Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PASCAPANEN DAN PENGEMASAN

ACARA IV
PENGEMASAN

Penanggungjawab :
Fika Puspita (A1M012001)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produk hortikultura Indonesia sangat beragam mulai dari yang banyak


dijual dipasaran tradisional sampai buah-buahan yang jarang sekali ditemukan
dipasaran. Banyak produk yang masih segar ataupun yang sudah diolah di ekspor
keluar negeri, tetapi ditolak dengan alasan salah satunya adalah penurunan
kualitas yang dikirim sehingga dapat menyebabkan permintaan pasar berkurang.
Pada dasarnya produk segar atau olahan pangan mudah mengalami
kerusakan .Untuk menghambat proses tersebut perlu adanya teknik dimana dalam
mengurangi proses terjadinya laju transpirasi. Cara yang paling efektif untuk
menurunkan laju respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk namun
demikian beberapa cara tambahan dari cara pendinginan tersebut dapat
meningkatkan efektifitas penurunan laju respirasi. Cara tambahan selain
menurunkan suhu dilakukan pengemasan.
Dalam industri pangan pengemasan merupakan salah satu cara untuk
membantu melindungi bahan pangan dari kerusakan, melindungi bahan yang ada
di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan
getaran mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran.
Pengemasan menjadi hal yang sangat penting karena akan memudahkan
dalam kegiatan transportasi dan penyimpanan. Teknologi pengemasan dan
pemilihan jenis bahan pengemas dirancang sedemikian rupa sehingga bahan
pangan dapat terhindar dari serangan serangga maupun mikrobia. Selain itu juga
dapat menghasilkan produk pangan yang memiliki daya simpan yang relatif lebih
lama dengan kandungan nilai nutrisi yang relatif masih baik. Pengemasan juga
dapat meningkatkan nilai tambah bahan yang dikemas seperti bahan atau produk
menjadi lebih menarik dan harga jualnya lebih tinggi.
Pada dunia pemasaran persaingan merupakan hal yang lumrah dan wajar.
Maka dari itu berbagai usaha dilakukan dalam upaya memenangkan persaingan
ini. Salah satu diantaranya adalah membuat desain kemasan produk yang menarik
sehingga dapat mengundang konsumen untuk membeli produk yang dipasarkan.
Desain kemasan belum begitu populer, karena pemahaman tentang
manfaatnya belum dirasakan. Disamping itu untuk usaha-usaha mikro dan idustri
kecil rumahan, kemasan masih dipandang hanya sebagai pembungkus semata
bukan sebagai media pemikat konsumen. Demikian juga kemasan masih dianggap
penyebab ongkos produksi tinggi.
Keberhasilan pemasaran suatu barang, tidak hanya ditentukan oleh mutu
barang serta usaha promosi yang dilakukan, tetapi juga dalam upaya yang sama
oleh mutu dan penampilan kemasan itu sendiri.

B. Tujuan
1. Membandingkan bahan dan bentuk kemasan yang disediakan dalam
memenuhi fungsi dan syarat-syarat kemasan dengan baik.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengemasan

Pengemasan merupakan salah satu cara dalam memberikan kondisi yang


tepat bagi bahan pangan untuk menunda proses kimia dalam jangka waktu yang
diinginkan (Buckle et al., 1987). Kerusakan yang disebabkan oleh lingkungan
dapat dikontrol dengan pengemasan. Kerusakan ini antara lain absorbsi uap air
dan gas, interaksi dengan oksigen dan kehilangan serta penambahan citarasa yang
tidak diinginkan. Kerusakan yang bersifat alamiah dari produk tidak dapat
dicegah dengan pengemasan, kerusakan ini antara lain adalah kerusakan secara
kimiawi (Jenie dan Fardiaz, 1989). Menurut Muchtadi (2000), kerusakan kimiawi
antara lain disebabkan karena perubahan yang berkaitan dengan reaksi enzim,
rekasi hidrolisis dan reaksi pencoklatan non enzimatis yang menyebabkan
perubahan penampakan.
Pengemasan adalah suatu cara atau suatu perlakuan pengamanan terhadap
bahan atau produk agar bahan dan produk tersebut baik yang belum maupun yang
sudah mengalami pengolahan sampai ke tangan konsumen dengan selamat. Di
dalam pelaksanaan pengemasan terjadi gabungan antara seni, ilmu dan teknologi
penyiapan bahan, untuk pengangkutan dan penjualan, karena pengemasan harus
mampu melindungi bahan yang akan dijual dan menjual bahan yang dilindungi.
Menurut Wills et al. (1981) kemasan yang memenuhi syarat untuk
pengemasan bahan pangan adalah yang mempunyai sifat :
1. Kuat untuk melindungi bahan selama penyimpanan, transportasi dan
penumpukan,
2. Tidak bereaksi dengan bahan yang dikemas,
3. Bentuk sesuai dengan cara penanganan dan pemasarannya,
4. Sifat permeabilitas film kemasan sesuai dengan laju kegiatan respirasi
bahan yang dikemas dan biaya kemasman sesuai dengan bahan yang
dikemas.
Pengemasan memiliki peranan penting dalam memeprttahankan mutu
suatu bahan dan proses pengemasan telah dianggap sebagai bagian integral dari
proses produksi.

B. Fungsi Pengemasan
Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan
memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Pada
umumnya pengemasan berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil
pengolahan atau hasil industri ada dalam bentuk-bentuk yang memudahkan
penyimpanan, pengangkutan dan distribusi ke masyarakat pembeli. Fungsi
pengemasan yang lainnya adalah :
a. Melindungi bahan terhadap kontaminasi dari luar, baik dari
mikroorganisme maupun kotoran-kotoran serta gigitan serangga dan
binatang pengerat.
b. Menghindarkan terjadinya penurunan atau peningkatan kadar air bahan
yang dikemas. Jadi bahan yang dikemas tersebut tidak boleh berkurang
kadar airnya karena merembes ke luar atau bertambah kadar airnya
karena menyerap uap air dari atmosfer.
c. Menghindarkan terjadinya penurunan kadar lemak bahan yang
dikemasnya seperti pada pengemasan mentega digunakan pengemas
yang tidak bisa ditembus lemak.
d. Mencegah masuknya bau dan gas-gas yang tidak diinginkan dan
mencegah keluarnya bau dan gas-gas yang diinginkan.
e. Melindungi bahan yang dikemas terhadap pengaruh sinar. Hal ini
terutama ditujukan untuk bahan pangan yang tidak tahan terhadap sinar
seperti minyak dikemas dalam pengemas yang tidak tembus sinar.
f. Melindungi bahan dari bahaya pencemaran dan gangguan fisik seperti :
gesekan, benturan dan getaran.
g. Membantu konsumen untuk dapat melihat produk yang diinginkan.
Misalnya dengan digunakan pengemas yang transparan (tembus
pandang).
C. Jenis-Jenis Kemasan
Bahan kemasan secara umum dibagi menjadi 2 macam, yaitu kemasan
produk pangan dan kemasan produk non pangan. Kemasan produk pangan
umumnya menuntut jaminan keamanan lebih daripada kemasan produk non
pangan. Beberapa jenis kemasan yang sering digunakan sebagai pembungkus
produk pangan (Azriani, Y. 2006) adalah sebagai berikut:
1. Kemasan plastik, biasanya digunakan sebagai kemasan primer, sekunder
dan perkembanganya relatif stabil,
2. Kemasan kertas, karton, biasa digunakan sebagai kemasan primer dan
sekunder, perkembangan dari kemasan keton juga relatif stabil,
3. Kemasan fleksibel, digunakan sebagai kemasan primer dan
perkembangannya meningkat pesat,
4. Kemasan gelas, digunakan sebagai kemasan primer, perkembangan dari
kemasan gelas ini relatif stabil,
5. Kemasan logam, digunakan sebagai kemasna primer dan sekunder,
perkembangannya relatif menurun dengan pesat,
6. Kemasan karung dan kayu, digunakan sebagai kemasan primer dan
sekunder, perkembangan kemasannya relatif stabil
III. METODE PRAKTIKUM

1. Alat dan Bahan

Alat :
- kertas
- pensil
- penggaris
- kamera
Bahan:
- Produk nata de coco

2. Cara Kerja
Membandingkan bahan dan bentuk kemasan serta mengamati atau
mengidentifikasi kemasan antara lain :
a. Nama produk
b. Foto kemasan
c. Jenis kemasan
d. Komposisi produk
e. Identifikasi kemasan (mudah rusak/tidak)
f. Syarat-syarat kesehatan (BPOM dan Halal)
g. Kemudahan dalam pemanfaatan (mudah dibuka atau tidak)
h. Mudah terkontaminasi atau tidak
i. Kemudahan transportasi (mudah dibawa)
j. Ukuran dan berat (panjang, lebar, tinggi, diameter)
k. Tanggal kadaluarsa
l. Kesesuaian produk dengan kemasan
Produk yang akan diamati kemasannya di persiapkan

diamati nama produk, foto produk, jenis kemasan, komposisi, mudah


rusak atau tidaknya kemasan, syarat-syarat kesehatan, kemudahan dibuka
atau ditutup, kemudahan terkena kontaminasi, kemudahan dibawa,
ukuran dan berat, tanggal kedaluwarsa, kesesuaian produk dengan
kemasan

data ditulis kedalam logbook dan dibandingkan


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Produk Vitamin Orange You C 1000 (Kelompok 1)


a. Nama Produk : Kara Nata de Coco
b. Foto Produk

c. Jenis Kemasan : Pengemas plastik


d. Komposisi Produk
 Nata De Coco
 Air
 Gula
 Perisa Coco Pandan
 Pengawet natrium benzoat
 Pengatur keasaman asam sitrat
e. Mudah/tidak Rusak Kemasan
Kemasan mudah rusak, karena kemasan plastik rentan terhadap
panas dan menyebabkan nilai gizi bisa menurun, permukaan kemasan
bisa pudar dan produk bisa menggembung
f. Syarat Kesehatan
Terdapat label halal MUI dan label BPOM RI MD 226310014525
g. Kemudahan Membuka dan Menutup Kemasan
Kemasan mudah dibuka tetapi susah ditutup.
h. Mudah/tidaknya Produk Terkontaminasi
Produk mudah terkontaminasi, karena kemasan plastik ii
transparan, sehingga jika terkena sinar matahari produk dapat
mengalami oksidasi
i. Kemudahan Dibawa
Kemasan mudah dibawa, karena kemasan kecil, mudah
digenggam, dan praktis.
j. Ukuran dan Berat
 Panjang : 18 cm
 Lebar : 11 cm
 Berat : 360 gram
k. Ada/tidaknya Tanggal Kadaluarsa
Ada, yaitu 7 Februari 2016
l. Kesesuaian Produk dengan Kemasan
Kemasan kurang sesuai karena Nata De Coco yang dikemas
dengan plastik rentan terhadap sinar matahari yang menyebabkan
nilai gizi menurun, sebaiknya dikemas dengan kemasan logam.
2. Produk minuman ABC sari kedelai (Kelompok 2)
a. Nama Produk : ABC minuman sari kedelai
b. Foto Produk

c. Jenis Kemasan : Pengtetra pack


d. Komposisi Produk
 Air
 Gula
 Kedelai 7 %
 Daun pandan
 Pemantap nabati
 Garam
 Perisa artifisial susu
e. Mudah/tidak Rusak Kemasan
Kemasan tidak mudah rusak, karena pengemas masih terlihat
bagus selama masihi tertutup rapat, kerapatan kemasan bagus,
sehingga tidak mudah bocor
f. Syarat Kesehatan
BPOM RI MD 450509236002
Bersertifikat halal MUI
g. Kemudahan Membuka dan Menutup Kemasan
Kemasan mudah dibuka karena pada kemasan terdapat aluminium
foil untuk digunakan sebagai tempat penusukan sedotan agar mudah
untuk dikonsumsi
h. Mudah/tidaknya Produk Terkontaminasi
Produk tidak mudah terkontaminasi, karena kemasan masih
tertutup rapat dan kerapatan pada kemasan bagus
i. Kemudahan Dibawa
Kemasan mudah dibawa, karena kemasan memilikiukuran yang
tidak terlalu besar dan mudah digenggam.
j. Ukuran dan Berat
 Netto : 200 ml
 Panjang : 13,5 cm
 Lebar : 10 cm
 Diagonal : 16,5 cm
k. Ada/tidaknya Tanggal Kadaluarsa
Best before 061015
l. Kesesuaian Produk dengan Kemasan
Kemasan sesuai dengan produk, karena kerapatan pada kemasan
bagus sesuai dengan isi yang bersifat cair, kemasan tetra pack cocok
dengan produk cair yang berupa susu. Kemasan juga dapat mengikuti
dari bentuk produk, serta bentuk kemasan sesuai untuk produk yang
siap konsumsi.
3. Produk minuman kopiko 78 0 C (Kelompok 3)
a. Nama Produk : kopiko 78 0 C
b. Foto Produk

c. Jenis Kemasan : Plastik, polietilen (PE)


d. Komposisi Produk
 Air
 Gula
 Ekstrak kopi
 Susu bubuk
 Lemak susu
 Penstabil
 Pengemulsi
 Perisa kopi susu
e. Mudah/tidak Rusak Kemasan
Kemasan tidak mudah rusak, karena pengemas plastik tebal.
f. Syarat Kesehatan
BPOM RI MD 268810004
Bersertifikat halal MUI
g. Kemudahan Membuka dan Menutup Kemasan
Kemasan mudah dibuka karena pada kemasan terdapat penutup
untuk membuka dan menutup
h. Mudah/tidaknya Produk Terkontaminasi
Produk tidak mudah terkontaminasi, karena kemasan pada saat
belum dibuka, tertutup rapat, dan disegel, sehingga produk tidak
mudah terkontaminasi
i. Kemudahan Dibawa
Kemasan mudah dibawa, karena kemasan ringan dan tidak
memakan tempat.
j. Ukuran dan Berat
 Panjang : 16,5 cm
 Diameter bawah : 5 cm
 Diameter atas : 2,8 cm
 Berat : 250 ml
k. Ada/tidaknya Tanggal Kadaluarsa
Ada, 3 September 2015
l. Kesesuaian Produk dengan Kemasan
Sesuai, karena sifat dari kemasan plastik ini resisten terhadap air
4. Produk minuman Yes1 FRUITY (Kelompok 5)
a. Nama Produk : Yes1 FRUITY
b. Foto Produk

c. Jenis Kemasan : HDPE (High Density Polietilen)


d. Komposisi Produk
 Air
 Susu segar
 Sukrosa
 Susu bubuk skim
 Bubuk whey
 Mineral (kalsium laktat besi piroposfat)
 Penstabil nabati
 Pengatur keasaman
 Pengemulsi
 Perisa identik
 Perisa apel
 Vitamin A, D, B1, B2, B3, B12
e. Mudah/tidak Rusak Kemasan
Kemasan tidak mudah rusak, karena bahan pengemas tebal dan
cukup kuat..
f. Syarat Kesehatan
BPOM RI MD 200909121031
Bersertifikat halal MUI
g. Kemudahan Membuka dan Menutup Kemasan
Kemasan mudah dibuka karenapenutup kemasannya ujungnya
dibuat bergerigi sehingga tidak licin ketika dibuka, dan menggunakan
aluminium foil tipis agar mudah ditusuk menggunakan sedotan untuk
langsung di konsumsi. Namun tidak mudah ditutup, karena hanya satu
kali pakai.
h. Mudah/tidaknya Produk Terkontaminasi
Produk tidak mudah terkontaminasi, karena pengemas membuat
produk tertutup rapat.
i. Kemudahan Dibawa
Kemasan mudah dibawa, karena kemasan unik ada pegangan
tangannya sehingga mudah dibawa kemana mana.
j. Ukuran dan Berat
 Tinggi : 9 cm
 Diameter : 3,5 cm
 Berat : 90 ml
k. Ada/tidaknya Tanggal Kadaluarsa
Ada, April 2015
l. Kesesuaian Produk dengan Kemasan
Sesuai, karena terdapat gambar sapiyang menunjukkan bahwa produk
itu produk susu, warna kemasan yang berwarna hijau pun sesuai
dengan rasanya yaitu apel.
5. Produk Vitamin Orange You C 1000 (Kelompok 6)
a. Nama Produk : Vitamin Orange You C 1000
b. Foto Produk

c. Jenis Kemasan : Pengemas gelas


d. Komposisi Produk
 Gula
 Fruktosa
 Sari buah kurang dari 10% yang berasal dari jus buah orange
segar
 Vitamin (C, E (dari kedelai), niacin), orange flavor, pengatur
keasaman, beta karoten, dan air sampai dengan 140 ml.
e. Mudah/tidak Rusak Kemasan
Kemasan tidak mudah rusak, karena pengemas gelas memiliki
kerapatan tinggi, tetapi jika ada perbedaan tekanan dan suhu yang
terlallu ekstrim antara di luar dan di dalam kemasan, maka kemasan
mudah rusak atau pecah. Selain itu, jika kemasan mengalami gesekan,
bantuan, dan getaran yang kuat maka kemasan akan rusak.
f. Syarat Kesehatan
Terdapat syarat kesehatan dalam kemasan berupa suplemen
makanan No. POM SL 061 600 251
g. Kemudahan Membuka dan Menutup Kemasan
Kemasan mudah dibuka dan ditutup, karena terdapat tutup botol
yang dilengkapi dengan segel pembuka dan penutup.
h. Mudah/tidaknya Produk Terkontaminasi
Produk tidak mudah terkontaminasi, karena kemasan gelas
memiliki kerapatan tinggi sehingga kontaminan tidak mudah masuk
ke dalam kemasan. Selain itu, kemasan gelas terlibat langsung dalam
proses sterilisasi. Namun, kemasan produk ini transparan sehingga
cahaya mudah mengoksidasi zat gizi yang ada dalam produk,
terutama vitamin C.
i. Kemudahan Dibawa
Kemasan mudah dibawa, karena kemasan kecil, mudah
digenggam, dan praktis.
j. Ukuran dan Berat
 Tinggi : 12,5 cm
 Diameter botol : 4,5 cm
 Diameter tutup : 2,5 cm
 Berat : 140 ml
k. Ada/tidaknya Tanggal Kadaluarsa
Terdapat tanggal kadaluarsa pada tutup botol, yaitu 12 Juli 2015
pukul 20.54 WIB. Adanya tanggal kadaluarsa pada tutup botol dapat
mencegah terjadinya pemalsuan produk.
l. Kesesuaian Produk dengan Kemasan
Kemasan sesuai dengan produk, tetapi belum optimal dalam
memanfaatkan kandungan gizi pada produk (terutama vitamin C yang
mudah teroksidasi oleh sinar matahari). Hal ini dikarenakan kemasan
pada produk transparan, sehingga mudah terkena paparan sinar
matahari.
B. PEMBAHASAN

Perbandingan jenis kemasan produk minuman :


Pada praktikum acara keempat dilakukan pengamatan produk dengan
berbagai kemasan, diantaranya botol plastik, kemasan plastik, botol kaca.
Perbandingan tiap kemasan terhadap produknya, baik kelebihan maupun
kekurangannya akan dibahas pada penjelasan dibawah ini.
a. Tetra pack

Tetra pack dalam praktikum ini merupakan kemasan dari produk sari
kedelai ABC. Pada produk dalam bentuk cair (minuman), kemasan tetra pack
dapat digunakan sebagai kemasannya. Produk dengan kemasan tetra pack
tidak mudah rusak, karena tetrapack mengalami proses sterilisasi dan
merupakan kemasan aseptik. Kemasan ini tidak mudah rusak karena bahan
kemasan berlapis-lapis, resisten terhadap minyak dan air, tahan panas dan
dingin.Selain itu, kemasan tetra pack untuk teh kotak dan ultra milk juga
mudah dibuka karena bahan pembuka kemasan terbuat ari alumunium yang
mudah untuk ditusuk
Kemasan minuman sari kedelai dengan tetra pack termasuk kemasan
yang simple, karena ukurannya yang mini sehingga mudah dibawa dan
digenggam, tidak memerlukan banyak tempat dalam membawanya. Kemasan
minuman sari kedelai degan menggunakan tetra pack sudah sesuai dimana
produk merupakan produk cair/minuman, sehingga dengan kemasan seperti itu
sudah cukup sesuai. Kemasan terbuat dari lapisan kertas karton, alumunium
foil dan plastik yang tidak hanya anti bocor.Bahan kemasan bisa melindungi isi
kemasan dari ancaman bakteri, selain itu kemasan dapat mempertahankan rasa,
warna, tekstur dan kandungan nutrisi alami.
Tetra pack merupakan kemasan retort pouch karena tetra pack terdiri
dari kombinasi aluminium foil dengan bahan kemasan lain yaitu karton lipat.
Retort pouch memiliki keunggulan dan persyaratan, yakni retort pouch harus
mempunyai daya simpan yang tinggi, teknik penutupan mudah, tidak mudah
sobek bila tertusuk dan tahan terhadap suhu sterilisasi yang tinggi. Sehingga
karena terdiri dari dua lapisan, produk minuman yang dikemas dengan tetra
pack lebih tahan terhadap zat-zat kimia yang dapat bermigrasi kedalam produk.
Menurut Hariyadi Purwiyatno (2010), bahwa kemasan tetrta pack memiliki 6
lapisan, dilihat dari luar lapisan pertama terdiri dari polietilen untuk
melindungi dari kelembaban luar, lapisan kedua kertas meemberi stabilitas dan
kekuatan, lapisan ketiga polietilen sebagai lapisan perekat, lapisan keempat
aluminium foil untuk melindungi dari oksigen, rasa, aroma dan cahaya, lapisan
kelima adhesive polymer sebagai lapisan perekat, lapisan terakhir polietilen
lagi sebagai sealing.
b. Botol plastik

Botol plastik ini merupakan kemasan dari susu yes! dan kopiko 78oC.
Untuk botol plastik susu yes! menggunakan jenis plastik PE-HD sedangkan
untuk botol kopiko 78oC menggunakan jenis plastic PET (Polyetilene
Trephtalete).
Bahan pengemas plastik yang digunakan pada produk Kopiko 78oC
temasuk kedalam jenis pengemas plastik PolietilenTreptalat (PET). Jenis
kemasan ini tdak mudah rusak karena bentuknya yang keras, tahan benturan,
transparan, permeabiltas terhadap gas dan cairan tinggi. Selain itu kemasan ini
juga praktis karena mudah dibawa dengan ukurannya yang kecil, praktis,
ringan sehingga mudah dibawa kemanapun. Kemasan ini juga mudah dibuka
karena tutup botol mudah diputar. Produk didalamnya tidak mudah
terkontaminasi karena kemasan botol tertutup rapat. Sehingga susuai untuk
mengemas produk ini karena produk minuman cocok dengan kemasannya
yaitu PET (plastik) transparan sehingga memberikan kemudahan dalam
mengidentifikasi produk, pemberian informasi produk jelas dan lengkap dan
sekali pakai.
Produk susu yes! dikemas dengan botol plastik berbahan dasar botol
plastik (PEHD / Polyetilene High density). Kemasan ini tidak mudah rusak
karena botol plastik yang digunakan dari jenis PEHD yang memiliki sifat yang
lebih keras, kurang transparan, lebih kuat, tahan terhadap suhu tinggi, dan
mencegah rekasi kimia antara kemasan plastik selain itu juga tahan benturan
dan tutupnya terbuat dari alumunium yang diproses sehingga alumunium
menempel / melekat dengan baik pada kemasan botol. Botol ini praktis dalam
penggunaanya karena mudah dibuka, dengan tutup kemasan yang terbuat dari
alumunium foil sehingga mudah ditusuk dan ditembus oleh sedotan.Selain itu
juga mudah dibawa karena ukuran kemasan tidak terlalu besar dan kemasan
tidak mudah tumpah. Produk susu yang ada didalamnya tidak mudah rusak
karena kemasan tertutup rapat dan terbuat dari plastik yang kuat dehingga
dapat melindungi produk dari kontaminasi Sehingga kemasan ini sesuai dengan
produknya, karena susu dimasukkan dalam keadaan panas dan bahan kemasan
tahan terhadap panas dan tidak bereaksi dengan produk.
Botol plastik yang dibiasanya terbuat dari PET (Polyethilen
Treptalat). Salah satu sifat PET adalah tembus pandang (transparan), bersih
dan jernih, tidak tahan terhadap asam kuat, fenol, benzil alkohol, tahan
terhadap pelarut organik seperti asam-asam organik dari buah-buahan,
sehingga dapat digunakan untuk mengemas minuman sari buah,
permeabilitasnya terhadap uap air dan gas rendah, kuat dan tidak mudah
sobek. (Syarief et al, 1989). Sehingga botol plastik yang terbuat dari PET
tidak tahan terhadap bahan-bahan kimia, karena kemungkinan bahan kimia
tersebut dapat bermigrasi ke dalam produk minuman yang dikemas dengan
menggunakan botol plastik.
Jenis plastik yang luas penggunaannya adalah PE (polietilen) dan
polipropilen (PP). Menurut Sunaryo (1989) plastik polietilen memiliki
ketahanan terhadap asam, basa, alkohol, deterjen dan bahan-bahan kimia lain
serta dapat digunakan untuk penyimpanan beku sampai suhu -50oC. Syarief et
al (1989) menyatakan bahwa berdasarkan densitasnya plastik polietilen dapat
dibedakan antara lain menjadi (LDPE) Low Density Polyetilen dan (HDPE)
High Density Polyetilen.
c. Plastik kaku

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap produk Kara


minuman nata de coco rasa cocopandan . jenis kemasan yang digunakan
merupakan plastik yang kaku. Plastik yang digunakan adalah jenis plastik
kode 7 terdiri atas 4 jenis bahan yaitu Styrene acrilonitrile (SAN),
Acrilonitrile Butadine Styrene (ABS), Polycarbonate (PC) dan Nylon.
Kemasanjenis ini memiliki tingkat resistensi yang tinggi terhadap reaksi
kimia dan suhu. Kekuatan kaku serta tingkat kekakuannya tinggi
Kemasan dengan produk sudah sesuai, karena produk merupakan
bahan cair dan kemasan bersifat kuat dan kaku juga tebal dan memiliki
permeabilitas yang rendah terhadap uap air dan udara, hanya saja perlu
dilengkapi dengan penutup atau media yang dapat melindungi produk apabila
kemasan sudah dibuka. Sebaiknya pula kemasan tidak transparan karena akan
memicu terjadinya oksidasi yang akan mengakibatkan ransiditas.Jika dalam
keadaan dikemas rapat produk tidak mudah terkontaminasi karena kemasan
yang tebal dan sulit tembus udara dan cair (permeabilitas rendah). Tetapi jika
kemasan sudah dibuka, produk menjadi mudah terkontaminasi karena
kemasan tidak dapat ditutup kembali.
Kemasan ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu produk tidak
mudah dibawa karena ukuran kemasan tidak terlalu besar dan tidak banyak
memerlukan tempat. Selain itu kemasan kurang mudah dibuka karena
memerlukan alat bantu seperti gunting, krena kemasannya bersifat kaku dan
tebal. Kemasan tidak dapat kembali karena tidak dilengkapi penutup seperti
klip.
d. Botol kaca

Bahan gelas terbuat dari 10% tanah lempung, 15% soda abu dan pasir
silika sekitar 75%, kadangkadang digunakan pula sedikit tambahan
aluminium oksida, kalium oksida, magnesium oksida dan dicairkan pada suhu
1540 oC. Pembentukan menjadi berbagai bentuk wadah dari gelas ini
dilakukan pada saat adonan masih dalam kondisi semi padat, sehingga
memudahkan pembentukan sesuai dengan keinginan (Griffin et al, 1985).
Wadah atau bahan pengemas dari bahan gelas umumnya digunakan
untuk mengemas bahan cair seperti parfum, bahan kosmetik (pelembab dan
pembersih wajah), pickle (asinan), jam (selai), jelly dan lain-lain. Saat ini juga
banyakdigunakan untuk mengemas produk-produk padat untuk hiasan
ruangan, contoh beberapa macam biji-bijian dikemas dalam satu botol gelas
yang sama, biasanya produk ini untuk hiasan atau ornament penataan meja
makan. Pengemasan bahan/produk dengan menggunakan bahan gelas,
memiliki beberapa keuntungan, yaitu: bersifat inert terhadap bahan kimia,
jernih/transparan, tahan terhadap tekanan dari dalam, tahan panas dan relatif
murah harganya. (Dwiari, et al, 2008)
Menurut Asvita, A et al, (2011) menyatakan bahwa kelebihan botol
kaca dari botol plastik ialah kedap udara, gas, bau, dan mikroorganisme, inert
dan tidak dapat bereaksi atau bermigrasi ke dalam bahan pangan, dapat didaur
ulang, dapat ditutup setelah dibuka, rigid (kaku), kuat dan dapat ditumpuk
tanpa mengalami kerusakan, tahan terhadap suhu tinggi. Sedangkan
kekurangannya ialah berat, biaya transportasi mahal, resisten terhadap pecah
dan mempunyai thermal shock yang rendah, dimensinya bervariasi,
berpotensi menimbulkan bahaya yaitu dari pecahan kaca.
Produk yang dikemas dengan kemasan botol kaca adalah YOU C1000
Vitamin orange. Dalam prktikum ini diidentifikasin produk ini dengan
kemasan botolnya. Kemasan ini mudah dibuka karena tutup botol berbahan
dasar kerat dan tidak mudah rusak, bisa dibuka dan ditutup kembali.Kemasan
ini juga mudah dibawa karena kemasannya yang kecil dan praktis.Akan tetapi
jenis kemasan botol kaca ini mudah pecah karena terbuat dari bahan kaca.
Sehingga sangat rentan dalam proses distribusinya. Untuk itu perlu
penggunaan kemasan tersier dalam melindungi produk selama distribusi.
Produk yang ada didalamnya tidak mudah rusak pengemas berbahan
dasar kaca yang cukup tebal dari kemasan hermetis.Kemasan ini sesuai untuk
produknya karena kemasan kaca dapat mencegah masuknya O2 yang dapat
merusak vitamin C melalui reaksi oksidasi. Akan tetapi kandungan vitamin C
yang tinggi pada produk, menyebabkan produk lebih rentan terhadap cahaya
matahari karena vitamin C akan mudah teroksidasi dan rusak apabila terpapar
cahaya sinar matahari langsung serta suhu tinggi. Salah satu cara
mengatasinya adalah dengan menyimpannya disimpan pada suhu rendah
seperti di refrigerator agar produk tidak mudah rusak dan tetap aman ketika
dikonsumsi, selain itu juga disimpan pada tempat yang tidak terkena sinar
matahari secara langsung.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum yang telah kami lakukan,


terhadap produk - produk minuman kara nata de coco, ABC sari kedelai, kopiko
78 C, yes! Fruity, you C 1000 orange, dengan jenis kemasan yang berbeda - beda
yaitu tetra pack, botol plastik, botol kaca, dan plastik kaku diketahui bahwa setiap
jenis kemasan memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

B. Saran
Sebaiknya praktikum pengamatan kemasan ini juga tersedia yang bagus
dan sudah rusak untuk perbandingan terhadap produk sendiri, atau didiamkan
beberapa hari sesuai kemasan agar mengetahui rentan atau tidaknya kemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Astiva, A et al, 2011. Botol Kaca VS Botol Plastik. Materi Presentasi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Buckle KA, RA Edward , GH Fleet, M Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Terjemahan:


Hari Purnomo dan Adiono. UI Press, Jakarta

Dwiari, S.R., Asadayanti, D.D, Nurhayati, Sofoyaningsih, M, Yudhiarti, S, dan


Yoga, I. 2008.Teknologi Pangan Jilid 2. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta

Hariyadi, P. 2010. Sterilisasi UHT dan Pengemasan Aseptik. Institut Pertanian


Bogor. Bogor

Sacharow, S., and R.C. Griffin. 1978. Food Packaging. AVI Publ. Inc., Westport.

Sunaryo, E.S. 1989. Mengenal Dunia Plastik Film. Media Teknologi Pangan 2
(1). PATPI. Indonesia.

Syarief, R. S. Santausa dan S. Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.


Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Terimakasih kunjungannya, selamat berproses, selamat belajar


tidak semua dari laporan ini benar, sudah pasti banyak kesalahan dan
kekurangan.
Fika Puspita / fikapuspita.blogspot.com / fika_puspita

Anda mungkin juga menyukai