Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

“ Perilaku Merusak Diri Sendiri, Orang Lain, dan


Lingkungan”

Oleh :

1. Brahmayda Wiji L (1510006)


2. Ignatius Erino (1510020)
3. Imelda Sandy W (1510023)
4. Irwan Bahari R (1510025)
5. Rara Ayu Anjani B. S. R (1510043)
6. Tiara Noviyanti Urgadana (1510052)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa dengan judul “Makalah Keperawatan Keperawatan Jiwa yang berjudul
Perilaku Merusak Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan ”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan kelancaran makalah bukan hanya karena
kemampuan penulis, tetapi banyak ditentukan oleh bantuan dari berbagai pihak, yang telah
dengan ikhlas membantu penulis demi terselesainya penulisan, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih, dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Wiwiek Liestyaningrum,M.Kep. selaku ketua STIKES Hang Tuah Surabaya.
2. Ns. Sukma Ayu Candra K. M.Kep., Sp. Kep.J selaku penanggung jawab dan dosen
mata kuliah Keperawatan Jiwa STIKES Hang Tuah Surabaya.
3. Rekan-Rekan mahasiswa Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif senantiasa
penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca dan bagi
pengembangan ilmu keperawatan.

Surabaya, 10 September 2017

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATAPENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................
1.4 Manfaat.............................................................................................

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Masalah ...................................................................................
2.1.1 Definisi............................................................................................
2.1.2 Etiologi............................................................................................
2.1.3 Klasifikasi........................................................................................
2.1.4 Rentang Respon..............................................................................

BAB 3 TINJAUAN KASUS


3.1 Kasus...............................................................................................

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Asuhan Keperawatan.............................................................................

BAB 5 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................44
4.2 Saran ......................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Merusak diri sendiri (self destructive) orang lain dan lingkungan adalah
perilaku yang merupakan respon adaptif yang diawali dengan respon maladaptif yaitu
ketidakberdayaan, keputusaan, apatis, kehilangan, sedih, dan depresi. Biasanya perilaku
merusak ini disebabkan karena kekecewaan atau protes atas apa yang terjadi. Perilaku
merusak diri sendiri dan orang lain ini cenderung pada perilaku amuk atau perilaku kekerasan
yang mengarah pada gangguan jiwa.
Sebagai contoh merusak diri yang biasanya terjadi pada remaja adalah tindakan
menyayat pergelangan tangan dan percobaan bunuh diri yang penyebabnya karena
mekanisme koping yang kurang baik sebagai akibat dari suatu permasalahan. Dampak dari
perilaku merusak ini bisa mengakibatkan hilangnyanyawa bahkan kerusakan atau kerugian
material.
Sebagai solusi yang akan dijelaskan pada makalah ini adalah asuhan keperawatan
gangguan psikososial yang mengarah pada perilaku merusak diri sendiri (bunuh diri), orang
lain dan lingkungan.
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui bagaimana perilaku merusak diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan sehingga mahasiswa dapat memberikan tindakan pencegahan
untuk perilaku merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian perilaku merusak diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan
2. Agar mahasiswa mengetahui pandangan biologis terhadap perilaku ini.
3. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana rentang respon perilaku destruktif
4. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana teori asuhan keperawatan yang
digunakan untuk pasien perilaku merusak diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian perilaku merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan ?
2. Bagaimana Pandangan biologis terhadap perilaku ini ?
3. Bagaimana rentang respon perilaku destruktif ?
4. Bagaimana teori asuhan keperawatan untuk pasien perilaku merusak diri sendiri,
orang lain dan lingkungan ?
1.4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk mahasiswa keperawatan guna mengetahui tentang
perilaku merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Masalah Psikososial

2.1.1 Definisi

Perilaku adalah tingkah laku atau sikap seseorang yang dicerminkan seseorang
sebagai kebiasaannya.
Freud (dalam Luh Ketut Suryani, 2008: 12) yang menyatakan bahwa merusak diri
(self destructive) merupakan tampilan agresi yang diarahkan ke diri sebagai suatu bentuk
introjeksi. Keadaan ini didahului oleh respon maladaptif yaitu ketidakberdayaan,
keputusasaan, apatis, kehilangan, ragu-ragu sedih dan depresi. Merusak diri (self destructive)
mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
merusak diri (self destructive) adalah tindakan manusia yang dilakukan secara sadar
dan bertujuan untuk mematikan diri sendiri sebagai reaksi atas situasi yang dialaminya seperti
rasa kecewa, depresi atau sebagai protes terhadap tokoh yang sangat dicintainya. Merusak
diri (self destructive) yang dilakukan oleh individu ada yang berhasil dan ada yang tidak.
Hanya sebagian kecil saja yang berhasil mengakhiri hidupnya.
Perilaku merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan ini lebih cenderung pada
perilaku amuk yaitu respon kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan
marah dan bermusuhan kuat yang cenderung kehilangan kontrol dimana individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

2.1.2 Etiologi

merusak diri (self destructive) orang lain dan lingkungan terjadi karena adanya faktor
genetik dan gangguan keseimbangan pada sistem neurotransmiter, yakni penurunan kadar
serotin di otak. Studi lain di Denmark menyatakan bahwa faktor genetik menurunkan nilai
ambang perilaku merusak diri (self destructive) orang lain dan lingkungan yang mengarah
kepada ketidakmampuan untuk mengontrol perilaku impulsif. Gangguan jiwa atau stressor
lingkungan memiliki potensi sebagai pencetus perilaku impulsif yang mengarah kepada
merusak diri (self destructive)orang lain dan lingkungan . Adanya riwayat merusak diri (self
destructive) orang lain dan lingkungan di dalam keluarga juga dapat meningkatkan resiko
terjadinya tindakan percobaan merusak diri (Luh Ketut Suryani, 2008: 13)

2.1.3 Klasifikasi

Emile Durkheim (dalam Luh Ketut Suryani, 2008: 12) membagi merusak diri (self
destructive) menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Merusak diri (self destructive) karena tidak mempunyai ikatan kuat dengan
kelompok sosialnya (dikucilkan, tidak menikah, perceraian)
b. Altruistic yaitu mereka melakukan merusak diri (self destructive) untuk
menunjukkan loyalitas, pengabdian pada kelompoknya (harakiri, mesatya)
c. Amonic yaitu mereka yang tidak mampu menghadapi perubahan di masyarakat
mengenai nilai dan standar hidup (misalnya kehilangan pekerjaan, krisis ekonomi)
Dilain pihak Edwin Shneidman (dalam Videbeck, 2008: 432) mengungkapkan bahwa
merusak diri (self destructive) dibagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu:
a. Merusak diri (self destructive) langsung, yaitu tindakan yang disadari dan sengaja
untuk mengakhiri hidup seperti: pengorbanan diri (membakar diri), menggantung diri,
menembak diri sendiri, melompat dari tempat yang tinggi, menenggelamkan diri atau
sufokasi.
b. Merusak diri (self destructive) tidak langsung, yaitu keinginan tersembunyi yang
tidak disadari untuk mati yang ditandai dengan perilaku kronis berrisiko seperti
penyalahgunaan zat, makan berlebihan, aktivitas seks bebas, ketidakpatuhan terhadap
program medis atau olahraga atau pekerjaan yang membahayakan.

2.1.4 Rentang Respon

Rentang Respon perilaku merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan mempunyai
peningkatan diri sebagai respon paling adaptif, sedangkan perilaku merusak diri sendiri,
orang lain dan lingkungan secara tidak langsung merupakan respon maladaptif
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Bunuh Diri
Peningk Pengambilan Risiko yang Perilaku
atan Diri meningkatkan Mencederai
pertumbuhan diri tidak
langsung
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tn. A berumur 35th. Seorang buruh disalah satu perusahaan dirawat dirumah sakit
dikarenakan ia berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri dengan menyayat nadi yang ada
ditangannya. Sebelumnya ia dinyatakan mengalami kelumpuhan pada kakinya karena sebuah
kecelakaan kerja yang dialaminya sehingga ia harus kehilangan pekerjaannya itu. Kondisi
umum klien terlihat cemas, dan sedih. Tatapan matanya terlihat kosong dan sering melamun,
klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna lagi dan klien juga mengatakan bahwa ia tidak
bisa menjadi ayah sekaligus kepala keluarga yang baik bagi istri dan anaknya, ia merasa
takut jika kebutuhan keluarganya tidak tercukupi dengan baik karena sekarang yang merasa
hanya menjadi beban keluarganya saja. Klien tampak kurus, dan tidak berfsu untuk makan.
saat klien makan, klien hanya makan kurang dari setengah porsi yang ia habiskan.Klien
tampak sulit beraktivitas seperti biasa dan tampak enggan untuk mencoba beraktivitas seperti
biasanya. Dari pengkajian fisik didapatkan bb 70kg TD 130/90 mmHg RR : 22x/menit S :
36˚C N : 96x/menit
BAB 4
PEMBAHASAN KASUS

IDENTITAS UMUM

Nama Klien : Tn. A


Usia : 35th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Bahasa Dominan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Mawar No. 52
Tanggal masuk : 02 September 2017
Ruang Rawat :
Nama Rekam Medis :
Diagnosa Medis :
Riwayat Alergii : Klien tidak punya riwayat alergi
Diit : Tanpa diit ( nomal )

KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan cemas, malu dan merasa tidak berguna lagi dikarenakan kondisi
dirinya yang sudah lumpuh.

PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTOR


Fisik
Berat Badan : 70kg
Tinggi Badan : 170cm
Tanda-tanda vital : TD : 150/90 mmHg
RR : 22x/menit
S : 36x/menit
N : 96x/menit
Riwayat Pengobatan Fisik :
Sebelumnya klien pernah dirawat dirumah sakit dengan diagnosa Paralisis
Hasil Pemeriksaan Laboratorium/visum/dll :-

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

TINGKAT ANSIETAS
Tingkat ansietas ( Lingkari ansietas dan check list perilaku yang ditampilkan oleh klien )

Ringan Sedang Berat Panik

Perilaku √ Perilaku √
Tenang Menarik Diri
Ramah Bingung
Pasif Disorientasi
Merasa Hiperventilasi
membenarkan
lingkungn
Kooperatif Halusinasi/Delusi
Gangguan Perhatian Depersonalisasi
Gelisah Obesesi
Sulit Berkonsentrasi Kompulsi
Waspada Berlebihan Keluhan Somatik
Tremor Hiperaktif
Bicara Cepat Lainnya :

Masalah Keperawatan : Ansietas


KELUARGA

Genogram

35

Tipe Keluarga
Klien mengatakan tipe keluarganya adalah Keluarga inti/ nuclear Family
Pengambilan Keputusan
Klien mengatakan pengambil keputusan didalam keluarganya yaitu dirinya (kepala keluarga)
Hubungan Klien dengan Kepala Keluarga
Dirinya adalah kepala keluarga dalam keluarganya
Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, jika sedang memiliki waktu yang lebih
biasanya keluarganya berkumpul diruang keluarga rumah mereka untuk menghabiskan waktu
bersama dengan menonton televisi bersama-sama.
Kegiatan yang dilakukan Keluarga di Masyarakat
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, klien masih mengikuti kegiatan gotong
royong yang sering diadakan dilingkup masyarakat dirumahnya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

RIWAYAT SOSIAL
Pola Sosial
Teman/ orang terdekat
Klien mengatakan orang terdekat adalah istrinya
Peran dalam Kelompok
Klien mengatakan biasanya ia mengikuti acara gotong royong yang dilakukan dilingkungan
rumahnya sebelum ia kecelakaan kerja.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan bahwa ia tidak percaya diri dan malu dengan kondisinya yang lumpuh

Obat obatan Yang Harus Dikonsumsi


Adakah obat herbal atau obat lain yang dikonsumsi diluar resep
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak mengkonsumsi obat obatan lain

Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini

Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi masalahnya


Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan lain atau alkohol.

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah Situasional

STATUS MENTAL DAN EMOSI


Penampilan
1. Cacat fisik
Kaki klien mengalami paralisis sehingga lumpuh
2. Kontak mata
Ada, pada saat berkomunikasi dengan perawat yang merawatnya tetapi klien lebih
sering menunduk
3. Pakaian
Rapi, menggunakan pakaian dari rumah sakit.
4. Perawatan diri
Pasien melakukan aktivitas mandi dibantu oleh keluarganya

Masalah Keperawatan : Tidak Ada


Tingkah Laku
Tingkah Laku √ Jelaskan
Resah √ Klien merasa cemas dan malu dengan kondisinya yang
lumpuh
Agitasi
Letargi
Sikap √ Klien menjadi menutup diri, diam dan sering melamun,
klien juga sering terlihat menyalahkan takdir yang terjadi
Ekspresi Wajah √ Klien ketika diajak bicara sering memalingkan wajah dan
menunduk
Lain-lain

Masalah Keperawatan : Gangguan Citra Tubuh

Pola Komunikasi
Pola Komunikasi √ Pola Komunikasi √
Jelas √ Aphasia
Koheren √ Perseverasi
Bicara Kotor Rumination
Inkoheren Tangensial
Neologisme Banyak
bicara/dominan
Asosiasi Longgar Bicara lambat
Fight of ideas Sukar berbicara
Lainnya :

Masalah Keperawatan : Tidak ada


Mood dan Afek
Perilaku √ Jelaskan
Senang
Sedih √ Klien terlihat berekspresi sedih karena
kelumpuhan yang dialaminya
Patah Hati
Putus Asa √ Klien terlihat putus asa karena ia tidak bisa
beraktifitas secara normal
Gembira
Euforia
Curiga
Lesu
Marah
Lain Lain
Masalah Keperawatan : Koping Individu Inefektif
Proses Pikir
Perilaku √
Jelas √
Logis √
Mudah diikuti √
Relevan √
Bingung
Bloking
Delusi
Arus Cepat
Assosiasi Lambat
Curiga
Memory Jangka Pendek Health : √ Utuh :
Memory Jangka Panjang Health : √ Utuh :
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Persepsi
Perilaku √ Jelaskan
Halusinasi
Ilusi
Depersonalisasi
Derealisasi
Halusinasi
Halusinasi √ Jelaskan
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
Lain lain :
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
Kognitif
1. Orientasi Realita
Waktu : Klien dapat menyebutkan waktu dengan tepat
Tempat : Klien dapat menyebutkan tempat dengan tepat
Orang : Klien dapat menyebutkan anggota keluarganya
Situasi : Klien belum dapat menerima dengan kondisinya sekarang

2. Memory
Gangguan √ Jelaskan
Gangguan daya ingat jangka
panjang
Gangguan daya ingat jangka
pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Paramnesia
Hipermnesia
Amnesia

3. Tingkat Konsentrasi dan berhitung


Tingkatan √ Jelaskan
Mudah Beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Ide-ide Bunuh diri
Ide ide merusak diri/ orang lain
Ya Tidak
Jelaskan, Klien mencoba untuk berperilaku merusak diri sendiri
Kultural dan Spiritual
Agama yang dianut
1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya ?
Keluarga klien mengatakan bahwa klien jarang beribadah setelah ia mengalami
kelumpuhan.
2. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan spiritualnya
setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan ?
Klien tidak mengalami kekerasan sehingga tidak ada masalah dalam spiritualnya.
3. Adakah pengaruh spritual terhadap koping individu?
Klien jarang beribadah sehingga tidak terlalu mempengaruhi koping individu
Budaya yang diikuti
Apakah ada budaya yang mempengaruhi terjadinya masalah ?
Klien mengatakan tidak ada budaya yang mempengaruhinya
Tingkat perkembangan saat ini
Klien mengatakan bahwa ia masih belum menerima kelumpuhan yang terjadi
pada dirinya, kondisi tubuhnya tidak berubah karena kelumpuhan yang terjadi
padanya bersifat permanen.
Masalah Keperawatan : Gangguan Citra Tubuh
ANALISA DATA
No Data Subjektif dan Objektif Masalah Keperawatan
1. Ds : HDRS
- Klien mengatakan bahwa ia tidak percaya
diri dan malu dengan kondisinya yang
lumpuh
- Klien mengatakan ia takut tidak bisa menjadi
kepala keluarga yang baik untuk keluarganya
Do :
- Klien tampak sering menunduk dan
memalingkan muka saat berbicara
- Klien tampak sulit bergaul dengan
lingkungan rumahnya
2. Ds : Gangguan Citra tubuh
- Klien mengatakan ia malu dan tidak percaya
diri dengan kelumpuhan yang terjadi pada
dirinya
- Klien tidak menyangka bahwa kelumpuhan
pada dirinya bersifat permanen
Do :
- Klien tampak terjadi perubahan pada fungsi
tubuhnya
- Klien tampak mengalami depersonalisasi
3 Ds : Ansietas
- Klien merasa takut jika ia tidak diterima
dilingkungan masyarakatnya
- Klien mengatakan susah tidur
Do :
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak bingung dan sedih
INTERVENSI
No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan 1. Pasien menerima 1. kaji 1. Keterlibatan dapat
Citra perubahan citra kesiapan memberikan rasa
Tubuh tubuh pasien, kontrol dan
2. Pasien kemudian meningkatkan harga
mengomunikasik libatkan diri
an perasaan pasien 2. Untuk meningkatkan
terhadap dalam sikap positif
perubahan citra pengambil 3. Untuk membantu
tubuh an pasien mengatasi
3. Pasien keputusan perilaku yang tidak
mengatakan tentang produktif
positif terhadap perawatan, 4. Untuk memberikan
dirinya sendiri. bila kesempatan tambahan
4. Pasien memungki guna meningkatkan
mengidentifikasi nkan citra tubuh.
kan keterbatasan 2. diskusikan
dan menyusun kemajuan
strategi untuk pasien dan
mengompensasi tunjukkan
kehilangan bagaimana
kondisinya
3. ajarkan dan
dorong
pasien
strategi
koping
yang sehat
4. rujuk
pasien
dalam
pelayanan
pendukung
2. Harga diri 1. Pasien 1. kaji status 1. Bila ansietas akibat
rendah menggambar mental penolakan diri menjadi
situasional kan citra pasien berat pasien dapat
dirinya melalui mengalami disorientasi
sebelum wawancara atau gejala-gejala psikotik
masalah dan 2. Sikap saling menghormati
kesehatan observasi akan membantu pasien
saat ini 2. sediakan mengambil tanggung
2. Pasien waktu jawab akhir untuk
mengatakan khusus meningkatkan ketrampilan
bahwa ia diluar koping
sudah perawatana 3. Untuk menyatakan
kembali n yang persetujuan dan membantu
memiliki tidak pasien merasa bahwa ia
perasaan terganggu mampu melakukan koping
positif dengan secara efektif dalam situasi
tentang aktivitas penuh stress
dirinya lain untuk
seperti berbicara
sebelumnya secara
3. Pasien secara
mengungkapk sosial atau
an perasaan profesional
tentang dengan
situasinya pasien
saat ini 3. berikan
4. Pasien umpan
melaporkan balik
kontrol positif
terhadap ketika
peristiwa- pasien
peristiwa menunjukk
kehidupan an
peningkata
n harga diri
melalui
pernyataan
atau
perilaku.
3. Ansietas 1. Pasien 1. dengarkan 1. Untuk mendiskusikan
mengatakan dengan penuh alasan-alasan
perasaan perhatian, kaji munculnya ansietas,
cemas dan pengetahuan sehingga dapat
mengidentifik pasien membantu pasien
asi penyebab- mengenai mengidentifikasi
penyebabnya situasi yang perilaku kecemasan
2. Pasien dialaminya. dan menyadarkan
menggambar 2. berikan penyebabnya
kan aktifitas kesempatan 2. Untuk menghilangkan
yang pada pasien keraguan dan
menurunkan untuk meningkatkan
perilaku mendiskusikan dukungan
kecemasan perasaannya. 3. Untuk memperbaiki
3. Pasien ikut 3. ajarkan pada keseimbangan fisik
terlibat dalam pasien teknik dan psikologis
percakapan relaksasi untuk
dan aktifitas dilakukan
bersama sekurang-
keluarga, kurangnya
pemberi setiap 4 jam
asuhan dan
individu
pendukung
lainnya dan
berpartisipasi
dalam
pengambilan
keputusan
tentang
perawatan.
4. Pasien
mempertahan
kan aktifitas
yang
menurunkan
perilaku
kecemasan
5. Pasien
mengerti
penyebab
ansietas,
melakukan
koping pada
situasi medis
saat ini tanpa
menunnukkan
tanda-tanda
ansietas yang
berat dan
menghubungi
sumber-
sumber
komunitas
yang tepat.

IMPLEMENTASI
Nama : Dx Medis :
Umur : Ruangan :
No. Diagnosa Implementasi keperawatan Evaluasi
Keperawatan Keperawatan
(SOAP)
1. Gangguan Citra 1. mengkaji S : Pasien
Tubuh kesiapan pasien, kemudian mengatakan bahwa ia
libatkan pasien dalam sekarang mengetahui
pengambilan keputusan bahwa orang-orang
tentang perawatan, bila disekitarnya
memungkinkan menerima apa adanya
2. mendiskusikan kemajuan
pasien dan tunjukkan O : pasien tampak
bagaimana kondisinya lebih bisa menerima
3. mengajarkan dan dorong kondisi tubuhnya
pasien strategi koping yang
sehat A : masalah belum
4. merujuk pasien dalam
pelayanan pendukung P : lanjutkan
intervensi 1234
2. Ansietas 1. Mendengarkan dengan penuh S : Klien
perhatian, kaji pengetahuan pasien mengatakan ia masih
mengenai situasi yang dialaminya. cemas dengan
2. Memberikan kesempatan pada kondisinya sekarang.
pasien untuk mendiskusikan
perasaannya. O : - klien masih
3. Mengajarkan pada pasien teknik tampak gelisah
relaksasi untuk dilakukan - Klien sudah
sekurang-kurangnya setiap 4 jam dapat
berkomunikas
i dengan baik

A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan di 1 2 3
3. Harga diri 1. mengkaji status mental pasien S : klien mengatakan
rendah melalui wawancara dan ia sekarang sudah
observasi mengetahui bahwa
2. menyediakan waktu khusus orang-orang
diluar perawatanan yang tidak disekitarnya
terganggu dengan aktivitas mendukungnya
lain untuk berbicara secara
secara sosial atau profesional O : klien tampak
dengan pasien lebih menghargai
3. memberikan umpan balik dirinya
positif ketika pasien
menunjukkan peningkatan A : masalah belum
harga diri melalui pernyataan teratasi
atau perilaku.
P : lanjutkan
intervensi
BAB 5
PENUTUP

SIMPULAN

SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari. (2010). Psikopatologi Merusak diri (self destructive). Jakarta: FKUI.

Hibbert, Allison. et.al. (2009). Rujukan Cepat Psikiatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Rita Eka Izzaty dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press

Luh Ketut Suryani. (2008). Hidup Bahagia. Jakarta: Pustaka Obor Populer

Anda mungkin juga menyukai