Anda di halaman 1dari 162

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan

dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan,

dipengaruhi oleh kepemimpinan, melalui kepemimpinan dan didukung

oleh kapasitas organisasi pemerintahan yang mempadai, maka

penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) akan

terwujud, sebaliknya kelemahan kepemimpinan merupakan salah satu

sebab keruntuhan kinerja birokrasi di Indonesia. (Istianto, 2009:2).

Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari

seorang pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan

mengatur seluruh unsur-unsur didalam kelompok atau organisasinya

untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga

menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Dengan meningkatnya

kinerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau pegawai

dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Kepemimpinan yang pada PADA Bidang Perundang-Undangan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten, dipimpin

oleh seorang Kepala Bidang yang membawahi 45 orang pegawai

membutuhkan kepemimpinan yang baik sehingga Bidang Perundang-

Undangan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten

dapat meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai.


2

Salah satu permasalahan yang terjadi Bidang Perundang-undangan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi yang juga merupakan

permasalahan hampir di semua lembaga atau instansi pemerintahan

padalah munculnya keluhan dan ketidakpuasan masyarakat terhpadap

pelayanan kePADA masyarakat yang tidak maksimal seperti yang

dikemukakan oleh Menteri Perindustrian Fahmi Idris

(http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/24/1346573/kinerja) bahwa

"Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih memprihatinkan, masih

buruknya kinerja PNS diketahui dari masih tingginya persentase

keterlambatan masuk kerja dan pelaksanaan tugas yang tidak sesuai

standar".

Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai

berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang

lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari

banyaknya literatur yang mengkaji tentang dengan berbagai sudut

pandang atau perspektifnya. Leadership tidak hanya dilihat dari bak saja,

akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara  berencana dan

dapat melatih calon-calon pemimpin.

Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan,

kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi.

Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dan motovasi  dalam

pengarahan padalah factor penting efektivitas manajer. Bila organisasi

dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan

kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang


3

efektif akan meningkat, bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku

dan teknik-teknik kepemimpinan efektif organisasi, berbagai perilaku dan

teknik tersebut akan dapat dipelajari.

Kepemimpinan PADA hakikatnya merupakan kemampuan yang

dimiliki seseorang untuk membina, membimbing, mengarahkan dan

mengerakkan orang lain agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemimpin perlu

melakukan serangkaian kegiatan diantaranya padalah mengarahkan

orang-orang yang terlibat dalam organisasi yang dipimpinnya. Dengan

kata lain tercapai atau tidak tujuan suatu organisasi sangat tergantung

pada pimpinannya.

Sebagaimana telah dipahami bersama bahwa dalam sebuah

organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan

tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh kepemim-

pinan, melalui kepemimpinan dan didukung oleh kapasitas organisasi

pemerintahan yang mempadai, maka penyelenggaraan tata pemerintahan

yang baik (Good Governance) akan terwujud, sebaliknya kelemahan

kepemimpinan merupakan salah satu sebab keruntuhan kinerja birokrasi

di Indonesia, (Istianto, 2009: 2).

Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah, bahwa Tata Pemerintahan

yang baik merupakan harapan dan impian masyarakat setelah mengalami

krisis kepercayaan kePADA pemerintah. Oleh karena itu salah satu faktor

yang dapat memberikan kekuatan untuk dapat tercapainya Good

Governance, padalah kepemimpinan.


4

Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara

dari

seorang pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan

mengatur seluruh unsur-unsur di dalam kelompok atau organisasinya

untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga

menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Dengan meningkatnya

kinerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau pegawai

dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten

merupakan lembaga Legislatif yang tentunya sebagai panutan masyarakat

karena didalamnya padalah wakil rakyat yang harus dapat memperhatikan

suara rakyat, dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sangat

memerlukan pemimpin yang dapat menjalankan kepemimpinannya

dengan baik, sehingga bawahan dapat melaksanakan tugas dengan

efektif. Khusus Bidang Perundang-undangan Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten yang mempunyai tugas pokok

menghasilkan Rancangan Undang-Undang, maka untuk meningkatkan

disiplin kerja pegawai dengan memiliki seorang pemimpin yang

melaksanakan kepemimpinan situasional. Namun dalam kenyataannya

terdapat berbagai kendala dan masalah berkaitan dengan kepemimpinan

dalam upaya meningkatkan disiplin kerja pegawai. Sebagaimana penulis

ketahui bahwa masalah tersebut tercermin PADA beberapa gejala

masalah yang penulis amati selama melaksanakan pra-penelitian, sebagai

berikut:
5

1) Seorang pemimpin kurang percaya pada bawahan sehingga berakibat

pada pegawai kurang memiliki Inisiatif tinggi dalam hal penanganan

masalah-masalah yang timbul;

2) Seorang pemimpin kurang berkeinginan membantu

mengembangkan

keterampilan agar karir mereka meningkat, (Hasrat melayani

bawahan). Hal ini berakibat PADA kurangnya semangat kerja serta

sikap positif dalam melaksanakan tugas pekerjaan;

3) Seorang pemimpin harus memahami lingkungan organisasi (Sadar

dan paham kondisi lingkungan). Hal ini berakibat PADA setiap pegawai

kurang dapat menyesuaikan antara cara kerja serta situasi kerja.

Berdasarkan masalah-masalah yang terurai dalam gejala tersebut

di atas, padanya ketertarikan penulis terhpadap materi kepemimpinan

serta mudah mencari referensi sebagai landasan teori, sehingga penulis

melakukan penelitian dengan menetapkan judul sebagai berikut:

"PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHPADAP PENINGKATAN

DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BIDANG PERUNDANG-

UNDANGAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

DAERAH PROVINSI BANTEN”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan judul diatas maka pada beberapa

masalah yang harus diidentifikasi antara lain:


6

1.2.1 Bagaimana Kepemimpinan PADA Bidang Perundang-Undangan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten

Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai;

1.2.2 Hambatan - hambatan apa yang dihadapi dalam Peningkatan

Disiplin Kerja Pegawai PADA Bidang Perundang-Undangan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten;

1.2.3 Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh Bidang Perundang-

Undangan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Banten menghpadapi hambatan-hambatan.

1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Terdapat beberapa tujuan dari pelaksanaan penelitian ini

padalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui sejauhmana kepemimpinan PADA Bidang

Perundang-Undangan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi Banten, dalam upaya Meningkatkan Disiplin

Kerja Pegawai;

2) Untuk mengetahui faktor penghambat Kepemimpinan PADA

Bidang Perundang-Undangan Sekretariat Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi Banten terhpadap peningkatan

Disiplin Kerja Pegawai;

3) Untuk mengetahui uapaya-upaya yang dilakukan oleh Bidang

Perundang-Undangan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi Banten dalam mengatasi hambatan-hambatan.


7

1.3.2. Kegunaan Penelitian

1) Kegunaan Teoretis

Berdasarkan hasil penelitian ini, secara teoritis penulis ber-

berharap dapat memberikan kontribusi terhpadap pengembang-

an khasanah ilmu pengetahuan, artinya dapat memperkuat

teori-teori tentang telaahan manajemen khususnya

kepemimpinan dan Manajemen Sumber Daya Manusia yang

berkaitan dengan peningkatan Disiplin Kerja Pegawai

maupun untuk merespon penelitian terdahulu.

2) Kegunaan Praktis

a. Dapat menambah dan memperluas wawasan ilmu

pengetahuan penulis mengenai Ilmu Manajemen khusus-

nya kepemimpinan dan peningkatan Disiplin Kerja Pegawai

PADA Bidang Perundang-Undangan Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten.

b. Dapat memberikan sumbang saran bagi

Instansi/Lembaga khususnya pimpinan organisasi mengenai

pengaruh kepemimpinan terhpadap peningkatan Disiplin

Kerja Pegawai PADA Bidang Perundang-Undangan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Banten;

c. Dapat memberikan sumbang saran berupa

referensi bagi
8

pembaca yang mungkin bermanfaat untuk

melaksanakan

penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang Kepemim-

pinan dan Disiplin Kerja Pegawai.

1.4. Anggapan Dasar Dan Hipotesis

1.4.1. Anggapan Dasar

Anggapan Dasar padalah teori yang dijadikan dasar untuk meng

-anilisa masalah dalam penelitian. Sebagai landasan berpijak untuk meng-

analisis permasalahan tersebut di atas diperlukan suatu anggapan dasar

yang merupakan pedoman dalam penyelesaian masalah yang terdapat

dalam penyusunan skripsi ini.

Sebagaimana telah ditetapkan di atas bahwa dalam penelitian ini

penulis membahas dua variabel, terdiri dari variabel bebas

(Kepemimpinan) dan variable terikat (Disiplin Kerja Pegawai). Oleh karena

itu Kepemimpinan merupakan inti manajemen dan menjadi posisi kunci

dalam kegiatan organisasi pemerintah maupun swasta, sebab

kepemimpinan berarti menguasai seni atau teknik melakukan tindakan-

tindakan seperti teknik memberikan perintah, memberikan teguran,

memberikan anjuran, memberikan pengertian, memperoleh saran,

memperkuat identitas kelompok yang dipimpin, memudahkan pendatang

baru untuk menyesuaikan diri, menanamkan rasa disiplin dikalangan

bawahan serta merupakan penyelaras kegiatan kerjasama dalam

organisasi.
9

Sebagaimana dikemukakan oleh Miftah Toha dalam bukunya

Kepemimpinan Dalam Manajemen, mengutip dari Robert Durbin, Human

Resources in Administration, the Sosiology of Organization, with reading

and cases, New York, Prantice Hall-Book Company (1951), menyatakan

sebagai berikut: ”Kepemimpinan kpadangkala diartikan sebagai

pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan”, (2011:5).

Sedangkan pengertian Kepemimpinan sebagaimana dikemukakan

oleh Prof. Dr.Sedarmayanti, M.Pd., APU., dalam bukunya Dasar-

dasar Pengetahuan Tentang Manajemen Perkantoran Statu Pengantar,

menyatakan sebagai berikut: “Kepemimpinan padalah kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang atau orang-orang agar

dengan penuh pengertian, kespadaran, dan sepenuh hati bersedia

mengikuti kehendak pimpinan”, (2009:309).

Selanjutnya Dr. H.B. Siswanto, M.Si., dalam bukunya Pengantar

Manajemen menyatakan pendapatnya sebagai berikut:

“Kepemimpinan padalah sebagai sifat dan perilaku untuk


mempengaruhi para bawahan agar mereka mampu
bekerja sama sehingga membentuk jalinan kerja yang
harmonis dengan mempertimbangkan aspek efisien dan
efektif untuk mencapai tingkat produktivitas kerja sesuai
dengan yang telah ditetapkan”, (2011:154)

Kemudian pengertian kepemimpinan sebagaimana dikemukakan oleh

Yaverbaum & Sherman (2008) yang dikutip oleh Prof. Dr. Husaini

Usman, M.Pd., M.T., dalam bukunya Mnajemen, Teori, Praktik dan Reset

pendidikan Edisi 3, menyatakan sebagai berikut: “Kepemimpinan padalah

leadership is act of gaining cooperation from people in order to


10

accomplish something”.(Kepemimpinan padalah tindakan mendapatkan

kerja sama dari orang untuk mencapai sesuatu)”, (2011:281).

Berdasarkan ketiga pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan,

bahwa kepemimpinan padalah kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi perilaku seluruh bawahan dengan penuh pengertian,

kespadaran, dan sepenuh hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan.

Selanjutnya menurut Chester I. Bernard (1968) dalam Dr. H.B.

Siswanto, M.Si., menyatakan bahwa kepemimpinan memiliki dua aspek

yaitu (1). Kelebihan individual teknik kepemimpinan; (2). Keunggulan

pribadi dalam hal ketegasan, keuletan, kesaaran dan keberhasilan, (2011:

154).

Untuk memudahkan pelaksanaan analisis dalam penelitian ini, penulis

menetapkan tolok ukur penelitian mengacu pada kualifikasi kepemimpinan

sebagaimana dikemukakan oleh Dr. H.B. Siswanto, M.Si., dalam

bukunya Pengantar Manajemen, sebagai berikut:

1) Watak dan Kepribadian yang terpuji;


2) Prakarsa yang tinggi;
3) Hasrat melayani bawahan;
4) Spadar dan paham kondisi lingkungan;;
5) Intelegensi yang tinggi;
6) Berorientasi ke masa depan;
7) Sikap terbuka dan lugas;
8) Widiasuara yang efektif, (2011:156).

Untuk menghindari salah tafsir terhpadap pemahaman tentang

kualifikasi kepemimpinan di atas, penulis uraikan sebagai berikut:

1) Watak dan Kepribadian yang terpuji


11

Seorang pemimpin harus memiliki watak dan kepribadian yang terpuji,

karena seorang pemimpin hádala cerminan bawahan, dan ia juga

merupakan sumber identifikasi, Disiplin dan moral para bawahan;

2) Prakarsa yang tinggi

Seorang pemimpin hendaknya seorang self starter, memiliki inisiatif

sendiri. Mengajukan gagasan dan bersedia menanggung risiko

kegagalan bersamaan dengan padanya desempatan untuk

memperoleh keberhasilan;

3) Hasrat melayani bawahan

Seorang pemimpin harus percaya PADA bawahan, mendengar-

kan pendapat mereka, berkeinginan membantu, serta menimbulkan

dan mengembangkan keterampilan agar parir mereka meningkat;

4) Sadar dan paham kondisi lingkungan

Seorang pemimpin tidak hanya menypadari mengenai apa yang

sedang terjadi di sekitarnya, tetapi juga harus memiliki pengertian yang

mempadai sehingga dapat mengevaluasi perbedaan kondisi

lingkungan untuk kepentingan organisasi dan bawahannya;

5) Intelegensi yang tinggi

Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berpikir tinggi. Harus

mampu menganalisis permasalahan dengan efektif, relajar dengan

cepat dan memiliki minat yang tinggi untuk mendalami dan menggali

statu ilmu pengetahuan;

6) Berorientasi ke masa depan


12

Seorang pemimpin harus memiliki intuisi, kemampuan memprediksi,

dan visi sehingga dapat mengetahui sejak awal mengenai

kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat mempengaruhi organisasi

yang dikelola dan para bawahan yang terorganisir;

7) Sikap terbuka dan lugas

a. Seorang pemimpin harus memiliki sifat terbuka.

b. Harus sanggup mempertimbangkan fakta dan innovási

baru.

c. Memiliki pendirian yang lugas dan konsisten.

d. Bersedia mengganti cara kerja yang lama dengan yang

baru dan

dipandang mampu memberi nilai guna yang efisien dan efektif bagi

organisasi yang dipimpinnya;

8) Widiasuara yang efektif.

Seorang pemimpin adalah penyampai berita kepada orang lain, baik

Secara Vertikal untuk memberikan instruksi dan perintah kepada

bawahan, dan horizontal kePADA dinas instansi terkait yang memiliki

transaksi dengan organisasi. Terampil dalam memainkan peran yang

dapat membantu efektivitas organisasi yang dipimpinnya.

Disamping itu terdapat beberapa fungsi Kepemimpinan sebagaimana

dikemukakan oleh DR. Sondang P. Siagian, M.PA., dalam bukunya

Teori dan Praktik Kepemimpinan menyatakan terdapat lima fungsi

kepemimpinan sebagai berikut:

1) Pemimpin selaku penentu arah yang akan


ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan;
13

2) Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan


dengan pihak-pihak diluar organisasi;
3) Pimpinan selaku komunikator yang efektif;
4) Mediator yang andal khususnya dalam hubungan
kedalam, terutama dalam menangani situasi konflik;
5) Pimpinan selaku integrator yang efektif, rasional,
objektif dan netral, (2010:48).

Apabila kepemimpinan Bidang Perundang-Undangan Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten dilaksanakan dengan

memperhatikan esensi kualifikasi kepemimpinan sebagaimana

dikemukakan oleh Dr. H.B. Siswanto, M.Si., dalam bukunya Pengantar

Manajemen, diharapkan dapat memiliki fungsi untuk meningkatkan kinerja

pegawai.

Selanjutnya mengingat dalam penelitian ini membahas tentang

kepemimpinan dan Disiplin Kerja Pegawai, maka penulis menguraikan

pengertian kinerja menurut beberapa para ahli sebagai berikut:

3) Pengertian Disiplin Kerja Pegawai

Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat diberbagai

instansi pemerintah maupun swasta. Kita mengenal padanya disiplin

kerja, disiplin lalu lintas, disiplin belajar dan macam istilah disiplin yang

lain. Masalah disiplin yang dibahas dalam penelitian ini hanya difokuskaan

mengenai disiplin kerja pegawai. Disiplin yang dimaksud dalam hal ini

padalah disiplin yang dilakukan oleh para aparatur/pegawai dalam

kegiatan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai Pegawai

Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil yang bekerja PADA Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten.


14

Untuk lebih memahami tentang disiplin kerja pegawai terlebih dahulu

penulis mengemukakan pengertian disiplin sebagaimana tercantum dalam

Undang-Undang Nomor  8 Tahun 1974 Tentang pokok-pokok

kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor  43 Tahun 1999 Tentang perubahan atas Undang-Undang

Nomor  8 Tahun 1974 Tentang pokok-pokok kepegawaian menyatakan

bahwa: “Disiplin Pegawai Negeri Sipil padalah kesanggupan Pegawai

Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan

kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman

disiplin”.

Kemudian tercantum dalam http://carapedia.com/pengertian-

definisi-disiplin-info2133.html., menyebutkan pengertian

disiplin sebagai berikut:

1. Menurut Lembaga Ketahanan Nasional


(Lemhannas) (1997:11), menyebutkan “makna kata disiplin
dapat dipahami dalam kaitannya dengan “latihan yang
memperkuat”, “koreksi dansanksi”, “kendali atau terciptanya
ketertiban dan keteraturan”, dan “sistem aturan tata laku.
2. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, dinyatakan
bahwa “Disiplin padalah tata tertib ( di sekolah, kemiliteran,
dsb) atau ketaatan (kepatuhan) kePADA peraturan (tata
tertib, dsb)”.

Kemudian menurut pendapat ahli lain diantaranya pendapat

A.A. Anwar Prabu Mangkunegara mengutip dari Keith Davis

(1985:366), dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaanl, menyatakan sebagai berikut: “Dicipline is management

action to enforce organization standards”. (Disiplin kerja padalah sebagai


15

pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman

organisasi”, (2008:129).

Kemudian pengertian disiplin menurut pendapat H. Malayu S.P.

Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi

Revisi, mengemukakan sebagai berikut: “Kedisiplinan padalah

kespadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan

perusahaan/

organisasi dan norma-norma social yang berlaku”, (2005:193).

Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas, bahwa disiplin

pegawai PADA hakekatnya, merupakan hal yang dapat dilatih. pelatihan

disiplin diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau

keteraturan, dan efisiensi. Jadi secara singkat dapat disimpulkan bahwa

disiplin berhubungan dengan pengendalian diri supaya dapat

menbedakan mana hal yang benar dan mana hal yang salah sehingga

dalam jangka panjang diharapkan bisa menumbuhkan perilaku yang

bertanggung jawab.

Terdapat beberapa indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan

pegawai, sebagaimana dikemukakan oleh H. Malayu S.P. Hasibuan, se-

bagai berikut:

1) Tujuan dan kemampuan;


2) Telpadan Pimpinan;
3) Keadilan dan Balas Jasa;
4) Waskat;
5) Sanksi Hukuman;
6) Ketegasan, dan
7) Hubungan kemanusiaan, (2005:194).
16

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, untuk

memudahkan pelaksanaan analisis penelitian ini penulis menetapkan

kerangka pikir penelitian secara rinci dan jelas sebagaimana tertuang

dalam gambar sebagai berikut:

PROSES

VARIABEL: X VARIABEL : Y
Kepemimpinan Disiplin Kerja Pegawai
1) Watak dan
Kepribadian yang 1) T
INPUT terpuji; ujuan dan
Gejala
Masalah;
2) Prakarsa kemampuan;
Data yang tinggi; 2) T
&Informsi; 3) Hasrat eladan Pimpinan;
Teori ; melayani bawahan; 3) K
Populasi dan 4) Sadar dan eadilan dan Balas
Sampel. paham kondisi Jasa;
lingkungan;; 4) W
5) Intelegensi
askat;
yang tinggi;
5) S
6) Berorientasi
anksi Hukuman;
ke masa depan;
FEEDBACK 7) Sikap
6) K
Pengaruh
kepemimpina
n Terhadap
Peningkatan
Disiplin Kerja
Pegawai OUTPUT
Pembuktian Hipotesis
Terdapat Pengaruh Kepemimpinan terhadap Peningkatan Disiplin
Kerja Pegawai Pada Bidang Perundang-undangan Sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten.

Gambar: 1.1
Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat dike-

mukakan anggapan dasar sebagai berikut:

1) Pengertian Manajemen padalah suatu proses penggunaan

sumber daya Organisasi dengan menggunakan orang lain untuk


17

mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien (Prof. Dr.

Wibowo, SE., M.Phil., dalam Mnajemen Kinerja, 2011:2);

2) Pengertian Kepemimpinan padalah suatu proses kegiatan

seseorang untuk menggerakkan orang lain dengan memimpin,

membimbing, mempengaruhi orang lain, untuk melakukan sesuatu

agar dicapai hasil yang diharapkan;

3) Kualifikasi kepemimpinan sebagaimana dikemukakan oleh

Dr. H.B. Siswanto, M.Si., padalah sebagai tolok ukur penelitian PADA

variable bebas;

4) Pengertian Disiplin Kinerja Pegawai padalah gambaran

mengenai tingkatpencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijaksana-an dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

misi, visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis

(strategic planning) suatu organisasi;

5) Kepemimpinan berdasarkan PADA kualifikasi

kepemimpinan, diharapkan dapat merupakan suatu upaya dalam

peningkatan kinerja pegawai PADA Bidang Perundang-undangan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi

Banten.

1.4.2. Hipotesis

Berdasarkan anggapan dasar di atas dalam penelitian ini penulis

mengemukakan hipotesis sebagai barikut:

1) Hipotesis penelitian
18

”Diduga terdapat pengaruh Kepemimpinan Terhadap

Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai pada Bidang Perundang-

Undangan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Provinsi Banten”.

2) Hipotesis Statistik

Ho≤0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Kepemimpinan pada Terhadap Peningkatan Disiplin

Kerja Pegawai pada Bidang Perundang-Undangan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Provinsi Banten;
Ha>0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara

Kepemimpinan pada Terhadap Peningkatan Disiplin

Kerja Pegawai pada Bidang Perundang-Undangan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Provinsi Banten.

Untuk memudahkan pengukuran aspek-aspek yang terdapat pada

variabel penelitian, penulis menguraikan definisi operasional sebagai

berikut:

a. Kepemimpinan sebagai Variabel Bebas

(Independent Variabel), dioperasionalkan kedalam aspek-aspek

sebagai berikut:

1) Seorang pemimpin harus memiliki watak dan kepribadian

yang ter-
19

puji, karena seorang pemimpin padalah cerminan bawahan, (Watak

dan Kepribadian yang terpuji);

2) Seorang pemimpin merupakan sumber identifikasi, Disiplin

dan moral para bawahan, (Watak dan Kepribadian yang terpuji);

3) Seorang pemimpin hendaknya berani mengajukan gagasan

dan bersedia menanggung risiko kegagalan bersamaan dengan

padanya kesempatan untuk memperoleh keberhasilan, (Prakarsa

yang tinggi);

4) Seorang pemimpin hendaknya seorang self starter, memiliki

inisiatif sendiri, (Prakarsa yang tinggi);

5) Seorang pemimpin harus percaya PADA bawahan, dan

mau men -

dengarkan pendapat mereka, (Hasrat melayani bawahan);

6) Seorang pemimpin harus berkeinginan membantu, serta

menimbul-

kan dan mengembangkan keterampilan agar karir mereka

meningkat, Hasrat melayani bawahan);

7) Seorang pemimpin harus memahami lingkungan untuk

kepentingan

organisasi dan bawahannya, (Spadar dan paham kondisi

lingkungan);

8) Seorang pemimpin harus mampu menganalisis

permasalahan dengan efektif, belajar dengan cepat;


20

9) Seorang pemimpin harus berorientasi ke masa depan

(memiliki visi);

10) Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan

memprediksi ke -

mungkinan-kemungkinan apa yang dapat mempengaruhi organisa-

si yang dikelola dan para bawahan yang terorganisir;

11) Seorang pemimpin harus memiliki sifat terbuka;

12) Seorang pemimpin harus sanggup mempertimbangkan

fakta dan inovasi baru.

13) Seorang pemimpin harus memiliki pendirian yang lugas dan

Konsisten;

14) Seorang pemimpin harus bersedia mengganti cara kerja

yang lama dengan yang baru yang dipandang mampu memberi

nilai guna yang efisien dan efektif bagi organisasi yang

dipimpinnya;

15) Seorang pemimpin padalah penyampai berita lePADA

orang lain, baik vertikal maupun horizontal.

16) Seorang pemimpin harus terampil dalam memainkan peran

yang dapat membantu efektivitas organisasi yang dipimpinnya.

b. Peningkatan Disiplin Kinerja Pegawai sebagai

Variabel Terikat, dioperasionalkan kedalam aspek-aspek sebagai

berikut:

1) Setiap pegawai harus memiliki hasil kerja yang baik;

2) Setiap pegawai harus memiliki pengetahuan pekerjaan;


21

3) Untuk meningkatkan kinerja pegawai, harus memiliki Inisiatif

tinggi dalam hal penanganan masalah-masalah yang timbul;

4) Padanya kemampuan dan kecepatan dalam menerima

instruksi kerja;

5) Setiap pegawai harus dapat menyesuaikan antara cara

kerja serta situasi kerja yang pada;

6) Setiap pegawai untuk meningkatkan kinerjanya harus

memiliki ke -

tepatan waktu kerja;

7) Setiap pegawai dalam meningkatkan kinerjanya harus

memiliki tingkat kehadiran yang tinggi.

1.5. Metode Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data

1.5.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini padalah

menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan asosiatif

kausal yaitu suatu cara penelitian dengan mengumpulkan pendapat

dari para responden yang dianggap representatif guna

mengungkapkan hubungan kausal antara Kepemimpinan dengan

peningkatan Disiplin Kerja Pegawai pada Bidang Perundang-

undangan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Banten.

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data

Padapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis

dalam melaksanakan penelitian ini padalah :


22

1) Studi Kepustakaan (Library Research), padalah penelitian

yang dilakukan dengan mempelajari dan membaca buku literatur yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2) Penelitian Lapangan (Field Reserach), padalah penelitian

yang dilakukan secara langsung kePADA objek penelitian.

a. Observasi partisipatif, yaitu mengpadakan penelitian dan

pencatatan secara langsung semua aktivitas objek penelitian

sesuai hasil yang diperoleh, dan penulis terlibat langsung dalam

pelaksanaan kegiatannya;

b. Interview, yaitu melakukan wawancara langsung dengan

pejabat dalam obejk penelitian yang memiliki wewenang dalam

memberikan informasi yang dibutuhkan.

c. Angket yaitu suatu dengan cara menyebarkan sejumlah

daftar

pertanyaan/ pernyataan untuk mendapatkan jawaban dari

responden.

Dalam penelitian ini Angket yang digunakan padalah tipe angket

tertutup, yaitu daftar pertanyaan secara tertulis yang telah disediakan

alternatif jawabannya. Selanjutnya dibagikan kePADA seluruh responden,

untuk memperoleh tanggapan secara obyektif, kemudian dikumpulkan

kembali untuk dilakukan perhitungan secara menyeluruh melalui analisis

jawaban responden.

1.6. Populasi, dan Teknik Sampeling


1.6.1. Populasi
23

Menurut Sugiyono (2003:72) menyatakan bahwa “Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Adapun anggota populasi

dalam penelitian ini padalah seluruh Pegawai terdiri dari Pegawai Negeri

Sipil (PNS) dan honorer PADA Bidang Perundang-Undangan Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten sebanyak 45 orang.

1.6.2. Teknik Sampling

Sedangkan sampel itu sendiri menurut Sugiyono (2003:72) adalah

Bidang dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Non-Probability

Sampling dengan pendekatan sampling jenuh atau sensus padalah jumlah

popukasi seluruhnya ditetapkan menjadi sampel. Untuk lebih jelasnya

penetapan Populasi dan Sampel, penulis uraikan di bawah ini:

Tabel: 1.1
Populasi dan Sampel
No. URAIAN POPULASI SAMPEL KET.
1 Sekretaris Dewan 1 1
2 Kepala Bidang 1 1
3 Kepala Bidang 3 3
4 Pelaksana 40 40
5 JUMLAH: 45 45
Sumber: Setwan DPRD Prov. Banten:2013

1.7 Uji Validitas, Reliabilitas, Teknik Pengolahan dan

Analisa Data

1.7.1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

a. Uji Validitas
24

Untuk mengetahui validitas instrumen, maka dalam peneliti-

an ini harus dilakukan uji validitas atau kelayakan kuesioner yang

disebarkan kepada seluruh responden. Cara yang digunakan

dalam menguji validitas dari dua variabel (bebas dan terikat),

dengan mengoreksi skor butir-butir pertanyaan dari kedua variabel

tersebut yaitu variabel bebas (Kepemimpinan) dengan skor total

dan variabel terikat (Disiplin Kerja Pegawai). Uji validitas tersebut

dilakukan suatu perbandingan antara “r” hitung dan “r” tabel,

dengan menggunakan rumus “product moment” sebagaimana

dikemukakan oleh Simamora (2004:180), sebagai berikut:

Dimana : r = korelasi product moment

n = jumlah responden

x = skor butir pertanyaan

y = skor total

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menghasilkan data yang

baik dengan menggunakan teknik “belah ganjil genap” dimana

peneliti mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai bahan

pertama dan kelompok skor butir bernomor genap sebagai bahan

kedua.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan rumus “Spearman -


25

Brown” sebagaimana dikemukakan oleh Umar (2002:188) dalam

bukunya Metode Penelitian Sosial, sebagai berikut :

Dimana : ri = Reliabilitas instrumen


Rxy = Koefisien korelasi antara jawaban kuesioner
Setelah diperoleh angka reliabilitas, selanjutnya dilakukan uji

korelasi dengan membandingkan hasil perhitungan reliabilitas atau

“r” hitung dengan “r” tabel product moment. Bila “r” hitung lebih

besar dari “r” tabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen

kuesioner yang dilakukan padalah reliabel.

1.7.2 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Dalam pengolahan dan analisis data disesuaikan dengan teknik

analisis yang akan digunakan yaitu skala Likert padalah dapat

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, (Sugiyono ,

2003:86). Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur

disebarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen

yang dapat berupa pernyataan. Jawaban setiap instrumen

mempunyai tingkatan dari sangat positif sampai dengan negatif.

Jawaban atas pernyataan yang diajukan bervariasi dan penulis

menetapkan nilai sebagai berikut:

Tabel 1.2
26

Tabel Skor Kriteria Jawaban


Pertanyaan Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sugiyono : 2007 :94-95
Selanjutnya penulis menganalisis data dan menginter-pretasikan

faktor-faktor yang diperoleh dalam penelitian dan menyesuaikan

dengan teori yang mendukung penelitian secara kuantitatif.

Untuk menghitung tingkat disiplin kerja pegawai, penulis akan

mengumpulkan data yang diperoleh melalui kuesioner kemudian

dianalisis. Dari kuesioner yang terkumpul, kemudian penulis

mengolah data dengan cara memberikan bobot penilaian dari setiap

penilaian berdasarkan skala likert dengan bobot penelitian seperti

tersebut di dalam tabel. Selanjutnya dicari rata-rata dari setiap

jawaban responden, untuk memudahkan penilaian, maka dibuat

interval sebagai berikut:

Tabel: 1.3
Tabel Interval Koefisien
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Cukup Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sugiyono (2003)

Selanjutnya penulis melaksanakan analisa data dan melaksanakan

pengujian hipotesis sebagaimana diuraikan di bawah ini.

a. Analisa Data
27

Langkah selanjutnya adalah pelaksananan analisis data yang

bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis dengan mengetahui

hubungan positif antara kedua variabel, dengan menggunakan

perhitungan korelasi dari Rank Spearman (rs). Korelasi Rank Spearman

ini merupakan ukuran asosiasi yang menuntut kedua variabel diukur

dalam skala ordinal.

Sebagaimana dikemukakan oleh Umar (2002:205) apabila terdapat

dua data atau lebih angkanya sama, maka digunakan rumus rank Spear-

man sebagai berikut :

Dengan ketentuan sebagai berikut :

Dimana : di2 = selisih antara variabel X dan variabel Y

n = Banyaknya pasangan data

T = Faktor koreksi untuk variabel X dan Y

t = Banyak data yang bernilai sama


28

rs = Koefisien Korelasi.

Jika didalam observasi tersebut tidak terdapat angka yang sama

atau kembar, maka menggunakan rumus :

Harga rs selalu bergerak dari -1 sampai +1, artinya bahwa:

Bila rs = +1 berarti hubungan antara variabel bebas dan

variabel terikat sangat kuat atau cukup kuat dan

mempunyai hubungan yang positif.


Bila rs = -1 berarti hubungan antara variabel X dan

variabel Y sangat kuat atau cukup kuat dan

mempunyai hubungan yang negatif.


Untuk mengetahui seberapa besar derajat hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat, diperlukan taksiran yang

dijelaskan dengan menggunakan batasan-batasan sebagai berikut:

Tabel: 1.4
Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Cukup Kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sugiyono (2003)

b. Pengujian Hipotesis
29

Pengujian hipotesis merupakan langkah yang paling utama dan

terakhir dengan maksud untuk menguji apakah pelaksanaan Gaya

Kepemimpinan memiliki pengaruh terhpadap peningkatan Efektivitas

Kerja Pegawai PADA Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika

Provinsi Banten, dengan langkah - langkah perhitungan yang signifikan

dan menggunakan koefisien korelasi Rank Spearman padalah sebagai

berikut :

1) Menentukan Ho dan Ha.:

Ho≤0 : artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

Kepemimpinan pada Terhadap Peningkatan Disiplin Kerja

Pegawai pada Bidang Perundang-Undangan Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten;


Ha>0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara

Kepemimpinan pada Terhadap Peningkatan Disiplin Kerja

Pegawai pada Bidang Perundang-Undangan Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten;

2) Menentukan taraf signifikan

Dalam menentukan taraf signifikasi, penulis mengambil interval

keyakinan sebesar 95% sehingga tingkat kesalahan (α) sebesar 5%

dan derajat kebebasan (dk) dengan rumus : dk = n-2, sebagai berikut:

(Sudjana, Metode Statistik,1991 : 382)


30

Dimana : rs = Koefisien Korelasi Spearman

n = Banyaknya Sampel

t = Distribusi Student

Selanjutnya membandingkan t tabel terhpadap t hitung dengan kriteria :

1) t hitung ≤ t tabel maka Ho

diterima dan Ha ditolak

2) t hitung > t tabel maka Ho ditolak

dan Ha diterima.

1.7. Lokasi Dan Lamanya Penelitian


Lokasi yang penulis jadikan objek penelitian PADA Bidang

Perundang-undangan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) Provinsi Banten yang beralamat di Kawasan Pusat

Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) jalan Raya Palima, Serang Telp.

(0254) 250666, 250777, 250888. Padapun lamanya penelitian yang

dilakukan mulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember

2013 atau ± 92 hari dengan rincian sebagai berikut

1. Tahap Persiapan
a. Konsultasi dan Pengajuan Judul : 1 hari
b. Studi Kepustakaan : 10 hari
c. Penyusunan Usulan Penelitian : 6 hari
d. Seminar Usulan Penelitian : 1 hari
e. Perbaikan Usulan Penelitian : 2 hari
f. Persiapan alat-alat pengumpulan data : 10 hari
g. Pengurusan ijin penelitian : 3 hari
2. Penyebaran dan Penarikan Angket : 15 hari
3. Pengolahan Data : 15 hari
4. Analisa Data : 15 hari
5. Tahap Pembuatan Laporan : 7 hari
6. Pra Sidang : 1 hari
7. Sidang Skripsi : 1 hari
8. Perbaikan dan Penyempurnaan Skripsi : 3 hari
9. Penjilidan : 2 hari
10. JUMLAH: : 92 hari
31

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Manajemen

Dalam bahasan terlebih dahulu penulis akan menguraikan tentang

pengertian manajemen dan fungsi manajemen, pengertian dan peranan

manajemen dan peranan manajemen sumber daya manusia dari

beberapa ahli.

Untuk tercapainya kontinuitas (kelangsungan hidup) organisasi, faktor

manajemen yang efektif memiliki peranan yang sangat penting. Dengan

semakin berkembangnya kemajuan teknologi, di tuntut suatu

pengelolaaan organisasi yang efektif dan diperlukan orang – orang yang

menguasai serta mengerti masalah manajemen sesuai dengan

perkembangan masyarakat yang semakin maju.

Manajemen padalah suatu proses yang menggerakkan suatu

organisasi secara efektif karena tanpa manajemen tidak pada usulan yang

berhasil dan bertahan lama. Tercapainya tujuan organisasi efektif secara

ekonomi, sosial maupun politik seBidang besar tergantung kePADA

kemampuan para pimpinan dalam mengorganisasi usahanya. Istilah

manajemen berhubungan dengan usaha untuk mencapai tujuan tertentu

dengan menggunakan sumber – sumber daya yang tersedia dalam


32

organisasi selalu terkandung unsur manusia, maka manajemen pun selalu

dikaitkan dengan usaha sekelompok manusia.

Untuk lebih jelas mengenai pengertian manajemen ini maka

penulis akan mengemukakan beberapa pendapat dari para ahli mengenai

definisi manajemen antara lain sebagai berikut:

Menurut H. Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya Manajemen

Sumber Daya Manusia berpendapat : ”Manajemen padalah ilmu dan seni

mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber –

sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

tertentu”, (2003:1).

Selanjutnya Basu Swasta, DH dan Ibnu Sukotjo dalam bukunya

pengantar Ekonomi Perusahaan Modern, mengemukakan definisi

manajemen sebagai berikut :

”Manajemen padalah ilmu dan seni merencanakan,

mengkordinasikan serta mengawasi tenaga manusia dengan bantuan

alat- alat untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”, (1982:88).

Dari definisi – definisi di atas, penyusun dapat menyimpulkan

bahwa manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang

pelaksanaannya melaluai fungsi-fungsi manajemen yang pada untuk

mengelola sumberdaya manusia serta sumberdaya lainnya untuk

mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

Sesuai dengan kesimpulan di atas maka penyusun menganggap

bahwa tercapainya tujuan organisasi merupakan hal yang sangat penting,

karena organisasi dapat dinyatakan berhasil bila tujuan organisasi


33

tersebut telah dicapai. Agar organisasi tersebut dapat bekerja dengan

Efisien dan efektif maka perlu padanya manajemen yang tepat dan efektif

guna mengatur pelaksanaan kegiatan tersebut. Penggunaan manajemen

dalam suatu organisasi dapat menujukan arah pelaksanaan kegiatan yang

lebih efektif dan dapat mengurangi hambatan – hambatan yang mungkin

terjadi karena pelaksanaan kegiatan tersebut dimulai dengan tahap –

tahap yang teratur.

Agar pemahaman mengenai manajemen dapat lebih baik maka harus

terlebih dahulu mempelajari fungsi – fungsi manajemen sebagaimana

dikutip Oleh T. Hani Handoko (2003:14) dalam bukunya Penganar

Manajemen, menyatakan sebagai berikut:

Menurut Harold Koontz, Cyril O’Donnell and Heinz Weihrich dalam

bukunya manajemen,( 1984 ; 4 ).

1. Planning
2. Organizing
3. Staffing
4. Leading
5. Controlling
Menurut George R. Terry dalam bukunya Principles Of

Management, (1977:34 ):

1. Planning

2. Organizing

3. Actuating

4. Controlling

Padanya perbedaan dalam pemBidang fungsi- fungsi manajemen

dari beberapa rumusan di atas dalam beberapa hal disebabkan karena


34

tidak padanya persamaan terminology di antara para pengarang dalam

menguraikan konsep yang sama. Namun PADA hakikatnya Fungsi –

fungsi manajemen mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu

mengatur segala kegiatan ke arah yang dapat mewujudkan yang telah

direncanakan.

Dalam pelaksanaannya, Fungsi – Fungsi manajemen melaluai 3 fase

yaitu:

1) Fase sebelum pelaksanaan dimulai yang terdiri dari

planning, Organizing dan Staffing ( PLAN ).

2) Fase saat pelaksanaan yang meliputi fungsi Actuating atau

leading atau Directing ( DO ).

3) Fase sesudah pelaksanaan yang meliputi fungsi Controlling

(CHECK).

Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis uraikan fungsi – fungsi

manajemen secara umum padalah:

a. Planning ( perencanaan )

Merupakan proses pemilihan informasi dan pembuatan asumsi –

asumsi mengenai kepadaan di masa yang akan datang dan

menentukan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang di

inginkan, serta merumuskan kegiatan – kegiatan yang perlu di

lakukan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan .

b. Organizing ( pengorganisasian )

Fungsi ini bertujuan untuk mengpadakan pemBidang tugas bagi

anggota kelompok sesuai dengan fungsi masing – masing Bidang


35

yang akan menjalankan tugas tersebut. Di samping pemBidang

tugas terhpadap anggota kelompok, fungsi pengorganisasian juga

mengpadakan pengelompokan – pengelopokan bagi yang akan

menjalankan tugas tersebut sesuai dengan fungsinya masing-

masing atau disebut dengan proses depertementasi. Dengan

pemBidang tugas ini akan menimbulkan proses pendelegasian

wewenang dari seorang pemimpin kePADA anggota kelompoknya,

sehingga mudah untuk mengpadakan Koordinasi terhpadap

efektivitas yang di jalankan.

c. Staffing ( penepatan )

Fungsi penepatan merupakan kegiatan pengisian jabatan dalam

suatu organisasi yang berhubungan dengan penepatan orang-

orang sesuai dengan jabatan dan keahlian yang digambarkan ke

dalam bentuk struktur organisasi. Fungsi ini juga meliputi

penilaian dan pemilihan orang- orang yang akan menduduki

jabatan tersebut.

d. Leading (Kepemimpinan )

Merupakan hal pokok dari seorang pemimpin yang menyangkut

hubungan antara para pemimpin dengan bawahannya. Merupakan

tugas seorang pemimpin dan menggerakan orang – orang dalam

organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

e. Controlling ( Pengawasan )

Fungsi ini bertujuan untuk mengawasi dan mengevaluasi segi

ketepatan orang – orang yang menduduki proses jabatan tertentu,


36

proses kerjanya apakah sesuai dengan rencana yang telah di

tetapkan atau mungkin pada kesalahan – kesalahan yang mungkin

terjadi. Dengan perkataan lain fungsi ini bertujuan untuk

mengetahui segala kegiatan yang telah di jalankan dengan standar

atau rencana semula serta melakukan perbaikan – perbaikan

bilamana terjadi penyimpangan.

Secara lengkap dan rinci penulis uraikan fungsi manajemen menurut

para ahli, sebagaimana hasil penelitian terdahulu (Bagus Setiyobudi,

2010:32), mengutip dari Maringan Marsyi Simbolon, (2004:38), sebagai

berikut:

H. Fayol Luther Koontz Millet John F. S.P. L.F. Urwick


Gullick O’Donnel Mee Siagian
Planning; Planning; Planning; Directing; Planning; Planning; Forecasting;

Organizing; Organizing; Organizing; Fasilitating. Organizing; Organizing; Planning;

Commanding; Sataffing; Sataffing; Motivating; Motivating; Organizing;

Coordinating. Coordinating Controlling. Controlling. Controlling Commanding;

; Evaluating.. Coordinating;

Reporting; Controlling.

Budgetting.

Gambar: 2.1
Fungsi Manajemen

Dalam melaksanakan kegiatan manajemen tidak terlepas dari

kepemimpinan. Dengan kepemimpinan maka akan pada pembagian tugas

dan tanggung jawab dari masing-masing pegawai. Kepemimpinan yang

baik jika menerapkan kepemimpinan situasional.


37

Untuk mengetahui bagaimana padanya hubungan antara

administrasi, organisasi, manajemen dan kepemimpinan, sebagaimana

dikemukakan oleh Mirrian Syofyan Arif dalam bukunya Organisasi &

Manajemen, penulis uraikan dalam gambar di bawah ini:

Administrasi

Organisasi

Manajemen

Kepemimpinan

Gambar: 2.2
Hubungan Administrasi, Organisasi dan Manajemen
Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan alat-alat

sarana (tools). Tools merupakan syarat suatu usaha untuk mencapai hasil

yang ditetapkan. Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitu men, money,

materials, machines, method, dan markets.

1) Man merujuk pada sumber daya manusia yang

dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah

yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia

pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa pada


38

manusia tidak pada proses kerja, sebab PADA dasarnya manusia

padalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena

padanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.

2) Money atau Uang merupakan salah satu unsur

yang tidak dapat diabaikan.

Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya

hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam

organisasi/perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools)

yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus

diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan

berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga

kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil

yang akan dicapai dari suatu organisasi.

3) Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw

material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil

yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus

dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana.

Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak

akan tercapai hasil yang dikehendaki.

4) Machine atau Mesin digunakan untuk memberi

kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta

menciptakan efesiensi kerja.

5) Metode padalah suatu tata cara kerja yang

memperlancar jalannya pekerjaan manajer. Sebuah metode dapat


39

dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas

dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kePADA

sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta

uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik,

sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak

mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan.

Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap

manusianya sendiri.

6) Market atau pasar padalah tempat di mana

organisasi menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan

produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang

diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti.

Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu,

penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi/hasil kerja

merupakan faktor menentukan dalam organisasi/perusahaan. Agar

hasil kerja dapat memperoleh pengakuan dari masyarakat, maka

dalam pemBidang kerja harus jelas sesuai dengan pengetahuan,

kemampuan, wawasan dan keterampilan yang dimiliki oleh pegawai

yang bersangkutan.

2.2 Pengertian dan peranan Manajemen

Sumberdaya Manusia.

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor yang dapat

menentukan keberhasilan pembangunan. Oleh karena itu dalam

kegiatannya maka diperlukan padanya manajemen Sumber Daya


40

Manusia agar dalam melaksanakan pekerjaannya seluruh Sumber Daya

Manusia Organisasi dapat ditempatkan sesuai dengan kemampuan dan

kompetensi yang dimilikinya. Untuk mengetahui secara jelas maka

penulis akan menguraikan pengertian tentang Manajemen Sumber Daya

Manusia dari beberapa ahli di bawah ini.

2.2.1 Pengertian Manajemen

Sumberdaya Manusia

Manajemen sumberdaya manusia adalah suatu bidang manajemen

yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organi-

sasi pemerintah maupun swasta.

Menurut Drs.Malayu S.P .Hasibuan manajemen sumberdaya

manusia didefinisikan sebagai berikut: ”Manajemen Sumberdaya manusia

padalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja

agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan,

karyawan dan masyarakat”, (2003:10).

Sedangkan menurut Gary Dassler, manajemen sumberdaya

manusia di definisikan sebagai berikut: ”Manajemen Sumberdaya Manusia

merupakan kebijakan aspek orang atau Sumber daya Manusia dari posisi

seorang manajemen, meliputi perekrutan, penyaringan, pengimbalan dan

penilaian ” (1997: 2).

Selanjutnya menurut AA. Anwar Prabu Mangkunegara dalam

bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, mengemu-

kakan bahwa:

”Manajemen Sumber Daya Manusia padalah suatu


pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang pada
41

PADA individu (pegawai). Pengelolaan dan pendayagunaan


tersebut dikembangkan secara maksimal di dalam dunia kerja
untuk mencapai tujuan organisasi dan pengembangan
individu pegawai”, 2009:2.

Sedarmayanti dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia

Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil,

mengemukakan pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai

berikut:

”Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah


kebijakan dan praktek menentukan aspek manusia atau
sumber daya manusia dalam posisi manajemen, termasuk
merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan
menilai”, 2010:13.

Dari pengertian di atas dapat di ketahui bahwa unsur manajemen

sumber daya manusia padalah manusia yang merupakan tenaga kerja

PADA organisasi baik pemerintah maupun swasta. Dengan demikian,

Fokus yang di pelajari manajemen sumberdaya manusia ini hanyalah

masalah yang berhubungan dengan pegawai saja.

Secara khusus manajemen sumber daya manusia mempunyai

tujuan sebagai berikut:

1) Memungkinkan organisasi mendapatkan dan

mempertahankan pegawai/karyawan cakap, dapat dipercaya dan

memiliki Disiplin tinggi, seperti yang diperlukan;

2) Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang

melekat PADA manusia kontribusi, kemampuan dan kecakapan

mereka;

3) Mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi

yang meliputi prosedur perekrutan dan seleksi ”yang teliti”, sistem


42

kompensasi dan insentif yang tergantung pada kinerja, pengembangan

manajemen serta aktivitas pelatihan yang terkait ”kebutuhan bisnis”;

4) Mengembangkan praktek manajemen dengan

komitmen tinggi yang menypadari bahwa pegawai adalah pihak terkait

dalam organisasi bernilai dan membantu mengembangkan iklim kerja

sama dan kepercayaan bersama;

5) Menciptakan iklim dimana hubungan yang produktif

dan harmonis dapat dipertahankan melalui asosiasi antar atasan dan

pegawai;

6) Mengembangkan lingkungan, dimana kerjasama

tim dan fleksibilitas

dapat berkembang;

7) Membantu organisasi menyeimbangkan dan

mengpadaptasi kebutuhan organisasi dan masyarakat luas;

8) Memastikan bahwa orang dinilai dan dihargai

berdasarkan apa yang mereka lakukan dan mereka capai;

9) Mengelola karyawan, memperhitungkan perbedaan

individu dan kelompok dalam kebuthan penempatan, gaya kerja

dan aspirasi;

10) Memastikan bahwa kesamaan kesempatan tersedia

untuk semua;

11) Mengadopsi pendekatan etis untuk mengelola

pegawai yang didasar-kan pada perhatian untuk pegawai, keadilan

dan transportasi;
43

12) Mempertahankan dan memperbaiki

kesejahteraan fisik dan mental

pegawai, (2010:16).

2.2.2Peranan Manajemen Sumber Daya Manusia

Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber

Daya Manusia mengemukakan bahwa Manajemen sumberda daya

manusia mengatur dan menetapkan program ke pegawaian yang

mencakup masalah masalah sebagai berikut: (2003 : 14 )

1) Menetapkan jumlah, kualitas, dan penepatan tenaga kerja

yang efektif sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan

job description, job specification, job requirement, dan job

evaluation.

2) Menetapkan penarikan, seleksi dan penepatan karyawan

berdasarkan asas the right manin the right place and the right

man in the right job.

3) Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan,

promosi,

dan pemberhentian.

4) Meramalkan penawaran dan permintaan sumberdaya

manusia PADA masyarakat yang akan datang.

5) Memperkirakan kepadaan perekonomian PADA umumnya

dan perkembangan perusahaan PADA khususnya


44

6) Memonitor dengan cermat undang-undang perburuan dan

ke- bijaksanaan pemberian balas jasa perusahaan–perusahaan

seje-

nis.

7) Memonitor pendidikan, pelatihan, dan penilaian prestasi

pegawai/karyawan.

8) Melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan penilaian

prestasi pe -

gawai / karyawan

9) Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal.

10) Mengatur pensiun, pemberhentian, dan pesangonnya.

Peranan Manajemen Sumberdaya Manusia di akui sangat

menetukan bagi terwujudnya tujuan, tetapi untuk memimpin unsur

manusia ini sangat sulit dan rumit. Tenaga kerja manusia selain mampu,

cakap, dan terampil, juga penting memiliki kemauan dan kesungguhan

mereka untuk berkerja efektif dan efisien .

Kemampuan dan kecakapan kurang berarti jika tidak di ikuti moral

kerja dan kedisiplinan pegawai dalam mewujudkan tujuan organisasi.

2.3. Konsep Kepemimpinan

2.3.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan sebagai inti dari manajemen, oleh karena itu dalam

kepemimpinan ditekankan tidak hanya mampu mengambil keputusan

tetapi juga harus mampu mengarahkan pelaksanaannya sesuai dengan

keputusan tersebut.
45

Menurut Ulber Silalahi dalam bukunya Pemahaman Praktis Asas-

asas Manajemen mengemukakan pengertian Kepemimpinan sebagai

berikut: “Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses mempengaruhi

orang, agar berperilaku untuk mencapai tujuan yang ditetapkan” (2002 :

302).

Dalam mempengaruhi orang lain dimaksud dapat merubah tingkah

laku bawahan supaya menyatukan tindakannya kearah sasaran yang

hendak dicapai sesuai dengan keputusan yang telah diambil.

Kepemimpinan PADA garis besarnya padalah memiliki dua pendekatan

yaitu (1). Ditinjau dari segi sifat kepemimpinan (leadershop traits), dan (2).

Pendekatan dari segi gaya kememimpinan (leadership style).

Sedangkan menurut T. Hani Handoko dalam bukunya Manajemen

Edisi 2, menyatakan bahwa pendekatan kepemimpinan terdiri dari

kombinasi antara sifat-sifat (traits), perilaku-perilaku (behaviors),

situasional dan contingency, (2003:295). Untuk memperjelas pengertian

dari pendekatan kepemimpinan tersebut, sebagai berikut:

1) Sifat-sifat (traits)

Setiap pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya memiliki

ciri/sifat utama (Keith Davis, 1972:103-104) yang mempunyai

pengaruh terhpadap kesuksesan kepemimpinan organisasi, yaitu (1).

Kecerdasasan, (2). Kedewasaan, dan Keluwesan hubungan sosial,

(3).Disiplin diri dan dorongan berprestasi, dan (4). Sikap-sikap hubung-

an manusiawi.

2) Perilaku-perilaku (behaviors)
46

Dalam pendekatan perilaku memusatkan perhatian PADA dua aspek

perilaku kepemimpinan, yaitu (1). Fungsi-fungsi Kepemimpinan dan

(2). Gaya-gaya Kepemimpinan.

3) Situasional

Dalam teori ini bahwa dalam mempengaruhi orang lain dilakukan pen-

dekatan situasional.

4) Contingency

Pada dasarnya menurut teori ini menyatakan bahwa efektivitas suatu

kelompok atau organisasi tergantung PADA interaksi dari kepribadian

pemimpin dan situasi, yang dirumuskan dalam dua karakteristik, yaitu

(1). Derajat situasi dimana pemimpin menguasai, mengendalikan dan

mempengaruhi situasi, dan (2). Derajat situasi yang menghpadapkan

manajer dengan ketidak pastian.

Selanjutnya Mirrian Sofyan Arif dalam bukunya Organisasi dan

Manajemen mengutip dari beberapa ahli antara lain Moris dan Seeman,

Shartle, L.F. Carter, C.A Gibb dan BM Bass, mengemukakan bahwa

kepemimpinan dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, sebagai

berikut:

1) Konsep Kepemimpinan di tahun lima puluhan,

memandang kepemimpinan sebagai berikut:

a. Kepemimpinan sebagai fokus kegiatan

b. Kepemimpinan sebagai kepribadian;

c. Kepemimpinan sebagai suatu keterampilan untuk

menuntut kepatuhan;
47

d. Kepemimpinan sebagai pelaksana pengaruh;

e. Kepemimpinan sebagai suatu tindakan atau perilaku;

f. Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi;

g. Kepemimpinan sebagai suatu yang berhubungan

dengan kekuasaan;

h. Kepemimpinan sebagai suatu alat untuk mencapai

tujuan;

i. Kepemimpinan sebagai sebagai akibat yang

ditimbulkan oleh padanya interaksi;

j. Kepemimpinan sebagai suatu pemersatu dari

peranan yang ber -

beda-beda;

k. Kepemimpinan sebagai pemelihara struktur,

(2005:9.3-9.12).

Berdasarkan beberapa pandangan di atas bahwa kepemimpinan

PADA saat itu dianggap kepemimpinan tradisional.

2) Konsep Kepemimpinan di Era Abad Kedua

Puluh Satu

PADA era ini mengemukakan pengertian kepemimpinan padalah

sebagai berikut: ”Kepemimpinan padalah sebagai suatu kemampuan

untuk mempengaruhi dan mengubah sikap orang lain dari reaktif ke

proaktif dalam arti mampu memberdayakan dirinya sendiri

mengantisipasi kepadaan yang cepat berubah sehingga tidak

mendatangkan masalah bagi organisasi, (2005:9.13).


48

Padanya perubahan pemikiran terhadap kepemimpinan dapat

terlihat dari beberapa ciri sebagaimana dikemukakan oleh Wolf. J.

Rinke (Winning Management, 1997) dalam Mirrian Sofyan Arif

(2005:9.13), sebagai berikut:

Tabel: 2.1
Ciri-Ciri Kepemimpinan
No Kepemimpinan Lama No Kepemimpinan Baru
1 Memandang dirinya sebagai 1 Memandang dirinya sebagai
bos; ketua tim;
2 Memandang 2 Memandang karyawan/pegawai
karyawan/pegawai sebagai sebagai tim kerja;
bawahan;
3 Memerintah mengikuti rantai 3 Memberdayakan orang lain
komando; dalam melaksanakan tugas;
4 Bekerja sesuai dengan struktur 4 Merubah struktur organisasi
organisasi; dalam menjawab tantangan
lingkungan;
5 Membuat keputusan sendiri 5 Memanfaatkan kelompok dalam
saja; pengambilan keputusan;
6 Informasi dirahasiakan 6 Berbagai informasi dengan
semua;
7 Menguasai satu disiplin ilmu; 7 Menguasai berbagai bidang
ilmu;
8 Menuntut waktu kerja panjang. 8 Menurut hasil kerja;

9 Menganggap organisasi/ 9 Menganggap tanggung jawab


perusahaan yang meningkat- peningkatan karier oleh
kan karier seseorang pegawai/ karyawan;
karyawan;
10 Menolak terjadinya perubahan 10 Menyenangi perubahan.

Seorang pemimpin dalam melakukan kegiatannya akan di bantu oleh

para bawahannya, dan sering pula dihpadapkan PADA berbagai masalah

yang sangat kompleks dalam membina dan mengarahkan para

bawahannya untuk dapat berpikir dan bertindak sesuai dengan kehendak

organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut maka seorang pemimpin


49

memerlukan pemahaman terhpadap aspek kepemimpinan sehingga

dapat menentukan arah dan tujuan yang telah ditetapkan.

Di bawah ini penulis uraikan beberapa definisi tentang

kepemimpinan diantaranya padalah.:

Menurut pendapat GR. Terry (1972:pp.458-475) dalam bukunya

Principles of Management yang dikutip oleh Winardi dalam bukunya Ke-

pemimpinan Dalam Manajemen, mengemukakan pengertian Kepemimpin-

an sebagai berikut:

”......... Leadership is the relationship in wich one person, or


the leader, influences others to work together willingly on
related tasks to attain that wich the leader desires”. (Aktivitas
memimpin PADA hakekatnya meliputi suatu hubungan,
padanya satu orang mempengaruhi orang-orang lain agar
mereka mau bekerja kearah pencapaian sasaran tertentu”,
(2000:56).

Selanjutnya menurut Greenberg and Baron yang diterjemahkan oleh

Mukaram dan Marwansyah padalah sebagai berikut : ”Proses yang di

gunakan oleh seseorang untuk mempengaruhi anggota kelompok ke

arah pencapaian tujuan – tujuan kelompok / organisasi” (1995; 167).

Sedangkan menurut Stoner et.al. yang di terjemahkan oleh

Mukaram dan Marwasyah padalah sebagai berikut: ”Proses untuk

mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan – kegiatan yang berhubungan

dengan tugas – tugas para anggota kelompok ”(1995 ; 167)

Berdasarkan dari definisi–definisi tersebut, PADA dasarnya

kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seorang

pimpinan atau manajer untuk mempengaruhi orang lain atau bawahan

yang oleh seorang pemimpin manajer untuk mempengaruhi orang lain


50

atau bawahan yang berhubungan langsung dengannya sehingga orang

lain atau bawahan tersebut secara sukarela dan antausias melaksanakan

tugas yang diberikan

Padapun unsur – unsur yang terkandung dalam pengertian tersebut

diatas padalah sebagai berikut :

1) Kepemimpinan menyangkut orang lain

yaitu bawahan, kemauan bawahan dalam mengikuti keinginan

pimpinan akan memungkinkan terlaksananya proses kepemimpinan.

2) Padanya kemauan pemimpin untuk mempengaruhi

persepsi dan prilaku bawanya agar mau bekerja sama.

3) Situasi yang mempengaruahi prestasi kerja dari

seorang pemimpin dan

kesediaan bekerja para bawahan atau pengikut.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat di simpulkan bahwa

kepemimpinan akan tercapai bilamana telah terjadi hubungan kerja

sama antara pemimpin ( pengikut/bawahan) dan siatuasi.

Dengan kekusaan dan kekuatan yang pada PADA seorang

pemimpin, maka seorang pemimpin mempunyai hak untuk mempengaruhi

bawahan-nya. Dalam buku John French dan Betram Raven yang dikutip

Miftah Thoha dalam bukunya Kepemimpinan Dalam Manajemen

(2009:96), mengemukakan sumber kekuatan seorang pemimpin padalah

sebagai berikut:

1) Coersive power ( Kekuatan berdasarkan paksaan )


51

Sumber kekuatan ini berlandaskan atas pekiraan bahwa dengan

menanamkan rasa takut PADA atasan, maka bawahan akan bertindak

sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh atasan, karena apabila

tidak mematuhi maka bawahan yang bersangkutan akan mendapat

sangsi atau hukuman

2) Reward Power ( Kekuatan berdasarkan penghargaan )

Kekuatan ini berdasarkan atas pemberian penghargaan kepada

bawahan yang telah bertindak sesuai dengan keinginan atasan.

3) legitimate power ( Kekuatan yang sah )

Kekuatan ini timbul karena kedudukan sebagai pimpinan dalam

organisasi yang bersangkutan. Secara formal semakin tinggi

kedudukan seorang pemimpin akan semakin akan semakin besar

kekuasaan legitimasinya. Pemimpin yang tinggi kekuasaan

legitimasinya cenderung untuk selalu mempengaruhi orang lain yang

menjadi bawahannya

4) Ekpern Power ( kekuatan karena keahlian )

Kekuatan ini timbul karena pemimpin memiliki keahlian, kecakapan

maupun pengetahuan yang dimilikinya dalam bidang – bidang tertentu.

5) Referent power ( Kekuatan karena Referensi )

Kekuatan yang demikian didasarkan atas sifat – sifat yang memiliki

oleh seorang pemimpin. Kekuatan tergantung bagaimana keperibadian

atau indentitas yang dimiliki untuk menarik perhatian bawahannya

sehingga akan memberikan tanggapan tersendiri terhpadap pengaruh

kepemimpinannya.
52

Kepemimpinan yang efektif tergantung PADA sifat – sifat yang di

miliki oleh seorang pemimpin, perilaku dari pemimpin tersebut serta

situasi yang terjadi PADA saat itu.

Terdapat beberapa teori kepemimpinan sebagaimana dikemuka-

kan oleh Winardi (2003:62), mengutip dari GR. Terry, sebagai berikut:

1) Teori Otokratis (The Outhocratic Theory);

Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan kePADA perintah-

perintah, pemaksaan dan tindakan yang mengarah kePADA atbitrer

dalam hubungan antara pimpinan dengan pihak bawahan.

Pemimpin disini cenderung mencurahkan perhatian sepenuhnya

kePADA pekerjaan, ia melaksanakan pengawasan seketat

mungkin agar pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan

rencana. Disini pengawasan dijalankan dengan menerapkan

sanksi-sanksi dan faktor disiplin menjadi nomor satu.

2) Teori Psikologis (The Psychologic Theory);

Dalam teori ini menyebutkan bahwa fungsi seorang pemimpin

padalah mengembangkan sistem Disiplin terbaik. Pemimpin

mendorong bawahannya untuk bekerja kearah pencapaian

sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-

tujuan mereka.

3) Teori Sosiologis (The Sosiologic Theory);

Menurut teori ini, pihak lain menganggap bahwa kepemimpinan

terdiri atas usaha-usaha untuk melancarkan aktivitas para

pemimpin dan yang berusaha untuk menyelesaikan setiap konflik


53

organisasi antara para pengikut. Pemimpin menetapkan tujuan-

tujuan dengan mengikutsertakan para pengikut dalam pengambilan

keputusan terakhir. Namun demikian PADA saat muncul konflik-

konflik yang akan merusak, pemimpin diharapkan dapat me-

ngambil tindakan-tindakan korektif, menjalankan pengaruh

kepemim-pinannya dan mengembalikan harmoni dan usaha-usaha

kooperatif antara para pengikutnya.

4) Teori Supportif (The Supportive Theory);

Pada teori ini berpendapat bahwa pemimpin menganggap bahwa

para pengikutnya ingin berusaha sebaik-baiknya, dan bahwa ia

dapat memimpin dengan sebaik-baiknya melalui tindakan

membantu mereka. Disini pemimpin berupaya menciptakan suatu

lingkungan kerja yang membantu setiap pegawai dapat

melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, dapat bekerjasama

dengan orang lain, dapat mengembangkan skill-nya serta

keinginannya. Teori ini dapat huga disebut teori Partisipatif

(Participative Theory), dan Democratic Theory Leadership.

5) Teori Laissez Paire (The Laissez – Paire Theory);

Berdasarkan teori ini, seorang pemimpin memberikan kebebasan

seluas-luasnya kePADA para pengikutnya dalam hal menentukan

aktivitas mereka. Ia tidak berpartisipasi, atau apabila hal itu

dilakukannya, maka partisipasi tersebut hampir tidak bearti.

Kelompok-kelompok teori ini cenderung membentuk pimpinan-

pimpinan in-formal.
54

6) Teori Perilaku Pribadi (The Personal Behaviour Theory);

Kepemimpinan dapat dipelajari berdasarkan kualitas-kualitas

pribadi ataupun perilaku pemimpin. Seorang pemimpin tidak

berkelakuan sama ataupun melakukan tindakan identik dalam

setiap situasi yang dihpadapi olehnya. Hingga tingkat tertentu ia

akan fleksibel, karena ia beranggapan bahwa harus mengambil

langkah-langkah yang paling tepat untuk menghpadapi suatu

problema tertentu. Hal ini membuat gambaran tentang sebuah

”kontinuum” dimana tindakan-tindakan pihak pimpinan dan jumlah

otoritas yang digunakan dihubungkan dengan kebebasan

pembuatan keputusan atau partisipasi yang terbuka bagi pihak

bawahan.

7) Theori Sifat (The Traits Theory);

Dalam teori ini kepemimpinan memperhatikan sifat-sifat pemimpin

yang dipergunakan untuk menerangkan dan meramalkan

kesuksesan dalam pemimpin.

8) Teori Situasi (The Situasional Theory).

Pendekatan ini untuk menerangkan kepemimpinan menyatakan

bahwa harus terdapat cukup banyak fleksibilitas dalam kepemim-

pinan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai macam situasi.

Kepemimpinan ini bersifat ”multidimensi”. Pada teori ini dianggap

bahwa kepemimpinan terdiri dari tiga macam elemen yakni (1).

Pemimpin, (2).Pengikut, dan (3).Situasi. Situasi ini merupakan se-

bagai elemen terpenting karena ia memiki paling banyak variabel.


55

Menurut pendapat Fred. A. Fiedler (1967), yang dikutip oleh

Mawardi (2003:69), menyatakan bahwa kita dapat menggunakan tiga

dimensi untuk mengukur efektivitas pemimpin, yaitu:

1) Tingkat kepercayaan para pengikut terhpadap pemimpin;

2) Tingkat hingga dimana pekerjaan para pengikut hanya

bersifat rutin atau tertsrukturisasi kurang baik;

3) Tingkat kekuasaan yang inheren dengan posisi

kepemimpinan.

2.3.2 Fungsi Kepemimpinan

Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa dalam pendekatan

perilaku kepemimpinan membahas tentang orientasi atau identifikasi

pemimpin. Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan

menekankan PADA fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam

kelompoknya. Agar kelompok atau anggota organisasi dapat

menjalankan tugas pekerjaannya dengan efektif, seorang pemimpin

dalam melaksanakan kepemimpinannya harus melaksanakan fungsi

sebagai berikut:

1) Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task-

related) atau pemecahan masalah Fungsi ini menyangkut

pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat.

2) Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group-

maintenance) dan sosial pada fungsi ini mencakup segala

sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar,


56

padanya persetujuan dengan kelompok lain, pengahargaan

perbedaan pendapat, dan sebagainya.

2.3.3 Tipe dan Gaya Kepemimpinan

(1) Tipe Kerpemimpinan

Sebelum penulis menguraikan gaya kepemimpinan, terlebih

dahulu penulis menjelaskan apa yang dimaksud dengan tipe

Kepemimpinan menurut pendapat para ahli sebagai berikut:

Menurut pendapat George R.Terry yang diterjemahkan

oleh Dr. Winardi, S.E dalam bukunya Azas-azas Manajemen

( 1986: 353 ) bahwa tipe-tipe kepemimpinan padalah sebagai

berikut.;

1) Personal leadership ( Kepemimpinan Pribadi ),

Kepemimpinan pribadi dilaksanakan melalui hubungan pribadi.

Petunjuk, dorongan – dorongan dan motifasi diberikan secara

pribadi ( lisan ) oleh pemimpin. Kepemimpinan ini sangat

efektif dan mudah dilaksanakan.

2) Non personal leadership ( Kepemimpinan non Pribadi ),

Kepemimpinan non pribadi dilakukan dengan cara mem-

berikan perintah kepada bawahan berdasarkan ketetapan –

ketetapan yang telah di putuskan pemimpin. Seperi rencana-

rencana, perintah, sumpah, jaminan dan kepercayaan.

Kepemimpinan ini umum digunakan hampir semua

perusahaan/organisasi pemerintah.

3) Authoritarian leadership (Kepemimpinan Otoritas)


57

Kepemimpinan jenis ini didasarkan atas anggapan bahwa

fasilitas dan petunjuk yang di berikan tanpa melalui konsultasi

dengan bawahan. Pemimpin beranggapan bahwa posisinya lebih

tinggi, oleh karenanya ia dapat menetapkan apa yang terbaik dan

apa yang akan dilakukannya.

4) Democratic leadership ( Kepemimpinan Demokrasi )

Kepemimpinan dengan melibatkan pertisipasi bawahan. Pe -

mimpin mengajukan terlebih dahulu tindakan tertentu guna

mendapatkan persetujuan bersama dengan bawahan sebelum

tindakan dilakukan. Kepemimpinan ini menitik beratkan PADA

kepentingan kelompok.

a) Peternalistic leadership ( Kepemimpinan Paternalistik )

Hubungan pemimpin dengan bawahan bersifat

kebapaan yang tujuannya padalah melindungi dan

mengarahkan.

b) Indegenaus leadership ( Kepemimpinan Bakat )

Kepemimpinan yang tumbuh PADA orang - orang dari

kelompok organisasi sosial informasi.

Sehubungan dengan masalah gaya kepemimpinan menurut

Kenneth Bllanchard ( Michael Amstrong,1994;102 ) ada empat

gaya kepemimpinan yaitu :

1) Mengarahkan ( Directing ), Memberikan intruksi tertentu

dan mengawasi lebih dekat.


58

2) Melatih ( Coaching ), Menerangkan instruksinya,

mengundang pendapat, dan memberikan bimbingan.

3) Mendukung (Supporting), Membagi proses pembuatan

keputusan dan pemecahan masalah dengan anak buahnya

dalam menyelesaikan suatu tugas.

4) Mendelesgasikan ( Delegating ) ; Memberikan

tanggung jawab dalam pembuatan keputusan dan pemecahan

masalah kePADA bawahanya.

Setelah mengetahui berbagai tipe dan gaya kepemimpinan,

maka kini timbulah pertanyaan yaitu tipe dan gaya kepemimpinan

manakah yang paling efektif. Jawabannya padalah bilamana

penerapan tipe dan gaya kepemimpinan tersebut cocok dan sesuai

dengan apa, siapa, situasi bagaimana yang dihpadapi.Untuk

dapat memilih tipe dan gaya kepemimpinan yang cocok, seseorang

pemimpin harus memperhatikan beberapa faktor antara lain.

a) Faktor organisasi

b) pemimpin

c) Bawahan

d) Situasi penugasan

Keempat faktor tersebut yang disebut dengan pendekatan

Contingency.

Dengan mengacu pada pendapat dari Harold Koontz, Cyril

O’Donnell dan Heinz Weicrich, penulis akan menguraikan


59

penerapan tipe dan gaya kepemimpinan PADA organisasi baik

pemerintah maupun swasta.

Penggunaan tipe dan gaya Kepemimpinan Autocratik cocok

apabila menghpadapi bawahan yang tidak mengetahui tujuan dan

sasaran perusahaan dan tidak terlatih. Di sini pemimpin

menggunakan sanksi dan hukuman sebagai cara pendisiplinkan

bawahan.

Tipe dan gaya Kepemimpinan Participatif atau

Democrative cocok apabila tujuan perusahaan telah

dikomunikasikan dan para

bawahan telah menerimanya.

Pemimpin menggunakan sistem pemberian hadiah dan

ketertiban sebagai alat Disiplin utama bagi bawahannya.

Tipe dan gaya kepemimpinan free rein leader atau laissez

faire cocok apabila tujuan perusahaan telah dikomunikasikan

dengan baik dan telah diterima baik pula oleh bawahan yang PADA

kenyataannya tujuan organisasi dan tujuan bawahan merupakan

hal yang selaras. Demikian juga apabila pemimpin benar – benar

ingin mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kePADA

bawahan. Dengan demikian jelaslah bahwa seorang pemimpin

mungkin perlu mengubah tipe dan gaya kepemimpinannya

apabila situasinya memang berubah.

(2) Gaya Kepemimpinan


60

Setiap pemimpin mempunyai gaya atau cara tersendiri dalam

mempengaruhi atau mendorong bawahannya agar mau bekerja

atau melaksanakan tugas dan instruksi yang dikehendakinya. Gaya

atau cara memimpin yang dalam kamus bahasa inggris disebut

type of leadership atau leadership style ini pada berbagai ragam

yang dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi bawahan

yang dihadapi. Oleh karena itu para pimpinan harus terlebih dahulu

mengenali situasi lingkungan yang bagaimana dan sifat dari PADA

bawahannya sebelum menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat

dan sesuai.

Gaya kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin tentu -

nya akan berbeda-beda atas dasar Disiplin, kuasa, atau orientasi

terhpadap tugas maupun pegawai.

Di bawah ini penulis uraikan beberapa definisi gaya

kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, sebagai berikut:

Menurut Heidjrahman Ranupandojo dalam bukunya Tanya

Jawab Manajemen yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan

padalah ”pola tingkah laku yang di rancang untuk mengintregasikan

tujuan organisasi dan tujuan individu untuk mencapai tujuan

bersama” ( 1990:119).

Menurut pendapat Muharam dalam bukunya Manajemen

Sumber Daya Manusia menyatakan definisi gaya kepemimpinan

sebagai berikut: ”Gaya Kepemimpinan padalah merupakan


61

berbagai pola perilaku yang digunakan pemimpin didalam

mempengaruhi dan mengarah-kan orang lain”, (1998:172).

Selanjutnya Keith Davis dalam bukunya Perilaku Dalam

organisasi mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: ”Gaya

Kepemimpinan padalah Pola tindakan pemimpin secara keseluruh-

an, seperti yang dipersepsikan pegawainya:, (2001:162).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis mengambil

kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan merupakan satu pola yang

digunakan oleh pemimpin untuk mempengaruhi orang lain guna

mencapai tujuan organisasi.

(3) Sifat- sifat kepemimpinan

Usaha sistematis pertama yang di lakukan oleh para ahli ilmu

jiwa dan peneliti – peneliti yang lain padalah mencoba meng-

identifikasikan karakteriatik para pemimpin. Pedekatan ini jelas

merupakan pendekatan yang logis. Apabila hanya pada beberapa

orang yang menjadi pemimpin dan lebih banyak lagi yang menjadi

pengikut, seharusnya pada sesuatu dalam diri pemimpin itu

yang menyebabkan mereka mampu menjadi pemimpin.

Suatu upaya ditujukan untuk meningkatkan mutu seorang

pemimpin yaitu diperlukannya pengetahuan tentang sifat – sifat

yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.

Agar seorang pemimpin dapat berhasil dalam mengemban

tugasnya dengan efektif maka diperlukan sifat- sifat tertentu.

Menurut Livingstone yang dikutip oleh James A.F. Stoner dan R


62

Edward Freeman dalam bukunya Manajemen (1992;36 ) yang

dialih bahasakan oleh Drs. Benyamin Molan, pada tiga sifat

yang berkaitkan dengan menejer yang berhasil :

1) Keputusan untuk mengelola, yaitu keinginan untuk

mempe-

ngaruhi prestasi orang lain.

2) Kebutuhan akan kekuasaan, yaitu kebutuhan untuk

mempe-ngaruhi orang lain dengan mengandalkan weweng,

penge -

tahuan dan keterampilan yang dimiliki.

3) Kemampuan berempati ( menyelami ), yaitu

kemampuan untuk memahami dan mengatasi reaksi–reaksi

emosional yang sering tidak diungkapkan dari orang – orang

lain dalam organi-sasi yang bersangkutan dengan tujuan untuk

dapat bekerjasama.

Pendapat lain mengenai sifat yang harus dimiliki oleh setiap

pemimpin yaitu pendapat dari Ismail Masya dalam bukunya

Manajemen suatu Pengantar ( 1978:25) mengemukakan ;

1. Memiliki kematangan spiritual;


2. Memiliki Kematangan mental;
3. Memiliki Kematangan sosial;
4. Memiliki Kematangan emosi;
5. Memiliki Kematangan Fisik;
6. Memiliki Kewibawaan;
7. Memiliki Keuletan dan kerajinan;
8. Memiliki Kejujuran;
9. Memiliki Kesanggupan untuk berkomunikasi;
10. Memiliki Keterampilan teknis dalam bidang manajemen;
11. Memiliki keinginan untuk menjadi pemimpin;
12. Memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi.
63

Kemudian Mawardi dalam bukunya Kepemimpinan Dalam

Manajemen mengemukakan, bahwa terdapat beberapa sifat yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu:

1) Intelejensi
2) Inisiatif;
3) Energi atau rangsangan;
4) Kedewasaan emosional;
5) Persuasif;
6) Skill Komunikatif;
7) Kepercayaan kePADA diri sendiri;
8) Perseptif;
9) Kreativitas;
10)Partisipasi Sosial.

Dengan sifat-sifat yang harus di miliki terebut, seorang

pemimpin harus menypadari bahwa dirinya tidaklah sendirian

dalam menjalankan tugasnya dan selalu bersama dan memerlukan

bantuan orang lain yang memiliki berbagai perilaku dan karakter

yang berbeda satu dengan yang lain. Dengan pengetahuan,

Kekuasaan maupun keterampilan yang dimilikinya seorang

pemimpin harus dapat mengerti keinginan bawahannya. Di sinilah

tipe dan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi sangat

diperlukan.

(4) Peran pemimpin

Menjadi seorang pemimpin bukan suatu hal yang mudah

karena pemimpin berperan sebagai petunjuk dari segala

kepentingan organisasi maupun kepentingan para bawahan.

Seorang pemimpin yang efektif harus dapat menerapkan sistem

kepemimpinannya terhpadap bawahan secara tepat dan para


64

bawahan pun rela mengikuti dan melaksanakan perintahnya

dengan baik tanpa mementingkan kepuasan pribadi. Seorang

pemimpin memiliki peran yang sangat penting di dalam organisasi

yaitu berfungsi sebagai pelaksana, sebagai perencana,sebagai

pembuat keputusan, sebagai pengawas alam segala kegiatan

sesuai dengan besar kecilnya perusahaan yang dipimpinnya

dengan menggunakan fungsi kepemimpinan yang dimilikinya,

sebagai pelaksana hukuman dan pujian dan sebagai penengah

atau pemisah. Untuk lebih jelasnya mengenai peran- peran

seorang pemimpin atau manajer, penulis mengemukakan

pendapat Mintzberg yang dikutip oleh James A.F. Stoner

dan R. Edward Freeman dalam bukunya Manajemen ( 1992 ; 25 )

yang dialih bahasakan oleh Wihelmus W. Bakowatun, S.E. dan

Drs. Benyamin Molan, menjelaskan bahwa PADA dasarnya

manajer memainkan 10 persen yang dapat dikelompokkan

menurut tiga

fungsi utama yaitu;

1) Peran Antar Pribadi.

a) Sebagai tokoh, dalam melaksanakan tugas-tugas yang

sifatnya seremonial.

b) Sebagai Pemimpin, dalam mempekerjakan, melatih,

memotivikasi, dan mendorong bawahan.

c) Sebagai Pengubung, dalam berhubungan dengan orang-

orang lain.
65

2) Peran Informasional

a) Sebagai pemantau Informasi yang bermanfaat.

b) Sebagai Penyebar Informasi kePADA orang

lain atau bawahan yang berhubungan dengannya.

c) Sebagai juru Bicara, dalam menyampaikan

Informasi kePADA orang – orang di luar kelompoknya.

3) Peran Pengambil Keputusan.

a) Sebagai Wiraswastawan, yang berupaya meningkatkan

prestasi kerja unitnya;

b) Sebagai Pereda Gangguan, dengan memberikan respon

terhpadap masalah masalah yang di luar kendalinya;

c) Sebagai pengalokasi Sumber Daya, dengan memutuskan

bagaimana caranya dan kePADA siapa sumberdaya harus

diberikan;

d) Sebagai perunding, sebagai contoh seorang manajer

produksi merundingkan kontrak kerja dengan pemasok

atau manajer personalia berundingan dengan bersifat

pekerja.

Suatu analisis lain tentang peranan kepemimpinan yang dapat

memungkinkan tercapainya efektivitas kerja padalah dukungan

seseorang produktif. Dengan tipe gaya dan perilakunya, seorang

pemimpin mampu mempengaruhi persepsi dan Disiplin bawahan

dengan cara mengarahkan bawahan kePADA penjelasan tugas-

tugas, kepuasan kerja dan pelaksanaan kerja yang efektif sehingga


66

pekerjaan tersebut diselesaikan dengan baik sesuai dengan rencana

yang telah di tetapkan.

Penerapan sistem kepemimpinan yang efektif akan

memungkinkan orang–orang berkarya sesuai dengan kemampuan-

nya, sebagai sesuatu untuk memenuhi kebutuhan mereka (bawahan)

serta memberikan kepuasan kerja sehingga memungkinkan

tercapainya disiplin pegawai dalam pelaksanaan kerja.

2.4 Pengertian Disiplin Pegawai

2.4.1 Pengertian Disiplin

Disiplin merupakan suatu sikap untuk bertindak sesuai dengan

ketentuan atau norma yang berlaku dilingkungan organisasi. Hal

tersebut sejalan dengan pengertian disiplin yang dikemukakan oleh

Yuwono (1985 : 89), bahwa :

“Disiplin merupakan sikap kejiwaan seseorang atau sekelompok

yang senantiasa berkehendak mengikuti atau mematuhi

kepeutusan yang telah ditetapkan “.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa

disiplin merupakan suatu sikap kewajiban yang dimiliki oleh

seseorang untuk mengikuti atau mematuhi peraturan–peraturan

standar yang berlaku dalam lingkungan organisasi. Selanjutnya

pengertian disiplin menurut Nitisemino (2002 : 199), yaitu :

“Kedisiplin an lebih dapat diartikan sebagai suatu sikap tingkah laku

dan perbuatan yang sesuai dengan pengaturan perusahaan baik

tertulis maupun tidak“.


67

Senada dengan Nitisemino, Prayudi Atmosudiryo

sebagaimana dikutif oleh Moenir, (2003 : 47), disiplin merupakan :

“Ketaatan yang bersifat impersonal, tidak memakai perasaan dan

tidak memakai perhitungan pamrih atau kepentingan pribadi.

Disiplin 25 padalah satu – satunya jalan atau sarana untuk

mempertahankan padanya eksistensi dari organisasi”

Sedangkan pengertian disiplin kerja menurut Komarudin

(2000:6), mengatakan yang dimaksud dengan disiplin kerja padalah

“Ketaatan dan kepatuhan terhpadap peraturan – peraturan yang

berlaku dalam lingkungan kerja dan padanya sanksi“.

Kemudian Siswanto (2002 : 291), menjelaskan pengertian

disiplin kerja padalah :“Suatu sikap menghormati, patuh dan taat

terhpadap peraturan–peraturan yang berlaku, baik tertulis maupun

tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak untuk

menerima sanksi–sanksi apabila ia melanggar tugas dan

wewenang yang diberikannya kePADAnya”

Selanjutnya Moenir (2002:183), menyebutkan bahwa: “

Disiplin kerja ditujukan terhpadap aturan yang menyangkut disiplin

waktu dan disiplin terhpadap perbuatan dan tingkah laku sesuai

dengan tata kerja “.

Disiplin merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu

organisasi atau perusahaan dan mempertahankan atau

melangsungkan kehidupannya. Hal ini disebabkan hanya dengan


68

disiplin yang tinggi suatu organisasi dapat berprestasi tinggi. Hal ini

sesuai dengan pendapat Widjaja (2002 : 29), sebagai berikut :

“Dengan perkataan lain disiplin padalah unsur yang penting yang

mempengaruhi prestasi dalam organisasi. Tidak pada organisasi

yang berprestasi lebih tinggi tampa melaksanakan disiplin dalam

derajat yang lebih tinggi “.

Dari uraian tersebut, dapat dikemukakan disiplin padalah

suatu alat atau sarana bagi suatu organisasi untuk mempertahan-

kan eksistensinya. Hal ini dikrenakan dengan disiplin yang tinggi,

maka para pegawai atau bawahan akan mentaati semua

peraturan –peraturan yang pada sehingga pelaksanaan pekerja-

an dapat sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.

Menurut Moenir ( 2002 : 178), disiplin menyangkut dua hal,

yaitu :

a. Disiplin terhpadap waktu, yang artinya apabila

sesuatu telah ditetapkan, misalnya dimulai jam 05.00 WIB (pagi)

maka harus tepat jam 05.00 WIB (pagi). Contohnya adalah

ketaatan pega -

wai terhpadap peraturan mengenai jam kerja.

b. Disiplin terhpadap perbuatan atau tingkah laku,

artinya keharusan seseorang untuk mengikuti dengan ketat

perbuatan atau langkah tertentu agar mencapai sesuatu sesuai

dengan dengan standar.


69

Dalam hal ini padalah pelaksanaan pekerjaan yang sesuai

dengan rencana yang telah ditentukan, dalam arti dapat sesuai

dengan ketepatan dengan penyelesaian pekerjaan mengikuti tata

cara kerja yang berlaku dan sebagainya.

Sedangkan cara untuk mengukur tingkah disiplin para

pegawai dikemukakan oleh Alfred R.L Soejono (1980 :172),

padalah sebagai berikut :“Umumnya disiplin sejati terdapat apabila

para pegawai datang kekantor dan tepat waktunya, apabila mereka

berpakaian serba baik PADA tempat dan pekerjaannya, apabila

mereka menggunakan bahan–bahan perlengkapan dengan hati–

hati, apabila menghasilkan jumlah dan kualitet pekerjaan

memuaskan dan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh kantor

atau perusahaan, dan apabila mereka menyelesaikan pekerjaan

dengan semangat yang lebih baik”. Namun dalam kenyataan

sehari–hari, ternyata banyak sekali penyimpangan–penyimpangan

dan penyelewengan–penyelewengan terhpadap peraturan–

peraturan organisasi yang diakukan oleh para pegawainya,

sehingga perlu dibuat peraturan terhpadap mereka yang melanggar

peraturan.

Pemberian hukuman atau sanksi ini bertujuan untuk

memperbaiki atau mendidik dan memberi pelajaran kePADA

pegawai yang melanggar. sanksi–sanksi tersebut menurut

Siswanto (1989 : 283), padalah sebagai berikut :

1. Sanksi disiplin berat yang meliputi :


70

a. Demosi jabatan setingkat lebih rendah dari jaban

sebelumnya;

b. Pembebasan jabatan untuk dijadikan pegawai biasa bagi

yang memegan g jabatan ;

c. Pemutu san hubungan kerja dengan hormat dan permintaan

sendiri ;

2. Sanksi disiplin sedang meliputi :

a. Penundaan konpensasi yang sebelumnya telah dicanangkan

sebagaimana tenaga kerja lainnya;

b. Penurunan upah sebesar satu kali upah yang biasanya

diberikan, harian mingguan, atau bulanan;

c. Penundaan program promosi bagi jabatan kerja yang

bersangkutan pada jabatan;

3. Sanksi disiplin ringan meliputi :

a. Teguran lisan kePADA pegawai yang bersangkutan ;

b. Teguran tertulis;

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis ;

2.4.2 Bentuk Disiplin Kerja

Menurut Magkunegara (2001 : 129), mengemukakan bahwa pada

dua bentuk disiplin kerja, yaitu :

1) Disiplin Preventif

Disiplin Preventif padalah suatu upaya untuk menggerakan

pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja. Aturan-aturan

yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan dasarnya


71

padalah untuk menggerakan pegawai berdisiplin diri. Dengan

cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya terhpadap

peraturan-peraturan perusahaan.

Pemimpin perusahaan mempunyai tanggung jawab dalam

membangun iklim organisasi dengan disiplin preventif. Begitu

pula pegawai harus dan wajib mengetahui memahami semua

pedoman kerja serta peraturan-peraturan yang pada dalam

organisasi.

Disiplin preventif merupakan suatu sistem yang

berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk semua Bidang

sistem yang pada dalam organisasi. Jika sistem organisasi

baik, maka diharapkan akan lebih mudah menegakkan disiplin

kerja.

2) Disiplin Korektif

Disiplin korektif padalah suatu upaya menggerakkan

pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan

untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang

berlaku PADA organisasi/perusahaan.

Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin

perlu diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Tujuan pemberian sanksi padalah untuk memperbaiki pegawai

pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan

pelajaran kePADA pelanggar.


72

Disiplin korektif memerlukan perhatian khusus dan proses

prosedur yang seharusnya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Keith Davis (1985:367) yang mengemukakan bahwa:

”Correctif dicipline requires attention to due process, which

means that procedures show concern for the rights of the

employee involved. Major requirements for due process include

the following:1) A presumtion of innocence until reasonable

proof of an employee’s role in an offense is presented; 2) The

right to be heard and in some cases to be represented by

another person; 3) Dicipline that is reasonable inrelati on to the

offense involved”.(disiplin Correctif membutuhkan perhatian atas

proses hukum, yang berarti bahwa prosedur menunjukkan

kepedulian terhpadap hak-hak karyawan yang terlibat.

persyaratan utama untuk proses yang meliputi: 1) Sebuah

presumtion tidak bersalah sampai bukti yang wajar dari peran

seorang karyawan dalam suatu pelanggaran disajikan, 2) Hak

untuk didengar dan dalam beberapa kasus untuk diwakili oleh

orang lain; 3) Disiplin yang padalah wajar dalam hubungannya

dengan pelanggaran yang terlibat)

Keih Davis berpendapat bahwa disiplin korektif memerlukan

perhatian proses yang seharusnya, yang berarti bahwa prosedur

harus menunjukan pegawai yang bersangkutan benar - benar

terlibat. Keperluan proses yang seharusnya dimaksudkan itu


73

padalah pertama, suatu prasangka tak bersalah sampai

pembuktian pegawai berperan dalam pelang garan.

Kedua hak untuk didengar dalam beberapa kasus terwakilkan oleh

pegawai lain. Ketiga, disiplin itu dipertimbangkan dalam

hubungannya dengan keterlibatan pelanggaran.

2.4.3 Pendekatan Disiplin Kerja

Selanjutnya menurut Mangkunegara (2001:130), pada tiga

pendekatan disiplin, yaitu :

1) Pendekatan disiplin modern.

2) Pendekatan disiplin dengan tradisi.

3) Pendekatan disiplin dengan tujuan.

2.4.4 Tenik –Teknik Disiplin Kerja

Menurut Mangkunegara (2001 : 105), mengemukakan bebe-

rapa teknik –teknik pelaksanaan disiplin kerja sebagai berikut :

1) Teknik pertimbangan sedini mungkin.

2) Teknik mendisiplin sendiri.

3) Teknik kesediaan penyelia disiplin.

4) Teknik menegur pegaeai primadona.

5) Teknik menimbulkan kespadaran tersendiri.

6) Teknik sandwich.

2.4.5 Indikator disiplin kerja

Menurut Moenir (1987 :184) sebagaimana penulis unggah dari

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/487/jbptunikompp-gdl-renogusman-
74

24329-2-babii.pdf.). juga mengemukakan beberapa indikasi yang

berkaitan dengan disiplin kerja antara lain sebagai berikut :

1) Datang ketempat kerja tepat waktu.

2) Pulang dari tempat kerja tepat PADA waktunya.

3) Tepat waktu dalam menyampaikan laporan.

4) Mengerjakan waktukerja untuk keperluan dinas.

5) Tepat waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai

dengan instruksi yang diberikan.

6) Mengisi absensi harian dengan tertib.

Selanjutnya Hasibuan (2003: 194) mengatakan bahwa PADA

dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan

pegawai PADA suatu organisasi, diantaranya :

1) Tujuan kepemimpinan.
2) Telpadan pemimpin.
3) Balas jasa.
4) Keadilan.
5) Waskat.
6) Sanksi hukuman.
7) Ketegasan.
8) Hubungan kemanusiaan .
(Sumber: http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/487/bptunikompp-
gdl-renogusman-24329-2-babii.pdf.).

2.5 Hubungan Kepemimpinan dengan peningkatan disiplin

pegawai.

Sebagaimana telah diuraikan oleh beberapa ahli tentang pengertian

kepemimpinan, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan padalah

kemampuan seseorang mempengaruhi dan memengajak orang lain untuk

melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.


75

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan

tujuan organisasi, menuntut perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,

mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian

Kepemimpinan  yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar

mau bekerjasama yang didasarkan PADA kemampuan orang tersebut

untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang

diinginkan kelompok.

Menurut Ranupandojo dan Husnan, mengemukakan 10 prinsip

yang harus dilakukan oleh pimpinan dalam meningkatkan disiplin kerja

kePADA para bawahannya berupa :

1) Upah atau Gaji yang layak ;

2) Pemberian insentif;

3) Memperhatikan rasa harga diri;

4) Memenuhi kebutuhan rohani;

5) Memenuhi kebutuhan berpartisipasi;

6) Menempatkan pegawai PADA tempat yang tepat;

7) Menimbulkan rasa aman dimasa depan;

8) Memperhatikan lingkungan tempat kerja;

9) Memperhatikan kesempatan untuk maju;

10) Menciptakan persaingan yang sehat.

Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki

keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin

bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
76

Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang

tergantung PADA sudut pandang atau pendekatan yang digunakan,

apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau

kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh

terhpadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.

Seorang pemimpin yang baik padalah yang dapat menjalankan

kepemimpinannya secara situasional dengan berpegang teguh kePADA

fungsi-fungsi kepemimpinan yang dijadikan landasan atau tolok ukur

dalam penelitian ini.

Kedisiplinan ini merupakan fungsi operatif Manajemen Sumber Daya

Manusia (MSDM) yang terpenting, karena semakin baik disiplin

pegawai/karyawan, maka akan semakin tinggi prestasi kerja yang dapat

dicapainya. Tanpa disiplin pegawai/karyawan yang baik, sulit bagi

organisasi pemerintah/perusahaan untuk mencapai hasil yang optimal.

Definisi disiplin kerja yang dikemukakan oleh Nitisemito (1991 : 199)

padalah sebagai berikut : ”Disiplin kerja adalah sikap, tingkah laku, dan

perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik yang ter -

tulis maupun tidak tertulis”

Kemudian Disiplin kerja menurut T. Hani Handoko (2003 :153)

padalah sebagai berikut: “Disiplin padalah kegiatan manajemen untuk

menjalankan standar-standar organisasi” .

Dalam suatu organisasi mendambakan memiliki seorang pemimpin

yang memiliki gaya kepemimpinan dengan menjalankan fungsi

kepemimpinannya, sehingga dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai.


77

Kepemimpinan suatu organisasi dapat menentukan pegawai terampil,

memiliki sikap yang baik serta disiplin tinggi. Dengan pemimpin yang

mampu melaksanakan fungsi kepemimpinannya, maka akan menjadikan

taulpadan bagi bawahannya. Salah satu yang akan diikuti oleh

bawahannya padalah tentang disiplin tinggi sesuai dengan yang dilakukan

oleh seorang pemimpinnya.

Jika saja setiap organisasi memiliki pemimpin yang sangat tangguh

tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun suatu organisasi

tergantung PADA pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti.

Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya padalah

pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung

kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula

yang dipimpin, makin baik yang memimpin maka akan makin tinggi tingkat

kedisiplinan pegawai.

BAB III
78

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

3.1. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten

3.1.1. Kedudukan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten

merupakan unsur pelaksana dari Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi Banten, yang dipimpin oleh seorang

Sekretaris yang bertanggung jawab kePADA Ketua Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten.

3.1.2. Tugas pokok

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Banten mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan,

mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi Banten dan menyediakan serta

mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten sesuai dengan

kemampuan keuangan daerah.

3.1.3. Fungsi

3.1.3.1. Pengkoordinasian,

integrasi, sinkronisasi dan fasilitasi rapat dan

persidangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.


79

3.1.3.2. Penyelenggaraan

layanan teknis administratif dan keuangan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah

3.1.3.3. Pelaksanaan urusan

rumah tangga dan pelayanan dinas Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

3.1.3.4. Penyelenggaraan

kegiatan tata usaha Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah

3.1.3.5. Penyediaan tenaga ahli

untuk kepentingan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

sesuai kebutuhan;

3.1.3.6. Pelaksanaan tugas lain

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3.2. Susunan Organisasi Sekretariat Dewan

Struktur organisasi dalam setiap organisasi sangat penting,

karena dengan padanya struktur organisasi maka akan jelas tugas

dan tanggung jawab para pegawai. Berdasarkan Peraturan Gubernur

Provinsi Banten nomor: 25 tahun 2008 tentang Uraian tugas dan

Tata Kerja Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Provinsi Banten, menetapkan Susunan Organisasi Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten, terdiri

dari :

3.2.1. Sekretaris.
80

3.2.2. Bidang Perundang-undangan.


3.2.3. Bidang Persidangan.
3.2.4. Bidang Keuangan.
3.2.5. Bidang Umum.
3.2.6. Jabatan Fungsional.

3.3. Uraian Tugas dan Tata Kerja Sekretariat Dewan

3.3.1. Sekretaris

Dalam melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapai

tujuan organisasi, Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah mempunyai tugas pokok, fungsi dan uraian tugas,

sebagai berikut:

1) Tugas Pokok

Sekretaris mempunyai tugas pokok membantu Ketua

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam melaksanakan

perumusan rencana program dan kegiatan,

mengkoordinasikan, monitoring, urusan administrasi umum

dan kepegawaian, keuangan, serta perencanaan evaluasi

dan pelaporan Sekretaiat Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Provinsi Banten sesuai dengan kemampuan

keuangan daerah..

2) Fungsi

a) Pengkoordinasian, integrasi, sinkronisasi dan fasilitasi

rapat dan persidangan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.
81

b) Penyelenggaraan layanan teknis administratif dan

keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

c) Pelaksanaan urusan rumah tangga dan pelayanan

dinas Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

d) Penyelenggaraan kegiatan tata usaha Dewan Perwakil-

an Rakyat Daerah

e) Penyediaan tenaga ahli untuk kepentingan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah sesuai kebutuhan;

f) Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

3) Uraian Tugas

a) Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD;

b) Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD;

c) Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD;

d) Mengkoordinir dan menyediakan tenaga ahli yang

diperlukan oleh DPRD;

e) Menyelenggarakan koordinasi, integrasi dan sinkronisa-

si pelaksanaan tugas;

f) Melaksanakan pembutan laporan tugas dan fungsinya;

g) Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.

Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana

dimaksud membawahkan :

1) Bidang Perundang-undangan;

2) Bidang Persidangan;
82

3) Bidang Keuangan;

4) Bidang Umum.

3.3.2. Bidang Perundang-undangan;

a. Tugas Pokok

Bidang Perundang - undangan mempunyai tugas pokok

membantu Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

dalam penyelenggaraaan kegiatan menyiapkan bahan

kajian dan pengembangan, penyusunan perancangan

hukum, dan melaksanakan dokumentasi serta layanan

informasi.

b. Fungsi

1) pengkoordinasian kegiatan penyusunan bahan

rancangan hukum dan perundang-undangan;

2) penyelenggaraan layanan bahan pengkajian dan

pengembangan produk hukum;

3) penyelenggaraan layanan dokumentasi dan informasi

sebagai bahan kajian produk hukum;

4) pengkoordinasian dan memfasilitasi bantuan hukum

dan kedudukan hukum Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah;

5) pengkoordinasian penyusunan laporan kegiatan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dan Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah;


83

6) penyelenggaraan kegiatan pengumpulan dan

pengolahan bahan untuk pembuatan produk hukum;

7) penyelenggaraan layanan pengolahan bahan bahasan

rancangan produk hukum;

8) penyelenggaraan koordinasi dan kerja sama dengan

unit kerja lain berkaitan dengan produk hukum Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah;

9) penyelenggaraan pengumpulan bahan kajian,

penelitian dan pengembagnan bagi kepentingan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah serta Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah;

10)penyelenggaraan layanan dokumentasi dan informasi;

11)penyelenggaraan layanan bantuan hukum dan

kedudukan hukum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah;

12)pengkoordinasian pelaksanaan penyusunan laporan

kegiatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

13)Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris

Dewan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Uraian Tugas

1) Merumuskan perencanaan program/kegiatan PADA

kesekretariatan;

2) Mengkoordinasikan penyusunan Produk Hukum;


84

3) Menyelenggarakan dokumentasi dan informasi produk

hukum;

4) Mengkoordinasikan dan memfasilitsi bantuan hukum

dan kedudukan anggota DPRD;

5) Menyelenggarakan pengumpulan dan pengolahan

bahan untuk pembuatan produk hukum;

6) Menyelenggarakan pemgumpulan bahan kajian,

penelitian, dan pengembangan hukum;

7) Menyelenggarakan pengumpulan bahan untuk

pelaksanaan pengawasan produk hukum dan kebijakan

daerah;

8) Menyelenggarakan pengumpulan bahan untuk

pelaksanaan penyusunan Anggaran Daerah;

9) Menyelenggarakan pengumpulan bahan untuk

pelaksanaan penyusunan Anggaran Daerah;

10)Memberikan referensi rekruitmen tenaga ahli;

11)Menyelenggarakan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi

pelaksanaan tugas;

12)Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsinya;

13)Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Bidang

Perundang-undangan sebagaimana dimaksud, membawahkan:

1) Sub-Bidang Kajian Hukum

(1) Tugas Pokok


85

Sub-Bidang Kajian Hukum mempunyai tugas pokok

membantu Kepala Bidang Perundang-undangan

memberikan kajian terhpadap masalah-masalah yang

dihpadapi oleh Anggota DPRD dan Sekretariat DPRD.

(2) Uraian Tugas

a) Pengelolaan administrasi dan rumah tangga;

b) Memberikan telaahan terhpadap masalah-

masalah hukum yang dihpadapi oleh Anggota DPRD dan

Sekretariat DPRD;

c) Memberikan referensi rekruitmen tenaga ahli;

d) Memfasilitasi bantuan hukum bagi anggota

DPRD;

e) Mengumpulkan dan mengolah data hukum

bagi kebutuhan DPRD dan Sekretariat DPRD;

f) Memfasilitasi kegiatan pengawasan DPRD

terhpadap pelaksanaan Undang-undang, Peraturan

Daerah, Keputusan Kepala Daerah dan Kebijakan yang

ditetapkan oleh Pemerintah Daerah;

g) Pengumpulan bahan untuk pelaksanaan

penyusunan

Anggaran Daerah;

h) Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan

fungsinya;
86

i) Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan

fungsinya.

2) Sub-Bidang Perancangan Produk Hukum

(1) Tugas pokok

Sub-Bidang Perancangan Produk Hukum mempunyai tugas

pokok membantu Kepala Bidang Perundang-undangan

menyelenggarakan pengumpulan dan pengolahan bahan

untuk perancangan produk hukum.

(2) Uraian Tugas

a) Menyiapkan dan mengolah bahan

produk hukum DPRD dan Sekretaris DPRD;

b) Menyiapkan referensi hukum yang

diperlukan dalam pembahasan Produk Hukum;

c) Menyiapkan proses pengangkatan dan

pemberhentian Anggota DPRD;

d) Melaksanakan proses pengangkatan

dan pemberhentian Anggota DPRD;

e) Melaksanakan pembuatan laporan tugas

dan fungsinya;

f) Melaksanakan tugas lain sesuai tugas

dan fungsinya.

3) Sub-Bidang Dokumentasi dan Informasi Hukum.

(1) Tugas pokok


87

Sub-Bidang Dokumentasi dan Informasi Hukum mempunyai

tugas pokok membantu Kepala Bidang Perundang-

undangan menyelenggarakan pengumpulan dan pengolahan

bahan untuk pendolumentasian dan menginformasikan

produk hukum.

(2) Uraian Tugas

a) Menghimpun, menyusun dan

mendokumentasikan seluruh produk hukum serta

peraturan perundang-undangan lainnya;

b) Memfasilitasi keigatan sosialisasi prduk

hukum DPRD;

c) Menyelenggarakan Perpustakaan untuk

mendukung pelaksana-

an tugas dan fungsi DPRD dan Sekretariat DPRD;

d) Melaksanakan pembuatan laporan tugas

dan fungsinya;

e) Melaksanakan tugas lain sesuai tugas

dan fungsinya.

3.3.3. Bidang Persidangan;

a. Tugas Pokok

Bidang Persidangan mempunyai tugas pokok membantu

Sekrtaris Dewan Pewakilan Rakayat Daerah memberikan

layanan dan memfasilitasi penyelenggaraan rapat,

persidangan DPRD serta membuat risalah.


88

b. Fungsi

1) pengkoorinasian penyediaan bahan persidangan dan

penyusun Risalah;

2) pengkoordinasian layanan rapat kegiatan Komisi dan

kegiatan kepanitian Dewa Perwakilan Rakayat Daerah;

3) penyelenggaraan dan pengkoordinasian layanan

kegiatan Tata Usaha dan urusan Pimimpinan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah;

4) pelaksanaan layanan dan memfasilitasi kegiatan rapat,

persidangan serta penyusunan risalah;

5) pelaksanaan layanan dan memfasilitasi kegiatan Komisi

dan Kepanitiaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

6) pelaksanaan layanan dan memfasilitasi kegiatan Komisi

dan Kepanitaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

7) penyusunan bahan kegiatan rapat persidangan dan

risalah;

8) penyusunan bahan kegiatan Komisi dan Kepanitiaan

Dewan Pewakilan Rakyat Daerah;

9) penyiapan bahan-bahan urusan Pimpinan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah;

10)penyusunan bahan laporan kegiatan persidangan dan

risalah;

11)pelaksanaan tugas lain sesuai dengan tugas dan

fungsinya.
89

c. Uraian Tugas

1) Mengkoordinasikan penyediaan bahan persidangan

dan penyusunan risalah;

2) Mengkoordinasikan layanan rapat kegiatan komisi dan

kegiatan ke panitiaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerh;

3) Menyelenggarakan dan mengkoordinasikan layanan

kegiatan tata usaha dan urusan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah ;

4) Melaksanakan layanan dan memfasilitasi kegiatan

rapat, perssidangan serta penyusunan risalah;

5) Melaksanakan layanan dan ;memfasilitasi kegiatan

komisi dan kepanitian Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah;

6) Melaksanakan layanan dan memfasilitasi kegiatan

Komisi dan Kepanitiaan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah;

7) Menyusun Bahan – bahan urusan Pimpinan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah;

8) Menyiapkan bahan-bahan urusan Pimpinan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah;

9) Menyelenggarakan koordinasi, integrasi dan

sinkronisasi pelaksanaan tugas;

10)Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan

fungsinya;
90

11)Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.

Bidang Persidangan sebagaimana dimaksud,

membawahkan :

1) Sub-Bidang Humas dan Protokol;

(1) Tugas pokok

Sub-Bidang Humas dan Protokol Pimpinan DPRD

mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang

Persidangan memberikan layanan dan memfasilitasi

penyelenggaraan humas dan protokol.

(2) Rincian Tugas

a) Menyusun rencana kegiatan dan program kerja

sub Bidang tata usaha dan urusan pimpinan

DPRD;

b) Menyusun jadwal kegiatan Pimpinan DPRD;

c) Melaksanakan dan mengkoordinasikan

layanan kegiatan tata usaha dan urusan

Pimpinan DPRD;

d) Menyiapakan dan mengumpulkan bahan-

bahan kegiatan pimpinan DPRD dari berbagai

unit kerja terkait;

e) Mengkoordinasikan layanan kebutuhan

akomodasi, Perjalanan Dinas Pembiayaan dan

fasilitas lain pimpinan DPRD;


91

f) Menkoordinasikan dan konsultasi pelaksaan

layanan protokoler pimpinan DPRD;

g) Mengkoordinasikan kebutuhan layanan rumah

tangga Ketua DPRD;

h) Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan

fungsinya;

i) Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan

fungsinya.

2) Sub-Bidang Alat Kelengkapan dan Tenaga Ahli DPRD;

(1) Tugas pokok

Sub-Bidang Alat Kelengkapan Dan Tenaga Ahli

DPRD mempunyai tugas pokok membantu Kepala

Bidang Persidangan memberikan layanan dan

memfasilitasi penyelenggaraan alat Kelengkapan

dan tenaga ahli DPRD.

(2) Rincian Tugas

a) Menyusun rencana kegiatan dan Program

kerja sub Bidang Komisi dan Kepanitiaan ;

b) Menyiapkan administrasi kegiatan Komisi dan

Kepanitiaan;

c) Menyiapkan sarana dan bahan kegiatan

Komisi dan Kepanitaan;


92

d) Melaksanakan pengumpulan, penyusunan dan

pengolahan atas hasil kegiatan komisi serta

kepanitiaan;

e) Menyiapkan layanan koordinasi dan konsultasi

penerimaan aspirasi;

f) Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan

fungsinya

g) Melaksanakan tugas lain sesuai tugas

dan

fungsinya.

3) Sub-Bidang Rapat dan Risalah.

(1) Tugas pokok

(2) Rincian Tugas

3.3.4. Bidang Keuangan;

a. Tugas Pokok

Bidang Keuangan mempunyai tugas pokok membantu

Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam

melaksanakan menyusun anggaran, pembinaan

perbendaharaan, verifikasi, padaministrasi keuangan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan mengolah

administrasi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

b. Fungsi

1) penyusunan, penyelenggaraan dan pengkoordinasian

anggaran serta pelaporan;


93

2) penyelenggaraan penyiapan bahan kebijakan

perbendaharaan, belanja pegawai dan pengelolaan

administrasi keuangan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah ;

3) penyelenggaraan pembukuan, verifikasi dan penyiapan

bahan kajian kebijakan administrasi pengelolaan

keuangan;

4) penyelenggaraan penyusunan, perencanaan dan

pengelolaan pengelolaan Anggaran Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah serta Sekretariat Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah;

5) penyelenggaraan koordinasi kegiatan penyusunan

rencana dan perubahan anggaran;

6) penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan

perbendaharaan;

7) penyelenggaraan penelahaan dan pengujian

administrasi pengelolaan keuangan serta pelaporan;

8) pelaskanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris

Dewan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Uraian Tugas

1) Menyusun rumusan rencana umum pengelolaan

keuangan;

2) Menyusun, menyelenggarakan dan mengkoordinasikan

anggaran serta pelaporan;


94

3) Menyelenggarakan penyiapan bahan kebijakan

perbendaharaan belanja pegawai dan pengelolaan

administrasi keuangan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah;

4) Menyelenggarakan pembukuan, verifikasi dan

penyiapan bahan kajian kebijakan administrasi

pengelolaan keuangan;

5) Menyelenggarakan penyusunan, perencanaan dan

pengelolaan anggaran DPRD serta Sekretariat DPRD;

6) Menyelenggarakan koordinasi kegiatan penyusunan

rencana dan perubahan anggaran;

7) Menyelenggarakan koordinasi dan pembinaan

perbendaharaan;

8) Menyelenggarakan penelahaan dan pengujian

administrasi pengelolaan keuangan sera pelaporan;

9) Menyelenggarakan koordinasi, intergrasi dan

sinkronisasi pelaksanaan tugas;

10)Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan

fungsinya;

11)Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.

Bidang Keuangan, sebagaimana dimaksud membawahkan :

1) Sub-Bidang Verfikasi dan Pembukuan;

a) Tugas Pokok
95

Sub-Bidang Verifikasi dan Pembukuan mempunyai

tugas pokok membantu Kepala Bidang Keuangan

dalam melaksanakan verifikasi dan pembukuan.

b) Rincian Tugas

(1) Menyiapkan bahan penyusunan rencana Sub-

Bidang Verifikasi dan Pembukuan;

(2) Menyusun rencanam, kegiatan dan program

kerja Sub-Bidang Verifikasi dan Pembukuan;

(3) Menyiapkan dan melaksanakan urusan belanja

pegawai Sekretariat DPRD dan Anggota DPRD;

(4) Menyiapkan dan melaksanakan administrasi

pembayaran;

(5) Menyusun dan mengolah data realisasi

pembayaran;

(6) Menyiapkan bahan kajian kebijakan

penyelenggaraan perbendaharaan;

(7) Melaksanakan koordinasi dan kerja sama

pembinaan perbendaharaan;

(8) Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan

fungsinya;

(9) Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan

fungsinya.

2) Sub-Bidang Perbendaharaan;

a) Tugas Pokok
96

Sub-Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas

pokok membantu Kepala Bidang Keuangan dalam

melaksanakan perbendaharaan keuangan.

b) Rincian Tugas

(1) Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan

tata usaha, kearsipan, dan administrasi

kepegawaian;

(2) Menyelenggarakan kegiatan administrasi

pengpadaan perlengkapan dan pemeliharaannya;

(3) Menyelenggarakan administrasi urusan dalam dan

rumah tangga DPRD;

(4) Menyelenggarakan pengelolaan, pemeliharaan,

dan perawatan rumah dinas anggota DPRD;

(5) Menyelenggarakan layanan dan koordinasi

pelaksanaan pengawasan fungsional

(6) Menyelenggarakan layanan administrasi

perkantoran;

(7) Mengkoordinasikan kegiatan hubungan

masyarakat dan keprotokolan;

(8) Menyelenggarakan kegiatan tata usaha, kearsip-

an, administrasi kepegawaian dan penggandaan;

(9) Menyelenggarakan pengpadaan alat tulis kantor

(ATK) dan alat perlengkapan;


97

(10) Menyelenggarakan pemeliharaan gedung,

Kantor, serta barang inventaris;

(11) Mengkoordinasikan dan menyiapakan layanan

kegiatan pimpinan dan anggota DPRD serta

urusan rumah tangga DPRD;

(12) Menyelenggarakan pembinaan dan administrasi

kepegawaian;

(13) Menyiapakan bahan petunjuk teknis

penyelenggaraan administrasi tata usaha,

kearsipan, dan kepegawaian;

(14) Menyelenggarakan pengelolaan, pemeliharaan ,

dan perawatan rumah dinas anggota DPRD;

(15) Meneyelenggarakan dan menyiapkan layanan

mobilitasi bagi pimpinan dan anggota DPRD

serta Sekretariat DPRD;

(16) Menkoordinasikan keigatan keprotokolan;

(17) Memfasilitasi penyampaian aspirasi masyarakat

kePADA DPRD;

(18) Menkoordinasikan kegiatan pengamanan di

lingkungan Sekretariat DPRD;

(19) Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan

fungsinya;

(20) Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsi;

3) Sub-Bidang Penyusunan Program dan Anggaran.


98

a) Tugas Pokok

Sub-Bidang Penyusunan Program dan Anggaran

mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang

Keuangan dalam melaksanakan menyusun program

dan Anggaran.

b) Rincian Tugas

(1) Menyusun rencana kegiatan dan program kerja

Sub-Bidang Penyusunan Program dan Anggaran

(2) Melaksanakan dan mengendalikan administrasi

umum keuangan;

(3) Melaksanakan pemeriksaan, penelahaan dan

pengujian administrasi tanda bukti pembayaran;

(4) Melayani dan memfasilitasi bahan kajian kebijakan

administrasi keuangan;

(5) Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan

fungsinya;

(6) Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan

fungsinya.

3.3.5. Bidang Umum;

a. Tugas Pokok

Bidang Umum mempunyai tugas pokok membantu Sekre-

taris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam

melaksanakan ketatausahaan, kearsipan, kepegwaian ,

perlengkapan, pemeliharaan, dan menyelenggarakan


99

urusan rumah tangga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

serta rumah dinas Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

b. Fungsi

1) pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan tata

usaha, kearsiipan dan administrasi kepegawaian

2) penyelenggaraan kegiatan administrasi pengpadaan

perlengkapan dan pemeliharaannya;

3) penyelenggaraan pengelolaan, pemeliharaan dan

perawatan rumah dinas Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah;

4) penyelenggaraan pengelolaan, pemeliharaan dan

perawatan rumah dinas Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah;

5) penyelenggaraan layanan dan koordinasi pelaksanaan

pengawasan fungsional;

6) penyelenggaraan layanan administrasi perkantoran;

7) penyelenggaraan kegiatan tata usaha, kearsipan,

administrasi kepegawaian dan penggandaan ;

8) penyelenggaraan pengpadaan alat tulis kantor (ATK),

alat perlengkapan kantor;

9) penyelengaraan pemeliharaan gedung, kantor serta

barang inventaris kantor;


100

10)pengkoordinasian dan menyiapkan layanan kegiatan

Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah serta urusan rumah tangga Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah;

11)penyelenggaraan pembinaan dan administrasi

kepegawaian;

12)penyiapan bahan petunjuk teknis penyelenggaraan

administrasi, tata usaha, kearsipan dan kepegawaian;

13)penyelenggaraan pengelolaan, pemeliharaan dan

perawatan rumah dinas Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah;

14)penyelenggaraan dan menyiapkan layanan mobilitas

bagi Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah;

15)pengkoordinasian kegiatan pemberitaan dan publikasi

kegitan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

16)pengkoordinasian kegiatan keprotokolan;

17)memfasilitasi penyampaian aspirasi masyarakat

kePADA Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

18)pengkoordinasian kegiatan Pengamanan dilingkungan

Sekretariat Dewan dan Kantor Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah;

19)pelaksanaan tugas lain sesuai dengan tugas dan


101

fungsinya.

c. Uraian Tugas

1) Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan tata

usaha, kearsipan dan administrasi kepegawaian;

2) Menyelenggarakan kegiatan administrasi pengpadaan

perlengkapan dan pemeliharaanya;

3) Menyelenggarakan administrasi urusan dalam dan

rumah rumah tangga DPRD;

4) Menyelenggarakan pengelolaan, pemeliharaan, dan

perawatan rumah dinas anggota DPRD;

5) Menyelenggarakan layanan dan koordinasi

pelaksanaan pengawasan fungsional;

6) Menyelenggarakan layanan administrasi perkantoran;

7) Mengkoordinasikan kegiatan hubungan masyarakat

dan keprotokolan;

8) Menyelenggarakan kegiatan tata usaha, kearsipan,

administrasi kepegawaian dan penggandaan;

9) Menyelenggarakan pengpadaan alat tulis kantor (ATK)

dan alat perlengkapan;

10)Menyelenggarakan pemeliharaan gedung, kantor, serta

barang inventaris;

11)Mengkoordinasikan dan menyiapkan layanan kegiatan

Pimpinan dan Anggota DPRD serta urusan rumah

tangga DPRD;
102

12)Menyelenggarakan pembinaan dan administrasi

kepegawaian;

13)Menyiapkan bahan petunjuk teknis penyelenggaraan

administrasi tata usaha, kearsipan dan kepegawaian;

14)Menyelenggarakan pengelolaan, pemeliharaan, dan

perawatan rumah dinas anggota DPRD:

15)Menyelenggarakan dan menyiapkan layanan

mobilitas bagi pimpinan dan anggota DPRD serta

Sekretariat DPRD;

16)Mengkoordinasikan kegiatan keprotokolan;

17)Memfasilitasi penyampaian aspirasi masyarakat

kePADA DPRD;

18)Mengkoordinasikan kegiatan pengamanan dilingkungan

Sekretariat DPRD;

19)Menyelenggarakan koordinasi, integrasi dan

sinkronisasi pelaksanaan tugas;

20)Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan

fungsinya;

21)Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.

Bidang Umum dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya dibantu oleh tiga Sub Bidang, sebagaimana

penulis uraikan dibawah ini.

a) Sub-Bidang Tata Usaha dan

Kepegawaian;
103

1) Tugas Pokok

Sub-Bidang Tata Usaha dan Kepagawaian

mempunyai tugas pokok membantu Kepala Bidang

Umum dalam melaksanakan pengolahan data serta

melakukan administarasi kepegawaian Sekretariat

DPRD dan DPRD.

2) Rincian Tugas

(1) Menyusun rencana kegiatan dan program kerja Sub

Bidang Tata Usaha dan Kepegawaian;

(2) Menghimpun, menyusun dan mengolah bahan

informasi kegiatan DPRD;

(3) Mengkoordinasikan kegiatan publikasi dan

pemberitaan DPRD;

(4) Melaksanakan penyaringan data analisis

pemberitaan kegiatan DPRD. Menyiapakan,

menyajikan layanan pemberitaan dan publikasi

kegiatan DPRD;

(5) Memfasilitasi penyampaian aspirasi masyarakat

kePADA DPRD;

(6) Mengkoordinasikan kegitan keprotokolan;

(7) Menyelenggarakan koordinasi integrasi dan sin-

kronisasi pelaksanaan tugas;

(8) Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsi-

nya;
104

(9) Melaksanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsi.

b) Sub-Bidang Perlengkapan ;

1) Tugas Pokok

Sub-Bidang Perlengkapan mempunyai tugas pokok

membantu Kepala Bidang Umum dalam

melaksanakan administrasi perencanaan kebutuhan,

pengpadaan perlengkapan, dan barang Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi

Banten.

2) Rincian Tugas

(1) Menyususn rencana kegiatan dan program kerja

Sub-Bidang Perlengkapan;

(2) Menyelenggarakan penataan perlengkapan;

(3) Menyususn bahan document pengpadaan

perlengkapan dan barang daerah dilingkungan

Sekretariat DPRD;

(4) Melaksanakan pengpadaan perlengkapan dan

pengpadaan barang Sekretariat Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD);

(5) Melaksanakan pemeliharaan perlengkapan, barang,

sarana dan prasarana milik daerah dilingkungan

Sekretariat DPRD;

(6) Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan

fungsinya;
105

(7) Melaskanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsi.

c) Sub-Bidang Rumah Tangga.

1) Tugas Pokok

Sub-Bidang Rumah Tangga mempunyai tugas pokok

membantu Kepala Bidang Umum dalam

melaksanakan penyelenggaraan rumah tangga

dilingkungan Sekretariat DPRD.

2) Rincian Tugas

(1) Menyusun rencana kegiatan dan program kerja Sub

Bidang Rumah Tangga;

(2) Menyiapkan layanan pendukung kegiatan rapat-

rapat, persidangan dan perjalanan dinas pimpinan,

anggota DPRD serta Sekretariat DPRD ;

(3) Melaksanakan layanan keperluan rumah tangga

DPRD dan Sekretarita DPRD;

(4) Melaskanakan layanan urusan rumah tangga Ketua

DPRD;

(5) Melaksanakan layanan keamanan dalam ;

(6) Melaksanakan administrasi, pengaturan layanan

dan pengolahan kendaraan dinas;

(7) Menyelenggrakan pemeliharaan kebersihan

gedung, taman dan fasilitas lainnya;

(8) Melaksanakan pembuatan laporan tugas dan fungsi-

nya;
106

(9) Melaskanakan tugas lain sesuai tugas dan fungsi.

3.3.6. Jabatan Fungsional

Dilingkungan Sekretariat DPRD dapat ditetapkan Jabatan

Fungsional tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, sebagai berikut:

(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga

fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan

bidang keahliannya.

(2) Setiap Kelompok dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior

yang diangkat oleh Gubernur dan bertanggung jawab kePADA

Pimpinan Unit kerjanya.

(3) Jenis, jenjang dan jumlah jabatan fungsional sebagaimana

dimaksud PADA ayat (1) Pasal ini, di tetapkan oleh Gubernur

berdasarkan kebutuhan dan Beban Kerja sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

3.4. Data Pegawai Bidang Perundang-undangan sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Bidang Perundang-

undangan Sekretariat DPRD Provinsi Banten didukung oleh jumlah

pegawai sebanyak 45 orang yang terdiri dari aparat PNS sebanyak

14 orang (31,11%); Tenaga Honorer 31 orang (68,89%). Jumlah

tersebut bervariasi baik dilihat dari segi usia, pendidikan, maupun

jabatan. Dari jumlah seluruh pegawai didominasi oleh pegawai

berstatus Tenaga Honorer. Mengingat dalam penelitian ini


107

membahas tentang pengaruh kepemimpinan terhpadap peningkatan

disiplin pegawai, maka penulis mengambil seluruh jumlah pegawai

(45 orang) PADA Bidang Perundang-undangan Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten. Untuk mengetahui

keberpadaan pegawai PADA Bagian Perundang-undangan

Sekretariat DPRD Provinsi Banten di bawah ini penulis uraikan

secara rinci sebagai berikut:

Tabel: 3.1.
Komposisi Pegawai Berdasarkan Status Kepegawaian
PADA Sekretariat DPRD Provinsi Banten
No. Jenis Kepegawaian Jumlah Keterangan
1 PNS 14
2 Tenaga Honorer 31
Jumlah: 45
Sumber: Renstra 2007-2012 DPRD Prov. Banten.

Selanjutnya penulis uraikan kepadaan pegawai berdasarkan

Golongan dan Ruang Gaji bagi pegawai yang berstatus PNS, sebagai

berikut:

Tabel: 3.2.
Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan/Ruang Gaji
PADA Bidang Perundang-Undangan Sekretariat
DPRD Provinsi Banten

Status Golongan Ruang (orang) Jumlah


No.
IV III II I Lainnya (orang)
1 PNS 1 5 9 - - 14
2 Tenaga Honorer - - - - 31 31
Jumlah: 1 5 9 - 31 45
Sumber: Renstra 2007-2012 DPRD Prov. Banten.

Kemudian penulis uraikan kepadaan pegawai berdasarkan

kualifikasi pendidikan, sebagai berikut:

Tabel: 3.2.
108

Komposisi Pegawai Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan


PADA Bidang Perundang-Undangan
Sekretariat DPRD Provinsi Banten
Jabatan Kualifikasi Pendidikan) Jumlah
No.
S2 S1 D3 SLTA (orang)
1 Kepala Bidang 1 - - - 1
2 Kepala Seksi - 2 - - 2
3 Staf/Pelaksana - 10 5 27 42
Jumlah: 1 12 5 27 45
Persentase 2,22% 26,67% 11,11% 60% 100
Sumber: Renstra 2007-2012 DPRD Prov. Banten.

3.5. Sarana Penunjang Kerja

Sarana penunjang operasional yang perlu diperhatikan padalah

kecukupan dan pembaharuan, pembangunan dan aspirasi masyarakat.

Kebutuhan sarana tersebut bersifat terus menerus, terkait dengan

tugas DPRD Provinsi Banten yang bersifat luas, multi sektor, dan

dinamis, sehingga baik pemenuhan maupun pengelolaannya perlu

diupayakan secara terintegrasi dan berkelanjutan.

Untuk lebih jelasnya rekapitulasi inventaris barang dan inventaris

Kantor Sekretariat DPRD Provinsi Banten dapat dilihat PADA Tabel di

bawah ini:

Tabel: 3.3
Sarana Kerja PADA Bidang Perundang-Undangan
Sekretariat DPRD Provinsi Banten
No Jenis Barang Jumlah Keterangan
1 2 3 4
1 AC 47 Baik
2 Asbak Rokok Standing 20 Baik
3 AVO Meter Digital 1 Baik
4 Bendera Lambang Daerah 20 Baik
5 Bendera Merah Putih 40 Baik
6 Brankas 21 Baik
7 Bor Listrik 1 Baik
8 Calculator Portable 10 Baik
9 CCTV 30 Baik
10 Detektor Logam 10 Baik
109

11 Dispenser 44 Baik
12 Alat /Standar Damkar 60 Baik
13 Earphone 3 Baik
14 Exhose Fan 20” Ruang Genzet 2 Baik
15 Faximile 10 Baik
16 Filling Cabinet 130 Baik
17 Flash disk/ USB 1 Gb. 76 Baik
18 Foto Gubernur & Wakil Gubernur 40 Baik
19 Foto Presiden dan Wakil Presiden 40 Baik
20 Handycam 13 Baik
21 Handy Talky 30 Baik
22 Hekmat Safety 8 Baik
23 Infocus 16 Baik
24 Kamera Digital 16 Baik
25 Kendaraan Roda 2 9 Baik
26 Kendaraan Roda 4 33 Baik
27 Buku (4 jenis) 300 Baik
28 Buku Perpustakaan 20 Baik
29 Komputer 30 Baik
30 Keyboard 40 Baik
31 Kursi 380 Baik
32 Kursi Rapat Stainless 900 Baik
33 Kursi Rapat Paripurna Pimpinan 8 Baik
34 Lambang Garuda 20 Baik
35 Lambang Garuda ukuran 1,5 m2 1 Baik
36 Lambang Garuda ukuran 1 m2 1 Baik
37 Lambang Garuda Ukuran Kecil 10 Baik
38 Lemari Buku Gl C-80/GL-80 40 20/20- Baik
39 Lemari Buku GLDG/GLDP/GUDP 60 20/20/20-Baik
40 Lemari Es 2 & 4 pintu 14 8/6- Baik
41 Lemari Katalog Bahan Kayu 20 Baik
42 LCD Projector 49 Baik
43 Lemari Arsip 25 Baik
44 Locker 1 Baik
45 Lukisan 40 Baik
46 Lukisan Kaligrafi 15 Baik
47 Lukisan Kerang 15 Baik
48 Lukisan Seni Budaya Daerah 10 Baik
49 Lukisan Tempa & Lukisan uk. Kecil 40 20/20-Baik
50 Meja 50 Baik
51 Meja & Kursi bahan besi 244 Baik
52 Meja & Kursi eceng gondok 15 Baik
53 Meja makan bulat 29 Baik
54 Mesin Fax 3 Baik
55 Mesin Air Jet Pump 4 Baik
56 Mesin PABX 2055 1 Baik
110

57 Mesin Penghancur Kertas 4 Baik


58 Mesin Penghitung Uang 2 Baik
59 Mesin Fotocopy 10 Baik
60 Mesin Potong Rumput 8 Baik
61 Mesin Tik Elektronik 4 Baik
62 Mesin Tik Manual 4 Baik
63 Mouse Optik 40 Baik
64 Movedboard uk. 150x200 cm 40 Baik
65 Movedboard uk. 240x160 cm 2 Baik
66 Sound System 6000 Watt 2 Baik
67 Standing Layar LCD/Proyektor 2 Baik
68 Tabung Damkar 30 Baik
69 Tape Recorder 1 Baik
70 TV 43” 2 Baik
71 Notebook/Laptop 35 Baik
Sumber: Renstra 2007-2012 DPRD Prov. Banten.
111

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Pengaruh Kepemimpinan Terhpadap Peningkatan

Disiplin Kerja Pegawai Pada Bidang Perundang-Undangan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten

Sebagaimana umumnya bahwa dalam setiap organisasi sangat

membutuhkan kepemimpinan yang dapat melaksanakan fungsi-fungsi

kepemimpinan secara utuh dan menyeluruh sehingga dapat

meningkatkan disiplin kerja pegawai.

Dalam Bab IV ini penulis akan menganalisis tentang tanggapan

responden terhpadap pernyataan yang berkaitan dengan kepemimpinan

dan peningkatan disiplin kerja pegawai pada Bidang Perundang-

Undangan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Banten, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mendeskripsikan data dari kedua variabel yaitu variabel

bebas (Kepemimpinan) dan variabel terikat (Disiplin Kerja Pegawai);

2) Analisis Masing-Masing Item Pernyataan dalam Variabel

Bebas (Kepemimpinan);
112

3) Analisis masing-Masing Item Pernyataan dalam Variabel

Terikat (Disiplin Kerja Pegawai);

4) Analisis Seluruh Item Pernyataan Variabel Bebas

(Kepemimpinan);

5) Analisis seluruh Item Pernyataan Variabel Terikat

(Disiplin Kerja Pegawai);

6) Uji Validitas dan Reliabilitas;

7) Analisis Korelasi Antara Pelaksanaan Kepemimpinan

Terhpadap Peningkatan Disiplin Kerja.

Dari seluruh langkah-langkah di atas, penulis uraikan di bawah ini.

4.1.1 Deskripsi Data

Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulu, bahwa jumlah

responden dalam penelitian ini padalah sebanyak 45 orang. Padapun

jumlah kuesioner sebanyak 45 eksemplar yang terdiri dari 16 pertanyaan

(variabel X/ Kepemimpinan) dan 7 pertanyaan yang menyangkut variabel

terikat (variabel Y/Disiplin Kerja Pegawai). Setelah penyebaran kuesioner

dilakukan, maka kemudian dilakukan penarikan kembali dan semua

kuesioner berhasil dikumpulkan.

Setelah semua kuesioner terkumpul, maka kuesioner ini diperiksa

satu persatu untuk menilai layak atau tidaknya masing-masing kuesioner

untuk dianalisis dan diberi skor sesuai dengan jawaban responden. Hasil

skor tersebut direkapitulasi untuk masing-masing variabel.


113

Proses selanjutnya padalah meneliti keabsahan kuesioner, yakni

ketepatan dalam pemberian jawaban atas pertanyaan kuesioner, dimana

semua jawaban tersebut dilakukan dengan benar.

Dari hasil analisis dan pembobotan nilai jawaban dengan

menggunakan Skala Likert , selanjutnya skor tersebut dihitung dengan

menggunakan alat bantu MS Excel 2003 dan SPSS ver.10. Sebelum

melakukan analisis nilai jawaban, maka dilakukan analisis statistik

deskriptif. Teknik ini bertujuan memberikan gamabaran karakteristik

semua variabel yang diteliti.

Sebanyak dua jenis data yang diungkap dalam penelitian ini secara

berturut turut akan dideskripsikan sebarannya. Kedua jenis data tersebut

padalah :

1. Kepemimpinan

2. Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai

Data statistik yang dibutuhkan meliputi data minimal, data

maksimal, mean, median, modus, standar deviasi, dan varians. Untuk

lebih jelasnya mengenai hasil deskripsi kedua variabel tersebut dapat

dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 4.1
Deskripsi Data Keseluruhan Variabel
114

Statistics

KEPEMIMPINAN DISIPLIN KERJA


N Valid 45 45
Missing 0 0
Mean 72.3333 30.6889
Std. Error of Mean .55231 .38510
Median 73.0000 31.0000
Mode 75.00 30.00a
Std. Deviation 3.70503 2.58336
Skewness -.661 -3.348
Std. Error of Skewness .354 .354
Minimum 65.00 17.00
Maximum 77.00 35.00
Sum 3255.00 1381.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Secara singkat deskripsi data yang dimaksudkan menyangkut skor

terendah dan skor tertinggi yang secara empiris diapai oleh kedua varaibel

tersebut, sehingga akan nampak rentang datanya. Selain itu juga

dideskripsikan variabilitas yang menyangkut nilai rata-rata (Mean),

Standar Deviasi (SD).

Berikut ini secara berurutan disajikan menurut jenis data masing-

masing :

a. Kepemimpinan

Berdasarkan tolok ukur yang telah ditetapkan pada Bab I bahwa

kepemimpinan yang baik bila dapat melaksanakan fungsi-fungsi

kepemimpinan yang telah ditetapkan sebagai tolok ukur penelitian.

Padapun jumlah kuesioner yang merupaka penjabaran dari indikator

variabel bebas (Kepemimpinan / variabel X) sebanyak 16 butir

pertanyaan. Seluruh pernyataan tersebut disampaikan kepada


115

responden sebanyak 45 orang agar dapat memberikan tanggapannya,

kemudian dikumpulkan kembali kepada penulis untuk selanjutnya

dilakukan analisis.

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa skor terendah 23 dan skor

tertinggi 43. dengan demikian rentang skor yang pada padalah 20 (43-

23). Bila dilihat dari angka tersebut, maka angka minimum yang

mungkin dapat dicapai padalah 23 sedangkan angka maksimum yang

mungkin bisa dicapai padalah 43, nilai rata-rata mencapai 39,6 dan

standar deviasi 3,28.

Berdasarkan rentang skor yang pada, maka data dapat dides -

kripsikan kedalam distribusi skor data Kepemimpinan tersebut secara

ringkas dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kepemimpinan
KEPEMIMPINAN
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 65 3 6.7 6.7 6.7
66 1 2.2 2.2 8.9
67 4 8.9 8.9 17.8
68 1 2.2 2.2 20.0
69 3 6.7 6.7 26.7
70 1 2.2 2.2 28.9
71 1 2.2 2.2 31.1
72 5 11.1 11.1 42.2
73 5 11.1 11.1 53.3
74 3 6.7 6.7 60.0
75 9 20.0 20.0 80.0
76 5 11.1 11.1 91.1
77 4 8.9 8.9 100.0
Total 45 100.0 100.0
116

Dari data distribusi frekuensi skor variabel Kepemimpinan diatas,

maka dapat dibuat histogram (grafik batang) sebaran data tersebut

seperti gambar berikut :

Gambar 4.1
Histogram Kepemimpinan

b. Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai

Skor data variabel Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai (Y)

dimana jumlah pertanyaan kuesioner sebanyak 7 butir pertanyaan.

Dari hasil perhitungan diketahui skor terendah 26 dan skor tertinggi 45.

dengan demikian rentang skor terendah 26 dan skor tertinggi 45.

dengan demikian rentang skor yang pada padalah 14 (45-26). Bila

dilihat dari angka tersebut, maka angka minimum yang mungkin

dicapai padalah 26 sedangkan angka maksimum yang mungkin bisa


117

dicapai padalah 45, nilai rata-rata mencapai 34,77 dan standar

deviasinya 2,81.

Berdasarkan rentang skor yang pada, maka data dapat

dideskripsikan ke dalam distribusi skor data Peningkatan Disiplin Kerja

Pegawai tersebut secara ringkas dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Skor Variabel Disiplin Kerja Pegawai

DISIPLIN KERJA PEGAWAI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17 1 2.2 2.2 2.2

28 1 2.2 2.2 4.4

29 7 15.6 15.6 20.0

30 10 22.2 22.2 42.2

31 10 22.2 22.2 64.4

32 7 15.6 15.6 80.0

33 8 17.8 17.8 97.8

35 1 2.2 2.2 100.0

Total 45 100.0 100.0

Berdasarkan data distribusi frekuensi skor variabel Disiplin

Kerja Pegawai di atas, maka dapat dibuat histogram (grafik batang)

sebaran data tersebut seperti gambar berikut :


118

Gambar 4.2 :

Histogram Disiplin Kerja Pegawai

Selanjutnya penulis akan melakukan analisis terhpadap

masing-masing aspek variabel dari variabel bebas (Kepemimpinan)

dan variabel terikat (Disiplin Kerja Pegawai). Analisis tersebut

didasarkan pada aspek-aspek standar kinerja dan indikator

peningkatan kedisiplinan kerja pegawai, kemudian dilakukan

akumulasi dari jawaban terhpadap indikator-indikator dari masing-

masing variabel tersebut untuk mengetahui prosentase yang terdapat

pada Bidang Perundang-Undangan Sekretariat Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Provinsi Banten.

4.1.2 Analisis Masing-Masing Item Pertanyaan dalam Variabel Bebas

(Kepemimpinan)

Didasarkan kepada 16 butir pertnyataan dengan 5 alternatif

jawaban kepada 45 orang responden. Dimana indikator jawaban

responden tersebut dapat dijadikan bahan ukur terhpadap

Kepemimpinan yang diterapkan pada Bidang Perundang-Undangan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten.


119

Dalam penelitian ini digunakan digunakan 16 fungsi-fungsi

kepemimpinan yang kesemuanya menjadi elemen-elemen penting

Kepemimpinan yaitu sebagai berikut :

1) Seorang pemimpin harus memiliki watak dan kepribadian

yang terpuji, karena seorang pemimpin padalah cerminan bawahan,

(Watak dan Kepribadian yang terpuji)

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.4
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pimpinan Harus
Memiliki Watak dan Kepribadian Yang Terpuji, Karena
Seorang Pemimpin Padalah Cerminan Bawahan,
(Watak dan Kepribadian yang terpuji)
n=45

No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah


1 Sangat Setuju 29 5 145
2 Setuju 16 4 64
3 Kurang Setuju 0 3 0
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 209
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 209, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

seorang pimpinan harus memiliki watak dan kepribadian yang terpuji,

karena seorang pemimpin padalah cerminan bawahan, (Watak dan

Kepribadian yang terpuji), yaitu 209:225 = 92,88%. Berdasarkan data


120

yang diperoleh dari 45 responden, maka 209 yang diperoleh terletak

pada daerah sangat setuju.

2) Seorang pemimpin merupakan sumber identifikasi,

Disiplin dan moral para bawahan, (Watak dan Kepribadian yang

terpuji)

Seorang pimpinan merupakan sumber identifikasi, Disiplin dan

moral para bawahan, (Watak dan Kepribadian yang terpuji), sehingga

akan menjadi panutan baeahannya. Seluruh tingkah laku pimpinan

akan menjadikan contoh bagi bawahannya.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel: 4.5
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin Merupakan
Sumber Identifikasi, Disiplin dan moral para bawahan,
(Watak dan Kepribadian yang terpuji)
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 19 5 95
2 Setuju 24 4 96
3 Kurang Setuju 1 3 3
4 Tidak Setuju 1 2 2
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 196
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 196, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

seorang pemimpin merupakan sumber identifikasi, Disiplin dan moral

para bawahan, (Watak dan Kepribadian yang terpuji), yaitu 196:225 =


121

87,11%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 45 responden , maka

196 yang diperoleh terletak pada daerah sangat setuju.

3) Seorang pemimpin hendaknya berani mengajukan

gagasan dan bersedia menanggung risiko kegagalan bersamaan

dengan padanya kesempatan untuk memperoleh keberhasilan,

(Prakarsa yang tinggi)

Setiap pimpinan harus mampu dan berani mengajukan gagasan

dan bersedia menanggung risiko kegagalan bersamaan dengan

padanya kesempatan untuk memperoleh keberhasilan, (Prakarsa yang

tinggi). Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.6
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Hendaknya Berani Mengajukan Gagasan dan Bersedia
Menanggung Risiko Kegagalan Bersamaan Dengan
Padanya Kesempatan Untuk Memperoleh
Keberhasilan, (Prakarsa yang tinggi)
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 24 5 120
2 Setuju 21 4 84
3 Kurang Setuju 0 3 0
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 204
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 204, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

seorang pemimpin hendaknya berani mengajukan gagasan dan


122

bersedia menanggung risiko kegagalan bersamaan dengan padanya

kesempatan untuk memperoleh keberhasilan, (Prakarsa yang tinggi),

yaitu 204:225 = 90,67%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 45

responden , maka 204 yang diperoleh terletak pada daerah sangat

setuju.

4) Seorang pemimpin hendaknya seorang self starter,

memiliki inisiatif sendiri, (Prakarsa yang tinggi)

Setiap pemimpin yang baik hendaknya padalah seorang yang

memiliki prakarsa tinggi.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan yang termasuk dalam variabel bebas, maka

diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.7
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Hendaknya Seorang Yang Memiliki Prakarsa Tinggi
n=45

No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah


1 Sangat Setuju 30 5 150
2 Setuju 14 4 56
3 Kurang Setuju 0 3 0
4 Tidak Setuju 1 2 2
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 208
Sumber: Oleh Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 208, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

seorang pemimpin hendaknya seorang self starter, memiliki inisiatif


123

sendiri, (Prakarsa yang tinggi), yaitu 208:225 = 92,44%. Berdasarkan

data yang diperoleh dari 45 responden , maka 2088 yang diperoleh

terletak pada daerah sangat setuju.

5) Seorang pemimpin harus percaya pada bawahan, dan

mau mendengarkan pendapat mereka, (Hasrat melayani bawahan)

Dalam setiap organisasi mengharapkan dipimpin oleh seorang

pemimpin yang memiliki jiwa besar sehingga dapat memberikan

kepercayaan kepada bawahannya. Disamping itu seorang pemimpin

yang bijak harus mau menerima dan mendengarkan pendapat

bawahan, sehingga dalam menetapkan kebijakan tidak akan keliru.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis dimana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.8
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Harus Percaya KePADA Bawahan Dan Mau Mendengarkan
Pendapat Meraka (Hasrat Melayani Bawahan)
n=45

No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah


1 Sangat Setuju 39 5 195
2 Setuju 6 4 24
3 Kurang Setuju 0 3 0
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 219
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 219, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

Terhpadap Seorang Pemimpin Harus Percaya KePADA Bawahan Dan


124

Mau Mendengarkan Pendapat Meraka (Hasrat Melayani Bawahan),

yaitu 219:225 = 97,33%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 45

responden, maka 219 yang diperoleh terletak pada daerah sangat

setuju.

6) Seorang pemimpin harus berkeinginan membantu, serta

menimbulkan dan mengembangkan keterampilan agar karir mereka

meningkat, Hasrat melayani bawahan)

Setiap pemimpin harus memperhatikan kebutuhan pegawai

dalam hal peningkatan karier. Artinya bahwa setiap pemimpin

organisasi harus berkeinginan membantu, serta menimbulkan dan

mengembangkan keterampilan agar karir mereka meningkat, hasrat

melayani bawahan).

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.9
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Harus Berkeinginan Membantu, Serta Menimbulkan
dan Mengembangkan Keterampilan Agar
Karier Mereka Meningkat, (Hasrat
melayani bawahan).
n=45

No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah


1 Sangat Setuju 22 5 110
2 Setuju 17 4 68
3 Kurang Setuju 4 3 12
4 Tidak Setuju 2 2 4
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 194
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 194, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat


125

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

seorang pemimpin harus berkeinginan membantu, serta menimbulkan

dan mengembangkan keterampilan agar karir mereka meningkat,

Hasrat melayani bawahan), yaitu 194:225 = 86,22%. Berdasarkan data

yang diperoleh dari 45 responden , maka 194 yang diperoleh terletak

pada daerah sangat setuju.

7) Seorang pemimpin harus memahami lingkungan untuk

kepentingan organisasi dan bawahannya, (Spadar dan paham

kondisi lingkungan)

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.10
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Harus Memahami Lingkungan Untuk Kepentingan Organisasi
Dan Bawahan (Spadar dan Paham Kondisi Lingkungan)
n=45

No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah


1 Sangat Setuju 28 5 140
2 Setuju 17 4 68
3 Kurang Setuju 0 3 0
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 208
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 208, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

seorang pemimpin dalam melaksanakan Kepemimpinannya harus


126

spadar dan paham akan kondisi lingkungan, dengan perolehan hasil

tanggapan responden sebanyak 208:225 = 92,44%. Berdasarkan data

yang diperoleh dari 45 responden , maka 208 yang diperoleh terletak

pada daerah sangat setuju.

8) Seorang pemimpin harus mampu menganalisis

permasalahan dengan efektif, belajar dengan cepat

Setiap pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya harus

mampu menganalisis permasalahan dengan efektif, belajar dengan

cepat, sehingga seluruh kebijakan dapat diambi atau ditetapkan

dengan cepat.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.11
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Harus Mampu Menganalisis Permasalahan Dengan
Efektif, Belajar Dengan Cepat
n=45

No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah


1 Sangat Setuju 21 5 105
2 Setuju 24 4 96
3 Kurang Setuju 0 3 0
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 201
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 201, sedangkan jumlah skor

ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

seorang pemimpin harus mampu menganalisis dan mengatasi


127

permasalahan dengan efektif, belajar dengan cepat, sehingga dapat

melaksanakan kepemimpinan yang baik, dengan hasil tanggapan

responden terhpadap pernyataan yang diberikan yaitu 201:225 =

89,33%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 45 responden, maka

201 yang diperoleh terletak pada daerah sangat setuju.

9) Seorang pemimpin harus berorientasi ke masa depan

(memiliki visi)

Visi padalah pandangan jauh kedepan tentang tujuan organisasi

yang harus dicapai dalam waktu yang ditetapkan. Oleh karena itu

seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas dan terukur, agar

dapat dicapai sesuai dengan Rencana Strategis yang dimiliki.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.12
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Harus Memiliki Visi
n=45

No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah


1 Sangat Setuju 25 5 125
2 Setuju 19 4 76
3 Kurang Setuju 0 3 0
4 Tidak Setuju 1 2 2
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 203
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 203, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran


128

pemimpin harus memiliki Visi, memperoleh tanggapan responden

yaitu 203:225 = 90,22%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 45

responden, maka 203 yang diperoleh terletak pada daerah sangat

setuju.

10) Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan

memprediksi kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat

mempengaruhi organisasi yang dikelola dan para bawahan yang

terorganisir

Forecesting (meramal) dalam manajemen penting dilakukan

oleh pemimpin agar dapat mengantisipasi segala kegagalan yang akan

dihpadapi serta dapat mengambil langkah-langkah cara mengatasinya.

Oleh karena itu seorang pemimpin harus memiliki kemampuan

mprediksi kemungkinan-kemungkinan apa yang dapat mempengaruhi

organisasi yang dikelola dan para bawahan yang terorganisir.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.13
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Harus Mampu Memprediksi Kemungkinan Apa Yang Akan
Mempengaruhi Organisasi Yang Dikelola dan Para
Bawahan Yang Terorganisir
n=45

No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah


1 Sangat Setuju 30 5 150
2 Setuju 14 4 56
3 Kurang Setuju 0 3 0
4 Tidak Setuju 1 2 2
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 208
Sumber: Olah Data 2013
129

Jumlah total dari data di atas padalah 208, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

seorang pemimpin harus memiliki kemampuan mmprediksi

kemungkinankemungkinan apa yang dapat mempengaruhi organisasi

yang dikelola dan para bawahan yang terorganisir, yaitu 208:225 =

92,44%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 45 responden , maka

208 yang diperoleh terletak pada daerah sangat setuju.

11) Seorang pemimpin harus memiliki sifat terbuka

Sifat terbuka dari seorang pemimpin sangat diharapkan oleh

bawahannya agar dapat bekerja dengan baik.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.14
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Harus Memiliki Sifat Terbuka
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 38 5 190
2 Setuju 7 4 28
3 Kurang Setuju 0 3 0
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 218
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 218, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran setiap


130

pemim-pin harus memiliki sifat terbuka, yaitu 218:225 = 96,89%.

Berdasarkan data yang diperoleh dari 45 responden, maka 218 yang

diperoleh terletak pada daerah sangat setuju.

12) Seorang pemimpin harus sanggup mempertimbangkan

fakta dan inovasi baru.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.15
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Harus Memiliki Sifat Terbuka
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 19 5 95
2 Setuju 19 4 76
3 Kurang Setuju 6 3 18
4 Tidak Setuju 1 2 2
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 171
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 171, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

seorang pemimpin harus memiliki sifat terbuka, yaitu 171:225 = 76%.

Berdasarkan data yang diperoleh dari 45 responden, maka 171 yang

diperoleh terletak pada daerah setuju.

13) Seorang pemimpin harus memiliki pendirian yang lugas

dan Konsisten

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :


131

Tabel: 4.16
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Harus Memiliki Pendirian Yang Lugas dan Konsisten
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 24 5 120
2 Setuju 19 4 76
3 Kurang Setuju 2 3 6
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 202
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 202, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya harus

memiliki pendirian yang lugas dan konsisten, dengan perolehan

jawaban responden sebesar 202:225 = 89,78%. Berdasarkan data

yang diperoleh dari 45 responden, maka 202 yang diperoleh terletak

Pada daerah sangat setuju.

14) Seorang pemimpin harus bersedia mengganti cara kerja

yang lama dengan yang baru yang dipandang mampu memberi nilai

guna yang efisien dan efektif bagi organisasi yang dipimpinnya

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.17
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Harus Bersedia Mengganti Cara Kerja Yang Lama Dengan
Yang Baru Yang Dipandang Mampu memberi
Nilai Guna Yang Efisien dan Efektif Bagi
Organisasi Yang Dipimpinnya
n=45
132

No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah


1 Sangat Setuju 27 5 135
2 Setuju 16 4 64
3 Kurang Setuju 1 3 3
4 Tidak Setuju 1 2 2
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 204
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 204, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran tentang

seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya harus

mampu dan bersedia mengganti cara kerja yang lama dengan yang

baru yang dipandang mampu memberi nilai guna yang efisien dan

efektif bagi organisasi yang dipimpinnya, dengan memperoleh jawaban

responden sebesar 204:225 = 90,67%. Berdasarkan data yang

diperoleh dari 45 responden, maka 204 yang diperoleh terletak pada

daerah sangat setuju.

15) Seorang pemimpin padalah penyampai berita kepada

orang lain, baik vertikal maupun horizontal.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.18
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Padalah Penyampai Berita KePADA Orang Lain Baik
Vertikal Maupun Horizontal
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 27 5 135
2 Setuju 17 4 68
3 Kurang Setuju 1 3 3
133

4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 206
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 206, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinan padalah

sebagai penyampai berita kepada orang lain, baik vertikal maupun

horizintal, dengan perolehan tanggapan responden sebesar 206:225

= 91,56%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 45 responden , maka

206 yang diperoleh terletak pada daerah sangat setuju.

16) Seorang pemimpin harus terampil dalam memainkan

peran yang dapat membantu efektivitas organisasi yang dipimpinnya.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.19
Tanggapan Responden Terhpadap Seorang Pemimpin
Harus Terampil Dalam Memainkan Peran Yang Dapat
Membantu Efektivitas Organisasi Yang Dipimpinnya
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 13 5 65
2 Setuju 24 4 96
3 Kurang Setuju 7 3 21
4 Tidak Setuju 1 2 2
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 184
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 184, sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat


134

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

seorang harus terampil dalam memainkan peran yang dapat

membantu efektivitas organisasi yang dipimpinnya, memperoleh hasil

tanggapan responden sebesar 184:225 = 81,78%. Berdasarkan data

yang diperoleh dari 45 responden, maka 184 yang diperoleh terletak

pada daerah sangat setuju.

4.1.3 Analisis Masing-Masing Item Pertanyaan dalam Variabel

Terikat ( Peningkatan Disiplin Kerja)

Didasarkan kepada 7 butir pertanyaan dengan 5 alternatif jawaban

kepada 45 orang responden. Dimana indikator jawaban responden

tersebut dapat dijadikan bahan ukur terhpadap tingkat Disiplin Kerja

Pegawai.

Dalam penelitian ini digunakan indikator Peningkatan Disiplin Kerja

Pegawai sebagai berikut :

1) Setiap pegawai harus memiliki hasil kerja yang baik

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.20
Tanggapan Responden Terhpadap Setiap Pegawai Harus
Memiliki Hasil Kerja Yang Baik
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 21 5 105
2 Setuju 23 4 92
3 Kurang Setuju 0 3 0
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 1 1 1
JUMLAH 45 JUMLAH 198
Sumber: Olah Data 2013
135

Jumlah total dari data di atas padalah 198 sedangkan jumlah skor ideal

dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat setuju).

Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak setuju).

Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran setiap pegawai

harus memiliki hasil kerja yang baik, memperoleh hasil tanggapan

responden sebesar 198:225 = 88%. Berdasarkan data yang diperoleh

dari 45 responden , maka 198 yang diperoleh terletak pada daerah

sangat setuju.

2) Setiap pegawai harus memiliki pengetahuan pekerjaan

Di era persaingan bebas sekarang ini maka setiap pegawai

dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya harus memiliki

pengetahuan pekerjaan yang tinggi agar dapat menyelesaikan

pekerjaan dengan penuh tanggung jawab. Berdasarkan hasil

kuesioner yang disebarkan penulis dimana terdiri dari satu perta

nyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.21
Tanggapan Responden Terhadap Setiap Pegawai Harus
Memiliki Pengetahuan Pekerjaan
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 23 5 115
2 Setuju 21 4 84
3 Kurang Setuju 1 3 3
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 202
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 202 sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat


136

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran setiap

harus memiliki pengetahuan pekerjaan sehingga dapat melaksanakan

tugas dengan efektif dan efisien. Hasil tanggapan responden terhadap

perntaan tersebut memperoleh jawaban sebesar, 202:225 = 89,78%.

Berdasarkan data yang diperoleh dari 45 responden , maka 202 yang

diperoleh terletak pada daerah sangat setuju.

3) Untuk meningkatkan kinerja pegawai, harus memiliki

Inisiatif tinggi dalam hal penanganan masalah-masalah yang timbul

Dalam menghadapi beberapa permasalahan berkaitan dengan

tugas yang diberikan kepada bawahan, maka setiap pegawai harus

memiliki inisiatif dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul

dengan mencari jalan keluarnya sehingga pekerjaan dapat diselesai-

kan dengan efektif. Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan

penulis dimana terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel: 4.22
Tanggapan Responden Terhadap Untuk Meningkatkan
Pegawai Harus Memiliki Inisiatif Tinggi Dalam Hal
Penanganan Masalah-Masalah Yang Timbul
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 25 5 125
2 Setuju 19 4 76
3 Kurang Setuju 0 3 0
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 1 1 1
JUMLAH 45 JUMLAH 202
Sumber: Olah Data 2013
137

Jumlah total dari data di atas padalah 202 sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

meningkatkan kinerja pegawai, harus memiliki Inisiatif tinggi dalam hal

penanganan masalah-masalah yang timbul, yaitu 202:225 = 89,78%.

Berdasarkan data yang diperoleh dari 45 responden , maka 202 yang

diperoleh terletak pada daerah sangat setuju.

4) Padanya kemampuan dan kecepatan dalam menerima

instruksi kerja

Sumber Daya Manusia Pegawai yang memiliki kemampuan dan

kecepatan dalam menerima instruksi kerja dan dapat

melaksanakannya dengan baik sangat diharapkan oleh setiap

organisasi. Karena pegawai tersebut akan dapat melaksanakan tugas

dengan baik.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.23
Tanggapan Responden Terhadap Pentingnya Kemampuan
dan Kecepatan Pegawai Dalam Menerima Instruksi Kerja
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 28 5 140
2 Setuju 17 4 68
3 Kurang Setuju 0 3 0
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 208
Sumber: Olah Data 2013
138

Jumlah total dari data di atas padalah 208 sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran

perlunya kemampuan dan kecepatan dalam menerima instruksi kerja,

dengan hasil perolehan jawaban responden sebesar 208:225 =

92,44%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 45 responden, maka

208 yang diperoleh terletak pada daerah sangat setuju.

5) Setiap pegawai harus dapat menyesuaikan antara cara

kerja serta situasi kerja

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, setiap pegawai

harus mampu dan dapat menyesuaikan antara cara kerja dan situasi

kerja, sehingga pegawai akan merasa nyaman dalam melaksanakan

tugasnya.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.24
Tanggapan Responden Terhadap Setiap Pegawai Harus Dapat
Menyesuaikan Antara Cara Kerja Serta Situasi Kerja
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 27 5 135
2 Setuju 17 4 68
3 Kurang Setuju 1 3 3
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 206
Sumber: Olah Data 2013
139

Jumlah total dari data di atas padalah 206 sedangkan jumlah skor

ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran Seriap

pegawai harus dapat menyesuaikan antara cara kerja dan situasi kerja

yaitu 206:225 = 91,56%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 45

responden, maka 206 yang diperoleh terletak pada daerah sangat

setuju.

6) Setiap pegawai untuk meningkatkan kinerjanya harus

memiliki ketepatan waktu kerja

Agar setiap pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik, maka

setiap pegawai harus memiliki jadual yang beik dan dapat

menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.25
Tanggapan Responden Terhadap Setiap Pegawai Harus
Memiliki Ketepatan Waktu Kerja
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 12 5 60
2 Setuju 24 4 96
3 Kurang Setuju 8 3 24
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 1 1 1
JUMLAH 45 JUMLAH 181
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 181 sedangkan jumlah

skor ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak


140

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran setiap

pegawai untuk meningkatkan kinerjanya harus memiliki ketepatan

waktu kerja, dengan perolehan jawaban responden sebesar 181:225 =

80,44%. Berdasarkan data yang diperoleh dari 45 responden , maka

181 yang diperoleh terletak pada daerah sangat setuju.

7) Setiap pegawai dalam meningkatkan kinerjanya harus

memiliki tingkat kehadiran yang tinggi.

Disiplin pegawai dengan tingkat kehadiran yang tinggi sangat

diperlukan oleh setiap organisasi. Setiap pegawai yang memiliki

tingkat kehadiran yang tinggi diharapkan dapat menunjang

pelaksananaan tugas dengan baik.

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan penulis di mana

terdiri dari satu pertanyaan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel: 4.26
Tanggapan Responden Terhadap Pegawai Dalam Meningkatkan
Kinerjanya Harus Memiliki Tingkat Kehadiran Yang Tinggi
n=45
No. Jawaban Frekuensi Skor Jumlah
1 Sangat Setuju 12 5 60
2 Setuju 25 4 100
3 Kurang Setuju 8 3 24
4 Tidak Setuju 0 2 0
5 Sangat Tidak Setuju 0 1 0
JUMLAH 45 JUMLAH 184
Sumber: Olah Data 2013

Jumlah total dari data di atas padalah 184 sedangkan jumlah skor

ideal dari pernyataan tersebut padalah 5 x 1 x 45 = 225 (sangat

setuju). Jumlah skor terendah yaitu 1 x 1 x 45 = 45 (sangat tidak

setuju). Berdasarkan data yang diperoleh di atas, maka ukuran setiap

pegawai harus memiliki tingkat disiplin yang tinggi, memperoleh


141

tanggapan responden sebesar, 184:225 = 81,78%. Berdasarkan data

yang diperoleh dari 45 responden , maka 184 yang diperoleh terletak

pada daerah sangat setuju.

4.1.4 Analisis Seluruh Item Pertanyaan Variabel Bebas

(Kepemimpinan)

Untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Kepemimpinan terhadap

peningkatan disiplin kerja pegawai secara keseluruhan dapat dihitung

dengan melakukan perkalian skor tertinggi dengan jumlah item

pertanyaan serta dengan jumlah responden. Adapun skor tertinggi yang

dipakai dalam analisis kuantitatif ini yaitu 5, karena grpadasi yang

digunakan adalah:

5 untuk kategori sangat setuju (a)


4 untuk kategori setuju (b)
3 untuk kategori kurang setuju (c)
2 untuk kategori tidak setuju (d)
1 untuk kategori sangat tidak setuju (e)
Sedangkan jumlah item pertanyaan yang disebarkan sebagai tahap

penguraian lebih jauh dari konsep Kepemimpinan yaitu 16 pertanyaan,

untuk 45 responden, jadi perkaliannya padalah 16 x 5 x 45 = 3600. Nilai

tersebut menjadi acuan atau pembanding jumlah skor item pernyataan.

Jumlah skor item pernyataan tersebut dari item 1 sampai dengan 16

yaitu: 209+196+204+208+219+194+208+201+203+208+218+171+202+

204+206+184 = 3235. Dengan melihat jumlah tersebut dapat diketahui

bahwa Pengaruh Kepemimpinan yaitu: 3235 : 3600 = 89,86 %.

4.1.5 Analisis Seluruh Item Pertanyaan Variabel Terikat

( Peningkatan Disiplin Kerja).


142

Untuk lebih mengetahui faktor-faktor pengukuran peningkatan

jumlah penerimaan pajak secara keseluruhan dapat dihitung dengan

mengalikan skor tertinggi dengan jumlah item pertanyaan serta dengan

jumlah responden. Padapun skor tertinggi yang dipakai dalam analisis

kuantitatif ini yaitu 5, karena grpadasi yang digunakan sebagai berikut:

5 untuk kategori sangat setuju (a)


4 untuk kategori setuju (b)
3 untuk kategori kurang setuju (c)
2 untuk kategori tidak setuju (d)
1 untuk kategori sangat tidak setuju (e)

Sedangkan jumlah item pertanyaan yang disebarkan sebagai tahap

penguraian lebih jauh dari karakteristik Peningkatan Disiplin Kerja

Pegawai yaitu 7 pertanyaan untuk 45 responden. Jadi perkaliannya

padalah 7 x 5 x 45 = 1575. Nilai tersebut menjadi acuan atau pembanding

jumlah skor item pernyataan. Jumlah skor item pernyataan tersebut dari

item 1 sampai dengan 7 yaitu: 198+202+202+208+206+181+184 = 1381

Jadi berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa Peningkatan

Disiplin Kerja Pegawai pada Bidang Perundang-Undangan Sekretariat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten, yaitu: 1381:1575 =

87,68 %.

4.2 Uji Validitas, dan Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas seluruh butir

pertanyaan yang tercantum dalam angket dari variabel bebas dan terikat,

penulis berupaya untuk menghitung seluruh pertanyaan tersebut,

sebagaimana diuraikan di bawah ini.

4.2.1 Uji Validitas dan Signifikansi


143

Uji Validitas adalah mengkorelasikan skor setiap butir dengan skor

total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dan syarat minimum untuk

dianggap valid yaitu bila “r” = 0,308 ke atas, berdasarkan data yang

terkumpul dari variabel bebas (Kepemimpinan) dan variabel terikat

( Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai) maka terdapat hasil yang

ditunjukkan pada tabel lampiran. Sedangkan untuk mengetahui besaran

signifikasi variabel Bebas (Kepemimpinan), signifikasi nilai korelasi

dilakukan dengan derajat kebebasan (dk = n – 2) dengan kaidah penilaian

sebagai berikut:

1) Jika t hitung > t tabel berarti valid dan sebaliknya,

2) jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran

sebagaimana terlampir.

Adapun hasil uji validitas untuk variabel bebas (Kepemimpinan)

penulis uraikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel: 4.27
Hasil Uji Validitas Variabel Bebas (Kepemimpinan)
Korelasi Nilai Nilai r tabel Keterangan Kesimpulan
antara Korelasi (r) (n=45,α=5%)
Item No. 1 0,359 0,294 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 2 0,443 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 3 0.401 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 4 0,356 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 5 0,375 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 6 0,376 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
144

Item No.7 0,446 r Positif Valid


dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 8 0,389 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 9 0,376 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 10 0,476 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 11 0,407 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 12 0,351 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 13 0,309 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 14 0,408 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 15 0,444 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 16 0,449 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Penafsiran pada tabel di atas, didasarkan pada kriteria penafsiran

menurut Sugiyono (2003 : 214). Dari hasil Uji Validitas instrumen di atas,

terlihat bahwa semua instrumen Valid dan Signifikan. Kemudian butir

semua instrumen Valid dapat dipergunakan untuk uji selanjutnya.

Sedangkan uji validasi variabel terikat (Peningkatan Disiplin Kerja)

padalah sebagai berikut:

Tabel: 4.28
Hasil Uji Validitas Variabel Terikat
( Peningkatan Disiplin Kerja)
Korelasi Nilai Nilai r tabel Keterangan Kesimpulan
antara Korelasi (r) (n=45,α=5%)
Item No. 1 0,679 0,294 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
145

Item No. 2 0,591 r Positif Valid


dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 3 0,627 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 4 0,479 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 5 0,682 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 6 0,610 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel
Item No. 7 0,319 r Positif Valid
dengan r hitung > r
Total tabel

Penafsiran pada tabel di atas, didasarkan pada kriteria penafsiran

menurut Sugiyono (2003 : 214). Dari hasil Uji Validitas instrumen di atas,

terlihat bahwa semua instrumen Valid dan Signifikan. Kemudian butir

semua instrumen Valid dapat dipergunakan untuk uji selanjutnya.

4.2.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan internal consistency

dengan Teknik Belah Dua (split half) yang dianalisis dengan rumus

Spearman Brown. Untuk keperluan itu maka butir-butir instrumen di belah

menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok

genap. Selanjutnya skor data tiap kelompok itu disusun sendiri dan skor

total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya. Setelah

dihitung dengan menggunakan alat bantu microsoft excel diperoleh

koefisien korelasi variabel bebas (Kepemimpinan) sebesar 0,526 dan

variabel terikat (Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai) sebesar 0,698


146

koefisien-koefisien korelasi tersebut selanjutnya dimasukkan dalam rumus

Spearman Brown.

2r
R
1 r

Reliabilitas Instrumen Kepemimpinan

2r
R
1 r
2(0,526)

1  0,526
 0,689

Reliabilitas Instrumen Peningkatan Disiplin Kerja

2r
R
1 r
2(0,698)

1  0,698
 0,822

Hasil rangkuman dari perhitungan tersebut di atas, dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

Tabel: 4.29

Rangkuman Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen

Variabel Koefisien Harga r Hasil


Korelasi (r ) tabel
(r )
Kepemimpinan 0,526 0,689 0,294 Reliabel
Peningkatan Disiplin Kerja 0,698 0,822 0,294 Reliabel

Dari tabel di atas, terlihat bahwa semua instrumen penelitian reliabel

dan dapat diandalkan.

4.3 Analisa Korelasi Antara Pelaksanaan Kepemimpinan Terhpadap

Peningkatan Disiplin Kerja


147

Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I, bahwa data yang

dikumpulkan melalui angket digunakan untuk mengukur variabel bebas

(Pengaruh Kepemimpinan) dan variabel terikat ( Peningkatan Disiplin

Kerja Pegawai). Setelah dilakukan uji validitas, dan reliabilitas ternyata

data tersebut seluruhnya valid, dan reliabel (secara lengkap lihat

lampiran).

Setelah seluruhnya dinyatakan memenuhi syarat , maka selanjutnya untuk

menganalisisnya tentang seberapa kuat pengaruh antara variabel X

terhpadap Variabel Y, penulis menggunakan analisis Korelasi Produk

Moment sebagai rumusnya, Uji Signifikansi, Koefisien Determinasi dan

analisis persamaan regresi sederhana sehingga dari pengaruh yang

diperoleh dapat menaksir variabel Y apabila variabel X diketahui:

Berdasarkan data di atas, penulis memperoleh dua variabel yang dapat di

ukur yaitu: Variabel X = Pelaksanaan Kepemimpinan

Variabel Y = Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai

Untuk menghitung dua variabel tersebut, penulis menggunakan

analisis sebagai berikut:

1) Koefisien Korelasi

Perhitungan koefisien korelasi antara pelaksanaan Kepemimpinan

dengan Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai adalah sebagai berikut:

rxy 
 XY
( X )( Y
2 2
)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

n = 45
ΣX = 3255
148

ΣY = 1381
ΣXY = 100018
ΣX2 = 236049
ΣY2 = 42675

rxy 
 XY
( X )( Y
2 2
)
100018
rxy 
(236049)( 42675)
rxy  0,996

Berdasarkan perhitungan di atas, koefisien korelasi (r) antara

Kepemimpinan adalah sebesar 0,996 atau 99,6%, berdasarkan tabel

interpretasi koefisien korelasi, dapat diketahui bahwa hubungan antara

Kepemimpinan terhadap Peningkatan Disiplin Kerja terbukti adanya

hubungan yang positif dan sangat kuat.

2) Uji Signifikasi

Uji signifikasi ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang

penulis ajukan pada Bab I, yang berguna untuk menentukan diterima

atau tidaknya hipotesis tersebut.

Berdasarkan rumus yang telah dikemukakan, maka dapat

dilakukan perhitungan sebagai berikut:

rs n  2
t 
1 r 2
0,996 45  2
t 
1  0,995 2
6,531
t 
0,099
t  65,97

Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t

hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel.


149

Berdasarkan tabel distribusi t menurut Sugiyono, untuk dk = 45 – 2 =

43 dengan taraf kesalahan 0,05% padalah 2,021. Hal ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar: 4.3

-1,648 1,648 65,97

Sumber: data diolah

Jadi t hitung = 65,97 > t tabel = 2,021, maka berdasarkan hasil tersebut:

Ho : p = 0 ditolak, dan

Ha : p ≠ 0 diterima, yang berarti bahwa hubungan antara pelaksanaan

Kepemimpinan terhpadap Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai adalah

Signifikan, artinya sampel yang ditampilkan dapat digeneralisasikan

terhpadap populasi yang diteliti.

3) Koefisien Penentu (Determinasi)

Berdasarkan rumus Koefisien Korelasi Determinasi pada Bab I,

maka dapat dihitung sebagai berikut:

KD  r 2 X 100%
KD  (0,996) 2 X 100%
KD  99,2%
150

Dari perhitungan Koefisien penentu/koefisien diterima (KD)

sebesar 99,2% berarti pelaksanaan Kepemimpinan memberi

kontribusi 99,2% terhpadap Peningkatan Disiplin Kerja, sedangkan

sisanya sebesar 0,8% merupakan faktor lain yang tidak ditinjau dalam

penelitian ini yang ikut serta mempengaruhi Peningkatan Disiplin Kerja

yang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

4) Analisa Persamaan Regresi Sederhana

Persamaam regresi ini digunakan untuk melakukan prediksi

seberapa tinggi nilai variabel bebas (pelaksanaan Kepemimpinan )

apabila nilai variabel terikat ( Peningkatan Disiplin Kerja) dimanipulasi

(diubah-ubah). Secara umum persamaan regresi sederhana (dengan

satu prediktor) dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = a+bX

Berdasarkan rumus tersebut di atas untuk dapat menentukan

persamaan regresi maka terlebih dahulu harus ditentukan harga

“a”

dan “b” dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Dengan diketahui:

n = 45

ΣX = 3255

ΣY = 1381

ΣXY = 100018

ΣX2 = 236049

ΣY2 = 42675

Menentukan harga a:
151

( Y )( X 2 )  ( X )( XY )
a
n  X 2  ( X ) 2
((1381)(236049))  ((3255)(100018))
a
45(236049)  (3255) 2
325983669  325558590
a
10622205  10595025
425079
a
27180
a  15,64

Menentukan harga b.

n XY  ( X )( Y )
b
n X 2  ( X ) 2
45(100018)  (3255)(1381)
b
45( 236094)  (3255) 2
4500810  4495155
b
10624230  19595025
5655
b  0,19
29205

Berdasarkan harga a dan b melalui perhitungan di atas, maka

persamaan regresi Kepemimpinan dan Peningkatan Disiplin Kerja

Pegawai adalah sebagai berikut: Ŷ = 15,64 + 0,19X.

Persamaan regresi yang telah ditentukan tersebut dapat digunakan

untuk melakukan prediksi (ramalan) berapa nilai dalam variabel terikat

akan terjadi bila nilai dalam variabel bebas ditetapkan. Hal ini berarti bila

kualitas Kepemimpinan di tingkatkan sampai nilai optimal sesuai dengan

skor ideal instrumen yaitu 5x45 = 225, maka nilai Peningkatan Disiplin

Kerja pegawai dapat dilihat sebagai berikut: Ŷ = 15,64 + 0,19 (225) =

58,39

Jadi diperkirakan nilai Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai menjadi

58,39. Jika nilai Kepemimpinan dinaikkan menjadi 225 Sehingga dari

persamaan di atas dapat diartikan, bahwa bila Peningkatan Disiplin Kerja


152

Pegawai agar bertambah 1, maka nilai rata-rata Kepemimpinan harus

dinaikkan sebesar 15,64.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dalam bab IV di atas, terdapat beberapa

temuan yang dapat penulis rangkum untuk dijadikan kesimpulan, sebagai

berikut:

1) Pengaruh Kepemimpinan pada Bidang Perundang-

Undangan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Provinsi Banten mencapai prosentase sebesar 89,86%; dan


153

Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai Bidang Perundang-Undangan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten

mencapai prosentase sebesar 87,62%;

2) Koefisien Korelasi antar Kepemimpinan dengan

Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai diperoleh nilai korelasi (r) sebesar

0,996 Sedangkan t hitung sebesar 65,97 > t tabel sebesar 2,021, ini

berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

Kepemimpinan terhadap Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai Bidang

Perundang-Undangan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) Provinsi Banten. Sedangkan Koefisien determinasi diperoleh

sebesar 99,2% ini menandakan bahwa Kepemimpinan sebagai salah

satu faktor yang mempengaruhi tingkat Disiplin Kerja Pegawai sebesar

99,2%. Sedangkan sisanya yaitu 0,8 % berarti pada faktor lain yang

turut mempengaruhi Peningkatan Disiplin Kerja Pegawai.

3) Persamaan regresi Kepemimpinan dan Peningkatan Disiplin

Kerja Pegawai yaitu Ŷ = 15,64 + 0,19X. Selanjutnya persamaan

regresi tersebut dapat digunakan untuk melakukan prediksi (ramalan)

berapa nilai dalam variabel terikat (Peningkatan Disiplin Kerja

Pegawai) akan terjadi bila nilai dalam variabel bebas ( Kepemimpinan)

ditetapkan.

5.2. Saran

Bertolak dari kesimpulan di atas, maka dikemukakan saran sebagai

berikut:
154

1) Dalam upaya melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,

seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya dapat

menggunakan kepemimpinan situasional, dengan memperhatikan

kualifikasi kepemimpinan yang baik sesuai dengan tolok ukur

penelitian (Dr. H.B. Siswanto, M.Si., dalam bukunya Pengantar

Manajemen);

2) Untuk meningkatan Disiplin Kerja Pegawai, pimpinan

organisasi harus mampu menerapkan sanksi hukum kepada pegawai

yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan

memberikan penghargaan kepada pegawai yang memiliki prestasi;

3) Seorang pemimpin harus memahami lingkungan organisasi

(Sadar dan paham kondisi lingkungan), agar pegawai dapat

melaksanakan tugas dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Dwiyanto, Agus dan Kawan-kawan, 2002


Pengantar Ilmu administrasi dan Manajemen,
PT.Gunung Agung, Jakarta;

Hasibuan, Malayu S.P.,2001,


Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi aksara,
Jakarta.

,1996,
Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah,
155

PT.Gunung Agung, Jakarta.

Handayaningrat, Soewarno, 2002,


Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen, PT.
Gunung Agung, Jakarta.

Handoko, T. Hani, 2003


Manajemen Edisi 2, BPFE Universitas Gajah Mpada
Yogyakarta;

H.B. Siswanto, 2011


Pengantar Manajemen, PT. Bumi Aksara, Jakarta;

Kencana, Inu, 2004,


Sistem Administrasi Negara RI, Jilid I, PT.Bumi
Aksara, Jakarta.

Kartono, Kartini, 2011


Pemimpin dan Kepemimpinan (Apakah
Kepemimpinan Abnormal itu?), PT. RajaGrafindo
Perspada, Jakarta;

Manulang, M, 2005,
Dasar-Dasar Manajemen, Gajahmpada Univercity
Press, Yogyakarta.

Musanef, 2000,
Manajemen Kepegawaian di Indonesia, PT.Gunung
Agung, Jakarta.

Mckenna, Eugene & Nic Beec,2000,


The Essence Of Manajemen Sumber Daya Manusia,
ANDI, Yogyakarta..

Mangkunegara, AA.Anwar,Prabu,2000,
Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung.

Manulang, M, 1988,
Dasa-dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Moekijat, 1982,
Fungsi-Fungsi Manajemen (Himpunan dan
Rumusan), Sumur Bandung;

Nawawi, Hpadari dan HM.Martini Hadiri,2004,


Pengantar Ilmu Administrasi, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
156

Nitisemito, Alex, S. dan Viethza, Rivai, 2000,


Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, PT.Raja
Grafindo Perspada, Jakarta.

Ratminto & Atik Septi Winarsih,2008


Manajemen Pelayanan, Pengembangan Model
Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan
Standar Pelayanan Minimal, Pustaka Pelajar
Yogyakarta;

Simbolon, Maringan Masry, 2004


Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen, Ghalia
Indonesia Jakarta;

Siagian, Sondang P, 2003,


Teori dan Praktik Kepemimpinan, PT.Rineka Cipta,
Jakarta.

,2010
Teori dan Praktik Kepemimpinan, PT.Rineka Cipta,
Jakarta;

Sukarna, 2002,
Dasar-Dasar Manajemen, CV.Mandar Maju, Bandung.

Sugiyono, 2004,
Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.

Sarwoto, 2002,
Sistem Pengendalian Manajemen, BPFE, Yogyakarta.
Silalahi, Ulber, 2002
Pemahaman Asas-asas Manajemen, PT. Bumi Aksara,
Jakarta;

Suryadi, 2009
Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik, Rafika
Aditama, Bandung;

Thoha, Miftah, 2002,


Dasar-Dasar Manajemen, PT. RajaGrafindo Perspada,
Jakarta;

, 2012
Pemimpin Dalam Manajemen, PT. RajaGrafindo
Perspada, Jakarta;

, 2008
157

Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya,


PT. RajaGrafindo Perspada, Jakarta;

Ukas, Maman, 2004


Manajemen: Konsep, Prinsip dan Aplikasi,
RadjaGrasindo Perspada, Jakarta;

Usman, Husaini, 2010


Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan,
Edisi 3, Bumi Aksatra, Jakarta;

Wibowo, 2010
Kepemimpinan, PT. Rajagrafindo Perspada, Jakarta
Urata;

Wursanto, Ignatius,2004
Kompetensi Sekretaris Profesional, ANDI Yogyakarta;

Ya’qub, Hamzah, 2004,


Manajemen Kepemimpinan, CV. Diponegoro,
Bandung.

Zainun, Buchari, 2004


Administrasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia
Pemerintah Negara Indonesia, Ghalia Indonesia,
Jakarta.

B. Dokumen

Undang-Undang Dasar 1945


Undang Undang RI, nomor 32 tahun 2004,
Tentang Pemerintahan Daerah;

Peraturan Gubernur Provinsi Banten nomor: 25 tahun 2008,


tentang Uraian tugas dan Tata Kerja Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Banten,

C. SUMBER LAIN:

Internet: http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/24/1346573/kinerj
a

http://carapedia.com/pengertian-definisi-disiplin-
info2133.
html.,

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/487/bptunikompp-gdl-renogus
man-24329-2-babii.pdf
158

KePADA Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/i ..............................
di
Tempat

Dalam rangka menyusun salah satu syarat menyelesaikan tugas

akhir pembelajaran, penulis diwajibkan melaksanakan penelitian yang


159

dituangkan dalam skripsi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, penulis

menetapkan judul Penelitian “PENGARUH KEPEMIMPINAN DALAM

UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA BIDANG

PERUNDANG-UNDANGAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN

RAKYAT DAERAH PROVINSI BANTEN”.

Untuk kepentingan tersebut dengan ini kami mohon perkanen

Bapak/Ibu/Saudara/i untuk memberikan bantuan data dan informasi yang

kami perlukan untuk menyusun skripsi ini.

Padapun caranya padalah dengan turut memberikan tanggapan atas

semua pernyataan yang ada angket sebagaimana terlampir.

Demikian permohonan yang kami sampaikan, atas perhatian serta

perkenan Bapak/Ibu/Saudara/i memberikan bantuannya dihaturkan

terima kasih.

Hormat saya,

Citra Pertiwi

1. DATA RESPONDEN

Nama :
Tempat Taggal Lahir/Umur :
Pendidikan :
Golongan/Ruang Gaji :
Alamat :

2. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


160

1. Bacalah angket ini dengan teliti, supaya


bapak/ibu/saudara/i mengerti pertanyaannya,
2. Pilihlah satu jawaban yang dianggap benar (tanda
X) dan dari beberapa pilihan jawaban hanya satu yang diperbolehkan
untuk dipilih,
3. Bila pada pertanyaan yang kurang dapat dimengerti,
tanyakanlah secara langsung kePADA kami,
4. Kumpulkan jawaban secara langsung PADA
peneliti.

C. DAFTAR PERTNYATAAN

Score
Pernyataan
No. SS S KS TS STS
Skor: 5 4 3 2 1
I KEPEMIMPINAN (Variabel Bebas)
1) Seorang pemimpin harus memiliki
watak dan kepribadian yang terpuji, karena
seorang pemimpin padalah cerminan bawahan,
(Watak dan Kepribadian yang terpuji);

2) Seorang pemimpin merupakan


sumber identifikasi, Disiplin dan moral para
bawahan, (Watak dan Kepribadian yang terpuji);

3) Seorang pemimpin hendaknya berani


meng-ajukan gagasan dan bersedia menanggung
risiko kegagalan bersamaan dengan padanya
kesempatan untuk memperoleh keberhasilan,
(Prakarsa yang tinggi);

4) Seorang pemimpin hendaknya


seorang self starter, memiliki inisiatif sendiri,
(Prakarsa yang tinggi);

5) Seorang pemimpin harus percaya


pada bawahan, dan mau mendengarkan pendapat
mereka, (Hasrat melayani bawahan);
161

6) Seorang pemimpin harus


berkeinginan membantu, serta menimbulkan dan
mengembangkan keterampilan agar karir mereka
meningkat, Hasrat melayani

7) Seorang pemimpin harus memahami


lingkungan untuk kepentingan organisasi dan
bawahannya, (Spadar dan paham kondisi
lingkungan);

8) Seorang pemimpin harus mampu


menganalisis permasalahan dengan efektif, belajar
dengan cepat;

9) Seorang pemimpin harus


berorientasi ke masa depan (memiliki visi);

10) Seorang pemimpin harus memiliki


kemampuan memprediksi kemungkinan-
kemungkinan apa yang dapat mempengaruhi
organi-sasi yang dikelola dan para bawahan yang
terorganisir;

11) Seorang pemimpin harus memiliki


sifat terbuka;

12) Seorang pemimpin harus sanggup


memper-timbangkan fakta dan inovasi baru.

13) Seorang pemimpin harus memiliki


pendirian yang lugas dan Konsisten;

14) Seorang pemimpin harus bersedia


mengganti cara kerja yang lama dengan yang baru
yang dipandang mampu memberi nilai guna yang
efisien dan efektif bagi organisasi yang
dipimpinnya;

15) Seorang pemimpin padalah


penyampai berita lePADA orang lain, baik vertikal
maupun horizontal.

16) Seorang pemimpin harus terampil


dalam memainkan peran yang dapat membantu
efektivitas organisasi yang dipimpinnya.
162

II DISIPLIN KERJA PEGAWAI (Variabel Terikat)


1) Setiap pegawai harus memiliki hasil 1) 2) 3) 4) 5)
kerja yang baik;

2) Setiap pegawai harus memiliki 6) 7) 8) 9) 10)


pengetahuan pekerjaan;

3) Untuk meningkatkan kinerja 11) 12) 13) 14) 15)


pegawai, harus memiliki Inisiatif tinggi dalam hal
penanganan masalah-masalah yang timbul;

4) Padanya kemampuan dan kecepatan 16) 17) 18) 19) 20)


dalam menerima instruksi kerja;

5) Setiap pegawai harus dapat 21) 22) 23) 24) 25)


menyesuaikan antara cara kerja serta situasi kerja
yang pada;

6) Setiap pegawai untuk meningkatkan 26) 27) 28) 29) 30)


kinerjanya harus memiliki ketepatan waktu kerja;

7) Setiap pegawai dalam meningkatkan 31) 32) 33) 34) 35)


kinerjanya harus memiliki tingkat kehadiran yang
tinggi.

BAHAN BABAIV ABDUL ROSID SAMPEL 45 orang


Variabel Bebas: 16
Variabel Terikat : 7

Anda mungkin juga menyukai