Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH INTERNAL AUDIT

SDM & ORGANISASIINTERNAL AUDIT

KELOMPOK III

HAMIDAH : C.1511283

SUCI RAHAYU : C.1511272

YULI YULIANI : C.1511287

PROGRAM STUDY AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Makalah Internal Audit”

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Internal
Audit. Penyusun menyadari atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan baik dari
segi penulisan maupun dari cara penyajian. Oleh karena itu demi kesempurnaan
makalah ini penyusun sangat berharap perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya
membangun apabila terdapat kesalahan.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
penyusun sendiri umumnya para pembaca makalah ini, terimakasih.

Bogor, 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... ii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
1.1.Latar Belakang Masalah ………………………………………….. 1
1.2.Rumusan Masalah ………………………………………………… 3
1.3.Tujuan Penulisan …………………………………………………. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………… 4
2.1. Internal Auditor Juga Manusia …………………………………... 4
2.1.1. Soft Competency-Internal Auditor ………………………. 4
2.1.2. Hard Competency-Internal Auditor ……………………… 5
2.2. Kompetensi Tim Audit ………………………………………….. 7
2.3. Organisasi Tim Audit ……………………………………………. 12
2.3.1. Posisi Internal Audit Ditengah Perusahaan …………… 12
2.3.2. Jumlah Personal Internal Audit ………………………… 15
2.3.3. Internal Audit dan External Audit ……………………… 17
BAB III STUDY KASUS
LAPORAN KEUANGAN GANDA BANK LIPPO .……………... 19
3.1.Profil Singkat Bank Lippo ………………………………………... 19
3.2.Ringkasan Kasus “Laporan Keuangan Ganda Bank Lippo” ……... 19
3.3.Penyelesaian Kasus Oleh Pihak Berwenang ……………………... 20
3.4.Analisis Kasus …………………………………………………… 21
3.4.1. Analisis Penyebab ……………………………………… 21
3.4.2. Analisis Dari Perspektif Hukum …………………………. 23
3.5. Dampak Kasus …………………………………………………… 24
BAB 1V PENUTUP …………………………………………………………….. 25
4.1. Kesimpulan ………………………………………………………. 25
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang maupun
perusahaan manufaktur dalam melakukan setiap kegiatan operasionalnya pasti selalu
ada tanggung jawab yang harus dilakukan dan harus dilaporkan. Setiap perusahaan yang
melakukan kegiatan operasional tentunya wajib untuk mempertanggungjawabkan
kegiatan yang dilakukannya pada para pemegang saham atau para pihak yang wajib
mengetahui tentang kegiatan yang telah dilakukan perusahaan selama satu periode
akuntansi. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk dari pertanggungjawaban
para pelaksanaka perusahaan kepada para pemegang saham atau para pendiri
perusahaan. Menurut PSAK No.1 tentang laporan keuangan yaitu “Laporan keuangan
adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
entitas dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”. Adapun menurut
Kasmir (2013:7), “financial statement adalah suatu laporan yang menunjukkan kondisi
keuangan perusahaan saat ini atau periode berikutnya”.
Menurut PSAK No.1 tentang Laporan Keuangan, Laporan Keuangan yang
lengkap terdiri dari Laporan Posisi Keuangan (neraca pada akhir periode), Laporan
Laba Rugi Komprehensif (selama periode), Laporan Perubahan Ekuitas (selama
periode), Laporan Arus Kas (selama periode), Catatan Atas Laporan Keuangan (berisi
informasi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelas lain). Semua
laporan keuangan tersebut wajib ada dan harus dibuat oleh perusahaan dengan standar
pembuatan laporan keuangan yang sesauai dengan PSAK yang berlaku.
Sehingga para stakeholders dari laporan keuangan dapat memperoleh informasi
dari laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan dan supaya ada kesamaan informasi
laporan keuangan dari semua perusahaan apabila perusahaan membuat laporan
keuangan sesuai dengan standar yang berlaku. Adapun para stakeholders dari Laporan
Keuangan adalah pemilik perusahaan atau para pemegang saham, kreditor, karyawan,
pemasok, pelanggan, pesaing dan pemerintah. Para stakeholders tersebut memanfaatkan
informasi dalam laporan keuangan sesuai dengan kepentingan yang mereka perlukan.

1
2

Pembuatan laporan keuangan sendiri harus mengacu pada perarturan yang


berlaku yaitu pada PSAK No. 1 tentang Laporan Keuangan. Dalam PSAk No.1
dijelaskan mengenai informasi-informasi yang harus ada pada setiap laporan keuangan.
Pembuatan laporan keuangan biasanya dilakukan setahun sekali yaitu pada satu
periode akuntansi, akan tetapi untuk sekarang banyak pula perusahaan yang membuat
laporan keuangan sebulan sekali, tiga bulan sekali, atau 6 bulan sekali tergantung pada
kebijakan perusahaan itu sendiri dan kebutuhan perusahaan akan laporan keuangan.
Adapun menurut FASB dalam SFAC No. 1 menyebutkan bahwa “Pelaporan
keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi juga media pelaporan
informasi lainnya, yang berkaitan langsung atau tidak langsung, dengan informasi yang
disediakan oleh sistem akuntansi – yaitu informasi tentang sumber-sumber ekonomi,
hutang, laba periodik dan lain-lain”.Kualitas pelaporan keuangan dapat dilihat dari
karakteristik kualitatif laporan keuangan. Karakteristik tersebut tercantum dalam SFAC
No. 2 seperti di bawah ini :
a. Relevan
b. Reliability (Keandalan)
c. Daya Banding dan Konsistensi
d. Pertimbangan Cost-Benefit
e. Materialitas Karakteristik
Adapun kualitas keuangan yang baik dinyatakan dengan karakteristik kualitatif
dan karakteristik kuantitatif. Pernyataan secara kualitatif dan kuantitatif tersebut tidak
dinyatakan dengan sembarangan, tetapi harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
berlaku. Pernyataan kuantitatif di ungkapkan oleh komite audit perusahaan dari laporan
keuangan perusahaan dan pernyataan kualitatif di ungkapkan dari hasil analisis komite
audit terhadap laporan keuangan untuk kelangsungan perusahaan ke depannya. Adapun
pernyataan tersebut juga harus di perkuat oleh audit eksternal yaitu akuntan publik yang
tujuannya supaya pernyataan dari komite audit dapat lebih diperkuat oleh audit
eksternal.
Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance mengenai Komite
Audit, KomiteAudit adalah"Suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota
Dewan Komisaris dan dapat meminta kalangan luar dengan berbagai keahlian,
pengalaman, dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Komite
3

Audit”.Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, yang bekerja


secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris dalam melaksanakan tugasnya.
Komite Audit bersifat mandiri baik dalam pelaksanaan tugasnya maupun dalam
pelaporan, dan bertanggungjawab langsung kepada Komisaris.
Peran Internal Auditor dalam perusahaan sangatlahlah luas, untuk itu penting
bagi organisasi Internal Audit untuk merekrut SDM dengan kualifikasi yang
berkompetensi yang akan menjadi penentu keberhasilan misi Internal Audit. Menilik
beban yang harus dipikul oleh Tim Internal Auditor maka sebuah Organisasi Internal
Audit harus menentukan sosok auditor yang Ideal, menentukan bobot auditor Karena
itu, auditor tidak boleh hanya berbekal pengetahuan dasar auditing saja (accounting,
financial management, statistic, dan sebagainya), apalagi sekedar mengandalkan hasil
studi/pelatihgan formal (yang terkadang tidak link & match dengan dinamika kebutuhan
bisnis), tetapi juga bersedia menjelajah secara self learning setiap informasi di luar serta
pengalaman di dalam institusi bisnis, baik yang bersifat technical maupun managerial,
terkait seluruh bidang yang ditekuni para auditee (IT, supply-chain, strategic
management, marketing, dan sebagainya).

Berdasarkan pada uraian-uraian diatas, maka penyusun tertarik untuk membuat


makalah dengan judul "SDM DAN ORGANISASI INTERNAL AUDIT".

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, dalam penyusunan makalah ini
kami menggunakan rumusan masalah sebagai lingkup permasalahan kami, antara lain:
1. Bagaimana menentukan SDM oraganisasi Internal Audit?
2. Bagaimana menentukan Komposisi Tim Auditor?
3. Bagaiman Tim Auditor menggalang kinerja ?

1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui bagaimana Organisasi Internal Audit dalam menentukan SDM.
2. Mengetahui bagaimana Organisasi menentukan Komposisi Tim Auditor.
3. Mengetahui tim auditor dalam menggalang kinerja
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1.Internal Auditor Juga Manusia

Setelah menyadari begitu luasnya peran yang dimainkan oleh Internal Auditor
(melalui kesadaran betapa strategisnya Internal Control, Risk Management, dan Good
Governance), lantas manusia-manusia macam apa yang layak berperan sebagai Internal
Auditor, yang akan menjadi penentu keberhasilan misi Internal Audit?

Menilik beban yang harus dipikul oleh tim Internal Audit, maka dapat
diidentifikasi benang merah kebutuhan akan kompentensi dasar (basic competency)
yang sama bagi para auditor, mulai dari Head of Departement hingga para pelaksana
sebagaimana penulis uraikan berikut.

2.1.1. Soft Competency- Internal Auditor : Menentukan Sosok Auditor yang Ideal

Kepribadian atau karakter positif yang kuat sekarang ini diakui sebagai penentu
keberhasilan seseorang dalam meniti karier, lebih dari bekal pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki. Sosok Internal Auditor yang ideal harus memiliki keunikan
tersendirir, yaitu perpaduan karakter yang jarang dijumpai pada posisi/profesi lain yang
dapat dinotasikan dalam persamaan berikut :

INTEGRITY + LEADERSHIP = COMPLIANCE + DOMINANT

Karena harus independen dalam mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan


akar masalah hingga mengeluarkan rekomendasi solusi, Integritas menjadi hal yang
tidak dapat ditawar. Memang mencari orang dengan integritas diri yang kuat sekarang
ini seperti “ mencari sebutir mutiara di tengah pasir”. Secara kasat mata orang-orang
seperti ini umumnya dijumpai dengan kemiripan ciri dalam hal:

 Sangat berminat dengan topik-topik menyangkut religiositas, spiritualitas, humanitas,


filsafat, atau tertarik berdiskusi tentang masalah keadilan (fairness).

4
5

 Memiliki prinsip hidup (way of life) dan pendirian yang teguh, yaitu hasil bentukan
dari pengalaman hidup yang lebih banyak gejolak ketimbang kisah sukses.
 Menampilkan gaya hidup yang cenderung sederhana (low profile) dengan tingkat
persistensi dan disiplin diri yang relatif tinggi serta konsisten yang sudah teruji oleh
waktu.
Selanjutnya, karena sifat pekerjaan auditor yang harus selalu berinteraksi dengan
berbagai tipe manusia, bahkan mempengaruhi orang lain, auditor mau tidak mau juga
harus memiliki aura kepemimpinan yang memadai. Penulis percaya pemimpin bisa
berasal dari bakat (borned to be a leader) maupun hasil pembentukan (leader by
learning experience). Secara umum, orang-orang ini terlihat dari ciri-ciri:

 Minat yang tinggi atau pengalaman yang konsisten, mulai dari masa sekolah/kuliah
hingga meniti karier, terlibat dalam aktivitas organisasi.
 Relatif dewasa (matured) dibanding rekan sebayanya, serta memiliki kepercayaan
diri (self confidence) dan kemandirian (self-driven) yang relatif tinggi.
 Memiliki kemampuan interpersonal relation, empathy, dan teamwork yang baik,
yang juga ditopang oleh lingustic intelligence yang baik, khususnya fasih secara
oral (terlihat saat berdiskusi atau ketika tampil sebagai public speaker).
Berdasarkan konsep pengukuran basic character “D-I-S-C”, ynag sejalan
dengan tuntutan prasyarat Integritas+Kepemimpinan, setidaknya auditor harus memiliki
kombinasi karakter antara “Compliance” dan “Dominant”. Memang tidak mudah untuk
mendapatkan sosok seperti ini mengingat begitu besarnya gap antara orang bertipe
Compliance (yang cenderung patuh, konservatif, tenang, dan tampil sebagai good guy)
dan orang yang bertipe Dominant (yang cenderung kreatif, tidak betah dengan situasi
yang adem-ayem, berpenampilan aktif, dan selalu terkesan sebagai bad guy). Beberapa
indikasi yang disebutkan pada ciri Integritas dan Kepemimpinan di atas mungkin dapat
membantu mendapatkan sosok hybrid person semacam itu. Namun, alangkah baiknya
bila diperkuat dengan hasil assesment yang dilakukan oleh HRD perusahaan.

2.1.2. Hard Competency- Internal Auditor : Menentukan Bobot Auditor


Maupun Soft Competency memegang peranan penting, auditor juga dituntut
memiliki tingkat berpikir, pengetahuan, dan keterampilan (Hard Competency) di atas
6

rata-rata, tepatnya sebuah kombinasi kempetensi yang terdiri dari Analytical Thinking,
Multi-Dimensional Knowledge, dan Advisory Skills.
Mengapa kemampuan Analytical Thinkin? Dalam menjalankan perannya,
auditor tidak hanya dituntut mengenal setiap business process (sistem kerja) yang
sedang berjalan maupun yang lazim berlaku, tetapi juag ahrus mampu:

 Mengidentifikasi setiap critical point di dalamnya, serta setiap kemungkinan logis


dari praktek yang tidak memadai pada titik-titik tersebut.
 Menganalisis perubahan, penyimpangan, bahkan potential risk yang ada.

ANALYTICAL THINKING INTELLECTUAL KNOWLEDGE ADVISORY SKILLS

LOGICAL THINKING EXPERIENTAL KNOWLEDGE SUPERVISORY SKILLS

SYSTEMATICAL INFORMATIONAL TECHNICAL SKILLS


THINAKING KNOWLEDGE

Gambar 3.1 Pola Pikir, Pengetahuan, dan Keterampilan Auditor

 Membuktikan root cause yang sebenarnya dan mengukur besarnya negative


impact dari situasi yang sudah/mungkin terjadi.
Tuntutan berpikir analitis ini tidak dapat dihindarkan mengingat Internal Audit
harus berada di garis depan dalam mengembangkan risk management perusahaan.

Auditor juga dituntut memiliki kapasitas Intellectual Knowledge yang memadai


agar dapat inline dengan wawasan berpikir dan pengetahuan yang dimiliki para auditee.
Pengetahuan yang dikuasai setidaknya mampu:

 Menunjang value added bagi bisnis maupun fungsi audit (relevant).


 Mengakui perkembangan dunia bisnis dan bidang pengawasan dari waktu ke
waktu (contextual).
Karena itu, auditor tidak boleh haya berbekal pengetahuan dasar auditing saja
(accounting, financial management, statistic, dan sebagainya), apalagi sekedar
mengandalkan hasil studi/pelatihgan formal (yang terkadang tidak link & match dengan
7

dinamika kebutuhan bisnis), tetapi juga bersedia menjelajah secara self learning setiap
informasi di luar serta pengalaman di dalam institusi bisnis, baik yang bersifat technical
maupun managerial, terkait seluruh bidang yang ditekuni para auditee(IT, supply-chain,
strategic management, marketing, dan sebagainya).

Dalam berinteraksi dengan para auditee, auditor selain mengidentifikasi


persoalan hingga ke akarnya, juga harus dapat memberikan rekomendasi atau advice
mengenai solusi yang tepat. Dalam hal ini, yang bisa menjadi faktor resistensi pihak
auditee di execution level adalah skill auditor. Secara umum ada 3 tingkatan yang
diharapkan auditee dari diri auditor:

 Memiliki kecakapan teknis yang baik, paling tidak sepadan dengan yang dimiliki
oleh auditee, khususnya dalam urusan administrasi/pengendalian pekerjaan atau
dalam menjalankan proses sebuah sistem. Auditor harus dapat menunjukan metode
yang lebih efektif/efisien ketimbang yang dijalankan oleh auditee.
 Memiliki kecakapan supervisory yang mumpuni, yang tidak hanya terkait dengan
penguasaan instrumen pengawasan (standar dan peraturan kerja, sistem reward &
punishment, dan sebagainya), tetapi juga pemahaman terhadap prinsip-prinsip
interpersonal skill dan leadership yang baik.
 Memiliki kecakapan komunikasi yang handal, tidak hanya dalam hal meyakinkan
auditee tentang urgensi persoalan atau potential risk beserta dampaknya, tetapi juga
dapat menunjukkan alasan mengapa saran/rekomendasi yang diberikan benar-benar
applicable, bahkan sebagai best practice bagi auditee.
2.2. komposisi Tim Audit: menyiasati Kebutuhan Akan Kompetensi

Ada beberapa cara yang dapat diterapkan di banyak perusahaan dalam rangka
membangun komposisi anggota tim internal audit, yang terbagi dalam 3 kelompok
yaitu:

1. Berdasarkan disiplin ilmu :


a. Komposisi yang relatif homogen (umumnya accounting Based)
b. Komposisi yang heterogen (yang terdiri dari latar belakang yang Multi
Discipline).
2. Bedasarkan pengalaman kerja :
8

a. Komposisi yang Well Experienced (auditor berpengalaman minimal 2


tahun).
b. Komposisi yang High Turnover (yang terdiri dari mayoritas Fresh-
Graduate/Employe).

SYSTEMATIC LOGICAL THINKING ANALYTICAL


THINKING THINKING
Pemetaan masalah: Memetakan situasi/ Pemetaan Masalah :
Memetakansitusai/masalah masalah: Sebagai bangunan 3-dimensi
sebagai suatu rantaiproses berbentuk Diagram atau Multi-Dimensi
(Proces Chain). Pohon (Tree Diagram).
Pembuatan keputusan : Pembuatan Pembuatan
Membuat solusiyang Keputusan/solusi : Keputusan/solusi:
berfokus pada Urutan Membuat solusi yang Berfokus pada rekonsiliasi 2
(Sequence) dari rangkaian berfokus pada arah :
Proses. penulusuran sebagai (1) Pengelompokan
kondisi hingga ke akar terurai dari satu titik
masalah (Root Cuse). (Deductive),dan
(2) Kesimpulan dari
Pengelompokan
Banyak titik
Orientasi Berpikir : Orientasi Berfikir: Orientasi Berfikir:
(Inductive).
Ketertarikan berpikir pada Ketertarikan berfikir pada Ketertarikan berpikir pada
aspek Cara/Metode (How aspek Latar aspek
To). Belakang/Asal-Muasal keutuhan/kelengkapansebuah
Sebuah peristiwa (Know peristiwa(“How Know”)
How).
Tabel: Tingkat Hard Competency SDM

EDUCATIONAL EXPERIENTAL INTELECTUAL


KNOWLEDGE KNOWLEDGE KNOWLEDGE
Sumber Pengetahuan: Sumber Pengetahuan: Formal study + Formal
Formal Study + Formal (Formal Study) + Formal Training + Long Track
Training Training + Long-Track Experince + Longlife Self
Experince. Learning + Update
Information.
Kekuatan /manfaat: Kekuatan/Manfaat : Kekuatan/ manfaat:
Landasan teori, konsep, Pemahaman pengetahuan Kemampuan
metode yang kuat pada secara efisien melalui mengintegrasikan 2 aspek:
bidang disiplin ilmu ( pengalaman praktis Landasan Teori + Praktek
major)tertentu. (learning by doing), Bisnis. Kemampuan
spesialisasi profesi sesuai melakukan reformulasi
9

dengan pengalaman yang teori, dan adopsi


dimiliki. teori/pengalaman kedalam
sektor bisnis yang berbeda.
Kelemahan/tantangan: Kelemahan/tantangan: Kelemahan/tantangan :
Implementasi sangat Memiliki fokus wawasan Kerumitan Penerapan
bergantung pada contoh yang relatif sempit, hanya tori/konsep/metode yang
(learning by example) dan sekitar pengetahuan atau tidak praktis. Mengusung
sulit keluar dari teori pengalaman yang dikuasai semangat perubhan yang
(konsep,metode) atau contoh saja. Risiko daya tanggap relatif dinamis, yang belum
yang diberikan, tidak berani yang lemah terhadap tentu direspon dengan baik
keluar dari ‘pakem’ teori. perubahan atas oleh para
pengetahuan/ pengalaman stekholder/pemangku
praktis yang dikenal baik kepentingan.
selama ini.

TECHNICAL SKILL SUPERVISORY SKILL ADVISORY SKILL


Karakteristik: Karakteristik: Karakteristik:
Kecakapan yang menunjang Kecakapan untuk Kecakapan mempengaruhi
rutinitas kerja/bisnis atau mengawasi efektifitas atau mengubah polapikir
dalam rangka pengoprasian SDM dalam hal-hal yang SDM agar memiliki tingkat
sebuah peralatan/sistem. bersifat teknis atau terkait efektivitas dalam jangka
target jangka pendek. panjang.

3. Berdasarkan Status Karyawan:


a. Komposisi yang terdiri dari sepenuhnya Permanent Emloyees.
b. Komposisi yang terdiri dari sebagian SDM berstatus Semi-Permanent
(Kontrak, Part-time atau Outsourced).

Tabel : Plus-minus Komposisi Tim Internal Audit.

KOMPOSISI KEKUATAN KELEMAHAN


1.a. Accounting Based Isi laporan keuangan Tidak tersentuh aspek teknis
Diadopsi dari organisasi relatif dapat dipercaya operasional maupun
External Audit (Public (trustworthied)ditinjau kebijakan yang
Accountan), dimana fokus dari solidaritas sistem melatarbelakangi
audit hanya tertuju pada pengawasan yang berlapis peningkatan biaya/
analisis laopran keuangan, pada aspek pinancial kewajiban atau penurunan
pemenuhan prinsip-prinsip Managementt pendapatan.
akuntansi dan lingkup Accounting. Peran Audit terkesan begitu
Financial management Managemet lebuh yakin ekslusif.
lainnya. dalam pengambilan
Dijumpai pada perusahaan keputusan investas, karena
besar yang terdiri dari mendapat “second
banyak bussiness unit. Opinion” dari tim audit
10

terhadap semua Financial


ratio analysis yang tersaji.
1.b. Multidiscipline based Lingkup pengawasan Kapasitas pengawasan
Lingkup audit tidak hanya dapat menjangkau banyak berbasis laporan Laporan
sekitar Accounting & aspek penting dibelakang keuangan kemungkinan
Financial Management. angka-angka sebuah tidak terlalu kuat, apabila
Tetapi juga operasional, laporan keuangan, bahkan dalam tim audit tidak ada
teknologi, HRD, dan lain- dapat memberikan auditor yang memiliki
lain. perspektif baru bagi pengalaman cukup dalam
Bisa ditemui di industri pengembangan struktur membedah laporan
perbankan/ pembiayaan Chart Of Account maupun keuangan berdasarkan
(khususnya untuk audit Ratio Analysis perusahan. kaidah PSAK.
portopolio kredit).
2.a. Well-Experienced Efesiensi dalam biaya Tingkat produktivitas dan
Perushaan relatif sudah pelatihan/pengembangan efesiensi kinerja audit relatif
established dan memiliki personel internal audit. tidak tinggi, mengingat
kompleksitas investasi yang Tim audit memliki banyak karyawan terjebak
tinggi. kecukupan wibawa yang pada situasi “comport zone”
Biasanya dijumpai pada terpancar dari kompetensi selain berada dalam tim
perusahaan yang mendorong SDM yang kuat. internal audit yang terkesan
penerapan Risk Memudahkan perusahaan ‘elit’.
Management atau GCG. cq HRD dalam membuat Penggembangan kapabilitas
peta career path,
hanya based on experience,
khususnya bagi jabatan dan dapat kemungkinan
fungsional. SDM tidak dapat
memeberikan teroboson
baru berdasarkan
perkembangan metode audit
atau tren bisnis.
2.b. High Turnover Integritas tim audit dapat Rencana kerja pemeriksaan
Perusahan relatif tidak terjaga. dapat terhambat karena
menjadikan fungsi Efesiensi biayi SDM fluktuasi pasokan personil
pengawasan sebagai Core internal Audit. audit auditor atau karena
Operation atau tengah kompetensi SDM yang
menerapkan strategi dibawah standar.
Rejuvenating SDM
(termasuk saat perusahaan
menilai tim internal audit
telah gagal dan perlu
direstrukturisasi.
3.a. Permanent Auditors Diharapkan tim audit Auditor dapat terjebak pada
Perusahaan menjadikan bekerja dengan situasi Psikologis “comport
internal audiit sebagai fokus/konsentrasi penuh. zone”.
stategic unit, dimana Perusahaan dapat Auditor bisa terjebak pada
personelnya harus memebrikan akses/ “konflik horizontal” dengan
profesional(sepenuhnya full otoritas yang lebih leluasa auditee dimana auditor
timer). kepada tim audit. merasa mewakili
Ini lazim dijumpai pada Auditor dapat dipercaya kepentingan ‘orang pusat’ ,
11

banyak perusahaan yang untuk menjaga hal-hal sementara audit


menyadari akan pentingnya yang dikategorikan memposisikan diri sebagai
peran internal audit. sebagai rahasia ‘korban orang pusat’.
perusahaan.
3.b. Outsourced Auditors Biaya SDM internal Audit Perusahaan tidak memiliki
Perusahaan menerapkan relatif rendah dan tim yang kompeten yang
strategi low-cost operation organisasi audit ramping sewaktu-waktu dapat
pada setiap lini bisnis, (hanya terdiri dari memebrikan “second
termasuk efisiensi SDM segelintir staf permanen). opinion” terhadap isu-isu
yang tidak termasuk core Perusahaan memiliki internal terkait Risk
operation. keleluasaan untuk fokus Management & operation
Perusahaan menerapkan pada core bussiness dan control yang dihadapi.
bahwa setiap technical memiliki organisasi yang Kesinambungan
execution level di ramping/lincah. pengawasan dan
outsourced-kan, hanya Perusahaan juga leluasa pengembangan risk
supervisory level keatas dalam bekerja sama management atau built-in
sebagai staf permanen. dengan pihak ke-3 control perusahaan akan
Diterapkan oleh banyak khususnya jasa external terganggu apabila terjadi
perusahaan di industri yang audit ( Public Accountant, ketidaksepakatan dalam
persaingannya ketat (red dan sebagainya), sesuai kerjasama bisnis dengan
ocean), dimana profit level of control yang pihak pemberi jasa internal
margin relatif tipis. Juga diinginkan. audit .
banyak dijalankan oleh Level control yang rendah
bussiness owner yang baru (risiko yang tinggi),
mengakuisisi perusahaan, mengingat pemilihan vendor
khususnya oleh investor berdasarkan cost concern,
asing. sehingga jasa yang diterima
tidak optimal.

Pilihan atas kombinasi anggota tim Internal Audit berpulang pada luasnya skala
perusahaan, corak strategi bisnis yang diterapkan, serta perspektif nilai tambah (added
value) dalam menemptkan peran Inteernal Audit pada peruahaan. Berdasarkan tinjauan
terhadap situasi bisnis skala menegah keatas secara umum, penulis merekomendasikan
kombinasi tim Internal Audit yang terdiri dari:

 Formasi yang bersifat multidiscipline dengan rasio 1:2 atau 1:3 (1 personil
berlatar belakang Accounting, dan 2-3 SDM dari displin ilmu lainnya). Personel
yang lain sebaiknya berasal dari:
- Jurusan Teknik Informatika/Sistem Informatika atau mereka yang
berpengalaman sebagai system atau system/computer/internet security.
- Displin ilmu yang sesuai dengan core business dari setiap perusahaan yang
ada (misalnya, yang memahami prinsip-prinsip quality assurance/quality
12

control untuk manufaktur yang memahami konsep supplychain management


untuk bidang logistik, yang memahami spesifikasi konstruksi bangunan
untuk properti) atau orang-orang dengan latar belakang pendidikan
engineering lainnya yang memiliki dasar logical/analytical thinking yang
baik.
- Orang dengan latar belakang pendidikan /pengalamn dibidang strategic
management , business development, atau sales & marketing, yang
diperlukan untuk memperkuat analisis terhadap parameter-parameter bisnis.
 Untuk Head of Department & Head of Unit (2nd liners) tentunya harus dipegang
oleh permanent employe yang sudah well-experienced, yaitu mereka yang telah
berkuat di dunia auditing setidaknya 5 tahun untuk Head of Department dan
minimal 3 tahun untuk Head of Unit setingkat dibawahhnya.
 Sementara untuk staf auditor lain dapat diambil dari internal perusahaan (unit
kerja lain) atau demgan mencari fresh-graduate (untuk menyiapkan suksesi
sedini mungkin).
 Pilihan menggunakan tenaga outsourced atau kontrak dapat dipertimbangkan
hanya untuk memperkuat SDM pelaksana (misalnya , dilevel Regional Office),
sepanjang organisasi kerja dinilai suah terlalu besar disbanding kebutuhan
actual.
2.3. Organisasi Tim Audit: Menggalang Kinerja

Sebagai tim yang dituntut harus independen (lihat Bab 1, Point 1-4), penempatan
dalam organisasi/perusahaan sangat menentukan . berbicara tentang organisasi,
kepentingan untuk mencakup skala pengawasan secara luas yang berhadapan dengan
kepentingan efisiensi jumlah SDM, juga perlu dipikirkan uuntuk mendorong struktur
organisasi Internal Audit yang memadai.

2.3.1. Posisi Internal Audit di Tengah Perusahaan


Sebagai sebuah tim yang independen jelas Internal Audit tidak tepat bila
ditempatkan dalam jalur structural (sejajar atau dibawah posisi Head of
Division/Department. Seperti sejajar atau digabungkan dengan Accounting Dept).
Dalam praktek , biasanya Internal Audit ditempatkan dibawah CEO/BOD sebuah
Business Uniit. Sejalan dengan pertumbuhan korporasi, selanjutnya Internal Audit
13

dimasukkan ke dalam bagian dari Holding Company (langsung dibawah CEO atau
sebagai bagian dari struktur, bila Holding Co. tidak termasuk objek pengawasan). Bila
mengikuti pertumbuhan Business Unit, terutama mempertimbangkan semakin
banyaknya Cabang (Representative Office) yang dibuka, Internal Audit dikembangkan
kebawah hingga ke Ragional Office. Sangat jarang tim Internal Audit diposisikan
langsung dibawah Board of Commissioner (Business Owner), kecuali dengan
pertimbangan bahwa seluruh Business Unit dipegang sepenuhnya oleh para
professional, dimana pemegang saham mayoritas membatasi diri hanya selaku investor
dan tidak terlibat dalam operasi bisnis
14

BUSINESS OWNER
(Board of Commmisioner)

INTERNAL
AUDIT

HOLDING COMPANY
(Board of Director)

HOLDING CO
(Departments) INTERNAL
AUDIT

BBUSINESS UNIT HEAD


OFFICE (CEO)

INTERNAL
AUDIT

BUSINESS UNIT
(Department)

BBUSINESS UNIT REGION


OFFICE (Head of REGION)

INTERNAL
AUDIT

REGION OFFICE
(Departments)

Gambar 3.2 Posisi Internal Audit di Tenagh Perusahaan


15

2.3.2. Jumlah Personal Internal Audit

Menilik dari lingkup pengawasan yang seluas skala perusahaan itu sendiri, maka
bila tidak diperhitungkan dengan baik Internal Audit dapat menjadi sebuah unit kerja
yang sangat besar. Rumus yang biasa dipakai sebagai acuan adalah jumlah objek
pengawasan (control object/entity), yaitu;

Jumlah ( ∑ ) Objek = (∑ Biz.Unit) * (∑ Unit Kerja) * (∑ Critical Accounts)

Jika jumlah Biz.Unit = 5 perusahaan, dimana masing-mmasing diperkirakan


terdiri atas 10 departemen dikantor pusat dan 20 pusat dan 20 kantor cabang (30 unit
kerja), sementara pengawasan ditargetkan meliputi minimal 10 GL Accounts, maka
diperoleh angka tidak kurang dari 1.500 objek pengawasan !

Dengan acuan sebulan = 20 hari kerja, setiap objek pengawasan harus diperiksa
1 kali dalam sebulan, dan setiap auditor ditargetkan dapat menangani rata-rata 3 objek
per hari, sehingga dibutuhkan sekitar 1.500 / (3*20) = 25 orang auditor! Sebuah jumlah
yang sangat besar bagi sebuah organisasi nisnis.

Ini belum lagi apabila setiap objek harus dipilah lebih lanjut sesuai pembobotan
tertentu, sehingga kebutuhan akan auditor dapat lebih besar lagi. Bobot sebuah objek
misalnya dapat dilihat dari:

1. Nilai saldo akun/perkiraan (account balance) dan jumlah bukti transaksi yang
diperiksa
2. Banyaknya critical point yang harus didalami secara khusu yang ditinjau dari
kuat-lemahnya internal control atau tingkat kompleksitas risiko yang harus
dianalisis.
3. Jumlah data penunjang yang dibutuhkan (seperti buku pembantu, data dari
sistem computer).
Menjalankan fungsi pengawasan pada dasarnya bukanlah sebuah pekerjaan rutin
yang bersifat mekanis dimana terhadap setiap objek pengawasan dapat
ditetapkan skala periode pengawasan secara proposional, sehingga bisa dihitung
kebutuhann alokasi sumber daya (waktu dan personel). Berikut adalah contoh
penetapan Audit Paln berdasarkan pengawasan:
16

CONTROL LVL AUDIT PLAN RESOURCES


OBJECTS
Biz.Unit *A*-Head 1St On-Desk Audit = 6 kali
6 x 10 Days x 5
Office per tahun (1 kali per 2
Auditors (300
(10 Depts x 10 bulan Mandays)
Accounts) On-Site Audit = 2 kali
10 x 5 Days x 2
per tahun ( 1 kali per
Auditors 100
semester) Mandays
Biz.Unit “A”-Branch 1St On-Desk Audit = 4 kali
4 x 10 Days x 2
(10 per tahun (1 kali per 3
Auditors (200
Branches/Rep.Office) bulan) Mandays)
On-Site Audit = 1 kali
10 x 5 Days x
per tahun per Branch 2Auditors (100
Mandays)
Biz,Unit “A”-Special 2nd On-Desk Audit = 2 kali 2 x 20 Days x 2
Accts. per tahun (1 kali per Auditors (80
(5 Critical Accts, 5 semester) Mandays)
Projects) On—Site Audit= none
Biz,Unit “B”-Growing 1 St On-Desk Audit = 6 akli 6 x 15 Days x 2
Biz. per tahun (1 kali per 2 Auditors (180
(10 Accts, 5 Special bulan) Mandays)
Projects) On-Site Audit= 3 klai 3 x 10 Days x 2
per tahun (1 kali per 3 Auditors (60
bulan) Mandays)
Biz.Unit “C”-New Biz 2 nd On-Desk Audit = 2 kali 2 x 10 Days x 1
per tahun ( kali per Auditors (20
semester) Mandays)
Total= 1.040 Mandays
TABEL 3.3 Ilustrasi Perhitungan Mandays Audit

Seandainya tim Internal Audit memiliki 5 orang auditor dan 1 tahun = 20 x 12


hari kerja, maka dalam setahun tim ini memiliki 5 x 20 x12 Mandays yang secara
kalkulasi harus cukup untuk meng-cover seluruh control objects diatas (yang hanya
membutuhkan 1.040 ,andays).

Optimilisasi jumlah anggota tim Internal Audit dapat pula melalui penerapan
Finctional Matrix Structure, yang perbandingannya dapat dilihat pada Gambar 3.3

Dengan menerapkan Matrix Structure, pengalokasiian SDM mungkin akan jauh


lebih optimal karena setiap auditor secara fungsional dapat berperan pada penugasab
berbagai Audit Unit. Tinggal alokasi waktu direncanakan secara berkala (1-3 bulanan)
berdasarkan Audit Plan dan Prioritas setiap Audit Object.
17

2.3.3. Internal Audit dan External Audit

Untuk memberikan gambaran yang lebih jernih mengenai peran Internal Audit
ditengah perusahaan, sejenak kita tinjau perbandingannya dengan peran External Audit.

Head of Dept

Head of Unit A Head of Unit B Head of Unit C

Audit Staff A Audit Staff A Audit Staff B Audit Staff B Audit Staff C Audit Staff C

Head of Dept

Head of Unit A Head of Unit B Head of Unit C

Audit Staff Audit Staff Audit Staff Audit Staff Audit Staff Audit Staff

GAMBAR 3.3 Classic Structure vs Matrix Structure

External Audit jelas menjalankan misi dari luar perusahaan, baik karena diminta
oleh perusahaan maupun karena kewenangan yang dimiliki berdasarkan perundangan
yang berlaku. Beberapa External Auditor yang umumnya berinteraksi dengan
perusahaan antara lain:

4. Akuntan Publik (Public Account) yang berdasarkan kontrak dengan perusahaan


melakukan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangn Tahunan (atau per Tanggal
Cut-Out tertentu yang diminta oleh perusahaan). Hasil pemeriksaannya, berupa
Laporan Keuangan Teraudit (Audited FinancialStatement), lalu digunakan
18

perusahaan untuk berbagai keperluan. Mulai dari urusan kerja sama bisnis (B to
B), kelengkapan pengajuan pinjman, hingga laporan ke instansi pemerintah terkait
(Kantor Pajak, atau Bapepan bagi perusahaan go public).
5. Pemeriksa dari Instansi Pemerintah tertentu sesaui kewenangan yang dilindungi
oleh Undang-Undang, seperti Pemeriksa Pajk (TaxInvestigator, Fiscus) dari
Kantor Pelayanan Pajk wilayah dimana perusahaan berdomisili, dan pemeriksa
Bank Indonesia pada industry perbankan.
6. Pemeriksa dalam rangka Sertifikasi yang ingin dimiliki oleh perusahaan. Sebagi
contoh, terkait perizinan pabrik atau peluncuran produk, sertifikasi halal (untuk
manufaktur), pengambilan sertifikasi ISO 9000, dan sebaginya.

Dari ketiga contoh External Auditor tersebut, dapat dilihat perbedaannya


menyangkut:

 Luas variasi lingkup dan objek pengawasan terhadap keseluruhan institusi


bisnis.
 Kedalaman penulusuran masalah dan kisaran (range) data objek pengawasan.
 Intensitas keteraturan pengawasan terhadap sebuah objek pengawasan.
 Besarnya tuntutan kompetensi yang harus dimiliki oleh auditor.
 Besarnya risiko yang dihdapi apabila di kemudian hari dijumapi
penyimpangan yang signifikan terkait objek pengawasan tertentu.
 Besarnya value added yang bisa diperoleh perusahaan dari hasil audit.

Pada semua aspek tersebut dapat dibayangkan bahwa nilai ukuran terhadap
Internal Auditor memang berada diatas nilai yang bisa diberikan kepada External
Auditor.
BAB III

STUDY KASUS

LAPORAN KEUANGAN GANDA BANK LIPPO

3.1.Profil Singkat Bank Lippo


Bank Lippo merupakan Bank yang lahir atas merger dari Bank Perniagaan
Indonesia dan Bank Umum Asia. Bank ini secara resmi beroperasi atas nama Bank
Lippo pada tahun 1948 yang dipimpin oleh Mochtar Riady. Cikal bakalnya lahirnya
Bank ini diawali ketika Mochtar Riady membeli sebagian saham di Bank Perniagaan
Indonesia. Lahirnya Bank ini juga merupakan cikal bakal terbentuknya Grup Lippo.
Akan tetapi pada tahun 2008, nama Bank Lippo secara resmi akan hilang dari
perbankan nasional, dikarenakan Bank ini telah merger dengan Bank Niaga.
Akibatnya nama Bank Lippo akan dihilangkan dan menjadi Bank CIMB Niaga
(Detik, 2008; Kompas, 2008). Adanya merger ini diawali ketika Khazanah sebagai
pemiliki mayoritas CIMB Groups Holdings mengakuisisi kepemilikan mayoritas Bank
Lippo pada tanggal 30 September 2005, yang kemudian seluruh kepemilikan saham ini
beralih tangan menjadi milik CIMB Group. Sebagai bentuk patuhnya CIMB Group
pada Single Presence Policy (SSP) akhirnya secara resmi Bank Lippo di merger dengan
Bank Niaga (CIMB Niaga, 2017).

3.2. Ringkasan Kasus “Laporan Keuangan Ganda Bank Lippo”


Pada tanggal 28 November 2002 Bank Lippo mempublikasikan laporan
keuangannya untuk periode per 30 September 2002. Pada publikasi tersebut, tercatat
bahwa total aktiva yang dimiliki oleh Bank Lippo per 30 September 2002 sebanyak Rp
24 triliun dengan laba bersih sebanyak Rp 98 miliar. Selain itu pada publikasi tersebut,
pihak manajemen Bank Lippo juga menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut telah
di audit dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun, permasalahan dan
keanehan muncul ketika adanya perbedaan isi laporan keuangan Bank Lippo untuk
periode per 30 September 2002 yang dilaporkan Bank Lippo kepada Bursa Efek
Jakarta (BEJ) pada tanggal 27 Desember 2002 dengan laporan keuangan yang
sebelumnya telah dipublikasikan sendiri oleh pihak Bank Lippo.

19
20

Berdasarkan laporan yang terdapat di BEJ, total aktiva yang dimiliki oleh Bank
Lippo berubah menjadi Rp 22,8 triliun (turun Rp 1,2 triliyun). Selain itu, ternyata Bank
Lippo harusnya mencatat kerugian sebesar Rp 1,3 triliun, yang awalnya berdasarkan
publikasi dari pihak Bank Lippo, perusahaan tersebut tercatat memperoleh laba (Tempo,
2003b). Munculnya laporan keuangan ganda ini langsung ditanggapi oleh pihak KAP
yang mengaudit LK Bank Lippo yaitu Ernst and Young, Sarwoko dan Sanjaya. Menurut
KAP tersebut, laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Lippo tanggal 27
November 2002 tersebut merupakan LK yang belum selesai diaudit oleh KAP tersebut,
hanya LK yang dilaporkan ke BEJ yang telah diaudit (Tempo, 2003b).

Berdasarkan kejadian tersebut, pihak Bank Lippo berdalih, penyebab adanya


perbedaan tersebut dikarenakan terjadinya penurunan nilai agunan yang diambil alih
(AYDA) yang awalnya Rp 2,393 triliun turun menjadi Rp 1,42 triliun. Penurunan aset
ini juga berdampak pada nilai capital Adequacy Ratio (CAR) yang turun menjadi 4,23%
(awalnya 24,77%). Akan tetapi, alasan yang diberikan oleh pihak Bank Lippo tersebut
dibantah oleh beberapa pihak. Beberapa pihak menduga bahwa Bank Lippo telah
melakukan manipulasi laporan keuangan secara sengaja.

Hal ini dibuktikan dengan melihat aset agunan yang dimiliki Bank Lippo.
Agunan yang dijadikan aset oleh Bank Lippo tersebut ternyata merupakan aset yang
berasal dari Grup Lippo, yaitu PT Bukit Sentul Tbk; PT Lippo Karawaci Tbk; PT Lippo
Securities Tbk; PT Panin Insurance Tbk; PT Lippo Cikarang Tbk; dan PT Hotel
Prapatan (Sumantyo, 2003). Atas kasus ini BEJ, meminta Bank Lippo untuk
mengadakan paparan publik (paling lambat 15 Januari 2003). Paparan tersebut berisikan
pernyataan/penjelasan pihak Bank Lippo terkait adanya laporan keuangan ganda Bank
Lippo Per 30 September 2002 dan menjelaskan kinerja keuangan perusahaan hingga
periode 31 Desember 2002 (Tempo, 2003b).

3.3. Penyelesaian Kasus Oleh Pihak Berwenang


Bank Lippo telah terbukti melakukan kecurangan dengan mempublikasikan
laporan keuangan yan menyesatkan bagi publik. Atas perbuatan tersebut, Badan
Pengawas Pasar Modal (Bappepam) memutuskan untuk memberikan peringatan yang
keras untuk pihak Bank Lippo dan memberikan sanksi administratif bagi Bank Lippo
tersebut (Tempo, 2003a). Sanksi Administratifnya yaitu pihak Bank Lippo harus
21

membayarkan denda ke kas Negara sebesar Rp 2.500.000.000 saja (Tempo, 2003c).


Selain itu Bappepam juga mewajibkan pihak manajemen Bank Lippo untuk
menyerahkan laporan kemajuan (progress report) pada BEJ seminggu sekali di mulai
tanggal 24 Febuari sampai dengan keluarnya laporan keuangan tahunan auditan tahun
2002.
Bappepam tidak hanya memberikan sanksi kepada pihak Bank Lippo saja, akan
tetapi Bappepam juga memberikan sanksi berupa denda kepada KAP Ernst and Young,
Sarwoko dan Sanjaya selaku KAP yang bertanggung jawab atas audit Laporan
Keuangan Bank Lippo pada periode tersebut. Pihak KAP tersebut diwajibkan untuk
membayar denda ke kas Negara hanya sebesar Rp 3.500.000 saja (Tempo, 2003c).
Pemberian sanksi kepada KAP ini dikarenakan KAP ini dianggap lalai menjalankan
tugasnya sebagai pihak yang memeriksa laporan keuangan Bank Lippo pada periode
tersebut, sehingga menyebabkan adanya laporan keuangan ganda tersebut yang
berdampak pada penyesatan informasi pada publik.

3.4. Analisis Kasus


3.4.1. Analisis Penyebab
Berdasarkan data yang telah dijelaskan pada ringkasan kasus di atas, dapat
dilihat bahwa pihak Bank Lippo sudah tampak sekali melakukan tindakan manipulasi
laporan keuangan, dapat terlihat adanya perbedaan isi laporan keuangan yang awalnya
mereka publikasikan secara mandiri dengan laporan keuangan yang di laporkan di BEJ.
Manipulasi yang paling terlihat adalah pihak Bank Lippo dengan sengaja memanipulasi
data aktiva dan labanya, yang mana di keduanya mengalami peningkatan cukup
signifikan dibanding dengan data yang sebenarnya.
Pada dasarnya perusahaan yang melakukan tindakan manipulasi laporan
keuangan, terutama memanipulasi untuk meningkatkan nilai pos tertentu ditujukan agar
perusahaan tersebut “terlihat memiliki kinerja yang baik di hadapan pihak eksternal”
padahal tidak. Dampaknya biasanya pada peningkatan harga saham ataupun untuk
memikat hati pihak eksternal seperti investor untuk menginvestasikan dananya melalui
pembelian saham. Contoh lainnya adalah agar dimudahkan untuk memperoleh suntikan
dana dari pihak kreditur. Tidak menutupi bahwa tujuan awal atau penyebab pihak
manajemen tersebut melakukan manipulasi tersebut guna untuk memperoleh
keuntungan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terutama untuk memikat para
22

calon investor untuk segera menanamkan saham pada Bank Lippo, terlebih lagi pada
publikasi laporan keuangan yang dilakukan secara mandiri oleh Bank Lippo tersebut,
menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut telah di audit dan mendapatkan opini
WTP (padahal belum di audit). Dengan diperolehnya opini WTP pada perusahaan
tersebut berarti telah menunjukan bahwa laporan keuangan tersebut telah disusun secara
wajar dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku, yang
artinya laporan keuangan Bank Lippo bebas dari berbagai praktik ilegal terlebih lagi
fraud. Tentunya dengan diperoleh opini WTP tersebut, turut berperan penting untuk
memikat hari para investor untuk investasi pada Bank Lippo.

Praktik manipulasi yang dilakukan oleh pihak Manajemen Bank Lippo tersebut,
juga telah menunjukan bahwa pihak manajemen juga turut melakukan tindakan/praktik
manajemen laba. Menurut Herawaty (2008) manajemen laba merupakan tindakan
judgement dalam laporan keuangan yang dapat merubah laporan keuangan yang
akhirnya dapat menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Contohnya pada kasus ini terlihat pada laba pe 30 September 2002 yang seharusnya
mengalami kerugian sebesar Rp 1,3 triliun, kemudian diganti oleh pihak manajemen
dengan memperoleh laba bersih sebanyak Rp 98 miliar. Padahal manajemen laba yang
dilakukan tersebut bertujuan negatif yang dapat merugikan banyak pihak. Praktik
manajemen laba ini tentunya terkesan negatif, karena pihak manajemen Bank Lippo
melakukannya untuk menarik banyak investor agar menanamkan dananya pada Bank
Lippo.

Secara keseluruhan, menurut penulis penyebab utama munculnya kasus ini


dikarenakan lemahnya implementasi Good Corporate Governance (GCG) pada
manajemen Bank Lippo. Jika implementasi GCG Bank Lippo terlaksana dengan baik,
maka kasus manipulasi laporan keuangan yang terjadi pada Bank Lippo ini tidak akan
terjadi/dapat dihindari. Hal ini dikarenakan menurut Guna dan Herawaty (2010) pada
dasarnya tujuan dengan dilaksanaknnya GCG ini bertujuan untuk membuat
berbagai/serangkaian mekanisme yang dapat mencegah dan membatasi asimetri
informasi, termasuk contohnya adalah manajemen laba.

Dalam pelaksanaannya, GCG dilaksanakan dengan 5 prinsip utama, antara lain


akuntanbilitas, transparansi, responbility, indepedensi, dan keadilan. Berkaitan dengan
23

kasus yang melanda Bank Lippo ini, terlihat bahwa perusahaan ini telah melanggar 2
prinsip dari GCG tersebut, yaitu transparansi dan responsibility. Prinsip transparansi
menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya perusahaan harus menyampaikan setiap
informasi dengan jelas, akurat, dapat dipertanggungjawabkan, dan tentunya tidak
menyesatkan. Informasi yang dimaksud termasuk informasi yang terdapat pada laporan
keuangan di sebuah perusahaan.

Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip responsibility ialah suatu organisasi


dalam pelaksanaan setiap kegiatan/operasional harus sesuai dengan aturan yang berlaku.
Berkaitan dengan kasus ini, apabila pihak manajemen Bank Lippo sepakat dan
berkomitmen untuk melaksanakan GCG dengan baik, maka kasus manipulasi laporan
keuangan ini dapat terhindarkan. Hal ini dikarenakan, dalam pelaksanaanya jika pihak
manajemen menjalankan dengan baik GCG-nya, maka tentunya pihak manajemen akan
senantiasa mengawasi/mengontrol pembuatan Laporan Keuangan agar sesuai dengan
aturan/standarnya (pelaksanaan prinsip transparansi dan responbility). Sehingga dapat
dipastikan salah satu penyebab utama adanya kasus manipulasi laporan keuangan ini
terjadi dikarenakan lemahnya dalam pelaksanaan GCG pada manajemen Bank Lippo.

3.4.2. Analisis Dari perspektif Hukum


Akhir dari perjalanan kasus yang menimpa Bank Lippo ini yaitu Bank Lippo
terbukti bersalah dikarenakan adanya kasus laporan keuangan ganda ini. Atas kasus ini,
Bappepam selaku lembaga yang berwenang memutuskan bahwa Bank Lippo hanya
akan mendapatkan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 2.500.000.000.
Menurut penulis, sanksi yang diterima oleh Bank Lippo tidak tepat. Melihat
fakta dari kasus ini, secara jelas bahwa pihak manajemen Bank Lippo telah terbukti
melakukan manipulasi laporan keuangan dan membuat pernyataan bahwa laporan
keungan tersebut telah di audit (padahal belum), yang berdampak pada penyesatan
informasi terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Atas fakta tersebut, sudah dapat
dilihat bahwa kasus ini telah melanggar Pasal 93 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, yang berarti kasus ini tergolong sebagai
kasus pidana bukan hanya tergolong pelanggaran administrasi saja. Pasal 93 tersebut
berbunyi: Setiap Pihak dilarang, dengan cara apa pun, membuat pernyataan atau
memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga
24

mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek apabila pada saat pernyataan dibuat atau
keterangan diberikan :
1. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa
pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau
menyesatkan;
2. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran
material dari pernyataan atau keterangan tersebut.

Dampak dengan pelanggaran Pasal 93 tersebut ialah pihak yang melakukan


tindakan penyesatan informasi tersebut (dalam hal ini Bank Lippo) seharusnya
mendapatkan sanksi pidana berupa kurungan penjara paling lama 10 tahun dan denda
paling banyak Rp 15.000.000.000.

3.5. Dampak Kasus


Adapun dampak dari kasus ini antara lain:
1. Menambah deret panjang kasus skandal manipulasi laporan keuangan yang
berakibat turunnya kepercayaan publik atas Perusahaan Publik, terutama atas
kinerja akuntan dan auditor yang terlibat.
2. Merugikan investor yang mendapatkan informasi menyesatkan atas Laporan
Keuangan Bank Lippo tersebut (yang dipublikasikan oleh pihak Bank Lippo di
Media Massa), terlebih lagi investor yang telah membeli saham tersebut. Hal ini
dikarenakan setelah mencuatnya kasus laporan keuangan ganda tersebut, harga
saham Bank Lippo mengalami penurunan yang drastis, dan hal ini tentunya
menyebabkan kerugian bagi investor-investor tersebut.
3. Sanksi yang diberikan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, menunjukan
masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia. Tentunya ini berdampak pada
kepercayaan publik atas kinerja para penegak hukum di Negara ini yang masih
takut dengan beberapa pihak yang berkuasa di Negara ini. Diketahui bahwa
terdapat pihak yang dianggap “orang kuat” yang menjadi komisaris di Bank
Lippo, sehingga membuat takutnya para penegak hukum tersebut dalam
menegakan keadilan.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Organisasi Audit dalam Menentukan SDM Menilik beban yang harus dipikul
oleh tim Internal Audit, maka dapat diidentifikasi benang merah kebutuhan akan
kompentensi dasar (basic competency) yang sama bagi para auditor, mulai dari
menentukan sosok Auditor yang ideal, menentukan bobot auditor.
2. Komposisi Tim Audit: menyiasati Kebutuhan Akan Kompetensi
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan di banyak perusahaan dalam rangka
membangun komposisi anggota tim internal audit, yang terbagi dalam 3
kelompok yaitu:
a. Berdasarkan disiplin ilmu :
1. Komposisi yang relatif homogen (umumnya accounting Based)
2. Komposisi yang heterogen (yang terdiri dari latar belakang yang Multi
Discipline).
b. Bedasarkan pengalaman kerja :
1. Komposisi yang Well Experienced (auditor berpengalaman minimal 2
tahun).
2. Komposisi yang High Turnover (yang terdiri dari mayoritas Fresh-
Graduate/Employe).
c. Berdasarkan Status Karyawan:
1. Komposisi yang terdiri dari sepenuhnya Permanent Emloyees.
2. Komposisi yang terdiri dari sebagian SDM berstatus Semi-Permanent
(Kontrak, Part-time atau Outsourced).
3. Organisasi Tim Audit: Menggalang KinerjaSebagai tim yang dituntut harus
independen, penempatan dalam organisasi/perusahaan sangat menentukan .
berbicara tentang organisasi, kepentingan untuk mencakup skala pengawasan
secara luas yang berhadapan dengan kepentingan efisiensi jumlah SDM. Posisi
Internal Audit di Tengah Perusahaan, Jumlah Personal Internal Audit

25
26

Menilik dari lingkup pengawasan yang seluas skala perusahaan itu sendiri, maka
bila tidak diperhitungkan dengan baik Internal Audit dapat menjadi sebuah unit
kerja yang sangat besar.
DAFTAR PUSTAKA

Kumaat, G.Valery. 2011. Internal Audit. Penerbit Erlangga

28

Anda mungkin juga menyukai