Oleh:
RIZKI MULYADIN
NIM 17410158
Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat
menyelesaikat tugas observasi yang berjudul pola interaksi sosial mahasantri beberagam bahasa
daerah di Mabna Ibnu sina sebagai tugas matakuliah Sosiologi yang akan penulis pertanggung
Penyusunan observasi ini tidak lepas dari semangat orang tua penulis yang sanggup membiayai
kuliah, penulis membalas semangat itu dengan bersungguh-sungguh menyelesaikan observasi ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada, pertama Nurul Sofia, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sebagai sarana pembelajaran dan
meningkatkan kepekaan sosial dan telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam memahami
matakuliah Bahasa Indonesia di kelas D psikologi angkatan 2017. Kedua, terima kasih kepada teman-
teman yang telah menuangkan waktu dan tenaganya untuk saling membantu dalam penyelesaian
observasi ini, kerja sama dan semangat yang begitu luar biasa sehingga mendorong penulis untuk
menyelesaikan tugas ini tepat waktu walaupun penulis sadar masih banyak kekurangan didalamnya.
penulis berterima kasih kepada semua pihak dan mengharapkan saran serta kritik dari
pembaca. Semoga hasil observasi ini dapat berguna bagi semua orang khususnya pada dunia
pendidikan. Amiiin.
penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………...…………………….…………I
DAFTAR ISI………………………….……………………………………………………………….II
BAB I PENDAHULUAN – 1
ii
BAB IV PEMBAHASAN– 25
BAB V PENUTUP – 35
5.2 Kesimpulan………….………………..………………………………………………………36
5.3 Saran……………...…………………………………………………………………38
DAFTAR PUSTAKA – 39
LAMPIRAN – 41
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
Menurut Roucek dan Warren, interaksi adalah salah satu masalah pokok karena ia
merupakan dasar segala proses sosial.1 Interaksi sudah menjadi sesuatu yang dapat
mempengaruhi hubungan timbal balik, dimana individu atau kelompok dapat dipengaruhi
dengan tingkah laku pihak lain dan kemudian mempengaruhi tingkah laku orang lain.
Ibnu Sina memang sangat bervariasi, tanpa diadakannya komunikasi maka tidak akan ada
kerjasama antar manusia. Interaksi sudah menjadi kebutuhan dasar bagi manusia dalam
kehidupan manusia yang harus dipenuhi. Senada dengan pendapat Afrooz menyatakan bahwa
kebutuhan adalah persyaratan alami yang harus diawasi untuk menjamin kompatibilitas
organik yang lebih baik.2 Mahasantri dari berbagai daerah dengan bahasa yang berbeda
membuat penulis penasaran untuk mengangkat tema ini, mulai dari kekurangannya,
Mabna ibnu sina merupakan salah satu asrama tempat para mahasantri tinggal selama
satu tahun pertama di Ma’had Sunan Ampel Al-Ali Uin Maulana Malik Ibrahim Malang,
disinilah latar belakang dari berbagai bahasa daerah, suku, ras dan etnis saling menyatu dalam
sebuah wadah yaitu Mabna Ibnu Sina. Kebudayaan yang berbeda-beda yang berupa kesenian,
pengetahuan, dan adat istiadat sangat dijunjung tinggi dalam konteks berbahasa dengan orang
1
Fiske, John. Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2012).
2
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.59
1
lain. Budaya sangat berperan penting bagaimana gaya bahasa (body language) yang
dikeluarkan kepada orang lain baik itu kasar, lemah, lembut dan lain-lain. Budaya adalah suatu
hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat oleh E. B. Tylor.3 Mereka saling berbagi dan bercerita mengenai
perbedaan budaya sebagai upaya dalam menciptakan saling pengertian satu sama lain, dapat
kekayaan di Indonesia ini yang terkumpul pada suatu tempat yang sederhana di Mabna Ibnu
Sina. Bahasa menjadi kendala yang sedikit menghalangi pemahaman antar satu sama lain,
karena letak geografis Mabna Ibnu Sina yang berada di Pulau Jawa maka bahasa yang
digunakan dalam menyapa dan berkomunikasi yang pertama kali adalah bahasa jawa. Ini yang
membuat Mahasantri pendatang menjadi bingung, perlu ada penjelasan lebih lanjut kepada
penyapa bahwa dia tidak mengerti apa yang dia katakana. Ini menjadi masalah yang perlu
diperhatikan dalam kehidup yang plural ini. Akan tetapi perbedaan latar belakang tidak
menjadi suatu masalah bagi para Mahasantri Ibnu Sina, sebagian mahasantri berasumsi bahwa
ini suatu keunikan dan nilai tambah tinggal di Mabna Ibnu Sina selain mendapatkan ilmu
agama para mahasantri juga dapat mengenal keberagaman yang ada di Uin Maulana Malik
Ibrahim Malang. Para mahasantri datang ke Mabna Ibnu Sina sebagai seorang peserta didik
yang berusaha secara sadar menuntut ilmu sesuai minatnya masing-masing, tujuan utama
datang ke Uin Malang adalah mencari ilmu sebagai hak bagi setiap warga Negara Indonesia.
Dalam perspektif undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 4,
‘’peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu’’.
3
Suratman et al. Ilmu sosial dan budaya dasar (Malang: intermedie, 2013), hlm.31
2
Dalam menjaga hubungan agar tetap baik, maka dibutuhkan komunikasi yang baik
juga sebagai kesadaran untuk saling mengetahui dan berbagi mengenai budaya masing-masing.
penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk
memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi
yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. 4 Melalui komunikasi kita dapat
membangun kerjasama dengan orang lain didalam masyarakat, komunikasi sangat berperan
penting dalam proses pengenalan hal-hal baru dalam kelompok sebagai usaha memenuhi rasa
ingin tahu manusia. Dengan berintraksi manusia bisa menciptakan peraturan yang dapat ditaati
bersama, begitu pula dikehidupan Mahasantri, keteraturan hidup sudah diatur di Mabna sebagai
pembatas kebebasan dalam hidup yang beragam demi menjaga kenyamanan satu sama lain.
Meminjam pernyataan Rafael Raga Maran menyatakan bahwa hidup masyarakat ditata
dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: keselamatan
fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kitasendiri kepada orang lain dan
mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk
Komunikasi menjadi suatu yang mendasar dalam kehidupan manusia, karena sangat tidak
mungkin setiap individu mampu membangun hubungan yang erat tanpa adanya penghubung
berupa komunikasi.5
Keberagaman yang ada di mabna ibnu sina merupakan sesuatu yang lumrah terjadi
setiap tahunnya, para mahasantri beranjak dari berbagai latar belakang yang berbeda dan
4
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.6
5
Ibid, hlm. 5
3
berkumpul pada satu tempat yang sangat sederhana. Keberagaman manusia dimaksudkan
bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk
individu yang setiap individu memiliki ciri-ciri khas tersendiri.6 Toleransi merupakan kunci
utama dalam menjaga perbedaan yang secara realitas di mabna ibnu sina, setiap mahasantri
harus bisa menyikapi hal ini sebagai bentuk menjaga keharmonisan dan kerukunan di tengah
kayanya perbedaan. Toleransi dapat dikatakan istilah pada konteks agama dan social yang
berarti sikap dan perbuatan yang yang melarang adanya diskriminasi terhadap golongan-
golongan yang berbeda atau tidak dapatditerima oleh mayoritas pada suatu masyarakat.
Kesadaran diri atas toleransi sangat diperlukan dalam menjaga perasaan orang lain, semuanya
timbul atas inisiatif sendiri yang mendorong seseorang untuk dapat hidup berdampingan
walaupun berbeda tetapi tetap satu tujuan yaitu menjadi Indonesia yang lebih baik lagi dan
Berdasarkan pengamatan penulis, interaksi sosial yang dibangun di mabna Ibnu Sina
masih ada ketimpangan dengan mahasantri lain. Logat yang digunakan masih sangat kentara
dan kata-kata khas dari daerah masing-masing sering digunakan dalam berinteraksi, sehingga
pesan dari komunikasi itu tersendiri tidak sampai pada tujuan yang dimaksudkan. Penulis
merasa tertarik untuk untuk mengetahui lebih dalam lagi masalah komunikasi yang terjadi di
Mabna Ibnu Sina ini, dengan ini penulis mengangkat tema tentang “Pola Interaksi Sosial
Mahasantri Beragam Bahasa Daerah Di Mabna Ibnu Sina” sebagai usaha sadar dalam
6
Herimanto Dan Winarno. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.97
4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membangun Rumusan masalah sebagai
berikut:
Ibnu Sina?
1. 3 Tujuan Makalah
5
BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam babini akan diuraikan beberapa teori yang berhubungan dengan tema yang
diangkat oleh penulis, Sosiolog bergantung pada teori untuk membantu menjelaskan dunia
sosial dan mengatur ide tentang bagaimana operasinya. Sebuah teori adalah analisis dan
pernyataan dari bagaimana dan mengapa satu set fakta berhubungan satu sama lain. Dalam
sosiologi, teori membantu kita mengerti bagaimana fenomena sosial berhubungan satu sama
Dalam membangun kerjasama dengan individu lain, manusia harus memiliki sesuatu
yang dapat mengisyaratkan kepada individu lain. Komunikasi menjadi sesuatu tanda dan
symbol yang digunakan manusia untuk melakukan penyampaian maksud dan saling bertukar
pikiran. Ada beberapa fungsi komunikasi dalam kehidupan manusia diantaranya: (1) sebagai
untuk membangun: (a) pembentukan konsep diri, adalah pandangan kita mengenai siapa diri
kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita.
Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain tidak mungkin menyadari bahwa
dirinya adalah manusia. Kita sadar bahwa kita manusia karena orang-orang disekeliling kita
menunjukkan kepada kita lewat perilaku verbal dan nonverbal mereka bahwa kita manusia. (b)
Pernyataan eksistensi diri, orang berkomunikasi untuk menunjukkn dirinya eksis. Inilah yang
disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. (c) Untuk kelangsungan
hidup. (d) Untuk memperoleh kebahagiaan. (e) Terhindar dari tekanan dan ketegangan. (f)
Memupuk hubungan dengan orang lain. (2) Sebagai komunikasi ekspresif, komunikasi
ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh
6
komunikasi tersebut menjadi instrmen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
(3) sebagai komunikasi ritual, suatu komunikasi sering melakukang upacara-upacara berlainan
sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut sebagai para antropolog sebagai rites of
passage, mulai dari (a) kelahiran, (b) sunatan, (c) pertunangan, (d) siraman, (e) pernikahan, (f)
sungkem kepada orang tua, (g) hingga upacara kematian. (4) Sebagai komunikasi instrumental,
Mengajar. (c) Mendorong. (d) Mengubah sikap. (e) Keyakinan dan mengubah perilaku atau
menggerakkan tindakan, danjuga menghibur.7 Beberapa teori lainnya yang mendukung tema
1. QS. Ar-Rahman 1-4 berbunyi “Tuhan yang maha pemurah, yang telah mengajarkan Al-
penggunaan lambang. 10
7
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2008)
8
QS. Ar-rahman (55): 1-4.
9
Ibid, hlm. 68
10
Ibid
11
Ibid, hlm. 92
12
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 69.
7
6. Everett M. Rogers berpendapat bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang
dimaksudkan komunikator. 14
8. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, bersifat timbal balik
9. Komunikasi Massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa
khalayak luas. 16
10. Dance mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha
11. Effendy mengatakan komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, dimana
yang dinyatakan itu adalah pikiran, perasaan seseorang kepada orang lain, dengan
12. Charles Cooley, komunikasi adalah mekanisme dimana relasi manusia ada dan
13
Ibid, hlm. 69
14
Ibid
15
Suhardi Dan Sunarti, Sri. Sosiologi (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2009).
16
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2009).
17
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2008).
18
Rosmawaty. Mengenal Ilmu Komunikasi (Jakarta: Widya Padjadjaran, 2010), hlm. 14.
19
Ibid, hlm. 15
8
13. Harwood mendefinisikan komunikasi adalah sebagai proses untuk mencapai pikiran-
15. Taylor, komunikasi merupakan proses petukaran informasi atau proses yang
16. Gerbner berpendapat bahwa komunikasi sebagai suatu interaksi sosial melalui pesan-
pesan yang dapat diberi sandi secara formal, simbolis atau penggambaran peristiwa
17. Gode mengatakan komunikasi adalah suatu proses yang membuat kesamaan kepada
dua atau beberapa orang yang telah dimonopoli oleh seseorang atau beberapa orang. 24
komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berpikir, melakukan penalaran,
dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-
20
Rosmawaty. Mengenal Ilmu Komunikasi (Jakarta: Widya Padjadjaran, 2010), hlm. 15.
21
Ibid, hlm. 16
22
Ibid, hlm. 17
23
Ibid, hlm. 18
24
Ibid, hlm. 59
25
Ibid
26
Ibid
27
Ibid, hlm. 71
9
21. Cappella mengatakan komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung
di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. 28
22. Menurut Newcomb komunikasi yang terjadi dalam kelompok kecil, misalnya dalam
keluarga yang dikenal sebagai kelompok primer, lebih sering berlangsung secara
23. Komunikasi organisasi adalah sebuah bentuk komunikasi antarpribadi, tetapi cirinya
24. Komunikasi organisasi adalah komunikasi antar manusia yang terjadi dalam konteks
organisasi di mana terjadi jaringan-jaringan pesan satu sama lain yang saling
25. Komunikasi organisasi sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan
para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Dalam kenyataannya, tidak pernah
ada dua manusia yang persis sama, meskipunn mereka kembar yang dilahirkan dan diasuh
dalam keluarga yang sama, diberi makanan yang sama dan dididik dengan cara yang sama.
Namun kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras, bahasa, tingkat pendidikan, atau
atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya
mudah mencapai pengertian bersama dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memahami
28
Rosmawaty. Mengenal Ilmu Komunikasi (Jakarta: Widya Padjadjaran, (2010), hlm. 71.
29
Ibid, 92
30
Edwin, Blake. Taksonomi Konsep Komunikasi (Surabaya: Payrus, 2009), hlm. 32.
31
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2009), hlm. 278.
32
R. Wayne Pace Dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 31.
10
bahasa yang sama. Makna suatu pesan, baik verbal maupun nonverbal, pada dasarnya terikat
budaya. Makna penuh suatu humor dalam bahasa daerah hanya akan dapat ditangkap oleh
Berikut beberapa teori mengenai budaya yang diutarakan oleh para Ahli,
sebagai berikut:
lakunya. 33
secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagai mana terwujud dalam tingkah
33
Wahyu. Wawasan Ilmu Sosial Dasar (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm. 23.
34
Ibid, hlm. 24
35
Wahyu. Wawasan Ilmu Sosial Dasar (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm. 45.
36
Fiske, John. Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2012).
11
2.3 Teori Kelompok Dan Lainnya Yang Berhubungan
Beberapa teori tentang kelompok dan teori lainnya yang berhubungan dengan tema
1. Smith menyatakan kelompok adalah kita dapat mendefinisikan sebuah kelompok sosial
sebagai satu unit yang terdiri dari sejumlah besar organisme (agen) yang terpisah yang
memiliki perpecahan kolektif dari kesatuan mereka dan yang memiliki kemampuan
4. Norma kelompok adalah pedoman-pedoman yang mengatur sikap dan perilaku atau
5. Afrooz menyatakan bahwa kebutuhan adalah persyaratan alami yang harus diawasi
6. Menurut Baum penyesuaian diri adalah proses penyesuaian diri yang diawali stress,
7. Larry L. Barker bahasa memiliki tiga fungsi yaitu pertama, penamaan, interaksi, dan
transmisi informasi. Kedua, bahasa sebagai sarana untuk berhubungan dengan orang
37
Bimo, Walgito. Psikologi Kelompok (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2006), hlm. 7.
38
Ibid, hlm. 6
39
Ibid, hlm. 53
40
Ibid, hlm. 54
41
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 59.
42
Ibid, hlm. 193
12
lain. Ketiga, agar hidup lebih teratur, saling memahami mengenai diri kita,
kemampuan manusia untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari
budaya ke budaya. setiap individu baru tidak perlu diajarkan bahasa baru, mereka hanya
pengaruh terhadap kehidupan sebagian besar warga masyarakat sebagai sesuatu yang
tidak diinginkan atau tidak disukai dan yang karenanya dirasakan perlunya untuk diatasi
atau diperbaiki. 45
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu
11. Perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang dialami dengan
senang hati dan tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat
subjektif. 47
43
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2008), hlm 268.
44
Ibid, hlm. 7
45
Wahyu. Wawasan Ilmu Sosial Dasar (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm. 21.
46
Herimanto Dan Winarno. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 97.
47
Ahmadi, Abu Dan Umar. Psikologi Umum (Surabaya: Pt Bina Ilmu, 2013), hlm. 59.
13
BAB III
LAPORAN OBSERAVASI
Bab ini akan menguraikan beberapa hal tentang setting lingkungan sosial, gambaran
latar belakang kehidupan sosial subjek, gambaran tentang realita sosial yang terjadi, bentuk-
bentuk permasalahan sosial, penyebab munculnya masalah, dan dampak riil masalah sosial
Peletakan batu pertama pendirian bangunan ma’had dimulai pada Ahad Wage, 4 April
1999, oleh 9 (Sembilan) orang kyai berpengaruh di Jawa Timur yang disaksikan oleh sejumlah
orang kyai lainnya dari Kota dan Kabupaten Malang dan dalam jangka waktu satu tahun. Mulai
difungsikan pada tahun 2000 dan diresmikan oleh K.H ABDURRAHMAN WAHID pada
tahun 2001. Mabna Ibnu Sina merupakan salah satu asrama putra di Ma’had Sunan Ampel Al-
Ali, tempat tinggal wajib satu tahun bagi para Mahasiswa baru Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang yang terletak di jalan Gajayana 50, Dinoyo kota Malang Jawa
Timur. Setiap Mabna di Ma’had Sunan Ampel Al-Ali mengadakan program shabah al-lughal
(Languange Morning), ta’lim al-qur’an, tashih quroatul al-qur’an, Tahsin Tilawatil Qur’an,
Ta’lim Afkar Al-Islamiyah, Shalat Tahajud / Persiapan shalat shubuh berjamaah, Jama’ah
Shalat Shubuh dan pembacaan Wirdul Lathief, Shalat Jama’ah, Pembacaan surat Yasin /
Pengabsenan jam malam santri dan Pendampingan, dan Belajar mandiri serta istirahat.
Mabna putra terletak disebelah selatan kampus, Mabna Ibnu Sina sendiri terletak
ditengah-tengah lingkungan asrama putra dan berdekatan dengan kantin yang berada tepat
didepan Mabna Ibnu Sina. Dengan letaknya yang berada pada dataran tinggi membuat Mabna
Ibnu Sina memiliki hawa yang sejuk ditambah dengan banyak bunga-bunga yang ditanam
14
didepannya yang menambah kesejukan dan keindahan lingkungan Mabna Ibnu Sina. Mabna
Ibnu Sina memiliki tiga lantai dengan lima puluh kamar yang setiap kamar mampu menampung
enam orang mahasantri, delapan buah toilet dan enam belas kamar mandi. Tempatnya yang
sangat bersih ditambah dengan banyak kata-kata motivasi yang ditempel didinding. Nilai
tambah lainnya adalah wifi yang disediakan secara gratis bagi para mahasantri di setiap Mabna
digambarkan pada program yang dilaksanakan selama satu tahun demi terwujudnya lulusan
yang memiliki kedalaman spiritual, keagungan akhlak, kematangan professional, dan keluasan
ilmu pengetahuan. Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang merupakan Ma’had yang berupaya merealisasikan visi dan misi kampus dalam
mencetak sarjana yang intelek professional yang ulama dan ulama intelek yang professional.
Berada dalam lingkungan yang dituntut untuk lebih mengarah pada ketaatan pada nilai
agama baik secara moral maupun pengetahuan, agar perilaku setiap Mahasantri menjadi
panutan dimanapun dia berada dan menjadi pemimpin umat dalam membawa perubahan.
Dengan banyaknya pembelajaran tambahan yang mengarah pada keagamaan yang diberikan
selain kuliah regular, semuanya dilakukan agar lulusan kampus ulul albab menjadi ulama yang
Setiap hari mahasantri dibangunkan pada jam 03.00 WITA untuk melakukan ibadah
sholat shubuh bersama di Masjid At-Tarbiyah, setelah sholat shubuh dilanjutkan dengan
pembacaan Wirdul Lathif yang dilaakukan sebelum menuju kegiatan selanjutnya. Selanjutnya,
para Mahasantri segera bergegas untuk melekukan program shabah al-lughal (Languange
Morning) yang berakhir pada jam 06.00 WITA sebelum kembali ke Mabna masing-masing.
Tidak berakhir sampai disini, program taklim Qur’an dan taklim Afkar harus dilewati didalam
15
Mabna. Taklim Qur’an diajarkan pada hari senin dan rabu sedangkan Taklim Afkar diajarkan
setiap hari selasa dan kamis, yang berakhir pada jam 07.30 WITA. Mahasantri yang memiliki
kuliah akan segera makan dan mandi sebelum menuju ke kampus dan bagi yang tidak memiliki
jam kuliah pagi harus menyetorkan tashih quroatul al-qur’an dan Tahsin Tilawatil Qur’an.
Setelah semua kelas regular telah dilewati, kemudian pada jam 14.20 WITA semua Mahasiswa
harus berada didalam kelas PKPBA untuk mendapatkan kuliah pendidikan bahasa Arab selama
dua semester atau satu tahun pertama yang berakhir pada jam 16.30 WITA. Semua Mahasiswa
segera kembali ke Mabna masing-masing untuk menghadiri kegiatan Mabna baik itu
pendampingan, pembacaan Qur’an, sholawatan, maupun qobla magrib untuk menunggu waktu
sholat Magrib. Selepas itu, pada jam 18.30 WITA semua Mahasantri harus berada didalam
kelas PKPBA kembali untuk melanjutkan materi Bahasa Arab yang terputus pada sore hari
sampai pada jam 20.00 WITA. Mahasiswa memiliki waktu satu jam untuk melakukan aktivitas
seperti makan, sholat isya, pembahasan tugas dan lain-lain didalam maupun diluar kampus
sebelum Mabna ditutup pada jam 21.15 WITA. Jika terlambat masuk seperti jam yang telah
ditetapkan, maka akan disuruh membaca surah Yasiin, jika terlambat selama tiga kali maka
orang tua akan segera dihubungi. Setelah melewati yasiinan, semua Mahasantri harus
menunggu lagi waktu buka Mabna pada jam 22.00 WITA. Para Mahasantri bisa saling bercerita
sembari menunggu waktu disaat pintu Mabna terbuka, setelah masuk ke dalam Mabna ada
sebagian Mahasantri yang mengikuti program bengkel al-Qur’an dalam rangka memantapkan
dan pengayaan bagi Mahasantri yang belum lancar. Setelah itu, semua Mahasantri memiliki
waktu untuk belajar secara mandiri dan beristrahat. Begitulah kegiatan yang akan dilewati
semua Mahasantri terkhususnya di Mabna Ibnu sina dari senin sampai hari jum’at.
Dengan kegiatan yang begitu padat ini, semua Mahasantri seharusnya bisa
memanajemen waktunya dan meningkatkan kedisiplinan serta kemandirian setelah keluar dari
wajib Asrama yang berlangsung satu tahun. Bagi sebagian Mahasantri yang bukan lulusan
16
pondok pastinya susah menyesuaikan diri dengan kegiatan yang diberlakukan di Asrama
maupun kampus, terutama dengan waktu bangun tidur pada jam 03.00 WITA. Beberapa
Mahasantri yang tidak sanggup dengan banyaknya kegiatan yang dilewati memilih untuk
Tinggal di Mabna Ibnu Sina dengan banyak Mahasantri lain tentunya ada perbedaan
pemikiran, pendapat, kepekaan, serta cara adaptasi yang unik. Penyesuaian diri adalah proses
penyesuaian diri yang diawali stress, yaitu suatu keadaan dimana lingkungan mengancam
membahayakan keberadaan atau kesejahteraan atau kenyamanan diri seseorang. Penulis sangat
tertarik dan memfokuskan diri dengan keberagaman yang memang kaya di Indonesia yaitu
bahasa serta logat yang digunakan Mahasantri sebagaimana tertuang pada tema observasi.
silaturrahmi dengan Mahasantri lainnya, kendala utama dalam bertukar informasi adalah
bahasa dan logat daerah yang sangat kentara sehingga makna tersirat dari apa yang
disampaikaan sulit untuk ditangkap. Cerita-cerita lucu yang disampaikan susah sekali
ditangkap kelucuannya, karena pada umumnya cerita lucu akan lebih tersampaikan dengan
menggunakan bahasa daerah sehingga Mahasantri lain yang tidak mengerti termasuk penulis
hanya bisa diam ditengah terbahaknya canda tawa Mahasantri yang lain. Makna suatu pesan,
baik verbal ataupun nonverbal, pada dasarnya terikat budaya. Makna penuh suatu humor dalam
bahasa daerah hanya akan dapat ditangkap oleh penutur asli bahasa bersangkutan. Penutur asli
akan tertawa terbahak-bahak mendengar humor tersebut, sementara orang-orang lain mungkin
akan bingung meskipun mereka secara harafiah memahami kata-kata dalam humor tersebut.
Semakin mirip latar belakang sosial-budaya semakin efektif pula komunikasi yang dilakukan
oleh setiap orang, begitulah Mahasantri yang bukan bagian dari sosial-budaya Jawa,
komunikasi yang disampaikan sangat susah sekali ditangkap dan dipahami secara efektif.
17
Letak kampus yang berada di daerah pulau Jawa, membuat kecendrungan untuk
menggunakan bahasa Jawa itu sendiri dalam menyapa dan berkomunikasi pertama kalinya.
Sesama Jawa pasti langsung menanggapi sapaan dan komunikasi yang dibangun dalam
pertemuan, karena latar belakang dari kedua belah pihak sama terutama bahasanya walaupun
ada sebagian daerah yang berbeda kata per kata akan tetapi masih dapat ditangkap arti dan
maksud yang diutarakan. Bagi Mahasantri yang berasal dari luar pulau jawa seperti penulis,
akan sangat susah beradaptasi dengan lingkungan jika bahasa daerah yang digunakan dalam
berkomunikasi. Tidak jarang penulis dianggap tidak menghargai dan menanggapi pembicaraan
dari lawan bicara, hanya senyuman kecil yang dapat membalas ketidakpahaman itu, sembari
menjelaskan asal usul penulis. Setelah mendapatkan penjelasan, lawan bicara mulai bisa
membangun komunikasi secara efektif dengan penulis (walaupun terkendala dengan logat yang
begitu kentara) baik hanya sekedar bertanya budaya dan makanan khas daerah dari penulis.
Kebudayaan yang baik (bahasa) memang sulit untuk ditinggalkan begitu saja, dimanapun
seseorang berada dan bertempat tinggal kebudayaan (bahasa) tidak akan mudah dilupakan.
pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya. setiap individu baru tidak
perlu diajarkan bahasa baru, mereka hanya mempelejari bahasa yang terdahulu dan
sekali menggunakan bahasa daerah, sehingga penulis menjadi terlambat dalam menghadiri
acara yang diadakan. Penjelasan dari teman satu kamar menjadi penyelamat dari ketidaktahuan
yang penulis alami. Mungkin ini sedikit tantangan bagi para Mahasantri perantau untuk dapat
menerima sanksi dari perbedaan bahasa daerah, semuanya harus dapat diterima untuk dapat
18
melewati proses pembentukan diri yang berpemahaman dan pengertian tinggi dalam konteks
kehidupan sosial.
Keberagaman bahasa yang ada di Indonesia menjadi sesuatu kebanggan bagi bangsa
Indonesia. Akan tetapi, dengan adanya keberagaman pula menjadikan masyarakat Indonesia
banyak menuai konflik dan pertikaian baik karena perbedaan agama, suku, ras, daerah, serta
bahasa. Yang mendasari dari semua konflik adalah kurangnya kesadaran untuk membangun
pengertian dalam kehidupan sosial. Pengertian merupakan hasil proses berpikir yang
merupakan rangkuman sifat-sifat pokok dari suatu barang atau kenyataanyang dinyatakan
dalam satu perkataan. Saling pengertian bisa dikatakan alat utama untuk meminimalisirkan
permasalahan sosial yang terjadi. Komunikasi menjadi alat untuk menegosiasikan perdamaian
serta bisa juga menimbulkan konflik baru. Setiap tindakan komunikasi dipandang suatu
transmisi informasi, terdiri dari rangsangaan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.
Jika setiap individu saling berinteraksi dengan bahasa yang disetujui bersama, maka
penyampaian informasi dari sumber kepada penerima mungkin tidak akan mendapatkan
Dengan adanya bahasa daerah yang begitu banyak di Indonesia ini, maka harus ada
bahasa yang mempersatukan semua bahasa dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia.
Oleh karena itu, pada tanggal 28 oktober 1928 semua bangsa indoesia dengan semangat
kebhinekaan-nya mengikrarkan bahasa pemersatu dalam sebuah sumpah yang dikenal dengan
sumpah pemuda. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dituangkan pada bagian ketiga
yang berbunyi “Kami poetra dan poetri Indonesia, mengjoenjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia”. Ini dilakukan agar semua bahasa di Indonesia dan semua orang di Indonesia dapat
19
Sumpah pemuda belum bisa diindahkan oleh para Mahasantri di Mabna Ibnu Sina,
bahasa daerah masih menjadi bahasa yang pertama untuk menyapa dan membangun narasi
dengan lawan bicara. Penulis terkadang hanya bisa menyambut sapaan dengan senyuman kecil;
pada saat penulis distimulus untuk berbicara dengan membangun humor tentunya penulis
hanya bisa diam mendengarkannya. Penjelasan akan asal usul menjadi penawar dari
ketidaktahuan kedua belah pihak yang berkomuikasi, pengertian sosial baru terwujud setelah
pemberitahuan dari latar belakang penulis. Bahasa Indonesia haruslah dijunjung tinggi dalam
perbedaan bahasa, apalagi para Mahasantri di Mabna Ibnu Sina secara sadar menyadari bahwa
yang tinggal di asrama ini bukan hanya dari pulau jawa saja akan tetapi hamper semua pulau
di Indonesia. Kesadaran diri memang dituntut untuk lebih dimunculkan dalam menjaga
hubungan yang baik antar perbedaan dalam membangun Negara yang berkebhinekaan.
Dari pengamatan yang penulis analisa dan alami selama berada di Mabna Ibnu Sina,
1. Pemakaian bahasa daerah yang membendung saling paham antar Mahasantri dalam
2. Kesadaran diri yang masih kurang untuk saling menghargai Mahasantri lain dalam
4. Susah untuk bisa masuk dalam canda tawa dengan cerita humor yang diceritakan
5. Interaksi yang selalu dimulai dengan bahasa Jawa dalam menyapa dan membangun
narasi tertentu yang membuat penulis hanya bisa diam dalam berinteraksi kemudian
20
6. Dari adanya perbedaan bahasa tersebut, membuat Mahasantri yang berada diluar pulau
Jawa merasa kurang bisa bersatu dalam kelompok karena dengan berkomunikasi
7. Terjadinya salah paham dengan logat-logat daerah tertentu yang menggunakan suara
antara mausia. Jika komunikasi bisa dipahami dengan mudah maka tidak akan ada masalah
yang muncul dalam kehidupan manusia, adanya kekeliruan dalam pekerjaan karena pesan dan
instruksi yang diberikan mungkin kurang bisa dimengerti dan ditangkap oleh si pendengar.
Masalah sosial adalah sesuatu kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sebagian
besar warga masyarakat sebagai sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak disukai dan yang
karenanya dirasakan perlunya untuk diatasi atau diperbaiki. Masalah-masalah banyak yang
terjadi karena ketidak sesuaian antara perkataan dan perbuatan sehingga memicu adanya
ketidak puasan terhadap apa yang sedang terjadi. Seseorang yang melamar pekerjaan akan
ditolak jika dia tidak bisa berkomuikasi dengan baik pada saat wawancara. Wakil rakyat tidak
akan dipilih untuk kedua kalinya jika pada periode pertama komunikasinya dengan rakyat tidak
begitu lancar. Komunikasi menjadi sesuatu yang menentukan hidup kita, dalam artian nasib
Interaksi yang dilakukan dengan bahasa daerah banyak memiliki makna ganda bagi si
akan tetapi bagi si pendengar menafsirkan sebagai ssuatu yang memiliki makna kotor. Persepsi
Perbedaan setiap orang menafsirkan inilah yang harus disadari bersama, sehingga dalam
penyampaian itu dapat diartikan sesuatu yang baik atau sesuatu yang bruk. Disinilah fungsinya
21
bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dari berbagai bahasa daerah. Untuk
mendasar dari adanya suatu konflik dan permasalahan. Jika komunikasi dengan orang lain
disampaikan dengan baik maka akan mendapatkan respon yang baik juga bagi orang lain,
apabila komunikasi disampaikan dengan kesan yang buruk maka orang lain akan
1. Tidak menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi yang menjadi pemersatu
bahasa daerah.
3. Keberadaan bahasa Indonesia belum bisa dijunjung tinggi secara utuh dalam menjaga
4. Adanya logat-logat daerah tertentu yang membuat beberapa Mahasantri menjadi salah
bahasa Indonesia.
6. Rasa egois yang begitu tinggi untuk tidak menggunakan bahasa Indonesia didalam
perkumpulan.
Apapun permasalahan yang ada di dunia ini pasti ditimbulkan oleh perbuatan yang
diakukan oleh manusia. Manusia yang menciptakan manusia pula yang merasakan dampaknya,
baik negatif maupun positif. Manusia diciptakan didunia ini sebagai pekerja dan pencipta di
22
bumi, bukan sebagai peziarah di muka bumi. Dalam arti ini, manusia dipandang sebagai ukuran
bagi setiap penilaian, dan referensi utama dari setiap kejadian di alam semesta ini. Salah satu
asumsi bagi para filsafat adalah manusia sebagai sumber realitas. Manusia memang memiliki
peran penting untuk membawa perubahan di muka bumi ini, jika pada saat ini dia menanamkan
kebaikan maka buahnya akan dinikmati oleh anak cucunya nanti dan begitu pula sebaliknya.
Setiap permasalahan pasti ada dampaknya, jika seseorang berjualan maka dampaknya
pasti akan ada orang yang membeli; jika seseorang sholat maka akan berdampak pada
ketenangan hati. Jadi apapun yang terjadi di dunia ini baik itu secara manusiawi atau diluar
manusiawi (bencana alam) semuanya karena perbuatan manusia. Jika manusia taat, Allah akan
memberikan ujian dan jika manusia berdosa, Allah akan berikan azab. Semuanya yang terjadi
di dunia ini (baik atau buruk) yang merasakan akibatnya pula adalah manusia itu sendiri,
kebebasan kepada manusia untuk ateis, maka tidak ada hak bagi manusia untuk melarang
ateisme. Tidak ada yang dapat membatasi kebebasan manusia, bahkan Tuhan pun memberikan
kebebasan itu, akan tetapi semua yang menjadi pilihan manusia akan dipertanggungjawabkan
Perbedaan bahasa juga pasti membawa dampak tersendiri bagi orang lain,
keberagaman menjadi kunci utama konflik dan penyimpangan sosial yang terjadi. Banyaknya
bahasa di mabna Ibnu Sina membuat sebagian yang minoritas merasa tidak bisa bersatu secara
utuh baik dari lingkungannya maupun dengan orang-orangnya. Semuanya memang memiliki
makna tersendiri, dan perbedaan bahasa akan dipertanggungjawabkan jika adanya konflik dari
23
Dari bentuk permasalahan sosial dan penyebab munculnya masalah dapat dirangkum
beberapa dampak yang nyata terjadi dalam kehidupan sosial adalah sebagai beriku:
1. Tidak bisa membangun kerja sama yang baik karena terhalang oleh keberagaman
bahasa. Bahasa menjadi alat yang utama untuk membangun hubungan dalam kelompok
sosial.
2. Penerimaan informasi tidak bisa langsung dilaksanakan dengan segera karena butuh
dengan bahasa daerah menjadi kendala dari kegagalan untuk memahami makna dari
3. Seorang santri tidak bisa bergaul dengan para Mahasantri lainnya secara sempurna
dalam sebuah perkumpuan karena dibatasi oleh bahasa dan pemahaman akan ucapan
yang dilontarkan. Pasti ada keraguan untuk bisa berkumpul dalam kelompok karena
4. Dari adanya perbedaan bahasa, membuat beberapa orang Santri tidak bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, dan bahkan kalaupun mungkin itu pasti
5. Santri cenderung untuk memilih sendiri dari pada berkumpul, semuanya didasarkan
atas ketidakpahaman dengan bahasa yang digunakan dalam membangun humor atau
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini, akan diuraikan tentang pembahasan dari masalah pola interaksi
mahasanttri beragam bahasa daerah di Mabna Ibnu Sina serta akan menjawab rumusan masalah
dan tujuan penelitian berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Hasil
wawancara tidak penulis sajikan di bab ini, karena penulis jadikan hasil wawancara sebagai
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, bersifat timbal balik
bahasa yang dimiliki sedikit menyulitkan proses timbal balik dalam pertukaran informasi yang
terjadi. Hidup dalam kelompok merupakan salah satu usaha untuk bersosialisasi dengan orang
lain, yang menjadi hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
Manusia satu dengan yang lain saling ketergantungan dalam hidup ini, tetapi tidak lupa pula
bahwa adanya suatu kelompok karena adanya perkumpulan beberapa individu. Menurut
Kunkel manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, tetapi juga sekaligus makhluk
individu49. Tidak menjadi keheranan apabila manusia memiliki rasa egois dalam kelompok
karena adanya peran sebagai mahluk individu. Manusia hidup di dunia ini memiliki dua
peranan, selain sebagai makhluk sosial juga sebagai makhluk individu, itulah sebabnya
manusia lebih mementingkan kepentingn dirinya sendiri dibandingkan orang lain karena
manusia yang berbeda-beda baik dari dalam (sifat, emosi, karakteristik dll.) maupun dari luar
48
Suhardi Dan Sunarti, Sri. Sosiologi. Jakarta: Pusat Perbukuan, (\2009).
49
Bimo, Walgito. Psikologi Kelompok (Yogyakarta: C.V Andi Offset, (2006), hlm 13.
25
(budaya, agama, bahasa dll.), penulis hanya berfokus pada pengaruh dari luar yaitu bahasa.
Setiap kali berada dalam perkumpulan atau kelompok akan terasa asing jika tidak dibangun
berkomunikasi dan memberikan kesan yang baik kepada lawan bicara dengan tutur kata serta
bahasa yang sopan. Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua
fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan
dengan orang lain, membangun dan memlihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan
keputusan, yakni memutuska untuk melakukan atau tidak, bagaimana belajar untuk
menghadapi tes50. Dengan pengadaan komunikasi manusia dapat menetukan segala hal dalam
Perkumpulan menjadi sesuatu yang mempunyai daya tarik tersendiri bagi sebagian
besar orang, begitupun dengan pribadi penulis. Dalam berkelompok apapun masalah yang
mengembangkan konsep diri dan belajar menjunjung tinggi perbedaan yang ada dalam suatu
kelompok. Ada beberapa alasan atau motivasi seseorang mengapa masuk ke dalam kelompok,
berikut alasannya51:
1. Seseorang masuk ke dalam suatu kelompok pada umumnya ingin mencapai tujuan yang
diri seseorang.
50
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, (2008), hlm. 5.
51
Bimo, Walgito. Psikologi Kelompok (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2006), hlm. 14-15.
26
5. Kelompok dapat memberikan keuntungan ekonomis, misalnya masuk dalam koperasi
dibatasi oleh adanya perbedaan bahasa, yang membuat makna tersirat dari pesan yang
disampaikan kurang dapat dipahami oleh mahasantri luar Pulau Jawa khususnya penulis.
Masalah yang sering dihadapi oleh mahasantri adalah ungkapan yang diberikan dalam bahasaa
daerah, dari tidak mengerti inilah timbulnya kondisi susah untuk mencapai proses adaptasi
dengan lingkungan. Akhir dari ketidak tahuan ini, memberikan hambatan yang mungkin dalam
antarbudaya, dan massa. Senada dengan pendapat Devito menyatakan bahwa komunikasi dapat
‘macet’ atau menjumpai hambatan pada sebarang titik dalam proses dari pengirim dan
penerima52. Salah satu yang membuat komunikasi macet adalah perbedaan bahasa yang
haruslah menjadi kesadaran yang utama dalam membangun persatuan didalamnya, untuk
menyatukan keberagaman seperti bahasa haruslah dengan menggunakan bahasa yang disetujui
mengarahkan orang lain agar apa yang dikehendaki dapat sesuai dengan perintah. Senada
dengan ungkapan Gerald R. Miller yang mengatakan bahwa komunikasi terjadi ketika suatu
sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang didasari untuk
mempengaruhi perilaku penerima53. Namun yang terjadi sekarang dalam keberagaman bahasa,
komunikasi bukan lagi untuk mempengaruhi pihak lain, namun membingunkan penerima
52
Rosmawaty. Mengenal Ilmu Komunikasi (Jakarta: Widya Padjadjaran, 2010), hlm. 54.
53
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, (2008), hlm. 68.
27
Saling menghargai perasaan satu sama lain dalam perkumpulan menjadi menjadi
ukuran tertinggi dari suatu kedekatan anggota kelompok. Bahasa persatuanlah yang dapat
membuat setiap individu dalam berkelompok dapat merasa dihargai dalam berkomunikasi.
Pengendalian dan pertimbangan perasaan orang lain menjadi suatu pembatas umum dalam
aktivitas, perkataan, tindakan, dan perilaku agar terciptanya saling harmonis dalam kehidupan
Perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami
dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat
subjektif54. Proses menjunjung tinggi saling pengertian sosial menjadi langkah awal dalam
pencegahan kesalahpahaman yang terjadi sebagai akar dari sebuah konflik. Dalam mekanisme
pengenalan diri terhadap orang lain dan lingkungan, menjadi suatu penilaian bagi setiap
individu bagaimana keadaannya terhadap lingkungan baru yang ditempati. Dalam artian
kedekatannya dengan sesuatu yang baru, serta tingkat kenyamanannya dalam menjalani hidup.
Setiap individu memiliki cara tersendiri saat membangun komunikasi dengan orang
lain secara baik dan bisa dipahami bersama baik verbal maupun non-verbal. Semuanya tidak
terlepas dari pengalaman setiap individu dalam membangun komunikasi dengan orang lain
dalam kehidupan sosial. Dari adanya perbedaan yang tidak dapat dihindari ini, langkah yang
tepat adalah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Menurut Baum penyesuaian diri
adalah proses penyesuaian diri yang diawali stress, yaitu suatu keadaan dimana lingkungan
Larry L. Barker menyatakan bahasa memiliki tiga fungsi yaitu pertama, penamaan,
interaksi, dan transmisi informasi. Kedua, bahasa sebagai sarana untuk berhubungan dengan
54
Ahmadi, Abu Dan Umar. Psikologi Umum (Surabaya: Pt Bina Ilmu, 2013), hlm. 59.
55
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 93.
28
orang lain. Ketiga, agar hidup lebih teratur, saling memahami mengenai diri kita, kepercayaan-
Wibowo mengungkapkan bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif
untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain57. Sebagian
individu merasa tertantang untuk terus membangun komunikasi dengan Mahasantri lainnya,
pemersatu dalam keberagaman bahasa, walaupun ada sebagian Mahasantri yang lebih suka
menggunakan bahasa daerah dalam perkumpulan. Cara untuk melakukan komunikasi lintas
menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan, dengan kata lain
menggambarkan, memerikan realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat oleh seseorang;
Kepribadian seseorang biasanya ditandai oleh penggunaan fungsi personal bahasanya dalam
56
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi (Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 268.
57
Walija. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan (Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press, 1996), hlm.4.
58
Tarigan, Henry Guntur. telaah buku teks bahasa indonesia (Bandung: Angkasa, 2009), hlm.3-7.
29
6. fungsi heuristik, melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan,
mempelajari seluk-beluk lingkungan. Fungsi heuristik ini sering disampaikan dalam bentuk-
bersifat imajinatif.
Menurut Lenneberg, hipotesis nurani lahir dari beberapa pengamatan yang di lakukan
para pakar terhadap pemerolehan bahasa kanak-kanak59. Bahasa daerah memang tidak bisa
dilupakan dimana pun berada, karena memang bahasa yang sudah diajarkan dari kecil sangat
berpengaruh dan terbawa sampai sekarang. Kebudayaan yang ditanamkan sedari kecil memang
Menurut Nababan, bahasa mempunyai dua aspek mendasar, yaitu aspek bentuk yang
meliputi bunyi, tulisan, struktur serta makna, baik leksikal maupun fungsional dan struktural60.
Jikalau kita memperhatikan bahasa dengan terperinci dan teliti, kita akan melihat bahwa bahasa
itu dalam bentuk dan maknanya menunjukan perbedaan-perbedaan kecil atau besar antara
pengungkapannya yang satu dengan pengungkapan yang lain. Pemakaian bahasa dalam
Kekayaan bahasa di Indonesia memang sangat beragam sekali, bahkan satu pulau, provinsi,
kabupaten, hingga kecamatan masih ada perbedaan kata per kata yang hanya bisa dimengerti
Menurut Kridalaksana, variasi bahasa juga ditentuan oleh faktor waktu, tempat, faktor
sosioliguistik, factor situasi dan faktor medium pengungkapannya 61. Walaupun kata per kata
berbeda sesama pulau Jawa, akan tetapi inti dari kata yang disampaikan masih bisa dipahami
59
Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 168.
60
Nababan, P.W.J. Sosiolinguistik: suatu pengantar (Jakarta: Gramedia, 1984), hlm. 13.
61
Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia, 1993).
30
secara utuh berbeda dengan Mahasantri dari luar jawa, berbeda satu kata pun sudah menjadi
faktor kebingungan. Proses memahami bahasa baru yang berbeda untuk sesama pulau Jawa
misalnya sangatlah mudah karena sudah mengetahui dasar-dasar dari bahasa itu sendiri,
komunikator.
informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan kedua belah
pihak.
komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah sesuai dengan makna
pesan itu.
4. Hubungan yang makin baik, bahwa dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak
5. Tindakan, kedua belah pihak yang berkomunikasi melakukan tindakan sesuai dengan
bahasa daerah masing-masing. Bahkan ada beberapa kendala lain yang dirasakan Mahasantri
di luar Jawa walaupun Mahasantri dari Jawa menggunakan bahasa persatuan, yang
dipertimbangkan lainnya adalah logat dan kecepatan bicara setiap individu yang berbeda-beda.
Dalam membangun humor dalam suatu perkumpulan yang berbeda-beda bahasa pun diakui
bahwa bahasa daerah dapat membawa kesan lucu yang lebih mendalam, latar belakang sosial
62
Aw, Suranto. Komunikasi Interpersonal (Yogyakarta. Graha Ilmu, 2010), hlm. 105.
31
budaya memang berpengaruh terhadap suatu bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.
Sehingga Mahasantri yang tidak mengerti tidak dapat terhanyut dengan cerita yang dibangun.
Semuanya kembali kepada pribadi setiap individu, bagaimana cara terbaik untuk
melakukan adaptasi dengan orang lain yang menurutnya benar-benar sesuai dengan
pengalaman yang didapati sebelumnya. Kepekaan sosial secara sederhana dapat diartikan
sebagai kemampuan seseorang untuk bereaksi secara cepat dan tepat terhadap objek atau situasi
sosial tertentu yang ada di sekitarnya. Semua manusia memiliki kemampuan dan cara
pendekatan yang berbeda-beda, tidak ada yang lebih baik dan tidak ada yang lebih buruk
Menurut Levinson, pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks
yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain
yang diberikan kepada individu yang secara esensial berbeda segalanya terkhususnya bahasa,
usaha untuk meminimalisir ketidak pahaman tentunya ada dari setiap individu baik dari
Mahasantri Jawa maupaun Mahasantri luar Jawa. Semuanya dilakukan hanya untuk
sosial dalam perkumpulan yang plural memang membutuhkan usaha yang lebih untuk dapat
Park dan Burgess, mendefinisikan asimilasi budaya sebagai suatu proses interpretasi dan
fusi (campuran atau perpaduan), melalui proses ini orang-orang dan kelompok-kelompok
berbagai pengalaman dan sejarah, tergabung dengan mereka dalam suatu kehidupan budaya
63
Tarigan, Henry Guntur. PengkajianPragmatik (Bandung: Angkasa, 2009), hlm. 31.
32
yang sama.64 Mempelajari budaya dan bahasa Jawa memang menjadi tuntutan secara tidak
langsung yang harus dilakukan, karena yang dipertimbangkan untuk dapat meraih gelar strata
satu membutuhkan waktu selama empat tahun. Dalam proses penyelesaian program sarjana ini,
berada di daerah dengan bahasa dan budaya yang asing mendorong Mahasantri untuk berusaha
mengerti konteks yang dibicarakan. Menurut Koentjaraningrat bahwa bahasa bagian dari
suatu bahasa berada di bawah lingkup kebudayaan.65 Kebudayaan itu adalah satu sistem yang
mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang
berfungsi sebagai sarana. Sehingga untuk belajar bahasa saja tidak cukup jika tidak
mempelajari budaya, karena budaya dan bahasa saling berkaitan dalam system kehidupan
manusia.
Hal itu senada dengan Chaer dan Agustina yang mengemukakan, Bilingualisme
merupakan satu rentangan berjenjang mulai menguasai B1 (tentunya dengan baik karena
bahasa ibu sendiri) ditambah tahu sedikit akan B2 yang berjenjang meningkat, sampai
menguasai B2 itu sama baiknya dengan penguasaan B166. Tingkat pemahaman setiap orang
berbeda-beda terhadap permasalahan yang dihadapinya, begitu pula dengan usaha untuk
penyampaian informasi antar bahasa. Perlu adanya pembelajaran yang dilakukan sebagai usaha
untuk mendapat dan memberikan informasi secara efektif. Keberagaman suatu bahasa daerah
sudah menjadi sesuatu yang lumrah terjadi di universitas di seluruh universitas. Semuanya
menjadi tantangan bagi Mahasiwa pendatang untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan
tempatnya menempuh program strata satu. Menjadikan perbedaan sebagai pelengkap dari
kekurangan dan berusaha saling menguntungkan dari kelebihan masing-masing setiap individu
64
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi antarbudaya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, (2006),
hlm. 159-160.
65
Koentjaraningrat. Bunga Rampai: kebudayaan, mentalitas dan pembangunan (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1992).
66
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 114.
33
yang berbeda. Mengatur strategi untuk mendapaatkan keuntungan dari perbedaan lebih baik
dari pada berusaha menghindar dari realitaas, proses adaptasi secara persuasif menjadi tawaran
ketika tidak mampu menerima perbedaan yang signifikan terjadi dalam kehidupan. Semuanya
dilakukan secara perlahan demi mencapai pemahaman lingkupan pada tingkat yang tinggi.
34
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan analisa masalah dan pembahasan masalah di atas, dapat ditawarkan solusi
dari penulis, bahwa keberagaman bahasa di Mabna Ibnu Sina dapat diatasi dengan beberapa
cara yang yaitu antara lain; pertama, dengan melakukan interaksi secara terus menerus untuk
Indonesia secara baik dan benar dalam membangun komunikasi dengan individu yangberbeda
bahasa. Ketiga, menjunjung tinggi rasa saling menghargai perasaan orang lain dalam
bertindak, berucap, serta melakukan aktivitas yang sekiranya sensitif bagi orang lain.
Saling menerima perbedaan menjadi suatu yang luar biasa dari pada berusaha mencari
perbedaan yang menimbulkan provokasi ilmiah yang berujung pada kontrovensi dari tiap
subtansi yang berbeda-beda. Manusia diciptakan berbeda-beda agar kehidupan memiliki warna
yang bervariasi dalam mencari bekal di kehidupan akhirat. Beberapa saran yang dapat penulis
berikan dalam kehidupan yang plural ini adalah; pertama, saling menghargai satu sama lain
dalam menjaga keharmonisan dalam bingkai kebhinekaan yang berorientasi pada perdamaian
dalam menciptakan kehidupan yang tentram. Kedua, memposisikan diri sebagai orang yang
harus banyak belajar dengan orang lain sehingga memandang suatu perbedaan itu sebagai suatu
yang baru untuk dipelihara, diterima, dan dipelajari dalam meningkatkan kepekaan sosial.
Ketiga, selalu berpikir positif dengan masalah yang dihadapi dapat mengurangi tingkat
prasangka yang buruk terhadap fenomena baru yang terjadi pada lingkungan baru. Kelima,
menjadikan masalah sebagai pembangun konsep diri yang lebih mengarah pada tuntuta
kemandirian dalam menjalani hidup yang mulai berubah dari waktu ke waktu. Keenam,
mencari jalan lain untuk bisa melakukan negosiasi dengan cara yang baik dalam semua masalah
35
untuk mencapai kesepakatan dan peraturan yang disepakati bersama, tentunya dengan ukuran
5.2 Kesimpulan
beragam bahasa daerah di Mabna Ibnu Sina, maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal
yang berkaitan pola interasksi sosial beragam bahasa daerah di Mabna Ibnu Sina adalah sebagai
berikut:
Dari pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa cara Mahasantri
membangun komunikasi dapat mencapai titik temu pada saat Mahasantri mampu
menggunakan bahasa Indonesia dalam membangun komunikasi dalam lintas daerah yag
menggunakan bahasa daerah yang utama, setelah mendapat penjelasan lanjut dari pendengar
tentang tingkat pemahamannya barulah ada kesadaran untuk menggunakan bahasa Indonesia.
Walaupun terkadang sebagian Mahasantri tidak merasa lancar dengan menggunakan bahasa
Indonesia sehingga lebih berhaluan pada pemakaian bahasa daerah dan menghiraukan teman
yang berbeda bahasa dalam sebuah perkumpulan. Tingkat pengalaman seseorang menjadi nilai
tambah dalam pergaulan, bagaimana dia mampu menyesuaikan diri dengan teman-teman baru
yang ditemuinya.
maaslah, kelompok menjadi wadah untuk belajar bagaimana saling menjunjung tinggi rasa
saling menghargai, membantu, serta tenggang rasa. Tetapi tidak semua kelompok dapat
berakibat positif, banyak juga yang berdampak negative. Semuanya tergantung dari pilihan
setiap individu bagi jalan hidupnya, apa yang dipilih menjadi penentu jalan hidupnya untuk
kedepan. Manusia ada untuk saling tolong menolong satu dengan yang lain, dari saling
36
membutuhkan inilah timbul suatu dorongan yang ilmiah untuk membuat batasan-batasan
Dalam perbedaan pasti ada pertentangan yang membuat kedua belah pihak merasa
tidak menyatu satu sama lain. Salah satunya bahasa, proses interaksi yang baik membutuhkan
suatu kode dan tanda yang dapat dipahami berasama dan diakui secara umum, dalam mencapai
proses pemahaman yang jelas. Kesalah pahaman akan lebih minim dialami jika kedua belah
pihak mampu menafsirkan maksud dengan jelas tanpa adanya hambatan yang berarti.
Ada beberapa hal yang menjadi kendala dalam berinteraksi berdasarkan pembahasan
pada bab sebelumnya diantaranya. Pertama, tentunya perbedaan bahasa yang esensial dari
munculnya observasi ini sehingga mendorong penulis untuk mengangkat tema ini. Kedua, logat
yang menjadi nilai tambah kebingungan dalam menangkap pesan yang disampaikan dalam
berinteraksi juga menjadi suatu hal yang harus dipertimbangkan juga dalam mencapai
pemahaman. Ketiga, beberapa Mahasantri yang tingkat kecepatan berbicaranya dalam Bahasa
Indonesia sangat cepat dan berkesan kumur-kumur sehingga komunikasi tidak tersampaikan
secara efektif. Keempat, adanya kata yang setiap daerah berbeda-beda bahkan mungkin
memiliki makna ganda sehingga memiliki dua persepsi terhadap satu kata.
Berdasarkan pengalaman yang penulis alami yang didukung dengan pendapat dalam
prosese wawancara dalam mengumpulkan data, maka cara yang paling utama untuk
Indonesia sebagai bahasa pemersatu dari Sabang sampai Merauke. Bahasa yang sudah disetujui
pada 28 oktober 1928 oleh para pemuda dan pemudi yang tertuang dalam istilah sumpah
pemuda yang menjadi penghubung banyaknya bahasa yang berbeda di Indonesia ini. Cara yang
lain juga ialah dengan berbicara secara langsung dengan menggunakan Bahasa Indonesia
secara jelas dan pelan untuk menjamin pemahaman bagi lawan bicara.
37
Kesadaran diri untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam perkumpulan
bahasa yang beragam menjadi suatu usaha lain agar tidak terjadinya kecemburuan sosial dalam
berkelompok. Secara sadar semua Mahasantri tahu bahwa di Mabna Ibnu Sina memiliki Santri
dari berbagai daerah di Indonesia, tetapi pengetahuan itu hanya sebatas kesadaran saja bukan
menjadi sesuatu yang diamalkan dalam bentuk interaksi dengan menggunakan bahasa
Indonesia.
5.3 SARAN
a) Bahasa Indonesia harus dijunjung tinggi dalam suatu perkumpulan yang beragam
bahasa daerah.
dihadapi.
c) Tingkat kesadaran diri dalam tuntutan hidup yang sosial harus lebih ditinggikan lagi.
d) Rasa saling menghormati dan menghargai harus selalu diutamakan dalam kehidupan
yang plural.
38
Daftar Pustaka
Herimanto Dan Winarno. (2008). Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara
Bungin, Burhan. (2009). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Predana Media Group
Fiske, John. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada
Ahmadi, Abu Dan Umar. (2013). Psikologi Umum. Surabaya: Pt Bina Ilmu
Walija. (1996). Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta
Press.
Tarigan, Henry Guntur. (2009). telaah buku teks bahasa indonesia. Bandung:
Angkasa.
Chaer, Abdul. (2002). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. (1995). Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka
Cipta
40
LAMPIRAN-LAMPIRAN
41
PANDUAN WAWANCARA
Pedoman Wawancara:
1) Keterangan :
D) Asal : Bima
2) Keterangan :
D) Asal : Banyuwangi
3) Keterangan :
C) Nama : Alfiansyah
D) Asal : Lombok
4) Keterangan :
42
C) Nama : Gembu
D) Asal : Surabaya
5) Keterangan :
B) Tempat : Kamar 34
D) Asal : Mojokerto
FOKUS OBSERVASI
Fokus observasi:
PERTANYAAN PEMBUKA
Pertanyaan Pembuka :
43
PERTANYAAN ISI
Pertanyaan Isi :
bahasa Jawa?
3) Apakah dalam suatu perkumpulan yang beragam bahasanya, anda lebih suka
4) Apakah anda lebih mudah membangun humor dengan bahasa Jawa atau bahasa
Indonesia?
5) Apakah ada kata per kata yang berbeda antara daerah anda dengan Malang?
6) Apakah pebicaraan orang Jawa yang terkesan cepat dengan bahasa Indonesia
7) Apakah pada saat anda tidak mengerti, anda meminta informan mengulangi
8) Apakah ada rasa was-was ketika ingin berbicara dengan Mahasantri dari Jawa?
logatnya keras?
10) Bagaimana cara anda membangun komunikasi dengan Mahasantri luar Jawa?
11) Apa yang anda lakukan supaya pesan anda tersampaikan dengan sempurna
12) Apa yang menyulitkan anda berinteraksi dengan Mahasantri luar Jawa?
14) Bagaimana cara anda membangun komunikasi dengan Mahasantri luar daerah?
15) Apakah ada kata per kata yang berbeda antara Malang dengan daerah anda?
44
JAWABAN
”saya pribadi dengan melakukan interaksi dengan terus menerus, bicara dengan
biasanya diajak ngopi intinya secara terus menerus dengan menggunakan bahasa
Indonesia, karena bahasa daerah tidak sedetail bahasa Indonesia karena bahasa
daerah itu hanya sekedar untuk dipelajari bagi yang mau saja, yang utama itu bahasa
Jawa”(19/11/2017)
“Hanya menggunakan bahasa Indonesia tetapi tidak menggunakan kata gue atau loh
“Mungkin dari saya sendiri karena kehidupan saya di Jawa, bahasa Indonesia itu
hanya untuk berinteraksi dengan berbeda bahasa, untuk saya sendiri mungkin lebih
menggunakan bahasa keseharian. Memang namanya bahasa yang sudah dari kecil itu
terbawa jadi lebih gampang dengan bahasa sendiri, untuk bahasa Indonesia baru
digunakan untuk hal-hal yang lebih detail atau teman yang memakai bahasa yang
berbeda.”(18/11/2017)
“Memang ada kata setiap daerah itu berbeda, setiap daerah memiliki kata yg berbeda.
Contohnya, kalau di Malang itu basing itu ‘’Terserah’’ kalau di Mojokerto sembarang
itu ‘’Karepmu’’.”(19/11/2017)
45
“Mungkin dari daerah saya dengan malang itu ada berbeda, karena setiap daerah
walaupun bahasa nya sama yaitu jawa tapi setiap daerah berbeda istilahnya soalnya
kultur budaya dari setiap daerah itu berbeda banyak yang dari sini dan situ akhirnya
bahasa yang di kembangkannya agak berbeda dengan bahasa saya sendiri. Satu kata
yang berbeda kalau di daerah saya itu nggeladur istilahnya kan “nyeleneh” kalau di
Malang itu bukan “ngeladur” tapi menyeleneh dan tidak paham dengan nggeladur itu
sendiri.”(18/11/2017)
“Iya memang ada yang tidak dimengerti karena mereka bicaranya cepat dan seperti
kumur-kumur, misalnya logat, logatnya juga sulit dimengerti kalau logat sudah kental
“Bagi saya untuk berinteraksi dengang luar daerah itu, biasanya dilakuukan dengan
kebiasaan karena kebiasaan itu budaya jadi kita bisa belajar dari orang luar daerah
berinteraksi dengan orang-orang luar jawa bagi saya merupakan suatu bahasa baru
untuk bisa mempelajarinya. Kesulitan berbicara dengan orang luar Jawa itu logatnya
agak kasar atau agak tebal, sedankan logat Jawa pada umumnya agak. Cuman logat
“Mungkin untuk humor itu kembali lagi ke bahasa daerah, karena itu kan lebih
nyeleneh, lebih mudah, kalau bahasa Indonesia itu kan bahasa resmi jadi satu kata
dengan kata yang lainnya itu memiliki makna yang lebih detail dibandingkan dengan
bahasa kedaerahan. Saya lebih senang dengan bahasa daerah kalau membangun
humor.” (18/11/2017)
46
“Saya lebih ke bahasa Indonesia karena takutnya ada orang yang tidak mnerti dengan
bahasa saya, saya lebih hormatilah istilahnya lebih malu. Kalau ada orang luar saya
“Untuk cara menyesuaikan diri, menurut saya dengan belajar bahasa jawa sedikit
demi sedikitlah dan Mahasantri Jawa bisa belajar bahasa Bima, setidaknya saya harus
menguasai lima kosa kata sehari untuk mempererat hubungan dengan Mahasantri
Jawa.” (18/11/2017)
“Saya membangun komunikasi dengan Mahasantri yang berbeda bahasa itu sendiri
biasanya dengan berbicara berdua langsung dengan orang yang ingin saya sampaikan
“Pada saat saya tidak dapat menangkap pembicaraan. Untuk lebih memahami
perkataan, saya meminta untuk mengulanginya lagi tapi harus menggunakan bahasa
Indonesia yang jelas dengan tempo yang lambat begitu saja.” (18/11/2017)
“Pandangan saya kalau keberagaman bahasa itu, yaa wajar saja soalnya
keberagaman di sebuah kampus itu suatu hal yg biasa, kita seoalah-olah simbolis
mutualisme jadi keberagaman disini itu bagaimana kita saling menguntungkan, orang
timur belajar bahasa jawa dengan orang jawa dan orang jawa belajar bahasa timur
PENUTUP
47
Penutup:
48