Anda di halaman 1dari 39

KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

disampaikan pada :
Temu Ilmiah Internasional
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)

Badan Ketahanan Pangan


Kementerian Pertanian
November 2014
OUTLINE

1. Pendahuluan
2. Permasalahan Pangan dan Gizi
3. Situasi Pangan dan Gizi
4. Kebijakan Ketahanan Pangan dan Gizi
1. PENDAHULUAN
POSISI PANGAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang:


• Pemenuhannya merupakan hak asasi
1 • Pemenuhannya tidak dapat ditunda
• Tidak dapat disubtitusi dengan bahan lain

Pangan adalah bagian dari budaya yang merupakan hasil


2 adaptasi antara manusia dan lingkungan;

Sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia


3 yang berkualitas;

Pilar utama bagi pembanguan nasional yang berperan dalam


4 menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politik.
4
Dasar Hukum Pelaksanaan
Pembangunan Pangan dan Gizi
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
Pembangunan pangan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor
meliputi produksi, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan dengan
kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


Arah perbaikan gizi adalah meningkatnya mutu gizi perorangan dan masyarakat.
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat bersama-sama menjamin
tersedianya bahan makanan yang bergizi secara merata dan terjangkau

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan


Penyelenggaraan Pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang
memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan Kedaulatan
Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan.

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH


tentang KETAHANAN PANGAN DAN GIZI
Kerangka Pikir Filosofis Penyelenggaraan Pangan

Kedaulatan
Pangan
Masyarakat dan
perseorangan
Ketahanan yang sehat, aktif,
Pangan dan produktif,
secara
berkelanjutan

Kemandirian
Pangan
Keamanan
Pangan 6
 PENGERTIAN

 Kedaulatan Pangan
Hak negara dan bangsa yang secara mandiri :
• menentukan kebijakan pangannya sendiri.
• menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya.
• memberikan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan sistem pangan
yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.

 Kemandirian Pangan
Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam:
• memproduksi pangan yang beranekaragam dari dalam negeri
• yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di
tingkat perseorangan
• dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial,
ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
7
 Ketahanan Pangan
kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai
dengan perseorangan yang tercermin dari :
• tersedianya pangan yang cukup baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau, serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat (ukuran kinerja).
• untuk hidup sehat, aktif, produktif secara
berkelanjutan (outcome).

8
SISTEM PANGAN NASIONAL

• Kebijakan Ekonomi dan Pangan


KETAHANAN • Kebijakan Otonomi dan Desentralisasi

KETAHANAN PANGAN
Sumberdaya

 Lahan Ketersediaan SDM yang


 Air tangguh
 SDM Keterjangkauan (sehat, aktif,
 Teknologi produktif)
 Kelembagaan Konsumsi
 Budaya (Pangan dan Gizi)

Pasar Pangan
DN/LN Lingstrat LN & DN: Penduduk, Perubahan Iklim,
Kinerja Ekonomi, Dinamika Pasar Pangan,
Shock/Bencana
9
SUBSISTEM KETAHANAN PANGAN

Produksi Dalam Negeri


Cadangan Nasional
Ketersediaan Ekspor dan Impor
Penganekaragaman
Penanganan Krisis Pangan

Distribusi

Keterjangkauan Perdagangan dan


Pemasaran
Stabilisasi Pasokan dan
Harga Pangan Pokok
Bantuan Pangan
Konsumsi
Konsumsi Pangan Penganekaragaman
dan Gizi Konsumsi
Perbaikan Gizi

10
PENGANEKARAGAMAN,
KONSUMSI PANGAN DAN GIZI
DALAM UNDANG-UNDANG No.18 Th 2012

11
Pasal 42
Penganekaragaman Pangan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 41 dilakukan dengan:

a. Penetapan kaidah Penganekaragaraman Pangan;


b. Pengoptimalan Pangan Lokal
c. Pengembangan teknologi dan sistem insentif bagi usaha pengolahan
Pangan Lokal;
d. Pengenalan jenis pangan baru, termasuk pangan lokal yang belum
dimanfaatkan;
e. Pengembangan diversifikasi usaha tani dan perikanan;
f. Peningkatan ketersediaan dan akses benih dan bibit tanaman, ternak
dan ikan;
g. Pengoptimalan pemanfaatan lahan, termasuk lahan pekarangan;
h. Penguatan usaha mikro, kecil dan menengah di bidang pangan; dan
i. Pengembangan industri pangan yang berbasis pangan lokal.
12
Bagian Kesatu
Konsumsi Pangan
Pasal 59

Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban meningkatkan


pemenuhan kuantitas dan kualitas konsumsi Pangan masyarakat
melalui:
a. penetapan target pencapaian angka konsumsi Pangan per
kapita pertahun sesuai dengan angka kecukupan Gizi;
b. penyediaan Pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman,
dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat; dan
c. pengembangan pengetahuan dan kemampuan masyarakat
dalam pola konsumsi Pangan yang beragam, bergizi seimbang,
bermutu, dan aman.

13
Bagian kedua
PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN
Pasal 60

(1)Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban


mewujudkan penganeka-ragaman konsumsi pangan untuk
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat & mendukung hidup
sehat, aktif dan produktif;
(2)Penganekaragaman Konsumsi pangan (dalam ayat 1)
dDiarahkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
dan membudayakan pola konsumsi pangan yang B2SA
sesuai potensi dan kearifan lokal.

14
PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN
Pasal 61

Penganekaragaman konsumsi pangan dilakukan dengan :

a. Mempromosikan penganekaragaman konsumsi pangan;


b. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
untuk mengkonsumsi anekaragam pangan dengan prinsip
gizi seimbang;
c. Meningkatkan keterampilan dalam pengembangan olahan
pangan lokal, dan
d. Mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi tepat
guna untuk pengolahan pangan lokal

15
Bagian Ketiga
Perbaikan Gizi
Pasal 63
(1) Pemerintah menetapkan kebijakan di bidang Gizi untuk perbaikan
status Gizi masyarakat.
(2) Kebijakan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. penetapan persyaratan perbaikan atau pengayaan Gizi Pangan
tertentu yang diedarkan apabila terjadi kekurangan atau
penurunan status Gizi masyarakat;
b. penetapan persyaratan khusus mengenai komposisi Pangan untuk
meningkatkan kandungan Gizi Pangan Olahan tertentu yang
diperdagangkan;
c. pemenuhan kebutuhan Gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita,
dan kelompok rawan Gizi lainnya; dan
d. peningkatan konsumsi Pangan hasil produk ternak, ikan, sayuran,
buah-buahan, dan umbi-umbian lokal.
(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyusun rencana aksi Pangan
dan Gizi setiap 5 (lima) tahun.
16
2. PERMASALAHAN
PANGAN DAN GIZI
ASPEK PENYEDIAAN

 Semakin terbatasnya ketersediaan lahan pertanian pangan


karena alih fungsi lahan pertanian pangan ke non pangan
 Degradasi lingkungan yang menurunkan sumber daya air untuk
pertanian
 Pengaruh perubahan iklim ekstrem terhadap sektor pertanian
(produksi dan produktivitas).
 Lemahnya kelembagaan petani dan kecenderungan petani
bekerja sendiri-sendiri
 Ketidakseimbangan akses terhadap sumber daya, modal, dan
teknologi antar wilayah,
 Tingginya prosporsi kehilangan hasil pertanian dan pemborosan
pangan (30% dari total produksi pangan).
 Tidak berkembangnya industri pengolahan dan penciptaan nilai
tambah produk primer pertanian
 Tidak berkembangnya sektor jasa penunjang pertanian
Lanjutan…

 Belum memadainya prasarana dan sarana transportasi baik


darat dan terlebih antar pulau, sehingga meningkatkan biaya
distribusi pangan;
 Buruknya infrastruktur yang menghubungkan sentra
produksi dengan kota
 Buruknya kelembagaan pasar dan tingginya biaya transaksi
 Waktu panen tidak merata antar waktu dan daerah;
 Lokasi sentra produksi bahan pangan masih terpusat di
beberapa wilayah;
 Cadangan pangan pemerintah masih terbatas (hanya beras
dan dikelola oleh pemerintah pusat), sementara cadangan
pemerintah daerah dan masyarakat belum berkembang,
termasuk belum optimalnya pemanfaatan dan pengelolaan
lumbung pangan masyarakat.
ASPEK KONSUMSI

 Peningkatan populasi global khususnya di kawasan Asia dan


di antaranya 75 % berada di negara berkembang.
 Laju pertumbuhan rata-rata di Indonesia sebesar 1,38% per
tahun, dengan jumlah penduduk tahun 2013 mencapai
248,82 Juta Jiwa.
 Meningkatnya rata – rata pendapatan per kapita di negara
Asia sehingga meningkatkan permintaan pangan dari segi
kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan.
 Perubahan struktur demografis dan urbanisasi
 Meningkatnya jumlah wanita yang bekerja sehingga
meningkatkan kebutuhan akan makanan olahan.
 Peningkatan kebutuhan bahan pangan sebagai sumber
energi, pakan, dan kegunaan industri (penyebab volatilitas
harga pangan)
Lanjutan …

 Ketergantungan konsumsi pada salah satu jenis bahan


pangan (beras) sangat tinggi, dan belum optimalnya
pemanfaatan pangan lokal untuk konsumsi pangan harian;
 Proporsi jumlah penduduk rawan pangan masih cukup besar
dan cenderung meningkat;
 Masih terjadinya kasus keracunan akibat penggunaan bahan
kimia berbahaya pada makanan sehingga menimbulkan
rendahnya ketahanan pangan masyarakat;
 Rendahnya kualitas dan kuantitas pola konsumsi pangan
penduduk, karena pengetahuan, budaya dan kebiasaan
makan masyarakat kurang mendukung konsumsi pangan
yang B2SA;
 Skor PPH cenderung mengalami penurunan.
3. SITUASI PANGAN DAN GIZI
Perkembangan Ketersediaan
Energi dan Protein Nasional, 2009 - 2013

Ketersediaan Energi Ketersediaan Protein


Ketersediaan Energi (kkal/kap/hari) Ketersediaan Protein (g/kap/hari)
Standar Ketersediaan Energi Standar Ketersediaan protein
4,110
3,754 3,646 3,737 99.35
3,320 93.4 93.13 94.14
87.75

2200 2200 2200 2200 2200 55 55 55 55 55

2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : Neraca Bahan Makanan 2009 – 2013

Ketersediaan energi dan protein selama tahun 2009 – 2013 sudah melebihi rekomendasi
ketersediaan energi dan protein sebesar 2.200 Kal/kap/hr untuk energi dan 57
gr/kap/hr untuk protein (WNPG VIII tahun 2004).
Perkembangan Konsumsi
Energi dan Protein Nasional, 2009 - 2013

Konsumsi Energi Konsumsi Protein


Konsumsi Energi (kkal/kap/hari) Konsumsi Protein (gram/kap/hari)
Standar konsumsi energi Standar konsumsi protein
57.9 59.1
2025 2048

2000 2000 2000 2000 2000 54.3 55.9 55.7


52 52 52 52 52
1927 1944
1930

2009 2010 2011 2012 2013


2009 2010 2011 2012 2013
Sumber : Susenas 2009, 2010, (2011-2013 triwulan 1); BPS diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran, oleh BKP

• Capaian konsumsi pangan penduduk secara kuantitatif periode 2009-2013, menunjukkan tingkat konsumsi
energi yang cenderung meningkat meskipun berfluktuasi setiap tahunnya, dengan pertumbuhan rata-rata
0,1% per tahun. Konsumsi energi tahun 2013 telah mencapai 96, 6% dari AKE 2000 kkal/kap/hari.
• Capaian konsumsi protein tahun 2009-2013 telah melebihi AKP dengan kisaran 104,5 – 113,7%. Laju
pertumbuhan rata-rata sebesar 0,7% per tahun, namun masih didominasi oleh kontribusi protein nabati
yang berasal dari kelompok padi-padian (beras)
Perkembangan Skor PPH Nasional
Tahun 2009-2013
Skor PPH
PPH Target (Perpres Nomor 22 Tahun 2009)
91.5
88.1 89.8
85.0 86.4

85.7 85.6 83.5


81.4
75.7

2009 2010 2011 2012 2013


Sumber : Susenas 2009, 2010, (2011-2013 triwulan 1); BPS diolah dan dijustifikasi dengan penekatan
pengeluaran, oleh BKP
• Capaian skor PPH Tahun 2013 sebesar 81,4 atau 89% dari target skor PPH
berdasarkan Perpres No. 22 Tahun 2009 (skor PPH 91,5).
• Perkembangan rata-rata kualitas konsumsi pangan masyarakat tahun 2011-2013
menunjukkan sedikit penurunan, terutama dipengaruhi oleh menurunnya
konsumsi kelompok pangan padi-padian, pangan hewani serta sayur dan buah.
KONSUMSI PER KELOMPOK PANGAN TAHUN 2012-2013

Pola Konsumsi Tahun 2012-2013


120.0

BATAS
% Anjuran Kecukupan

100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0

2012 2013

Konsumsi padi-padian, minyak dan lemak serta buah/biji


berminyak telah melebihi BATAS
Konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan serta26 26
sayur dan buah masih RENDAH
Stabilitas Harga Beras di Tingkat Konsumen
Tahun 2009 - 2013

Coefisien Varian (CV) Komoditi Beras


Tahun
Umum (%) Termurah (%)
2009 1,29 0,96
2010 7,22 8,57
2011 5,83 6,76
2012 1,09 1,06
2013 1,33 1,14
Rata - Rata 3,35 3,70
- Sumber : BPS, diolah BKP

• Harga beras di tingkat konsumen relatif stabil selama periode 2009-2013 yang
ditunjukkan dengan koefisien variasi harga beras di tingkat konsumen di bawah
10%. 27
PROPORSI PENDUDUK
SANGAT, RAWAN PANGAN, DAN TAHAN PANGAN
2008–2012 (Berdasarkan %AKG)

Ket. :
Data hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) yang dilaksanakan oleh BPS, diolah oleh BKP
28
Peta Kerentanan terhadap Kerawanan
Pangan Indonesia Tahun 2009
Status Gizi Balita 2005 - 2013

SASARAN PEMBANGUNAN PANGAN DAN GIZI PADA TAHUN 2015


•Prevalensi balita : - Gizi kurang (15.5%) - Pendek : (32%)
SEBUAH INVESTASI CERDAS
• Investasi pada gizi membantu memutus lingkaran kemiskinan
dan meningkatkan PDB negara 2 - 3% per tahun.
• Investasi $1 pada gizi dapat menghasilkan kembalinya $30
dalam peningkatan kesehatan, pendidikan dan produktivitas
ekonomi. Rates of return in Indonesia are estimated as high as
$48 per $1 spent (PERMATA program design, 2014).
• The Copenhagen Declaration 2012: Para ekonom terkenal
dunia mengidentifikasi cara paling cerdas mengalokasikan
uang untuk menghadapi tantangan utama dunia adalah:
Investasi untuk perbaikan status gizi penduduk

Sumber: SUN Movement Secretariat, 2013

31
3. KEBIJAKAN
KETAHANAN PANGAN DAN GIZI
Sasaran Pokok Pembangunan 2015-2019
(RPJMN Teknokratik 2015-2019) - Tentative

Sasaran Pokok Ekonomi


Pembangunan Pembangunan Sektor Ekonomi
2015-2019 Lingkungan
Pengamanan Ketahanan
Politik Pangan

Hukum Percepatan Pembangunan


Infrastruktur
Pertahanan dan
Keamanan Penguatan Faktor Utama
Tata Kelola dan Reformasi Pembangunan Ekonomi
Birokrasi
Kesejahteraan Rakyat

Kewilayahan
VISI MISI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019
JOKOWI-JK (Tentative)

Cetak Rehabili- Pemuli- Pengen- Pemba- Pengen- 1.000 Desa 1.000 Desa Mening- Mendiri-
sawah 1 tasi han dalian ngunan dalian Berdaulat Pilot katkan kan Bank
Juta Ha Jaringan Kesubur- Konver- Prasara- Impor Benih Pangan Akses Pertanian
Irigasi 3 an Lahan si Lahan na Pasca pangan Organik Petani dan
Juta Ha (UU Panen dan Gurem UMKM
41/2009) Gudang dari
Hasil Kepemili-
Pertanian kan Lahan
0,3 Ha/KK
menjadi
2,0 Ha/KK
RENCANA STRATEGIS KEMENTAN 2015-2019 -
Tentative
“Terwujudnya sistem pertanian-bioindustri
VISI berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan
sehat dan produk bernilai tambah tinggi berbasis
sumberdaya lokal untuk kedaulatan pangan dan
kesejahteraan petani”

TARGET SUKSES
SASARAN STRATEGIS  Swasembada : Padi,
1. Peningkatan ketahanan Jagung, Kedelai
pangan  Peningkatan produksi :
2. Peningkatan nilai tambah, daya - Tebu
saing, ekspor, dan substitusi - Hasil Ternak
impor - Cabe
3. Penyediaan dan peningkatan - Bawang Merah
bahan baku bioindustri dan  Diversifikasi Pangan :
bioenergi Peningkatan kualitas
4. Peningkatan kesejahteraan konsumsi, Penurunan
petani Konsumsi Beras 35
KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN

 Ketersediaan Pangan
 Penyediaan pangan diutamakan dari produksi dalam negeri dan
cadangan pangan.
 Swasembada untuk komoditas strategis (beras, jagung, kedelai)
 Penyediaan beragam pangan berdasarkan potensi sumberdaya
dan budaya lokal;
 Pemberian bantuan pangan (Jaring Pengaman Sosial) bagi
masyarakat rawan pangan kronis (miskin/rawan pangan)
 Pemberian bantuan pangan untuk penangan cepat/darurat bagi
rawan pangan transien (akibat bencana/darurat)

36
Lanjutan…

 Distribusi/Keterjangkauan Pangan
 Menyediakan cadangan beras nasional yang cukup untuk
mengatasi gejolak pasokan harga;
 Mendorong pembentukan cadangan pangan pokok pemerintah
(provinsi, kabupaten/kota dan desa);
 Mengembangkan dan merevitalisasi lembaga distribusi dan
lumbung pangan masyarakat;
 Menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan pokok sepanjang
tahun dan pangan strategis pada periode khusus/tertentu.

37
Lanjutan…

 Konsumsi Pangan
 Sosialisasi, promosi dan edukasi budaya pangan yang
beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA), sekaligus
mendorong penurunan konsumsi beras per kapita;
 Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan: Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL);
 Pengembangan produk pangan lokal;
 Peningkatan penanganan dan pengawasan keamanan
pangan segar.

38
39

Anda mungkin juga menyukai