Disusun Oleh:
Universitas Djuanda
Bogor
2021
Penstabil / Stabilizer (Gelatin Sapi) pada Permen Yupi
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 11 tahun 2019 tentang Bahan
Tambahan Pangan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang
dimaksud dengan:
1. Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk Pangan.
2. Kategori Pangan adalah pengelompokan pangan berdasarkan jenis pangan yang
bersangkutan
3. Batas Maksimal adalah konsentrasi maksimal BTP yang diizinkan terdapat pada
Pangan dalam satuan yang ditetapkan.
4. Batas Maksimal Cara Produksi Pangan yang Baik atau Good Manufacturing Practice
yang selanjutnya disebut Batas Maksimal CPPB adalah konsentrasi BTP secukupnya
yang digunakan dalam Pangan untuk menghasilkan efek teknologi yang diinginkan.
11. BTP Ikutan (Carry over) adalah BTP yang berasal dari semua Bahan Baku
Pangan, bahan penolong dan/atau BTP, baik yang dicampurkan maupun yang
dikemas secara terpisah, tetapi masih merupakan satu kesatuan produk yang tidak
berfungsi secara teknologi dalam produk Pangan akhir
A. Pengertian
Penstabil (stabilizer) adalah BTP yang berfungsi untuk menstabilkan sistem dispersi
(campuran bahan dalam adonan) menjadi homogen pada produk pangan.
Gelatin merupakan senyawa turunan yang dihasilkan dari serabut kolagen jaringan
penghubung, kulit, tulang dan tulang rawan yang dihidrolisis dengan asam atau basa,
Gelatin diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen. Gelatin merupakan protein yang larut yang
bisa bersifat sebagai gelling agent (bahan pembuat gel) atau sebagai non gelling agent.
Sumber bahan baku gelatin dapat berasal dari sapi (tulang dan kulit jangat), babi (hanya
(kulit) dan ikan (kulit). Pembuatan gelatin dari kolagen sapi memerlukan waktu yang lebih
lama dan biaya yang lebih mahal karena memerlukan larutan untuk mengubah kolagen
menjadi gelatin yang lebih banyak (Siregar et al., 2015)
Gelatin dapat diaplikasi pada produk pangan dan non pangan. Pada produk pangan,
gelatin dimanfaatkan sebagai bahan penstabil (stabilizer), pembentuk gel (gelling agent),
pengikat (binder), pengental (thickener), pengemulsi (emulsifier) dan perekat (adhesive).
Gelatin merupakan protein yang larut yang bisa bersifat sebagai gelling agent (bahan
pembuat gel) atau sebagai non gelling agent. Penggunaan gelatin dalam pembuatan permen
jelly dapat menghambat kristalisasi gula, mengubah cairan menjadi padatan yang elastik,
memperbaiki bentuk dan tekstur permen jelly yang dihasilkan.
Gelatin sangat penting dalam rangka diversifikasi bahan makanan, karena nilainya yang
tinggi terutama akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar
lemak. Beberapa fungsi gelatin antara lain:
Jelly Gum adalah permen unik yang terbuat dari gelatin sapi, gula, perasa dan pewarna
makanan. Gelatin sapi ini yang membuat teksturnya jauh lebih lembut
dibandingkan permen lain sehingga produk jauh lebih mudah dibentuk.
KOMPOSISI: Sirup Glukosa, Gula, Air, Konsentrat Sari Buah, Bahan Penstabil (Gelatin
Sapi), Pati Termodifikasi, Pengatur Keasaman (Asam Sitrat, Asam Laktat), Humektan
(Sorbitol), Protein Susu, Bahan Pelapis (Minyak Nabati), Perisa Buah-buahan, Vitamin C,
Pewarna : Kurkumin CI 75300, Tartazine CI 19140, Sunset Yellow CI 15985, Allura Red CI
16035, Brilliant Blue CI 42090
D. Standar Indonesia
Menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 11 tahun 2019 tentang
Bahan Tambahan Pangan dimana telah ditetapkan batas maksimal penggunaan BTP, produk
Yupi termasuk pada kategori pangan
Gelatin (Edible gelatin) INS 428 termasuk dalam golongan BTP penstabil
Dari data diatas diketahui bahwa BTP golongan penstabil dengan jenis gelatin sapi pada
produk Yupi memakai jumlah secukupnya yang diperlukan.
E. Standar Internasional
Peretensi Warna (Magnesium Hidroksida) pada Obat Maag Mylanta
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor 11 tahun 2019 tentang Bahan
Tambahan Pangan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang
dimaksud dengan:
1. Bahan Tambahan Pangan yang selanjutnya disingkat BTP adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk Pangan.
2. Kategori Pangan adalah pengelompokan pangan berdasarkan jenis pangan yang
bersangkutan
3. Batas Maksimal adalah konsentrasi maksimal BTP yang diizinkan terdapat pada
Pangan dalam satuan yang ditetapkan.
4. Batas Maksimal Cara Produksi Pangan yang Baik atau Good Manufacturing Practice
yang selanjutnya disebut Batas Maksimal CPPB adalah konsentrasi BTP secukupnya
yang digunakan dalam Pangan untuk menghasilkan efek teknologi yang diinginkan.
11. BTP Ikutan (Carry over) adalah BTP yang berasal dari semua Bahan Baku
Pangan, bahan penolong dan/atau BTP, baik yang dicampurkan maupun yang
dikemas secara terpisah, tetapi masih merupakan satu kesatuan produk yang tidak
berfungsi secara teknologi dalam produk Pangan akhir
Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan republik indonesia nomor 21 tahun 2013
tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan peretensi warna pasal 6
Aturan yang mengatur tentang penggunaan BTP Pretensi Warna ini ada dalam
peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan Republik Indonesia No. 21 Tahun 2013
B. Jenis pretensi warna yang diizinkan dalam pangan yaitu :
1. Magnesium Karbonat
2. Magnesium Hidroksida
C. Mekanisme
Mylanta Sirup 150 ML merupakan obat dengan kandungan Aluminium hidroksida kering,
Magnesium Hidroksida, dan Simetikon dalam bentuk sirup. Obat ini digunakan untuk
mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak
lambung, tukak usus 12 jari, dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati.
Komposisi
Per 5 mL : Alumunium hidroksida 200 mg, Magnesium hidroksida 200 mg, Simetikon 20 mg
E. Standar Indonesia
INS. 504(i)
Sinonim : -
F. Standar Internasional
Mylanta adalah salah satu produk pangan yang didalamnya mengandung pertensi
warna yaitu magnesium hidroksida. Di dalam PERKA BPOM produk ini mempunyai batas
maksimum penggunaannya sebanyak 528 mg/kg. Sedangkan menurut CODEX produk
mylanta ini masuk kategori dengan batas maksimum GMP.