A. DEFINISI
Organogenesis → Proses pembentukan organ tubuh dari ectoderm, mesoderm, dan
endoderm.
o Embrio : bentuk masih primitive
o Fetus : bentuk definitif → Mempunyai bentuk dan rupa spesifik bagi keluarga
hewan dalam satu spesies
B. PERIODE ORGANOGENESIS
C. ORGANOGENESIS
Meliputi “transformasi” dan “diferensiasi” berupa :
1. Pemisahan bagian tubuh ( kepala dan badan )
Ada ketergantungan antara satu organ tubuh dengan organ lainnya dalam
proses Perkembangan suatu organ
Ex : osteoblast dan osteoclast saling bergantung dalam pembentukan tulang, bagian A tidak
dapat berkembang tanpa adanya bagian B. Demikian pula ketergantungan antara bagian B
dengan C dan sebaliknya.
ORGANOGENESIS DASA
INDRA
PENGLIHATAN
INDRA
PENDENGARAN
SISTEM
PERNAFASAN
INDRA PENGLIHATAN
Tahap awal adalah induksi dari bagian calon otak yaitu diencephalon → tumbuh
sepasang tonjolan (evaginasi) ke lateral yang semakin mendekati epidermal.
Induksi evaginasi → epidermal menebal membentuk placoda lensa → antara
evafinasi dan placoda lensa saling berinteraksi.
Ujung evaginasi → pendaratan → pelekukan → pembentukan cawan (optic cup)
Placoda lensa mengalami invaginasi → masuk ke dalam mesoderm →
membentuk bola lensa dan melepaskan diri dari epidermal → bola lensa
menempatkan diri tepat diantara bibir cawan optic.
Hubungan antara cawan optic dengan diencephalon makin menyempit
membentuk alur sebagai fissure choroidea → nantinya berkembang menjadi
nervus opticus.
Perkembangan calon lensa menjadi lensa tembus cahaya merupakan proses yang
penting. Sel – sel epitel calon lensa berkemampuan mensintesis protein kristalin
sebagai bahan dasar lensa mata. Dalam perkembangan lebih lanjut sel epitel
sendiri mengalami kematian, hanya meninggalkan protein kristalin sebagai lensa
mata yang berfungsi.
Proses pembentukan mata
INDRA PENDENGARAN
Berasal dari lapisan epidermal ectoderm.
Pembentukan organ indra ditandai dengan adanya penebalan (plakoda) pada
ectoderm yang berhadapan dengan otak
Plakoda nasal (olfactorius), plakoda optic, dan plakoda otik (auditorius) masing –
masing berhadapan dengan telensefalon, diensefalon dan miensefalon.
Bakal telinga yang mulai dibentuk adalah bakal telinga dalam yang berasal dari
plakoda otik, baru kemudian bakal telinga tengah dan terakhir bakal telinga luar
(bagi ewan yang memiliki daun telinga atau pina).
Plakoda telinga berasal dari invaginasi ectoderm yang menjulur ke dalam dermis
sekitar rombosenfalon → menghasilkan gelembung bakal telinga → lepas dari
epidermis kulit. Plakoda telinga tengah → menjadi telinga tengah dan telinga
dalam.
Telinga luar (daun telinga) → ada titik tumbuh epidermis di sekitar tempat
plakoda telinga dalam → berkembang menjadi dentik – dentik epidermis.
INDRA PEMBAU
Perkembangan embryonal bagian kepala pada usia kehamilan 4 – 8 minggu →
terbentuk dua bagian hidung yang terpisah (daerah frantonasal dan bagian
pertautan prosesus maksilaris).
Daerah frontonasalis → berkembang hingga otak bagian depan dan mendukung
pembentukan olfaktori.
Bagian median dan lateral → berkembang menjadi nares (lubang hidung).
Pertumbuhan garis tengan posterior frontonasal dan perluasan garis tengah
posterior frontonasal dan perluasan garis tengah mesoderm dari daerah maksilaris
→ membentuk septum nasal.
Terjadi invaginasi dinding lateral hidung → membentuk kompleks padat atau
konka (turbinate) dan rongga (sinus).
Usia kehamilan 6 minggu → terbentuk jaringan mesenkim yang tampak sebagai
dinding lateral hidung dengan struktur yang masih sederhana.
Usia kehamilan 7 minggu → bersatunya tiga garis aksial (berbentuk lekukan)
menjadi 3 buah konka.
Pada minggu ke 7 dan ke 8 mulai tumbuh hidung atau hidung mulai terlihat
Usia kehamilan 9 minggu → terjadi invaginasi meatus media → terbentuk sinus
maksilaris dan secara bersamaan terbentuk prosessus uncinatus dan bula
ethmoidalis yang membentuk suatu daerah lebar (hiatus emilunaris).
Usia kehamilan 14 minggu → pembentukan sel ethmoidalis anterior dari
invaginasi bagian atap meatus media dan sel ethmoidalis posterior dari bagian
dasar meatus superior.
Usia kehamilan 36 minggu → dinding lateral hidung terbentuk dengan baik dan
tampak jelas proporsi konka
Seluruh daerah sinus paranasal muncul dengan tingkatan yang berbeda sejak anak
baru lahir, melalui tahap spesifik
Tahapan perkembangan sinus paranasal → sinus ethmoid, sinus maksilaris,
sfenoid, sinus frontal.
INDRA PENGECAP
Berasal dari proses tubulasi (pembumbungan) → pertumbuhan yang mengiringi
pembentukan grastula.
Terdapat tiga lapisan sebagai bakal pembenuk alat (organ) bentuk definitive yang
menyusun diri menjadi bumbung berongga → bakal lapisan ectoderm, mesoderm,
dan endoderm.
Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi diferensiasi awal pada daerah
– daerah bumbung epidermis dan bumbung neural, bagian depan tubuh menjadi
encephalon (otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung
neural (saraf).
Lensa mata, alat telinga dalam, indra pembau dan indra peraba
INDRA PERABA
Proses pembentukan kulit terdiri atas suatu lapisan luar yang disebut epidermis,
berupa suatu epitel dan berasal dari lapisan lembaga ectoderm
Kulit juga dibangun oleh suatu lapisan jaringan ikta yang disebut dermis yang
berasal dari lembaga mesoderm
EPIDERMIS
Bulan kedua → epitel membela dan terbentuk lapisan sel gepeng, periderm atau
epitrikium
Stratum korneum → terdiri dari sel mati yang rapatm mengandung keratin
DERMIS
Selama bulan ketiga dan keempat → korium membentuk struktur papilar ireguler
(papilla dermis)
Sebagian besar papilla mengandung kapiler halus atau ujung saraf sensorik
KUKU
RAMBUT
Sel-sel bagian tengah rambut berubah bentuk menjadi gelendong dan mengalami
keratinisasi → membentuk batang rambut
Sel perifer berubah menjadi kuboid dan menghasilkan epitel selubung rambut
Akhir bulan ketiga → muncul rambut pertama (lanugo) di permukaan sekitar alis
dan bibir atas → akan rontok ketika lahir dan digantikan rambut yang lebih kasar
dari folikel baru
KELENJAR
KERINGAT
Berasal dari
stratum basale
epidermis, tetapi
mulai tumbuh
pada dermis
Muncul ada
inggu ke-20 →
pada tangan dan kaki, lalu daerah lainnya
Sebum bercampur dengan sel yang dilepas dari periderm untuk membentuk vernix
caseosa
Murecel di epidermis
SISTEM SARAF
SISTEM SIRKULASI
Butir darah dibuat di lapisan entoderm saccus vitellinus → terbentuk dari sel-sel
yang kehilangan afinitasnya
Ventrikel → berasal dari ujung belokan dari pertumbuhan huruf S yang semakin
mebelok karena tidak simetris
Jantung mulai dapat berdenyut bila sudah terbentuk protein kontraktil (actin dan
miosin) dalam serabut otot jantung pada minggu ke 3
Embrio ayam → terjadi denyut jantung pertama kali pada umur pengeraman 30
hari
SISTEM PERNAFASAN
Berasal dari lapisan entoderm yaitu tonjolan bagian belakang faring. Pneumatocyst
homolog dengan sistem pernafasan yang berasal dari tonjolan faring di bagian
belakang di sebelah dorsal
Pada awalnya paru-paru sebagai tonjolan padat dari dasar faring sebelah belakang
→ tonjolan memanjang kea rah ventro-caudal membentuk saluran sebagai calon
trachea → ujung tonjolan bercabang 1 sebagai calon bronchus. Kedua ujung
tonjolan bercabang-cabang terus membentuk bronchus respiratorius
Pada ujung-ujung cabang kecil terbentuk alveolus, akhirnya terbentuk struktur
paru-paru
I. CENTRAL DOGMA
The pathway of protein synthesis is called translation because the “language” of the
nucleotide sequence on the mRNA is translated into the “language” of an amino acid
sequence. The process of translation requires a genetic code, through which the information
contained in the nucleic acid sequence is expressed to produce a specific sequence of amino
acids. Any alteration in the nucleic acid sequence may result in an incorrect amino acid
being inserted into the polypeptide chain, potentially causing disease or even death of the
organism. Newly made proteins undergo a number of processes to achieve their functional
form. They must fold properly, and misfolding can result in degradation of the protein.
Many proteins are covalently modified to activate them or alter their activities.The genetic
code is a dictionary that identifies the correspondence between a sequence of nucleotide
bases and a sequence of amino acids. Each individual “word” in the code is composed of
three nucleotide bases. These genetic words are called codons.
Proses sintesis protein disebut translasi karena “Bahasa” dari urutan nukleotida pada
mRNA diterjemahkan kedalam “Bahasa” dari urutan asam amino. Proses translasi
membutuhkan kode genetic, melalui mana informasi yang terkandung di dalamnya. Urutan
asam nukleat diekspresikan untuk menghasilkan urutan tertentu dari asam amino. Perubahan
dalam urutan asam nukleat bisa terjadi jika asam amino yang salah dimasukan ke dalam
rantai polipeptida, hal itu berpotensi menyebabkan penyakit atau bahkan kematian organisme.
Baru saja, protein buatan menjalani sejumlah proses untuk mencapai bentuk fungsional.
Protein buatan harus dilipat dengan benar dan bila salah dalam melipatnya menghasilkan
degradasi protein. Banyak protein dimodifikasi secara kovalen untuk mengaktifkanya atau
mengubah aktiviras protein. Kode genetic adalah kamus yang mengidentifikasi
korespondensi antara urutan basa nukleotida dan urutan asam amino. Setiap individu”kata”
dalam kode terdiri dari tiga dasar nukleotida. Kata-kata genetic ini disebut kodon.
InitiationElongationTermination
II. KARAKTERISTIK DARI KODE GENETIK
1. Mutasi diam : kodon yang berisi basis yang berubah dapat mengkode asam amino
yang sama. Sebagai contoh, jika kodon serin UCA diberi basis ketiga yang berbeda
– U – untuk menjadi UCU, ia masih mengkode serine. Ini disebut mutase “diam”.
2. Missense mutasi : kodon yang berisi basis yang berubah dapat mengkode asam
amino yang berbeda. Sebagai contoh, jika kodon seren UCA diberi basis pertama
yang berbeda – C – menjadi CCA, itu akan mengkode asam amino yang berbeda,
dalam kasus ini, prolin. Penggantian asam amino yang salah disebut “missense”
mutasi.
3. Mutase tidak berarti : kodon yang berisi basis yang berubah dapat menjadi STOP
KODON. Sebagai contoh, jika kodon serin UCA diberi basis ketiga yang berbeda
– A – untuk menjadi UAA, kodon baru tersebut menjadi STOP KODON sehingga
penerjemahan terhenti dan produksi protein lebih pendek (terpotong). Pembuatan
STOP KODON ditempat yang tidak sesuai disebut mutasi tidak berarti.
4. Mutase yang lain : ini dapat mengubah jumlah atau struktur protein yang dihasilkan
oleh terjemahan :
a. Ekspansi trinukleotida yang berkurang : terkadang, urutan tiga basa yang
diperkuat jumlahnya, sehingga terlalu banyak salinan triplet terjadi. Jika ini
terjadi dalam wilayah pengkodean gen, protein tersebut akan berisi banyak
Salinan tambahan dari satu asam amino. Sebagai contohnya, amplifikasi dari
kodon CAG menyebabkan masuknya banyak residu glutamin ekstra dalam
protein huntington, menyebabkan gangguan neurodegenerative, penyakit
Huntington. Jika trinukleotida mengulang ekspansi terjadi di daerah gen yang
tidak ditranslasi, hasilnya dapat menjadi penurunan jumlah produksi protein
yang terlihat.
b. Mutasi splice site : mutasi pada splice site dapat mengubah cara yang dimana
intron dihapus dari molekul pra-mRNA, menghasilkan protein yang
menyimpang, (catatan : dalam gen penyimpangan distrofi myotonic adalah
hasil dari perubahan splicing)
c. Mutasi frame-shift : jika satu atau dua nukleotida dihapus atau ditambahkan
kedalam wilayah pengkodean suatu urutan pesan, mutasi frame-shift terjadi
dan bingkai bacaan diubah. Hasilnya dapat berupa produk asam amino yang
sangat berbeda atau produk terpotong karena pembuatan stop kodon.
All the amino acids that eventually appear in the finished protein must be present at
the time of protein synthesis. [Note: If one amino acid is missing (for example, if the diet
does not contain an essential amino acid),translation stops at the codon specifying
that amino acid. This demonstrates the importance of having all the essential amino acids
in sufficient quantities in the diet to ensure continued protein synthesis.]
Semua asam amina yang telah menjadi protein harus ada saat sintesis protein. (catatan : jika
satu asam amino hilang(sebagai contoh, jika diet tidak mengandung asam amino essensial),
translasi berhenti di asam amino yang memiliki kodon spesifik. Ini menunjukan pentingnya
mempunyai semua asam amino essensial dalam jumlah yang cukup dalam makanan untuk
memastikan sintesis protein yang berkelanjutan).
B. Transfer RNA
At least one specific type of tRNA is required for each amino acid. In humans, there are at
least 50 species of tRNA, whereas bacteria contain 30–40 species. Because there are only 20
different amino acids commonly carried by tRNA, some amino acids have more than one
specific tRNA molecule. This is particularly true of those amino acids that are coded for by
several codons.
Amino acid attachment site: Each tRNA molecule has an attachment site for a specific
(cognate) amino acid at its 3'-end. The carboxyl group of the amino acid is in an ester linkage
with the 3'-hydroxyl of the ribose portion of the adenosine (A) nucleotide in the —CCA
sequence at the 3'-end of the tRNA.
Setidaknya satu jenis spesifik tRNA diperlukan untuk setiap asam amino. Di
dalam tubuh manusia, setidaknya ada 50 jenis dari
tRNA, sedangkan bakteri terdapat 30-4- species.
Dikarenakan hanya ada 20 asam amino yang berbeda
yang dibawa oleh tRNA, beberapa asam amino
mempunyai lebih dari satu molekul tRNA tertentu. Hal
ini terutama berlaku untuk asam amino yang
dikodekan ole beberapa kodon.
Situs lampiran asam amino : setiap molekul tRNA
mempunyai situs lampiran untuk asam amino yang
spesifik (serumpun) pada ujungnnya yang ke-3.
Kelompok karboksil dari asam amino berada dalam
hubungan ester dengan 3’-hidroksil dari bagian ribose nukleotida adenosin (A)
dalam urutan -CCA yang ujungnya 3’ dari tRNA.
Anticodon : setiap molekul tRNA mengaduk 3 basis urutan nukleotida -anti
kodon- yang dipasangkan dengan kodon tertentu di mRNA. Kodon ini
menentukan penyisipan ke dalam rantai peptide asam amino yang berkembang
dibawa oleh tRNA.
C. Aminoacyl-tRNA synthetases
Keluarga enzim ini diperlukan untuk perlekatan asam amino ke tRNA yang sesuai
dengan asam amino tersebut. Setiap anggota keluarga
enzim ini mengenali asam amino spesifik dan semua
tRNA yang sesuai dengan asam amino tersebut
(tRNA isoaccepting). Sintesis aminoasill-tRNA
mengkatalisis (mempercepat) reaksi dua langkah
yang menghasilkan perlekatan kovalen gugus
karboksil asam amino ke ujung 3’ dari tRNA
serumpun yang sesuai. Keseluruhan reaksi termasuk
adenosin trifosfat (ATP), yang membelah menjadi
adenosin monofosfat (AMP) dan inorganik
pyrofosfat (Ppi). Spesifitas ekstrim dari sintase dalam
mengenai asam amino dan tRNA serumpun
berkontribusi pada kesetiaan yang tinggi dalam
menerjemahkan pesan genetic. Selain itu, sintesis
memiliki aktivitas “proofreading” atau “editing” yang dapat menghilangkan asam
amino dari enzim atau molekul tRNA.
D. Messenger RNA
The specific mRNA required as a template for the synthesis of the desired
polypeptide chain must be present. [Note: Interactions between proteins that bind the 5'-cap
(eIF-4 proteins) and the 3'-tail (poly-A binding proteins) of eukaryotic mRNA mediate
circularization of the mRNA and likely prevent the use of incompletely processed mRNA
in translation.]
mRNA yang spesifik yang dibutuhkan sebagai tempat untuk sintesis rantai polipeptida
yang diinginkan harus ada. [catatan : interaksi antara protei yang mengikat protein 5’ -cap
(eIF-4 protein) dan protein pengikat poli-7 (ekor 3’) dari peredaran mRNA eukariotik
mediator mRNA dan kemungkinan mencegah penggunaan mRNA yang tidak diproses secara
tuntas selama penerjemahan].
Ribosomes are large complexes of protein and ribosomal RNA (rRNA). They consist
of two subunits—one large and one small— whose relative
sizes are given in terms of their sedimentation coefficients, or
S (Svedberg) values. [Note: Because the S values are
determined both by shape as well as molecular mass, their
values are not strictly additive numeric. For example, the
prokaryotic 50S and 30S ribosomal subunits together form a
70S ribosome. The eukaryotic 60S and 40S subunits form an
80S ribosome.] Prokaryotic and eukaryotic ribosomes are
similar in structure, and serve the same function, namely, as
the macromolecular complexes in which the synthesis of
proteins occurs.
Inisiasi, elongasi, dan terminasi (penghentian) adalah factor untuk sintesis peptide.
Beberapa dari factor protein ini memiliki fungsi katalik, sementara yang lain mestabilkan
mesin sintesis. [catatan : sejumlah factor adalah protein G dan karena itulah aktif saat terikat
pada GTP dan tidak aktif saat terikat dengan GDP].
G.
ATP and GTP are required as sources of energy