KELOMPOK III
HAMIDAH : C.1511283
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Makalah Internal Audit”
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Internal
Audit. Penyusun menyadari atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan baik dari
segi penulisan maupun dari cara penyajian. Oleh karena itu demi kesempurnaan
makalah ini penyusun sangat berharap perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya
membangun apabila terdapat kesalahan.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
penyusun sendiri umumnya para pembaca makalah ini, terimakasih.
Bogor, 2019
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, dalam penyusunan makalah ini
kami menggunakan rumusan masalah sebagai lingkup permasalahan kami, antara lain:
1. Bagaimana menentukan SDM oraganisasi Internal Audit?
2. Bagaimana menentukan Komposisi Tim Auditor?
3. Bagaiman Tim Auditor menggalang kinerja ?
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui bagaimana Organisasi Internal Audit dalam menentukan SDM.
2. Mengetahui bagaimana Organisasi menentukan Komposisi Tim Auditor.
3. Mengetahui tim auditor dalam menggalang kinerja
BAB II
TINJAUAN TEORI
Setelah menyadari begitu luasnya peran yang dimainkan oleh Internal Auditor
(melalui kesadaran betapa strategisnya Internal Control, Risk Management, dan Good
Governance), lantas manusia-manusia macam apa yang layak berperan sebagai Internal
Auditor, yang akan menjadi penentu keberhasilan misi Internal Audit?
Menilik beban yang harus dipikul oleh tim Internal Audit, maka dapat
diidentifikasi benang merah kebutuhan akan kompentensi dasar (basic competency)
yang sama bagi para auditor, mulai dari Head of Departement hingga para pelaksana
sebagaimana penulis uraikan berikut.
2.1.1. Soft Competency- Internal Auditor : Menentukan Sosok Auditor yang Ideal
Kepribadian atau karakter positif yang kuat sekarang ini diakui sebagai penentu
keberhasilan seseorang dalam meniti karier, lebih dari bekal pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki. Sosok Internal Auditor yang ideal harus memiliki keunikan
tersendirir, yaitu perpaduan karakter yang jarang dijumpai pada posisi/profesi lain yang
dapat dinotasikan dalam persamaan berikut :
4
5
Memiliki prinsip hidup (way of life) dan pendirian yang teguh, yaitu hasil bentukan
dari pengalaman hidup yang lebih banyak gejolak ketimbang kisah sukses.
Menampilkan gaya hidup yang cenderung sederhana (low profile) dengan tingkat
persistensi dan disiplin diri yang relatif tinggi serta konsisten yang sudah teruji oleh
waktu.
Selanjutnya, karena sifat pekerjaan auditor yang harus selalu berinteraksi dengan
berbagai tipe manusia, bahkan mempengaruhi orang lain, auditor mau tidak mau juga
harus memiliki aura kepemimpinan yang memadai. Penulis percaya pemimpin bisa
berasal dari bakat (borned to be a leader) maupun hasil pembentukan (leader by
learning experience). Secara umum, orang-orang ini terlihat dari ciri-ciri:
Minat yang tinggi atau pengalaman yang konsisten, mulai dari masa sekolah/kuliah
hingga meniti karier, terlibat dalam aktivitas organisasi.
Relatif dewasa (matured) dibanding rekan sebayanya, serta memiliki kepercayaan
diri (self confidence) dan kemandirian (self-driven) yang relatif tinggi.
Memiliki kemampuan interpersonal relation, empathy, dan teamwork yang baik,
yang juga ditopang oleh lingustic intelligence yang baik, khususnya fasih secara
oral (terlihat saat berdiskusi atau ketika tampil sebagai public speaker).
Berdasarkan konsep pengukuran basic character “D-I-S-C”, ynag sejalan
dengan tuntutan prasyarat Integritas+Kepemimpinan, setidaknya auditor harus memiliki
kombinasi karakter antara “Compliance” dan “Dominant”. Memang tidak mudah untuk
mendapatkan sosok seperti ini mengingat begitu besarnya gap antara orang bertipe
Compliance (yang cenderung patuh, konservatif, tenang, dan tampil sebagai good guy)
dan orang yang bertipe Dominant (yang cenderung kreatif, tidak betah dengan situasi
yang adem-ayem, berpenampilan aktif, dan selalu terkesan sebagai bad guy). Beberapa
indikasi yang disebutkan pada ciri Integritas dan Kepemimpinan di atas mungkin dapat
membantu mendapatkan sosok hybrid person semacam itu. Namun, alangkah baiknya
bila diperkuat dengan hasil assesment yang dilakukan oleh HRD perusahaan.
rata-rata, tepatnya sebuah kombinasi kempetensi yang terdiri dari Analytical Thinking,
Multi-Dimensional Knowledge, dan Advisory Skills.
Mengapa kemampuan Analytical Thinkin? Dalam menjalankan perannya,
auditor tidak hanya dituntut mengenal setiap business process (sistem kerja) yang
sedang berjalan maupun yang lazim berlaku, tetapi juag ahrus mampu:
dinamika kebutuhan bisnis), tetapi juga bersedia menjelajah secara self learning setiap
informasi di luar serta pengalaman di dalam institusi bisnis, baik yang bersifat technical
maupun managerial, terkait seluruh bidang yang ditekuni para auditee(IT, supply-chain,
strategic management, marketing, dan sebagainya).
Memiliki kecakapan teknis yang baik, paling tidak sepadan dengan yang dimiliki
oleh auditee, khususnya dalam urusan administrasi/pengendalian pekerjaan atau
dalam menjalankan proses sebuah sistem. Auditor harus dapat menunjukan metode
yang lebih efektif/efisien ketimbang yang dijalankan oleh auditee.
Memiliki kecakapan supervisory yang mumpuni, yang tidak hanya terkait dengan
penguasaan instrumen pengawasan (standar dan peraturan kerja, sistem reward &
punishment, dan sebagainya), tetapi juga pemahaman terhadap prinsip-prinsip
interpersonal skill dan leadership yang baik.
Memiliki kecakapan komunikasi yang handal, tidak hanya dalam hal meyakinkan
auditee tentang urgensi persoalan atau potential risk beserta dampaknya, tetapi juga
dapat menunjukkan alasan mengapa saran/rekomendasi yang diberikan benar-benar
applicable, bahkan sebagai best practice bagi auditee.
2.2. komposisi Tim Audit: menyiasati Kebutuhan Akan Kompetensi
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan di banyak perusahaan dalam rangka
membangun komposisi anggota tim internal audit, yang terbagi dalam 3 kelompok
yaitu:
Pilihan atas kombinasi anggota tim Internal Audit berpulang pada luasnya skala
perusahaan, corak strategi bisnis yang diterapkan, serta perspektif nilai tambah (added
value) dalam menemptkan peran Inteernal Audit pada peruahaan. Berdasarkan tinjauan
terhadap situasi bisnis skala menegah keatas secara umum, penulis merekomendasikan
kombinasi tim Internal Audit yang terdiri dari:
Formasi yang bersifat multidiscipline dengan rasio 1:2 atau 1:3 (1 personil
berlatar belakang Accounting, dan 2-3 SDM dari displin ilmu lainnya). Personel
yang lain sebaiknya berasal dari:
- Jurusan Teknik Informatika/Sistem Informatika atau mereka yang
berpengalaman sebagai system atau system/computer/internet security.
- Displin ilmu yang sesuai dengan core business dari setiap perusahaan yang
ada (misalnya, yang memahami prinsip-prinsip quality assurance/quality
12
Sebagai tim yang dituntut harus independen (lihat Bab 1, Point 1-4), penempatan
dalam organisasi/perusahaan sangat menentukan . berbicara tentang organisasi,
kepentingan untuk mencakup skala pengawasan secara luas yang berhadapan dengan
kepentingan efisiensi jumlah SDM, juga perlu dipikirkan uuntuk mendorong struktur
organisasi Internal Audit yang memadai.
dimasukkan ke dalam bagian dari Holding Company (langsung dibawah CEO atau
sebagai bagian dari struktur, bila Holding Co. tidak termasuk objek pengawasan). Bila
mengikuti pertumbuhan Business Unit, terutama mempertimbangkan semakin
banyaknya Cabang (Representative Office) yang dibuka, Internal Audit dikembangkan
kebawah hingga ke Ragional Office. Sangat jarang tim Internal Audit diposisikan
langsung dibawah Board of Commissioner (Business Owner), kecuali dengan
pertimbangan bahwa seluruh Business Unit dipegang sepenuhnya oleh para
professional, dimana pemegang saham mayoritas membatasi diri hanya selaku investor
dan tidak terlibat dalam operasi bisnis
14
BUSINESS OWNER
(Board of Commmisioner)
INTERNAL
AUDIT
HOLDING COMPANY
(Board of Director)
HOLDING CO
(Departments) INTERNAL
AUDIT
INTERNAL
AUDIT
BUSINESS UNIT
(Department)
INTERNAL
AUDIT
REGION OFFICE
(Departments)
Menilik dari lingkup pengawasan yang seluas skala perusahaan itu sendiri, maka
bila tidak diperhitungkan dengan baik Internal Audit dapat menjadi sebuah unit kerja
yang sangat besar. Rumus yang biasa dipakai sebagai acuan adalah jumlah objek
pengawasan (control object/entity), yaitu;
Dengan acuan sebulan = 20 hari kerja, setiap objek pengawasan harus diperiksa
1 kali dalam sebulan, dan setiap auditor ditargetkan dapat menangani rata-rata 3 objek
per hari, sehingga dibutuhkan sekitar 1.500 / (3*20) = 25 orang auditor! Sebuah jumlah
yang sangat besar bagi sebuah organisasi nisnis.
Ini belum lagi apabila setiap objek harus dipilah lebih lanjut sesuai pembobotan
tertentu, sehingga kebutuhan akan auditor dapat lebih besar lagi. Bobot sebuah objek
misalnya dapat dilihat dari:
1. Nilai saldo akun/perkiraan (account balance) dan jumlah bukti transaksi yang
diperiksa
2. Banyaknya critical point yang harus didalami secara khusu yang ditinjau dari
kuat-lemahnya internal control atau tingkat kompleksitas risiko yang harus
dianalisis.
3. Jumlah data penunjang yang dibutuhkan (seperti buku pembantu, data dari
sistem computer).
Menjalankan fungsi pengawasan pada dasarnya bukanlah sebuah pekerjaan rutin
yang bersifat mekanis dimana terhadap setiap objek pengawasan dapat
ditetapkan skala periode pengawasan secara proposional, sehingga bisa dihitung
kebutuhann alokasi sumber daya (waktu dan personel). Berikut adalah contoh
penetapan Audit Paln berdasarkan pengawasan:
16
Optimilisasi jumlah anggota tim Internal Audit dapat pula melalui penerapan
Finctional Matrix Structure, yang perbandingannya dapat dilihat pada Gambar 3.3
Untuk memberikan gambaran yang lebih jernih mengenai peran Internal Audit
ditengah perusahaan, sejenak kita tinjau perbandingannya dengan peran External Audit.
Head of Dept
Audit Staff A Audit Staff A Audit Staff B Audit Staff B Audit Staff C Audit Staff C
Head of Dept
Audit Staff Audit Staff Audit Staff Audit Staff Audit Staff Audit Staff
External Audit jelas menjalankan misi dari luar perusahaan, baik karena diminta
oleh perusahaan maupun karena kewenangan yang dimiliki berdasarkan perundangan
yang berlaku. Beberapa External Auditor yang umumnya berinteraksi dengan
perusahaan antara lain:
perusahaan untuk berbagai keperluan. Mulai dari urusan kerja sama bisnis (B to
B), kelengkapan pengajuan pinjman, hingga laporan ke instansi pemerintah terkait
(Kantor Pajak, atau Bapepan bagi perusahaan go public).
5. Pemeriksa dari Instansi Pemerintah tertentu sesaui kewenangan yang dilindungi
oleh Undang-Undang, seperti Pemeriksa Pajk (TaxInvestigator, Fiscus) dari
Kantor Pelayanan Pajk wilayah dimana perusahaan berdomisili, dan pemeriksa
Bank Indonesia pada industry perbankan.
6. Pemeriksa dalam rangka Sertifikasi yang ingin dimiliki oleh perusahaan. Sebagi
contoh, terkait perizinan pabrik atau peluncuran produk, sertifikasi halal (untuk
manufaktur), pengambilan sertifikasi ISO 9000, dan sebaginya.
Pada semua aspek tersebut dapat dibayangkan bahwa nilai ukuran terhadap
Internal Auditor memang berada diatas nilai yang bisa diberikan kepada External
Auditor.
BAB III
STUDY KASUS
19
20
Berdasarkan laporan yang terdapat di BEJ, total aktiva yang dimiliki oleh Bank
Lippo berubah menjadi Rp 22,8 triliun (turun Rp 1,2 triliyun). Selain itu, ternyata Bank
Lippo harusnya mencatat kerugian sebesar Rp 1,3 triliun, yang awalnya berdasarkan
publikasi dari pihak Bank Lippo, perusahaan tersebut tercatat memperoleh laba (Tempo,
2003b). Munculnya laporan keuangan ganda ini langsung ditanggapi oleh pihak KAP
yang mengaudit LK Bank Lippo yaitu Ernst and Young, Sarwoko dan Sanjaya. Menurut
KAP tersebut, laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Lippo tanggal 27
November 2002 tersebut merupakan LK yang belum selesai diaudit oleh KAP tersebut,
hanya LK yang dilaporkan ke BEJ yang telah diaudit (Tempo, 2003b).
Hal ini dibuktikan dengan melihat aset agunan yang dimiliki Bank Lippo.
Agunan yang dijadikan aset oleh Bank Lippo tersebut ternyata merupakan aset yang
berasal dari Grup Lippo, yaitu PT Bukit Sentul Tbk; PT Lippo Karawaci Tbk; PT Lippo
Securities Tbk; PT Panin Insurance Tbk; PT Lippo Cikarang Tbk; dan PT Hotel
Prapatan (Sumantyo, 2003). Atas kasus ini BEJ, meminta Bank Lippo untuk
mengadakan paparan publik (paling lambat 15 Januari 2003). Paparan tersebut berisikan
pernyataan/penjelasan pihak Bank Lippo terkait adanya laporan keuangan ganda Bank
Lippo Per 30 September 2002 dan menjelaskan kinerja keuangan perusahaan hingga
periode 31 Desember 2002 (Tempo, 2003b).
calon investor untuk segera menanamkan saham pada Bank Lippo, terlebih lagi pada
publikasi laporan keuangan yang dilakukan secara mandiri oleh Bank Lippo tersebut,
menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut telah di audit dan mendapatkan opini
WTP (padahal belum di audit). Dengan diperolehnya opini WTP pada perusahaan
tersebut berarti telah menunjukan bahwa laporan keuangan tersebut telah disusun secara
wajar dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku, yang
artinya laporan keuangan Bank Lippo bebas dari berbagai praktik ilegal terlebih lagi
fraud. Tentunya dengan diperoleh opini WTP tersebut, turut berperan penting untuk
memikat hari para investor untuk investasi pada Bank Lippo.
Praktik manipulasi yang dilakukan oleh pihak Manajemen Bank Lippo tersebut,
juga telah menunjukan bahwa pihak manajemen juga turut melakukan tindakan/praktik
manajemen laba. Menurut Herawaty (2008) manajemen laba merupakan tindakan
judgement dalam laporan keuangan yang dapat merubah laporan keuangan yang
akhirnya dapat menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Contohnya pada kasus ini terlihat pada laba pe 30 September 2002 yang seharusnya
mengalami kerugian sebesar Rp 1,3 triliun, kemudian diganti oleh pihak manajemen
dengan memperoleh laba bersih sebanyak Rp 98 miliar. Padahal manajemen laba yang
dilakukan tersebut bertujuan negatif yang dapat merugikan banyak pihak. Praktik
manajemen laba ini tentunya terkesan negatif, karena pihak manajemen Bank Lippo
melakukannya untuk menarik banyak investor agar menanamkan dananya pada Bank
Lippo.
kasus yang melanda Bank Lippo ini, terlihat bahwa perusahaan ini telah melanggar 2
prinsip dari GCG tersebut, yaitu transparansi dan responsibility. Prinsip transparansi
menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya perusahaan harus menyampaikan setiap
informasi dengan jelas, akurat, dapat dipertanggungjawabkan, dan tentunya tidak
menyesatkan. Informasi yang dimaksud termasuk informasi yang terdapat pada laporan
keuangan di sebuah perusahaan.
mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek apabila pada saat pernyataan dibuat atau
keterangan diberikan :
1. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa
pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau
menyesatkan;
2. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran
material dari pernyataan atau keterangan tersebut.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Organisasi Audit dalam Menentukan SDM Menilik beban yang harus dipikul
oleh tim Internal Audit, maka dapat diidentifikasi benang merah kebutuhan akan
kompentensi dasar (basic competency) yang sama bagi para auditor, mulai dari
menentukan sosok Auditor yang ideal, menentukan bobot auditor.
2. Komposisi Tim Audit: menyiasati Kebutuhan Akan Kompetensi
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan di banyak perusahaan dalam rangka
membangun komposisi anggota tim internal audit, yang terbagi dalam 3
kelompok yaitu:
a. Berdasarkan disiplin ilmu :
1. Komposisi yang relatif homogen (umumnya accounting Based)
2. Komposisi yang heterogen (yang terdiri dari latar belakang yang Multi
Discipline).
b. Bedasarkan pengalaman kerja :
1. Komposisi yang Well Experienced (auditor berpengalaman minimal 2
tahun).
2. Komposisi yang High Turnover (yang terdiri dari mayoritas Fresh-
Graduate/Employe).
c. Berdasarkan Status Karyawan:
1. Komposisi yang terdiri dari sepenuhnya Permanent Emloyees.
2. Komposisi yang terdiri dari sebagian SDM berstatus Semi-Permanent
(Kontrak, Part-time atau Outsourced).
3. Organisasi Tim Audit: Menggalang KinerjaSebagai tim yang dituntut harus
independen, penempatan dalam organisasi/perusahaan sangat menentukan .
berbicara tentang organisasi, kepentingan untuk mencakup skala pengawasan
secara luas yang berhadapan dengan kepentingan efisiensi jumlah SDM. Posisi
Internal Audit di Tengah Perusahaan, Jumlah Personal Internal Audit
25
26
Menilik dari lingkup pengawasan yang seluas skala perusahaan itu sendiri, maka
bila tidak diperhitungkan dengan baik Internal Audit dapat menjadi sebuah unit
kerja yang sangat besar.
DAFTAR PUSTAKA
28