Anda di halaman 1dari 24

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

Oleh:

Dea Ayu Lutfi G1D008064

Ahmad Hasan G1D008078

Fitriani Maba G1D008089

Taufik Hidayat G1D008097

Titi Sugiarti G1D008104

Widianingsih G1D008111

Furyanto G1D008120

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2012
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Pada


Papyrus Ebers di Mesir ± 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan
tanda-tanda banyak kencing (Miharja, 2008).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980 dikatakan bahwa diabetes
melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban
yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu
kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari
sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin (Budhiarta, et, al, 2006).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care,
2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh
bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun
di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan,
DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI Prof. dr. Tjandra Yoga
Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H saat membuka Seminar dalam rangka
memperingati Hari Diabetes Sedunia 2009, 5 November 2009 di Jakarta.
Prof. Tjandra Yoga mengatakan berdasarkan hasil Riskesdas 2007
prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk
usia >15 tahun diperkotaan 5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada
penduduk usia ≥ 15 tahun sebesar 10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki
prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional Obesitas sentral pada penduduk
Usia ≥ 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi
diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada
penduduk usia >15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi
mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Prevalensi kurang makan buah
dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk
>10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula bahwa prevalensi merokok setiap
hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% dan prevalensi minum beralkohol
dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%.
Dalam sambutannya Prof. Tjandra Yoga menjelaskan, Diabetes Melitus
(DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh
untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif
dari produksi insulin.Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah.
Penyakit ini membutuhkan perhatian dan perawatan medis dalam waktu lama
baik untuk mencegah komplikasi maupun perawatan sakit.
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang
disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup.
Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini
berarti gaya hidup/life style yang tidak sehat menjadi pemicu utama
meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk dengan obes
mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obes
(Susanto, 2009).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian diabetes mellitus.
2. Untuk mengetahui etiologi dan tipe-tipe diabetes mellitus
3. Untuk mengetahui faktor predisposisi diabetes mellitus
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway diabetes mellitus
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus
7. Untuk mengetahui komplikasi diabetes mellitus
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang


ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner
dan Suddarth, 2002).
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi/
perlukaan pada membran basalis dalam pemerisaan dengan menggunakan
mikroskop elektron (Arif, et al, 2001)
B. Etiologi

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena


mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara
umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:
Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,
penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin
tidak berfungsi dengan baik).
Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga,
minum alkohol, dll.) Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga
dapat menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus.Selain itu perubahan fungsi
fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala diabetes dan
menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada
malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator
diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya
karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu
sendiri.
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.

b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

C. Faktor Predisposisi
Diabetes melitus disebabkan oleh faktor :
1. Faktor demografi
 Jumlah penduduk meningkat
 Penduduk berumur > 40 tahun meningkat
 Urbanisasi
2. Gaya hidup yang kebarat-baratan
 Pendapatan perkapita tinggi
 Restoran cepat saji
 Hidup santai
3. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan penyakit keturunan, tetapi
faktor keturunan saja tidak cukup. Masih mungkin bibit ini tidak menampakkan diri
secara nyata sampai akhir hayatnya.
Beberapa faktor yang sering merupakan faktor pencetus diabetes melitus
adalah:
Kurang gerak/malas
Makanan berlebihan
Kehamilan
Kekurangan produksi hormon insulin
Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin
Adanya infeksi virus (pada DM tipe 1)
Minum obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
Proses menua
D. Patofisiologi

Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung


dan selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri dari
karbohidrat dipecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan
lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh
untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus diolah, dimana
glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang disebut
metabolisme.

Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan penting yaitu


memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila
insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa
akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan
terhadap insulin itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah insulin normal, tetapi jumlah


reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa
yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat
(diabetesmellituscenter.wordpress.com, 2010).

E. Tanda dan Gejala


Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM
lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran
klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang
luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan
luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

- Plasma vena < 100 100-200 >200


- Darah kapiler
<80 80-200 >200

Kadar glukosa darah puasa

- Plasma vena <110 110-120 >126


- Darah kapiler
<90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
G. Pathway

Defisiensi Insulin

glukagon↑ penurunan pemakaian


glukosa oleh sel

glukoneogenesis hiperglikemia
Kurang
pengetahuan
lemak protein glycosuria

ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis

ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi Kekurangan


volume cairan

Mual muntah ↓ pH Hemokonsentrasi

Asidosis Trombosis
Resti Ggn Nutrisi

Kurang dari kebutuhan


 Koma Aterosklerosis
 Kematian

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
Miokard Infark Stroke Gangren diabetik

Ggn. Penglihatan Gagal


Ggn Integritas Kulit Ginjal

Resiko Injury
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes
adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein,
75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis,
tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat
aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan
jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas
dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para
pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi,
serta membantu menurunkan berat badan.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan
efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan
untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan
untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
e. Pendidikan
- Diet yang harus dikomsumsi
- Latihan
- Penggunaan insulin

I. Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis.
Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis
(DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang
termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic,
neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin
yang berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut
termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan
oleh infeksi ( penyakit)
Komplikasi kronis:
a. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina.
Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina.
Respon terhadap iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru,
tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat
mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio
retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
b. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis
yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-
Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan
hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
c. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic
yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
d. Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
e. Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi
bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan
ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit
makrovaskular.
f. Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati,
iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada
kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler
dan makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati,
iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
g. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60
mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik
oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin
eksogen atau hipoglikemik oral.

J. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
 Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
 Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
 Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan
darah
 Integritas Ego
Stress, ansietas
 Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
 Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
 Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
 Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
 Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
 Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
 Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah, termasuk
pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan
adanya hipotensi ortostatik, pemeriksaan funduskopi, pemeriksaan rongga mulut
dan kelenjar tiroid, pemeriksaan jantung, evaluasi nadi baik secara palpasi
maupun dengan stetoskop, pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk
jari, pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat, penyuntikan
insulin) dan pemeriksaan neurologis, tanda-tanda penyakit lain yang dapat
menimbulkan DM tipe-lain
K. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury

L. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein,
lemak.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer).
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.
M. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1 Resiko tinggi gangguan Kebutuhan nutrisi  Pasien dapat  Timbang berat badan
nutrisi : kurang dari pasien terpenuhi mencerna jumlah kalori atau setiap hari atau sesuai dengan
kebutuhan berhubungan nutrien yang tepat indikasi.
dengan penurunan masukan  Berat badan stabil  Tentukan program diet
oral, anoreksia, mual, atau penambahan ke arah dan pola makan pasien dan
peningkatan metabolisme rentang biasanya bandingkan dengan makanan yang
protein, lemak. dapat dihabiskan pasien.
 Auskultasi bising
usus, catat adanya nyeri abdomen /
perut kembung, mual, muntahan
makanan yang belum sempat
dicerna, pertahankan keadaan puasa
sesuai dengan indikasi.
 Berikan makanan cair
yang mengandung zat makanan
(nutrien) dan elektrolit dengan
segera jika pasien sudah dapat
mentoleransinya melalui oral.
 Libatkan keluarga
pasien pada pencernaan makan ini
sesuai dengan indikasi.
 Observasi tanda-tanda
hipoglikemia seperti perubahan
tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, sakit
kepala.
 Kolaborasi melakukan
pemeriksaan gula darah.
 Kolaborasi pemberian
pengobatan insulin.
 Kolaborasi dengan
ahli diet.

2 Kekurangan volume cairan Kebutuhan cairan Pasien menunjukkan hidrasi yang  Pantau tanda-tanda
berhubungan dengan atau hidrasi pasien adekuat dibuktikan oleh tanda vital, catat adanya perubahan TD
diuresis osmotik
terpenuhi vital stabil, nadi perifer dapat ortostatik
diraba, turgor kulit dan pengisian  Pantau pola nafas
kapiler baik, haluaran urin tepat seperti adanya pernafasan kusmaul
secara individu dan kadar  Kaji frekuensi dan
elektrolit dalam batas normal. kualitas pernafasan, penggunaan
otot bantu nafas
 Kaji nadi perifer,
pengisian kapiler, turgor kulit dan
membran mukosa
 Pantau masukan dan
pengeluaran
 Pertahankan untuk
memberikan cairan paling sedikit
2500 ml/hari dalam batas yang
dapat ditoleransi jantung
 Catat hal-hal seperti
mual, muntah dan distensi
lambung.
 Observasi adanya
kelelahan yang meningkat, edema,
peningkatan BB, nadi tidak teratur
 Kolaborasi : berikan
terapi cairan normal salin dengan
atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium (Ht,
BUN, Na, K)

3 Gangguan integritas kulit Gangguan integritas Kondisi luka menunjukkan  Kaji luka, adanya epitelisasi,
berhubungan dengan kulit dapat adanya perbaikan jaringan dan perubahan warna, edema, dan
perubahan status metabolik berkurang atau tidak terinfeksi discharge, frekuensi ganti balut.
(neuropati perifer). menunjukkan  Kaji tanda vital
penyembuhan.  Kaji adanya nyeri
 Lakukan perawatan luka
 Kolaborasi pemberian insulin dan
medikasi.
 Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi.

4 Resiko terjadi injury Pasien tidak Pasien dapat memenuhi  Hindarkan lantai yang licin.
berhubungan dengan mengalami injury kebutuhannya tanpa mengalami  Gunakan bed yang rendah.
penurunan fungsi injury  Orientasikan klien dengan
penglihatan ruangan.
 Bantu klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
 Bantu pasien dalam ambulasi atau
perubahan posisi

5 Kurangnya pengetahuan Pasien memperoleh  Pasien mengetahui tentang  Kaji tingkat pengetahuan
tentang proses penyakit, informasi yang jelas proses penyakit, diet, perawatan pasien/keluarga tentang penyakit
diet, perawatan, dan dan benar tentang dan pengobatannya dan dapat DM dan gangren.
pengobatan berhubungan Penyakitnya menjelaskan kembali bila  Kaji latar belakang pendidikan
dengan kurangnya informasi ditanya. pasien.
 Pasien dapat melakukan  Jelaskan tentang proses penyakit,
perawatan diri sendiri diet, perawatan dan pengobatan
berdasarkan pengetahuan yang pada pasien dengan bahasa dan
diperoleh. kata-kata yang mudah dimengerti.
 Jelasakan prosedur yang kan
dilakukan, manfaatnya bagi pasien
dan libatkan pasien didalamnya.
 Gunakan gambar-gambar dalam
memberikan penjelasan ( jika
ada /memungkinkan).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif.
Etiologi diabetes mellitus antara lain faktor genetik, faktor
imunologi, faktor lingkungan, selain itu usia dan obesitas juga sering
menjadi penyebab diabetes mellitus. Tipe-tipe diabetes mellitus ada dua
yaitu diabetes mellitus tipe 1 yaitu disebabkan karena sel beta pada
pankreas sedikit atau tidak dapat memproduksi insulin, sedangkan tipe 2
yaitu pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi
dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya,
sehingga terjadi kekurangan insulin relatif.

Patofisiologi diabetes mellitus terjadi saat makanan ketika akan


dimetabolisme harus dipecah menjadi partikel-partikel yang dapat
diserap tubuh. Dalam proses metabolisme insulin memegang peranan
penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai
bahan bakar. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya
kadar glukosa di dalam darah meningkat. Pada Diabetes melitus tipe 1
terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Diabetes tipe ini
mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk
kerusakan autoimun sel beta pankreas. Pada diabetes melitus tipe 2
jumlah insulin normal, tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada
permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

Tanda dan gejala diabetes mellitus antara lain Keluhan yang


sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan
luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Pemeriksaan penunjang diabetes mellitus Glukosa darah sewaktu,
kadar glukosa darah puasa, tes toleransi glukosa
Komplikasi diabetes mellitus antara lain Retinopati diabetic,
neuropati, nefropati diabetic, displidemia, hipertensi, kaki diabetic,
hipoglikemia
Penatalaksanaan diabetes mellitus antara lain diet, latihan, terapi
(jika diperlukan), dan pemantauan
Diagnosa yang dapat diambil :
a. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan
metabolisme protein, lemak.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolik (neuropati perifer).
d. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi
penglihatan

B. Saran
1. Dengan mengetahui asuahan keperawatan pada penderita diabetes
melitus pada lansia kita dapat melakukan pencegahan agar penyakit
yang timbul tidak menuju keparahan
2. Pada pasien DM pada lansia kita harus mewaspadai adanya
perubahan fungsi fisiologis maupun psikologisnya untuk
mengantisipasi komplikasi maupun kegawat daruratan pada penderita
DM seperti hipoglikemi maupun respon stres yang timbul pada lansia
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Mengenal Diabetes Melitus. http: // diabetesmellituscenter. Wordpress
.com /2010 /01/ 09/mengenal -diabetes-mellitus/ diakses tanggal 15 Mei 2012

Budhiarta, AAG, dkk. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia. http://www.kedokteran.info/ downloads/Konsensus
%20Pengelolaaln %20dan%20Pencegahan%20Diabets% 20Melitus%20Tipe
%202%20di%20Indonesia%202006.PDF diakses tanggal 16 Mei 2012

Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC,

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I
Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC,

Luecknote, Annette Geisler. 1997. Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek


Maryunani, Jakarta:EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1edisi 3. Jakarja : Media
Aesculaius

Miharja. 2008. Diabetes Melitus. http://drmiharja.wordpress.com/2008/09/27/diabetes-


melitus/ diakses tanggal 17 Mei 2012

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC

Susanto, Arief. 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai
21,3 Juta Orang http://wahyuandre.blogspot.com/2009/11/tahun-2030-
prevalensi-diabetes-melitus.html diakses tanggal 15 Mei 2012.

Anda mungkin juga menyukai