Analisis Jurnal IBS (Scott Trigger)
Analisis Jurnal IBS (Scott Trigger)
oleh
Kelompok 1
oleh
Kelompok 1
Rita Vidiyawati NIM. 102311101028
Indra Kurniawan NIM. 132311101021
Nurwahidah NIM. 132311101026
Ike Andriani NIM. 132311101057
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan kumpulan laporan seminar Stase
Keperawatan Bedah di RSD dr. Soebandi Jember. Laporan seminar ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Program Profesi Ners (P2N)
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Penyusunan laporan
seminar Keperawatan Medikal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada:
1 Ns. Lantin Sulistyorini, M.Kes. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Jember;
2 Ns. Erti Ikhtiarini D, M.Kep. Sp. Kep J, selaku Koordinator Program Profesi
Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember;
3 Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB., selaku Penanggung Jawab Stase
Keperawatan Bedah;
4 Ns. Baskoro Setioputro, M.Kep., selaku Dosen Pembimbing.
5 Ns. Muhamad Syafari, S. Kep, selaku Ketua Komite Keperawatan dan
Kepala Ruang di Instalasi Bedah Sentral RSD dr. Soebandi Jember yang telah
bersedia membantu pelaksanaan dan membimbing kami selama praktik
keperawatan Bedah.
6 Perawat dan berbagai pihak yangg terlibat dalam proses praktik klinik
keperawatan di instalasi bedah sentral.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .......................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
PRAKATA ............................................................................................. iii
PENGESAHAN ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................ 3
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................................. 3
1.2.2 Tujuan khusus ............................................................................. 3
1.3 Manfaat. ..................................................................................... 3
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ...........................................................
1.3.2 Manfaat Bagi Peneliti ..................................................................
1.3.3 Manfaat Bagi Keperawatan .........................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................
2.1 Manajemen Posisi ...................................................................
2.2 Jenis-jenis Posisi ......................................................................
BAB 3. ISI JURNAL .............................................................................
3.1 Judul Artikel............................................................................
3.2 Penulis atau Peneliti ................................................................
3.3 Nama Jurnal ............................................................................
BAB 4. PEMBAHASAN .......................................................................
6.1 Analisis Jurnal dengan metode PICO ...................................
6.2 Implikasi Keperawatan .........................................................
iv
6.3 Kelemahan dan Kelebihan Jurnal.........................................
BAB 5. PENUTUP.................................................................................
5.1 Kesimpulan ..............................................................................
5.2 Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
LAMPIRAN ..........................................................................................
v
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk meminimalkan dan mencegah tejadinya risiko cedera akibat
positioning saat tindakan operasi.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan referensi terhadap pencegahan risiko
cedera tekanan saat operasi.
6
1.3.2 Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai pembelajaran dan pengalaman dalam melakukan penelitian yang
terkait dengan keperawatan perioperative dalam hal pecegahan cedera.
1.3.3 Manfaat Bagi Keperawatan
Dapat menambah referensi keperawatan pada pasien yang akan menjalani
operasi.
7
BAB 2 TINJAUAN TEORI
8
Indikasi posisi ini untuk jenis pembedahan :
a. Pembedahan fraktur tibia atau pibula
b. Pembedahan fraktur tulang tarsal
c. Pembedahan fraktur femur
d. Pembedahan-pembedahan di daerah pedis
Kontra indikasi :
a. Pasien yang memiliki ulkus decubitus gluteal
b. Pasien yang memiliki luka di daerah bokong
Tujuan pemberian posisi ini adalah
a. Meningkatkan rasa nyaman
b. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru
c. Agar pasaien dapat melihat proses pembedahan jika pasien
menginginkan
2. Posisi Sim’ s
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus
(supositoria). Berat badan terletak pada tulang illium, humerus dan klavikula.
Indikasi pemberien posisi ini adalah :
a. Pembedahan di daerah scapula
9
b. Pembedahan tumor gluteal
Tujuan diberikaya posisi ini :
a. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
b. Memudahkan untuk pembedahan posisi tubuh bagian
Kontra Indikasi posisi ini adalah
a. Pasien dengan luka di daerah abdomen
b. Pasienddengan anestesi general
3. Posisi Trendelenberg
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala
lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.
Indikasi pemberian pisisi ini adalah :
a. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.
b. Pembedahan daerah pedis
10
4. Posisi Dorsal Recumben
Ada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi
(ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
merawat dan memeriksa serta pada proses persalinan.
Indikasi pemberian posisi ini adalah :
a. Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus
b. Pengangkatan polip rektal
5. Posisi Lithotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua
kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Indikasi pemberian posisi ini adalah untuk :
a. Pengangkatan polip rektal
b. Pengangkatan tumor rektal
c. Pengangkatan cancer cervik
d. Pemasangan IUD
11
6. Posisi Genu pectrocal
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Indikasi pemberian posisi ini adalah untuk :
a. Pengobatan wasir
b. Pengobatan daerah rektum
12
7. Supinasi
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar
dasar tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.
Pemberian posisi ini untuk :
a. Pembedahan daerah abdomen (laparatomi)
b. Pembedahan daerah torakal kardiovaskuler
c. Pembedahan daerah pedis.
8. Posisi pronasi
Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah
menghadap ke bantal.
Indikasi pemberian posisi ini adalah :
a. Pembedahan pada fraktur pertebra
b. Pembedahan pada tumor gluteal
c. Pembedahan daerah scapula.
13
BAB. 3 ISI JURNAL
3.2 Penulis/Peneliti
Jurnal yang berjudul “ Back to Basics: Preventing Perioperative Pressure
Injuries” merupakan jurnal yang ditulis oleh Lisa Spruce, DNP, RN, CNS-
14
BAB 4. PEMBAHASAN
15
16. American Society of Anesthesiologists Status Fisik Klasifikasi skor 3 atau
lebih
16
2. Intervention (I)
Semua pasien perioperatif memiliki beberapa risiko terkena cedera. Bahkan
prosedur yang rencananya akan singkat dalam durasi bisa menjadi tidak terduga
secara tiba-tiba. Oleh karena itu, semua pasien perioperatif harus dinilai secara
menyeluruh sebelum operasi untuk menilai risiko cedera tekanan pada tubuh
pasien, dan perawat perioperatif harus mengidentifikasi faktor risiko dan
merencanakan untuk menjaga keselamatan pasien.
Dengan menggunakan alat Scott Triggers, perawat perioperatif menilai usia
pasien, tingkat albumin atau indeks massa tubuh, skor American Society of
Anesthesiologists, dan perkiraan lama operasi untuk menentukan apakah pasien
memiliki risiko tinggi untuk mendapat tekanan tinggi.
Anggota tim perioperatif harus mempertimbangkan penggunaan permukaan
pendukung yang tepat untuk penentuan posisi pasien. Sebuah tinjauan sistematis
oleh Reddy memeriksa kasur atau lapisan kasur seperti permukaan udara, air, gel,
busa, atau permukaan pendukung dinamis (yang secara mekanis memvariasikan
tekanan di bawah pasien) dan menemukan bahwa permukaan dukungan dinamis
menurunkan kejadian pengembangan cedera tekanan. Personil perioperatif harus
mempertimbangkan penggunaan permukaan pendukung ini untuk pasien berisiko
tinggi. Lembaran dan selimut tidak boleh digunakan untuk memposisikan pasien
karena mengurangi keefektifan permukaan pendukung dan dapat menyebabkan
tekanan tambahan. Selain itu, petugas perioperatif harus memastikan bahwa linen
di bawah pasien tidak berkerut dan pasien bebas dari cairan atau uap air yang
mungkin telah diperkenalkan selama proses persiapan kulit atau dari sumber lain.
Terlepas dari posisi pasien, tulang menonjol dan area tekanan tinggi harus
dilindungi. Tindakan perlindungan tambahan didasarkan pada risiko, jenis dan
lama operasi, posisi pasien, dan kebijakan pasien.
17
18
Pasien yang menjalani operasi berisiko mengalami cedera tekanan, yang
dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan atau bahkan kematian. Perawat
perioperatif memainkan peran kunci dalam melindungi pasien dan mencegah
terjadinya kejadian. Pencegahan yang efektif terhadap cedera tekanan mungkin
terjadi mengakibatkan berkurangnya morbiditas dan mortalitas pasien, lebih
sedikit tuntutan hukum malapraktik, lama tinggal pasien yang berkurang untuk
pasien, peningkatan kepuasan pasien, dan pengurangan biaya perawatan kesehatan
untuk fasilitas dan pasien. Oleh karena itu, sangat penting bagi perawat
perioperatif untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk mencegah
cedera tekanan, menganjurkan pasien, dan berbicara saat ada dugaan risiko cedera
tekanan.
Cedera tekanan sering tidak segera teridentifikasi dalam periode pasca
operasi. Sampai 72 jam berlalu sebelum tanda-tanda cedera terlihat. Pemeriksaan
kulit pasca operasi segera harus dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan kulit
dibandingkan dengan penilaian kulit pra operasi. Selain menentukan kriteria untuk
mengidentifikasi empat tahap cedera tekanan dan cedera tekanan yang tidak dapat
dipulihkan, Panel Penasihat Ulos Tekanan Nasional mendefinisikan kategori
cedera yang disebut cedera tekanan jaringan dalam yang harus diidentifikasi
perawat juga. Cedera yang digambarkan yaitu sebagai berikut "kulit utuh atau
tidak utuh dengan area lokal merah terus-menerus, merah marun, merah muda,
atau terdapat darah pada tempat tidur atau lecet yang risiko berdarah." Jenis luka
ini disebabkan oleh tekanan yang berkepanjangan. dan kekuatan geser, sehingga
pasien perioperatif berisiko mengalami cedera ini.
19
3. Comparator (C)
Berdasarkan penelitian pada jurnal utama, pengkajian terkait dengan posisi
pasien saat operasi untuk meminimalkan risiko cedera maka harus dikaji dengan
menyeluruh. Sama halnya seperti pada jurnal kedua yang berjudul Surgical
Positioning: Nursing Care in The Transoperative Period, menjelaskan bahwa
asuhan keperawatan selama operasi sangat penting, mengingat evaluasi pasien
dilakukan dengan mempertimbangkan faktor risiko untuk mengembangkan
komplikasi yang dapat membahayakan integritas fisik mereka. Beberapa faktor
dapat menyebabkan terjadinya efek samping, termasuk beberapa karakteristik
pasien, seperti usia, berat badan, status gizi, dan kondisi yang ada sebelumnya.
Perawat sebagai seorang profesional yang bertanggung jawab atas pasien di ruang
operasi, harus memastikan keselamatan dan perlindungan mereka, memanfaatkan
SAEP (Systematization of Perioperative Nursing Care), yang merupakan alat
yang sangat diperlukan dan sangat penting. Alat ini memungkinkan penilaian
yang lebih baik, serta bantuan penuh sesuai dengan kebutuhan pasien, yang terdiri
dari fase yang berbeda, yang jika dikembangkan dengan baik, merupakan asuhan
keperawatan individual dan berkualitas. Fase ini adalah: anamnesis dan
pemeriksaan fisik, diagnosis keperawatan, rencana perawatan, resep perawatan
dan, karenanya, evolusi keperawatan berdasarkan bantuan yang benar. Penting
bagi perawat untuk bersiap mencegah komplikasi yang mungkin terjadi, mulai
dari luka bakar dan luka kulit hingga kerusakan saraf dan jaringan karena posisi
yang tidak benar di meja operasi atau bahkan hipotensi berat yang disebabkan
oleh respons fisiologis terhadap posisi tersebut, karena Jika terjadi dan tidak
terdiagnosis dengan cepat, hal itu dapat menyebabkan kerusakan serius pada
pasien. Perawat harus mempromosikan tindakan untuk mencegah komplikasi dari
prosedur pembedahan anestesi, memantau pasien pada semua tahap pengobatan
mereka, memberikan semua sumber yang diperlukan untuk prosedur yang
berhasil, dan mengawasi semua tindakan tim perawat.
20
Untuk meminimalisir risiko cedera tekanan yang akan terjadi pada tubuh
paisen maka diaturlah posisi pasien saat sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan
saat operasi. Bagi umat muslim, sudah disebutkan dalam QS. Al-Quran Surah
18:18 yang menjadi dasar dalam pemberian posisi pada pasien (positioning),
dengan terjemahan sebagai berikut :
"Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur;
dan kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing
mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika
kamu menyaksikan mereka, tentulah kamu akan berpaling dari mereka
dengan melarikan (diri), dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan
ketakutan terhadap mereka." – (QS.18:18)
Dari hal diatas, maka jelaslah bahwa pemberian posisi adalah hal yang
penting dan perlu untuk dipertimbangkan khususnya pada keperawatan
perioperatif.
21
4. Outcome
Berdasarkan hasil penelitian yang dijelaskan pada jurnal utama didapatkan
bahwa banyak faktor yang berkontribusi terhadap risiko terkena cedera tekanan.
Identifikasi dini risiko dengan menggunakan skala penilaian risiko merupakan
langkah awal yang penting untuk pencegahan cedera. Proses hand-over sangat
penting dalam membantu petugas layanan kesehatan untuk mengidentifikasi luka
dalam pengaturan perioperatif dan menerapkan perbaikan proses untuk
mengurangi risiko cedera bagi pasien. Semua perawat perioperatif harus
memahami risiko yang mempengaruhi pasien untuk cedera; bagaimana
melakukan penilaian kulit yang lengkap; bagaimana mengidentifikasi cedera
tekanan dengan benar; dan bagaimana menerapkan strategi pencegahan seperti
dukungan permukaan, padding, dan positioning. Pengetahuan latar belakang yang
memadai mengenai pencegahan cedera tekanan membantu perawat perioperatif
berfungsi sebagai advokat pasien. Langkah-langkah ini sangat penting untuk
mengurangi jumlah pasien yang terkena luka ini.
22
perkiraan lama operasi untuk menentukan apakah pasien memiliki risiko tinggi
untuk mendapat tekanan tinggi.
23
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Identifikasi dini risiko dengan menggunakan skala penilaian risiko
merupakan langkah awal yang penting untuk pencegahan cedera. Proses hand-
over sangat penting dalam membantu petugas layanan kesehatan untuk
mengidentifikasi luka dalam pengaturan perioperatif dan menerapkan perbaikan
proses untuk mengurangi risiko cedera bagi pasien. Pemberian posisi (positioning)
pasien adalah bagian integral dari keperawatan perioperatif. Selain asepsis,
pemberian posisi pasien berada pada ranking yang tinggi dalam daftar prioritas
asuhan keperawatan pasien
Tujuan dari pemberian posisi pada saat oprasi adalah :
1. Manajemen pemberian posisi bedah bertujuan untuk.
2. Menghasilkan area pembedahan yang optimal
3. Meningkatkan keamanan
4. Menurunkan risiko cedera
5. Memudahkan akses dalam pemberian cairan intravena, obat, dan bahan
anestesi
5.2 Saran
Pengkajian dini mengeneai risiko cedera tekanan pada tubuh saat operasi
menggunakan Scott Trigger bisa diaplikasikan di rumah sakit dengan
pertimbangan. Sehingga risiko cedera tekanan pada tubuh pasien dapat diketahui
dan segera tahu bagaimana tindakan selanjutnya yang akan akan dilakukan untuk
mengurangi risiko cedera tekanan pada tubuh tersebut.
24
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan). Hal. 443 – 450.
Bandung: Yayasan IAPK Padjajaran.
Doenges Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Hal 52
– 64 & 240 – 249. Penerbit Buku Kedikteran EGC.
Miranda, Amanda, et al. 2016. Surgical Positioning: Nursing Care In The
Transoperative Period. Brazil. doi: 10.5327/Z1414-4425201600010008
http://files.bvs.br/upload/S/1414-4425/2016/v21n1/a5579.pdf [diakses
pada 23 November 2017]
Schwartz. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah..Jakarta: EGC
Spruce, Lisa. 2017. Back to Basics: Preventing Perioperative Pressure Injuries.
California: AORN Journal. http://dx.doi.org/10.1016/j.aorn.2016.10.018
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28034406 [diakses pada 23
November 2017]
http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-al-kahfi-ayat-9-20.html
25