Anda di halaman 1dari 15

Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.

2/September/2015

TERAPI BERMAIN CLAY TERHADAP KECEMASAN PADA ANAK


USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) YANG MENJALANI
HOSPITALISASI DI RSUD BANJARBARU
Nor Ella Dayani1, Lia Yulia Budiarti2, Dhian Ririn Lestari3
1
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
2
Bagian Mikrobiologi dan Parasitologi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
3
Bagian Keperawatan Jiwa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat

Email korespondensi: elladayani53@gmail.com

ABSTRAK
Hospitalisasi adalah suatu keadaan yang menyebabkan seseorang harus tinggal dirumah sakit untuk
mendapatkan perawatan dan pengobatan. Salah satu intervensi keperawatan anak untuk membantu
mengurangi kecemasan anak prasekolah selama menjalani hospitalisasi adalah terapi bermain seperti
clay. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain clay terhadap kecemasan
pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani hospitalisasi di RSUD Banjarbaru. Penelitian
ini bersifat quasi eksperimental dengan rancangan penelitian pretest-posttest non equivalent control
group design. Pengambilan sampel sebanyak 26 anak usia prasekolah yang terbagi atas 13 anak
kelompok kontrol dan 13 anak kelompok eksperimen dengan menggunakan teknik accidental
sampling. Kecemasan anak diukur menggunakan Preschool Anxiety Scale-Revised (2010).
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengukur kecemasan sebelum dan kecemasan sesudah pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil analisis statistik menggunakan uji t independent
didapatkan nilai p-value 0,000<α 0,05 yang berarti terdapat pengaruh terapi bermain clay terhadap
penurunan kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani hospitalisasi di RSUD
Banjarbaru.

Kata-kata kunci: anak prasekolah, clay, hospitalisasi, kecemasan.

ABSTRACT
Hospitalization is a condition that causes a person should stay in the hospital for treatment and
medication. One of the possible nursing interventions for the children to reduce their anxiety during
hospitalization is through play therapy such as clay play. The purpose of this study was to find out the
effectiveness of clay therapy on the anxiety in preschool children (3-6 years) during hospitalization in
Banjarbaru Public Hospital. This study was quasi experimental with a pretest-posttest non equivalent
control group design. The accidental sampling technique was used in this study to select the samples
of 26 preschool children. The samples were divided into two groups, an experimental group and a
control group, each of which consisted of 13 children. Child’s anxiety was measured using the
Preschool Anxiety Scale Revised (2010). The data were collected through measuring pre and post
anxiety on both groups. The statistical results using t-independent test showed that p-value was
0.000<α 0.05, indicating that there were the effectiveness of clay therapy on reducing anxiety in
preschool children (3-6 years) during hospitalization in Banjarbaru Public Hospital.

Keywords: preschool children, clay, hospitalization, anxiety.

1
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

PENDAHULUAN pada bagian tubuhnya. Semua prosedur


atau tindakan keperawatan baik yang
Hospitalisasi adalah suatu keadaan menimbulkan nyeri maupun tidak dapat
yang menyebabkan seorang anak harus menyebabkan kecemasan anak prasekolah
tinggal di rumah sakit untuk menjadi pasien (5). Hal ini disebabkan karena keterbatasan
dan menjalani berbagai perawatan seperti pemahaman anak mengenai tubuh (5).
pemeriksaan kesehatan, prosedur operasi, Reaksi anak usia prasekolah yang
pembedahan, dan pemasangan infus sampai menunjukkan kecemasan seperti anak,
anak pulang kembali ke rumah (1). Respon menolak makan, menangis diam-diam
anak terhadap hospitalisasi dipengaruhi karena kepergian orang tua mereka, sering
oleh tahapan usia perkembangan, bertanya tentang keadaan dirinya,
pengalaman sebelumnya terhadap sakit, mengalami sulit tidur, tidak kooperatif
mekanisme pertahanan diri yang dimiliki, terhadap petugas kesehatan saat dilakukan
dan sistem dukungan yang tersedia (2). tindakan keperawatan (1).
Permasalahan yang muncul terkait respon Perasaan cemas merupakan dampak
anak terhadap terhadap hospitalisasi adalah dari hospitalisasi yang dialami oleh anak
banyak anak menolak saat menjalani karena menghadapi stressor (hal yang
perawatan dirumah sakit karena harus dapat menimbulkan stress) yang ada
menyesuaikan diri dengan lingkungan dilingkungan rumah sakit (12). Dampak
rumah sakit yang asing, apalagi menjalani dari kecemasan pada anak yang menjalani
rawat inap dalam jangka waktu yang lama perawatan, apabila tidak segera ditangani
(3,4). Peralatan medis yang terlihat bersih akan membuat anak melakukan penolakan
dan prosedur medis dianggap anak terhadap tindakan perawatan dan
menyakitkan dan membahayakan karena pengobatan yang diberikan sehingga akan
dapat melukai bagian tubuhnya (5). Hal berpengaruh terhadap lamanya hari rawat
inilah yang dapat menimbulkan terjadinya anak dan dapat memperberat kondisi
kecemasan anak (6). Prevalensi kecemasan penyakit yang diderita anak (10). Untuk
anak saat menjalani hospitalisasi mencapai mengurangi dampak akibat hospitalisasi
75% (7,8). yang dialami anak selama menjalani
Kecemasan merupakan kondisi perawatan, diperlukan suatu media yang
emosional yang tidak menyenangkan yang dapat mengungkapkan rasa cemasnya (12).
ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif Salah satunya adalah terapi bermain (12).
atau perasaan yang tidak diketahui jelas Terapi bermain adalah suatu kegiatan
sebabnya atau sumbernya seperti bermain yang dilakukan untuk membantu
ketegangan, ketakutan, dan kekhawatiran dalam proses penyembuhan anak dan
(9). Respon anak terhadap kecemasan sarana dalam melanjutkan pertumbuhan
bervariasi, dipengaruhi oleh berbagai faktor dan perkembangan anak secara optimal
seperti usia perkembangan anak, jenis (13). Tujuan bermain bagi anak adalah
kelamin, lama perawatan, dan pengalaman menghilangkan rasa nyeri ataupun sakit
sebelumnya terhadap sakit (10). Anak usia yang dirasakannya dengan cara
prasekolah biasanya mengalami separation mengalihkan perhatian anak pada
anxiety atau kecemasan perpisahan karena permainan sehingga anak akan lupa
anak harus berpisah dengan lingkungan terhadap perasaan cemas maupun takut
yang dirasakannya aman, nyaman, penuh yang dialami, selama anak menjalani
kasih sayang, dan menyenangkan seperti perawatan dirumah sakit (12). Dengan
lingkungan rumah, permainan, dan teman terapi bermain, diharapkan kecemasan anak
sepermainannya (11). segera menurun, sehingga dapat
Kecemasan terbesar pada anak usia menjadikan anak lebih bekerjasama pada
prasekolah selama menjalani hospitalisasi petugas kesehatan (14).
adalah kecemasan terjadinya perlukaan

2
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

Permainan yang cocok diterapkan tua pergi, anak memegang erat orang tua
untuk anak usia prasekolah salah satunya saat dilakukan tindakan pemasangan infus
adalah permainan membentuk (konstruksi) dan 4 anak mengalami kecemasan sedang
seperti clay (15). Clay adalah sejenis bahan ditandai dengan anak susah tidur selama
yang menyerupai lilin lembut dan mudah dirawat dirumah sakit, dan anak takut
dibentuk (16). Terapi bermain dengan kepada petugas kesehatan yang berpakaian
menggunakan jenis clay seperti playdough putih. Hasil wawancara peneliti dengan
cocok diberikan pada anak yang sedang kepala ruangan anak RSUD Banjarbaru
menjalani perawatan, karena tidak didapatkan bahwa belum ada program
membutuhkan energi yang besar untuk terapi bermain yang khusus dilakukan oleh
bermain. Permainan ini juga dapat petugas kesehatan di RSUD Banjarbaru
dilakukan di atas tempat tidur anak, dalam menangani kecemasan anak selama
sehingga tidak mengganggu dalam proses menjalani perawatan. Terapi bermain hanya
pemulihan kesehatan anak (17). Hasil dilakukan oleh mahasiswa keperawatan
penelitian terdahulu oleh Rahmani dan yang melakukan praktik atau dinas dirumah
Moheb (2010) tentang terapi clay dalam sakit dan belum pernah dilakukan
menangani kecemasan pada anak usia penelitian tentang terapi bermain
prasekolah menunjukkan bahwa ada menggunakan clay di RSUD Banjarbaru.
perbedaan kecemasan antara kelompok Tujuan dari penelitian ini adalah
kontrol dengan kelompok perlakuan setelah menganalisis pengaruh terapi bermain clay
diberikan terapi bermain Clay (18). terhadap kecemasan pada anak usia
Hasil survei UNICEF tahun 2012, prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani
prevalensi anak yang menjalani perawatan hospitalisasi di RSUD Banjarbaru.
di rumah sakit sekitar 84% (19). Hasil
survei Riset Kesehatan Dasar
METODE PENELITIAN
(RISKESDAS) tahun 2013 didapatkan data
rata-rata anak yang menjalani rawat inap di Penelitian ini adalah penelitian
rumah sakit di seluruh Indonesia adalah kuantitatif dengan desain penelitian Quasi
2,8% dari total jumlah anak 82.666 orang Eksperimental dengan rancangan Pretest-
(20). Berdasarkan data dari bagian rekam Posttest Non Equivalent Control Group
medik tahun 2013 di Rumah Sakit Umum Design dengan adanya kelompok kontrol.
Daerah (RSUD) Banjarbaru khususnya Penelitian ini dilakukan dengan cara
diruang rawat inap anak Merak didapatkan membandingkan hasil antara kelompok
data jumlah anak dirawat keseluruhan eksperimen dengan kelompok kontrol.
sebanyak 4548 anak, dengan rata-rata Kelompok eksperimen dilakukan
jumlah anak dirawat 379 orang tiap pengamatan awal (pretest) terlebih dahulu
bulannya. Jumlah anak usia prasekolah sebelum diberikan perlakuan, setelah
yang dirawat adalah 308 anak dengan rata- diberikan perlakuan lalu dilakukan
rata 25 anak perbulan. pengamatan akhir (posttest). Kelompok
Hasil studi pendahuluan yang kontrol diberikan pengamatan awal
dilakukan peneliti pada bulan Maret 2014, (pretest) dan akhir (posttest) tanpa
diruang rawat inap anak RSUD Banjarbaru diberikan perlakuan (21).
yaitu melakukan pengamatan dan penilaian Populasi dalam penelitian ini adalah
kecemasan anak dengan menggunakan seluruh pasien anak usia prasekolah (3-6
kuesioner Preschool Anxiety Scale (PAS) tahun) yang menjalani perawatan diruang
(Spence, Rapee, Mc Donald, et al 1999) rawat inap anak Merak RSUD Banjarbaru.
dari Meirany F (2011) kepada 7 anak usia Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
prasekolah (3-6 tahun) didapatkan hasil 3 26 responden yang terbagi dalam 2
anak mengalami kecemasan ringan ditandai kelompok yaitu 13 anak kelompok
dengan anak menangis saat ditinggal orang eksperimen dan 13 anak kelompok kontrol.

3
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

Teknik pengambilan sampel yang Menurut Lynn (1986) pengujian item


digunakan adalah accidental sampling yaitu kevalidan dari tiap instrumen menggunakan
cara pengambilan sampel yang dilakukan rumus Content Validity Index (CVI) yaitu
secara kebetulan bertemu atau bersedia jumlah expert yang memberikan nilai 3
sesuai dengan kriteria inklusi penelitian atau 4 pada tiap pertanyaan dibagi dengan
berdasarkan lama waktu penelitian selama total expert yang digunakan. Berdasarkan
2 bulan mulai dari bulan Agustus- hasil perhitungan menggunakan rumus CVI
September 2014. Kriteria inklusi penelitian didapatkan hasil untuk item valid
ini adalah anak bersedia menjadi responden berjumlah 20 pertanyaan.
penelitian, anak yang dirawat berusia 3-6 Uji validitas instrumen penelitian ini
tahun, lama hari perawatan antara 1-3 hari, juga dilakukan menggunakan program
anak yang mengalami hospitalisasi pertama aplikasi komputer dengan teknik korelasi
kali, anak dan orang tua dapat diajak Pearson Product Moment. Hasil uji
berkomunikasi secara verbal, anak tidak validitas ini menunjukkan nilai r hitung > r
menderita fraktur pada tangan, anak dalam tabel. Dimana r tabel untuk jumlah
keadaan sadar diri (compos mentis), orang responden 15 orang adalah 0,514.
tua mengijinkan anak mereka dijadikan Pengukuran reliabilitas instrumen
responden, orang tua anak bisa membaca penelitian ini menggunakan rumus
dan menulis, anak mau mengikuti kegiatan koefisien Alpha Cronbach. Hasil uji
terapi bermain dari awal sampai akhir. reliabilitas Alpha Cronbach diperoleh nilai
Alat dan bahan yang digunakan dalam r hitung sebesar 0,928 dimana nilai Alpha
penelitian ini adalah playdough berwarna- Cronbach>0,60 sehingga dapat dikatakan
warni, handsanitizer, tisu basah, tisu bahwa instrumen ini reliabel. Secara
kering, penggiling plastik, clipboard, buku keseluruhan 20 item pertanyaan pada
tentang cara membuat jenis-jenis mainan instrumen penelitian valid dan reliabel.
atau benda berbahan dasar dari playdough, Variabel bebas penelitian ini adalah terapi
gunting plastik, cetakan, dan penggaris. bermain clay. Variabel terikat penelitian ini
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kecemasan anak prasekolah.
ini adalah lembar kuesioner kecemasan Pengumpulan data dilakukan setelah
khusus untuk anak usia prasekolah yang mendapatkan izin penelitian dari Direktur
diadopsi dari Preschool Anxiety Scale- RSUD Banjarbaru. Kemudian informasi
Revised (2010) revisi dari Preschool mengenai jumlah pasien anak yang masuk
Anxiety Scale (Spence, Rapee, Mc Donald, dan menjalani perawatan di Ruang Rawat
et al 2001). Kuesioner Preschool Anxiety Inap Anak RSUD Banjarbaru diperoleh
Scale-Revised (2010) berjumlah 20 item dari buku catatan registrasi pasien anak.
pertanyaan. Peneliti memberikan penjelasan mengenai
Instrumen yang digunakan dalam proses penelitian, tujuan, manfaat dan
penelitian ini telah dilakukan uji validitas prosedur penelitian serta cara pengisian
dan reliabilitas pada 15 anak usia lembar profil responden dan lembar
prasekolah (3-6 tahun) di RSUD Ratu kuesioner kecemasan anak kepada orang
Zaleha Martapura yang memiliki tua calon responden. Apabila orang tua
karakteristik sama dengan sampel calon responden setuju anak mereka
penelitian. Uji validitas instrumen ini dijadikan responden penelitian, peneliti
menggunakan uji validitas isi (Content meminta orang tua anak untuk
Validity) yaitu pengujian terhadap isi menandatangani lembar informed consent.
instrumen melalui Expert Judgement yaitu Pada hari pertama sebelum diberikan
beberapa pakar dilapangan yang menguasai terapi bermain clay peneliti melakukan
topik penelitian untuk menilai seberapa pengambilan data kecemasan sebelum
jauh poin dan instrumen keseluruhan (pretest) yang diisi oleh orang tua
mewakili area isi yang telah ditetapkan. responden. Peneliti melakukan pendekatan

4
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

pada responden untuk diajak bermain Uji normalitas data menggunakan


bersama peneliti dengan bahasa yang Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas
mudah dipahami oleh responden. data menggunakan Test Levene. Data
Pelaksanaan terapi bermain clay dilakukan berdistribusi normal dan homogen karena
selama 20 menit ditempat tidur anak nilai signifikansi dari tiap variabel
sebanyak 2 kali pertemuan. Setelah penelitian > α=0,05. Uji statistik yang
kegiatan terapi bermain clay pada hari digunakan adalah uji statistik parametrik
kedua selesai, peneliti melakukan Paired t-test dan t independent dengan
pengambilan data kecemasan sesudah tingkat kepercayaan 95%. H0 ditolak jika
(posttest) yang diisi oleh orang tua nilai p-value < α=0,05 yang artinya terdapat
responden. Pada kelompok kontrol pengaruh terapi bermain clay terhadap
dilakukan penilaian kecemasan sebelum kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6
(pretest) pada hari pertama dan penilaian tahun) yang menjalani hospitalisasi di
kecemasan sesudah (posttest) pada hari RSUD Banjarbaru (22).
kedua tanpa diberikan terapi bermain clay.
Pengumpulan data pada penelitian ini
HASIL DAN PEMBAHASAN
dilaksanakan pada bulan Agustus-
September 2014 di ruang rawat inap anak
Karakteristik Responden
Merak RSUD Banjarbaru. Waktu
pengumpulan data yang dijadikan sampel Karakteristik responden pada
penelitian untuk kelompok eksperimen dan kelompok eksperimen dan kelompok
kelompok kontrol dibagi dalam dua tahap kontrol dalam penelitian ini meliputi usia,
yaitu: 1) bulan Agustus 2014 untuk jenis kelamin, lama rawat dan diagnosa
kelompok eksperimen; 2) bulan September penyakit dapat dilihat pada tabel 1, tabel 2,
2014 untuk kelompok kontrol. Penelitian tabel 3, dan tabel 4.
ini menggunakan data primer dan sekunder.
Data primer diperoleh dari hasil pengisian
Karakteristik responden berdasarkan
lembar kuesioner kecemasan Preschool
usia
Anxiety Scale-Revised (2010) oleh orang
tua responden. Data sekunder diperoleh Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase
dari buku catatan registrasi pasien anak Karakteristik Responden
masuk dan menjalani perawatan diruang Berdasarkan Usia
rawat inap Merak RSUD Banjarbaru. Data Variabel Kelompok Kelompok
yang diperoleh dan terkumpul kemudian Eksperimen Kontrol
dilakukan pengolahan data yang terdiri N % N %
dari: editing, tabulating, dan entry data Usia :
(21). 3 Tahun 4 30,8 5 38,5
Analisis data penelitian ini 4 Tahun 4 30,8 4 30,8
menggunakan analisis univariat dan 5 Tahun 3 23,0 2 15,4
bivariat. Analisis univariat digunakan untuk 6 Tahun 2 15,4 2 15,4
mengetahui distribusi frekuensi dan Jumlah 13 100 13 100
persentase dari karakteristik responden
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat
yang meliputi usia, jenis kelamin, lama
diketahui bahwa frekuensi dan persentasi
rawat dan diagnosa penyakit. Analisis
responden berdasarkan usia pada kelompok
bivariat digunakan untuk mengetahui
eksperimen dan kelompok kontrol
pengaruh terapi bermain clay terhadap
terbanyak adalah usia 3 tahun. Masa
kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6
prasekolah khususnya pada anak usia 3
tahun) yang menjalani hospitalisasi di
tahun, anak lebih rentan mengalami
RSUD Banjarbaru.
kecelakaan dan cedera. Cedera yang
dialami anak dapat berupa jatuh, aspirasi

5
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

dan luka bakar sehingga memungkinkan Berdasarkan tabel 2 di atas dapat


anak untuk menjalani perawatan di rumah diketahui bahwa frekuensi dan persentasi
sakit (23). Hal ini berhubungan dengan responden berdasarkan jenis kelamin pada
sistem imun anak yang akan terus kelompok eksperimen dan kelompok
berkembang seiring dengan bertambahnya kontrol terbanyak adalah berjenis kelamin
usia anak sehingga semakin muda usia anak laki-laki. Berdasarkan hasil pengukuran
akan lebih berisiko untuk mengalami kecemasan pada kelompok kontrol maupun
hositalisasi disebabkan oleh pertahanan kelompok eksperimen menggunakan
sistem imun anak yang masih berkembang kuesioner Preschool Anxiety Scale-Revised
sehingga rentan terhadap paparan penyakit (2010) didapatkan bahwa anak perempuan
(24). cenderung memiliki skor kecemasan yang
Berdasarkan hasil pengukuran lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki.
kecemasan pada kelompok kontrol maupun Hal ini sesuai dengan pernyataan Mahat
kelompok eksperimen menggunakan dan Scoloveno dalam tesis Apriliawati
kuesioner Preschool Anxiety Scale-Revised (2011) bahwa anak perempuan yang
(2010) didapatkan bahwa anak usia 3 tahun menjalani hospitalisasi akan memiliki
memiliki skor kecemasan yang lebih tinggi tingkat kecemasan yang lebih tinggi
dibandingkan anak yang berusia 6 tahun. dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini
Anak usia prasekolah mengalami kemungkinan karena pengaruh hormon
kecemasan akibat perpisahan selama estrogen yang apabila berinteraksi dengan
menjalani hospitalisasi karena kemampuan serotonin akan memicu timbulnya
kognitif yang masih terbatas untuk kecemasan (27).
memahami arti hospitalisasi (25).
Hal ini sejalan dengan pernyataan
Karakteristik responden berdasarkan
oleh Stuart&Laraia (2005) bahwa anak
lama rawat
yang usianya lebih muda mempunyai
penguasaan ego yang belum matang dan Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase
belum mampu menyelesaikan masalah Karakteristik Responden
sesuai realita, sehingga lebih mudah Berdasarkan Lama Rawat
mengalami kecemasan dibandingkan anak Variabel Kelompok Kelompok
yang berusia lebih tua (26). Pernyataan Eksperimen Kontrol
lainnya oleh Sacharin Rosa (1996) bahwa N % N %
semakin muda usia anak maka akan Lama Rawat :
semakin sulit bagi anak untuk dapat 1 Hari 5 38,5 5 38,5
menyesuaikan diri terhadap lingkungan 2 Hari 4 30,8 5 38,5
yang baru dikenalnya seperti pengalaman 3 Hari 4 30,8 3 23,0
dirawat di rumah sakit (25). Jumlah 13 100 13 100
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat
Karakteristik responden berdasarkan diketahui bahwa frekuensi dan persentasi
jenis kelamin responden berdasarkan lama rawat pada
kelompok eksperimen dan kelompok
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase kontrol terbanyak adalah dirawat selama 1-
Karakteristik Responden 2 hari. Berdasarkan hasil pengukuran
Berdasarkan Jenis Kelamin kecemasan pada kelompok kontrol maupun
Variabel Kelompok Kelompok kelompok eksperimen menggunakan
Eksperimen Kontrol kuesioner Preschool Anxiety Scale-Revised
N % N % (2010) didapatkan hasil bahwa anak yang
Jenis Kelamin : dirawat pada hari pertama atau hari kedua
Laki-Laki 8 61,5 7 53,8
cenderung memiliki skor kecemasan yang
Perempuan 5 38,5 6 46,2
lebih tinggi dibandingkan anak yang sudah
Jumlah 13 100 13 100

6
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

dirawat selama 3 hari. Myres (1980) dalam kedua, dan ketiga memasuki hari keempat
tesis Purwandari (2009) menyatakan bahwa atau hari kelima kecemasan yang dirasakan
kecemasan anak yang dirawat di rumah anak akan mulai berkurang (28).
sakit akan sangat terlihat pada hari pertama,

Karakteristik Responden Berdasarkan Diagnosa Penyakit

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Diagnosa Penyakit
Variabel Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N % N %
Diagnosa Penyakit :
Diare Akut 4 30,8 4 30,8
GEA 1 7,7 2 15,4
Faringitis Akut 2 15,4 1 7,7
ISPA 1 7,7 3 23,0
Vomitus 3 23,0 2 15,4
Febris 2 15,4 1 7,7
Jumlah 13 100 13 100

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dirawat dengan diagnosa penyakit infeksi


diketahui bahwa frekuensi dan persentasi akut, tidak ada anak yang dirawat dengan
responden berdasarkan diagnosa penyakit kasus bedah dan penyakit kronik yang
pada kelompok eksperimen dan kelompok membutuhkan waktu perawatan yang lebih
kontrol terbanyak adalah diagnosa penyakit lama.
diare akut. Rata-rata lama anak yang
dirawat berkisar antara 1-3 hari karena anak

Distribusi Kecemasan Sebelum dan Kecemasan Sesudah Diberikan Terapi Bermain


Clay pada Kelompok Eksperimen

Tabel 5. Distribusi Kecemasan Sebelum dan Kecemasan Sesudah Diberikan Terapi Bermain Clay
pada Kelompok Eksperimen
Variabel Eksperimen Mean SD 95% CI P value
Kecemasan Sebelum 40,53 11,94
Sesudah 35,23 13,02 3,70-6,91 0,000
Penurunan 5,30 2,65

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat seperti jarum suntik atau jarum infus. Pada
diketahui bahwa skor rata-rata kecemasan penelitian ini menunjukkan bahwa
responden sebelum diberikan terapi hospitalisasi dapat menyebabkan
bermain clay pada kelompok eksperimen kecemasan. Hal ini sesuai dengan
adalah 40,53 dengan standar deviasi 11,94. pernyataan Wong (2009) dan Ambarwati
Berdasarkan kuesioner Preschool Anxiety (2012) bahwa hospitalisasi yang dialami
Scale-Revised (2010) sebagian besar anak oleh pasien anak dapat menimbulkan
takut apabila berpisah dengan orang tuanya, berbagai pengalaman yang traumatik,
minta ditemani orang tua saat dilakukan penuh dengan kecemasan dan stress (2,29).
tindakan, takut berbicara atau bertemu Kecemasan yang ditunjukkan anak
dengan orang asing (perawat maupun prasekolah selama menjalani hospitalisasi
dokter) selama dirawat dirumah sakit, pada penelitian ini sebagian besar
gugup selama berada dilingkungan rumah disebabkan karena perpisahan dengan
sakit, dan takut pada peralatan medis lingkungan dan terjadinya perlukaan pada

7
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

bagian tubuh. Hasil ini sesuai dengan adalah anak menangis dan marah ketika
pendapat Marlow (1990) dalam jurnal didekati oleh peneliti. Ekspresi wajah yang
Ardiningsih (2006) bahwa kecemasan ditunjukkan anak adalah tegang saat
terbesar pada anak prasekolah selama melihat peneliti. Hal ini disebabkan karena
menjalani hospitalisasi adalah kecemasan anak belum mengenal peneliti dan baru
akibat terjadinya perlukaan pada bagian pertama kali bertemu peneliti, sehingga
tubuh dan kecemasan akibat perpisahan diperlukan bantuan orang tua untuk
(5,11). membina hubungan saling percaya dengan
Supartini (2004) menyatakan bahwa anak. Awalnya sulit untuk membina
reaksi kecemasan akibat perpisahan yang hubungan saling percaya antara anak dan
ditunjukkan anak usia prasekolah ialah peneliti. Tetapi berkat bantuan orang tua
dengan menolak makan, sering bertanya anak hubungan saling percaya antara anak
tentang keadaan dirinya, menangis diam- dan peneliti dapat terwujud yang
diam karena kepergian orang tua mereka, ditunjukkan anak mau untuk diajak
mengalami sulit tidur, dan tidak kooperatif berbicara dan bermain bersama peneliti.
terhadap petugas kesehatan (1). Menurut Pelaksanaan terapi bermain clay
Wong (2009) bahwa reaksi yang secara umum berjalan dengan lancar.
ditunjukkan anak karena adanya luka pada Meskipun pada pelaksanaaan terapi
tubuh dan rasa nyeri seperti anak menangis bermain hari pertama ada sebagian anak
bahkan sampai menyerang, baik secara yang memerlukan pendekatan yang lebih
verbal maupun secara fisik, seperti lama agar mau untuk diajak bermain.
menggigit, memukul, mencubit, dan Peneliti memperkenalkan diri kepada anak
menendang perawat (2). dan menyapa anak dengan nama panggilan
Dampak dari kecemasan yang yang disenangi anak. Terapi bermain
dialami anak usia prasekolah selama dilakukan peneliti bersama anak dengan
menjalani hospitalisasi apabila tidak segera melibatkan partisipasi orang tua atau
diatasi akan membuat anak melakukan keluarga dan dilakukan ditempat tidur anak.
penolakan terhadap tindakan perawatan dan Terapi bermain tidak dilakukan diruang
pengobatan yang diberikan sehingga akan bermain khusus karena kondisi anak tidak
berpengaruh terhadap lamanya hari rawat, memungkinkan untuk diajak ke ruang
dan proses kesembuhan anak (2,10). Oleh bermain dan terapi pengobatan
sebab itu, diperlukan upaya dalam mengharuskan anak untuk banyak
mengatasi memburuknya kecemasan pada beristirahat. Hal ini sesuai dengan prinsip
anak selama menjalani hospitalisasi dengan bermain dirumah sakit yaitu tidak boleh
memberikan intervensi yang sesuai dengan bertentangan dengan terapi dan melibatkan
tumbuh kembang anak (15). partisipasi orang tua atau keluarga (15).
Salah satu intervensi keperawatan Saat anak mulai kooperatif, tidak
anak yang dapat dilakukan perawat untuk rewel barulah peneliti melaksanakan proses
mengurangi kecemasan anak selama terapi bermain clay bersama anak.
menjalani hospitalisasi adalah program Kemudian peneliti membagikan clay jenis
terapi bermain dengan memperhatikan playdough, buku tentang cara membuat
prinsip bermain dirumah sakit (15,30). bentuk dari playdough, dan alat-alat yang
Terapi bermain merupakan salah satu digunakan untuk membuat suatu bentuk
intervensi yang efektif yang berfungsi tertentu seperti cetakan kepada anak. Saat
untuk menangani atau mengurangi pelaksanaan terapi bermain clay pada hari
kecemasan anak selama menjalani pertama untuk membuat bentuk tertentu
hospitalisasi (31). misalnya hewan dibantu oleh peneliti,
Awal pelaksanaan proses terapi tetapi untuk pelaksanaan hari kedua anak
bermain clay hari pertama, respon yang sudah bisa membuat sendiri suatu bentuk
ditunjukkan oleh sebagian besar anak tertentu dari playdough sesuai yang

8
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

diinginkan anak dengan menggunakan sesudah diberikan terapi bermain clay


cetakan dan alat-alat lain tanpa dibantu sebesar 5,30 dengan standar deviasi 2,65
peneliti. Saat melakukan proses terapi dengan derajat kepercayaan 95% berada
bermain clay pada hari pertama maupun dalam rentang 3,70 sampai 6,91. Hasil
hari kedua sebagian besar anak analisis data menggunakan uji t dependent
menunjukkan respon yang baik seperti anak (paired t test) didapatkan nilai p-value
terlihat antusias, senang dan menikmati 0,000 dan nilai signifikansi (α) sebesar
terhadap permainan yang disediakan oleh 0,05. Hasil ini mendapatkan nilai p-value
peneliti. 0,00<α 0,05 yang berarti Ho ditolak. Pada
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Setelah diberikan terapi bermain clay terdapat perbedaan kecemasan sebelum dan
pada kelompok eksperimen didapatkan skor kecemasan sesudah diberikan terapi
rata-rata kecemasan adalah 35,23 dengan bermain clay pada kelompok eksperimen
Standar deviasi 13,02. Hasil penelitian ini pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang
menunjukkan bahwa terdapat penurunan menjalani hospitalisasi di RSUD
skor rata-rata kecemasan sebelum dan Banjarbaru.

Distribusi Kecemasan Sebelum dan Kecemasan Sesudah Tanpa Diberikan Terapi


Bermain Clay pada Kelompok Kontrol

Tabel 6. Distribusi Kecemasan Sebelum dan Kecemasan Sesudah Tanpa Diberikan Terapi Bermain
Clay pada Kelompok Kontrol
Variabel Kontrol Mean SD 95% CI P value

Sebelum 44,23 13,64 0,41


Kecemasan Sesudah 43,69 13,96 -0,84-1,92
Penurunan 0,53 2,29

Berdasarkan tabel 6 di atas dapat orang memiliki kemampuan untuk


diketahui bahwa skor rata-rata kecemasan beradaptasi dan adaptasi ini memerlukan
responden sebelum pada kelompok kontrol waktu yang sangat tergantung pada kondisi
adalah 44,23 dengan standar deviasi 13,64. anak untuk dapat menyesuaikan dengan
Hasil pengukuran skor rata-rata kecemasan situasi lingkungan yang baru. Penurunan
responden sesudah tanpa diberikan terapi kecemasan tersebut mungkin juga
bermain clay pada kelompok kontrol adalah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
43,69 dengan standar deviasi 13,96. Hasil lain usia, jenis kelamin, lama rawat dan
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengalaman dirawat sebelumnya (29).
sedikit penurunan skor rata-rata kecemasan Hasil analisis data menggunakan uji t
sebelum dan kecemasan sesudah tanpa dependent (paired t test) didapatkan nilai p-
diberikan terapi bermain clay pada value 0,41 dan nilai signifikansi (α) sebesar
kelompok kontrol sebesar 0,53 dengan 0,05. Hasil ini mendapatkan nilai p-value
standar deviasi 2,29 dengan derajat 0,41>α 0,05 yang berarti Ho diterima. Pada
kepercayaan 95% berada dalam rentang - penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
0,84 sampai 1,92. tidak terdapat perbedaan yang bermakna
Hal ini kemungkinan disebabkan antara kecemasan sebelum dan kecemasan
karena ada sebagian anak mulai mampu sesudah tanpa diberikan terapi bermain clay
beradaptasi dengan lingkungan rumah pada kelompok kontrol pada anak usia
sakit. Hal ini sesuai dengan teori Roy prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani
(1991) yang menyatakan bahwa setiap hospitalisasi di RSUD Banjarbaru.

9
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

Pengaruh Terapi Bermain Clay Terhadap Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah (3-6
Tahun) yang Menjalani Hospitalisasi di RSUD Banjarbaru

Tabel 7. Analisis Pengaruh Terapi Bermain Clay Terhadap Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah
(3-6 Tahun) yang Menjalani Hospitalisasi di RSUD Banjarbaru
Variabel Kelompok Mean SD 95% Cl Pvalue
Difference
Kecemasan Eksperimen 5,30 2,65 2,75-6,77 0,000
Kontrol 0,53 2,29
Selisih 4,76

Berdasarkan hasil analisis data tabel 7 perawat (1). Permainan pada anak di rumah
di atas dapat diketahui bahwa penurunan sakit tidak hanya memberikan rasa senang
skor rata-rata kecemasan pada kelompok dan mengurangi rasa cemas pada anak,
eksperimen adalah 5,30 dengan standar tetapi juga akan membantu anak
deviasi 2,65. Sedangkan penurunan skor mengekspresikan perasaan dan pikiran
rata-rata kecemasan pada kelompok kontrol takut, sedih, tegang dan nyeri yang
adalah 0,53 dengan standar deviasi 2,29. dirasakan anak (1).
Perbedaan selisih skor rata-rata kecemasan Permainan yang bersifat terapeutik
antara kelompok eksperimen dengan (berfungsi sebagai penyembuh) dapat
kelompok kontrol adalah 4,76 dengan meningkatkan kemampuan anak untuk
derajat kepercayaan 95% berada dalam mempunyai tingkah laku yang positif (2).
rentang 2,75 sampai 6,77. Hasil analisis Peneliti beranggapan bahwa permainan
data menggunakan uji t independent yang memiliki nilai terapeutik didasari oleh
didapatkan nilai p-value 0,000 dan nilai pandangan bahwa bermain bagi anak
signifikansi (α) sebesar 0,05. Hasil ini merupakan aktifitas yang sehat dan
mendapatkan nilai p-value 0,000<α 0,05 diperlukan untuk kelangsungan tumbuh
yang berarti Ho ditolak. Penelitian ini kembang anak (12). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan didukung oleh penelitian Baggerly (2004)
pengaruh terapi bermain clay terhadap bahwa terapi bermain bermanfaat dalam
kecemasan antara kelompok eksperimen menurunkan kecemasan anak (32). Hasil
dan kelompok kontrol pada anak usia penelitian ini sejalan dengan teori dari
prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani Rekawati Nursalam (2013) bahwa bermain
hospitalisasi di RSUD Banjarbaru. dapat mengurangi tekanan atau stres dari
Hasil penelitian ini menunjukkan lingkungan. Dengan bermain anak dapat
bahwa terapi bermain clay mempunyai mengekspresikan emosi dan ketidakpuasan
pengaruh terhadap penurunan kecemasan akan sesuatu serta rasa takutnya yang tidak
pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang dapat diekspresikan di dunia nyata (15).
menjalani hospitalisasi di RSUD Beberapa referensi penelitian yang
Banjarbaru karena dengan dengan mendukung hasil penelitian ini adalah
melakukan permainan anak dapat penelitian yang dilakukan oleh Joseph dan
mengalihkan perhatian terhadap rasa sakit Ambika (2011) tentang studi untuk menilai
yang dialami pada permainannya (distraksi) efektivitas terapi clay pada gejala
dan relaksasi melalui kesenangannya kecemasan anak prasekolah di sekolah
melakukan permainan selama menjalani khusus bahwa terdapat perbedaan gejala
hospitalisasi (2). kecemasan antara kelompok eksperimen
Menurut Supartini (2004) pengaruh dengan kelompok kontrol setelah diberikan
terapi bermain pada anak yang dirawat terapi clay, hasil ini menunjukkan bahwa
dirumah sakit bagi perkembangan anak terapi clay efektif dapat menurunkan gejala
adalah dapat meningkatkan hubungan kecemasan pada anak prasekolah (33).
antara klien (anak dan keluarga) dan Penelitian yang dilakukan oleh Zaynaliyan,

2
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

Javani dan Abedi (2014) yang meneliti orang tua selama pemberian terapi bermain
tentang pengaruh terapi cat dan terapi clay berpengaruh terhadap reaksi anak selama
terhadap gangguan kecemasan pemisahan dilakukan tindakan medis (5).
pada anak prasekolah bahwa terdapat Keberhasilan terapi bermain dalam
perbedaan kecemasan antara kelompok menurunkan kecemasan anak prasekolah
eksperimen dan kelompok kontrol setelah selama menjalani hospitalisasi selain
diberikan terapi cat dan terapi clay, hasil ini dipengaruhi oleh alat dan jenis permainan
menunjukkan bahwa terapi cat dan terapi yang cocok dan sesuai dengan tahap
clay efektif dapat mengurangi gangguan tumbuh kembang anak, mungkin juga
kecemasan pemisahan pada anak dipengaruhi oleh jenis warna dari
prasekolah (34). playdough itu sendiri. Hal ini terlihat dari
Menurut Tedjasaputra (2005) sebagian besar responden lebih memilih
bermain dapat dikatakan sebagai terapi bagi dan menyukai warna hijau dalam membuat
anak karena selama proses bermain suatu bentuk tertentu yang berbahan dasar
perilaku seorang anak akan tampil lebih dari playdough. Warna hijau dapat
bebas yaitu anak mengeluarkan segala memberikan efek psikologis dalam
bentuk ekspresi yang ada pada dirinya dan mengatasi masalah emosional yang dialami
melupakan masalah yang terjadi pada anak seperti saat anak stress, cemas, emosi,
dirinya (35). Menurut Carmichael (2006) dan rasa takut selama anak menjalani
Reddy, Files-Hall dan CE Schaefer (2005) perawatan dirumah sakit (37). Warna hijau
dalam Association For Play Theraphy dianggap memiliki kekuatan untuk
dimana bermain sebagai terapi dapat menyembuhkan dan kemampuan untuk
diterapkan sebagai pengobatan pilihan menenangkan (37).
dalam kesehatan mental, sekolah, lembaga, Bermain clay termasuk dalam jenis
perkembangan, dan rumah sakit. Pemberian bermain aktif. Jenis clay seperti playdough
terapi bermain membantu anak untuk dipilih selain berfungsi sebagai terapi bagi
menjadi lebih bertanggung jawab atas anak juga bermanfaat dalam meningkatkan
perilaku yang dilakukannya, kemampuan motorik halus anak,
mengembangkan solusi yang baru dan mengembangkan kemampuan imajinasi,
kreatif untuk masalah yang dihadapi, dan kreativitas anak (38), karena anak usia
belajar untuk mengekspresikan emosi (36). prasekolah mengalami perkembangan
Keberhasilan pemberian terapi motorik kasar dan halus dengan cepat serta
bermain dalam menurunkan kecemasan dapat mengenalkan anak tentang warna (2).
anak prasekolah selama menjalani Hal tersebut sesuai dengan yang
hospitalisasi dipengaruhi oleh alat dan jenis dikemukakan oleh Rekawati Nursalam
permainan yang cocok dan sesuai dengan (2013) salah satu permainan yang cocok
tahap tumbuh kembang anak, sehingga yang dapat diterapkan untuk anak
apabila sesuai dengan tumbuh kembang prasekolah adalah permainan yang dapat
anak maka akan membuat anak tertarik merangsang perkembangan motorik halus
terhadap permainan yang disediakan (12). anak dan permainan yang bersifat
Rasa tertarik anak terhadap permainan yang membangun sebuah konstruksi
diberikan akan menimbulkan rasa senang (construction play) seperti membuat suatu
selama dirawat di rumah sakit (12). Rasa bentuk tertentu dari adonan/tanah liat/lilin
senang inilah yang dapat mengalihkan mainan (15). Oleh karena itu, peneliti
perasaan takut, sedih, tegang dan nyeri memilih jenis terapi bermain clay seperti
yang dirasakan anak sehingga dapat playdough, karena cocok diberikan pada
menurunkan kecemasan anak (12). Hal ini anak prasekolah.
sesuai dengan pendapat Alfiyanti (2007) Penurunan skor kecemasan terbanyak
yang menyatakan metode bermain yang pada kelompok intervensi setelah diberikan
sesuai, pendekatan perawat dan dukungan terapi bermain clay berada pada rentang

11
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

usia 5-6 tahun. Hal ini berarti clay lebih laki-laki. Karakteristik responden
berpengaruh pada anak yang berusia 5-6 berdasarkan lama rawat pada
tahun. Hal ini sejalan dengan pendapat kelompok eksperimen dan kelompok
yang dikemukakan Rekawati, Nursalam kontrol adalah sama yaitu antara 1-3
2013 permainan yang dapat merangsang hari. Karakteristik responden
perkembangan motorik halus anak seperti berdasarkan diagnosa penyakit pada
membuat berbagai bentuk dari kelompok eksperimen dan kelompok
adonan/tanah liat/lilin mainan lebih cocok kontrol terbanyak adalah diare akut.
diterapkan pada anak prasekolah usia 5-6 2. Terdapat perbedaan kecemasan
tahun (15). sebelum dan kecemasan sesudah
Keterbatasan penelitian ini adalah diberikan terapi bermain clay pada
anak yang dirawat tidak dapat secara kelompok eksperimen.
langsung dijadikan sampel penelitian 3. Tidak terdapat perbedaan kecemasan
karena beberapa anak memiliki kondisi sebelum dan kecemasan sesudah
yang kurang memungkinkan untuk tanpa diberikan terapi bermain clay
melakukan terapi bermain clay seperti anak pada kelompok kontrol.
terlihat lelah dan sangat lemah. Penelitian 4. Hasil analisis statistik menggunakan
ini awalnya direncanakan dilakukan uji t independent didapatkan nilai p-
diruang bermain khusus anak. Tetapi value 0,000<α 0,05 yang berarti Ho
karena kondisi anak sangat lemah dan tidak ditolak, sehingga dapat disimpulkan
memungkinkan untuk diajak ke ruang bahwa terdapat pengaruh terapi
bermain khusus dan terapi pengobatan bermain clay terhadap kecemasan
mengharuskan anak untuk banyak pada anak usia prasekolah (3-6 tahun)
beristirahat sehingga terapi bermain yang menjalani hospitalisasi di
dilakukan ditempat tidur anak. RSUD Banjarbaru.
Kelemahan desain penelitian quasi
eksperimental ini adalah tidak Saran dari penelitian ini bagi profesi
dilakukannya pengelompokkan anggota keperawatan khususnya bidang
sampel penelitian secara acak atau random keperawatan anak agar dapat menjadikan
sehingga tidak dapat sepenuhnya terapi bermain clay sebagai sumber materi
mengontrol variabel-variabel luar yang pembelajaran untuk membantu mengurangi
dapat mempengaruhi pelaksanaan kecemasan anak usia prasekolah selama
penelitian. Kelebihan desain quasi menjalani hospitalisasi Bagi rumah sakit
eksperimental ini adalah lebih baik atau khususnya kepala ruangan anak agar dapat
lebih kuat dibandingkan dengan desain menerapkan terapi bermain clay jenis
penelitian pre-experimental karena adanya playdough sebagai salah satu alternatif
kelompok kontrol sebagai pembanding permainan yang mudah dan aman
terhadap hasil dari efek perlakuan pada digunakan bagi anak untuk mengurangi
kelompok eksperimen. kecemasan anak selama menjalani
hospitalisasi. Bagi orang tua diharapkan
dapat memberikan informasi tentang
PENUTUP
gambaran kecemasan anak prasekolah
Simpulan pada penelitian ini, yaitu: selama menjalani hospitalisasi dan salah
1. Karakteristik responden berdasarkan satu alternatif permainan yang aman
usia pada kelompok eksperimen dan digunakan bagi anak prasekolah selama
kelompok kontrol terbanyak adalah menjalani hospitalisasi. Bagi peneliti
usia 3 tahun. Karakteristik responden selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan
berdasarkan jenis kelamin pada penelitian secara deskriptif tentang faktor-
kelompok eksperimen dan kelompok faktor yang dapat mempengaruhi
kontrol didominasi oleh jenis kelamin kecemasan anak selama menjalani

12
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

hospitalisasi dan menggunakan jenis terapi kecemasan pada anak usia 3-5 tahun
bermain lain untuk mengurangi kecemasan yang dirawat diruang Edelwis RSUD
anak usia prasekolah selama menjalani Dr. M Yunus Bengkulu. Jurnal
hospitalisasi misalnya terapi bermain Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
puzzle. Dehasen 2012; (online),
(http://stikesdehasen.ac.id/journal, di
akses 4 Maret 2014).
KEPUSTAKAAN
1. Supartini Y. Buku ajar konsep dasar 8. Fradianto I. Pengaruh terapi bermain
keperawatan anak. Jakarta: EGC, 2004. lilin terhadap penurunan tingkat
kecemasan pada anak usia prasekolah
2. Wong DL, Hockenberry-Eaton M, yang mengalami hospitalisasi di RSUD
Wilson D et all. Buku ajar keperawatan Dr. Soedarso Pontianak. Skripsi.
pediatrik edisi 6. Jakarta: EGC, 2009. Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjung Pura Pontianak, 2014.
3. Sukoati S, Astarani K. Aktivitas
bermain mewarnai dapat meningkatkan 9. Panitia SAK Komisi Keperawatan.
mekanisme koping adaptif saat Standar asuhan keperawatan pasien
menghadapi stress hospitalisasi pada jiwa : kecemasan. Jakarta : St. Carolus,
anak. Jurnal STIKES 2012; 5 (2) : 223- 1999.
235.
10. Widianti CR. Pengaruh senam otak
4. Rahmawati, Handayani D, Puspitasari terhadap kecemasan akibat
NPD. Pengaruh terapi bermain hospitalisasi pada anak usia prasekolah
terhadap tingkat kooperatif selama di Rumah Sakit Panti Rapih
menjalani perawatan pada anak usia Yogyakarta. Tesis. Depok: Universitas
prasekolah (3-5 tahun) di Rumah Sakit Indonesia, 2011.
Panti Rapih Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan Surya Medika Yogyakarta 11. Ardiningsih F, Yektiningtyastuti,
2009; (online), Purwandari H. Hubungan antara
(https://skripsistikes.files.wordpress.co dukungan informasional dengan
m, diakses 28 Februari 2014). kecemasan perpisahan akibat
hospitalisasi pada anak usia
5. Alfiyanti D, Hartiti T, Samiasih A. prasekolah. Jurnal Keperawatan
Pengaruh terapi bermain terhadap Soedirman 2006; 1(1): 20-26.
tingkat kecemasan anak usia
prasekolah selama tindakan 12. Sujatmiko. Pengaruh terapi bermain
keperawatan di ruang Lukman Rumah mewarnai gambar terhadap efek
Sakit Roemani Semarang. Jurnal hospitalisasi pada anak usia prasekolah
Keperawatan FIKKES 2007; 1(1): 35- di ruang Bougenvile RSUD Dr.
44. Soeroto Ngawi. Jurnal Kesehatan
AIPTINAKES Jatim 2013; 3(1): 6-15.
6. Apriany D. Hubungan antara
hospitalisasi anak dengan tingkat 13. Pratiwi YS. Penurunan tingkat
kecemasan orang tua. Jurnal kecemasan anak rawat inap dengan
Keperawatan Soedirman 2013; 8(2): permainan hospital story di RSUD
92-104. Kraton Pekalongan. Jurnal Ilmiah
Kesehatan STIKES Muhammadiyah
7. Hermiati D, Marita Z. Pengaruh terapi Pekajangan Pekalongan 2012; 5 (2);
bermain terhadap penurunan

13
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

(online),(http://www.journal.stikesmuh 23. Muscari ME. Panduan belajar


-pkj.ac.id, diakses 1 Maret 2014). keperawatan pediatrik edisi 3. Jakarta:
EGC, 2006.
14. Pravitasari A, Edi WB. Perbedaan
tingkat kecemasan pasien anak usia 24. Sacharin, Rosa M. Prinsip perawatan
prasekolah sebelum dan sesudah pediatrik edisi 2. Jakarta: ECG, 1996.
program mewarnai. Jurnal Nursing
Studies 2012; 1 (1): 16-21; (online), 25. Hockenbery MJ&Wilson D. Wong’s
(http://ejournals1.undip.ac.id/index.php esensial pediatric nursing. Eighth
/jnursing, diakses 28 Februari 2014). edition. St. Louis : Mosby Elsevier.
2009.
15. Susilaningrum R, Nursalam, Utami S. 26. Stuart GW&Sundeen SJ. Buku saku
Asuhan keperawatan bayi dan anak keperawatan jiwa edisi 4. Jakarta:
untuk perawat dan bidan edisi 2. EGC, 2005.
Jakarta : Salemba Medika, 2013.
27. Apriliawati A. Pengaruh biblioterapi
16. Lanjarsari EE. Pengaruh terapi clay terhadap tingkat kecemasan anak usia
dalam menurunkan tingkat depresi sekolah yang menjalani hospitalisasi di
pada lansia di unit rehabilitasi sosial Rumah Sakit Islam Jakarta. Tesis.
“Dewanata” Cilacap. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia, 2011.
Purwokerto : Universitas Jenderal
Soedirman, 2013. 28. Purwandari H. Pengaruh terapi seni
untuk menurunkan tingkat kecemasan
17. Ngastiyah. Perawatan anak sakit edisi anak usia sekolah yang menjalani
2. Jakarta: EGC, 2005. hospitalisasi di wilayah kabupaten
Banyumas. Tesis. Depok: Universitas
18. Rahmani P, Moheb N. The Indonesia, 2009.
effectiveness of clay therapy and
narrative therapy on anxiety of pre- 29. Ambarwati, Fitri&Nasution, Nita.
school children: A comparative study. Buku pintar asuhan keperawatan bayi
Procedia Social and Behavioural dan balita. Yogyakarta : Cakrawala
Sciences 2010; 5: 23-27. Ilmu, 2012.

19. Unicef. United Nations Children’s 30. Barokah A, Haryani S, Syamsul.


Fund.(online),(http://www.unicef.org/d Pengaruh terapi bermain puzzle
prk/unicef-factsheet2013, diakses 18 terhadap perilaku kooperatif anak usia
Februari 2014). prasekolah selama hospitalisasi di
RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal
20. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Stikes Telogorejo Semarang 2012;
2013. Jakarta: Riskesdas, 2013. (online),(http://www.e-jurnal.com,
diakses 10 Maret 2014).
21. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. 31. Deslidel. Asuhan neonatus, bayi &
balita. Jakarta : EGC, 2011.
22. Nursalam. Konsep dan penerapan
metodologi penelitian ilmu 32. Baggerly J. The effects of child-
keperawatan edisi 2 pedoman skripsi, centered group play therapy on self-
tesis, dan instrument penelitian concept, depression, and anxiety of
keperawatan. Jakarta: Salemba children who are homeless.
Medika, 2009.

14
Terapi Bermain Clay DK Vol.3/No.2/September/2015

International Journal of Play Therapy


2004; 13(2) : 31-51.

33. Joseph AM. Sinopsis. A study to assess


the effectiveness of clay therapy on
anxiety symptoms of preschool
children in selected schools at mysore.
Jss College Of Nursing. 2011.

34. Zaynaliyan G, Javani A, Abedi M.


Comparing the effect of paint and clay
therapy on the symptoms of separation
anxiety disorders in pre-school
children. Indian Journal of
Fundamental and Applied Life
Sciences 2014; 4 (3): 304-3014.
(online),
(http://www.cibtech.org/jls.htm,
diakses 10 Desember 2014).

35. Tedjasaputra, MS. Bermain, mainan


dan permainan. Jakarta: Grasindo,
2005.

36. Carmichael & Reddy, Files-


Hall&Schaefer. Play therapy makes a
difference! Association for Play
Therapy. 2005.

37. Harini N. Terapi warna untuk


mengurangi kecemasan. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan Fakultas Psikologi
Universitas Muhamadiyah Malang
2013; 1(2) : 291-303.

38. Nanik M. Peningkatan kemampuan


motorik halus anak usia dini melalui
permainan playdough pada kelompok
B di PAUD Al-Hidayah Depo Indah
No.1 Kemijen Semarang Timur.
Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu
Pendidikan IKIP PGRI Semarang,
2012.

15

Anda mungkin juga menyukai