Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa dengan judul “Makalah Keperawatan Keperawatan Jiwa yang berjudul
Perilaku Merusak Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan ”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan kelancaran makalah bukan hanya karena
kemampuan penulis, tetapi banyak ditentukan oleh bantuan dari berbagai pihak, yang telah
dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya penulisan, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih, dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Wiwiek Liestyaningrum,M.Kep. selaku ketua STIKES Hang Tuah Surabaya.
2. Ns. Sukma Ayu Candra K. M.Kep., Sp. Kep.J selaku penanggung jawab dan dosen
mata kuliah Keperawatan Jiwa STIKES Hang Tuah Surabaya.
3. Rekan-Rekan mahasiswa Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif senantiasa
penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca dan bagi
pengembangan ilmu keperawatan.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATAPENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................
1.4 Manfaat.............................................................................................
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Asuhan Keperawatan.............................................................................
BAB 5 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................44
4.2 Saran ......................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1.1 Definisi
Perilaku adalah tingkah laku atau sikap seseorang yang dicerminkan seseorang
sebagai kebiasaannya.
Freud (dalam Luh Ketut Suryani, 2008: 12) yang menyatakan bahwa merusak diri
(self destructive) merupakan tampilan agresi yang diarahkan ke diri sebagai suatu bentuk
introjeksi. Keadaan ini didahului oleh respon maladaptif yaitu ketidakberdayaan,
keputusasaan, apatis, kehilangan, ragu-ragu sedih dan depresi. Merusak diri (self destructive)
mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
merusak diri (self destructive) adalah tindakan manusia yang dilakukan secara sadar
dan bertujuan untuk mematikan diri sendiri sebagai reaksi atas situasi yang dialaminya seperti
rasa kecewa, depresi atau sebagai protes terhadap tokoh yang sangat dicintainya. Merusak
diri (self destructive) yang dilakukan oleh individu ada yang berhasil dan ada yang tidak.
Hanya sebagian kecil saja yang berhasil mengakhiri hidupnya.
Perilaku merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan ini lebih cenderung pada
perilaku amuk yaitu respon kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan
marah dan bermusuhan kuat yang cenderung kehilangan kontrol dimana individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2.1.2 Etiologi
merusak diri (self destructive) orang lain dan lingkungan terjadi karena adanya faktor
genetik dan gangguan keseimbangan pada sistem neurotransmiter, yakni penurunan kadar
serotin di otak. Studi lain di Denmark menyatakan bahwa faktor genetik menurunkan nilai
ambang perilaku merusak diri (self destructive) orang lain dan lingkungan yang mengarah
kepada ketidakmampuan untuk mengontrol perilaku impulsif. Gangguan jiwa atau stressor
lingkungan memiliki potensi sebagai pencetus perilaku impulsif yang mengarah kepada
merusak diri (self destructive)orang lain dan lingkungan . Adanya riwayat merusak diri (self
destructive) orang lain dan lingkungan di dalam keluarga juga dapat meningkatkan resiko
terjadinya tindakan percobaan merusak diri (Luh Ketut Suryani, 2008: 13)
2.1.3 Klasifikasi
Emile Durkheim (dalam Luh Ketut Suryani, 2008: 12) membagi merusak diri (self
destructive) menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Merusak diri (self destructive) karena tidak mempunyai ikatan kuat dengan
kelompok sosialnya (dikucilkan, tidak menikah, perceraian)
b. Altruistic yaitu mereka melakukan merusak diri (self destructive) untuk
menunjukkan loyalitas, pengabdian pada kelompoknya (harakiri, mesatya)
c. Amonic yaitu mereka yang tidak mampu menghadapi perubahan di masyarakat
mengenai nilai dan standar hidup (misalnya kehilangan pekerjaan, krisis ekonomi)
Dilain pihak Edwin Shneidman (dalam Videbeck, 2008: 432) mengungkapkan bahwa
merusak diri (self destructive) dibagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu:
a. Merusak diri (self destructive) langsung, yaitu tindakan yang disadari dan sengaja
untuk mengakhiri hidup seperti: pengorbanan diri (membakar diri), menggantung diri,
menembak diri sendiri, melompat dari tempat yang tinggi, menenggelamkan diri atau
sufokasi.
b. Merusak diri (self destructive) tidak langsung, yaitu keinginan tersembunyi yang
tidak disadari untuk mati yang ditandai dengan perilaku kronis berrisiko seperti
penyalahgunaan zat, makan berlebihan, aktivitas seks bebas, ketidakpatuhan terhadap
program medis atau olahraga atau pekerjaan yang membahayakan.
Rentang Respon perilaku merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan mempunyai
peningkatan diri sebagai respon paling adaptif, sedangkan perilaku merusak diri sendiri,
orang lain dan lingkungan secara tidak langsung merupakan respon maladaptif
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Bunuh Diri
Peningk Pengambilan Risiko yang Perilaku
atan Diri meningkatkan Mencederai
pertumbuhan diri tidak
langsung
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tn. A berumur 35th. Seorang buruh disalah satu perusahaan dirawat dirumah sakit
dikarenakan ia berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri dengan menyayat nadi yang ada
ditangannya. Sebelumnya ia dinyatakan mengalami kelumpuhan pada kakinya karena sebuah
kecelakaan kerja yang dialaminya sehingga ia harus kehilangan pekerjaannya itu. Kondisi
umum klien terlihat cemas, dan sedih. Tatapan matanya terlihat kosong dan sering melamun,
klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna lagi dan klien juga mengatakan bahwa ia tidak
bisa menjadi ayah sekaligus kepala keluarga yang baik bagi istri dan anaknya, ia merasa
takut jika kebutuhan keluarganya tidak tercukupi dengan baik karena sekarang yang merasa
hanya menjadi beban keluarganya saja. Klien tampak kurus, dan tidak berfsu untuk makan.
saat klien makan, klien hanya makan kurang dari setengah porsi yang ia habiskan.Klien
tampak sulit beraktivitas seperti biasa dan tampak enggan untuk mencoba beraktivitas seperti
biasanya. Dari pengkajian fisik didapatkan bb 70kg TD 130/90 mmHg RR : 22x/menit S :
36˚C N : 96x/menit
BAB 4
PEMBAHASAN KASUS
IDENTITAS UMUM
KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan cemas, malu dan merasa tidak berguna lagi dikarenakan kondisi
dirinya yang sudah lumpuh.
TINGKAT ANSIETAS
Tingkat ansietas ( Lingkari ansietas dan check list perilaku yang ditampilkan oleh klien )
Perilaku √ Perilaku √
Tenang Menarik Diri
Ramah Bingung
Pasif Disorientasi
Merasa Hiperventilasi
membenarkan
lingkungn
Kooperatif Halusinasi/Delusi
Gangguan Perhatian Depersonalisasi
Gelisah Obesesi
Sulit Berkonsentrasi Kompulsi
Waspada Berlebihan Keluhan Somatik
Tremor Hiperaktif
Bicara Cepat Lainnya :
Genogram
35
Tipe Keluarga
Klien mengatakan tipe keluarganya adalah Keluarga inti/ nuclear Family
Pengambilan Keputusan
Klien mengatakan pengambil keputusan didalam keluarganya yaitu dirinya (kepala keluarga)
Hubungan Klien dengan Kepala Keluarga
Dirinya adalah kepala keluarga dalam keluarganya
Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, jika sedang memiliki waktu yang lebih
biasanya keluarganya berkumpul diruang keluarga rumah mereka untuk menghabiskan waktu
bersama dengan menonton televisi bersama-sama.
Kegiatan yang dilakukan Keluarga di Masyarakat
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien masih mengikuti kegiatan gotong
royong yang sering diadakan dilingkup masyarakat dirumahnya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
RIWAYAT SOSIAL
Pola Sosial
Teman/ orang terdekat
Klien mengatakan orang terdekat adalah istrinya
Peran dalam Kelompok
Klien mengatakan biasanya ia mengikuti acara gotong royong yang dilakukan dilingkungan
rumahnya sebelum ia kecelakaan kerja.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan bahwa ia tidak percaya diri dan malu dengan kondisinya yang lumpuh
Pola Komunikasi
Pola Komunikasi √ Pola Komunikasi √
Jelas √ Aphasia
Koheren √ Perseverasi
Bicara Kotor Rumination
Inkoheren Tangensial
Neologisme Banyak
bicara/dominan
Asosiasi Longgar Bicara lambat
Fight of ideas Sukar berbicara
Lainnya :
2. Memory
Gangguan √ Jelaskan
Gangguan daya ingat jangka
panjang
Gangguan daya ingat jangka
pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Paramnesia
Hipermnesia
Amnesia
IMPLEMENTASI
Nama : Dx Medis :
Umur : Ruangan :
No. Diagnosa Implementasi keperawatan Evaluasi
Keperawatan Keperawatan
(SOAP)
1. Gangguan Citra 1. mengkaji S : Pasien
Tubuh kesiapan pasien, kemudian mengatakan bahwa ia
libatkan pasien dalam sekarang mengetahui
pengambilan keputusan bahwa orang-orang
tentang perawatan, bila disekitarnya
memungkinkan menerima apa adanya
2. mendiskusikan kemajuan
pasien dan tunjukkan O : pasien tampak
bagaimana kondisinya lebih bisa menerima
3. mengajarkan dan dorong kondisi tubuhnya
pasien strategi koping yang
sehat A : masalah belum
4. merujuk pasien dalam
pelayanan pendukung P : lanjutkan
intervensi 1234
2. Ansietas 1. Mendengarkan dengan penuh S : Klien
perhatian, kaji pengetahuan pasien mengatakan ia masih
mengenai situasi yang dialaminya. cemas dengan
2. Memberikan kesempatan pada kondisinya sekarang.
pasien untuk mendiskusikan
perasaannya. O : - klien masih
3. Mengajarkan pada pasien teknik tampak gelisah
relaksasi untuk dilakukan - Klien sudah
sekurang-kurangnya setiap 4 jam dapat
berkomunikas
i dengan baik
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan di 1 2 3
3. Harga diri 1. mengkaji status mental pasien S : klien mengatakan
rendah melalui wawancara dan ia sekarang sudah
observasi mengetahui bahwa
2. menyediakan waktu khusus orang-orang
diluar perawatanan yang tidak disekitarnya
terganggu dengan aktivitas mendukungnya
lain untuk berbicara secara
secara sosial atau profesional O : klien tampak
dengan pasien lebih menghargai
3. memberikan umpan balik dirinya
positif ketika pasien
menunjukkan peningkatan A : masalah belum
harga diri melalui pernyataan teratasi
atau perilaku.
P : lanjutkan
intervensi
BAB 5
PENUTUP
SIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Hawari. (2010). Psikopatologi Merusak diri (self destructive). Jakarta: FKUI.
Hibbert, Allison. et.al. (2009). Rujukan Cepat Psikiatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Rita Eka Izzaty dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press
Luh Ketut Suryani. (2008). Hidup Bahagia. Jakarta: Pustaka Obor Populer