengan tingkat
sementara pada pasien yang kecemasan pada pasien TB Paru di RSUD
berpengetahuan kurang dengan tingkat Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2015.
kecemasan ringan sebesar 20,8%.
Hasil penghitungan statistik dengan
uji chi square didapatkan p value = 0,047

menambah wawasan dan pemahaman


IV. PEMBAHASAN pasien tentang tuberkulosis. Pengetahuan
yang kurang dapat menyebabkan pasien
1. Gambaran Pengetahuan Pasien tentang kurang waspada terhadap penyakit
Tuberkulosis tuberkulosis dan kurang memahami proses
Berdasarkan hasil penelitian pengobatan pada pasien TB Paru.
diketahui bahwa kurang dari setegahnya Hasil penelitian ini lebih rendah
pasien di RSUD Cideres Kabupaten dibanding hasil penelitian Rahman (2007)
Majalengka tahun 2015 berpengetahuan dalam Jurnal Pusat Dokumentasi dan
kurang tentang tuberkulosis yaitu sebesar Informasi Ilmiah (PDII) menyatakan bahwa
40,0%. Pengetahuan pasien yang kurang
baik tentang tuberkulosis dapat disebabkan
kurangnya informasi yang diperoleh
tentang tuberkulosis. Informasi
tuberkulosis baik dari media maupun jumlah pasien tuberkulosis di RSUD Kota
langsung dari petugas kesehatan dapat Pare yang memiliki pengetahuan kurang

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
sebesar 66,7%. Demikian pula dengan hasil dengan prosedur. Maka dari itu, petugas
penelitian yang dilakukan oleh Riswan kesehatan perlu meningkatkan pemberian
(2008) di RSUD dr. Moewardi yang informasi tentang tuberkulosis dan
didapatkan bahwa sebagian besar sebaiknya memanfaatkan waktu kunjungan
pengetahuan pasien penyakit Tuberkulosis pasien melakukan kontrol ke rumah sakit
adalah kurang (55%) yang disebabkan oleh agar pemahaman dan pengetahuan pasien
minimnya pemberian informasi mengenai tentang tuberkulosis semakin baik.
penyakit Tuberkulosis yang diberikan oleh 2. Gambaran Tingkat Kecemasan pada
petugas kesehatan saat pasien melakukan Pasien TB Paru
pengobatan ke rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian
Hasil pengumpulan data di lokasi diketahui bahwa lebih dari setengahnya
penelitian bahwa dari 24 pasien yang pasien di RSUD Cideres Kabupaten
berpengetahuan kurang terdapat pasien Majalengka tahun 2015 mengalami cemas
yang tidak mendapatkan informasi tentang sedang yaitu sebesar 60,0%.
tuberkulosis sebanyak 17 orang (70,8%). Menurut Hartanto (2012)
Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi menyatakan bahwa pasien TB Paru yang
tentang tuberkulosis masih dirasakan mengalami gejala seperti batuk yang tidak
kurang terutama bagi pasien TB Paru. sembuh-sembuh dapat menimbulkan rasa
Kurangnya informasi dari tenaga kesehatan ketakutan pada pasien mengingat dampak
dapat dikarenakan jumlah tenaga kesehatan yang ditimbulkan dari penyakit TB Paru
yang tidak seimbang dibanding dengan yang tidak hanya menyerang paru-paru
pasien yang setiap bulannya mengalami saja. Disisi lain, penyakit TB Paru dapat
peningkatan. disembuhkan melalui pengobatan yang
Menurut Rachmawati dan Turniani teratur selama enam bulan, namun bila
(2009) bahwa pengetahuan penderita TB pasien minum obat tidak teratur dapat
yang kurang baik disebabkan oleh mengakibatkan penyakit tidak akan sembuh
kurangnya interaksi peran petugas bahkan menjadi lebih kuat dan bertahan
kesehatan dalam hal penyampaian selama bertahun-tahun didalam tubuh.
informasi mengenai penyakit Tuberkulosis. Syafrizal dan Hasanbasri (2006)
Disamping itu, peran petugas kesehatan menegaskan bahwa kondisi yang dialami
juga harus berperan aktif dalam pasien TB Paru dapat menimbulkan
pelaksanaan proses pengobatan penyakit kecemasan pada diri pasien karena sering
TB Paru. Sementara menurut Meliono dianggap gejala yang dialaminya
(2007) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan suatu tanda yang berat dari
merupakan justified true believe. Seorang penyakitnya. Kecemasan pada saat pasien
individu membenarkan (justifies) yang mengalami batuk terutama batuk
kebenaran atas kepercayaannya darah akan menyebabkan pasien untuk
berdasarkan observasinya mengenai menahan batuk supaya batuk darah tidak
kenyataan yang dihadapinya. banyak keluar. Keadaan ini akan bertambah
Pengetahuan tentang Tuberkulosis parah karena mengakibatkan terjadinya
perlu untuk ditingkatkan karena jika akumulasi darah pada jalan nafas dan dapat
pengetahuan klien kurang dapat menyebabkan kematian karena
mengakibatkan proses pengobatan pada penyumbatan saluran pernapasan oleh
klien TB Paru tidak dilaksanakan sesuai bekuan darah. Bahkan menurut Misnadiarly
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
(2006), jika tidak diobati dengan baik, yang berhubungan dengan suatu ancaman.
penyakit Tuberkulosis akan memburuk dan Gangguan kecemasan merupakan hasil dari
dapat memicu komplikasi yang cukup pasien mengolah informasi pada situasi
serius yaitu kerusakan tulang dan sendi, yang dianggap sebagai suatu ancaman.
kerusakan otak, kerusakan hati dan ginjal, Tujuan dari teori kognitif pada kecemasan
kerusakan jantung, gangguan mata dan adalah untuk membantu pasien menyadari
resisten terhadap kuman. apa yang sedang dipikirkannya, mengatasi
Dampak dari penyakit TB Paru dapat gangguan kognitif dan menyeimbangkan
menjadi suatu stressor yang menekan dan pikiran. Dengan demikian maka proses
mengancam kehidupan pasien sehingga kognitif penting untuk menghasilkan
timbul kecemasan tersebut. Sebagaimana penilaian dan asumsi dalam mengatasi
Semiun (2006) menyatakan bahwa sumber keadaan atau situasi pasien.
stressor kecemasan adalah adanya ancaman Hawari (2005) menyatakan bahwa
terhadap integritas seseorang dan ancaman tingkat pengetahuan seseorang memiliki
terhadap sistem diri. hubungan positif terhadap tingkat
Berdasarkan hasil penelitian ini kecemasan yang dirasakan seseorang.
bahwa secara keseluruhan pasien TB Paru Dengan demikian pengetahuan pasien
mengalami kecemasan dengan tingkat tentang Tuberkulosis merupakan salah satu
kecemasan yang berbeda-beda, pada faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
penelitian ini hanya ditemukan kecemasan kecemasan pasien TB Paru.
tingkat ringan dan sedang. Hal ini berarti Gangguan kecemasan menurut
tidak ada kesenjangan dengan teori-teori Semiun (2006) merupakan ketakutan yang
sebelumnya. Untuk mengatasi kecemasan dapat berlangsung secara terus menerus.
pada pasien TB Paru adalah dengan cara Dengan demikian perlu mendapatkan
pemberian informasi dengan baik dan penatalaksanaan dengan segera. Jika tidak
benar oleh petugas kesehatan agar mendapatkan pertolongan secara tepat,
kekhawatiran pasien dapat teratasi. maka gangguan kecemasan berpotensi
3. Hubungan antara Pengetahuan tentang menimbulkan masalah kesehatan yang
Tuberkulosis (TB) dengan Tingkat cukup mahal. Pada sisi lain, pasien akan
Kecemasan pada Pasien TB Paru di RSUD mengalami berbagai gejala yang tidak
Cideres Kabupaten Majalengka Tahun menyenangkan dan bahkan akan
2015 berdampak pada kehidupan sosial,
Berdasarkan hasil penelitian pekerjaan dan perannya di masyarakat.
diketahui bahwa terdapat hubungan antara Kecemasan pada pasien TB
pengetahuan tentang tuberkulosis (TB) seharusnya tidak terjadi kalau perawat
dengan tingkat kecemasan pada pasien TB memberikan pelayanan keperawatan yang
Paru di RSUD Cideres Kabupaten baik pada klien dengan memberi penjelasan
Majalengka Tahun 2015, sehingga hipotesis tentang kondisi apa yang sedang terjadi.
penelitian terbukti dengan  value = 0,047.. Wilson-Barnett dikutip oleh Roper (1996)
Hasil penelitian ini sejalan dengan dalam Noorkasiani (2009) mengatakan
pendapat Ibrahim (2013) bahwa bahwa adanya hubungan terapeutik dengan
pendekatan kognitif pada kecemasan menjelaskan kepada pasien mengenai apa
merupakan dasar dari teori bahwa yang akan terjadi pada dirinya dapat
kecemasan merupakan keadaan emosional mengurangi kadar tingkat kecemasannya.
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil pengobatannya cukup panjang sehingga
penelitian Sukrisno (2008) di RS PKU pemahaman tentang penyakit TB Paru
Muhammadiyah Karanganyar menyatakan sesuai dengan yang diharapkan dan tidak
bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap menimbulkan kecemasan yang lebih parah.
tingkat kecemasan pasien TB Paru. Dampak yang dapat timbul jika mengalami
Pada penelitian ini terbukti ada kecemasan karena pengetahuan yang
hubungan antara pengetahuan tentang kurang antara lain dapat mengakibatkan
tuberkulosis (TB) dengan tingkat proses penyembuhan menjadi lama, tidak
kecemasan pada pasien TB Paru, sehingga teratur dalam minum obat TB Paru serta
untuk mengatasi kecemasan tersebut setiap malas memeriksakan kondisi kesehatannya
pasien TB Paru perlu mendapatkan ke petugas kesehatan sesuai dengan jadwal
informasi yang benar dan kunjungan pemeriksaan.
berkesinambungan mengingat proses

V. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan yang baik dan benar tentang
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan tuberkulosis sehingga dapat mengurangi
mengenai hubungan pengetahuan tentang kecemasan pada pasien TB Paru.
tuberkulosis (TB) dengan tingkat kecemasan 2. Bagi Keperawatan
pada pasien TB Paru di RSUD Cideres Perlunya melakukan intervensi kepada
Kabupaten Majalengka Tahun 2015 maka pasien TB Paru dengan memberikan
dapat disimpulkan hasil sebagai berikut: informasi tentang tuberkulosis pada
1. Kurang dari setengahnya pasien di RSUD saat pasien berkunjung ke rumah sakit
Cideres Kabupaten Majalengka tahun ataupun pada saat ada kunjugan ke
2015 berpengetahuan kurang tentang rumah pasien sehingga menambah
tuberkulosis yaitu sebesar 40,0%. wawasan dan pengetahuan pasien TB
2. Lebih dari setengahnya pasien di RSUD tentang tuberkulosis yang lebih baik lagi
Cideres Kabupaten Majalengka tahun sehingga dapat mengurangi kecemasan
2015 mengalami cemas sedang yaitu pada pasien TB Paru.
sebesar 60,0%. 3. Bagi AKPER YPIB Majalengka
3. Terdapat hubungan antara pengetahuan Hasil penelitian ini agar dijadikan
tentang tuberkulosis (TB) dengan sebagai bahan studi perbandingan hasil
tingkat kecemasan pada pasien TB Paru penelitian yang sejenis sehingga dapat
di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka menambah wawasan dan keilmuan
Tahun 2015 ( value = 0,047). tentang hubungan pengetahuan dengan
b. Saran kecemasan pada pasien TB Paru.
1. Bagi RSUD Cideres 4. Bagi Peneliti
Perlunya meningkatkan upaya promosi Perlunya menindaklanjuti hasil
kesehatan dengan meningkatkan penelitian dengan memperhatikan
pemberian informasi maupun kegiatan faktor-faktor dari pasien lainnya yang
konseling pada pasien TB Paru agar dapat mempengaruhi kecemasan
setiap pasien mendapatkan informasi sehingga dapat mendukung teori-teori
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
sebelumnya yang lebih luas dan lebih bermanfaat lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Misnadiarly. (2006). Penyakit Infeksi TB Paru
Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI. dan Ektsra Paru: Mengenal, Mencegah
Jakarta: Rineka Cipta. Menanggulangi TBC Paru Pada Anak
Pada Kehamilan. Jakarta: Pustaka
Brooker, C. (2009). Ensiklopedia Keperawatan. Populer Obor.
Jakarta: EGC.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan
Hartanto. (2012). Penyakit Tuberkulosis. Keperawatan Dengan Gangguan Sistim
http://penyakitpedia.blogspot.com, Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
diakses tanggal 12 Januari 2013.
Noorkasiani. (2009). Asuhan Keperawatan.
Hawari. (2005). Manajeman Cemas dan Jakarta: Salemba Medika.
Depresi. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedoteran Universitas Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan
Indonesia. Teori dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Hidayat, A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan
Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ibrahim, A. S. (2012). Panik Neurosis dan Pramudiarja. (2012). Komplikasi yang Bisa
Gangguan Cemas.Tangerang: Jelajah Muncul Karena TBC.
Nusa. http://health.detik.com, diakses
tanggal 15 Maret 2013.
Kementerian Kesehatan RI. (2010).
Tuberkulosis Masih Merupakan Masalah Purwadi, D. (2012). Inilah Caranya Agar TBC
Kesehatan Penting di Dunia dan di Bisa Sembuh Total.
Indonesia. www.depkes.go.id, diakses http://bangka.tribunnews.com, diakses
tanggal 2 Januari 2013. tanggal 12 Januari 2013.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Profil Rahman (2007). Faktor-faktor yang


Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Berhubungan dengan Tuberkulosis di
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. RSUD Kota Pare, dalam Jurnal Pusat
Dokumentasi dan Informasi Ilmiah
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Data (PDII). Edisi V. Tahun 2007.
Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Riadi, M. (2012). Teori Kecemasan.
http://www.kajianpustaka.com,
Maulana. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: diakses tanggal 2 Januari 2013.
Buku Kedokteran EGC.
Saryono. (2010). Kumpulan Instrumen
Meliono, I. (2007). Pengetahuan. Jakarta: Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Lembaga Penerbitan FEUI. Medika.
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 1. Jakarta: KMPK Universitas Gadjah
Yogyakarta: Kanisius. Mada.

Sudayasa, P. (2010). Indonesia Sehat 2010. Wawan, A. dan Dewi, M. (2010). Teori dan
http://www.puskel.com, diakses Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
tanggal 5 Maret 2013. Perilaku Manusia; Dilengkapi Contoh
Kuesioner. Yogyakarta: Nuha Medika.
Suryo, J. (2010). Penyembuhan Gangguan
Sistem Pernapasan. Yogyakarta: Mizan. Zami, A. (2012). Pengetahuan, Ilmu, Filsafat
Ilmu, dan Agama.
Syafrizal dan Hasanbasri. (2006). Pengelolaan http://madib.blog.unair.ac.id/, diakses
Penanganan Pengobatan Tuberkulosis. tanggal 6 Januari 2013.

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume I Nomor 2 Juli 2015

Anda mungkin juga menyukai