Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM PENINGKATAN


KINERJA PEGAWAI DALAM MENGHADAPI
REFORMASI BIROKRASI

OLEH

DAERAH, S.Pd
NIP. 19750620 200701 1 016

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PEMKAB. MUNA BARAT
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas rahmat dan berkat kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan Makalah dengan judul “Peran Kepemimpinan Dalam Peningkatan

Kinerja Pegawai Dalam Menghadapi Reformasi Birokrasi”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna ujian dinas TK.

II. Dalam proses pengerjaan Makalah ini, penulis mendapat bimbingan dari

beberapa pihak berupa motivasi dan informasi. Oleh karena itu sudah selayaknya

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bahri, S.STP.,M.Si selaku Pj Bupati Muna Barat.

2. Bapak Drs. L. M. Husein Tali, M.Pd selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Muna

Barat.

3. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Muna Barat

beserta jajarannya.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat konstruktif dari para pembaca demi penyempurnaannya. Semoga

Makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan maupun

bagi pemerintah.

Laworo, Februari 2023

Penulis

Daerah,S.Pd

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3

1.4. Metode Penulisan......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4

2.1. Kajian Tentang Kepemimpinan ................................................................. 4

2.1.1. Pengertian Kepemimpinan ......................................................................... 4

2.1.2. Teori Peran Kepemimpinan ....................................................................... 5

2.2. Peranan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai ............................... 7

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................... 8

3.1. Nilai – Nilai Kepemimpinan Dalam Reformasi Birokrasi .............................. 8

3.2. Good Governance Sebagai Tujuan Reformas Birokrasi ............................... 12

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 14

5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 14

5.2. Saran ........................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Organisasi ataupun instansi pada umumnya mempunyai harapan agar

pegawainya mampu bekerja dengan kinerja yang tinggi, yang berarti pelaksanaan

pekerjaan berhasil dengan baik. Pimpinan organisasi akan selalu menuntut pegawai

untuk dapat mencapai standar atau bahkan mampu melampaui standar hasil kerja

yang ditetapkan oleh organisasi, karena pada dasarnya kinerja organisasi secara

keseluruhan adalah kumpulan dari pencapaian kinerja semua pegawai.

Kinerja merupakan seperangkat ukuran mengenai seberapa baik suatu

pekerjaan dapat dilakukan jika dibandingkan dengan standar penilaian yang telah

ditetapkan. Pegawai dinyatakan mempunyai kinerja yang tinggi jika hasil kerjanya

paling tidak sesuai dengan standar hasil kerja, atau mampu melampaui standar hasil

kerja. Penilaian terhadap kinerja tersebut lajim dilakukan secara periodik dengan

tujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan kemampuan pegawai dan juga

sebagai dasar pertimbangan untuk membuat berbagai kebijakan sehubungan

dengan manajemen sumber daya manusia pada organisasi.

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan individu

dan kelompok yang terorganisir dalam usaha-usaha menentukan tujuan dan

mencapai tujuan tersebut. Jelas bahwa kepemimpinan merupakan cara seseorang

untuk mencapai tujuan dengan cara menggerakkan dan mengendalikan orang lain

untuk bekerja mencapai tujuan yang dimaksud. Tanpa adanya pemimpin maka akan

sulit untuk mencapai tujuan, karena individu dan kelompok yang terkait dalam

pencapaian tujuan tersebut menjadi tidak terkoordinasi dan tidak terkendali dengan

1
baik.

Tujuan dari pemimpin adalah mencapai tujuan organisasi, sedangkan tujuan

dari bawahan adalah untuk mencapai harapan kebutuhan hidup. Artinya bahwa

sebenarnya terdapat perbedaan yang nyata antara tujuan pemimpin dengan

bawahannya, sehingga dibutuhkan gaya kepemimpinan yang dapat menyelaraskan

perbedaan tersebut. Pemimpin hanya dapat berhasil apabila dapat menetapkan

keseimbangan antara kebutuhan atau tujuan pegawai dengan tujuan pemimpin

organisasi.

Menurut Handoko (2010:114), “Sebagian besar dari kinerja pegawai justru

dipengaruhi oleh dorongan yang timbul dari dalam dirinya untuk melakukan

pekerjaan dengan sungguh-sungguh dibanding dorongan yang dipaksakan dari luar

dirinya”. Keadaan tersebut disebabkan bahwa yang dimaksud dengan dorongan

untuk bekerja adalah timbulnya kebutuhan-kebutuhan hidup terhadap berbagai hal,

yang hanya dapat dipenuhi dengan melakukan pekerjaan secara berhasil.

Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tujuannya

untuk meningkatkan prestasi dan kinerja PNS. Prestasi kerja PNS akan dinilai

berdasarkan 2 (dua) unsur penilaian, yaitu: SKP (Sasaran Kerja Pegawai), yaitu:

rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS, dan perilaku kerja,

yaitu: setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang dilakukan oleh PNS atau tidak

melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pemerintah dan masyarakat memiliki peran yang sama dalam mengelola

lembaga negara melalui reformasi birokrasi, untuk membangun pola perbaikan

secara bersama dengan prinsip-prinsip keadilan dan kebaikan. Perkembangan

2
reformasi birokrasi menunjukkan bahwa pelayanan publik masih lemah. Hal ini

dipengaruhi oleh struktur birokrasi yang gemuk dan jumlah pegawai yang berlebih,

sehingga terjadi tumpang tindih fungsi dan wewenang. Tingginya angka Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh oknum birokrat juga menjadi

pemicu lambannya pencapaian tujuan reformasi birokrasi. Peran pemimpin juga

berpengaruh terhadap lemahnya kinerja birokrasi diberbagai tingkatan dan level.

Sementara itu, pemimpin yang kompeten dan profesional belum banyak.

Peran pemimpin sebagai agen perubahan yaitu harus mampu

mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap manajemen dan pengelolaan

birokrasi. Peran ini dilakukan melalui transparansi, akuntabilitas, kompetensi, dan

kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Kepemimpinan seperti ini

bertujuan menciptakan organisasi birokrasi yang adil dan baik sebagai aktualisasi

pemimpin dalam penguatan kapasitas lembaga negara terhadap tujuan

pemerintahan, yaitu good governance. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

membuat makalah dengan judul: Peran Kepemimpinan Dalam Peningkatan

Kinerja Dalam Menghadapi Reformasi Birokrasi.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana peranan kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja pegawai

dalam menghadapi reformasi birokrasi?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan

kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja dalam menghadapi reformasi birokrasi .

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan observasi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Tentang Kepemimpinan

2.1.1. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Kartono (2010:189) bahwa pemimpin atau leadership adalah

proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisir dalam usaha-

usaha menentukan tujuan dan mencapainya.

Pemimpin merupakan segmen (bagian) penting dari organisasi perusahaan

dan industri dalam mana organisasi tersebut tersusun atas dasar pembagian fungsi-

fungsi yang berbeda, yang harus dilaksanakan. Jadi ada perbedaan peranan atau

tugas bagi setiap individu dalam organisasi yang menentukan adanya pemimpin.

Dengan adanya bermacam-macam peranan dan tugas tersebut, terjadilah

regulasi/pengaturan dan koordinasi yang dilakukan oleh pemimpin.

Perubahan yang kian cepat dan persaingan bisnis yang kian ketat menuntut

berbagai organisasi untuk bergerak gesit, strategis, dan berfokus penuh pada bisnis

masing-masing. Hampir semua aspek kerja dipengaruhi oleh, dan tergantung

kepada pemimpin. Artinya, pemimpin sangat menentukan keberhasilan sebuah

organisasi untuk memenangkan persaingan secara berkelanjutan (sustainable

competitive advantage).

Menurut Kartono (2009:34) bahwa pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan,

tempramen, watak dan kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku

dan gayanya yang membedakan dirinya dengan orang lain. Gaya atau Style

hidupnya itu pasti akan mewarnai perilaku dan tipe pemimpinnya.

Pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus, dengan atau


4
tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya,

untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran tertentu.

Kemampuan mengkonsepsikan sekaligus menjabarkan tujuan-tujuan umum yang

jelas, bersikap adil dan tidak berat sebelah, sanggup membawa kelompok kepada

tujuan yang pasti dan menguntungkan, membawa pengikutnya kepada

kesejahteraan, dan lain-lain. Dia juga mampu membangkitkan kekuatan rasional

dan kekuatan emosional pada anak buahnya, yang bisa menggugah kekuatanraksasa

untuk membangun atau untuk menghancurkan.

Salah satu teori gaya pemimpin yang paling banyak didiskusikan adalah

yang dikemukakan Blake dan Mouton (1964) dalam Pace dan Faules (2012:280),

yang semula disebut kisi manajerial (managerial grid) tapi kini disebut kisi

pemimpin (1991). Kisi ini berasal dari hal-hal yang mendasari perhatian manajer:

perhatiannya pada tugas atau pada hal-hal yang telah direncanakan untuk

diselesaikan oleh organisasi, dan perhatian kepada orang-orang dan unsur-unsur

organisasi yang mempengaruhi mereka. Kisi ini menggambarkan bagaimana

perhatian pemimpin pada tugas dan pada manusia saling berkaitan sehingga

menciptakan gaya pengelolaan dan pemimpin.

2.1.2. Teori Peran Kepemimpinan

Menurut Elu dan Purwanto (2012:333), memiliki lima peran pemimpin

yang visioner yakni: a. Peran merumuskan visi (the vision role), b. Peran menjalin

hubungan (the relationship role), c. Peran mengendalikan (the control role), d.

Peran melakukan dorongan (the encourage role) dan e. Peran memberi informasi

(the information role).

Menurut Sutrisno (2010:226), secara garis besar pendekatan teori

kepemimpinan di bagi atas beberapa, yaitu :

5
1. Pendekatan Teori Sifat

Teori sifat (trait theory) bahwa seorang yang dilahirkan sebagai seorang

pemimpin karena memiliki sifat-sifat sebagai pemimpin. Namun

pandangan teori ini juga tidak memungkiri bahwa sifat-sifat

kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi juga dapat dicapai

melalui pendidikan dan pengalaman.

2. Pendekatan Teori Perilaku

Teori perilaku ini dilandasi pemikiran bahwa kepemimpinan merupakan

interaksi antara pemimpin dengan pengikut, dan dalaminteraksi tersebut

pengikutlah yang menganalisis dan memersepsikan apakah menerima

atau menolak kepemimpinannya.

3. Pendekatan Teori Situasi

Teori situasi mencoba mengembangkan kepemimpinan sesuai dengan

situasi dan kebutuhan. Dalam pandangan ini, hanya pemimpin yang

mengetahui situasi dan kebutuhan organisasi yang dapat menjadi

pemimpin yang efektif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa indikator

yang harus dipenuhi agar gaya pemimpin berhasil mencapai tujuan organisasi.

Indikator kepemimpinan menurut teori Path-Goal, yaitu sebagai berikut (Pace dan

Faules, 2012:281):

1. Pemimpin Pengarah (Directive Leadership)

2. Pemimpin Pendukung (Supportive Leadership)

3. Pemimpin Partisipatif (participative leadership)

4. Pemimpin Berorientasi Prestasi ( Achievement-Oriented Leadership )

6
Jadi berdasarkan defenisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja

itu merupakan hasil dari suatu pelaksanaan pekerjaan, pemecahan masalah pada

suatu periode yang dapat menimbulkan perasaan

2.2. Peranan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai

Pemimpin merupakan salah satu alasan penentu keberhasilan pencapaian

tujuan daripada instansi. Pemimpin memainkan peranan yang dominan, krusial, dan

kritikal dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan.

Peranan yang paling besar terhadap kinerja adalah perasaan para pegawai bahwa

mereka sedang diperlakukan secara adil. Dengan demikian, tampak pemimpin

selalu akan dikaitkan dengan kelompok, karena seorang pemimpin tanpa kelompok

dan para anggota, tidak akan ada manfaatnya, meskipun individu tersebut

mempunyai potensi yang sangat baik untuk menjadi seorang pemimpin. Disamping

itu sulit bagi para karyawan untuk mengarahkan usaha yang tinggi terhadap suatu

pekerjaan apabila mereka percaya bahwa pimpinan mereka tidak berlaku adil

terhadap mereka.

Pemimpin yang memberikan perhatian khusus terhadap pegawai dapat

merangsang mereka untuk dapat bekerja dengan giat, karena pegawai berfungsi

sebagai pelaksana dalam mencapai tujuan organisasi. Perhatian tersebut dapat

memberikan motivasi kerja yaitu dorongan-dorongan dalam diri seseorang yang

menyebabkan ia bersemangat melakukan pekerjaan yang diberikan. Pegawai dapat

menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada didalam organisasi. Dengan menggunakan

berbagai fasilitas kerja tersebut, pegawai dapat melakukan setiap pekerjaan dengan

lebih baik dan dapat meningkatkan kepuasan kerja

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Nilai – Nilai Kepemimpinan Dalam Reformasi Birokrasi

Diskursus masalah kepemimpinan didalam individu dan Lembaga yang

dipimpinya menjadi problematika tersendiri dalam perkembangan nilai – nilai

kepemimpinan di instansi pemerintahan. Nilai – nilai yang masih melekat dalam

sistem kepemimpinan birokrasi adalah patrimonialisme. Artinya, bahwa setiap

kepemimpinan dipengaruhi oleh pemimpin sebelumnya. Namun, berbeda dalam

setiap kebijakannya. Setiap ganti kepemimpinan, pasti berbeda pula dalam

kebijakannya. Berbeda dalam kebijakan strategisnya, akan tetapi kultur dan

strukturnya sama.

Dalam konteks karakteristik pemimpin, juga masih terbilang lemah dalam

aplikasinya. Etika dan moral pemimpin juga menjadi masalah yang tidak mudah

dipecahkan dalam pelaksanaan organisasi, dengan masih adanya karakter

pemimpin yang menerapkan konsep patrimonialisme dan paternalistic

mempengaruhi berbagai kebijakan yang diambil, yang berdampak kepada

pengembangan dan pelaksanaan organisasi birokrasi.

Pribadi pemimpin yang berkualitas adalah seperti yang dicontohkan oleh

kepemimpinan Rasulullah SAW yang diterapkan dan diaplikasikan oleh beberapa

pemimpin – pemimpin yang sukses dalam mentransformasikan birokrasi kedalam

peningkatan kualitas pelayanan public. Seperti yang dilakukan oleh Wali Kota

Surabaya, Tri Rismaharani, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, dan Menteri

BUMN, Dahlan Iskan sebagai representasi kepemimpinan yang transformatif.

Konsep kepemimpinan yang menerapkan dan mengedepankan nilai- nilai

moral dan etika pemimpin dengan pola kehidupan yang santun dan sederhana
8
sebagai karakter di dalam individunya, mampu membangun sebuag organisasi

secara professional, populis, transparan dan akuntabel. Sehingga dampak dari

kebijakan pemimpin dapat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat bagian

terpenting dalam kepemerintahannya.

Nilai- nilai kepemimpinan secara implisit banyak terinspirasi dari

kepemimpinan Rasulullan. Kepemimpinan Rasulullah terhadap berbagai

perubahan dunia yang telah dihasilkan dan menjadi ikon penting bagi rakyatnya

(umatnya) dalam keteladanannya, antara lain; (1) mampu menegakkan rasa

keadilan; (2) memiliki rasa cinta, empati, dan simpati yang ditujukan kepada

sesama umat manusia; (3) memegang teguh prinsip kejujuran; (4) menjunjung

tinggi prinsip amanah; (5) memiliki kecerdasan dalam dimensi intelektual,

emosional, dan spiritual; (6) bersikap transparan dalam setiap pelaksanaan tugas

dan tanggungjawabnya.

Penegakan keadilan bagi seorang pemimpin adalah mempunyai karakter

kepemimpinan yang baik mempunyai implikasi terhadap keputusan yang akan

diambil dalam setiap kebijakan sebagai wewenang didalamnya. Keadilan

ditentukan oleh rasa adil seorang pemimpin yang muncul dari hati nurani dan

kejernihan pikirannya dengan memberikan substansi kebenaran perbuatan.

Keadilan seorang pemimpin mempunyai ruang yang lebih besar dalam tindakan dan

perbuatannya terhadap bawahannya.

Keadilan tidak diimplisitkan hanya kepada perimbangan yang diberikan,

akan tetapi lebih kepada kenyamanan dan keberpihakan terhadap satu sama lain

terhadap tindakan yang dilakukan serta tidak ada rasa diskriminasi diantara elemen

yang ada dalam organisasi. Kecemburuan sosial dalam sebuah organisasi adalah

faktor rasa ketidakadilan yang ditunjukkan oleh pemimpin. Oleh karena itu segala

9
bentuk perbuatan pemimpin secara otomatis akan berdampak terhadap

bawahannya.

Secara prinsip, kinerja yang baik dari bawahan dapat dilakukan dengan

penegakan keadilan bagi pemimpin dalam memberikan sebuah keputusan. cinta,

empati, dan simpati bagi pemimpin adalah rasa yang harus ditumbuh kembangkan

kedalam jiwa dan aplikasi kedalam perbuatan dan perilaku yang menyertainya. Jiwa

sebagai sumber dari segala bentuk perbuatan manusia dalam bekerja, bertindak dan

bersikap. Sebagai seorang pemimpin, rasa kebaikan adalah sebuah keharusan

terhadap seluruh bawahannya dengan kepekaan terhadap jiwa sosial menjadi

sebuah kharisma bijak dari seorang pemimpin yang dituntut untuk lebih bersikap

agresif terhadap bawahan. Dengan cinta, simpati, dan empati yang dimilik oleh

seorang pemimpin, maka menjadi sebuah perlindungan bagi bawahan sebagai

penerimaan rasa aman yang dimilikinya.

Kejujuran bagi seorang pemimpin tidak bisa ditawar dalam

penyelenggaraan organisasi, karena dalam kebohongan seorang pemimpin,

didalamnya akan menciptakan bawahan yang tidak jujur. Jujur dalam sikap,

perilaku, dan tindakan menjadi poin penting dalam pengelolaan organisasi sebagai

koneksivitas bagi bawahan dalam berinovasi dan berkreasi untuk meningkatkan

kinerja yang lebih baik.

Prinsip Amanah sebagai tanggung jawab pemimpin dalam menjalankan

kepemimpinannya. Setiap tindakan dan perilaku pemimpin ditentukan oleh amanah

yang diembannya dengan wewenang yang melekat pada simbol kepemimpinannya

menjadikan pemimpin yang akuntabilitas dan integritas terhadap sebuah perbaikan

dari organisasi dan kemajuan dari lembaga yang dipimpinnya. Amanah merupakan

bagian yang menjadi kendali utama bagi seorang pemimpin dalam

10
mengimplementasikan gagasan dan konseptualnya.

Pemimpin tidak hanya dibutuhkan kepintaran dalam pengetahuannya, tetapi

kecerdasan menjadi keharusan yang dominan dalam menjalankan roda

kepemimpinannya sebagai bekal pengambilan kebijakan secara bijak, concern dan

rasional. Segala bentuk pertanggungjawaban sebuah organisasi adalah tergantung

dari peran pemimpin dalam membawahi dan mengatur perjalanan organisasinya.

Pemimpin yang cerdas akan menghasilkan output dan outcome yang baik serta

memberikan pembelajaran secara cerdas bagi bawahan dalam segala bentuk

tindakannya.

Budaya dalam birokrasi mempunyai turunan dari berbagai pola yang

diimplementasikan terhadap kehidupan birokrasi pada masa lalu. Sebagai seorang

pemimpin, tentunya harus sadar akan budaya yang ada dalam lembaga

organisasinya. Kultur KKN masih ditemukan diberbagai instansi. Berbagai cara

penularan budaya tidak lepas dari lingkungan yang ada didalamnya.

Pemimpin harus mempunyai keinginan dalam sebuah perubahan atas

paradigma budaya yang berkembang didalam birokrasi. Gebrakan perubahan harus

lantang disuarakan oleh seorang pemimpin untuk perubahan yang lebih baik,

praktek-praktek yang menyimpang menjadi tantangan yang harus terus dibenahi

dan dikelola sesuai dengan tujuan dan harapan pemerintah dan rakyat Indonesia.

Sebagai seorang leader mempunyai kran besar untuk menjadi pejuang

pemberantasan terhadap pola-pola yang sudah mengakar, sehingga kedepannya

tidak lagi mewariskan sebuah kultur yang kurang baik.

Oleh karena itu, segala bentuk pertentangan terhadap budaya yang ada

menjadi kewajiban pemimpin untuk bertahan dengan inovasi-inovasi perubahan

yang terus dikembangkan dan ditularkan kepada para bawahannya sebagai

11
polarisasi infeksi. Sehingga ketangguhan pemimpin dalam menghadapi segala

bentuk pertentangan budaya birokrasi dapat dikendalikan dan diarahkan kepada

budaya yang lebih elegan dalam sebagai implikasi reformasi birokrasi yang lebih

baik menuju kesejahteraan rakyat.

Reformasi birokrasi bagi seorang pemimpin menjadi sebuah keharusan dan

terus dipelajari sebagai upaya meningkatkan kualitas dalam organisasinya.

Pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai struktur yang ada sebagai

pengembangan diri bagi seorang pemimpin. Lingkungan sekitar menjadi

pembelajaran terbaik bagi pemimpin untuk mengetahui, memahami , meneliti, dan

mengaplikasikan apa yang seharusnya dilakukan sebagai upaya untuk meningkatan

kualitas kebijakan sebagai sebuah pelayanan publik yang maksimal. Termasuk

saran dan masukan dari bawahan menjadi sebuah media pembelajaran untuk

mengetahui sejauh perkembangan implementasi reformasi birokrasi yang sudah

dilakukan.

3.2. Good Governance Sebagai Tujuan Reformas Birokrasi

Good governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan

melalui kekuasaan Negara dalam pelaksanaan public good and service yang

disebut dengan t a t anan pemerintahan yang baik, yaitu governance .

Sementara UNDP mendefinisikan good governance sebagai the exercise of

political, economi and administrative authority to manajeg a nation's affair at all

levels. Artinya bahwa, economic governance mempunyai pengertian sebagai

sebuah proses dalam pengambilan keputusan terhadap equality, poverty, dan

quality to live. Sementara political governance memberikan pengertian

terhadap proses keputusan dalam formulasi kebijakan. Sedangkan administrative

governance merupakan bagian implementasi atau pelaksanaan kebijakan.

12
Pengertian diatas memberikan pemahaman, bahwa good governance

merupakan sebuah konstruksi yang dibangun atas dasar reformasi birokrasi

pemerintahan. Penyelenggaraan Negara dengan pembangunan good governance melalui

proses pelayanan publik dan perbaikan terhadap organisasi birokrasi. Hanya saja, dalam

perkembangan pelayanan dewasa ini, konsep good governance belum sepenuhnya

dipahami secara spesifik dan substantif dalam penyelenggaraan reformasi birokrasi.

Paradigma yang keliru dari penyelenggara Negara, termasuk pemahaman pemimpin dalam

prinsip-prinsip good governance yang belum diterapkan secara maksimal dalam penerapan

implementasi kebijakan. Sehingga, tujuan secara substantif masih belum dirasakan oleh

elemen stakeholder dalam organisasi birokrasi.

13
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dalam peningkatan kinerja pegawai dalam menghadapai reformasi

membutuhkan peran kepemimpinan yang sangat tinggi. Pemimpin merupakan

salah satu alasan penentu keberhasilan pencapaian tujuan daripada instansi.

Pemimpin memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal dalam

keseluruhan upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Peranan yang

paling besar terhadap kinerja adalah perasaan para pegawai bahwa mereka sedang

diperlakukan secara adil. Dengan demikian, tampak pemimpin selalu akan

dikaitkan dengan kelompok, karena seorang pemimpin tanpa kelompok dan para

anggota, tidak akan ada manfaatnya, meskipun individu tersebut mempunyai

potensi yang sangat baik untuk menjadi seorang pemimpin.

5.2. Saran

Penulis merasa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya

itu perbaikan dan pembaharuan informasi kedepannya sangat dibutuhkan

sebagai referensi informasi dimasa mendatang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adoir, John. 2010. Kepemimpinan yang Efektif. Semarang: Dahara Prize.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Elu, W.B. dan A.J. Purwanto. 2012. Inovasi dan Perubahan Organisasi

Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.\Gomes, Faustino Cardosa. 2010.

Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:Andi Offset.

Handoko, T. Hani. 2010. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: BPFE.

Hasibuan, Malayu S.P. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Husein, Umar. 2006. Metode Riset Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Kartono, Kartini. 2010. Psikologi Sosial Untuk Manajemen, Perusahaan, dan

Industri. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kartono, Kartini. 2009. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: RajaGrafindo

Persada.

Mathis, Robert L. dan Jhon H. Jackson. 2012. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta: Salemba Empat.

Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja.

Nawawi, H. Hadari. 2010. Perencanaan SDM. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. 2012. Komunikasi Organisasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.
15
Siagian, Sondang P. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Stoner, James, A. F. 2012. Manajemen. Jakarta: Erlangga. Sugiyono. 2010.

Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Suprianto, J. 2010. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Erlangga.

Sutrisno, Edy. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana

Prendana Media Group.

Wursanto, I. 2009. Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. Yogyakarta:

BPFE.

Jurnal:

Manitu, Erimas. 2016. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai Badan

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Provinsi Sulawesi Tengah. Palu:

Universitas Tadulako.

Khairizah, Noor dan Suprapto. 2017. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja

Karyawan (Studi pada Karyawan di Perpustakaan Universitas Brawijaya Malang).

Malang: Universitas Brawijaya.

Perundang-undangan:

Undang-undang No. 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai

Negeri Sipil.

16

Anda mungkin juga menyukai