Tugas Gerontik DM Pada Lansia Siap Konsul
Tugas Gerontik DM Pada Lansia Siap Konsul
Oleh:
Widianingsih G1D008111
Furyanto G1D008120
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian diabetes mellitus.
2. Untuk mengetahui etiologi dan tipe-tipe diabetes mellitus
3. Untuk mengetahui faktor predisposisi diabetes mellitus
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway diabetes mellitus
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala diabetes mellitus
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus
7. Untuk mengetahui komplikasi diabetes mellitus
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
C. Faktor Predisposisi
Diabetes melitus disebabkan oleh faktor :
1. Faktor demografi
Jumlah penduduk meningkat
Penduduk berumur > 40 tahun meningkat
Urbanisasi
2. Gaya hidup yang kebarat-baratan
Pendapatan perkapita tinggi
Restoran cepat saji
Hidup santai
3. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
Sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan penyakit keturunan, tetapi
faktor keturunan saja tidak cukup. Masih mungkin bibit ini tidak menampakkan diri
secara nyata sampai akhir hayatnya.
Beberapa faktor yang sering merupakan faktor pencetus diabetes melitus
adalah:
Kurang gerak/malas
Makanan berlebihan
Kehamilan
Kekurangan produksi hormon insulin
Penyakit hormon yang kerjanya berlawanan dengan insulin
Adanya infeksi virus (pada DM tipe 1)
Minum obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah
Proses menua
D. Patofisiologi
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan
terhadap insulin itu sendiri.
Defisiensi Insulin
glukoneogenesis hiperglikemia
Kurang
pengetahuan
lemak protein glycosuria
Asidosis Trombosis
Resti Ggn Nutrisi
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Retinopati Nefropati
Miokard Infark Stroke Gangren diabetik
Resiko Injury
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes
adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein,
75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis,
tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat
aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan
jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas
dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para
pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi,
serta membantu menurunkan berat badan.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan
efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan
untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan
untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
e. Pendidikan
- Diet yang harus dikomsumsi
- Latihan
- Penggunaan insulin
J. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan
darah
Integritas Ego
Stress, ansietas
Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Pemeriksaan Fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah, termasuk
pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan
adanya hipotensi ortostatik, pemeriksaan funduskopi, pemeriksaan rongga mulut
dan kelenjar tiroid, pemeriksaan jantung, evaluasi nadi baik secara palpasi
maupun dengan stetoskop, pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk
jari, pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat, penyuntikan
insulin) dan pemeriksaan neurologis, tanda-tanda penyakit lain yang dapat
menimbulkan DM tipe-lain
K. Masalah Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
2. Kekurangan volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury
L. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein,
lemak.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer).
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.
M. Rencana Asuhan Keperawatan
1 Resiko tinggi gangguan Kebutuhan nutrisi Pasien dapat Timbang berat badan
nutrisi : kurang dari pasien terpenuhi mencerna jumlah kalori atau setiap hari atau sesuai dengan
kebutuhan berhubungan nutrien yang tepat indikasi.
dengan penurunan masukan Berat badan stabil Tentukan program diet
oral, anoreksia, mual, atau penambahan ke arah dan pola makan pasien dan
peningkatan metabolisme rentang biasanya bandingkan dengan makanan yang
protein, lemak. dapat dihabiskan pasien.
Auskultasi bising
usus, catat adanya nyeri abdomen /
perut kembung, mual, muntahan
makanan yang belum sempat
dicerna, pertahankan keadaan puasa
sesuai dengan indikasi.
Berikan makanan cair
yang mengandung zat makanan
(nutrien) dan elektrolit dengan
segera jika pasien sudah dapat
mentoleransinya melalui oral.
Libatkan keluarga
pasien pada pencernaan makan ini
sesuai dengan indikasi.
Observasi tanda-tanda
hipoglikemia seperti perubahan
tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, sakit
kepala.
Kolaborasi melakukan
pemeriksaan gula darah.
Kolaborasi pemberian
pengobatan insulin.
Kolaborasi dengan
ahli diet.
2 Kekurangan volume cairan Kebutuhan cairan Pasien menunjukkan hidrasi yang Pantau tanda-tanda
berhubungan dengan atau hidrasi pasien adekuat dibuktikan oleh tanda vital, catat adanya perubahan TD
diuresis osmotik
terpenuhi vital stabil, nadi perifer dapat ortostatik
diraba, turgor kulit dan pengisian Pantau pola nafas
kapiler baik, haluaran urin tepat seperti adanya pernafasan kusmaul
secara individu dan kadar Kaji frekuensi dan
elektrolit dalam batas normal. kualitas pernafasan, penggunaan
otot bantu nafas
Kaji nadi perifer,
pengisian kapiler, turgor kulit dan
membran mukosa
Pantau masukan dan
pengeluaran
Pertahankan untuk
memberikan cairan paling sedikit
2500 ml/hari dalam batas yang
dapat ditoleransi jantung
Catat hal-hal seperti
mual, muntah dan distensi
lambung.
Observasi adanya
kelelahan yang meningkat, edema,
peningkatan BB, nadi tidak teratur
Kolaborasi : berikan
terapi cairan normal salin dengan
atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium (Ht,
BUN, Na, K)
3 Gangguan integritas kulit Gangguan integritas Kondisi luka menunjukkan Kaji luka, adanya epitelisasi,
berhubungan dengan kulit dapat adanya perbaikan jaringan dan perubahan warna, edema, dan
perubahan status metabolik berkurang atau tidak terinfeksi discharge, frekuensi ganti balut.
(neuropati perifer). menunjukkan Kaji tanda vital
penyembuhan. Kaji adanya nyeri
Lakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian insulin dan
medikasi.
Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi.
4 Resiko terjadi injury Pasien tidak Pasien dapat memenuhi Hindarkan lantai yang licin.
berhubungan dengan mengalami injury kebutuhannya tanpa mengalami Gunakan bed yang rendah.
penurunan fungsi injury Orientasikan klien dengan
penglihatan ruangan.
Bantu klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
Bantu pasien dalam ambulasi atau
perubahan posisi
5 Kurangnya pengetahuan Pasien memperoleh Pasien mengetahui tentang Kaji tingkat pengetahuan
tentang proses penyakit, informasi yang jelas proses penyakit, diet, perawatan pasien/keluarga tentang penyakit
diet, perawatan, dan dan benar tentang dan pengobatannya dan dapat DM dan gangren.
pengobatan berhubungan Penyakitnya menjelaskan kembali bila Kaji latar belakang pendidikan
dengan kurangnya informasi ditanya. pasien.
Pasien dapat melakukan Jelaskan tentang proses penyakit,
perawatan diri sendiri diet, perawatan dan pengobatan
berdasarkan pengetahuan yang pada pasien dengan bahasa dan
diperoleh. kata-kata yang mudah dimengerti.
Jelasakan prosedur yang kan
dilakukan, manfaatnya bagi pasien
dan libatkan pasien didalamnya.
Gunakan gambar-gambar dalam
memberikan penjelasan ( jika
ada /memungkinkan).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul
pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar
gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif.
Etiologi diabetes mellitus antara lain faktor genetik, faktor
imunologi, faktor lingkungan, selain itu usia dan obesitas juga sering
menjadi penyebab diabetes mellitus. Tipe-tipe diabetes mellitus ada dua
yaitu diabetes mellitus tipe 1 yaitu disebabkan karena sel beta pada
pankreas sedikit atau tidak dapat memproduksi insulin, sedangkan tipe 2
yaitu pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi
dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya,
sehingga terjadi kekurangan insulin relatif.
B. Saran
1. Dengan mengetahui asuahan keperawatan pada penderita diabetes
melitus pada lansia kita dapat melakukan pencegahan agar penyakit
yang timbul tidak menuju keparahan
2. Pada pasien DM pada lansia kita harus mewaspadai adanya
perubahan fungsi fisiologis maupun psikologisnya untuk
mengantisipasi komplikasi maupun kegawat daruratan pada penderita
DM seperti hipoglikemi maupun respon stres yang timbul pada lansia
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Mengenal Diabetes Melitus. http: // diabetesmellituscenter. Wordpress
.com /2010 /01/ 09/mengenal -diabetes-mellitus/ diakses tanggal 15 Mei 2012
Budhiarta, AAG, dkk. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia. http://www.kedokteran.info/ downloads/Konsensus
%20Pengelolaaln %20dan%20Pencegahan%20Diabets% 20Melitus%20Tipe
%202%20di%20Indonesia%202006.PDF diakses tanggal 16 Mei 2012
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC,
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1edisi 3. Jakarja : Media
Aesculaius
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC
Susanto, Arief. 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai
21,3 Juta Orang http://wahyuandre.blogspot.com/2009/11/tahun-2030-
prevalensi-diabetes-melitus.html diakses tanggal 15 Mei 2012.