4 Bab Iii
4 Bab Iii
LAPORAN KASUS
12
13
itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Muntah atau rangsangan viseral akibat
aktivasi nervus vagus. Obstipasi karena penderita takut untuk mengejan. Panas
akibat infeksi akut.3,4
Pasien menyangkal adanya trauma pada perut sebelumnya. Hal ini
menggambarkan bahwa dapat menyingkirkan diagnosis differential peritonitis ec
perdarahan intra abdomen. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka
tanda-tanda perforasi ,tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda
dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan , nyeri spontan ,nyeri lepas
dan distensi abdomen, telah terjadi peritonitis4,5
Pasien juga menyangkal adanya keluar darah dari jalan lahir yang disertai
adanya pingsan, HPHT 17 april 2019. Diagnosis differential peritonitis ec KET
disingkirkan. KET dapat menyebabkan inflamasi pada peritoneum karena
perdarahan yang disebabkan dari KET mengenai peritoneum sehingga menjadi
peritonitis.4,5
3.4 Diagnosis
Febris 1 √
Pemeriksaan lab
Leukosistosis 2 √
Shift to the left 1 √
Total 10 10
Interpretasi:
Score 0-4 : tidak dipertimbangkan apendisitis akut
Score 5-6 : dipertimbangkan kemungkinan apendisitis akut
Score 7-8 : sangat mungkin apendisitis akut
15
Peritonitis pada pasien apendisitis akut disebabkan karena perforasi dari organ
apendiks sehingga bakteri yang menginfeksi apendiks keluar dari lumen apendiks
yang menginfeksi jaringan di sekitarnya seperti peritoneum. Oleh sebab itu,
diagnosis pasien yang menyebabkan peritonitis adalah apendisitis perforatif.
Diagnosis divertikulitis Merkel berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
mirip dengan diagnosis apendisitis. Oleh sebab itu, diagnosis yang pasti dapat
16
3.5 Penatalaksanaan
keadaan sepsis berat atau syok sepsis, pemberian terapi cairan harus
dilakukan dengan lebih agresif berdasarkan guideline dari The
Surviving Sepsis Campaign.
- Antibiotik dan analgetik / antipiretik dapat diberikan pada pasien
apendisitis yang sudah didiagnosis. Pada pasien yang diagnosisnya
masih diragukan, pemberian antibiotik dan analgetik / antipiretik tidak
dianjurkan karena dapat menghilangkan gejala klinis yang digunakan
untuk menegakkan diagnosis. Antibiotik juga diberikan untuk
mempersiapkan pasien menjalani operasi.
- Obat lain seperti antiemetik dan obat lambung lainnya dapat diberikan
untuk mengurangi gejala mual dan muntah.
Penatalaksanaan operatif:
transit feses dari ileum yang akan masuk ke dalam colon melalui caecum. Hal ini
memberikan kesempatan bagi usus halus untuk dapat mengabsorpsi makanan
dengan maksimal.8
Tanpa adanya fungsi dari ileocaecal valve, waktu transport feses akan
meningkat dan menyebabkan diare, steatorrhea, hipoalbuminemia, dehidrasi, dan
kekurangan atau kehilangan mineral. Ileocaecal valve juga memiliki fungsi
mencegah reflux. Apabila fungsi ini hilang, feses yang sudah masuk ke dalam kolon
dapat bergerak berbalik ke arah ileum. Feses yang sudah masuk ke kolon kaya akan
bakteri. Bakteri ini akan masuk ke ileum bersamaan dengan feses yang bergerak
retrograd dan menyebabkan infeksi mukosa ileum.8
perut, sakit kepala atau pusing, berkeringat. Namun tidak semua pasien yang
mengonsumsi ceftriaxone akan mengalami efek samping tersebut.11,12
3. Metronidazole 3x500 mg iv
Pada kasus, pemberian obat metronidazole sudah sesuai dengan teori.
Metronidazol merupakan antibiotik yang efektif sebagai agen antibakteri pada gram
negatif dan pada bakteri anaerobik seperti Bacteroides fragiles yang umumnya
menyebabkan kejadian infeksi pada luka operasi. Beberapa antibiotik ada yang
menggabungkan dengan penggunaan metronidazole. Penggunaan antibiotik
cephalosporin contohnya ceftriaxone ideal sebagai profilaksis, hal tersebut
disebabkan karena beberapa keunggulan dari cephalosporin, yaitu memiliki
sprektrum aktivitas yang luas, respon alergi rendah, dan menguntungkan dari segi
biaya.11,13
4. Omeprazole 2x40 mg
Pada kasus, pemberian obat omeprazole sudah sesuai dengan indikasi dan dosis
yang diberikan sudah tepat secara teori. Omeprazole merupakan basa lemah, dan
secara khusus berkonsentrasi dalam kanalikuli sekretori asam dari sel parietal,
dimana diaktifkan dengan proses proton-katalis untuk menghasilkan sulphenamide.
Sulphenamide berinteraksi kovalen dengan kelompok sulphydryl residu sistein
dalam domain ekstraselular dari H + K + -ATPase - khususnya Cys 813 - sehingga
menghambat aktifitasnya. Omeprazol mempunyai mekanisme kerja yang unik
karena mempunyai tempat kerja dan bekerja langsung pada pompa asam (H+/K+
ATPase) yang merupakan tahap akhir proses sekresi asam lambung dari sel-sel
parietal. Enzim gastrik atau pompa proton atau disebut juga pompa asam ini banyak
terdapat dalam sel-sel parietal. Pompa proton ini berlokasi di membran apikal sel
parietal. Dalam proses ini, ion H dipompa dari sel parietal ke dalam lumen dan
terjadi proses pertukaran dengan ion K. Omeprazol memblok sekresi asam lambung
dengan cara menghambat H+/K+ ATPase pump dalam membran sel parietal.11,12