Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Risiko Politik ini.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Produktivitas


Dalam Manajemen Operasi ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Pamulang, 1 April 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 3

A. Latar Belakang .............................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 5

A. Definisi Risiko Politik .................................................................................... 5

B. Bentuk-bentuk risiko politik ......................................................................... 6

C. Power Sharing dalam Politik ...................................................................... 10

D. Hubungan politik dengan ekonomi ............................................................ 12

E. Permasalahan Politik Ekonomi Dewasa Ini ................................................ 14

F. Pengaruh instabilitas politik pada perusahaan .......................................... 17

G. Solusi yang dapat diterapkan dalam mengantisipasi jika timbulnya risiko


politik.......................................................................................................... 21

H. Studi Kasus ................................................................................................. 22

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 25

A. Kesimpulan ................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 26

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada negara berkembang seperti Indonesia, pengaruh dan dominasi politik


pada setiap pengambilan keputusan menjadi begitu terlihat, apalagi jika itu
menyangkut dengan persoalan-persoalan yang memiliki sisi kepentingan, atau
lebih tepatnya ada pihak yang berkepentingan terhadap keputusan tersebut.
Khususnya keputusan-keputusan yang memiliki dampak ekonomi. Dampak
ekonomi artinya memiliki nilai-nilai finansial di dalamnya.
Tingginya indeks risiko negara Indonesia mempunyai dampak terhadap
lemahnya perekonomian negara Indonesia yang ditunjukkan oleh turunnya
investasi di Indonesia. Dengan demikian perlu dilakukan upaya menciptakan
stabilitas sosial-politik ekonomi keuangan dan penciptaan rasa aman dalam
berinvestasi agar risiko negara relatif tidak membahayakan kegiatan
perekonomian secara keseluruhan sehingga dapat memulihkan kepercayaan
bagi investor baik investor asing maupun domestik. Secara umum, sebuah
negara kreditur menghadapi risiko utang negara yang lebih besar ketika
memberikan pinjaman kepada negara lain, dibandingkan ketika melakukan
investasi dalam negeri.
Risiko politik secara umum dilihat sebagai risiko non-bisnis yang
diperkenalkan oleh kekuatan politik. Bank dan perusahaan multinasional
lainnya telah mengidentifikasi risiko politik sebagai faktor penting yang dapat
mempengaruhi profitabilitas usaha internasional mereka (Shanmugam, 1990).
Risiko politik muncul dari peristiwa seperti perang, konflik internal dan
eksternal, sengketa teritorial, revolusi yang menyebabkan perubahan
pemerintahan, serangan teroris di seluruh dunia, faktor sosial termasuk
kerusuhan sipil karena perbedaan ideologis, distribusi pendapatan yang tidak
merata dan bentrokan agama.

3
Shanmugam (1990) memperkenalkan alasan eksternal sebagai aspek politik
lebih lanjut dari risiko negara. Misalnya, jika negara calon peminjam utang
terletak di samping sebuah negara yang sedang berperang, tingkat risiko negara
calon peminjam akan lebih tinggi daripada jika tetangganya yang damai.
Meskipun negara peminjam tersebut mungkin tidak secara langsung terlibat
dalam konflik, tetapi dimungkinkan ada sebuah efek yang akan
mempengaruhinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu definisi risiko politik?


2. Apa saja bentuk-bentuk dari resiko politik?
3. Apa dimaksud dengan Power Sharing dalam politik?
4. Bagaimana hubungan politik dengan ekonomi?
5. Bagaimana permasalahan politik ekonomi dewasa saat ini?
6. Bagaimana pengaruh instabilitas politik pada perusahaan?
7. Apa saja solusi yang diterapkan dalam mengantisipasi jika timbulnya risiko
politik?

C. Tujuan Masalah

1. Mendefinisikan risiko politik


2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk dari resiko politik
3. Menjelaskan Power Sharing dalam politik
4. Mendeskripsikan hubungan politik dengan ekonomi
5. Mengetahui permasalahan politik ekonomi dewasa saat ini
6. Mendeskripsikan pengaruh instabilitas politik pada perusahaan
7. Mendeskripsikan solusi yang diterapkan dalam mengantisipasi jika
timbulnya risiko politik

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Risiko Politik

Risiko politik adalah risiko yang timbul akibat dari instabilitas politik yang
terjadi di suatu negara sehingga telah memberi pengaruh kepada setiap
organisasi yang berorientasi profit dan nonprofit. Kondisi instabilitas politik
yang tidak sesuai dengan pengharapan para pelaku bisnis telah menyebabkan
timbulnya kerugian serta mengharuskan para pelaku bisnis menganggarkan
sejumlah dana khusus (special budget) dan beberapa rencana cadangan
(contingency plan) sebagai usaha serius dalam tetap mempertahankan
operasional perusahaan di negara/wilayah tersebut. Termasuk antisipasi jika
timbulnya huru-hara, moral hazard, aksi inkonstitusional militer,
pembangkangan sipil, coupd’tat, bahkan keputusan menasionalisasikan
perusahaan asing.

Mengikuti konsep penilaian yang digunakan oleh International Country


Risk Guide (ICRG), dalam menelaah pengaruh risiko politik tersebut, ada
indikator-indikator penting yang menjadi kunci tergoncangnya stabilitas
politik. Beberapa indikator tersebut menjadi stabilitas pemerintahan, konflik
internal, profil investasi termasuk pada kelompok indikator yang mempunyai
bobot paling tinggi. Kemudian, korupsi, konflik agama, hukum dan peraturan,
serta peran militer, termasuk pada kelompok kedua.

Secara empiris banyak studi menunjukkan stabilitas politik merupakan


faktor yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
sebagaimana ditunjukkan oleh Alesina dan Peroti (The Political Economy of
Growth: A Critical Survey of Recent Literature, The World Bank Economic
Review 1994 No 3). Ketidakstabilan politik berkorelasi positif dengan tingkat
inflasi dan berkorelasi negatif dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Risiko
politik dihitung berdasarkan 12 variabel, yaitu stabilitas pemerintahan, kondisi

5
sosial-ekonomi, profil investasi, konflik internal, konflik eksternal, korupsi,
politik militer, politik agama, penegakan hukum, konflik etnis, akuntabilitas
demokrasi dan kualitas birokrasi.

Mengklasifikasikan risiko politik- risiko makro yang mempengaruhi semua


perusahaan dalam suatu negara-Risiko Micro terjadi dalam proyek-tindakan
spesifik yang mempengaruhi individu, biasanya perusahaan milik asing.

a) MICRO RISK adalah risiko yang timbul dari dalam perusahaan antara lain
terdapat Goal Conflict yaitu perselisihan antar manajer anak perusahaan
tentang pencapaian target perusahaan, dan terdapat tindakan Corruption
(Korupsi didalam perusahaan)

b) MACRO RISK adalah risiko yang timbul diluar perusahaan ada tiga bentuk
risiko makro bagi perusahaan 1) Expropriation (pengambil-alihan perusahaan
perusahaan asing pada Negara tertentu, contohnya Pabrik-pabrik gula yang
dibangun pengusaha Belanda di masa penjajahan, lalu oleh Pemerintah
Indonesia di Nasionalisasi/ diambil alih pemerintah); 2) Ethnic Strife yaitu
situasi Negara yang sering terjadi Demo Buruh (pemogokan kerja secara
nasional) adanya kerusuhan; 3) Terrorist, akibat tindakan terrorist banyak
perusahaan mengalami kerugian.

B. Bentuk-bentuk risiko politik

Bagi suatu aktivitas bisnis yang berada di suatu negara selalu berusaha
mengamati setiap perkembangan politik yang sedang berlangsung di negara
tersebut. Dan setiap aktivitas politik tersebut dianalisis dan dijadikan sebagai
salah satu informasi pendukung dalam setiap pengambilan keputusan.
Perusahaan Multinasional atau Multinational Corporation (MNC) harus
menilai risiko negara tidak hanya negara tempat MNC tersebut berusaha tetapi
juga negara dimana MNC akan mengekspor atau mendirikan anak perusahaan.
Beberapa karakteristik risiko suatu negara dapat secara signifikan
mempengaruhi kinerja, dan MNC tersebut harus mempertimbangkan besarnya
pengaruh karakteristik tersebut. Bentuk risiko negara yang ekstrim

6
memungkinkan bahwa negara setempat akan mengambil alih anak perusahaan.
Pada beberapa kasus pengambilalihan, sejumlah kompensasi diberikan dengan
jumlah yang ditentukan oleh negara setempat. Pada kasus lain, asset disita tanpa
diberikan kompensasi. Ada beberapa bentuk umum dari risiko politik yang
terjadi, yaitu:

1. Sikap Konsumen di Negara Setempat


Bentuk risiko politik yang paling ringan (bagi seorang ekportir) adalah
kecendrungan warga untuk membeli barang produksi local saja. Meskipun
ekportir memutuskan untuk mendirikan anak perusahaan di negara asing,
filosofi warga tersebut dapat menghalangi keberhasilan MNC. Seluruh
negara memiliki kecenderungan untuk mendorong konsumen untuk
membeli dari produsen lokal. MNC yang mempertimbangkan untuk
memasuki pasar asing harus memonitori kesetiaan pelanggan terhadap
produk lokal. Jika konsumen sangat setia dengan produk lokal, maka
strategi kerja sama dengan perusahaan lokal mungkin lebih
menguntungkan dibandingkan dengan ekspor.
2. Tindakan pemerintah setempat
Berbagai tindakan pemerintah setempat dapat mempengaruhi arus kas
suatu MNC. Misalnya pemerintah setempat dapat mengenakan standar
pengendalian polusi yang mempengaruhi biaya dan pajak perusahan
tambahan dan pajak perusahaan tambahan yang mempengaruhi laba setelah
pajak seperti juga pajak kekayaan dan pembatasan pengiriman dana yang
mempengaruhi arus kas setelah pajak yang dikirim ke induk perusahaan.
Beberapa MNC menggunakan tingkat pergantian pejabat pemerintah atau
filosofi negara sebagai pendekatan atas risiko politik suatu negara.
Meskipun hal ini dapat mempengaruhi secara signifikan arus kas masa
depan, namun bukan merupakan cerminan risiko politik yang layak. Anak
perusahaan tidak selalu terpengaruh oleh pergantian pemerintahan. Selain
itu, suatu anak perusahaan dapat dipengaruhi oleh kebijakan baru
pemerintah setempat atau perubahan sikap terhadap negara asal anak

7
perusahaan, meskipun pemerintah setempat tidak berisiko akan diganti.
Pemerintah setempat dapat menggunakan berbagai cara untuk
mengarahkan operasi MNC agar sejalan dengan tujuan. Selain itu
pemerintah dapat mengharuskan fasilitas sosial atau pengendalian
lingkungan tertentu. Seluruh tindakan ini mencerminkan risiko politik,
dalam hal tindakan tersebut mencerminkan karakteristik politik suatu
negara yang dapat mempengaruhi kas MNC.
3. Pembatasan Pengiriman Dana
Anak perusahaan MNC sering kali mengirim dana kembali ke kantor pusat
untuk melunasi pinjaman, pembelian perlengkapan, beban administrasi,
laba yang dikirim kembali, atau tujuan lainnya. Pada beberapa kasusu
pemerintah setempat dapat memblokir pengiriman dana, yang akan
memaksa anak perusahaan melakukan proyek yang tidak optimal.
Alternative lain, MNC dapat menginvestasikan dana dalam sekuritas lokal
untuk memperoleh imbal hasil sementara dana yang sedang diblokir.
Namun pengembalian tersebut mungkin lebih kecil dari yang dapat
diperoleh jika dana dikirim kembali ke anak perusahaan.
4. Mata Uang yang Tidak Dapat Ditukar
Beberapa pemerintahan tidak mengizinkan mata uang setempat ditukar
menjadi mata uang lainnya. Karenanya, laba yang dihasilakan oleh anak
perusahaan pada negara tersebut tidak dapat dikirim kembali pada induk
perusahaan melalui pertukaran mata uang. Jika mata uang tidak dapat
ditukar, maka induk perusahaan MNC harus menukar uang tersebut dengan
barang untuk memperoleh keuntungan dari proyek yang dilakukan di
negara tersebut.
5. Perang
Beberapa negara memiliki kecenderungan untuk terlibat konflik
berkepanjangan dengan negara tetangganya atau mengalami kekacauan di
dalam negeri. Hal ini dapat mempengaruhi keselamatan dari tenaga kerja
di anak perusahaan atau tenaga pemasaran yang berusaha memenuhi pasar
ekspor bagi MNC. Selain itu, negara yang terancam perang umumnya

8
memiliki siklus bisnis yang berfluktuasi sehingga arus kas MNC yang
berasal dari negara tersebut menjadi lebih tidak pasti. Serangan teroris ke
AS pada tanggal 11 september 2001, memberikan dampak buruk karena
kemungkinan eksposur dari serangan teroris, terutama jika anak
perusahaan berlokasi di negara yang penduduknya tidak suka dengan AS.
Meskipun MNC tidak terkena dampak perang secara langsung, MNC
mungkin perlu mengeluarkan biaya untuk menjamin keselamatan tenaga
kerjanya. Meningkatnya suku bunga karena banyaknya dana yang
dibutuhkan untuk membiayai pengeluaran militer juga dikhwatirkan oleh
MNC. Beberapa prediksi yang lebih pesimis juga memperkirakan
kemungkinan biaya perlengkapan yang lebih tinggi dan kemungkinan
dampak tingginya inflasi atau suku bunga AS terhadap kurs. Dengan
mempertimbangkan seluruh ketidakpastian ini, MNC membatasi
ekspansinya hingga dampak perang terhadap harga minyak, defisit
penganggaran antara negara lain sudah lebih jelas.
6. Birokrasi
Faktor risiko negara lainnya adalah birokrasi pemerintah, yang dapat
mempersulit bisnis MNC. Meskipun terlihat tidak relavan, faktor ini
merupakan penentu utama bagi MNC saat pertimbangkan proyek di eropa
timur pada awal tahun 1990-an. Beberapa pemerintah eropa timur tidak
terlalu berpengalaman dalam memfasilitasi masuknya MNC ke pasar
mereka.
7. Korupsi
Korupsi dapat berdampak negative pada bisnis internasional MNC karena
akan meningkatkan biaya untuk melakukan usaha atau mengurangi
pendapatan MNC. Beragai bentuk korupsi dapat terjadi antar perusahaan
atau antar perusahaan dengan pemerintah. Misalnya, suatu MNC akan
kehilangan pendapatan karena kontrak pemerintah diberikan kepada
perusahaan lokal yang menyuap pegawai pemerintah. Namun undang-
undang korupsi dan penerapannya berbeda di tiap negara.

9
C. Power Sharing dalam Politik

Keseimbangan politik dalam mewujudkan suatu penyeimbangan kekuatan


dari berbagai pihak yang berkepentingan dalam usaha mewujudkan
keharmonisan bangsa harus selalu dijaga. Karena berbagai pihak selalu merasa
ikut serta dalam memberikan sumbangsih bagi tegaknya negara kesatuan
republik Indonesia (NKRI) ini.

Bagi negara Indonesia dimana dominasi calon dan presiden terpilih selalu
dari militer dan sipil. Artinya sipil dan militer saling berkompetisi untuk
merebut posisi menjadi presiden. Kondisi seperti ini menyebabkan kedua pihak
sering saling memperlihatkan kekuatan pengaruh politik mereka di mata
publik. Di negara maju dominasi militer hanya sebatas penjaga pertahanan dan
keamanan semata, kecuali keadaan menghendaki mereka harus turut serta ikut
terlibat dalam riel politik. Tentunya keterlibatan militer dalam politik terjadi
karena militer dibutuhkan sementara sipil tidak mampu menciptakan ketertiban
politik seperti yang diharapkan.

Kondisi ini bisa berbeda pada negara berkembang, dimana power sharing
atau pembagian kekuasaan masih terus terjadi antara sipil dan militer. Di
beberapa jabatan yang harusnya dipegang oleh sipil namun masih dipegang
oleh militer, dalam pengertian sederhana militer dibutuhkan untuk posisi
tersebut. Bahkan dahulu jabatan menteri dalam negeri sering berasal dari
militer, namun sekarang semua itu perlaharn lahan mulai mengalami
perubahan. Akan tetapi dalam konsep manajemen perubahan adalah jika suatu
perubahan terlalu cepat dipaksakan maka akan menimbulkan ekses-ekses yang
tersembunyi, dan jika itu tidak cepat di apresiasi maka bisa membentuk bom
waktu yang siap suatu saat untuk meledak.

Oleh karena itu untuk membuat kita bijaksana dalam memahami power
sharing ini, perlu dipahami bahwa ada bebera yang dimaksud oleh militer
mengapa harus berperandalam perpolitikan nasional. Seperti salah satunya

10
pembahasan kepentingan angkatan bersenjata. Ini sebagaimana dikemukakan
oleh Indria Samego et al, yaitu:

"Kepentingan-kepentingan material angkatan bersenjata juga memainkan


peranan amat penting dalam keputusan militer untuk campur tangan dalam
politik. Pertama, militer tentunya memiliki kepentingan-kepentingan
kelompok, baik untuk memperoleh fasilitas-fasilitas militer seperti peralatan
tempur maupun untuk memberikan gaji yang layak bagi para anggotanya.
Apabila para pemimpin politik (baca: sipil) gagal untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, maka akan timbul kecenderungan yang lebih besar bagi militer untuk
terpolitisasi dan terintervensi dalam politik. Kedua, suka atau tidak suka, korps
perwira militer dapat dilihat sebagai wakil penting kelas menengah perkotaan,
dan apabila pemerintah gagal untuk memenuhi kebutuhan kelas menengah
sebagai tambahan terhadap oposisi kelas menengah pada umumnya-maka
kelompok-kelompok perwira diperkirakan akan melakukan tekanan terhadap
pemerintah, bahkan kemungkinan menjatuhkannya. Ketiga, para pimpinan
puncak militer dapat pula membangun kepentingan-kepentingan pribadinya
melalui intervensi militer dengan menempatkan mereka di dalam control
jaringan patronase pemerintah.

Dari pendapat di atas dapat kita tarik satu kesimpulan bahwa jika sipil tidak
memahami aspirasi atau kurang peka dalam memberikan kepedulian pada
militer maka ini akan memicu sekelompok militer dalam melakukan tindakan
intervensi. Bahkan sangat memungkinkan kelompok tersebut semakin lama
semakin meluas, hingga akhirnya bisa saja mengarah pada aksi kudeta militer.

Dalam kasus terjadinya intervensi militer. Salah seorang pengamat militer


terkemuka, S.E. Finer, mengidentifikasi enam model intervensi militer yaitu:
(1) melalui saluran konstitusional yang resmi (normal constitutional channels):
(2) kolusil atau kompetisi dengan otoritas sipil (Collusion And/Or Competition
With Civilian Authorities): (3) intimidasi terhadap otoritas sipil (Intimidation
Of Civilian Authorities); (4) ancaman nonkooperasi dengan, atau kekerasan

11
terhadap, otoritas sipil (threats of non-cooperation with, or violence towards,
civilian authorities); (5) kegagalan untuk mempertahankan otoritas sipil
menentang kekuasaan (failure to defend civilian authorities against violence);
dan (6) penggunaan kekerasan terhadap otoritas sipil (exercise of violence
against civilian authorities).

Oleh karena itu perlu bagi para politisi ulung agar bisa memberi ruang bagi
tumbuhnya iklim perpolitikan yang aman dan terkendali, yaitu salah satunya
menampung aspirasi militer. Sebab jika intervensi militer telah terjadi maka
artinya militer tidak lagi bekerja sesuai dengan idealnya yaitu penjaga
pertahanan, atau seperti diungkapkan oleh Samuel Huntington, suatu situasi
dimana "Penjaga (The Guard) menempatkan dirinya sendiri di kursi orang yang
seharusnya dijaga (The Guarded)

D. Hubungan politik dengan ekonomi

Banyak kalangan ekonomi yang berpendapat bahwa segala kebijakan


ekonomi harus terlepas dari muatan dan pengaruh politik. Karena jika
kebijakan ekonomi merupakan kebijakan yang memiliki keterkaitan atau
mendapat intervensi dari politik maka berbagai kebijakan tersebut tidak
memiliki nilai murni dari hasil kajian dan analisa ekonomi. Asumsi dan juga
alasan para ekonom adalah bahwa para politisi memiliki punya berbagai
kepentingan, dan kepentingan tersebut bersumber dari perseorangan dan juga
kelompok. Contohnya sebuah peraturan tentang kedudukan dan fungsi suatu
perusahaan dalam mengelola bisnis dimana peraturan tersebut juga
menyangkut dengan pengaruh dan dampak lingkungan.

Pembahasan ini menjadi bermasalah bagi perusahaan karena ada beberapa


perusahaan yang melakukan pelanggaran lingkungan atau beraktivitas tidak
sesuai dengan konsep amdal (analisa mengenai dampak lingkungan). Dan jika
peraturan ini disahkan maka akan menyebabkan beberapa lsm atau ngo
memiliki dasar justifikasi untuk menggugat setiap perusahaan yang melakukan
pencemaran, maka di sini pihak perusahaan melalui orang-orang dekatnya yang

12
memiliki hubungan kuat dengan anggota parlemen untuk meletakkan dan
menghilangkan beberapa point yang dianggap memberatkan kaum seperti ini
artinya intervensi politik telah ikut pebisnis. Pada kasus bermain dalam
menetapkan dan menggodok suatu peraturan.

Dalam konteks hubungan antara politik dengan ekonomi maka Ramlan


Surbakt mengatakan, bahwa "Dari segi hubungan kausal atau yang bersifat
deterministic hubungan politik dengan ekonomi dibagi dua. Pertama, kebijakan
umum (Public Policy) atau politisisme yang liberal maupun marxisme yang
melihat ekonomi menentukan politik. Teori lain menggambarkan hubungan
ekonomi dengan politik sebagai bersifat interaktif atau timbal balik, sedangkan
teori yang lain lagi menggambarkan hubungan politik dengan ekonomi sebagai
perilaku yang berkesinambungan. Termasuk ke dalam kategori yang terakhir
ini berupa aliran ekonomi politik baru atau perspektif public choice yang
berupaya menerapkan asumsi bahasa, dan logika ekonomi neoklasik ke dalam
perilaku politik."

Bahwa kepentingan publik tidak bisa di politisasi, dan masyarakat


membutuhkan suatu kejelasan yang tegas serta bersifat melindungi hak-hak
publik. Hak publik adalah layak diterima sesuai dengan keikutsertaan publik
dalam membayar kewajibannya kepada negara, termasuk kewajiban (pajak).
Dimana perolehan pendapatan dari pajak tersebut dipakai untuk membayar gaji
para anggota parlemen. Sehingga salah satu cara yang layak untuk diterapkan
guna membuat kebijakan ekonomi terlaksana sesuai kehendak aspirasinya
adalah dengan melakukan kontrol yang ketat agar semua itu berjalan sesuai
dengan rencana.

Namun di sisi lain kita juga harus melihat bahwa kebutuhan payung politik
yang kuat untuk membuat kebijakan ekonomi berjalan secara aman hingga
selesai. Karena berbagai hambatan dalam melaksanakan kebijakan ekonomi
akan terjadi, namun berbagai hambatan itu akan dapat dihilangkan jika politik
turut mendampinginnya.

13
E. Permasalahan Politik Ekonomi Dewasa Ini

Tujuan pembangunan politik seiring dengan tujuan terciptanya


kemakmuran ekonomi atau terlepasnya manusia dari belenggu kemiskinan.
Sebagaimana Meier dan Baldwin katakan: “pengkajian mengenai kemiskinan
bangsa-bangsa bahkan terasa lebin mendesak daripada pengkajian
kemakmurannya.”1) dan setiap negara berusaha untuk menghapus dan
memperkecil angka kemiskinan yang dimilikinya. Banyak bantuan finansial
dan non finansial yang diberikan oleh negara lain pada negara yang memiliki
angka kemiskinan tinggi.

Bantuan yang diberikan oleh negara maju untuk mengurangi angka


kemiskinan pada negara berkembang (Develop Countries) dan terbelakang
(Underdeveloped Countries) dapat dilihat sebagai sesuatu yang tidak hanya
bermotif kemanusiaan saja namun ada unsur lain yang melingkupinya, yaitu
salah satunya politik ekonomi. Artinya mereka menerapkan suatu kerangka
manajemen yang terukur agar bantuan tersebut mampu memberi efek pengaruh
ke depan yang bisa dikatakan semacam “feedback”. Bagi kalangan pebisnis ada
istilah yang begitu popular untuk ini yaitu “tidak ada makan siang yang gratis.”
Artinya setiap bantuan yang diberikan pasti ada imbalannya.

Dahulu ketika perang dingin masih hangat terjadi, walaupun hingga


sekarang tetap.masih terasa suasananya. Maka pada masa itu salah satu alasan
pemberian bantuan tersebut adalah merebut pengaruh politik luar negeri antara
barat dan rusia. Ini seperti yang ditegaskan oleh m.l. Jhingan adalah "alasan
utama adalah perang dingin antara rusia dan barat."

Teori kelangkaan (scarcity theory) pada kasus ini berlaku, yaitu negara maju
membutuhkan modal berupa sumber-sumber yang tersedia di berbagai penjuru
dunia yang tidak terkecuali itu adalah dimiliki oleh banyak negara berkembang
dan terbelakang. Kita isa melihat bersama bagaimana beberapa natural resource
(sumber daya alam) di Indonesia adalah dikuasai oleh negara-negara maju yaitu
melalui beberapa perusahaan multinasional yang mereka miliki.

14
Perusahaan Multinasional (Multinational Corporation) adalah perusahaan
yang berskala internasional yang kantor pusatnya berkedudukan di negara
induknya dan memiliki kantor cabang (brand office) pada berbagai negara di
dunia ini. Kedudukan dan aktivitas mereka pada berbagai negara di dunia bukan
hanya mengambil dan mengeksplorasi natural resource saja namun juga
berperan dalam memasarkan produk yang mereka miliki. Contohnya produk
mobil ford dari amerika yang menjual produknya di Indonesia dan berbagai
negara di kawasan asia dan belahan lain dunia ini.

Dari pembahasan di atas maka ada beberapa kesimpulan yang bisa kita tarik,
yaitu:

a. Teori kelangkaan memiliki pengaruh yang semakin besar untuk


didiskusikan pada era selanjutnya.

b. Setiap negara memiliki produk yang tidak sama dan berusaha meng-
hasilkan keunikan pada produk yang dimilikinya sehingga memiliki nilai
competitive di pasar internasional.

Salah satu keunggulan lebih dari negara maju adalah kemampuan mereka
dalam mengembangkan riset teknologi, tidak hanya teknologi militer namun
juga teknologi industri yang terdapat di setiap perusahaan manufaktur mereka,
dan kondisi ini memberi pengaruh besar pada daya saing atau competitive
mereka di pasar internasional ini sebagaimana dikatakan oleh michael e.
Porter13) bahwa teknologi berpengaruh pada keunggulan bersaing jika
memiliki peran signifikan dalam menentukan posisi biaya relatif atau
differensiasi relative. Karena teknologi terwujud dalam setiap aktivitas nilai
dan berperan dalam mewujudkan keterkaitan diantara berbagai aktivitas, maka
teknologi dapat memiliki pengaruh besar terhadap biaya dan diferensiasi.

Nilai jual suatu produk adalah jika ia memiliki sisi diferensiasi yang tinggi
dengan produk yang lainnya. Namun jika diferensiasi yang dimiliki adalah
rendah maka produk tersebut akan kalah saing dengan produk lain yang sejenis
khususnya. Untuk itu setiap negara harus memiliki sisi unik (unique aspect)

15
dibandingkan negara lainnya. Keunikan yang dimiliki oleh suatu bangsa itu
akan menjadi different produk yang berbeda dengan negara lainnya dan itulah
yang disebut dengan selling point pada saat produk yang dihasilkan itu dicoba
dipasarkan di pasar internasional.

Pada konteks ini maka suatu negara harus bijak dalam memahami mengapa
negaranya begitu menarik perhatian dari negara lainnya dan mengapa suatu
kontrak perjanjian memiliki nilai kerugian jika di tinjau dari segi jangka
panjang.

Permasalahan ini tidak hanya bisa diselesaikan oleh berbagai kebijakan


ekonomi semata namun juga menyangkut dengan harus adanya payung politis
untuk menempatkan kebijakan ekonomi tersebut memiliki peran yang bersifat
sustainable. Dalam realita pada saatlembaga eksekutif mengusulkan suatu
rancangan undang-undang yang bermuatan untuk kepentingan rakyat dan itu
selanjutnya dibahas di parlemen sebagai lembaga legislatif, maka di sini terjadi
proses debat dan diskusi yang alot, dan itu tidak bisa dicapai suatu kata mufakat
dalam waktu yang cepat, bahkan bisa memakan waktu bulanan.

Dalam konteks ini lembaga eksekutif harus membangun suatu sistem


kerjasama pembangunan bersama dengan lembaga legislative dalam
mendorong percepatan pembangunan. Sehingga jika hubungan antar lembaga
negara ini terjadi kontraksi atau tegang, maka konsep kerjasama ini bukan
berarti menjauh dari base concept legislatif dalam mengontrol jalannya
pemerintahan namun lebih dalam mengendalikan jalannya pemerintahan
secara lebih representatif dan demokratis.

Karena suatu pemerintahan yang berlangsung tanpa anda kontrol dari


lembaga terkait maka itu hanya akan membuat pemerintahan tersebut secara
perlahan-lahan semakin dekat dengan otoriter. Namun sebaliknya jika
parlemen terlalu kuat akan membuat tindakan inkonstitusional terjadi di sana,
contohnya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Walaupun tindakan yang
terakhir yaitu nepotisme lebih kecil dibandingkan korupsi dan kolusi, namun

16
yang harus dipahami bahwa ketiga bentuk itu adalah bagian yang memberi
pengaruh pada pelemahan sistem pemerintahan untuk jangka panjang.

Usaha penegakan hukum dan tuntutan terciptanya kesejahteraan pekonomi


rakyat adalah merupakan bahagian dari perjuangan pemerintah dalam
menampung aspirasi publik. Ini sebagaimana dikatakan oleh ramlan
surbakti14) bahwa, "dalam proses politik berbagai kelompok dan individu
dengan memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya kepada pemerintah
sehingga menjadi bagian dari keputusan politik".

Ada solusi yang dapat dijalankan oleh pemerintahan yang berkuasa agar
pembangunan politik ekonomi dapat terus dijalankan dan mendapatkan hasil
sesuai dengan yang dicita-citakan, yaitu dengan membangun dan membentuk
koalisi dan aliansi keputusan bersama. Sebagaimana dikemukakan oleh
gaetano mosca bahwa pemerintahan akan dapat berjalan dengan baik dan stabil
serta berhasil apabila terjadi koalisi atau kerjasama antara satu atau lebih
kekuatan politik.1 disisi lain Richard A. Musgrave dan Peggy B. Musgrave)
mengatakan, koalisi dibentuk dari kombinasi para pemilih yang memiliki
pandangan yang sama terhadap suatu kelompok permasalahan.

Dan lebih jauh ramlan surbakti mengatakan, "koalisi itu tidak selalu berupa
kerjasama antara satu golongan dan golongan lain yang masing-masing
memiliki ideologi dan kepentingan yang berbeda, tetapi dapat juga terjadi
diantara kelompok di dalam suatu golongan politik tertentu". Artinya bekerja
bersama untuk membangun bangsa dan negara, dan mengesampingkan tujuan-
tujuan yang bersifat berkelompok dan jangka pendek.

F. Pengaruh instabilitas politik pada perusahaan

Dunia bisnis dikenal memiliki kepekaan tinggi terhadap kondisi


perpolitikan suatu negara, termasuk stabilitas politik internasional. Sulit bisa
dikesampingkan jika politik dan bisnis terpisah satu sama lainnya. Kita bisa
mengkajinya secara terpisah yaitu politik saja dan ekonomi saja, namun dalam
pengambilan keputusan bisnis kita harus melihatnya sebagai satu kesatuan yang

17
bersifat saling berkaitan satu sama lainnya. Setiap kebijakan ekonomi yang
dibuat oleh pemerintah tidak akan berjalan dengan baik tanpa ada dukungan
atau payung politik. Artinya politik memberi pengaruh untuk mengamankan
setiap kebijakan ekonomi agar berlangsung sesuai dengan yang dimaksud.

Salah satu contoh yang ekstrim untuk kita pahami bersama, bagaimana saat
daerah mengelola sumber dana yang berasal dari APBD (anggaran pendapatan
dan belanja daerah) ke tempat-tempat yang tidak memberikan nilai turnover
sesuai dengan pengharapan. Seperti untuk pembuatan jalan, jembatan, pasar,
sekolah, rumah sakit, dan lain sebagainya yang diperuntukkan bagi sebuah
daerah atau kabupaten tertentu, dengan tujuan pembangunan yang telah
dilakukan tersebut mampu memberi pengaruh bagi pembangunan ekonomi
masyarakat yang bersangkutan. Dan lebih jauh dengan pembangunan yang
dilakukan tersebut ekonomi masyarakat meningkat maka perolehan pendapatan
pajak negara juga meningkat. Namun semua itu sering berlangsung tidak
seperti yang diharapkan, apalagi jika selama ini dana untuk proyek
pembangunan jalan, jembatan, pasar, sekolah, rumah sakit, dan lain sebagainya
bersumber dari pinjaman. Maka akibat lebih jauh pada macet pembayaran
kredit sehingga harus dilakukan rescheduling.

Persoalan lain yang juga ikut terjadi adalah pemerintah provinsi dalam
perolehan dana dari pusat tidak seluruhnya dana tersebut dapat dipergunakan
selama masa waktu anggaran, sehingga kasus terjadinya sal (sisa anggaran
lebih) adalah contoh nyata. Termasuk dalam lambatnya atau telah terjadi tarik
ulur dalam proses pengesahan anggaran di dprd. Semua itu memperlihatkan
semakin jelas pada kita bahwa geopolitik di tanah air Indonesia tercinta ini dari
daerah sampai pusat masih jauh dari konsep kedewasaan politik yang
diharapkan oleh para funding father kita.

Persoalan carut marutnya kondisi perpolitikan Indonesia saat ini, walaupun


banyak pihak mengakui bahwa semua ini bahagian dari proses pendewasaan
berpolitik, namun ada pihak-pihak yang dikorban kan, yaitu salah satunya

18
sektor swasta. Contoh nyata bagaimana kasus rencana pembuatan jembatan
yang menghubungkan pulau sumatera dan jawa tidak jelas kapan waktu riel
akan dilaksanakan. Termasuk mekanisme seperti apa pelaksanaan dari
jembatan tersebut jika dilaksanakan hingga selesai. Karena para pebisnis yang
selama ini mengantungkan hidup dari bisnis penyeberangan antar sumatera dan
jawa ini tidak bisa mengambil keputusan tegas.

Sebuah kasus yang dianggap terus terjadi di Indonesia saat ini dalam dunia
bisnis adalah kebijakan subsidi pada beberapa lembaga profit, seperti PLN,
Pertamina, dan lain sebagainya. Perusahaan seperti itu adalah sering mendapat
subsidi dari pemerintah, dan setiap tahun mereka melaporkan perolehan
keuntungan. Namun yang menjadi pertanyaan mengapa uang yang sudah di
subsidi tersebut tidak dikembalikan kepada negara jika mereka memperoleh
keuntungan. Akan tetapi perolehan uang keuntungan tersebut dibagi-bagi
kepada para komisaris dan bonus para pihak manajemen. Seharusnya jika
pelaporan lembaga bumn tersebut adalah mampu memberikan profit pada akhir
tahun, maka artinya kebijakan subsidi diubah menjadi pemberian pinjaman
saja, dan diwajibkan bagi mereka mengembalikan pinjaman tersebut. Seperti
kasus subsidi bbm yang diberikan setiap tahun. Jika subsidi tersebut dicabut
dan dialihkan kepada mereka yang lebih berhak maka artinya pertamina akan
menjadi perusahaan bisnis yang lebih mandiri dan berkompetisi.

Nilai kompetisi juga akan terlihat dengan kemampuannya mermanajemen


berbagai eksplorasi migas di tanah air tanpa harus menyerahkannya kepada
pihak asing. Sehingga pertanyaan semenjak dahulu jika orang-orang Indonesia
tidak memiliki kemampuan manajemen migas mulai dari perencanaan,
eksplorasi, pengapalan, pemasaran, keuangan, dan lain sebagainya bisa
terbantahkan. Namun sekarang 85% lebih perusahaan migas yang beroperasi di
Indonesia berasal dari negara lain. Kasus ini sudah sering diberitakan dan
dibahas dimana-mana bahkan banyak terjadi demonstrasi atas dasar masalah
ini.

19
Salah satu gesekan instabilitas politik pada dunia bisnis dapat dilihat
pengaruhnya di financial market (pasar keuangan). Financial market ada 2
(dua) yaitu capital market (pasar modal) dan money market (pasar uang). Kedua
bentuk pasar ini langsung dan tidak langsung saling berkaitan, terutama
tercermin dari pergerakan grafik. Pasar modal berada di bawah menteri
keuangan dan pasar uang berada di bawah gubernur bank Indonesia.

Pasar modal sering dipakai oleh pihak perusahaan sebagai sarana untuk
menjual saham dan obligasi. Saham dan obligasi merupakan commercial paper
(surat berharga) yang dijual kepada publik. Public yang berminat untuk
membeli saham dan obligasi tersebut akan menila kondisi internal dan eksternal
perusahaan, seperti apakah saham dar obligasi yang dibeli tersebut memiliki
nilai profitable atau tidak. Artinya memiliki prospek atau tidak. Salah satu point
dalam pemberian nila profitable suatu saham dan obligasi adalah pada kondisi
stabilitas politik negara yang bersangkutan. Jika kondisi demonstrasi sering
terjadi keributan di parlemen, pertikaian partai politik, pembunuhan tokoh-
tokoh politik, penjarahan, moral hazard, dan lainnya sering terjadi. Serta
pemerintah yang berkuasa tidak mampu menanganinya dengan baik atau
dengan kata lain dianggap lemah.

Maka kondisi ini bisa berpengaruh pada nilai saham dan obligasi di pasar
modal. Yaitu minat public terjadi penurunan, bahkan bisa saja melepas
sebagian atau seluruh saham yang dimilikinya tersebút. Kondisi ini juga sama
terjadi di pasar uang, yaitu bisa menyebabkan nilai mata uang negarai tersebut
akan mengalami penurunan. Seperti jika di konversikan dengan mata uang
dollar amerika serikat. Mengapa harus dikonversikan dengan mata uang dollar
amerika serikat, karena sampai sejauh ini mata uang atau moneter amerika
serikat dianggap memiliki tingkat kestabilan yang tinggi. Dimana beberapa
negara lain juga telah menempatkan dalam setiap transaksi pembayaran bisnis
luar negeri dibayar dengan dollar amerika serikat.

20
G. Solusi yang dapat diterapkan dalam mengantisipasi jika timbulnya risiko
politik

Dalam rangka mengatasi timbulnya dampak risiko politik yang akan


mempengaruhi aktivitas bisnis suatu perusahaan, maka ada beberapa solusi
yang bersifat umum yang dapat diterapkan oleh para manajer perusahaan, yaitu:

a. Manajer perusahaan harus selalu mengamati perkembangan dan keamanan


yang berlangsung di suatu negara, termasuk kondisi politik luar negeri.
Untuk mendukung pemahaman politik secara lebih komprehensif ada
baiknya sekali waktu mengundang pakar politik ekonomi dari luar guna
memberikan pandangan dan masukan kepada manajemen perusahaan,
sehingga pengambilan keputusan menjadi lebih hati-hati dan sistematis.

b. Jika kondisi stabilitas politik yang terjadi di suatu negara diperkirakan


cenderung akan memanas seperti menjelang general election (pemilu)
maka sebaiknya pihak manajer perusahaan melakukan langkah antisipasi.
Seperti dengan memiliki cadangan yang mencukupi. Cadangan tersebut
bisa berbentuk finansial atau bahan baku bahan setengah jadi, dan bahan
jadi. Ini penting dilakukan sebagai langkah antisipasi pada saat terjadi hal-
hal yang bersifat tidak diinginkan.

c. Kepemilikan cadangan (reserve) dan hedging harus selalu diperhatikan. Ini


dilakukan untuk selalu membuat perusahaan berada dalam keyakinan.

d. Menghindari penambahan penjualan pada saat kondisi perpolitikan


diperkirakan akan memanas. Termasuk jika akan mengarah pada kondisi
terjadinya demonstrasi besar-besaran, kudeta militer, dan lain sebagainya.
Seperti kasus kerusuhan politik pada bulan mei 1998 juga pada saat thaksin
shinawarta digulingkan dari jabatannya sebagai perdana menteri di
thailand.

e. Pihak manajemen perusahaan yang melakukan kaji ulang yang mendalam


jika keputusan ekspansi dilakukan pada kawasan atau daerah yang

21
memiliki tingkat konfik yang tinggi. Ekspansi perusahaan mencakup
berbagai jenis seperti pendirian kantor cabang pemasaran, penjualan
produk baru, pembuatan sumur migas yang baru, dan lain sebagainya. Jika
terjadi konflik maka memungkinkan kasus pembakaran kantor pemasaran
bisa terjadi. Termasuk perusahaan harus menyediakan biaya khusus
keamanan (The Special Cost Of Security) tambahan guna mengamankan
aset-aset perusahaan.

H. Studi Kasus
1. Contoh Kasus 1
PT Mahesa Ratu Group adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam
bidang pertambangan dan energi. Dimana salah satu anak perusahaan yaitu
pt intra jaya energi bergerak dalam bidang eksplorasi migas di kawasan
sumatera. Aktivitas bisnis PT Intra Jaya energi semakin berkembang dari
waktu ke waktu, namun pada akhir tahun 2010 pihak manajer bagian
produksi mendapatkan informasi dari teknisi di lapangan bahwa perusahaan
akan mengalami kehabisan cadangan migas. Salah satu solusi yang bersifat
konstruktif adalah perusahaan harus menemukan cadangan migas yang
baru.
Salah satu kawasan yang dincar oleh pihak manajemen pt intra jaya
energi adalah KTI (Kawasan Timur Indonesia) yaitu Irian Jaya. Hasil survey
yang dilakukan dengan mempergunakan satelit diprediksi bahwa ada
beberapa titik kawasan lepas pantai (Offshore) di Irian Jaya yang memiliki
migas. Namun kualitas serta kapasitas riil tidak dapat dipastikan dengan
pasti disebabkan survey hanya dilakukan dalam bentuk satelit, sehingga
mengharuskan pihak perusahaan menerjunkan tim teknisi khusus untuk
mensurvei kondisi di beberapa titik yang dimaksud.

Hasil survey menunjukkan bahwa memang benar jika di sana


ditemukan dua buah titik yang memiliki kandungan migas yang mencukupi
untuk masa eksplorasi 25 tahun. Namun ada kajian lain yang harus
dipertimbangkan oleh pihak manajemen perusahaan yaitu kajian non teknis

22
atau sosial, politik, serta budaya. Masyarakat di kawasan eksplorasi minyak
menginginkan agar mereka ikut merasakan dampak positif dari pengerjaan
eksplorasi tersebut, yaitu semenjak awal hingga berlangsungnya kegiatan.
Artinya mereka menginginkan dilibatkan secara nyata sebagai pekerja dan
juga karyawan di tempat tersebut. Bagi pihak perusahaan persoalan yang
paling utama adalah skill mereka masih sangat rendah sementara bisnis
migas bersifat padat modal artinya keahlian menjadi faktor dominan untuk
bisa bekerja di sana, sementara untuk buruh kebutuhannya adalah bersifat
temporer yaitu selama masa eksplorasi. Ketika masa operasional
berlangsung kebutuhan buruh menjadi sedikit, dan jika dibutuhkan hanya
sedikit saja. Jika pihak perusahaan melakukan perekrutan dengan mendidik
dan memberi pelatihan secara intensif, maka semua itu akan memakan biaya
dan waktu yang lama. Sementara tenaga siap pakai dengan kualifikasi yang
diinginkan dapat disediakan, yaitu melalui proses perekrutan yan bersifat
nasional. Salah satu rendahnya mutu tenaga ahli di irian jaya karena masih
jauhnya standar pendidikan seperti yang diharapkan.

Di sisi lain partai politik yang berkuasa di sana juga menginginkan agar
pihak manajemen PT Intra Jaya Energi mengalokasikan dana CSR
(Corporate Social Responsibility) yang maksimal kepada masyarakat
sekitar. Seperti beasiswa, pembangunan rumah sakit, jalan, jembatan, pasar,
dan lain sebagainya. Sementara pihak manajemen perusahaan dalam
memutuskan setiap keputusan tidak bisa sepihak begitu saja, mereka adalah
subsidiaries company (anak perusahaan) dari pt mahesa ratu group yang saat
ini bermasalah dari segi keuangan. Salah satu masalah yang dihadapi dalam
bidang hutang terutama hutang dalam foreign currency.

Berdasarkan kasus ini berikan kajian anda jika semua itu dilihat dari
perspektif risiko politik. Apa dampak politis yang akan terjadi jika semua
itu diterapkan tidak seperti maunya masyarakat di sana. Dan apa solusi yang
harus dilakukan oleh pihak manajemen pt intra jaya energy dalam
menghadapi masalah ini.

23
2. Contoh kasus 2
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa 2019 merupakan tahun terpanas yang
sarat dengan risiko politik, isu bertebaran dimana-mana, hoaks yang nyaris
setiap hari mewarnai sosial media dan pemberitaan, dan penuh dengan
situasi krisis, ketegangan bahkan bisa lebih fatal dari itu.
Lihat saja, tahun 2019 diawali dengan isu hoaks tentang 70 juta surat
suara yang diangkut 7 kontainer yang katanya sudah dicoblos, telah menyita
perhatian dan energi bangsa ini meresponsnya, bahkan polisi berhari-hari
membongkar hoaks ini serta menangkap para pelaku yang masih terus
diproses.
Bahkan isu tentang rencana pemerintah dalam membebaskan terpidana
kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir (ABB) menuai polemik yang sangat
intens, dan sangat mungkin akan dibatalkan oleh pemerintah mengingat
panasnya isu ini karena dikaitkan dengan pemilu Presiden dan Wakil
Presiden 2019.
Situasi yang dihadapi menjadi sangat berisiko dalam berabagi bidang,
baik ekonomi secara umum, usaha dan berbagai bisnis yang dijalankan akan
sangat hati hati dengan ketegangan politik yang akan terjadi. Siapapun harus
mampu membaca dan mengantisipasi dinamika yang terjadi.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Risiko politik adalah risiko yang timbul akibat dari instabilitas politik yang
terjadi di suatu negara sehingga telah memberi pengaruh kepada setiap
organisasi yang berorientasi profit dan nonprofit.

Mengklasifikasikan risiko politik- risiko makro yang mempengaruhi semua


perusahaan dalam suatu negara-Risiko Micro terjadi dalam proyek-tindakan
spesifik yang mempengaruhi individu, biasanya perusahaan milik asing.

a) MICRO RISK adalah risiko yang timbul dari dalam perusahaan antara
lain terdapat Goal Conflict yaitu perselisihan antar manajer anak perusahaan
tentang pencapaian target perusahaan, dan terdapat tindakan Corruption
(Korupsi didalam perusahaan)

b) MACRO RISK adalah risiko yang timbul diluar perusahaan ada tiga
bentuk risiko makro bagi perusahaan 1) Expropriation (pengambil-alihan
perusahaan perusahaan asing pada Negara tertentu, contohnya Pabrik-pabrik
gula yang dibangun pengusaha Belanda di masa penjajahan, lalu oleh
Pemerintah Indonesia di Nasionalisasi/ diambil alih pemerintah); 2) Ethnic
Strife yaitu situasi Negara yang sering terjadi Demo Buruh (pemogokan kerja
secara nasional) adanya kerusuhan; 3) Terrorist, akibat tindakan terrorist
banyak perusahaan mengalami kerugian.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/7207769/COUNTRY_RISK_ANALYSIS

https://www.dw.com/id/10-risiko-politik-paling-besar-tahun-2016/g-18965456

26

Anda mungkin juga menyukai