3
2
KATA PENGANTAR
Buku Pola Pembiayaan Usaha Keramba Jaring Apung Ikan Nila ini
disusun untuk dapat melengkapi buku pola pembiayaan lain, dalam
rangka memberikan informasi kepada perbankan tentang usaha ini dan
memberikan gambarkan usaha bagi pelaku usaha baru yang akan
melakukan usaha sejenis.
J
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
atas rahmadNya buku ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah
SWT meridhoi dan menjadikan apa yang kita lakukan dalam penyusunan
buku ini sebagai amal ibadah yang berkah. Akhirnya, segala kritik dan
saran kami harapkan, untuk perbaikan dimasa mendatang.
JJ
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
DAFTAR ISI
JJJ
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB IV .................................................................................................. 37
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN .......................................................... 37
4.1. ASPEK PASAR ............................................................................ 37
4.1.1. Permintaan ............................................................................. 37
4.1.2. Penawaran.............................................................................. 38
4.2. ASPEK PEMASARAN.................................................................. 40
4.2.1. Harga ..................................................................................... 40
4.2.2. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ..................................... 42
4.2.3. Jalur Pemasaran Produk .......................................................... 42
4.2.4. Kendala Pemasaran................................................................. 45
BAB V ................................................................................................... 47
ASPEK KEUANGAN ............................................................................... 47
5.1 PEMILIHAN POLA USAHA ......................................................... 47
5.2 ASUMSI DAN PARAMETER PERHITUNGAN ............................48
5.3 KOMPONEN BIAYA INVESTASI DAN BIAYA OPERASIONAL.......... 51
5.4 KEBUTUHAN DANA UNTUK INVESTASI, MODAL KERJA
DAN KREDIT. ........................................................................... 53
5.5 PRODUKSI DAN PENDAPATAN .................................................. 56
5.6 PROYEKSI RUGI LABA USAHA DA BREAK EVEN POINT (BEP) ...58
5.7 ANALISIS KELAYAKAN PROYEK................................................. 59
5.8 ANALISIS SENSITIVITAS ............................................................. 60
BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN............ 63
6.1. ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL ................................................... 63
6.2. DAMPAK LINGKUNGAN............................................................. 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 67
JW
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB I PENDAHULUAN
1
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
tinggi pada tahun 2010 produksi ikan nila sebanyak 340 ton, tahun 2011
sebanyak 418,22 dan pada tahun 2013 sebanyak 1.095,91 ton.
2
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
1.2. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pola
pembiayaan (Lending Model) usaha ikan keramba jaring apung di Provinsi
Bengkulu. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
a. Kerangka Pemikiran
Input usaha keramba ikan secara umum berupa sarana dan prasarana,
tenaga kerja, dan modal. Modal merupakan hal penting dalam
pengembangan usaha keramba ikan, selain modal sarana dan prasarana
juga merupakan hal penting dalam pengembangan usaha keramba ikan.
Dengan sarana dan prasarana yang memadai hal ini dapat menunjang
pengembangan usaha budidaya ikan keramba jaring apung. Pembudidaya
ikan dengan keramba jaring apung yang mampu atau sudah berskala
besar mengatasi kendala modal dengan menggunakan modal sendiri atau
meminjam kredit program maupun kredit yang sifatnya komersial.
Sedangkan para pembudidaya ikan dengan keramba jaring apung yang
tidak mampu berusaha mengatasi keterbatasan modal dengan
3
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
menghemat penggunaan sarana produksi yang ada atau memilih untuk
meminjam modal dari lembaga keuangan yang tidak resmi yang lebih
mudah persyaratannya. Lembaga keuangan resmi, termasuk kredit
program pemerintah, memerlukan berbagai persyaratan yang sulit
dipenuhi pembudidaya ikan keramba berskala kecil.
c. Metoda Analisis
(1) Analisis usaha yang dilakukan secara kualitatif atau deskriptif
untuk mengetahui aspek pasar dan pemasaran, produksi dari
usaha yang diteliti serta pengaruh usaha terhadap kondisi
ekonomi, sosial dan lingkungan.
(4) Critical point atau titik kritis dalam proses bisnis, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif, untuk melihat risiko-risiko yang
4
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
timbul dari usaha yang bersangkutan, misalnya melihat risiko
pasar dengan menggunakan analisis historis.
5
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
6
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
2.1. PROFIL USAHA
Usaha budidaya ikan Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan sistem
budidaya yang efisien karena memiliki beberapa keunggulan. Teknologi
budidaya ikan dengan sistem KJA telah lama dikenal di Indonesia. Usaha
ini mulai dikembangkan di perairan pesisir dan perairan danau yang
kemudian meluas usaha KJA di waduk.
7
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
4. Penggunaan komposisi
nutrisi yang sesuai dengan
organisme yang dipelihara
5. Penanganan limbah yang
sesuai
6. Analisa kesesuaian lahan
sebelum budidaya
8
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Sebagaimana usaha budidaya
ikan KJA pada umumnya, budidaya
ikan KJA di Provinsi Bengkulu juga
merupakan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) yang memiliki
beberapa kelemahan. Oleh karena
itu, bantuan dari berbagai pihak
sangat dibutuhkan dalam upayanya
meningkatkan usaha. Salah satu
bentuk program bantuan yang ditujukan usaha budidaya adalah program
pelatihan, bantuan, serta pendampingan. Selain itu, selama ini telah
terjalin kemitraan dengan beberapa pihak. Pola kemitraan yang ada pada
usaha ini umumnya adalah pola dagang umum, baik antara pembudidaya
ikan KJA dengan pembeli/pedagang dan pembudidaya dengan pabrik
pakan PT. Growbest Jakarta. Kemitraan dengan PT Growbest dijalin oleh
kelompok usaha Mina Tirta di Kabupaten Kepahiang yang memberikan
kemudahan pembelian pakan secara kredit. Kemitraan yang ada
umumnya fleksibel yang didasarkan pada ikatan-ikatan informal yang
tidak mengikat, ikatan langganan serta ikatan sosial lainnya.
10
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Pembudidaya ikan dengan keramba jaring apung (KJA) yang menjadi
responden memiliki pendidikan bervariasi dari SD hingga SLTA dapat
dilihat pada gambar 2.1.
13%
39% SD
SLTP
48%
SLTA
11
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
mengikuti pelatihan sama sekali (umumnya mereka yang memiliki usaha
perseorangan).
Sebagai usaha skala mikro dan kecil, mereka sering menghadapi pasar
yang tidak menentu baik dari sisi inputnya (pasokan bibit kurang, harga
pakan mahal) maupun dari sisi ouputnya (ikan belum ada pembeli
padahal sudah waktu panen). Dengan akses pasar yang terbatas, mereka
cenderung menunggu pembeli datang, sehingga kadang ikan dipanen
pada umur yang lebih tua. Kondisi ini tentu saja menyebabkan biaya
pemeliharaan semakin meningkat, sementara harga jual tetap. Umumnya
dalam proses tawar menawar harga jual pembudidaya mengikuti harga
pasar.
12
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
mereka sebelum membuka usaha ikan KJA. Hal ini terjadi karena memang
budidaya ikan KJA menggunakan siklus produksi 3 bulanan. Apalagi lebih
dari 75% responden memiliki tanggungan banyak (4 orang – 6 orang).
Dengan pendapatan bervariasi dari Rp. 1.000.000,00 hingga Rp.
9.000.000,00 per bulan (rata-rata Rp. 2.300.000,00 per bulan),
pembudidaya KJA berharap masih bisa meningkatkan usahanya dengan
berbagai bantuan dari berbagai pihak.
13
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
3. Tidak memiliki agunan
4. Tidak mau berhubungan dengan administrasi dan proses yang
panjang dan rumit
5. Tidak tahu cara pengurusannya
14
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Berdasarkan Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa dari responden paling
banyak yang menggunakan modal dari dana sendiri sebesar 16%, dana
sendiri dan modal yang berupa pinjaman yaitu sebesar 48%, modal yang
brasal dari dana sendiri dan bantuan sebesar 26% dan dana dari sendiri,
pinjaman dan bantuan sebesar 10%.
Gambar 2.3
Sumber Dana Pinjaman Yang diterima Oleh
Pembudidaya Keramba Jaring Apung
13%
3% 26%
Bantuan Pihak Lain
Kredit Perbankan
Toke/Mitra Usaha
58%
Dana Sendiri
15
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
berbeda satu dengan yang lain tergantung pada skala usahanya. Modal
usaha mulai dari yang terendah Rp. 20.000.000,00 juta (untuk 1
keramba) dan tertinggi sebesar Rp. 62.000.000,00. Bantuan dari pihak
lain berasal dari Dinas Perikanan berupa skim Pengembangan Usaha Mina
Pedesaan atau PUMD dan Bank Indonesia. Bentuk bantuan berupa dana,
bibit, untuk keperluan pembuatan keramba, dan bantuan pakan.
16
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Di Provinsi Bengkulu hanya 2 bank yang telah menyalurkan kredit
kepada pembudidaya ikan KJA yakni BRI dan Bank Syariah Mandiri. Bank
BRI memberikan kredit untuk budidaya ikan keramba melalui skim Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) dengan tingkat bunga 1,4% per
bulan. Lama pengembaliannya tergantung pada besaran kreditnya, mulai
dari 1,5 tahun dan paling lama 4 tahun. Sedangkan Bank Syariah Mandiri
melalui Kredit Usaha Mikro (KUM) dengan tingkat bunga 1,25% per
bulan. Dari 9 kabupaten dan 1 kota, hanya pembudidaya ikan KJA
Kabupaten Kepahiang yang telah memanfaatkan kredit untuk budidaya
ikan air tawar. Untuk itu Bank Syariah Mandiri telah menyalurkan kredit
kepada 3 orang pembudidaya ikan KJA di Kabupaten Kepahiang masing-
masing pembudidaya sejumlah Rp. 100 juta, sedangkan Bank BRI cabang
pembantu Rejang Lebong sudah menyalurkan kredit kepada
Pembudidaya ikan KJA Kabupaten Kepahiang sebanyak 6 orang, masing-
masing sebanyak Rp. 150 juta.
Sumber dana lainnya dalam usaha KJA berasal dari mitra usaha, seperti
pabrik pakan. Dalam hal ini pembudidaya dapat membeli pakan secara
kredit. Kemitraan ini meringankan pembudidaya ikan karena dapat
membayar di kemudian hari. Dalam hal pembiayaan yang bersumber dari
luar, pembudidaya juga sering meminjam dana ke pihak lain, dalam hal
ini bisa melalui toke/rentenir atau teman, dengan alasan mudah dan
cepat. Mudah dalam arti prosedurnya tidak panjang dan tidak
memerlukan syarat-syarat administrasi dan tidak memerlukan agunan,
dan cepat karena ketika dibutuhkan uangnya bisa langsung diterima.
Selain semua sumber pembiayaan tersebut, pembudidaya ikan KJA
membuka peluang masyarakat untuk terlibat dalam usaha melalui
17
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
penyertaan modal. Untuk usaha model ini keuntungan dibagi sesuai
dengan porsi modal yang disertakan.
18
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB III
19
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
pemberat sehingga berbentuk cekung kebawah. Pada kerangka keramba
diberi pelampung dari drum plastik, besi atau styrofoam agar keramba
jaring apung tersebut tetap terapung di dalam air. Kerangka keramba dan
pelampung tersebut berfungsi untuk menahan jaring agar tetap terbuka
di permukaan air, sedangkan jaring yang tertutup di bagian bawahnya
digunakan untuk memelihara ikan selama proses pemeliharaan ikan
dilakukan.
1. Kerangka
Kerangka (bingkai) jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu,
bambu atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan
untuk kerangka, sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan bahan di
lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari bahan tersebut. Kayu atau bambu
secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan dengan besi anti
karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan kayu atau
bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun. Sesudah 1,5–2
20
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah
tidak layak pakai dan harus diganti kembali. Jika akan memakai besi anti
karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/angka waktu
pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun. Pada umumnya
pembudidaya ikan KJA menggunakan bambu sebagai bahan utama
pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah juga
ketersediaannya di lokasi budidaya banyak. Bambu yang digunakan untuk
kerangka sebaiknya mempunyai garis tengah 5 – 7 cm di bagian
pangkalnya, dan bagian ujungnya berukuran antara 3 – 5 cm. Jenis
bambu yang digunakan adalah bambu tali. Ada juga jenis bambu
gombong yang mempunyai diameter 12 -15 cm tetapi jenis bambu ini
kurang baik digunakan untuk kerangka karena cepat lapuk.
21
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Gambar 3.1. Kerangka Jaring Apung
2. Pelampung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/jaring apung.
Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau
plastik) berbentuk silendris atau kotak yang berkapasitas 200 liter, busa
plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung yang digunakan
biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian.
22
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
mayoritas menggunakan drum fiber karena lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan drum besi yang dapat menurunkan kualitas air.
3. Pengikat keramba jaring apung
Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, seperti tambang
plastik, kawat ukuran 5 mm. Bahan lain yang dibutuhkan adalah besi
beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat ini digunakan untuk
mengikat kerangka jaring terapung ke pelampung atau jaring agar
menyatu dan tidak lepas.
4. Jangkar keramba jaring apung
Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring
apung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang.
Jangkar terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali
pemberat/tali jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter
23
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
sekitar 10 mm – 15 mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring apung
empat petak/kantong adalah sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada
masing-masing sudut dari kerangka jaring apung, berat jangkar berkisar
antara 50 – 75 kg. Pembudidaya ikan KJA di Bengkulu umumnya
menggunakan semen karena lebih awet dan murah.
5. Jaring keramba jaring apung
Jaring yang digunakan untuk KJA ikan di perairan umum biasanya
terbuat dari bahan polyethylene atau disebut jaring trawl. Kantong jaring
apung ini mempunyai ukuran bervariasi disesuaikan dengan jenis ikan
yang dibudidayakan. Ukuran kantong jaring untuk jenis ikan air tawar
berkisar antara 3 x 3 x 3 m sampai 7 x 7 x 2,5 m. Untuk mengurangi
resiko kebocoran akibat gigitan binatang lain, biasanya kantong jaring
apung dipasang rangkap (double) yaitu kantong jaring luar dan kantong
jaring dalam dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang berbeda.
Ukuran mata jaring bagian luar biasanya lebih besar besar dari ukuran
mata jaring bagian dalam. Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :
(a) Jaring polyethylene no. 380 D/9 dengan ukuran mata jaring (mesh
size) sebesar 2 inch (5,08 cm) yang dipergunakan sebagai kantong jaring
luar sedangkan (b) Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran
mata jaring 1 inch (2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm) dipergunakan sebagai
kantong jaring dalam.
24
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :
a. Jaring polyethylene no. 380 D/9 dengan ukuran mata jaring (mesh
size) sebesar 2 inch (5,08 cm) yang dipergunakan sebagai
kantong jaring luar.
Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1 inch
biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil. Di
perairan umum, khususnya dalam budidaya ikan di jaring apung ukuran
jaring yang digunakan adalah ukuran ¾ - 1 inch. Kantong jaring yang
digunakan untuk memelihara ikan dapat diperoleh dengan membeli jaring
utuh. Dalam hal ini biasanya jaring trawl dijual dipasaran berupa lembaran
atau gulungan. Kemudian untuk membuat kantong jaring dimulai dengan
merancang desain kantong jaring tersebut dari lembaran jaring yang
biasanya berukuran berkisar antara 2 x 2 m sampai dengan 10 x 10 m.
Setelah ukuran kantong jaring yang akan dibuat sudah ditentukan
misalnya akan dibuat kantong jaring dengan ukuran 7 x 7 x 2 m, maka
langkah selanjutnya adalah memotong jaring dari lembaran jaring. Untuk
memotong jaring harus dilakukan dengan benar berdasarkan pada
ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya saat tepasang di
perairan.
Jadi dalam satu meter jaring yang berukuran 1 inch terdapat 56 mata
jaring, sehingga jika akan membuat jaring dengan ukuran 7 x 7 x 2 m,
jumlah mata jaringnya adalah 392 x 392 x 112 mata jaring. Sedangkan
26
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
ukuran mata jaring yang akan digunakan adalah 2 inch maka jumlah
mata jaring yang akan dipotong adalah 196 x 196 x 56. Angka-angka ini
diperoleh dari hasil perkalian antara ukuran kantong jaring dengan jumlah
mata jaring. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah
memindahkan pola yang telah dibuat langsung kejaring Jaring tersebut
dibentangkan dan dibuat pola.
6. Pemberat keramba jaring apung
Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu atau timah yang
masing-masing beratnya antara 2–5 kg. Namun di Bengkulu
pembudiidaya menggunakan batu atau semen Fungsi pemberat ini agar
jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut
kantong jaring terapung. Pemberat yang digunakan pembudidaya di
Provinsi Bengkulu mayoritas cor-coran semen, namun ada beberapa yang
menggunakan batu.
27
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung.
Misalnya, kantong jaring terapung berukuran 7 x 7 x 2 m maka tali risnya
adalah 7m x 4 = 28 m. Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring
terapung adalah empat sisi. Khusus untuk tali ris pada bagian atas
sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap sudut. Jadi tali risnya mempunyai
panjang 28 m +( 4 x 0,5 m) = 30m. Hal ini untuk memudahkan dalam
melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat melakukan budidaya
ikan. Selain itu mesti memiliki pembersih jaring, pengukur kualitas air
(termometer, sechsi disk, kertas lakmus), peralatan lapangan (timbangan,
hapa, waring, ember, alat panen, dll), dan sampan.
3.5. TEKNOLOGI
Penggunaan teknologi dalam usaha KJA didasarkan pada pengalaman
yang telah dimiliki oleh pembudidaya. Rata-rata pembudidaya ikan
keramba jaring apung sudah berpengalaman 4,8 tahun, disamping itu
pembudidaya juga sering menambah pengetahuannya dengan mengikuti
penyuluhan dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) bahkan pelatihan di
daerah lain seperti Provinsi Lampung dan Jawa Barat. Usaha KJA pada
umumnya menggunakan teknologi sederhana dan ditunjang pengelolaan
yang lebih baik.
29
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
gergaji serta palu. Sedangkan alat bantu yang digunakan untuk panen
adalah serokan.
30
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
menghindari ikan dari kematian akibat suhu yang tinggi. Sementara itu
kepadatan ikan dalam pengangkut jangan terlalu padat untuk
menghindari resiko lemas dan mati. Usaha bisnis budidaya ikan keramba
jaring apung dapat dillakukan secara modern dan tradisional.
32
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
padat tebar 19.600 ekor ukuran 8 – 12 cm (mayoritas), namun demikian
ada sebagian yang ukuran benihnya lebih kecil sehingga seringkali benih
lolos. Hal ini mengakibatkan jumlah panennya kurang optimal. Mayoritas
dipanen setelah 3 bulan dengan ukuran ikan 200 gram per ekor. Namun
dalam kondisi pasar yang kurang baik terkadang umur panen lebih lama.
33
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Tabel 3.1 Syarat Kualitas Air Yang Digunakan
No Parameter Satuan Kisaran
1 Suhu o
C 25 -32
2 Ph - 6,5 – 8,5
5 Kecerahan Cm 30 – 40
Ikan nila tumbuh pada suhu 14 – 38 derajat celcius, ikan nila pada
umumnya dipanen setelah 3 bulan. Pada umumnya dipanen berukuran
panjang antara 15-20 cm dengan berat 200 – 400 gram, pertumbuhan
ikan nila jantan lebih cepat 40 % jika dibandingkan dengan ikan nila
betina.
Aspek teknis yang menjadi resiko usaha ikan KJA berkaitan dengan
lingkungan adalah kualitas air. Perubahan kualitas air dapat disebabkan
oleh residu penggunaan pestisida dan zat-zat kimia lainnya pada
pertanian sekitar yang merupakan racun bagi ikan yang akan
menyebabkan kamatian. Tingginya tingkat erosi lahan akibat kerusakan
hutan khususnya pada musim hujan akan meningkatkan kekeruhan air
ditambah dengan pemberian pakan yang berlebihan akan menyebabkan
penetrasi cahaya semakin kecil dan akan menggangu pertumbuhan ikan.
34
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Pada usaha budidaya keramba jaring apung konsentrasi oksigen
terlarut sangat penting bagi parameter kualitas air karena sangat
dibutuhkan dalam berbagai aktifitas fisik ikan. Kandungan oksigen
optimum yang dapat menunjang pertumbuhan ikan adalah kisaran 3 mg/l
(Badan Standardisasi Nasional, 2006). Penurunan kadar oksigen terlarut
ini terutama disebabkan oleh kelebihan pakan. Pakan berlebih akan
terurai oleh bakteri dan dalam proses penguraian ini akan memerlukan
oksigen yang akan akibatnya oksigen dalam perairan berkurang.
Kekurangan Oksigen terlarut akan mengganggu pernapasan ikan yang
dapat mengakibatkan kematian atau setidaknya akan mengganggu
pertumbuhan yang akhirnya menurunkan produktivitas.
Pada saat musim kemarau, debit air pada keramba jaring apung juga
terpengaruh. Berkurangnya debit air karena musim kemarau akan
mempengarui supply oksigen yang terlarut sehingga tidak dapat
mengoptimalkan kepadatan ikan.
35
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Jika ditinjau dari aspek biologi, usaha budidaya ikan nila KJA memiliki
resiko dari pertumbuhan ikan pada masa pemeliharaan yang mungkin
muncul dari adanya penyakit/hama yang bisa menyebabkan ikan tidak
tumbuh optimal. Walaupun sejauh ini pembudidaya masih optimis bahwa
ikan tumbuh dengan baik.
36
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB IV
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
37
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
2. Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat yang berdampak
pada kesadaran kesehatan yang semakin tinggi dengan demikian
pemenuhan gizi menjadi lebih tinggi terutama pemenuhan
protein yang bersumber dari telur, daging dan ikan.
3. Membaiknya dan semakin banyaknya sarana transportasi darat
laut dan udara memungkinkan distribusi menjadi lebih efisien
sehingga jangkauan pemasaran menjadi lebih luas.
4. Kepedulian yang lebih tinggi dari pemerintah dalam
mengkampanyekan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk meningkatkan konsumsi ikan dengan berbagai program.
Permintaan ikan nila dari Bengkulu tidak hanya berasal dari Bengkulu
tetapi juga mencakup pasar dari luar provinsi. Permintaan ikan nila untuk
pembudidaya di Kabupaten Kepahiang selama ini masih belum tercukupi.
Pasar Curup/Bengkulu saja permintaannya setiap hari hamper satu ton,
sementara kemampuan mereka memproduksi sekitar 500 – 700 kg per
hari. Belum lagi permintaan dari pasar-pasar lainnya. Sejauh ini mereka
sudah memiliki pelanggan dari beberapa kota di Provinsi Bengkulu,
Sumatera Selatan, dan Jambi. Namun demikian, masyakarat sekitar yang
datang untuk membeli secara langsung untuk konsimsi sendiri juga
dilayani.
4.1.2. Penawaran
Besar kecilnya kapasitas produksi nasional sangat menentukan
serberapa besar output yang dapat diproduksi sehingga penawaran
secara nasional dapat diketahui. Upaya yang dapat dilakukan oleh
38
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
masyarakat dan didukung oleh kebijakan pemerintah yang tepat,
diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan secara nasional. Produksi
perikanan budidaya terus mengalami kenaikan."Produksi nasional
perikanan budidaya meningkat sekitar 28,64% per tahun, yaitu 6,28 juta
ton pada tahun 2010 dan mencapai 13,31 juta ton pada tahun 2013.
Peningkatan jumlah produksi ikan air tawar terutama ikan nila sejalan
dengan peningkatan kemampuan teknis pemeliharaan ikan oleh
pembudidaya.
Produksi (Ton)
Jenis Ikan Th 2009 Th.2010 Th.2011 Th.2012 Th.2013
39
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
4.2. ASPEK PEMASARAN.
4.2.1. Harga
Penjualan ikan hasil budidaya keramba jaring apung (ikan nila) dijual
dalam satuan kilogram. Dalam penjualan ikan nila dikelompokkan
kedalam satu ukuran bersadarkan jumlah ikan yang terdapat dalam satu
kologram tersebut. Untuk dalam 1 kg berisi 3 ekor sampai 5 ekor
sedangkan ikan patin dalam satu kg berisi 3 ekor dan untuk ikan bawal
dalam 1 kg berisi 5 ekor. Ikan yang dijual ersebut dalam kondisi hidup
atau segar.
Harga ikan nila dan ikan mas ditingkat pembudidaya mayoritas sama
yaitu sebesar Rp. 20.000,00 tetapi sebagian ada yang menjual dengan
harga Rp. 21.000,00. Harga ikan nila antar pembudidaya ikan merupakan
harga yang ditentukan oleh kesepakatan para pembudidaya ikan, apabila
ada pembudidaya ikan yang melakukan transaksi penjualan ikan dengan
pedagang tetapi stok ikan yang dimiliki oleh pembudidaya tersebut tidak
40
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
mencukupi permintaan dari pedagang maka pembudidaya tersebut
menjualkan ikan dari pembudidaya ikan yang lain. Harga ikan antar
pembudidaya tersebut sebesar Rp. 18.000,00 per kilogramnya.
Dari ikan segar yang dibeli oleh pedagang ikan dan dijual ke rumah
makan dan restauran dengan harga yang lebih tinggi, akan tetapi dengan
persyaratan bahwa dalam 1 kg berisi 3 ekor dan besarnya ikan harus
seragam. Dengan persyaratan yang ketat tersebut rumah makan dan
restoran bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp.
26.000,00 per kilogram.
Harga yang ada pada Tabel 4.2 merupakan harga pada kondisi normal
sedangkan pada hari-hari besar nasional seperti lebaran, natal, tahun baru
41
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
harga ikan nila segar mengalami kenaikan harga sebesar Rp. 3000,00
sampai Rp.10.000,00 per kg.
Jalur pemasaran hasil produksi ikan keramba jaring apung yang berupa
ikan patin dan bahwal sifatnya masih lokal (dalam kabupaten/kota) yang
berupa pedagang pengecer dan konsumen akhir berupa konsumen
rumah tangga. Sedangkan untuk jenis ikan nila dan ikan mas mempunyai
jalur pemasaran yang lebih panjang jalurnya. Pemasaran ikan keramba
jaring apung di Provinsi Bengkulu telah menembus pasar antar Provinsi
dalam pulau yaitu pulau Sumatera dengan pangsa pasar di wilayah
Sumatera yang masih relatif kecil.
43
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
ekornya berkisar Rp. 240 – Rp. 300. Proses selanjutnya secara keseluruhan
menjadi tanggung jawab distributor untuk diangkut sampai di berbagai
tempat tujuan.
95%
Petani
Budidaya Petani 70% Pengecer/
Rp18ribu/ pengepul Pasar
kg Rp Kabupaten/
20rb/kg Kota
20%
5% Konsumen
Pasar rumah tangga
Desa, /rm tradisional
Kecamatan Rp. 25rb/kg
Rp. 20rb/kg 100%
10%
Konsumen
hotel dan
restoran Rp.
26rb/kg
44
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
4.2.4. Kendala Pemasaran
Kendala utama yang dihadapi dalam memasarkan ikan hidup adalah,
mempertahankan agar ikan yang dikirim tetap hidup dan dalam kondisi
yang masih segar di tempat tujuan. Kondisi ini menuntut cara
penanganan pengiriman yang terbaik dan paling aman agar ikan yang
dikirim tidak menjadi stres atau mati. Ikan air tawar yang mati kurang
diminati oleh konsumen sehingga berdampak pada penurunan harga jual
dan dampak yang lebih parah bila ikan mati mencapai 8 jam banyak
ditolak oleh konsumen dan bila lebih dari 12 jam menjadi tidak layak
konsumsi.
Kendala yang tak kalah penting adalah jalan yang ada di Provinsi
Bengkulu banyak yang berkelok tajam, serta kondisi fisik jalan yang masih
jelek, membawa dampak yang tidak menguntungkan dalam melakukan
pengiriman ikan keluar dari sentra produksi ke konsumen di Bengkulu
maupun ke konsumen di luar Bengkulu. Kendala yang lain berupa
penurunan harga harga getah karet dan perubahan harga tandan buah
segar sawit yang cenderung menurun pada tahun 2014 dan dua komoditi
ini banyak menopang pendapatan masyrakat pembudidaya sebagai
konsumen ikan segar dan secara umum dapat berdampak pada
penurunan konsumsi makanan secara keseluruhan dan termasuk
penurunan konsumsi ikan.
45
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
46
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB V
ASPEK KEUANGAN
47
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
yang baik
48
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
49
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
22 Tingkat suku bunga Kredit 18% efektif
23 Jangka waktu kredit : Investasi 30 Bulan
Modal Kerja 30 Bulan
rupiah/bul
24 Gaji pengelola per bulan
an
rupiah/bul
25 Biaya tenaga kerja per bulan
an
26 Biaya pembuatan pondok jaga/ gudang 4,250,000 rupiah/m2
27 Harga rata-rata pakan ikan nila 10,000 rupiah/kg
28 biaya kerangka 1,500,000 rupiah/m2
29 Biaya jarring 1,431,000 rupiah/m2
keramba/
30 jumlah jarring 4
m2
31 Jumlah pelampung 4 Buah
32 Biaya pelampung 137,500 Rp.
33 biaya jangkar 25,000 Rp.
34 jumlah jangkar semen 4 buah
35 biaya ember 11,500 Rp.
36 Jumlah ember 4 buah
37 biaya tangguk 14,000 Rp.
38 Jumlah Tangguk 2 buah
39 Biaya Gayung 5,000 Rp.
40 Jumlah gayung 2 buah
rupiah/
41 biaya tabung oksigen 1,450,000
Unit
Sumber : Data Primer Diolah
50
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
5.3 KOMPONEN BIAYA INVESTASI DAN BIAYA OPERSIONAL
5.3.1 Biaya Investasi
Tabel 5.2
Biaya
A. Prasara
na
Gudang/p
1 15 m2 4,250,000 63,750,000 5 12,750,000 1,062,500 3,187,500 25,500,000
ondok jaga
Pasang
2 listrik 900 1 ls 750,000 750,000 3 250,000 20,833 62,500 0
w
Total Biaya
64,800,000 13,100,000 1,091,667 3,275,000 25,500,000
Prasarana
Biaya
B. 0
Peralatan
serok/
6. 2 buah 14,000 28,000 5 5,600 467 1,400 11,200
tangguk
51
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Peralatan
Total Biaya
C. 78,218,000 17,078,600 1,423,217 4,269,650 26,982,200
Investasi
upah penyebaran
2.
benih 4 orang bulan 0 0 0
52
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Upah pengangkutan
8.
dari KJA ke rumah
upah pengangkutan ke
9.
pasar
B. Biaya Bahan
54
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
sebesar Rp. 30.145.500,00 dengan jangka waktu pengembalian 1 tahun.
Keduanya tanpa grace period dan dengan suku bunga 18%. Dengan
demikian untuk rincian angsuran per bulan (pokok dan bunga) untuk
kedua jenis kredit tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan Tabel 5.6.
Tabel 5.5
Perhitungan Angsuran Kredit Investasi
Tabel 5.6
Perhitungan Angsuran Kredit Modal Kerja
Saldo
Pokok Angsuran Jumlah Pokok
Bulan Bunga
Pinjaman (Rp. Pokok Angsura Pinjaman
ke (Rp. )
) (Rp. ) n (Rp. )
(Rp. )
0 25,777,500 25,777,500
1 2,534,78
23,629,375 2,148,125 386,663 8 23,629,375
2 2,561,63
21,481,250 2,148,125 413,514 9 21,481,250
55
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
3 2,524,04
19,333,125 2,148,125 375,922 7 19,333,125
4 2,486,45
17,185,000 2,148,125 338,330 5 17,185,000
5 2,448,86
15,036,875 2,148,125 300,738 3 15,036,875
6 2,411,27
12,888,750 2,148,125 263,145 0 12,888,750
7 2,373,67
10,740,625 2,148,125 225,553 8 10,740,625
8 2,336,08
8,592,500 2,148,125 187,961 6 8,592,500
9 2,298,49
6,444,375 2,148,125 150,369 4 6,444,375
10 2,260,90
4,296,250 2,148,125 112,777 2 4,296,250
11 2,223,30
2,148,125 2,148,125 75,184 9 2,148,125
12 2,185,71
0 2,148,125 37,592 7 0
25,777,50 2,867,7 28,645,2
Total (1 Tahun) 0 47 47
56
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
bulan untuk periode pembesaran dan 1 bulan sebagai waktu jeda antar
siklus).
Tabel 5.7
Perhitungan Jumlah Produksi dan Pendapatan
1
Faktor Juml
Siklus
Keteran Sat Pemba Satu ah 1 Satu
(3 Jumlah
gan uan gi/ an Siklu Tahun an
Bulan
Pengali s
)
Jumlah
produksi 19,60
ekor 99% 19,404 Ekor 3 58,212 ekor
(ekor) 0
Jumlah
produksi 19,40
ekor 5 3,881 Kg 3 11,642 kg
(kg)* 4
Jumlah
pendapat
3,881 kg 18,000 69,854, Rupia 3 209,563, rupia
an (Rp)
400 h 200 h
57
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
5.6 PROYEKSI RUGI LABA USAHA DA BREAK EVEN POINT (BEP)
Keuntungan yang didapatkan dari usaha budidaya ikan menggunakan
keramba jaring apung diproyeksikan pada tahun pertama, usaha
keramba jaring apung ikan mampu menghasilkan keuntungan bersih
sebesar Rp. 68.342.746,00 dengan profit margin sebesar 32,61%. Pada
tahun selanjutnya besarnya keuntungan dan profit margin lebih tinggi
sejalan dengan lunasnya kredit yang harus dibayar. Pada tahun ke tiga
keramba jaring apung mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar
Rp. 73.337.363,00 dengan profit margin sebesar 35 %. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa BEP rata-rata penjualan per tahun
sebesar Rp. 28.677.755,00. Hasil perhitungan ini dapat dilihat pada
Tabel 5.8
Tabel 5.8
Proyeksi Laba Rugi Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung (Rp. )
No Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
1 Pendapatan 209,563,200 209,563,200 209,563,200
2 Pengeluaran
a. Biaya Operasional 110,475,000 110,475,000 110,475,000
b. Penyusutan 12,808,950 12,808,950 12,808,950
c. Bunga 5,876,019 2,257,791 0
Total pengeluaran 129,159,969 125,541,741 123,283,950
3 Laba sebelum pajak 80,403,231 84,021,459 86,279,250
4 - Pajak (15%) 12,060,485 12,603,219 12,941,888
5 Laba rugi 68,342,746 71,418,240 73,337,363
6 Profit Margin 32.61% 34.08% 35.00%
58
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
7 BEP :
Nilai Penjualan (Rp. ) 28,677,755 28,677,755 28,677,755
Volume Penjualan (Kg) 1,593 1,593 1,593
Tabel 5.9
60
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Tabel 5.10
Tabel 5.11
61
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Berdasarkan Tabel 5.11 dapat dijelaskan bahwa pada skenario
2 dengan asumsi terjadi kenaikan biaya operasional sampai 4%
usaha ini masih layak untuk dilaksanakan karena nilai IRR yang
masih lebih besar daripada tingkat suku bunga yaitu sebesar
50.54% nilai NPV yang masih positif yaitu sebesar Rp.
63.644.661,00 dan nilai Net R/C Ratio yang masih lebih besar
daripada atau sama dengan 1 yaitu sebesar 1,55.
Tabel 5.12
63
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
budidaya.Dengan semakin berkembangnya usaha KJA semakin banyak
membutuhkan bibit, sementara untuk saat ini pembenih masih relatif
kurang jumlahnya Di Kepahiang sudah terdapat 2 orang yang membuat
usaha pembenihan ikan nila. Hal ini dapat diartikan bahwa di masa yang
akan datang akan terbuka peluang usaha untuk pengadaan bibit, yang
berarti terciptanya lapangan kerja baru.
65
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
waduk. Endapatn itu akan enghasilkan karbondioksida, amonia, dan
nitrogen yang akan memicu tumbuhnya bakteri dan plankton-plankton.
Ditambah lagi dengan bakteri-bakteri halus yang menempel pada insang
ikan yang membuat ikan sulit untuk bernafas dan akhirnya mati. Hal ini
perlu diketahui oleh masyarakat karena ini merupakan pengetahuan dasar
yang harus diketahui sebelum melakukan budidaya ikan menggunakan
keramba jaring apung.
Hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi kerusakan air waduk yang
disebabkan oleh keramba yaitu (Andrian Noza, 2011):
66
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
SARAN
68
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
DAFTAR PUSTAKA
Budidaya Ikan Air Tawar Dengan Sistem Keramba Jaring Apung (KJA)
bagian 2. Kolambi.. Wordpress.com/ 2009
Budidaya Ikan Air Tawar dengan Sistem Keramba Jaring Apung (KJA).
Budidaya Ikan Air Tawar dengan sistem Keramba Jarring Apung (KJA).
Pinginsukses.wordpress.Com.2009
Budidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung, Produksi Lebih Tinggi. www.
Bibitikan.net.2013
69
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
LAMPIRAN
70
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Lampiran 1. Asumsi Untuk Analisis Keuangan
71
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
21 Harga jual ikan nila (rata-rata) 18,000 rupiah/kg
22 Tingkat suku bunga Kredit 18% efektif
23 Jangka waktu kredit : Investasi 30 Bulan
Modal Kerja 30 Bulan
24 Gaji pengelola per bulan rupiah/bulan
25 Biaya tenaga kerja per bulan rupiah/bulan
Biaya pembuatan pondok jaga/
26 gudang 4,250,000 rupiah/m2
72
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Depresiasi
Komponen Biaya Volum Harga/ Umur
No Satuan Nilai (Rp) per Tahun Nilai Sisa
Investasi e Unit (Rp) (tahun)
(Rp)
A. Biaya Prasarana
1 Gudang/pondok jaga 15 m2 4,250,000 63,750,000 5 12,750,000 25,500,000
2 Pasang listrik 900 w 1 ls 750,000 750,000 3 250,000 0
3 Perijinan 1 ls 300,000 300,000 3 100,000 0
Total Biaya
Prasarana 64,800,000 13,100,000 25,500,000
B. Biaya Peralatan 0
1. Kerangka 4 unit 1,500,000 6,000,000 2 3,000,000 -3,000,000
73
74
4
5. Pengikat 16 buah 60,000 960,000 5 192,000 384,000
75
76
B. Biaya Bahan
1. Benih 19,600 ekor/siklus 350 6,860,000 20,580,000
2. Pakan 160 kg/siklus 10,000 1,600,000 4,800,000
3 Kerangka 4 m2 6,000,000 24,000,000 72,000,000
2
4 Jaring 1 keramba/m 1,431,000 1,431,000 4,293,000
5 1 unit tabung Oksigen 1 1 paket 1,450,000 1,450,000 4,350,000
6 Pelampung 4 buah/siklus 137,500 550,000 1,650,000
7 Jangkar 4 buah/siklus 25,000 100,000 300,000
8 Ember 4 buah/siklus 11,500 46,000 138,000
9 Tangguk 2 buah/siklus 14,000 28,000 84,000
10 Gayung 2 buah/siklus 5,000 10,000 30,000
Total Biaya Bahan 36,075,000 108,225,000
C. Biaya listrik 4 bulan 150,000 600,000 1,800,000
D. Biaya Pemeliharaan 1 siklus 150,000 150,000 450,000
Total Biaya Operasional 36,825,000 110,475,000
Uraian Dana Pinjaman 70% (Rp) Dana Sendiri 30% (Rp) Jumlah Total (Rp)
Saldo Pokok
Bunga Jumlah Angsuran (Rp
Tri Angsuran Pokok (Rp. ) Pinjaman
)
(Rp ) (Rp)
54,752,600
1 6,844,075 1,231,934 8,076,009 47,908,525
77
78
3 6,844,075 923,950 7,768,025 34,220,375
0 25,777,500 25,777,500
1 23,629,375 2,148,125 386,663 2,534,788 23,629,375
2 21,481,250 2,148,125 413,514 2,561,639 21,481,250
3 19,333,125 2,148,125 375,922 2,524,047 19,333,125
4 17,185,000 2,148,125 338,330 2,486,455 17,185,000
5 15,036,875 2,148,125 300,738 2,448,863 15,036,875
6 12,888,750 2,148,125 263,145 2,411,270 12,888,750
7 10,740,625 2,148,125 225,553 2,373,678 10,740,625
8 8,592,500 2,148,125 187,961 2,336,086 8,592,500
9 6,444,375 2,148,125 150,369 2,298,494 6,444,375
10 4,296,250 2,148,125 112,777 2,260,902 4,296,250
11 2,148,125 2,148,125 75,184 2,223,309 2,148,125
12 0 2,148,125 37,592 2,185,717 0
Total (1 Tahun) 25,777,500 2,867,747 28,645,247
79
80
Lampiran 7 Pendapatan
1 Siklus Faktor
Jumlah
Keterangan Satuan Pembagi/ Jumlah Satuan 1 Tahun Satuan
(3 Bulan) Siklus
Pengali
Jumlah
19,600 Ekor 99% 19,404 ekor 3 58,212 ekor
produksi (ekor)
Jumlah
19,404 Ekor 5 3,881 kg 3 11,642 kg
produksi (kg)*
Jumlah
pendapatan 3,881 Kg 18,000 69,854,400 rupiah 3 209,563,200 rupiah
(Rp. )
Lampiran 8 Rugi Laba
81
82
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
1 Inflow
a. Pendapatan 209,563,200 209,563,200 209,563,200
b. Nilai Sisa 26,982,200
Sumber Dana
a. Dana sendiri 34,512,900
b. Kredit investasi 54,752,600
c. Kredit modal kerja 25,777,500
Jumlah 115,043,000 209,563,200 209,563,200 236,545,400
Inflow untuk IRR 209,563,200 209,563,200 209,563,200
2 Outflow
a. Biaya investasi 78,218,000
b. Biaya modal kerja 36,825,000
c. Biaya operasional 110,475,000 110,475,000 110,475,000
d. Angsuran pokok 53,153,800 27,376,300 -
e. Biaya bunga bank 5,876,019 2,257,791 -
f. Pajak - - -
Jumlah 115,043,000 169,504,819 140,109,091 110,475,000
Outflow untuk IRR 115,043,000 110,475,000 110,475,000 110,475,000
3 Total cashflow 40,058,381 69,454,109 126,070,400
4 Kumulatif cashflow 40,058,381 109,512,489 235,582,889
5 Cash untuk IRR (115,043,000) 99,088,200 99,088,200 126,070,400
6 Kumulatif CF 83,973,051 155,136,653 231,866,991
6 Discount Factor 1 0.847457627 0.71818443 0.608630873
7 Present Value (115,043,000) 83,973,051 71,163,602 76,730,338
8 Kumulatif PV (115,043,000) (31,069,949) 40,093,653 116,823,991
9 Kelayakan :
NPV Rp. 116,823,991
IRR 72.73%
Net RC ratio 2.02
PBP (thn) 1.70
83
84
Lampiran 11. Pendapatan turun 3 %
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
1 Inflow
a. Pendapatan 203,276,304 203,276,304 203,276,304
b. Dana sendiri 4,512,900
c. Kredit investasi 54,752,600
d. Kredit modal
kerja 25,777,500
Jumlah 115,043,000 203,276,304 203,276,304 203,276,304
Inflow untuk IRR 203,276,304 203,276,304 203,276,304
2 Outflow
a. Biaya investasi 78,218,000
b. Biaya modal kerja 36,825,000
c. Biaya operasional 110,475,000 110,475,000 110,475,000
d. Angsuran pokok 53,153,800 27,376,300 -
e. Biaya bunga bank 5,876,019 2,257,791 -
f. Pajak 12,060,485 12,603,219 12,941,888
Jumlah 115,043,000 181,565,34 152,712,310 123,416,888
Outflow untuk IRR 115,043,000 122,535,485 123,078,219 123,416,888
3 Total cashflow 21,711,000 50,563,994 79,859,417
4 Kumulatif cashflow 21,711,000 72,274,994 152,134,411
5 Cash untuk IRR (115,043,000) 80,740,819 80,198,085 79,859,417
6 Kumulatif CF 68,424,423 126,021,439 174,626,346
6 Discount Factor 1 0.847457627 0.71818443 0.608630873
7 Present Value (115,043,000) 68,424,423 57,597,016 48,604,906
8 Kumulatif PV (115,043,000) (46,618,577) 10,978,439 59,583,346
9 Kelayakan :
NPV Rp. 59,583,346
IRR 48.56%
Net BC ratio 1.52
PBP (thn) 1.55 3 siklus
85
86
Lampiran 12 BOP Naik 4 %
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
1 Inflow
a. Pendapatan 209,563,200 209,563,200 209,563,200
b. Dana sendiri 34,512,900
c. Kredit investasi 54,752,600
d. Kredit modal kerja 25,777,500
Jumlah 115,043,000 209,563,200 209,563,200 209,563,200
Inflow untuk IRR 209,563,200 209,563,200 209,563,200
2 Outflow
a. Biaya investasi 78,218,000
b. Biaya modal kerja 36,825,000
c. Biaya operasional 114,894,000 114,894,000 114,894,000
d. Angsuran pokok 53,153,800 27,376,300 -
e. Biaya bunga bank 5,876,019 2,257,791 -
f. Pajak 12,060,485 12,603,219 12,941,888
Jumlah 115,043,000 185,984,304 157,131,310 127,835,888
Outflow untuk IRR 115,043,000 126,954,485 127,497,219 127,835,888
3 Total cashflow 23,578,896 52,431,890 81,727,313
4 Kumulatif cashflow 23,578,896 76,010,786 157,738,099
5 Cash untuk IRR (115,043,000) 82,608,715 82,065,981 81,727,313
6 Kumulatif CF 70,007,386 128,945,896 178,687,661
6 Discount Factor 1 0.847457627 0.71818443 0.608630873
7 Present Value (115,043,000) 70,007,386 58,938,510 49,741,766
8 Kumulatif PV (115,043,000) (45,035,614) 13,902,896 63,644,661
9 Kelayakan :
NPV Rp. 63,644,661
IRR 50.54%
Net RC ratio 1.55
PBP (thn) 1.57 3 Siklus
87
88
Lampiran 13 BOP Naik 4 % dan Pendapatan Turun 4%
Tahun
No Uraian
0 1 2 3
1 Inflow
a. Pendapatan 209,563,200 209,563,200 209,563,200
b. Dana sendiri 34,512,900
c. Kredit investasi 54,752,600
d. Kredit modal kerja 25,777,500
Jumlah 115,043,000 209,563,200 209,563,200 209,563,200
Inflow untuk IRR 209,563,200 209,563,200 209,563,200
2 Outflow
a. Biaya investasi 78,218,000
b. Biaya modal kerja 36,825,000
c. Biaya operasional 110,475,000 110,475,000 110,475,000
d. Angsuran pokok 53,153,800 27,376,300 -
e. Biaya bunga bank 5,876,019 2,257,791 -
f. Pajak 12,060,485 12,603,219 12,941,888
Jumlah 115,043,000 181,565,304 152,712,310 123,416,888
Outflow untuk IRR 115,043,000 122,535,485 123,078,219 123,416,888
3 Total cashflow 27,997,896 56,850,890 86,146,313
4 Kumulatif cashflow 27,997,896 84,848,786 170,995,099
5 Cash untuk IRR (115,043,000) 87,027,715 86,484,981 86,146,313
6 Kumulatif CF 73,752,301 135,864,468 188,295,773
6 Discount Factor 1 0.847457627 0.71818443 0.608630873
7 Present Value (115,043,000) 73,752,301 62,112,167 52,431,305
8 Kumulatif PV (115,043,000) (41,290,699) 20,821,468 73,252,773
9 Kelayakan :
NPV Rp. 73,252,773
IRR 55.18%
Net RC ratio 1.64
PBP (thn) 1.60 3 siklus
89
Keterangan:
n = Umur Proyek.
IRR merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek
sama dengan 0 (nol). IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat
keuntungan atas investasi bersih dari suatu proyek, sepanjang
setiap benefit bersih yang diperoleh secara otomatis ditanamkan
91
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat
keuntungan i yang sama dan diberi bunga selama sisa umur
proyek. Cara perhitungan IRR dapat didekati dengan rumus
dibawah ini :
Keterangan:
a. Apabila nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku
bunganya maka proyek tersebut layak untuk dikerjakan.
b. Apabila nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku
bunganya maka proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk
dikerjakan.
Keterangan :
b. Apabila nilai Net R/C < 1, maka proyek tidak layak untuk
dilaksanakan.
93
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran pada suatu
proyek, sehingga pada keadaan tersebut proyek tidak
mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
Terdapat beberapa rumus untuk menghitung titik impas yang
dapat dipilih, namun dalam buku ini digunakan rumus pada huruf
a, b dan c di bawah ini :
94
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
7. Menghitung PBP (Pay Back Period atau Lama
Pengembalian Modal)
b. Apabila nilai PBP lebih lama dari jangka waktu proyek maka
suatu proyek dinyatakan tidak layak.
95
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
r = suku bunga
96
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014