Kelompok 2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................4
A. Sejarah Hygiene.........................................................................................................................4
B. Undang- undang tentang Hygiene..............................................................................................5
C. Sejarah Sanitasi..........................................................................................................................6
D. Undang- undang tentang Sanitasi..............................................................................................7
E. Sejarah Kesehatan dan Keselamatan Kerja..............................................................................11
F. Undang- undang tentang K3....................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan
makmur. Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengaruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang
negative bagi diri karyawan. Kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik
jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja
terjamin keselamatan pada saat bekerja.
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya
lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Hygiene merupakan aspek yang berkenaan dengan kesehatan manusia atau masyarakat yang
meliputi semua usaha serta kegiatan untuk melindungi, memelihara, dan mempertinggi
tingkat kesehatan jasmani maupun rohani baik perorangan maupun kelompok masyarakat.
Hygiene bertujuan untuk memberikan dasar kehidupan yang sehat bagi seluruh aspek
kehidupan dalam rangka mempertinggi kesejahteraan masyarakat.
Higene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan, serta berbagai
usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki kesehatan. Hygiene juga mecakup
upaya perawatan kesehatan diri, termasuk ketepatan sikap tubuh. Upaya hygiene
mencakup perlunya perlindungan bagi pekerja yang terlibat dalam proses pengolahan
makanan agar terhindar dari saki, baik yang disebabkan oleh penyakit pada umumnya,
penyakit akibat kecelakaan ataupun penyakit akibat prosedur kerja yang tidak memadai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Hygiene
Kata “hygiene” berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu untuk membentuk dan
menjaga kesehatan (Streeth, J.A. and Southgate,H.A, 1986). Dalam sejarah Yunani, Hygiene
berasal dari nama seorang Dewi yaitu Hygea (Dewi pencegah penyakit). Arti lain dari
Hygiene ada beberapa yang intinya sama yaitu:
3. Keadaan dimana seseorang, makanan, tempat kerja atau peralatan aman (sehat) dan
bebas pencemaran yang diakibatkan oleh bakteri, serangga, atau binatang lainnya.
5. Menurut Gosh, hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh factor
yang membantu/mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun
melalui masyarakat.
Hygiene adalah konsep yang berkaitan dengan obat-obatan serta praktik perawatan pribadi
dan profesional yang terkait dengan sebagian besar aspek kehidupan meskipun paling sering
dikaitkan dengan kebersihan dan tindakan pencegahan.
Dalam industry makanan/catering, penerapan standar hgiene yang tinggi perlu dilakukan
dalam mengolah makanan agar mampu memproduksi makanan yang aman untuk dikonsumsi.
Aman artinya bebas dari hal-hal yang membahayakan, merugikan dan bebas dari kerusakan.
B. Undang- undang tentang Hygiene
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1966 TENTANG
HYGIENE
Pasal 1.
Maksud dan tujuan Undang-undang ini ialah untuk menetapkan ketentuan-ketentuan dasar di
bidang hygiene dalam rangka Pelaksanaan Undang-undang tentang Pokok-pokok Kesehatan
(Undang-undang Tahun 1960 No. 9; Lembaran Negara Tahun 1960 No. 131).
Pasal 2.
Yang dimaksud dalam Undang-undang ini dengan hygiene ialah kesehatan masyarakat yang
khusus meliputi segala usaha untuk melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatan badan dan jiwa, baik untuk umum, maupun untuk perseorangan, dengan tujuan
memberi dasar-dasar kelanjutan hidup yang sehat serta mempertinggi kesejahteraan dan
dayaguna peri kehidupan manusia.
Pasal 3.
Untuk mencapai keadaan kesehatan masyarakat yang dimaksud dalam pasal 2, Pemerintah
melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
Pasal 4.
1. Memberikan bimbingan bagi pemeliharaan dan perbaikan kesehatan badan dan jiwa.
2. Menyelenggarakan kesehatan lingkungan.
3. Menyelenggarakan tindakan-tindakan untuk mencegah berjangkitnya, menularnya
dan menyebarnya penyakit.
4. Menyelenggarakan pemeriksaan dan pengobatan demi pencegahan penularan dan
penyebaran penyakit.
5. Dan lain-lain usaha yang dipandang perlu.
Pasal 5.
Pasal 6.
Pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam pasal 3 dan 4 diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan peraturan perundangan.
C. Sejarah Sanitasi
Sanitasi berasal dari bahasa latin “sanus” yang berarti “sound and healthy” atau bersih
secara menyeluruh. Di samping itu sanitasi adalah lebih dari sebuah kepercayaan atau sebuah
kode dari hukum, di dalam hal ini sanitasi adalah cara hidup. Sanitasi merupakan kualitas dari
kehidupan yang dinyatakan dari rumah yang bersih, dan kominitas yang bersih. Sanitasi
memberikan pengetahuan dan pertumbuhan yang penting di dalam hubungan kehidupan
manusia. (West, Wood, & Harger, 1996 :.86). Menurut Ehlers dan Steel (1989 : .78) sanitasi
adalah usaha pengawasan terhadap faktor lingkungan yang merupakan mata rantai penularan
penyakit. Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menintik beratkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
manusia (Azwar, 1990).
b. Penggolongan
Pasal 2
(1) Berdasarkan luas jangkauan pelayanan dan kemungkinan besarnya risiko yang dilayani,
jasaboga dikelompokkan dalam golongan A, golongan B, dan golongan C.
(2) Jasaboga golongan A, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum, yang
terdiri atas golongan A1, A2, dan A3.
(3) Jasaboga golongan B, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan khusus untuk:
a. Asrama penampungan jemaah haji;
b. Asrama transito atau asrama lainnya;
c. Perusahaan;
d. Pengeboran lepas pantai;
e. Angkutan umum dalam negeri, dan
f. Sarana Pelayanan Kesehatan.
(4) Jasaboga golongan C, yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan untuk alat angkutan
umum internasional dan pesawat udara.
c. Laik Hygiene Sanitasi
Pasal 3
(1) Setiap jasaboga harus memiliki izin usaha dari Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Untuk memiliki izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Jasaboga harus memiliki
sertifikat hygiene sanitasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pasal 4
(1) Setiap usaha jasaboga harus mempekerjakan seorang penanggung jawab yang mempunyai
pengetahuan hygiene sanitasi makanan dan memiliki sertifikat hygiene sanitasi makanan.
(2) Sertifikat hygiene sanitasi makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari
institusi penyelenggara kursus sesuai dengan perundang undangan yang berlaku.
Pasal 5
(1) Tenaga penjamah makanan yang bekerja pada usaha jasaboga harus berbadan sehat dan
tidak menderita penyakit menular.
(2) Penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melakukan pemeriksaan
kesehatannya secara berkala minimal 2 (dua) kali dalam satu tahun.
(3) Penjamah makanan wajib memiliki sertifikat kursus penjamah makanan.
(4) Sertifikat kursus penjamah makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diperoleh dari
institusi penyelenggara kursus sesuai dengan perundang undangan yang berlaku.
Pasal 6
Pengusaha dan/atau penanggung jawab jasaboga wajib menyelenggarakan jasaboga yang
memenuhi syarat hygiene sanitasi sebagaimana ditetapkan dalam keputusan ini.
Pasal 7
Penanggung jawab jasa boga yang menerima laporan atau mengetahui adanya kejadian
keracunan atau kematian yang diduga berasal dari makanan yang diproduksinya wajib
melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat guna dilakukan langkah-
langkah penanggulangan.
Pasal 9
(1) Pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga harus memenuhi Persyaratan
Hygiene Sanitasi pengolahan, penyimpanan dan pengangkutan.
(2) Setiap pengelolaan makanan yang dilakukan oleh jasaboga harus memenuhi persyaratan
teknis pengolahan makanan.
(3) Peralatan yang digunakan untuk pengolahan dan penyajian makanan harus tidak
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan secara langsung atau tidak langsung.
(4) Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi harus memenuhi persyaratan Hygiene
Sanitasi penyimpanan makanan.
(5) Pengangkutan makanan harus memenuhi persyaratan teknis Hygiene Sanitasi
Pengangkutan makanan.
b. Penjamah Makanan
Pasal 2
(1). Penjamah makanan jajanan dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan
jajanan harus memenuhi persyaratan antara lain :
a. Tidak menderita penyakit yang mudah menular misalnya batuk, pilek, influenza, diare dan
penyakit perut serta penyakit sejenisnya;
b. Menutup luka (pada luka terbuuka/bisul atau luka lainnya);
c. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku dan pakaian;
d. Memakai celemek dan tutup kepala;
e. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
f. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan alas tangan;
g. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telingan, hidung, mulut atau bagian
lainnya);
h. Tidak batuk atau bersin dihadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau tanpa menutup
mulut atau hidung.
c. Sentra Pedagang
Pasal 3
(1) Untuk meningkatkan mutu dan hygiene sanitasi makanan jajanan, dapat ditetapkan lokasi
tertentu sebagai sentra pedagang makanan jajanan.
(2) Sentra pedagang makanan jajanan sebagaimana dimaksud ayat (1) lokasinya harus cukup
jauh dari sumber pencemaran atau dapat menimbulkan pencemaran makanan jajanan seperti
pembuangan sampah terbuka, tempat pengolahan limbah, rumah potong hewan, jalan yang
ramai dengan arus kecepatan tinggi.
(3) Sentra pedagang makanan jajanan harus dilengkapi dengan fasilitas sanitasi meliputi
a. Air bersih;
b. Tempat penampungan sampah;
c. Saluran pembuangan air limbah;
d. Jamban dan peturasan;
e. Fasilitas pengendalian lalat dan tikus;
(4) Penentuan lokasi sentra pedagang makanan jajanan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten/ikota.
8. Permenkes Nomor 826/Menkes/Per/XII/1987 tentang Makanan Iradiasi
1). Makanan iradiasi adalah setiap makanan yang dikenakan sinar atau radiasi ionisasi tanpa
memandang sumber atau jangka waktu iradiasi ataupun sifat energi yang digunakan.
2). Label makanan harus mencantumkan logo iradiasi dan tulisan “Makanan Iradiasi” dengan
tujuan iradiasi seperti :
a. Bebas serangga
b. Masa simpan diperpanjang
c. Bebas bakteri pathogen
d. Pertunasan dihambat.
Pasal 8
Pemeriksaan contoh makanan dan specimen dari rumah makan dan restoran dilakukan di
laboratorium.