Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul “Kepemimpinan Dalam Organisasi”. Dari makalah ini semoga dapat
memberikan informasi kepada kita semua betapa pentingnya pemimpin dalam
sebuah organisasi.

Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami
menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan makalah ini,
sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila mendapatkan
kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini selanjutnya akan lebih baik
dan sempurna serta komprehensif.

Demikian akhir kata dari kami, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak dan pembelajaran budaya khususnya dalam segi teoritis sehingga
dapat membuka wawasan ilmu budaya serta akan menghasilkan yang lebih baik di
masa yang akan datang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 7
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 8
2.1 Pengertian Kepemimpinan dalam Organisasi ................................................................. 8
2.2 Definisi Kepemimpinan .................................................................................................. 9
2.3 Macam-Macam Tipe Kepemimpinan ............................................................................. 9
2.4 Gaya Kepemimpinan .................................................................................................... 13
2.5 Teori Dasar Kepemimpinan .......................................................................................... 18
2.6 Fungsi Dari Kepemimpinan ......................................................................................... 19
2.7 Kepemimpinan pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. Kaltim ................... 20
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 22
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 22
3.3 Penutup ......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah yang paling populer dewasa ini adalah masalah
kepemimpinan. Pentingnya manajemen merupakan salah satu alat dalam kehidupan
suatu organisasi, terutama dalam bidang kehidupan manusia selalu mendapat
perhatian khusus. Dalam hal ini selalu dititik beratkan kepada pimpinan. Pimpinanlah
yang merupakan motor penggerak dari sesuatu usaha atau kegiatan. Pimpinan
tersebut harus mampu melaksanakan fungsi--fungsi manajemen, terutama dalam
pengambilan keputusan dan kebijaksanaan yang dapat mempermudah pencapaian
tujuan dari organisasi itu secara efektif dan efisien.

Bertitik tolak dari hal-hal tersebut, maka berhasil tidaknya suatu usaha
pencapaian tujuan yang telah ditentukan itu sebagian besar akan ditentukan oleh
kemampuan pimpinan yang memegang peranan penting dalam rangka
menggerakkan orang-orang bawahannya, Keterampilan kepemimpinan (Leadership
Skill) yang baik dan efektif sangat penting untuk membangun, mendorong dan
mempromosikan budaya dalam perusahaan yang kuat dan akhirnya mencapai
kesuksesan. Dengan demikian, keterampilan kepemimpinan diperlukan untuk
memaksimalkan efisiensi dan mencapai tujuan organisasi.

Sebuah organisasi hanya akan berkembang dan maju apabila cepat tanggap
terhadap perubahan yang pasti akan terjadi. Pemimpin masa kini dan masa depan
dituntut untuk tidak sekedar bersikap luwes dan beradaptasi dengan lingkungan
yang bergerak sangat dinamis, akan tetapi juga mampu mengantisipasi berbagai
bentuk perubahan dan secara proaktif menyusun berbagai program perubahan yang
diperlukan.

Bagi suatu organisasi, penilaian kinerja berguna untuk menilai: kualitas,


kuantitas, efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaannya. Sedangkan bagi
organisasi publik, penilaian kinerja juga bermanfaat untuk: meningkatkan

3
efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, melakukan penyesuaian budget,
mendorong pemerintah agar lebih memperhatikan kebutuhan publik yang dilayani,
dan menuntun perbaikan dalam memberikan pelayanan publik

Dalam menyambut era reformasi birokrasi, banyak pihak melakukan reformasi


pada masing-masing sektor. Salah satu sektor adalah pada kantor kementerian atau
kantor yang lainnya, hal ini guna menciptakan budaya yang sehat dan baik, oleh
karenanya masing-masing kantor kementerian akan melakukan banyak perubahan
berkaitan dengan reformasi birokrasi tersebut.

Banyak pihak yang mempertanyakan kinerja dan motivasi seorang birokrat


(pegawai negeri sipil) dalam melakukan kerja dalam keseharian mereka, bahkan
apakah ini sudah menjadi kebiasaan dalam bekerja, sehingga saat ini kinerja dan
motivasi seorang pegawai negeri sipil masih dipertanyakan hal itu. Atau bahkan ada
yang salah dengan gaya kepemimpinan yang ada dalam organisasi birokrasi
tersebut. Sehingga banyak sekali penelitian mengenai sumber daya manusia di titik
beratkan kepada gaya kepemimpinan dan motivasi berkaitan dengan kinerja
seorang pegawai negeri. Dengan demikian penulis sangat berkepentingan
dengan anggapan atau bahkan realitas di lapangan mengenai sorotan kinerja
seorang pegawai negeri sipil perlu di teliti bahkan di kaji kembali di setiap kantor
kementerian.

Mengingat Kementerian Agama Republik Indonesia menjadi sorotan utama


dalam hal kinerja, maka dalam hal ini penulis ingin mengulas Kepemimpinan yang
diterapkan pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Timur.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 19 Tahun 2019


Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama. Sama
halnya dengan kantor kementerian yang lain, kantor kementerian agama
memiliki tugas pokok sebagai pembatu presiden dalan urusan keagamaan di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karenanya kementarian agama
merupakan salah satu dari beberapa kementerian yang tidak otonom, yakni melebur

4
kepada pemerintahan daerah, kementerian agama adalah instansi vertikal yang
memiliki strukutur langsung ke daerah.

Dalam strukuturnya Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan


Timur memiliki strukutur sebagai berikut:

Gambar 1: Struktur Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Timur

Dari data yang diperoleh pegawai pada Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Kalimantan Timur berjumlah 108 (seratus delapan) orang yang terdiri dari 1
(satu) orang kepala kantor wilayah, Kepala bagian dan kepala bidang sebanyak 9
(sembilan) orang, kepala sub bagian dan seksi sebanyak 30 (tiga puluh) orang dan
65 (enam puluh lima) orang orang sebagai pelaksana yang tersebar di seluruh seksi
dan sub bagian yang ada di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Kalimantan Timur (sumber kepegawaian Kanwil Kemenag Prov. Kaltim).

Setiap pegawai dalam melaksanakan pekerjaan atau tugasnya diharapkan


pada dua kemungkinan yaitu dapat menjalankan tugas dengan baik atau tidak.

5
Pegawai yang tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik dapat terjadi karena
kurangnya motivasi atau dorongan yang dapat mengarahkan pada tercapainya
kinerja yang diharapkan.

Dan dalam rangka mengantisipasi tantangan ke depan menuju kondisi yang


diinginkan, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Timur
dipandang perlu untuk terus menerus, mengembangkan inovasi kerja. Mengingat
tantangan dari masyarakat yang menuntut aparat birokrasi menciptakan pelayanan
prima, untuk itu Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Timur agar
mempersiapkan diri menciptakan budaya dan inovasi kerja yang lebih baik.

Setiap langkah dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) didasari


pada tujuan dan kebutuhan pada masa sekarang ini dan mungkin masa yang akan
datang. Dan hal ini terpaterikan dalam “Corporate Purpose” yang melandasi suatu
tekad untuk bekerja yang lebih baik. Lebih dari itu, pembinaan dan pengembangan
dilakukan terus menerus dalam upaya menciptakan pegawai yang mampu berkarya
dengan kualitas tinggi sepanjang masa kerja mereka, meskipun dalam kondisi
lingkungan yang berubah setiap saat baik dalam bidang teknologi maupun karena
arus globalisasi.

1.2 Rumusan Masalah

Gaya kepemimpinan seperti apa yang dipakai oleh atasan pada Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Timur?

6
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk berbagi informasi kepada kita
semua tentang gaya kepemimpinan yang dipakai pada Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Kalimantan Timur dan arti penting pemimpin dalam sebuah
organisasi.

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan dalam Organisasi

Kepemimpinan berasal dari bahasa inggris yaitu leadership. Menurut Tikno


Lensufie, Kepemimpinan memiliki arti luas, meliputi ilmu tentang kepemimpinan,
teknik kepemimpinan, seni memimpin, ciri kepemimpinan, serta sejarah
kepemimpinan. Kepemimpinan bukan berarti memimpin orang untuk sesaat
(insidental) seperti memimpin upacara bendera, memimpin paduan suara dan
sebagainya. Tapi kepemimpinan lebih kepada seseorang yang memimpin suatu
organisasi atau institusi.

kepemimpinan adalah faktor kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta


manajemen. Kepemimpinan adalah entitas yang mengarahkan kerja para anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang baik diyakini
mampu mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong potensi sumber daya
organisasi agar dapat bersaing secara baik.

Konsep kepemimpinan telah banyak ditawarkan para penulis di bidang


organisasi dan manajemen. Kepemimpinan tentu saja mengkaitkan aspek
individual seorang pemimpin dengan konteks situasi di mana pemimpin tersebut
menerapkan kepemimpinan. Kepemimpinan juga memiliki sifat kolektif dalam arti
segala perilaku yang diterapkan seorang pimpinan akan memiliki dampak luas
bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh anggota organisasi.

Sebelum memasuki materi kepemimpinan, perlu terlebih dahulu dibedakan


konsep pemimpin (leader) dengan kepemimpinan (leadership). Pemimpin adalah
individu yang mampu mempengaruhi anggota kelompok atau organisasi guna
mendorong kelompok atau organisasi tersebut mencapai tujuan-tujuannya.
Pemimpin menunjuk pada personal atau individu spesifik atau kata benda.
Sementara itu, kepemimpinan adalah sifat penerapan pengaruh oleh seorang

8
anggota kelompok atau organisasi terhadap anggota lainnya guna mendorong
kelompok atau organisasi mencapai tujuan-tujuannya.

2.2 Definisi Kepemimpinan

1. Kepemimpinan adalah prilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-


aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (share goal)
(Hemhill& Coons, 1957:7).
2. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu
situasitertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian
satuatau beberapa tujuan tertentu (Tannenbaum, Weschler & Massarik,
1961:24)….
3. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam
harapan dan interaksi (Stogdill, 1974:411).
4. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan
beradadiatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutin organisasi (Katz &
Kahn,1978:528)
5. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang
diorganisasi kearah pencapaian tujuan (Rauch & Behling, 1984:46)
6. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti)
terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan
usaha yang dinginkan untuk mencapai sasaran (Jacob & Jacques, 1990:281)
7. Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberi kontribusi
yangefektif terhadap orde sosial dan yang diharapkan dan dipersepsikan
melakukannya (Hosking, 1988:153)

2.3 Macam-Macam Tipe Kepemimpinan

1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis

9
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan
pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia
mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang
bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib
(supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang di
perolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik
memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri.
Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang
amat besar.

2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis

Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang


kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:

a. mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum


dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
b. mereka bersikap terlalu melindungi.
c. mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri.
d. mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk berinisiatif.
e. mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya
kreativitas mereka sendiri,
f. selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

3. Tipe Kepemimpinan Militeristik

Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan


otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:

10
a. lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat
otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.
b. menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
c. sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda
kebesaran yang berlebihan.
d. menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya.
e. tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari
bawahannya.
f. komunikasi hanya berlangsung searah.

4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)

Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:

b. mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
c. pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal.
d. berambisi untuk merajai situasi.
e. setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri.
f. bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan
tindakan yang akan dilakukan.
g. semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas
pertimbangan pribadi.
h. adanya sikap eksklusivisme.
i. selalu ingin berkuasa secara absolute.
j. sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku.
k. pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire

11
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia
membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin
tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan
tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya
berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai
wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai
pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem
nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan
kacau balau.

6. Tipe Kepemimpinan Populistis

Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang


tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri.
Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif

Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu


menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. pemimpinnya biasanya
terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administrator-administrator yang mampu
menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat
tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada
tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

8. Tipe Kepemimpinan Demokratis

12
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan
bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan
pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada
diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak
terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap
warga kelompok.

Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau


mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para
spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas
setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

2.4 Gaya Kepemimpinan

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin


atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang
datangnya dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya
peran serta anak buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Pemimpin
secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana
berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah pemberian
perintah. Pemimpin otokratis adalah seseorang yang memerintah dan menghendaki
kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah
serta menjatuhkan hukuman. Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan semata-mata
diputuskan oleh pimpinan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

13
Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara
pimpinan dan bawahan. Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan
yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan,
kepemimpinan konsultatif atau partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak
buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama.

3. Gaya Kepemimpinan Delegatif

Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan jarangnya pemimpin


memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan
anggota organisasi dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri (MacGrefor,
2004). Gaya Kepemimpinan adalah suatu ciri khas prilaku seorang pemimpin dalam
menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Dengan demikian maka gaya
kepemimpinan seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh karakter pribadinya.

Kepemimpinan delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan yang dilakukan


oleh pimpinan kepada bawahannya yang memiliki kemampuan, agar dapat
menjalankan kegiatannya yang untuk sementara waktu tidak dapat dilakukan oleh
pimpinan dengan berbagai sebab. Gaya kepemimpinan delegatif sangat cocok
dilakukan jika staf yang dimiliki memiliki kemampuan dan motivasi yang tinggi.
dengan demikian pimpinan tidak terlalu banyak memberikan instruksi kepada
bawahannya, bahkan pemimpin lebih banyak memberikan dukungan kepada
bawahannya.

4. Gaya Kepemimpinan Birokratis

Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan peraturan”.


Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang berlaku
bagi pemipin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis pada umumnya membuat
keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku tanpa adanya

14
fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan dan sedikit saja
kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh lepas dari
ketentuan yang ada.

5. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif. Kurang


interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bias
berjalan apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan
mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi. Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin
sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau sama sekali membiarkan anak
buahnya untuk berbuat sesuka hatinya.

6. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian

Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan


yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan
tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para
bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Tipe kepemimpinan yang
otoriter biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang diberikan
oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini
akan diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada bawahannya agar
kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah suatu
mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang
datang dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan.

7. Gaya Kepemimpinan Karismatis

Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang.


Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat.
Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat

15
menyenangi perubahan dan tantangan. Mungkin, kelemahan terbesar tipe
kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong
Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka.
Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-
konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta
pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf,
dan janji.

8. Gaya Kepemimpinan Diplomatis

Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan


perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan
dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan
kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang
menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya. Kesabaran dan
kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya,
mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini
bisa sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak
menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah
yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin.

9. Gaya Kepemiminan Moralis

Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka


hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi
terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk
kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena
kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan
seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak stabil, kadang bisa
tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan

16
bersahabat. Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya
kepemimpinan demokratis.Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini
permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan.
Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.

10. Gaya Kepemimpinan Administratif

Gaya kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada
aturan. Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil resiko
dan mereka cenderung mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini jika
mengacu kepada analisis perubahan yang telah kita bahas sebelumnya, hanya
cocok pada situasi Continuation, Routine change, serta Limited change.

11. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical).

Dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya pembuatan keputusan


didasarkan pada proses analisis, terutama analisis logika pada setiap informasi
yang diperolehnya. Gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan pada rencana-
rencana rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangat
mengutamakan logika dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang masuk
akal serta kuantitatif.

12. Gaya kemimpinan asertif (Assertive).

Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan mempunyai perhatian yang
sangat besar pada pengendalian personal dibandingkan dengan gaya
kepemimpinan lainnya. Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik.
Pengambilan keputusan muncul dari proses argumentasi dengan beberapa sudut
pandang sehingga muncul kesimpulan yang memuaskan.

17
2.5 Teori Dasar Kepemimpinan

Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan disini adanya tiga


teori dasar kepemimpinan:

1. Teori Genetis (Keturunan).

Inti dari teori menyatakan bahwa—Leader are born and not made—(pemimpin
itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini
mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang
bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi
pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai
takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau
determinitis. Teori ini menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu
kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri
seorang pemimpin. Menurut teori ini kepemimpinan diartikan sebagai traits within the
individual leader. Jadi seseorang dapat menjadi pemimpin karena dilahirkan sebagai
pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (leader were borned and
note made).

2. Teori Sosial.

Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori
inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa—
Leader are made and not born—(pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati).
Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini
mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi
pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup. Teori ini
memandang kepemimpinan sebagai fugsi kelompok (function of the group). Menurut
teori ini, sukses tidaknya suatu pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh sifat-sifat

18
yang ada pada seseorang, tetapi justru yang lebih penting adalah dipengaruhi oleh
sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang didampinginya.

3. Teori Ekologis.

Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran,


maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori
yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan
berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan.
Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan
pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini
menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat
dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Teori ini tidak hanya
didasari atas padangan yag bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga ekonomi
dan politis. Menurut teori ini kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi dari
situasi (function of the situation). Teori yang ketiga ini menunjukkan bahwa,
betapapun seorang pemimpin telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan
dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota kelompok, sukses tidaknya
kepemimpinannya masih ditentukan pula oleh situasi yang selalu berubah yang
mempengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan kelompok yang
didampingnya.

2.6 Fungsi Dari Kepemimpinan

Fungsi utama seorang pemimpin menurut Davis Krench dan Richard S.


Krutchfield sebagai berikut:

Perencana, pelaksana, penyusun kebijakan, tenaga ahli, wakil kelompok luar,


pengawas dan pengendali pertalian-pertalian di dalam kelompoknya, pelaksana
hukuman dan pujian, pelerai bawahannya yang bersengketa, suri teladan

19
bawahannya, jambang suatu kelompok, penanggung jawab, tokoh bapak, kambing
hitam, dan pecinta ideologi bagi kelompoknya.

2.7 Kepemimpinan pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. Kaltim

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 19 Tahun 2019 Tentang


Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama. Kanwil Kemenag
Prov. Kaltim dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang membawahi 5 bidang dan 3
pembimbing masyarakat (pembimas) serta dibantu oleh Bagian Tata Usaha dengan
membawahai 5 (lima) Sub Bagian. Adapun 5 (lima) bidang tersebut yaitu Bidang
Pendidikan Madrasah, Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam, Bidang
Bimbingan Masyarakat Islam, Bimbingan Masyarakat Kristen, Bidang
Penyelenggaraan Haji dan Umrah, serta terdapat 3 pembimbing masyarakat yaitu
Pembimbing Masyarakat Katolik, Pembimbing Masyarakat Hindu dan Pembimbing
Masyarakat Buddha.

Selain itu bagian tata usaha membawahi 5 sub bagian diantaranya Sub Bagian
Perencanaan, Data dan Informasi, Sub Bagian Keuangan dan BMN, Sub Bagian
Kepegawaian dan Hukum, Sub Bagian Organisasi, Tata Laksana dan KUB, Sub
Bagian Umum dan Humas.

Dari beberapa teori di atas pemimpin atau kepala Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Kalimantan Timur menganut gaya kepemimpinan tipe membangun
kebersamaan pikiran, cita-cita, atau gerak langkah. Asumsinya organisasi akan
meraih tujuannya atau maju kalau semua elemen organisasi bekerjasama dan
sama-sama bekerja. Nah, fungsi pemimpin adalah menciptakan kebersamaan
tersebut. Pemimpin seperti sangat menyadari pentingnya tim yang solid sehingga
bisa mewujudkan tujuan organisasi dengan baik. Pemimpin tipe demikian suka
berdiskusi atau bermusyawarah utk mencari kesepakatan. Selain itu juga
menerapkan tipe coach dan pembangun komitmen. Pemimpin dengan tipe ini
memahami bahwa untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan orang-orang yang
memiliki ketrampilan yang relevan. Untuk itu ia perlu membimbing atau meng-coach
orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya memiliki ketrampilan teetentu. Selain

20
itu, pemimpin tipe ini juga sangat memahami pentingnya komitmen sehingga timnya
memiliki kesunggulan dalam mencapai tujuan organisasi. Tipe kepemimpinan seperti
ini akan meninggalkan jejak atau legacy, utamanya berbagai prestasi kesuksesan
organisasi.

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Organisasi sebagai kesatuan sosial, yaitu terdiri dari orang atau kelompok
orang yang berinteraksi satu sama lain. Setiap organisasi dituntut selalu peka
terhadap aspirasi, keinginan, tuntutan dan kebutuhan berbagai kelompok dengan
siapa organisasi berinteraksi.

Kepemimpinan yang merupakan sesuatu yang wajib dalam kehidupan agar


kehidupan menjadi teratur dan keadilan bisa ditegakkan, sehingga tidak berlaku
hukum rimba. Kepemimpinan juga dapat dikatakan penting apabila memanfaatkan
dan mengelola potensi setiap anggota dengan cara yang tepat . Maka dari itu
seorang pemimpin dalam mengendalikan kepemimpinannya harus mendorong
perilaku positif dan meminimalisir semua yang negatif, mencari pemecahan
masalah, mempelajari perubahan di sekitarnya, serta mencanangkan strategi yang
tepat untuk mencapai tujuan.

Kepemimpinan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas


yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok juga merupakan sarana
pencapaian tujuan. Pemimpin dalam kehidupan organisasi mempunyai kedudukan
yang strategis dan merupakan gejala sosial yang selalu diperlukan dalam kehidupan
kelompok.

Pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Timur


menganut gaya kepemimpinan tipe membangun kebersamaan pikiran, cita-cita, atau
gerak langkah. Asumsinya organisasi akan meraih tujuannya atau maju kalau semua
elemen organisasi bekerjasama dan sama-sama bekerja. Nah, fungsi pemimpin
adalah menciptakan kebersamaan tersebut. Pemimpin seperti sangat menyadari
pentingnya tim yang solid sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi dengan baik.
Pemimpin tipe demikian suka berdiskusi atau bermusyawarah utk mencari
kesepakatan.

22
Selain itu juga menerapkan tipe coach dan pembangun komitmen. Pemimpin
dengan tipe ini memahami bahwa untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan
orang-orang yang memiliki ketrampilan yang relevan. Untuk itu ia perlu membimbing
atau meng-coach orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya memiliki
ketrampilan teetentu. Selain itu, pemimpin tipe ini juga sangat memahami
pentingnya komitmen sehingga timnya memiliki kesunggulan dalam mencapai tujuan
organisasi. Tipe kepemimpinan seperti ini akan meninggalkan jejak atau legacy,
utamanya berbagai prestasi kesuksesan organisasi.

3.3 Penutup

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi Gaya


Kepemimpinan yang dipakai pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
Kalimantan Timur yang kami bahas dalam makalah ini, semoga bermanfaat dan
menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua, kami mohon maaf atas banyaknya
kekurangan karena terbatasnya referensi yang kami peroleh. Sekiranya para
pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kami. Sekian
penutup dari kami semoga makalah ini dapat bermanfaat, kami ucapkan
terimakasih.

23
DAFTAR PUSTAKA

Hemphill, J. K., & Coons, A. E. (1957). Development of the leader behavior


description questionnaire. In R. M. Stogdill, and A. E. Coons (Eds.). Leader
behavior: Its description and measurement. Columbus: The Ohio State
University, Bureau of Business Research, Monograph No. 88.

Hosking, D. M. (1988). Organizing, leadership, and skillful process. Journal of


Management Studies, 25, 147-166.

http://ahsanfuady.blogspot.co.id/2015/05/arti-kepemimpinan-dalam-organisasi.html

http://setabasri01.blogspot.co.id/2011/01/kepemimpinan-dalam-organisasi.html

http://belajarpsikologi.com/tipe-tipe-kepemimpinan/

http://www.kompasiana.com/rudisalamsinulingga/gaya-gaya-
kepemimpinan_54f79ceca33311df1d8b4583

http://nasuhasmith13.blogspot.co.id/2011/03/teori-dasar-kepemimpinan.html

https://blingjamong.wordpress.com/2014/02/07/kepemimpinan-fungsi-tanggung-
jawab-dan-ciri-pemimpin/

Jacobs, T. O., & Jaques, E. (1990). Military dxecutive leadership. In K. E. Clark & M.
B. Clark (Eds.), Measures of leadership (pp. 281-295). New Jersey: Leadership
Library of America.

Katz, D., & Kahn, R. L. (1978). Social psychology of organizations (2nd ed.). New
York: John Wiley.

Lensufiie, Tikno. 2010. Leadership untuk Profesional dan Mahasiswa. Erlangga.

Rauch, C. F., & Behling, O. (1984). Functionalism: Basis for an alternate approach to
the study of leadership. In J. G. Hunt, D. M. Hosking, C. A. Schriesheim, & R.
Stewart (Eds.), Leaders and managers: International perspectives on
managerial behavior and leadership (pp. 45-62). New York: Pergamon Press.

Stogdill, R. M. (1974). Handbook of leadership: A survey of the literature. New York:


Free Press.

Tannebaum, Weschler. & Nassarik. (1961). 24 dalam materi pelatihan ketrampilan


manajerial SPMK. Tersedia :http:// kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/5a-
KEPEMIMPINAN (revDes'02) Vroom, Victor. H. 1964. Work and
motivation.New York: Wiley.

24

Anda mungkin juga menyukai