Anda di halaman 1dari 104

POLA PEMBIAYAAN

KERAMBA JARING APUNG


IKAN NILA

BANK INDONESIA BENGKULU


DAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
POLA PEMBIAYAAN
KERAMBA JARING APUNG
IKAN NILA

BANK INDONESIA BENGKULU


DAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BENGKULU

3
2
KATA PENGANTAR

Buku Pola Pembiayaan Usaha Keramba Jaring Apung Ikan Nila ini
disusun untuk dapat melengkapi buku pola pembiayaan lain, dalam
rangka memberikan informasi kepada perbankan tentang usaha ini dan
memberikan gambarkan usaha bagi pelaku usaha baru yang akan
melakukan usaha sejenis.

Pemilihan komoditas KJA ikan nila didasarkan atas pertimbangan


potensi usaha yang masih luas, komoditas unggulan, informasi usaha
masih kurang dan pembiayaan perbankan pada usaha ini masih perlu
untuk ditingkatkan. Bank Indonesia melakukan bantuan teknis berupa
penyediaan informasi pola usaha KJA ikan nila dan bekerjasama dengan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu untuk mewujudkannya.

Pemanfaatan air deras untuk usaha perikanan darat dengan


menggunakan pola KJA ini memberikan nilai lebih berupa:(1) kualitas
produk ikan, (2) luasan usaha dalam satu hamparan, (3) perawatan KJA
yang lebih efisien. Sebagai produk sumber protein alternatif, oleh karena
sumber protein ikan laut masih sangat tergantung pada musim, yang
apabila sedang badai jumlah ikan tangkap terbatas dan mendorong
kenaikan harga pada produk perikanan.

Terima kasih atas kerjasama dari berbagai pihak, sehingga


penulisan buku pola pembiayaan KJA ikan nila ini dapat terselesaikan
sesuai jadwal yang ditentukan. Harapan kami semoga buku ini dapat
memberikan informasi sesuai yang diharapkan. Puji syukur kita panjatkan

J
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
atas rahmadNya buku ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Allah
SWT meridhoi dan menjadikan apa yang kita lakukan dalam penyusunan
buku ini sebagai amal ibadah yang berkah. Akhirnya, segala kritik dan
saran kami harapkan, untuk perbaikan dimasa mendatang.

Bengkulu, Desember 2014


Tim Penyusun Pola Pembiayaan
KJA Ikan Nila

JJ
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1. LATAR BELAKANG ....................................................................... 1
1.2. TUJUAN PENELITIAN..................................................................... 3
1.3. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 3
a. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 3
b. Data dan Lokasi ............................................................................. 4
c. Metoda Analisis.............................................................................. 4
BAB II...................................................................................................... 7
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN ................................................ 7
2.1. PROFIL USAHA .......................................................................... 10
2.2. PROFIL PENGUSAHA ................................................................. 10
2.3. POLA PEMBIAYAAN .................................................................. 13
BAB III................................................................................................... 19
ASPEK TEKNIS DAN PRODUKSI.............................................................. 19
3.1. LOKASI USAHA .......................................................................... 19
3.2. FASILITAS PRODUKSI DAN PERALATAN ...................................... 16
3.3. BAHAN BAKU ............................................................................ 28
3.4. TENAGA KERJA.......................................................................... 28
3.5. TEKNOLOGI ............................................................................... 29
3.6. PROSES PRODUKSI ..................................................................... 30
A. Penebaran Benih Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung.............. 31
B. Pemeliharaan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung................... 31
C. Pengelolaan Panen Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung........... 32
3.7. JUMLAH, JENIS, DAN MUTU PRODUKSI..................................... 32
3.8. PRODUKSI OPTIMUM ................................................................ 33
3.9. CRITICAL POINT ......................................................................... 34

JJJ
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB IV .................................................................................................. 37
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN .......................................................... 37
4.1. ASPEK PASAR ............................................................................ 37
4.1.1. Permintaan ............................................................................. 37
4.1.2. Penawaran.............................................................................. 38
4.2. ASPEK PEMASARAN.................................................................. 40
4.2.1. Harga ..................................................................................... 40
4.2.2. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ..................................... 42
4.2.3. Jalur Pemasaran Produk .......................................................... 42
4.2.4. Kendala Pemasaran................................................................. 45
BAB V ................................................................................................... 47
ASPEK KEUANGAN ............................................................................... 47
5.1 PEMILIHAN POLA USAHA ......................................................... 47
5.2 ASUMSI DAN PARAMETER PERHITUNGAN ............................48
5.3 KOMPONEN BIAYA INVESTASI DAN BIAYA OPERASIONAL.......... 51
5.4 KEBUTUHAN DANA UNTUK INVESTASI, MODAL KERJA
DAN KREDIT. ........................................................................... 53
5.5 PRODUKSI DAN PENDAPATAN .................................................. 56
5.6 PROYEKSI RUGI LABA USAHA DA BREAK EVEN POINT (BEP) ...58
5.7 ANALISIS KELAYAKAN PROYEK................................................. 59
5.8 ANALISIS SENSITIVITAS ............................................................. 60
BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN............ 63
6.1. ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL ................................................... 63
6.2. DAMPAK LINGKUNGAN............................................................. 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 67

JW
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB I PENDAHULUAN
 

1.1. LATAR BELAKANG


2
Provinsi Bengkulu memiliki luas wilayah 19.919,33 km dan
merupakan wilayah strategis yang terletak di pantai barat Sumatera dan
menghadap ke Samudera Hindia yang berdampak positif pada daerah ini,
yaitu memiliki potensi ekonomi yang cukup besar di sektor perikanan.
Selain itu dari sektor perikanan laut. Provinsi Bengkulu memiliki beberapa
subsektor perikanan lainnya yaitu budidaya perikanan tambak, kolam,
sawah, keramba dan jaring apung. Provinsi Bengkulu merupakan Provinsi
yang memiliki 134 sungai dan anak sungai yang bermuara ke samudera
Indonesia. Hal ini sangat berpotensi untuk pengembangan usaha
keramba jaring apung ikan. Sementara itu menurut data BPS 2012 luas
area perikanan budidaya adalah 2291,81 Ha, yang terdiri dari budidaya
perikanan tambak 320 ha, kolam seluas 2637, 21 ha, perikanan sawah
(Mina Padi) 4652, 73 ha, keramba jaring apung seluas 15.000,30 ha dan
pembenihan seluas 302,57 ha (BPS, 2013 : 269).

Pembudidayaan ikan menggunakan keramba merupakan salah satu


alternatif untuk melakukan pembiakan ikan. Produksi ikan keramba
Provinsi Bengkulu dari tahun 2011 sampai 2013 mengalami peningkatan.
Pada tahun 2011 produksi ikan keramba jaring apung di Provinsi
Bengkulu sebanyak 493,31 ton sedangakan pada tahun 2012 produksi
keramba ikan mencapai 513,99 ton dan pada tahun 2013 produksi
keramba 1.593,54 ton. Dari jenis ikan yang dibudidayakan dengn
keramba jaring apung produksi ikan nila yang memiliki produksi paling

1
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
tinggi pada tahun 2010 produksi ikan nila sebanyak 340 ton, tahun 2011
sebanyak 418,22 dan pada tahun 2013 sebanyak 1.095,91 ton.

Produksi keramba ikan di Provinsi Bengkulu sebagian besar dipasarkan


untuk memenuhi kebutuhan masyarakat daerah sendiri, sedangkan
sebagian lagi dipasarkan ke luar daerah. Pemasaran hasil keramba ikan
terutama ikan nila dan mujair. Dilihat dari sisi permintaan pasar,
penyerapan produk perikanan masih terbuka lebar. Di Provinsi Bengkulu
pada tahun 2013 tingkat konsumsi rata-rata penduduk terhadap produk
perikanan sedikit lebih tinggi yaitu 30 kg/kapita/tahun bila dibandingkan
dengan tingkat konsumsi rata-rata nasional sebesar 38 kg/kapita/tahun.
Sementara itu pada kabupaten tertentu seperti Kabupaten Lebong tingkat
konsumsi ikan masyarakatnya masih dibawah 30 kg/kapita/tahun.

Untuk melakukan pengembangan usahanya para pembudidaya


keramba ikan tentu saja memerlukan modal. Pada umumnya masalah
permodalan yang dibutuhkan para pembudidaya keramba ikan berupa
masalah pembiayaan yang sangat sulit untuk ditanggulangi, khususnya
dalam mengembangkan usaha keramba jaring apung ikan di Provinsi
Bengkulu. Masih sangat terbatasnya akses terhadap sumber-sumber
permodalan resmi merupakan salah satu permasalahan yang dialami oleh
para pembudidaya keramba ikan sehingga, dalam mengembangkan
usahanya para pembudidaya ikan keramba jaring apung mendapatkan
modal dari para pelepas uang. Kondisi seperti inilah yang menjadi kendala
bagi para pembudidaya keramba ikan dalam mengembangkan usahanya.
Oleh karena itu modal menjadi faktor penghambat dalam usaha keramba
ikan.

2
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
1.2. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pola
pembiayaan (Lending Model) usaha ikan keramba jaring apung di Provinsi
Bengkulu. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menyediakan rujukan bagi perbankan dalam rangka


meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM.
2. Menyediakan bahan masukan untuk Sistem Informasi
Pengembangan Usaha Kecil (SIPUK), yang merupakan bagian dari
Info UMKM di website Bank Indonesia.
3. Menyediakan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat luas,
khususnya UMKM, yang bermaksud mengembangkan usaha ikan
keramba.

1.3. METODOLOGI PENELITIAN

a. Kerangka Pemikiran

Input usaha keramba ikan secara umum berupa sarana dan prasarana,
tenaga kerja, dan modal. Modal merupakan hal penting dalam
pengembangan usaha keramba ikan, selain modal sarana dan prasarana
juga merupakan hal penting dalam pengembangan usaha keramba ikan.
Dengan sarana dan prasarana yang memadai hal ini dapat menunjang
pengembangan usaha budidaya ikan keramba jaring apung. Pembudidaya
ikan dengan keramba jaring apung yang mampu atau sudah berskala
besar mengatasi kendala modal dengan menggunakan modal sendiri atau
meminjam kredit program maupun kredit yang sifatnya komersial.
Sedangkan para pembudidaya ikan dengan keramba jaring apung yang
tidak mampu berusaha mengatasi keterbatasan modal dengan
3
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
menghemat penggunaan sarana produksi yang ada atau memilih untuk
meminjam modal dari lembaga keuangan yang tidak resmi yang lebih
mudah persyaratannya. Lembaga keuangan resmi, termasuk kredit
program pemerintah, memerlukan berbagai persyaratan yang sulit
dipenuhi pembudidaya ikan keramba berskala kecil.

b. Data dan Lokasi


Data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer.
Data primer dikumpulkan dari pembudidaya ikan dengan keramba jaring
apung, perbankan, dinas, dan pengepul/konsumen.

c. Metoda Analisis
(1) Analisis usaha yang dilakukan secara kualitatif atau deskriptif
untuk mengetahui aspek pasar dan pemasaran, produksi dari
usaha yang diteliti serta pengaruh usaha terhadap kondisi
ekonomi, sosial dan lingkungan.

(2) Analisis pembiayaan, untuk mengetahui bagaimana


pembiayaan proyek dan kelayakan usaha dilihat dari aspek
keuangan (laba rugi, cash flow, NPV, PBP, BEP, Net R/C ratio,
IRR dan analisis sensitivitas).

(3) Analisis kredit bank untuk mengetahui bagaimana proses


penilaian permohonan kredit oleh bank terhadap usaha yang
dibiayai.

(4) Critical point atau titik kritis dalam proses bisnis, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif, untuk melihat risiko-risiko yang

4
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
timbul dari usaha yang bersangkutan, misalnya melihat risiko
pasar dengan menggunakan analisis historis.

5
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
6
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
 
2.1. PROFIL USAHA
Usaha budidaya ikan Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan sistem
budidaya yang efisien karena memiliki beberapa keunggulan. Teknologi
budidaya ikan dengan sistem KJA telah lama dikenal di Indonesia. Usaha
ini mulai dikembangkan di perairan pesisir dan perairan danau yang
kemudian meluas usaha KJA di waduk.

Keunggulan budidaya dengan sistem ini adalah (Irmawan, 2014):

1. Efisiensi penggunaan sumber daya


2. Peningkatan produksi ikan
3. Pendapatan lebih teratur bagi pembudidaya dibandingkan
nelayan/pencari ikan.

Selain keunggulan yang dimiliki pada budidaya ikan KJA, ada


permasalahan yang dihadapi ketika pakan tidak habis yang bisa
menyebabkan pencemaran akibat nitrogen dan fosfor, juga sisa pakan
dapat menyebabkan tingginya kekeruhan. Ada beberapa usaha yang
dapat dilakukan untuk mengurangi dampak pencemaran budidaya ikan
KJA seperti:

1. Penggunaan pakan tepat dosis


2. Penggunaan pakan dengan tingkat cerna tinggi
3. Penggunaan bakteri probiotik untuk meningkatkan daya cerna

7
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
4. Penggunaan komposisi
nutrisi yang sesuai dengan
organisme yang dipelihara
5. Penanganan limbah yang
sesuai
6. Analisa kesesuaian lahan
sebelum budidaya

Masalah-masalah tersebut akan berbeda ketika budidaya ikan KJA ada


di sungai. Di Provinsi Bengkulu, budidaya ikan KJA yang terbanyak
berlokasi di aliran sungai (anak sungai) yang lebih unggul dibandingkan
budidaya di danau atau waduk karena airnya mengalir tenang. Dengan
air mengalir, pencemaran sungai hampir tidak ada. Hal ini karena sisa
pakan dapat dimakan ikan-ikan sungai non budidaya serta amoniak dari
kotoran ikan menyuburkan tanaman liar (enceng gondok) yang justru
mengurangi kadar keasaman air. Berkurangnya kadar keasaman air akan
menguntungkan yakni untuk menjaga turbin PLTA Musi agar tidak cepat
keropos. Jika di Kepahiang budidaya KJA di aliran anak sungai Musi maka
budidaya ikan air tawar di Kabupaten Bengkulu Selatan berlokasi di
danau, dan budidaya KJA di Kota Bengkulu berada di muara sungai yang
memiliki resiko lebih tinggi karena pasang surut laut, sehingga ketika air
laut pasang perlu penanganan lebih khusus.

8
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Sebagaimana usaha budidaya
ikan KJA pada umumnya, budidaya
ikan KJA di Provinsi Bengkulu juga
merupakan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) yang memiliki
beberapa kelemahan. Oleh karena
itu, bantuan dari berbagai pihak
sangat dibutuhkan dalam upayanya
meningkatkan usaha. Salah satu
bentuk program bantuan yang ditujukan usaha budidaya adalah program
pelatihan, bantuan, serta pendampingan. Selain itu, selama ini telah
terjalin kemitraan dengan beberapa pihak. Pola kemitraan yang ada pada
usaha ini umumnya adalah pola dagang umum, baik antara pembudidaya
ikan KJA dengan pembeli/pedagang dan pembudidaya dengan pabrik
pakan PT. Growbest Jakarta. Kemitraan dengan PT Growbest dijalin oleh
kelompok usaha Mina Tirta di Kabupaten Kepahiang yang memberikan
kemudahan pembelian pakan secara kredit. Kemitraan yang ada
umumnya fleksibel yang didasarkan pada ikatan-ikatan informal yang
tidak mengikat, ikatan langganan serta ikatan sosial lainnya.

Kolam ikan budidaya KJA di Provinsi Bengkulu memiliki berbagai


ukuran dari yang terkecil 3 x 3 x 2 meter dengan kapasitas 1.500 bibit
dan yang terbesar 7 x 12 meter dengan kapasitas 12.500 ekor bibit.
Keramba di Kota Bengkulu memiliki ukuran 3 x 3 meter dan 5 x 5 meter.
Pembudidaya KJA di Kabupaten Kepahiang memiliki kolam ukuran 6 x 6
meter atau 7 x 7 meter. Kolam yang terluas berada di Kabupaten
Bengkulu Selatan yang dimiliki satu pembudidaya dengan jumlah 2
9
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
kolam. Keramba paling banyak terbuat dari kerangka bambu, namun
beberapa pembudidaya yang kerangkanya dari besi banyak yang
mendapat bantuan dari pemerintah. Kerangka bambu memiliki daya
tahan antara 2 – 3 tahun.

Pembudidaya ikan KJA yang memiliki kolam sedikit (1 atau 2)


umumnya dijual langsung ke pasar atau diambil konsumen dengan harga
antara Rp. 20.000,00 Rp. 25.000,00 per kg. Sementara yang memiliki
kolam lebih banyak umumnya diambil pedagang di lokasi budidaya
dengan harga Rp. 20.000,00per kg. Jika pembeli berasal dari luar kota
yang memerlukan waktu tempuh lebih dari 2 jam, dibutuhkan oksigen
untuk setiap kemasan yang berisi antara 4 – 6 kg, dan biaya oksigen akan
dibebankan ke pembeli dengan biaya Rp. 6000,00 per kemasan.

2.2. PROFIL PENGUSAHA


Pembudidaya ikan dengan Keramba Jaring Apung yang ada di Provinsi
Bengkulu tersebar di beberapa kabupaten/ kota, seperti di Kabupaten
Kepahiang, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kota Bengkulu. Usaha
keramba jaring apung (KJA) dimulai pada tahun 2006 dan terus tumbuh
hingga saat ini (ada yang baru mulai tahun 2014). Pembudidaya ikan KJA
terbanyak berada di Kepahiang dan merupakan usaha kelompok. Para
pelaku usaha KJA ini merupakan pembudidaya dengan skala mikro dan
kecil. Umumnya pembudidaya memiliki keramba 15 kolam, namun ada
yang baru mulai dengan 1 kolam, dan ada pembudidaya yang sudah
memiliki 30 kolam KJA. Dari responden yang ada, usaha mereka baru
memiliki ijin dari desa/kelurahan, bahkan ada yang hanya ijin dari RT/RW
saja.

10
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Pembudidaya ikan dengan keramba jaring apung (KJA) yang menjadi
responden memiliki pendidikan bervariasi dari SD hingga SLTA dapat
dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Responden Menurut Pendidikan

13%
39% SD
SLTP
48%
SLTA

Berdasarkan Gambar 2.1 responden menurut pendidikan,


pembudidaya ikan keramba jaring apung yang tertinggi memiliki
pendidikan SLTP sebesar 48%, sedangkan yang terendah memiliki
pendidikan SD sebesar 13%. Dengan pendidikan umum, para
pembudidaya mengelola usahanya didampingi oleh tenaga penyuluh
lapangan dari BP4K, saling bertukar informasi dari pembudidaya sejenis
ataupun mengikuti berbagai pelatihan. Pelatihan yang diikuti menyangkut
masalah budidaya ikan, manajemen, pemasaran, pembenihan, maupun
bisnis. Penyelenggara kegiatan pelatihan adalah dari Dinas Perikanan
setempat, Dinas Perikanan Provinsi, BP4K, dan Bank Indonesia. Bahkan
ada pembudidaya yang mengikuti pelatihan di luar Provinsi (dari BPMD
Lampung dan BBI Sukabumi). Sementara ada yang sudah mengikuti
beberapa kali pelatihan, namun ada dari mereka yang belum pernah

11
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
mengikuti pelatihan sama sekali (umumnya mereka yang memiliki usaha
perseorangan).

Responden pembudidaya ikan menggunakan KJA hampir semuanya


pernah mendapat bantuan dari pemerintah atau Bank Indonesia, baik
bantuan berupa dana, keramba, bibit maupun pakan. Bahkan ada di
antara mereka yang mendapat bantuan lebih dari satu kali dan lebih dari
satu jenis bantuan. Usaha KJA ini pada umumnya dimiliki secara
berkelompok, sehingga kebanyakan bantuan dan keikutsertaan meraka
dalam pelatihan merupakan bagian dari program pemerintah yang
ditujukan untuk pembinaan pembudidaya melalui kelompok usaha.
Sekalipun usaha ini bukan usaha warisan, namun mereka sangat
termotivasi karena sumber daya alam yang sangat mendukung untuk
meningkatkan taraf hidupnya, apalagi pemerintah sangat mendukung
usaha ini.

Sebagai usaha skala mikro dan kecil, mereka sering menghadapi pasar
yang tidak menentu baik dari sisi inputnya (pasokan bibit kurang, harga
pakan mahal) maupun dari sisi ouputnya (ikan belum ada pembeli
padahal sudah waktu panen). Dengan akses pasar yang terbatas, mereka
cenderung menunggu pembeli datang, sehingga kadang ikan dipanen
pada umur yang lebih tua. Kondisi ini tentu saja menyebabkan biaya
pemeliharaan semakin meningkat, sementara harga jual tetap. Umumnya
dalam proses tawar menawar harga jual pembudidaya mengikuti harga
pasar.

Pada umumnya para pembudidaya memiliki pekerjaan lain, seperti


berkebun, tukang, ataupun berdagang yang merupakan pekerjaan

12
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
mereka sebelum membuka usaha ikan KJA. Hal ini terjadi karena memang
budidaya ikan KJA menggunakan siklus produksi 3 bulanan. Apalagi lebih
dari 75% responden memiliki tanggungan banyak (4 orang – 6 orang).
Dengan pendapatan bervariasi dari Rp. 1.000.000,00 hingga Rp.
9.000.000,00 per bulan (rata-rata Rp. 2.300.000,00 per bulan),
pembudidaya KJA berharap masih bisa meningkatkan usahanya dengan
berbagai bantuan dari berbagai pihak.

2.3. POLA PEMBIAYAAN


Dalam dunia usaha, modal menempati peran penting sebagai salah
satu faktor produksi untuk menghasilkan output namun, seringkali modal
inilah yang menjadi kelemahan yang ketersediaannya tidak mudah
diperoleh untuk mengembangkan usaha.

Dalam pembiayaan usaha dikenal dua sistem pembiayaan yaitu


langsung (direct finance) dan tidak langsung (indirect finance).
Pembiayaan langsung biasanya menunjukkan hubungan aliran dana
antara pemilik dana (modal) dengan pengguna dana, bisa antar rumah
tangga, antar pemerintah, antar perusahaan, atau di antara mereka.
Sementara pembiayaan tidak langsung melibatkan lembaga keuangan
sebagai intermediasi.

Pada umumnya usaha mikro dan kecil menggunakan pembiayaan


langsung karena beberapa hal, di antaranya:

1. Usaha mereka seringkali menghadapi kondisi pasar yang tidak


pasti, sehingga pendapatan menjadi kurang pasti
2. Tidak memiliki akses ke lembaga keuangan

13
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
3. Tidak memiliki agunan
4. Tidak mau berhubungan dengan administrasi dan proses yang
panjang dan rumit
5. Tidak tahu cara pengurusannya

Sebagaimana UMK pada umumnya, pembudidaya ikan dengan KJA di


Provinsi Bengkulu juga lebih banyak menggunakan model pembiayaan
langsung dibanding pembiayaan tidak langsung. Dari 31 responden
pembudidaya, hanya 9 orang yang menggunakan pembiayaan tidak
langsung melalui perbankan (29,03%). Sisanya menggunakan
pembiayaan langsung dengan beberapa sumber dan model pembiayaan
langsung. Modal yang digunakan pembudidaya untuk menjalankan usaha
budidaya ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Provinsi Bengkulu berasal
dari berbagai sumber, antara lain:

1. Dana sendiri (modal sendiri),


2. Bantuan dari pihak lain
3. Kredit perbankan
4. Mitra (pabrik pakan)
5. Penyertaan modal dari masyarakat
6. Toke/rentenir

Gambar 2.2 Sumber Dana Usaha Budidaya


Keramba Jaring Apung
10% 16%
Dana Sendiri
26%
48% Dana sendiri dan
pinjaman

14
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Berdasarkan Gambar 2.2 dapat dilihat bahwa dari responden paling
banyak yang menggunakan modal dari dana sendiri sebesar 16%, dana
sendiri dan modal yang berupa pinjaman yaitu sebesar 48%, modal yang
brasal dari dana sendiri dan bantuan sebesar 26% dan dana dari sendiri,
pinjaman dan bantuan sebesar 10%.

Gambar 2.3
Sumber Dana Pinjaman Yang diterima Oleh
Pembudidaya Keramba Jaring Apung

13%
3% 26%
Bantuan Pihak Lain
Kredit Perbankan
Toke/Mitra Usaha
58%
Dana Sendiri

Berdasarkan Gambar 2.3 dapat diketahui bahwa dari responden yang


ada sumber dana pinjaman yang diterima oleh pembudidaya Keramba
jaring apung paling banyak berasal dari kredit perbankan yaitu diterima
oleh sebesar 58%, bantuan dari pihak lain yaitu sebesar 26%, modal
yang berasal dari dana sendiri yaitu sebesar 13% dan toke/ mitra usaha
sebesar 3%.

Dana yang digunakan pembudidaya untuk usaha KJA pada umumnya


kombinasi dari modal sendiri dengan kredit dari perbankan, namun ada
juga (hanya sebagian kecil) yang 100% dari modal sendiri. Besaran modal

15
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
berbeda satu dengan yang lain tergantung pada skala usahanya. Modal
usaha mulai dari yang terendah Rp. 20.000.000,00 juta (untuk 1
keramba) dan tertinggi sebesar Rp. 62.000.000,00. Bantuan dari pihak
lain berasal dari Dinas Perikanan berupa skim Pengembangan Usaha Mina
Pedesaan atau PUMD dan Bank Indonesia. Bentuk bantuan berupa dana,
bibit, untuk keperluan pembuatan keramba, dan bantuan pakan.

Pada umumnya usaha ini diawali dengan modal sendiri, kemudian


setelah berjalan beberapa waktu ketika usahanya sudah berjalan dengan
baik dan mendapat bimbingan dari Dinas Perikanan baru mendapat
bantuan/kredit dari perbankan. Dalam memberikan kredit, bank terlebih
dahulu melakukan survei dan menilai kelayakan usaha secara ekonomis,
manajemen, dan secara teknis. Jika dinyatakan layak maka bank akan
memberikan kredit yang besarannya sesuai dengan kelayakan,
kemampuan dan skala usaha. Untuk mendapatkan kredit, peminjam
(debitur) diwajibkan memberikan agunan sebagai jaminan jika tidak dapat
mengembalikan pinjaman. Agunan umumnya berupa sertfikat tanah,
karena usaha KJA tidak dapat dijadikan agunan. Sebagian besar
pembudidaya ikan KJA yang mendapatkan bantuan dana (atau kredit dari
bank) bekerja secara berkelompok. Hal ini merupakan program dari Dinas
Perikanan, karena untuk mendapatkan kredit harus mendapat
rekomendasi dari dinas terkait. Dinas akan memberikan rekomendasi
untuk mendapatkan kredit dari bank kepada pembudidaya yang bekerja
secara berkelompok (satu kelompok terdiri dari sekitar 10 orang
pembudidaya).

16
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Di Provinsi Bengkulu hanya 2 bank yang telah menyalurkan kredit
kepada pembudidaya ikan KJA yakni BRI dan Bank Syariah Mandiri. Bank
BRI memberikan kredit untuk budidaya ikan keramba melalui skim Kredit
Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) dengan tingkat bunga 1,4% per
bulan. Lama pengembaliannya tergantung pada besaran kreditnya, mulai
dari 1,5 tahun dan paling lama 4 tahun. Sedangkan Bank Syariah Mandiri
melalui Kredit Usaha Mikro (KUM) dengan tingkat bunga 1,25% per
bulan. Dari 9 kabupaten dan 1 kota, hanya pembudidaya ikan KJA
Kabupaten Kepahiang yang telah memanfaatkan kredit untuk budidaya
ikan air tawar. Untuk itu Bank Syariah Mandiri telah menyalurkan kredit
kepada 3 orang pembudidaya ikan KJA di Kabupaten Kepahiang masing-
masing pembudidaya sejumlah Rp. 100 juta, sedangkan Bank BRI cabang
pembantu Rejang Lebong sudah menyalurkan kredit kepada
Pembudidaya ikan KJA Kabupaten Kepahiang sebanyak 6 orang, masing-
masing sebanyak Rp. 150 juta.

Sumber dana lainnya dalam usaha KJA berasal dari mitra usaha, seperti
pabrik pakan. Dalam hal ini pembudidaya dapat membeli pakan secara
kredit. Kemitraan ini meringankan pembudidaya ikan karena dapat
membayar di kemudian hari. Dalam hal pembiayaan yang bersumber dari
luar, pembudidaya juga sering meminjam dana ke pihak lain, dalam hal
ini bisa melalui toke/rentenir atau teman, dengan alasan mudah dan
cepat. Mudah dalam arti prosedurnya tidak panjang dan tidak
memerlukan syarat-syarat administrasi dan tidak memerlukan agunan,
dan cepat karena ketika dibutuhkan uangnya bisa langsung diterima.
Selain semua sumber pembiayaan tersebut, pembudidaya ikan KJA
membuka peluang masyarakat untuk terlibat dalam usaha melalui
17
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
penyertaan modal. Untuk usaha model ini keuntungan dibagi sesuai
dengan porsi modal yang disertakan.

18
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB III

ASPEK TEKNIS DAN PRODUKSI

3.1. LOKASI USAHA


Penentuan lokasi suatu usaha tergantung pada beberapa faktor dan
yang terpenting adalah pemilihan lokasi usaha karena mendekat ke bahan
baku atau mendekat ke pasar. Dalam penentuan usaha budidaya ikan
KJA didasarkan pada pertimbangan pemanfaatan sumber daya alam,
utamanya air yang melimpah sebagai faktor dasar untuk hidup dan
berkembangnya ikan. Budidaya ikan KJA menggunakan sistem air
mengalir seperti di danau dan sungai serta kawasan perairan tenang di
sekitar teluk dan pantai. Luas peruntukan areal pemasangan keramba
jaring apung maksimal 10% dari luas potensi perairan atau 1% dari luas
perairan waktu surut terendah.

Potensi budidaya perikanan KJA di Provinsi Bengkulu sebesar 733,6 ha


pada tahun 2013 ha sementara pemanfaatannya baru 3,06 ha (0,42%).
Kondisi ini tentu masih memberikan peluang untuk berkembang. Di
Kabupaten Kepahiang saja, untuk anak sungai Musi, seluas 300 ha baru
dimanfaatkan untuk budidaya KJA seluas sekitar 2 ha (6,6% dari standar
lingkungan), sehingga untuk budidaya dengan memperhatikan
lingkungan potensi anak Sungai Musi masih terbuka sekitar 28 ha.

3.2. FASILITAS PRODUKSI DAN PERALATAN


Keramba Jaring Apung (KJA) adalah suatu sarana pemeliharaan ikan
atau biota air yang kerangkanya dapat terbuat dari bambu, kayu atau besi
berbentuk persegi. Pada kerangka ini disangkutkan bodi jaring yang diberi

19
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
pemberat sehingga berbentuk cekung kebawah. Pada kerangka keramba
diberi pelampung dari drum plastik, besi atau styrofoam agar keramba
jaring apung tersebut tetap terapung di dalam air. Kerangka keramba dan
pelampung tersebut berfungsi untuk menahan jaring agar tetap terbuka
di permukaan air, sedangkan jaring yang tertutup di bagian bawahnya
digunakan untuk memelihara ikan selama proses pemeliharaan ikan
dilakukan.

Pemilihan bahan keramba didasarkan kepada beberapa hal,


diantaranya berhubungan dengan daya tahan, kelimpahannya di lokasi
pembuatan KJA serta harga dari bahan tersebut. Sementara itu desain
dan ukuran keramba biasanya didasarkan kepada luasnya perairan dan
kepadatan padat tebar bibit yang akan dipelihara. Dengan demikian
desain dan ukuran akan berbeda pada tiap daerah dan kemampuan
pembudidaya ikan KJA.

Secara umum Keramba Jaring Apung (KJA) terdiri dari; kerangka


(bingkai), pelampung, jaring, jangkar, tali pengikat, dan pemberat.

1. Kerangka
Kerangka (bingkai) jaring terapung dapat dibuat dari bahan kayu,
bambu atau besi yang dilapisi bahan anti karat (cat besi). Memilih bahan
untuk kerangka, sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan bahan di
lokasi budidaya dan nilai ekonomis dari bahan tersebut. Kayu atau bambu
secara ekonomis memang lebih murah dibandingkan dengan besi anti
karat, tetapi jika dilihat dari masa pakai dengan menggunakan kayu atau
bambu jangka waktu (usia teknisnya) hanya 1,5–2 tahun. Sesudah 1,5–2
20
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
tahun masa pakai, kerangka yang terbuat dari kayu atau bambu ini sudah
tidak layak pakai dan harus diganti kembali. Jika akan memakai besi anti
karat sebagai kerangka jaring pada umumnya usia ekonomis/angka waktu
pemakaiannya relatif lebih lama, yaitu antara 4–5 tahun. Pada umumnya
pembudidaya ikan KJA menggunakan bambu sebagai bahan utama
pembuatan kerangka, karena selain harganya relatif murah juga
ketersediaannya di lokasi budidaya banyak. Bambu yang digunakan untuk
kerangka sebaiknya mempunyai garis tengah 5 – 7 cm di bagian
pangkalnya, dan bagian ujungnya berukuran antara 3 – 5 cm. Jenis
bambu yang digunakan adalah bambu tali. Ada juga jenis bambu
gombong yang mempunyai diameter 12 -15 cm tetapi jenis bambu ini
kurang baik digunakan untuk kerangka karena cepat lapuk.

Ukuran kerangka jaring apung berkisar antara 5 m x 5 m sampai 10 m


x 10 m, dengan kedalaman antara 2 – 3 meter. Pembudidaya ikan jaring
apung di Provinsi Bengkulu, utamanya di Kabupaten Kepahiang, pada
umumnya menggunakan kerangka dari bambu dengan ukuran 7 x 7
meter, sementara keramba jaring apung (KJA) yang di Kota Bengkulu
membangun KJA dengan ukuran lebih kecil antara 3 x 3 meter dan 5 x 5
meter. Kerangka dari jaring apung umumnya dibuat tidak hanya satu
petak/kantong tetapi satu unit. Satu unit jaring terapung terdiri dari
beberapa petak/kolam.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
3.1.

21
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Gambar 3.1. Kerangka Jaring Apung

Kerangka yang digunakan untuk KJA di Provinsi Bengkulu adalah


bambu (58%), kayu (29 %), besi (13 %).

 
2. Pelampung
Pelampung berfungsi untuk mengapungkan kerangka/jaring apung.
Bahan yang digunakan sebagai pelampung berupa drum (besi atau
plastik) berbentuk silendris atau kotak yang berkapasitas 200 liter, busa
plastik (stryrofoam) atau fiberglass. Jenis pelampung yang digunakan
biasanya dilihat berdasarkan lama pemakaian.

Jika akan menggunakan pelampung si dari drum (besi) maka drum


harus terlebih dahulu dicat dengan menggunakan cat yang mengandung
bahan anti karat. Jumlah pelampung yang akan digunakan disesuaikan
dengan besarnya kerangka jaring apung yang akan dibuat. Jaring
terapung berukuran 7 x 7 meter, dalam satu unit jaring terapung
membutuhkan pelampung antara 33 – 35 buah. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 3.2 pelampung yang digunakan di Bengkulu

22
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
mayoritas menggunakan drum fiber karena lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan drum besi yang dapat menurunkan kualitas air.

Gambar 3.2 Pelampung drum fiber

 
3. Pengikat keramba jaring apung
Tali pengikat sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, seperti tambang
plastik, kawat ukuran 5 mm. Bahan lain yang dibutuhkan adalah besi
beton ukuran 8 mm atau 10 mm. Tali pengikat ini digunakan untuk
mengikat kerangka jaring terapung ke pelampung atau jaring agar
menyatu dan tidak lepas.

 
4. Jangkar keramba jaring apung
Jangkar berfungsi sebagai penahan jaring terapung agar rakit jaring
apung tidak hanyut terbawa oleh arus air dan angin yang kencang.
Jangkar terbuat dari bahan batu, semen atau besi. Pemberat diberi tali
pemberat/tali jangkar yang terbuat dari tambang plastik yang berdiameter

23
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
sekitar 10 mm – 15 mm. Jumlah pemberat untuk satu unit jaring apung
empat petak/kantong adalah sebanyak 4 buah. Pemberat diikatkan pada
masing-masing sudut dari kerangka jaring apung, berat jangkar berkisar
antara 50 – 75 kg. Pembudidaya ikan KJA di Bengkulu umumnya
menggunakan semen karena lebih awet dan murah.

 
5. Jaring keramba jaring apung
Jaring yang digunakan untuk KJA ikan di perairan umum biasanya
terbuat dari bahan polyethylene atau disebut jaring trawl. Kantong jaring
apung ini mempunyai ukuran bervariasi disesuaikan dengan jenis ikan
yang dibudidayakan. Ukuran kantong jaring untuk jenis ikan air tawar
berkisar antara 3 x 3 x 3 m sampai 7 x 7 x 2,5 m. Untuk mengurangi
resiko kebocoran akibat gigitan binatang lain, biasanya kantong jaring
apung dipasang rangkap (double) yaitu kantong jaring luar dan kantong
jaring dalam dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang berbeda.
Ukuran mata jaring bagian luar biasanya lebih besar besar dari ukuran
mata jaring bagian dalam. Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :
(a) Jaring polyethylene no. 380 D/9 dengan ukuran mata jaring (mesh
size) sebesar 2 inch (5,08 cm) yang dipergunakan sebagai kantong jaring
luar sedangkan (b) Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran
mata jaring 1 inch (2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm) dipergunakan sebagai
kantong jaring dalam.

24
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Salah satu contohnya adalah sebagai berikut :

a. Jaring polyethylene no. 380 D/9 dengan ukuran mata jaring (mesh
size) sebesar 2 inch (5,08 cm) yang dipergunakan sebagai
kantong jaring luar.

b. Jaring polyethylene no. 280 D/12 dengan ukuran mata jaring 1


inch (2,5 cm) atau 1,5 inch (3,81 cm) dipergunakan sebagai
kantong jaring dalam.

Jaring yang mempunyai ukuran mata jaring lebih kecil dari 1 inch
biasanya digunakan untuk memelihara ikan yang berukuran lebih kecil. Di
perairan umum, khususnya dalam budidaya ikan di jaring apung ukuran
jaring yang digunakan adalah ukuran ¾ - 1 inch. Kantong jaring yang
digunakan untuk memelihara ikan dapat diperoleh dengan membeli jaring
utuh. Dalam hal ini biasanya jaring trawl dijual dipasaran berupa lembaran
atau gulungan. Kemudian untuk membuat kantong jaring dimulai dengan
merancang desain kantong jaring tersebut dari lembaran jaring yang
biasanya berukuran berkisar antara 2 x 2 m sampai dengan 10 x 10 m.
Setelah ukuran kantong jaring yang akan dibuat sudah ditentukan
misalnya akan dibuat kantong jaring dengan ukuran 7 x 7 x 2 m, maka
langkah selanjutnya adalah memotong jaring dari lembaran jaring. Untuk
memotong jaring harus dilakukan dengan benar berdasarkan pada
ukuran mata jaring dan tingkat perenggangannya saat tepasang di
perairan.

Menurut hasil penelitian, jaring dalam keadaan terpasang atau sudah


berupa kantong jaring akan mengalami perenggangan atau mata jaring
25
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
dalam keadaan tertarik/terbuka (”Hang In Ratio”). Nilai ”Hang In Ratio”
dalam membuat kantong jaring terapung adalah 30%. Adapun
perhitungan yang digunakan untuk memotong jaring ada dua cara, yaitu
: (1) menggunakan rumus tertentu dan (2) melakukan perhitungan cara di
lapangan.

Contoh penggunaan rumus dalam menghitung jaring yang akan


dipotong dengan ukuran 7 x 7 x 2 m adalah sebagai berikut: Misalnya,
kantong jaring yang akan dibuat 7 x 7 x 2 m dengan ukuran mata jaring
(mesh size) 2 inch (5,08 cm). Diketahui Hang In Ratio (S) adalah 30% =
0,3, Panjang tali ris (i) = 4 x 7 m = 28 m. Maka panjang tiap sisi adalah
40 m : 4 = 10 m Jumlah mata jaring 10 m = 1000 cm : 5,08 cm = 197,04
mata jaring dibulatkan 197 mata jaring. Diketahui dalam jaring sesudah
Hang In (d) adalah 2 m, jadi jumlah mata jaring 2,8 m = 280 cm : 5,08 cm
= 55,1 mata jaring dibulatkan menjadi 55 mata jaring.

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh ukuran lembaran jaring yang


akan dipotong untuk kantong jaring berukuran 7 x 7 x 2 m adalah 197 x
197 x 55 mata jaring. Sedangkan para pembudidaya ikan dilapangan
biasanya menghitung jaring yang akan digunakan untuk membuat
kantong jaring menggunakan perhitungan sebagai berikut : Misalnya
kantong jaring yang akan dibuat berukuran 7 x 7 x 2 m dengan ukuran
mata jaring (mesh size) 2 inch (5,08 cm). Berdasarkan hasil penelitian
panjang jaring akan berkurang sebesar 30% dari semula.

Jadi dalam satu meter jaring yang berukuran 1 inch terdapat 56 mata
jaring, sehingga jika akan membuat jaring dengan ukuran 7 x 7 x 2 m,
jumlah mata jaringnya adalah 392 x 392 x 112 mata jaring. Sedangkan

26
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
ukuran mata jaring yang akan digunakan adalah 2 inch maka jumlah
mata jaring yang akan dipotong adalah 196 x 196 x 56. Angka-angka ini
diperoleh dari hasil perkalian antara ukuran kantong jaring dengan jumlah
mata jaring. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah
memindahkan pola yang telah dibuat langsung kejaring Jaring tersebut
dibentangkan dan dibuat pola.

 
6. Pemberat keramba jaring apung
Pemberat yang digunakan biasanya terbuat dari batu atau timah yang
masing-masing beratnya antara 2–5 kg. Namun di Bengkulu
pembudiidaya menggunakan batu atau semen Fungsi pemberat ini agar
jaring tetap simetris dan pemberat ini diletakkan pada setiap sudut
kantong jaring terapung. Pemberat yang digunakan pembudidaya di
Provinsi Bengkulu mayoritas cor-coran semen, namun ada beberapa yang
menggunakan batu.

7. Tali/tambang keramba jaring apung


Tali/tambang yang digunakan biasanya disesuaikan dengan kondisi
perairan, pada perairan tawar adalah tali plastik yang mempunyai
diameter 5–10 mm, sedangkan pada perairan laut tali/tambang yang
digunakan terbuat dari nilon atau tambang yang kuat terhadap salinitas.
Tali/tambang ini dipergunakan sebagai penahan jaring pada bagian atas
dan bawah. Tali tambang ini mempunyai istilah lain yang disebut dengan
tali ris.

27
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Panjang tali ris adalah sekeliling dari kantong jaring terapung.
Misalnya, kantong jaring terapung berukuran 7 x 7 x 2 m maka tali risnya
adalah 7m x 4 = 28 m. Dengan dikalikan empat karena kantong sisi jaring
terapung adalah empat sisi. Khusus untuk tali ris pada bagian atas
sebaiknya dilebihkan 0,5 m untuk setiap sudut. Jadi tali risnya mempunyai
panjang 28 m +( 4 x 0,5 m) = 30m. Hal ini untuk memudahkan dalam
melakukan aktivitas kegiatan operasional pada saat melakukan budidaya
ikan. Selain itu mesti memiliki pembersih jaring, pengukur kualitas air
(termometer, sechsi disk, kertas lakmus), peralatan lapangan (timbangan,
hapa, waring, ember, alat panen, dll), dan sampan.

3.3. BAHAN BAKU


Bahan baku dalam KJA berupa bibit ikan (anak ikan). Bibit yang
digunakan ber ukuran 2-8 cm. Penggunaan bibit harus dipilih sedemikian
rupa, sehingga produksinya optimal. Di Provinsi Bengkulu bibit yang
digunakan berasal dari induk yang sudah bersertifikasi. Untuk pengadaan
bibit didapat dari pembudidaya pembenih di daerah setempat maupun
dari balai benih (dinas perikanan). Bibit yang dibeli diusahakan berasal
dari daerah yang tidak terlalu jauh, ini untuk mengurangi resiko kematian.
Sebagai contoh: untuk pembudidaya KJA di Kabupaten Kepahiang 30%
bibit didapat dari pembenih setempat, dan 70% didapat dari balai benih
Dinas Perikanan dan dari Kabupaten Rejang Lebong.

3.4. TENAGA KERJA


Tenaga kerja usaha KJA berasal dari keluarga sendiri dan dari anggota
kelompok serta dari tetangga. Penggunaan tenaga kerja harian tidak
begitu banyak, karena hanya bekerja mengawasi kolam dan memberi
28
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
makan ikan.Penggunaan tenaga kerja yang cukup banyak adalah pada
saat persiapan dan pembuatan keramba serta pada saat panen.Tenaga
kerja yang digunakan pada umumnya adalah laki-laki terutama untuk
membuat keramba dan memanen, sedangkan tenaga kerja wanita (istri)
hanya membantu memberi makan ikan. Di Kabupaten Kepahiang upah
pekerja sehari sejumlah Rp. 100.000,00 yang biasanya diperlukan lebih
banyak pada saat panen. Peggunaan tenaga kerja yang berasal dari
anggota keluarga (istri dan anak) umumnya untuk kegiatan sehari-hari
dan tidak diberi upah. Secara keseluruhan dalam budidaya ini banyaknya
tenaga kerja yang digunakan tergantung pada skala usaha dan proses
produksi.

3.5. TEKNOLOGI
Penggunaan teknologi dalam usaha KJA didasarkan pada pengalaman
yang telah dimiliki oleh pembudidaya. Rata-rata pembudidaya ikan
keramba jaring apung sudah berpengalaman 4,8 tahun, disamping itu
pembudidaya juga sering menambah pengetahuannya dengan mengikuti
penyuluhan dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) bahkan pelatihan di
daerah lain seperti Provinsi Lampung dan Jawa Barat. Usaha KJA pada
umumnya menggunakan teknologi sederhana dan ditunjang pengelolaan
yang lebih baik.

Teknologi yang diterapkan KJA mulai dari persiapan membuat


keramba sampai proses panen dilakukan secara sederhana/manual.
Misalnya dalam membuat kerangka dilakukan secara manual yakni
dengan menggunakan tenaga kerja dengan alat bantu seperti parang dan

29
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
gergaji serta palu. Sedangkan alat bantu yang digunakan untuk panen
adalah serokan.

3.6. PROSES PRODUKSI


Penyebaran benih juga harus diperhatikan dengan benar. Rendam
benih tersebut dengan kalium permanganat konsetrasi 4-5 ppm.Lama
waktu perendaman kurang lebih 15-30 menit. Lakukan penebaran
benih pada pagi hari sehingga ikan tidak stres dan mati. Tebar benih
biasanya dengan ukuran 5-8 cm dengan berat 30-50 gram. Pada tahap
awal diberikan pakan lambit pada benih tersebut.

Pembudidayaan ikan nila berlangsung selama 3 bulan.Khusus di


Kabupaten Kepahiang tingkat kelangsungan hidup cukup tinggi yaitu
99% karena ukuran bibit yang ditebar labih besarnya yakni antara 8 – 12
cm dan sudah tahan penyakit. Setelah menggunakan lambit, ikan
budidaya bisa menggunakan pelet apung dengan dosis 3-4% dari total
berat keseluruhan ikan. Pakan diberikan tiga kali dalam sehari untuk pagi,
siang dan sore. Untuk panen ikan dalam bisnis budidaya ikan keramba
jaring apung ini bisa dilakukan sesuai permintaan pasar. Umumnya, ikan
sudah bisa dipanen jika bobot ikan sudah mencapai 200 gram per ekor.
Ikan sebaiknya dipanen pada waktu pagi atau di sore hari untuk
menghindari kematian ikan karena suhu yang tinggi.

Kemudian untuk memastikan agar ikan sampai di tangan konsumen


secara segar maka dilakukan pengangkutan dengan air yang diberi
oksigen dengan suhu sekitar 20 derajat celcius. Disamping itu
pengangkutan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari untuk

30
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
menghindari ikan dari kematian akibat suhu yang tinggi. Sementara itu
kepadatan ikan dalam pengangkut jangan terlalu padat untuk
menghindari resiko lemas dan mati. Usaha bisnis budidaya ikan keramba
jaring apung dapat dillakukan secara modern dan tradisional.

A. Penebaran Benih Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung

 Sebagai upaya sterilisasi, sebelum benih ditebar, benih sebaiknya


direndam dahulu dalam larutan Kalium Pemanganat konsentrasi 4
– 5 ppm selama kurang lebih 15 – 30 menit. Lakukan adaptasi
suhu benih agar suhu pada kemasan ikan sama dengan suhu di
Keramba Jaring Apung dengan cara merendam wadah kemasan
benih ke Keramba Jaring Apung selama 1 (satu) jam.

 Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya ikan


tidak mengalami stres atau kematian akibat perbedaan suhu
tersebut. Benih yang ditebar berukuran 5 – 8 cm, berat 30 – 50 gr
3
dan padat tebar 50 – 70 ekor/m . Pakan yang diberikan untuk
pembesaran ikan nila adalah lambit.

B. Pemeliharaan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung


Lama pemeliharaan budidaya ikan keramba jaring apung
mencapai 3 bulan dengan tingkat kelangsungan hidup atau
survival rate sebanyak 99%. Pakan yang diberikan berupa pelet
apung dengan dosis 3 – 4% dari bobot total ikan. Frekuensi
pemberiannya, 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore dengan
rasio konversi pakan (FCR) 1,3. Dengan standar nasional FCR
antara 1,5 – 1,8, maka produktivitasnya masih dapat ditingkatkan
31
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
lagi. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan
peningkatan kualitas SDM nya melalui berbagai pelatihan.

C. Pengelolaan Panen Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung

Panen ikan sudah dapat dilakukan berdasarkan permintaan pasar,


namun biasanya ukuran panen pada kisaran 200 gram/ekor.
Panen dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi
resiko kematian ikan. Penanganan panen dilakukan dengan cara
penanganan ikan hidup atau ikan segar. Hal yang harus
diperhatikan supaya ikan tersebut sampai ke konsumen dalam
keadaan hidup dan segar antara lain:

 Pengangkutan menggunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20


0C;
 Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari;
 Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu
padat.

3.7. JUMLAH, JENIS, DAN MUTU PRODUKSI


Budidaya KJA dapat mencakup beberapa jenis ikan: ikan nila, mas,
gurame, bawal, patin. Jika ikan mas umumnya ditebar pada jaring ukuran
7 x 7 m dengan padat tebar 8.000-10.000 ekor, diberi pakan pelet 4-5
kali per hari. Biasanya untuk mencapai ukuran konsumsi masa tanam
sekitar 2,5 – 3 bulan tergantung ukuran ikan yang dikehendak
(kolambi.wordpress.com/2009). Sementara untuk ikan nila di Provinsi
Bengkulu benih ditebar pada jaring ukuran 6 x 6 m atau 7 x 7 m dengan

32
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
padat tebar 19.600 ekor ukuran 8 – 12 cm (mayoritas), namun demikian
ada sebagian yang ukuran benihnya lebih kecil sehingga seringkali benih
lolos. Hal ini mengakibatkan jumlah panennya kurang optimal. Mayoritas
dipanen setelah 3 bulan dengan ukuran ikan 200 gram per ekor. Namun
dalam kondisi pasar yang kurang baik terkadang umur panen lebih lama.

Dibandingkan dengan ikan budidaya air tawar lainnya, seperti


budidaya kolam, ikan KJA memiliki rasa yang lebih manis dan tidak
berbau lumpur, sehingga dari sisi kualitas dapat dikatakan lebih baik.

3.8. PRODUKSI OPTIMUM


Menurut SNI 7550 : 2009 ada beberapa ketentuan dalam budidaya ikan nila,
prasyarat produksi meliputi lokasi dengan sumber air mencukupi dan untuk proses
produksi bebas dari pencemaran, volume wadah dapat memberikan pertumbuhan
yang optimal dengan kedalaman air minimal 0,8 m, untuk budidaya ikan nila
pemberian pakan buatan dengan kandungan protein minimal 25%, peralatan
pengukur kualitas air berupa termometer, Ph meter, dll serta peralatan lapangan
yang berupa hapa, waring, ember, timbangan dan jaring tangkap.

Untuk menghasilkan produksi yang optimum perlu memperhatikan


kualitas air yang digunakan untuk budidaya ikan nila pada keramba jaring
apung. Adapun beberapa syarat kualitas air yang digunakan selama
proses produksi agar pertumbuhan ikan lebih cepat adalah sebagai
berikut:

33
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Tabel 3.1 Syarat Kualitas Air Yang Digunakan
No Parameter Satuan Kisaran

1 Suhu o
C 25 -32

2 Ph - 6,5 – 8,5

3 Oksigen trelarut Mg/I •3

4 Amoniak (NH3) Mg/I < 0,02

5 Kecerahan Cm 30 – 40

Ikan nila tumbuh pada suhu 14 – 38 derajat celcius, ikan nila pada
umumnya dipanen setelah 3 bulan. Pada umumnya dipanen berukuran
panjang antara 15-20 cm dengan berat 200 – 400 gram, pertumbuhan
ikan nila jantan lebih cepat 40 % jika dibandingkan dengan ikan nila
betina.

3.9. CRITICAL POINT


Pada usaha budidaya ikan KJA ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan karena bisa berdampak pada kelangsungan hidup usaha.
Dampak usaha yang juga dikatakan sebagai critical point ini menyangkut
aspek tehnis, biologi, sosial dan ekonomi.

Aspek teknis yang menjadi resiko usaha ikan KJA berkaitan dengan
lingkungan adalah kualitas air. Perubahan kualitas air dapat disebabkan
oleh residu penggunaan pestisida dan zat-zat kimia lainnya pada
pertanian sekitar yang merupakan racun bagi ikan yang akan
menyebabkan kamatian. Tingginya tingkat erosi lahan akibat kerusakan
hutan khususnya pada musim hujan akan meningkatkan kekeruhan air
ditambah dengan pemberian pakan yang berlebihan akan menyebabkan
penetrasi cahaya semakin kecil dan akan menggangu pertumbuhan ikan.

34
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Pada usaha budidaya keramba jaring apung konsentrasi oksigen
terlarut sangat penting bagi parameter kualitas air karena sangat
dibutuhkan dalam berbagai aktifitas fisik ikan. Kandungan oksigen
optimum yang dapat menunjang pertumbuhan ikan adalah kisaran 3 mg/l
(Badan Standardisasi Nasional, 2006). Penurunan kadar oksigen terlarut
ini terutama disebabkan oleh kelebihan pakan. Pakan berlebih akan
terurai oleh bakteri dan dalam proses penguraian ini akan memerlukan
oksigen yang akan akibatnya oksigen dalam perairan berkurang.
Kekurangan Oksigen terlarut akan mengganggu pernapasan ikan yang
dapat mengakibatkan kematian atau setidaknya akan mengganggu
pertumbuhan yang akhirnya menurunkan produktivitas.

Enceng gondok memiliki fungsi sebagai pembersih air, peneduh atau


sebagai penutup permukaan air sehingga ikan yang dipelihara tidak
langsung terkena sengatan sinar matahari.Selain itu, tanaman enceng
gondok juga dapat mengendalikan pertumbuhan ganggang yang
merupakan penggun oksigen. Dengan adanya enceng gondok maka
ganggang yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tetapi apabila dalam jumlah yang banyak hal ini tidak baik karena akan
menghalangi cahaya.

Pada saat musim kemarau, debit air pada keramba jaring apung juga
terpengaruh. Berkurangnya debit air karena musim kemarau akan
mempengarui supply oksigen yang terlarut sehingga tidak dapat
mengoptimalkan kepadatan ikan.

35
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Jika ditinjau dari aspek biologi, usaha budidaya ikan nila KJA memiliki
resiko dari pertumbuhan ikan pada masa pemeliharaan yang mungkin
muncul dari adanya penyakit/hama yang bisa menyebabkan ikan tidak
tumbuh optimal. Walaupun sejauh ini pembudidaya masih optimis bahwa
ikan tumbuh dengan baik.

Secara sosial, dampak yang ditimbulkan karena adanya keberadaan


usaha budidaya keramba Jaring apung bagi masyarakat sekitar adalah
kemungkinan timbulnya kecemburuan sosial karena ada sebagian yang
merasa tidak diuntungkan. Hal ini dapat terjadi karena perebutan lahan,
masalah pemanfaatn tenaga kerja atau mungkin regulasi yang akan
diterapkan untuk menertibkan usaha atau dalam rangka menjaga batas
maksimal penggunaan lahan, dan lain-lain.

Dari sudut ekonomi, resiko kelangsungan usaha sangat dipengaruhi


oleh perubahan harga pakan. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap
biaya yang digunakan sehingga usaha menjadi kurang atau tidak
ekonomis lagi. Apalagi usaha KJA ini sangat bergantung pada
pakan(mayoritas pakan impor).

36
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB IV
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

4.1. ASPEK PASAR


4.1.1. Permintaan

Pemenuhan kebutuhan pokok seperti pangan selalu menjadi pusat


perhatian pemerintah. Salah satu kebutuhan pangan adalah kebutuhan
akan lauk pauk baik nabati maupun yang hewani. Pemenuhan lauk
hewani yang paling baik dan aman bila ditinjau dari sisi kesehatan , dan
secara ekonomi harganya relatif murah adalah ikan air tawar bila
dibanding dengan daging sapi, daging kambing. Permintaan ikan air
tawar selalu didorong oleh pemerintah seperti pentargetan konsumsi ikan
perkapita oleh pemerintah sebesar 38 kg per kapita pertahun pada tahun
2014.

Hasil tangkapan ikan laut sangat tergantung pada cuaca sehingg


potensi permintaan ikan air tawar semakin terbuka. Konsumsi ikan
mempunyai kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Konsumsi ikan
perkapita mengalami peningkatan sebesar 5,04% sehingga, permintaan
ikan mempunyai prospek sangat cerah untuk masa yang akan datang.

Faktor-faktor yang menjadi pendukung peningkatan konsumsi ikan air


tawar secara nasional diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat dan


meningkatnya upah minimal Provinsi memungkinkan terjadinya
peningkatan pengeluaran konsumsi masyarakat.

37
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
2. Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat yang berdampak
pada kesadaran kesehatan yang semakin tinggi dengan demikian
pemenuhan gizi menjadi lebih tinggi terutama pemenuhan
protein yang bersumber dari telur, daging dan ikan.
3. Membaiknya dan semakin banyaknya sarana transportasi darat
laut dan udara memungkinkan distribusi menjadi lebih efisien
sehingga jangkauan pemasaran menjadi lebih luas.
4. Kepedulian yang lebih tinggi dari pemerintah dalam
mengkampanyekan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk meningkatkan konsumsi ikan dengan berbagai program.

Permintaan ikan nila dari Bengkulu tidak hanya berasal dari Bengkulu
tetapi juga mencakup pasar dari luar provinsi. Permintaan ikan nila untuk
pembudidaya di Kabupaten Kepahiang selama ini masih belum tercukupi.
Pasar Curup/Bengkulu saja permintaannya setiap hari hamper satu ton,
sementara kemampuan mereka memproduksi sekitar 500 – 700 kg per
hari. Belum lagi permintaan dari pasar-pasar lainnya. Sejauh ini mereka
sudah memiliki pelanggan dari beberapa kota di Provinsi Bengkulu,
Sumatera Selatan, dan Jambi. Namun demikian, masyakarat sekitar yang
datang untuk membeli secara langsung untuk konsimsi sendiri juga
dilayani.

4.1.2. Penawaran
Besar kecilnya kapasitas produksi nasional sangat menentukan
serberapa besar output yang dapat diproduksi sehingga penawaran
secara nasional dapat diketahui. Upaya yang dapat dilakukan oleh

38
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
masyarakat dan didukung oleh kebijakan pemerintah yang tepat,
diharapkan dapat meningkatkan produksi ikan secara nasional. Produksi
perikanan budidaya terus mengalami kenaikan."Produksi nasional
perikanan budidaya meningkat sekitar 28,64% per tahun, yaitu 6,28 juta
ton pada tahun 2010 dan mencapai 13,31 juta ton pada tahun 2013.

Potensi keramba jaring apung yang ada di Provinsi Bengkulu tingkat


pemanfaatannya masih rendah, pemanfaatan yang ada sampai saat ini
masih kurang dari 50% dari potensi yang ada sehingga peningkatan
kapasitas produksi masih sangat memungkinkan.

Peningkatan jumlah produksi ikan air tawar terutama ikan nila sejalan
dengan peningkatan kemampuan teknis pemeliharaan ikan oleh
pembudidaya.

Tabel 4.1 Produksi Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung


Provinsi Bengkulu Tahun 2009-2013

Produksi (Ton)
Jenis Ikan Th 2009 Th.2010 Th.2011 Th.2012 Th.2013

Ikan Mas 62 11 122 74,76 178,38


Ikan Nila 85 360 340 418,22 1095,91
Gurame - - - 1,80 -
Lele - - - 7,72 175,70
Patin - - 31 12 128,7
Bawal - - - - 9,45
Kerapu - - - - 5,40
Jumlah 147 371 493 514,5 1593,54

Sumber :Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu, 2013

39
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
4.2. ASPEK PEMASARAN.
4.2.1. Harga
Penjualan ikan hasil budidaya keramba jaring apung (ikan nila) dijual
dalam satuan kilogram. Dalam penjualan ikan nila dikelompokkan
kedalam satu ukuran bersadarkan jumlah ikan yang terdapat dalam satu
kologram tersebut. Untuk dalam 1 kg berisi 3 ekor sampai 5 ekor
sedangkan ikan patin dalam satu kg berisi 3 ekor dan untuk ikan bawal
dalam 1 kg berisi 5 ekor. Ikan yang dijual ersebut dalam kondisi hidup
atau segar.

Tabel 4.2 Jumlah Ikan Per Kilogram Berdasarkan


Pengelompokan Ukuran Dan Harga Perkilogram Di Tingkat
Pembudidaya .

Jenis Ikan Jumlah Ikan Dalam Harga Dalam


1 kg Rupiah
Nila 3-5 ekor ikan 20.000
Mas 3-5 ekor ikan 22.000
Patin 3 ekor ikan 20.000
Bawal 5 ekor ikan 25.000

Harga ikan nila dan ikan mas ditingkat pembudidaya mayoritas sama
yaitu sebesar Rp. 20.000,00 tetapi sebagian ada yang menjual dengan
harga Rp. 21.000,00. Harga ikan nila antar pembudidaya ikan merupakan
harga yang ditentukan oleh kesepakatan para pembudidaya ikan, apabila
ada pembudidaya ikan yang melakukan transaksi penjualan ikan dengan
pedagang tetapi stok ikan yang dimiliki oleh pembudidaya tersebut tidak

40
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
mencukupi permintaan dari pedagang maka pembudidaya tersebut
menjualkan ikan dari pembudidaya ikan yang lain. Harga ikan antar
pembudidaya tersebut sebesar Rp. 18.000,00 per kilogramnya.

Selain harga ikan antar pembudidaya dan harga ikan tingkat


pembudidaya ada juga harga ikan segar di tingkat pasar desa dan pasar
kecamatan. Besarnya harga ikan segar di tingkat desa dan harga ikan
segar di tingkat kecamatan mempunyai harga yang sama yaitu sebesar
Rp. 25.000,00.

Dari ikan segar yang dibeli oleh pedagang ikan dan dijual ke rumah
makan dan restauran dengan harga yang lebih tinggi, akan tetapi dengan
persyaratan bahwa dalam 1 kg berisi 3 ekor dan besarnya ikan harus
seragam. Dengan persyaratan yang ketat tersebut rumah makan dan
restoran bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp.
26.000,00 per kilogram.

Tabel 4.3 Harga Ikan Nila Segar Di berbagai Rantai Pemasaran

Rantai Pemasaran Harga (Rp )


Antar pembudidaya 18.000

Pembudidaya pengepul (dari pembudidaya


20.000
ke pedagang)
Pedagang pengecer 25.000
Retoran, hotel dan rumah makan 26.000

Harga yang ada pada Tabel 4.2 merupakan harga pada kondisi normal
sedangkan pada hari-hari besar nasional seperti lebaran, natal, tahun baru
41
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
harga ikan nila segar mengalami kenaikan harga sebesar Rp. 3000,00
sampai Rp.10.000,00 per kg.

4.2.2. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan dan dilakukan analisis,


persaingan antar pembudidaya ikan hampir tidak terjadi karena hasil
panen setiap kali terjadi panen dapat diserap oleh pasar. Apabila terjadi
peningkatan produksi secara melimpah maka akan secara otomatais akan
direspon dengan penurunan harga dan semua pembudidaya ikan
keramba menerima kondisi tersebut. Sebaliknya bila terjadi penurunan
pasokan maka akan direspon dengan kenaikan harga.

Peningkatan pendapatan dan pertumbuhan penduduk serta program


pemerintah “gemar makan ikan” kesemuanya ini merupakan peluang
pasar yang besar bagi pembudidaya keramba jaring apung di Provinsi
Bengkulu. Jaringan pemasaran ikan di Provinsi Bengkulu dan antar
Provinsi di sekitar Bengkulu tidak terjadi kendala yang berarti. Dengan
demikian peluang pasar untuk pembudidaya keramba jaring apung masih
terbuka lebar. Secara umum potensi pengembangan keramba jaring
apung di Provinsi Bengkulu masih terbuka lebar karena dari potensi yang
ada yang dimanfaatkan belum mencapai 1% dengan demikian peluang
usaha ini masih sangat besar memungkinkan untuk bisa berkembang
pesat.

4.2.3. Jalur Pemasaran Produk

Jalur pemasaran produk berfungsi sebagai penghubung antara


pembudidaya keramba jaring apung dengan konsumen akhir maupun
42
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
sebagai input bagi usaha pengolah ikan seperti rumah makan, restoran
dan hotel. Jalur pemasaran produk merupakan distributor yang
menyalurkan hasil panen pembudidaya ikan sehingga keberlanjutan
usaha dapat berkembang atau minimal bisa bertahan untuk tetap
berproduksi. Dengan adanya jalur pemasaran menjadikan pembudidaya
ikan dapat berusaha lebih pasti dan tenang karena setiap kali panen
sudah ada yang menampungnya.

Jalur pemasaran hasil produksi ikan keramba jaring apung yang berupa
ikan patin dan bahwal sifatnya masih lokal (dalam kabupaten/kota) yang
berupa pedagang pengecer dan konsumen akhir berupa konsumen
rumah tangga. Sedangkan untuk jenis ikan nila dan ikan mas mempunyai
jalur pemasaran yang lebih panjang jalurnya. Pemasaran ikan keramba
jaring apung di Provinsi Bengkulu telah menembus pasar antar Provinsi
dalam pulau yaitu pulau Sumatera dengan pangsa pasar di wilayah
Sumatera yang masih relatif kecil.

Kerjasama antara pembudidaya ikan dan distributor ikan nila telah


berjalan selama delapan tahun. Pembudidaya pengepul melayani
pedagang besar kabupaten maupun hotel dan restoran untuk menjual
ikan hidup dengan harga pasar yang berlaku pada saat tersebut.
pembudidaya keramba jaring apung menyediakan plastik kemasan dan
oksigen serta melakukan pengemasan bila diminta oleh distributor.
Sehingga lebih memudahkan para didtributor untuk menjaga kesegaran
ikan tersebut sampai ditempat tujuan. Kemudahan tersebut diimbangi
dengan penambahan biaya sebesar Rp. 6.000,00 perkemasan, setiap
kemasan dapat berisi 4 kg sampai 6 kg bila dihitung biaya oksigen per

43
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
ekornya berkisar Rp. 240 – Rp. 300. Proses selanjutnya secara keseluruhan
menjadi tanggung jawab distributor untuk diangkut sampai di berbagai
tempat tujuan.

Pengangkutan dari pembudidaya pengepul dengan menggunakan


kendaraan yang waktu tempuh lebih dari satu jam dikemas dengan
menngunakan oksigen agar ikan nila dalan keadaan hidup dan masih
dalam keadaan segar sehingga nilai jual ikan tersebut tetap tingggi.
Sedangkan ikan hidup dijual oleh pedagang tingkat desa dan tingkat
kecamatan yang dibeli dari pembudidaya pengepul tanpa menggunakan
oksigen. Untuk konsumen tingkat hotel dan restoran membeli langsung
dari pedagang besar dengan syarat satu kg berisi 3 ekor dan ukurannya
seragam sehingga memudahkan fihak hotel untuk ukuran ikan seragam
pada setiap porsi yang disajikan.

95%
Petani
Budidaya Petani 70% Pengecer/
Rp18ribu/ pengepul Pasar
kg Rp Kabupaten/
20rb/kg Kota
20%
5% Konsumen
Pasar rumah tangga
Desa, /rm tradisional
Kecamatan Rp. 25rb/kg
Rp. 20rb/kg 100%
10%
Konsumen
hotel dan
restoran Rp.
26rb/kg

Gambar 4.1 jalur pemasaran ikan nila dari Bengkulu

44
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
4.2.4. Kendala Pemasaran
Kendala utama yang dihadapi dalam memasarkan ikan hidup adalah,
mempertahankan agar ikan yang dikirim tetap hidup dan dalam kondisi
yang masih segar di tempat tujuan. Kondisi ini menuntut cara
penanganan pengiriman yang terbaik dan paling aman agar ikan yang
dikirim tidak menjadi stres atau mati. Ikan air tawar yang mati kurang
diminati oleh konsumen sehingga berdampak pada penurunan harga jual
dan dampak yang lebih parah bila ikan mati mencapai 8 jam banyak
ditolak oleh konsumen dan bila lebih dari 12 jam menjadi tidak layak
konsumsi.

Kendala yang tak kalah penting adalah jalan yang ada di Provinsi
Bengkulu banyak yang berkelok tajam, serta kondisi fisik jalan yang masih
jelek, membawa dampak yang tidak menguntungkan dalam melakukan
pengiriman ikan keluar dari sentra produksi ke konsumen di Bengkulu
maupun ke konsumen di luar Bengkulu. Kendala yang lain berupa
penurunan harga harga getah karet dan perubahan harga tandan buah
segar sawit yang cenderung menurun pada tahun 2014 dan dua komoditi
ini banyak menopang pendapatan masyrakat pembudidaya sebagai
konsumen ikan segar dan secara umum dapat berdampak pada
penurunan konsumsi makanan secara keseluruhan dan termasuk
penurunan konsumsi ikan.

45
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
46
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB V

ASPEK KEUANGAN

Analisis aspek keuangan dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis


apakah usaha budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) akan memperoleh
pendapatan yang secara ekonomis menguntungkan serta mamapu
mengembalikan kredit yang diberikan Bank dalam jangka waktu yang
wajar. Hasil analisis ini juga dapat dijadikan masukan bagi Bank dalam
menilai setiap permohonan kredit yang diajukan untuk usaha budidaya
Keramba Jaring Apung ( KJA). Selain itu dari analisis ini juga akan
diketahui kelayakan usaha dari sisi keuangan sehingga dapat
dimanfaatkan oleh pembudidaya dalam perencanaan dan pengelolaan
usahanya.

5.1 PEMILIHAN POLA USAHA


Usaha budidaya keramba jaring apung saat ini telah berkembang luas
di kabupaten- kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu, terutama di
daerah yang banyak sungai, atau danau seperti Kabupaten Kepahiang
yang memiliki danau buatan Waduk dari proyek PLTA Sungai Musi di
Kecamatan Ujan Mas. Usaha budidaya ikan dengan sistem KJA
membutuhkan lokasi usaha yang luas. Budidaya ikan nila lebih disukai
para pembudidaya karena beberapa pertimbangan, seperti:
pertumbuhannya relatif cepat, dapat dipelihara dengan kepadatan yang
tinggi, tidak memerlukan persyaratan kualitas air yang rumit, mampu
memanfaatkan pakan secara efisien, rasanya enak dan dapat diterima
oleh segala lapisan masyarakat serta mempunyai prospek pemasaran

47
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
yang baik

Pola usaha yang akan dijalankan dalam budidaya keramba jaring


apung (KJA) ini adalah budidaya ikan dengan menggunakan keramba.
Pada lahan yang akan dijadikan sebagai tempat budidaya dibuat jaring-
jaring berbentuk segiempat dengan ukuran standar yaitu dengan
panjang 7 m, lebar 7 m dan kedalaman 2 m sebagai tempat keramba
jaring apung.

5.2 ASUMSI DAN PARAMETER PERHITUNGAN

Perhitungan finansial mengenai pendapatan dan biaya usaha


kemampuan usaha untuk membayar kredit dan kelayakan usaha
memerlukan dasar-dasar perhitungan yang diasumsikan
berdasarkan hasil survei dan pengamatan yang terjadi di lapangan
serta informasi dan bebrapa literatur. Asumsi yang digunakan
dalam perhitungan aspek keuangan ini disajikan pada Tabel 5.1

48
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
 

Tabel 5.1 Asumsi Teknis Dalam Usaha Budidaya Keramba


Jaring Apung
NO Uraian Nilai Satuan
1 Umur proyek 3 Tahun
2 Bulan dalam 1 tahun 12 Bulan
3 Luas lahan 196 m2
3 Jumlah KJA 4 Unit
4 Luas keramba (7m x 7m) 49 m2
5 Kedalaman air pada kolam 2 M
6 Volume Kedalaman air pada Kja 98 Unit
7 Volume Kja 392 m3
8 Ukuran benih ikan nila disebar 8 - 12 Cm
ekor/m3
9 Kepadatan tebar 50
air
10 Jumlah benih ikan nila disebar 19600 Ekor
11 Jumlah pengelola 1 Orang
12 Jumlah pekerja 1 Orang
13 Tingkat mortalitas 1 Persen
14 Umur nila dipanen 4 Bulan
15 Jeda waktu antar siklus 30 Hari
16 Lama periode satu siklus(termasuk jeda) 4 Bulan
kali dalam
17 Frekuensi panen ikan nila 3
setahun
18 Ukuran ikan nila yang dipanen 5 ekor/kg
19 Konversi pakan terhadap berat nila 0.041 kali
Rupiah/
20 Harga benih ikan nila per ekor 350
ekor
21 Harga jual ikan nila (rata-rata) 18,000 rupiah/kg

49
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
22 Tingkat suku bunga Kredit 18% efektif
23 Jangka waktu kredit : Investasi 30 Bulan
Modal Kerja 30 Bulan
rupiah/bul
24 Gaji pengelola per bulan
an
rupiah/bul
25 Biaya tenaga kerja per bulan
an
26 Biaya pembuatan pondok jaga/ gudang 4,250,000 rupiah/m2
27 Harga rata-rata pakan ikan nila 10,000 rupiah/kg
28 biaya kerangka 1,500,000 rupiah/m2
29 Biaya jarring 1,431,000 rupiah/m2
keramba/
30 jumlah jarring 4
m2
31 Jumlah pelampung 4 Buah
32 Biaya pelampung 137,500 Rp.
33 biaya jangkar 25,000 Rp.
34 jumlah jangkar semen 4 buah
35 biaya ember 11,500 Rp.
36 Jumlah ember 4 buah
37 biaya tangguk 14,000 Rp.
38 Jumlah Tangguk 2 buah
39 Biaya Gayung 5,000 Rp.
40 Jumlah gayung 2 buah
rupiah/
41 biaya tabung oksigen 1,450,000
Unit
Sumber : Data Primer Diolah
 

 
50
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
5.3 KOMPONEN BIAYA INVESTASI DAN BIAYA OPERSIONAL
5.3.1 Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya tetap yang dikeluarkan pada saat


memulai suatu usaha. Biaya Biaya investasi budidaya keramba jaring
apung meliputi prasarana dan sertifikasi lahan (kecuali bila lahan
sewa),biaya perijinan, konstruksi bangunan (keramba dan
gudang/pondok jaga), dan peralatan pembantu lainnya sebagaimana
dapat kita lihat pada Tabel 5.2

Tabel 5.2

Biaya Investasi Budidaya Keramba Jaring Apung


Komponen Umur Depresiasi Depresiasi Depresiasi
Volu Harga/ Unit
No Biaya Satuan Nilai (Rp ) (tahun per tahun per Bulan per Triwln Nilai Sisa
me (Rp)
Investasi ) (Rp) (Rp) (Rp)

Biaya
A. Prasara
na

Gudang/p
1 15 m2 4,250,000 63,750,000 5 12,750,000 1,062,500 3,187,500 25,500,000
ondok jaga

Pasang
2 listrik 900 1 ls 750,000 750,000 3 250,000 20,833 62,500 0
w

3 Perijinan 1 ls 300,000 300,000 3 100,000 8,333 25,000 0

Total Biaya
64,800,000 13,100,000 1,091,667 3,275,000 25,500,000
Prasarana

Biaya
B. 0
Peralatan

1. Kerangka 4 unit 1,500,000 6,000,000 2 3,000,000 250,000 750,000 -3,000,000

2. Pelampung 4 buah 137,500 550,000 20 27,500 2,292 6,875 467,500

3. Jangkar 4 buah 25,000 100,000 10 10,000 833 2,500 70,000

4. Jarring 4 unit 1,431,000 5,724,000 8 715,500 59,625 178,875 3,577,500

5. Pengikat 16 buah 60,000 960,000 5 192,000 16,000 48,000 384,000

serok/
6. 2 buah 14,000 28,000 5 5,600 467 1,400 11,200
tangguk

7. Ember 4 buah 11,500 46,000 2 23,000 1,917 5,750 -23,000

8. Gayung 2 buah 5,000 10,000 2 5,000 417 1,250 -5,000

13,418,000 3,978,600 331,550 994,650 1,482,200


Total Biaya

 
51
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Peralatan

Total Biaya
C. 78,218,000 17,078,600 1,423,217 4,269,650 26,982,200
Investasi

Sumber : Data Primer Diolah

Keterangan: Depresiasi /amortisasi dengan menggunakan


metode garis lurus dengan nilai sisa 0 (nol).
Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa untuk asumsi 4 KJA dengan
ukuran masing-masing keramba adalah 7m x 7m jumlah biaya investasi
yang diperlukan adalah sebesar Rp. .78.218.000,00.

5.3.2 Biaya Operasional

Biaya operasional untuk budidaya keramba jaring apung


meliputi biaya tenaga kerja (gaji pengelola dan upah pekerja), benih
ikan nila, bahan-bahan (pakan, biaya listrik serta biaya pemeliharaan).
Rincian biaya operasional budidaya keramba jaring apung per tahun
selegkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Biaya Operasional


Komponen Biaya Harga Biaya 1 Siklus Biaya 1
No. Volume Satuan
Operasional Satuan (Rp ) (Rp) Tahun (Rp)

A. Biaya Tenaga Kerja

upah pembersihan dan


penyiapan KJA 4 orang bulan 0 0 0

upah penyebaran
2.
benih 4 orang bulan 0 0 0

3 upah pemberian pakan

4 upah pengawasan air

5. upah pengamanan KJA

6. upah pemanenan Ikan

7. upah pengemasan ikan

 
52
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Upah pengangkutan
8.
dari KJA ke rumah

upah pengangkutan ke
9.
pasar

10. biaya lainnya

Total Biaya Tenaga


Kerja 0 0

B. Biaya Bahan

1. Benih 19,600 ekor/siklus 350 6,860,000 20,580,000

2. Pakan 160 kg/siklus 10,000 1,600,000 48,000,000

3 Kerangka 4 m2 6,000,000 24,000,000 72,000,000

4 Jarring 1 keramba/m2 1,431,000 1,431,000 4,293,000

5 1 unit tabung Oksigen 1 1 paket 1,450,000 1,450,000 4,350,000

6 Pelampung 4 buah/siklus 137,500 550,000 1,650,000

7 Jangkar 4 buah/siklus 25,000 100,000 300,000

8 Ember 4 buah/siklus 11,500 46,000 138,000

9 Tangguk 2 buah/siklus 14,000 28,000 84,000

10 Gayung 2 buah/siklus 5,000 10,000 30,000

Total Biaya Bahan 36,075,000 108,225,000

C. Biaya listrik 4 Bulan 150,000 600,000 1,800,000

D. Biaya Pemeliharaan 1 Siklus 150,000 150,000 450,000

Total Biaya Operasional 36,825,000 110,475,000

Sumber : Data Primer Diolah

5.4 KEBUTUHAN DANA UNTUK INVESTASI, MODAL KERJA DAN


KREDIT.
Kebutuhan dana untuk budidaya keramba jaring apung dapat
dirinci atas dasar biaya investasi dan biaya operasional.
Pembudidaya biasanya membutuhkan kredit di awal usaha, yaitu
untuk biaya investasi dan biaya operasional. Besarnya dana untuk
investasi dan modal kerja pembukaan usaha budidaya Keramba
Jaring Apung ini adalah sebesar Rp. 115,043,000,00, biaya investasi
sebesar R p . 78.218.000,00 dan modal kerja sebesar biaya
 
53
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
operasional selama 1 (satu) siklus yaitu sebesar Rp. 36.825.000,00.
Dari jumlah kebutuhan dana sebesar itu, sebanyak Rp.80.530.100,00
didapatkan dari perbankan (70%), sedangkan sisanya (30% ) yaitu
R p . 34.512.900,00 harus disediakan oleh pembudidaya sendiri.

Besarnya dana usaha budidaya keramba jaring apung secara


terperinci dapat dilihat pada Tabel 5.4

Tabel 5.4 Kebutuhan Dana Budidaya Keramba Jaring Apung

Dana Pinjaman Dana Sendiri Jumlah


Uraian
70% (Rp. ) 30% (Rp. ) Total (Rp. )

Modal Investasi 54,752,600 23,465,400 78,218,000


Modal Kerja (1
Siklus) 25,777,500 11,047,500 36,825,000
Jumlah 80,530,100 34,512,900 115,043,000
Sumber : Data Primer Diolah

Sumber kredit pembiayaan usaha keramba jaring apung ini adalah


dari kredit dari perbankan yang ketentuannya berbeda untuk masing-
masing bank. Berdasarkan penelitian lapangan diketahui bahwa sebagian
besar adalah berasal dari Bank BRI dan Bank Syariah Mandiri. Angsuran
pokok dan bunga dibayarkan secara angsuran per bulan selama periode
peminjaman.

Pada analisis ini pembudidaya melakukan peminjaman sebesar Rp.


54.752.600,00 sebagai kredit investasi dengan jangka waktu
pengembalian 2 tahun. Sedangkan untuk kredit modal kerja adalah

 
54
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
sebesar Rp. 30.145.500,00 dengan jangka waktu pengembalian 1 tahun.
Keduanya tanpa grace period dan dengan suku bunga 18%. Dengan
demikian untuk rincian angsuran per bulan (pokok dan bunga) untuk
kedua jenis kredit tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.5 dan Tabel 5.6.

Tabel 5.5
Perhitungan Angsuran Kredit Investasi

Angsuran Bunga Jumlah Angsuran


Tahun ke Pokok (Rp) (Rp) (Rp)

1 27.376.300 4.003.784 31.380.084


2 27.376.300 1.539.917 28.916.217
Total 2 Tahun 54.752.600 5.543.701 60.296.301
Sumber : Data Primer Diolah

Tabel 5.6
Perhitungan Angsuran Kredit Modal Kerja
Saldo
Pokok Angsuran Jumlah Pokok
Bulan Bunga
Pinjaman (Rp. Pokok Angsura Pinjaman
ke (Rp. )
) (Rp. ) n (Rp. )
(Rp. )

0 25,777,500 25,777,500
1 2,534,78
23,629,375 2,148,125 386,663 8 23,629,375
2 2,561,63
21,481,250 2,148,125 413,514 9 21,481,250

 
55
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
3 2,524,04
19,333,125 2,148,125 375,922 7 19,333,125
4 2,486,45
17,185,000 2,148,125 338,330 5 17,185,000
5 2,448,86
15,036,875 2,148,125 300,738 3 15,036,875
6 2,411,27
12,888,750 2,148,125 263,145 0 12,888,750
7 2,373,67
10,740,625 2,148,125 225,553 8 10,740,625
8 2,336,08
8,592,500 2,148,125 187,961 6 8,592,500
9 2,298,49
6,444,375 2,148,125 150,369 4 6,444,375
10 2,260,90
4,296,250 2,148,125 112,777 2 4,296,250
11 2,223,30
2,148,125 2,148,125 75,184 9 2,148,125
12 2,185,71
0 2,148,125 37,592 7 0
25,777,50 2,867,7 28,645,2
Total (1 Tahun) 0 47 47

Sumber : Data Primer Diolah

5.5 PRODUKSI DAN PENDAPATAN


Usaha budidaya Keramba Jaring Apung Langsung mulai dapat
menghasilkan pada tahun pertama tepatnya yaitu pada tahun pertama
bulan ke -3. Dengan menggunakan asumsi tingkat mortalitas sebesar 1
%, maka dalam satu siklus budidaya atau 3 bulan (dengan rincian 2,5

 
56
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
bulan untuk periode pembesaran dan 1 bulan sebagai waktu jeda antar
siklus).

Berdasarkan wawancara dengan pembudidaya, harga ikan nila


konsumsi berada pada kisaran Rp. 18.000,00 sampai dengan Rp.
20.000,00 per kilogram. Namun dalam analisis keuangan ini, harga jual
ikan nila konsumsi diasumsikan tetap selama periode proyek yaitu
sebesar Rp.18.000,00 per kilogram. Angka ini didasarkan dari informasi
penerimaan pembudidaya secara wajar (harga di tingkat pembudidaya).
Maka akan diperoleh hasil produksi sebagaimana dapat dilihat pada
Tabel 5.7.

Tabel 5.7
Perhitungan Jumlah Produksi dan Pendapatan
1
Faktor Juml
Siklus
Keteran Sat Pemba Satu ah 1 Satu
(3 Jumlah
gan uan gi/ an Siklu Tahun an
Bulan
Pengali s
)

Jumlah
produksi 19,60
ekor 99% 19,404 Ekor 3 58,212 ekor
(ekor) 0

Jumlah
produksi 19,40
ekor 5 3,881 Kg 3 11,642 kg
(kg)* 4

Jumlah
pendapat
3,881 kg 18,000 69,854, Rupia 3 209,563, rupia
an (Rp)
400 h 200 h

Keterangan: * Diasumsikan 1 kg rata-rata terdiri atas 5 ekor

 
57
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
5.6 PROYEKSI RUGI LABA USAHA DA BREAK EVEN POINT (BEP)
Keuntungan yang didapatkan dari usaha budidaya ikan menggunakan
keramba jaring apung diproyeksikan pada tahun pertama, usaha
keramba jaring apung ikan mampu menghasilkan keuntungan bersih
sebesar Rp. 68.342.746,00 dengan profit margin sebesar 32,61%. Pada
tahun selanjutnya besarnya keuntungan dan profit margin lebih tinggi
sejalan dengan lunasnya kredit yang harus dibayar. Pada tahun ke tiga
keramba jaring apung mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar
Rp. 73.337.363,00 dengan profit margin sebesar 35 %. Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa BEP rata-rata penjualan per tahun
sebesar Rp. 28.677.755,00. Hasil perhitungan ini dapat dilihat pada
Tabel 5.8

Tabel 5.8
Proyeksi Laba Rugi Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung (Rp. )
No Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
1 Pendapatan 209,563,200 209,563,200 209,563,200
2 Pengeluaran
a. Biaya Operasional 110,475,000 110,475,000 110,475,000
b. Penyusutan 12,808,950 12,808,950 12,808,950
c. Bunga 5,876,019 2,257,791 0
Total pengeluaran 129,159,969 125,541,741 123,283,950
3 Laba sebelum pajak 80,403,231 84,021,459 86,279,250
4 - Pajak (15%) 12,060,485 12,603,219 12,941,888
5 Laba rugi 68,342,746 71,418,240 73,337,363
6 Profit Margin 32.61% 34.08% 35.00%

 
58
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
7 BEP :
Nilai Penjualan (Rp. ) 28,677,755 28,677,755 28,677,755
Volume Penjualan (Kg) 1,593 1,593 1,593

Sumber : Data Primer, diolah

5.7 ANALISIS KELAYAKAN PROYEK

Proyeksi rugi laba dan analisis kelayakan proyek budidaya keramba


jaring apung selama umur ekonomi proyek (3 tahun) secara lengkap
ditunjukkan pada lampiran 1, lampiran 2 dan lampiran 3. Untuk
menganalisis kelayakan usaha keramba jaring apung ini dihitung dengan
kriteria Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), dan Net
Revenue Cost Ratio (Net R/C Ratio). Hasil perhitungan dapat dilihat pada
Tabel 5.9.

Tabel 5.9

Hasil Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung


Justifikasi
Kriteria Kelayakan Nilai Kelayakan
NPV Rp. 116.823.991,- > 0 (positif)
IRR 72,73% > 21%
Net R /C Ratio 2,01 >1

Sumber : Data Primer, diolah

Nilai IRR sebesar 72,73 % mengimplikasikan bahwa proyek ini layak


untuk dijalankan sampai tingkat suku bunga mencapai 72,73 %. Dengan
menggunakan discount rate 21%. Net R/C Ratio memiliki nilai 2,01.
Karena Net R/C lebih besar dari 1 maka usaha ini layak untuk
 
59
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
dilaksanakan. Net Present Value juga bernilai positif, yaitu Rp.
116.823.991,00 sehingga proyek layak dilaksanakan secara ekonomi.

5.8 ANALISIS SENSITIVITAS

Dalam analisis kelayakan proyek banyak asumsi yang digunakan.


Untuk menguji sensitivitas proyek terhadap perubahan asumsi
pendapatan dan biaya operasional, maka dilakukan analisis sensitivitas
dengan beberapa sekenario sebagai berikut:

Skenario 1, usaha mengalami penurunan pendapatan sedangkan biaya


operasional dan komponen lain tetap. Pendapatan dapat menurun jika
terjadi penurunan hasil produksi dan permintaan konsumen atau
penurunan harga jual produk.

Skenario 2, usaha mengalami kenaikan biaya operasional sedangkan


pendapatan dan komponen lain tetap/konstan. biaya operasional dapat
meningkat jika terjadi kenaikan harga sarana produksi, peralatan maupun
komponen-komponen biaya operasional lainnya.

Skenario 3, usaha mengalami penurunan pendapatan dan kenaikan


biaya operasional secara bersama-sama, yang mungkin terjadi karena
terjadi penurunan hasil produksi dan permintaan konsumen atau
penurunan harga jual produk dan diikuti oleh kenaikan biaya operasional
karena kenaikan harga sarana produksi, peralatan maupun komponen-
komponen biaya operasional lainnya. Hasil analisis sensitivitas untuk
skenario 1 secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.10.

 
60
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Tabel 5.10

Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Skenario 1

Kriteria Kelayakan Pendapatan Turun 3%

NPV Rp. 59.583.346


IRR 48,56%
Net R/C Ratio 1.52

Berdasarkan Tabel 5.10, dapat dilihat bahwa pada skenario 1


dengan asumsi terjadi penurunan penerimaan/pendapatan sampai
3% maka usaha ini masih layak untuk dilaksanakan dengan nilai IRR
yang masih lebih besar daripada tingkat suku bunga yaitu sebesar
48,56% nilai NPV yang masih positif yaitu sebesar Rp.
59.583.346,00 dan nilai Net R/C Ratio yang masih lebih besar
daripada 1 yaitu sebesar 1.52.

Adapun hasil analisis sensitivitas untuk skenario 2 selengkapnya


dapat dilihat pada Tabel 5.11.

Tabel 5.11

Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Skenario 2

Kriteria Kelayakan Biaya Operasional naik 4 %


NPV Rp.63.644.661
IRR 50.54%
Net R/C Ratio 1,55

 
61
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Berdasarkan Tabel 5.11 dapat dijelaskan bahwa pada skenario
2 dengan asumsi terjadi kenaikan biaya operasional sampai 4%
usaha ini masih layak untuk dilaksanakan karena nilai IRR yang
masih lebih besar daripada tingkat suku bunga yaitu sebesar
50.54% nilai NPV yang masih positif yaitu sebesar Rp.
63.644.661,00 dan nilai Net R/C Ratio yang masih lebih besar
daripada atau sama dengan 1 yaitu sebesar 1,55.

Sementara hasil analisis sensitivitas untuk Skenario 3 secara rinci


dapat dilihat pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12

Hasil Analisis Sensitivitas Usaha Skenario 3

Pendapatan Turun dan biaya operasional naik 4


Kriteria %
Kelayakan
Biaya Operasional Naik
NPV Rp.73.252.773
IRR 55.18%
Net R/C Ratio 1,64

Sebagaimana disajikan pada Tabel 5.12, bahwa pada skenario 3


yaitu adanya penurunan pendapatan dan kenaikan biaya
operasional secara bersama-sama dengan persentase sebesar 4%
maka usaha ini masih layak untuk dilaksanakan. Hal ini karena nilai
IRR yang masih lebih besar daripada tingkat suku bunga yaitu
sebesar 55,18% nilai NPV yang masih positif yaitu sebesar Rp.
73.252.773,00 dan nilai Net R/C Ratio yang masih lebih besar
daripada 1 yaitu sebesar 1,64.
 
62
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB VI
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN
DAMPAK LINGKUNGAN

6.1. ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL


Usaha budidaya ikan menggunakan keramba jaring apung dapat
meningkatkan pendapatan pembudidaya serta menciptakan lapangan
perkerjaan untuk ratusan pembudidaya, pembudidaya benih ikan,
distributor dan penjual ikan hasil budidaya keramba di berbagai tempat di
Provinsi Bengkulu. Penanaman jiwa kewirausahaan juga ikut berkembang
terutama dalam upaya peningkatan usaha ekonomi kreatif. Usaha
budidaya ikan keramba memberikan stimulus perekonomian yang akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bengkulu.
Keberadaan keramba di Waduk Ujan Mas, Kecamatan Ujan Mas,
memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian masyarakat.
Dapat dilihat, tingkat perekonomian masyarakat sekitar waduk cenderung
meningkat dalam waktu beberapa tahun belakangan ini sebesar antara
Rp. 500.000,00 s.d Rp. 1.000.000,00 per bulan.

Usaha KJA menciptakan perluasan kesempatan kerja, tenaga kerja


yang terlibat di keramba dari masyarakatrata-rata sebanyak 6 orang per
unit usaha. Disamping itu KJA mempunyai keterkaitan ke depan dan ke
belakang (forward and backward linkage) yang selanjutnya berdampak
pada peningkatan penyerapan tenaga kerja baru. Keterkaitan ke belakang
(backward linkage) dapat berupa usaha pembenihan, usaha pembuatan
pakan ikan (satu orang pembudidaya mulai membuat pakan ikan sendiri)
atau usaha lainnya yang berhubungan dengan sarana dan prasana

 
63
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
budidaya.Dengan semakin berkembangnya usaha KJA semakin banyak
membutuhkan bibit, sementara untuk saat ini pembenih masih relatif
kurang jumlahnya Di Kepahiang sudah terdapat 2 orang yang membuat
usaha pembenihan ikan nila. Hal ini dapat diartikan bahwa di masa yang
akan datang akan terbuka peluang usaha untuk pengadaan bibit, yang
berarti terciptanya lapangan kerja baru.

Sedangkan untuk keterkaitan ke depan (forward linkage)adalah wisata


kuliner ikan air tawar, industri pengolahan ikan seperti ikan asap, abon
ikan, ikan asin, tepung ikan dan lain lain. Di samping itu munculjuga
usaha wisata air (sampan wisata), serta munculnya para pedagang
disekitar lokasi keramba. Pola konsumsi rumahtangga pembudidaya
setelah adanya keramba menjadi lebih beragam dan setelah adanya usaha
keramba ikan ini juga menyebabkan tabungan rumah tangga menjadi
lebih besar.

Usaha budidaya ikan keramba dapat mengurangi kemiskinan dan


pengangguran, sebab dengan usaha ini pendapatan pembudidaya dan
masyarakat sekitarnya meningkat, serta adanya peluang usaha baru
(penyerapan tenaga kerja). Usaha budidaya ikan keramba jaring apung ini
juga telah membantu dan menggairahkan pembudidaya untuk
membentuk berbagai kelompok budidaya ikan. Keberadaan kelompok
budidaya ini sebagian telah meningkatkan fungsinya menjadi organisasi
ekonomi pembudidaya keramba ikan menjadi lebih profesional
(komersial). Keterlibatan masyarakat dalam kelompok pembudidaya ikan
keramba jaring apung ini dapat meningkatkan ketahanan sosial
masyarakat desa, dan membantu pengembangan daerah serta
mendukung usaha pemberdayaan masyarakat desa. Desa lebih dikenal
 
64
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
pihak luar dengan produk ikan keramba oleh pemerintah kabupaten,
LSM, swasta, bank dan lain-lain. Kesadaran terhadap pendidikan keluarga
pembudidaya setelah adanya keramba ikan jaring apung menjadi lebih
meningkat. Demikian pula kesadaran menularkan ilmu usaha keramba
jaring apung kepada orang lain juga meningkat.

6.2. DAMPAK LINGKUNGAN


Peraturan dan tindakan pemerintah yang berhubungan dengan
penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang membuat
perekonomian bekerja efisien serta bertahan dalam waktu yang tidak
terbatas, tidak menurunkan pola konsumsi agregat dan tidak membiarkan
lingkungan fiisik rusak serta tidak menimbulkan resiko yang besar bagi
generasi yang akan datang. Partisipasi masyarakat dalam menanggulagi
kerusakan lingkungan sangat diperlukan, sosialisasi pencemaran
lingkungan waduk dengan melibatkan masyarakat akan sangat
membantu mencegah pencemaran lingkungan. Efektivitas program
perbaikan lingkungan akan mencapai taraf yang optimal apabila
didukung oleh masyarakat secara keseluruhan. Usaha budidaya ikan
keramba jaring apung merupakan usaha yang bersifat ramah lingkungan.
Tingkat polusi dan pencemaran yang disebabkan dari usaha keramba
jaring apung ini tidak begitu besar, usaha budidaya keramba ikan ini juga
tidak menyebabkan polusi udara.

Namun, perlu diantisipasi dengan semakin banyaknya jumlah keramba


ikan jaring apung di waduk akan berdampak negatif pada air waduk, hal
ini akan berpengaruh terhadap kelesatarian air waduk. Hampir 20%
makanan yang diberikan pada ikan akan turun mengendap di dasar

 
65
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
waduk. Endapatn itu akan enghasilkan karbondioksida, amonia, dan
nitrogen yang akan memicu tumbuhnya bakteri dan plankton-plankton.
Ditambah lagi dengan bakteri-bakteri halus yang menempel pada insang
ikan yang membuat ikan sulit untuk bernafas dan akhirnya mati. Hal ini
perlu diketahui oleh masyarakat karena ini merupakan pengetahuan dasar
yang harus diketahui sebelum melakukan budidaya ikan menggunakan
keramba jaring apung.

Hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi kerusakan air waduk yang
disebabkan oleh keramba yaitu (Andrian Noza, 2011):

1. Memberikan penyuluhan pada para pembudidaya ikan agar


mereka lebih mendapatkan pengetahuan dalam mengelola
kerambanya.
2. Mengganti pakan ikan yang mengandung bahan-bahan yang
dapat merusak kelestarian air waduk dengan pakan iakan yang
mengandung bahan-bahan organik.
3. Melakukan “sistem 2 lapis” pada jala apung agar pakan ikan yang
tidak dimakan ikan-ikan pada lapisan pertama dapat dimakan oleh
ikan-ikan pada lapisan kedua.
4. Melakukan penyedotan tumpukan-tumpukan pakan ikan yang
mengendap di dasar waduk.
5. Pemerintah harus membuat peraturan dalam berkeramba, seperti
dibatasinya jumlah keramba dengan cara :

o Satu keluarga hanya boleh memiliki lima petak keramba.

6. Melarang beberapa tempat wisata untuk digunakan berkeramba


agar tempat- tempat wisata di waduk jadi bersih.

 
66
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Usaha budidaya keramba jaring apung di Provinsi Bengkulu layak


untuk dikembangkan selain dari perikanan laut. Luas potensi
perikanan budidaya tahun 2013 sebesar 26.244 ha, dengan keramba
jaring apung sebesar 733,6 ha.
2. Secara umum ukuran keramba jaring apung yang digunakan adalah
dengan ukuran 7 m x 7 m x 2 m dan ikan yang dibudidayakan adalah
jenis ikan nila. Dari responden yang ada sumber dana pembiayaan
paling banyak berasal dari dana sendiri dan pinjaman, mayoritas
pinjaman berasal dari perbankan.
3. Total modal per unit usaha (4 keramba) yang diperlukan untuk
budidaya keramba jaring apung yakni sebesar Rp. 115.043.000,00,
yang terdiri dari biaya investasi sebesar Rp. 78.218.000,00 dan
modal kerja sebesar Rp. 36.825.000,00.
4. Usaha budidaya keramba jaring apung sesuai dengan asumsi yang
ada menghasilkan NPV NPV Rp116.823.991,dengan nilai adalah IRR
72.73 %, Net RC Ratio 2.02 dan Pay Back Period (PBP) selama 1,70
tahun.
5. Usaha budidaya ikan keramba jaring apung dapat meningkatkan
pendapatan pembudidaya serta menciptakan lapangan pekerjaan
untuk ratusan pembudidaya, pembenih, distributor, dan penjual ikan
keramba di berbagai tempat di Provinsi Bengkulu. Hal ini terutama
dalam upaya peningkatan usaha ekonomi kreatif. Usaha budidaya
 
67
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
ikan keramba memberikan stimulus perekonomian yang akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Bengkulu. Usaha
budidaya ikan keramba berperan aktif dalam mengurangi kemiskinan
dan pengangguran.

SARAN

• Berdasarkan potensi sumberdaya yang tersedia, permintaan pasar,


aspek finansial, usaha KJA ini layak dibiayai dan dapat
menumbuhkan perekonomian masyarakat.

• Koordinasi dan informasi pasar perlu untuk ditingkatkan, dalam


mengantisipasi fluktuasi harga.

• Perlu kerjasama penataan sumberdaya alam sekitar lokasi, agar


dampak yang mungkin terjadi dalam pengelolaan sumberdaya
dapat lebih diantisipasi.

 
68
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
DAFTAR PUSTAKA

Budidaya Keramba Jaring Apung. Alamikan.com

Budidaya Ikan Air Tawar Dengan Sistem Keramba Jaring Apung (KJA)
bagian 2. Kolambi.. Wordpress.com/ 2009

Budidaya Ikan Air Tawar dengan Sistem Keramba Jaring Apung (KJA).

Budidaya Ikan Air Tawar dengan sistem Keramba Jarring Apung (KJA).

Pinginsukses.wordpress.Com.2009

Budidaya Ikan Nila Keramba Jaring Apung, Produksi Lebih Tinggi. www.
Bibitikan.net.2013

Bisnis Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung Dengan Keuntungan


Menggiurkan. www.teropongbisnis.com

Cara Membuat Keramba Jaring Apung Untuk Budidaya IkAN Nila.


www.azolla.web.id

Irmawan. 2014. Keramba Jaring Apung (Peluang, Masalah, dan Solusi).


www.m.kompasiana.com diunduh pada tanggal 8 – 12 – 2014.

 
69
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
LAMPIRAN

 
70
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
Lampiran 1. Asumsi Untuk Analisis Keuangan

NO Uraian Nilai Satuan


1 Umur proyek 3 Tahun
2 Bulan dalam 1 tahun 12 Bulan
3 Luas lahan 196 m2
3 Jumlah KJA 4 Unit
4 Luas keramba (7m x 7m) 49 m2
5 Kedalaman air pada kolam 2 M
6 Volume Kedalaman air pada Kja 98 Unit
7 Volume Kja 392 m3
8 Ukuran benih ikan nila disebar 8 – 12 Cm
9 Kepadatan tebar 50 ekor/m3 air
10 Jumlah benih ikan nila disebar 19600 Ekor
11 Jumlah pengelola 1 Orang
12 Jumlah pekerja 1 Orang
13 Tingkat mortalitas 1 Persen
14 Umur nila dipanen 4 Bulan
15 Jeda waktu antar siklus 30 Hari
Lama periode satu siklus(termasuk
4
16 jeda) Bulan
Kali dalam
3
17 Frekuensi panen ikan nila setahun
18 Ukuran ikan nila yang dipanen 5 ekor/kg
19 Konversi pakan terhadap berat nila 0.041 kali
20 Harga benih ikan nila per ekor 350 Rupiah/ ekor

 
71
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
21 Harga jual ikan nila (rata-rata) 18,000 rupiah/kg
22 Tingkat suku bunga Kredit 18% efektif
23 Jangka waktu kredit : Investasi 30 Bulan
Modal Kerja 30 Bulan
24 Gaji pengelola per bulan rupiah/bulan
25 Biaya tenaga kerja per bulan rupiah/bulan
Biaya pembuatan pondok jaga/
26 gudang 4,250,000 rupiah/m2

27 Harga rata-rata pakan ikan nila 10,000 rupiah/kg


28 biaya kerangka ,500,000 rupiah/m2
29 Biaya jarring 1,431,000 rupiah/m2
30 jumlah jarring 4 keramba/m2
31 Jumlah pelampung 4 Buah
32 Biaya pelampung 137,500 Rp.
33 biaya jangkar 25,000 Rp.
34 jumlah jangkar semen 4 buah
35 biaya ember 11,500 Rp.
36 Jumlah ember 4 buah
37 biaya tangguk 14,000 Rp.
38 Jumlah Tangguk 2 buah
39 Biaya Gayung 5,000 Rp.
40 Jumlah gayung 2 buah
41 biaya tabung oksigen 1,450,000 rupiah/ Unit

 
72
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
 

Lampiran 2. Biaya Investasi

Depresiasi
Komponen Biaya Volum Harga/ Umur
No Satuan Nilai (Rp) per Tahun Nilai Sisa
Investasi e Unit (Rp) (tahun)
(Rp)

A. Biaya Prasarana
1 Gudang/pondok jaga 15 m2 4,250,000 63,750,000 5 12,750,000 25,500,000
2 Pasang listrik 900 w 1 ls 750,000 750,000 3 250,000 0
3 Perijinan 1 ls 300,000 300,000 3 100,000 0
Total Biaya
Prasarana 64,800,000 13,100,000 25,500,000
B. Biaya Peralatan 0
1. Kerangka 4 unit 1,500,000 6,000,000 2 3,000,000 -3,000,000

2. Pelampung 4 buah 137,500 550,000 20 27,500 467,500

3. Jangkar 4 buah 25,000 100,000 10 10,000 70,000


4. Jaring unit 1,431,000 5,724,000 8 715,500 3,577,500

73
74
4
5. Pengikat 16 buah 60,000 960,000 5 192,000 384,000

6. serok/ tangguk 2 buah 14,000 28,000 5 5,600 11,200

7. Ember 4 buah 11,500 46,000 2 23,000 -23,000

8. Gayung 2 buah 5,000 10,000 2 5,000 -5,000


Total Biaya
Peralatan 13,418,000 3,978,600 1,482,200
Total Biaya
C. Investasi 78,218,000 17,078,600 26,982,200

 
 

Lampiran 3.Biaya Operasional

Komponen Biaya Harga Satuan Biaya 1 Biaya 1


No Volume Satuan
Operasional (Rp ) Siklus (Rp ) Tahun (Rp)

A. Biaya Tenaga Kerja


upah pembersihan dan
1. penyiapan KJA 4 orang bulan 0 0 0
2. upah penyebaran benih 4 orang bulan 0 0 0
3 upah pemberian pakan
4 upah pengawasan air
5. upah pengamanan KJA
6. upah pemanenan Ikan
7. upah pengemasan ikan
upah pengangkutan dari
8. KJA ke rumah
upah pengangkutan ke
9. pasar
10. biaya lainnya
Total Biaya Tenaga Kerja 0 0

75
76
B. Biaya Bahan
1. Benih 19,600 ekor/siklus 350 6,860,000 20,580,000
2. Pakan 160 kg/siklus 10,000 1,600,000 4,800,000
3 Kerangka 4 m2 6,000,000 24,000,000 72,000,000
2
4 Jaring 1 keramba/m 1,431,000 1,431,000 4,293,000
5 1 unit tabung Oksigen 1 1 paket 1,450,000 1,450,000 4,350,000
6 Pelampung 4 buah/siklus 137,500 550,000 1,650,000
7 Jangkar 4 buah/siklus 25,000 100,000 300,000
8 Ember 4 buah/siklus 11,500 46,000 138,000
9 Tangguk 2 buah/siklus 14,000 28,000 84,000
10 Gayung 2 buah/siklus 5,000 10,000 30,000
Total Biaya Bahan 36,075,000 108,225,000
C. Biaya listrik 4 bulan 150,000 600,000 1,800,000
D. Biaya Pemeliharaan 1 siklus 150,000 150,000 450,000
Total Biaya Operasional 36,825,000 110,475,000

 
 

Lampiran 4 Kebutuhan Kredit

Uraian Dana Pinjaman 70% (Rp) Dana Sendiri 30% (Rp) Jumlah Total (Rp)

Modal Investasi 54,752,600 23,465,400 78,218,000

Modal Kerja (1 Siklus) 25,777,500 11,047,500 36,825,000

Jumlah 80,530,100 34,512,900 115,043,000

Lampiran 5. Kredit Investasi

Saldo Pokok
Bunga Jumlah Angsuran (Rp
Tri Angsuran Pokok (Rp. ) Pinjaman
)
(Rp ) (Rp)
54,752,600
1 6,844,075 1,231,934 8,076,009 47,908,525

2 6,844,075 1,077,942 7,922,017 41,064,450

77
78
3 6,844,075 923,950 7,768,025 34,220,375

4 6,844,075 769,958 7,614,033 27,376,300

Tahun 1 27,376,300 4,003,784 27,376,300


5 6,844,075 615,967 7,460,042 20,532,225

6 6,844,075 461,975 7,306,050 13,688,150

7 6,844,075 307,983 7,152,058 6,844,075

8 6,844,075 153,992 6,998,067 0

Tahun 2 27,376,300 1,539,917


Total (3
54,752,600 5,543,701 60,296,301 0
Tahun)

 
 

Lampiran 6 Kredit Modal Kerja

Saldo Pokok Pinjaman


Pokok Angsuran Pokok Jumlah
Bulan ke Bunga (Rp) (Rp)
Pinjaman (Rp) (Rp ) Angsuran (Rp)

0 25,777,500 25,777,500
1 23,629,375 2,148,125 386,663 2,534,788 23,629,375
2 21,481,250 2,148,125 413,514 2,561,639 21,481,250
3 19,333,125 2,148,125 375,922 2,524,047 19,333,125
4 17,185,000 2,148,125 338,330 2,486,455 17,185,000
5 15,036,875 2,148,125 300,738 2,448,863 15,036,875
6 12,888,750 2,148,125 263,145 2,411,270 12,888,750
7 10,740,625 2,148,125 225,553 2,373,678 10,740,625
8 8,592,500 2,148,125 187,961 2,336,086 8,592,500
9 6,444,375 2,148,125 150,369 2,298,494 6,444,375
10 4,296,250 2,148,125 112,777 2,260,902 4,296,250
11 2,148,125 2,148,125 75,184 2,223,309 2,148,125
12 0 2,148,125 37,592 2,185,717 0
Total (1 Tahun) 25,777,500 2,867,747 28,645,247

79
80
Lampiran 7 Pendapatan

1 Siklus Faktor
Jumlah
Keterangan Satuan Pembagi/ Jumlah Satuan 1 Tahun Satuan
(3 Bulan) Siklus
Pengali

Jumlah
19,600 Ekor 99% 19,404 ekor 3 58,212 ekor
produksi (ekor)
Jumlah
19,404 Ekor 5 3,881 kg 3 11,642 kg
produksi (kg)*
Jumlah
pendapatan 3,881 Kg 18,000 69,854,400 rupiah 3 209,563,200 rupiah
(Rp. )

 
Lampiran 8 Rugi Laba

No Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3


1 Pendapatan 209,563,200 209,563,200 209,563,200
2 Pengeluaran
a. Biaya Operasional 110,475,000 110,475,000 110,475,000
b. Penyusutan 12,808,950 12,808,950 12,808,950
c. Bunga 5,876,019 2,257,791 0
Total pengeluaran 129,159,969 125,541,741 123,283,950
3 Laba sebelum pajak 80,403,231 84,021,459 86,279,250
4 - Pajak (15%) 12,060,485 12,603,219 12,941,888
5 Laba rugi 68,342,746 71,418,240 73,337,363
6 Profit Margin 32.61% 34.08% 35.00%
7 BEP :
Nilai Penjualan (Rp ) 28,677,755 28,677,755 28,677,755
Volume Penjualan (Kg) 1,593 1,593 1,593

81
82
 

Lampiran 9 Arus Kas

Tahun
No Uraian
0 1 2 3
1 Inflow
a. Pendapatan 209,563,200 209,563,200 209,563,200
b. Nilai Sisa 26,982,200
Sumber Dana
a. Dana sendiri 34,512,900
b. Kredit investasi 54,752,600
c. Kredit modal kerja 25,777,500
Jumlah 115,043,000 209,563,200 209,563,200 236,545,400
Inflow untuk IRR 209,563,200 209,563,200 209,563,200
2 Outflow
a. Biaya investasi 78,218,000
b. Biaya modal kerja 36,825,000
c. Biaya operasional 110,475,000 110,475,000 110,475,000
d. Angsuran pokok 53,153,800 27,376,300 -
e. Biaya bunga bank 5,876,019 2,257,791 -
f. Pajak - - -
Jumlah 115,043,000 169,504,819 140,109,091 110,475,000
Outflow untuk IRR 115,043,000 110,475,000 110,475,000 110,475,000
3 Total cashflow 40,058,381 69,454,109 126,070,400
4 Kumulatif cashflow 40,058,381 109,512,489 235,582,889
5 Cash untuk IRR (115,043,000) 99,088,200 99,088,200 126,070,400
6 Kumulatif CF 83,973,051 155,136,653 231,866,991
6 Discount Factor 1 0.847457627 0.71818443 0.608630873
7 Present Value (115,043,000) 83,973,051 71,163,602 76,730,338
8 Kumulatif PV (115,043,000) (31,069,949) 40,093,653 116,823,991
9 Kelayakan :
NPV Rp. 116,823,991
IRR 72.73%
Net RC ratio 2.02
PBP (thn) 1.70

83
84
Lampiran 11. Pendapatan turun 3 %

Tahun
No Uraian
0 1 2 3
1 Inflow
a. Pendapatan 203,276,304 203,276,304 203,276,304
b. Dana sendiri 4,512,900
c. Kredit investasi 54,752,600
d. Kredit modal
kerja 25,777,500
Jumlah 115,043,000 203,276,304 203,276,304 203,276,304
Inflow untuk IRR 203,276,304 203,276,304 203,276,304
2 Outflow
a. Biaya investasi 78,218,000
b. Biaya modal kerja 36,825,000
c. Biaya operasional 110,475,000 110,475,000 110,475,000
d. Angsuran pokok 53,153,800 27,376,300 -

 
e. Biaya bunga bank 5,876,019 2,257,791 -
f. Pajak 12,060,485 12,603,219 12,941,888
Jumlah 115,043,000 181,565,34 152,712,310 123,416,888
Outflow untuk IRR 115,043,000 122,535,485 123,078,219 123,416,888
3 Total cashflow 21,711,000 50,563,994 79,859,417
4 Kumulatif cashflow 21,711,000 72,274,994 152,134,411
5 Cash untuk IRR (115,043,000) 80,740,819 80,198,085 79,859,417
6 Kumulatif CF 68,424,423 126,021,439 174,626,346
6 Discount Factor 1 0.847457627 0.71818443 0.608630873
7 Present Value (115,043,000) 68,424,423 57,597,016 48,604,906
8 Kumulatif PV (115,043,000) (46,618,577) 10,978,439 59,583,346
9 Kelayakan :
NPV Rp. 59,583,346
IRR 48.56%
Net BC ratio 1.52
PBP (thn) 1.55 3 siklus

85
86
Lampiran 12 BOP Naik 4 %

Tahun
No Uraian
0 1 2 3
1 Inflow
a. Pendapatan 209,563,200 209,563,200 209,563,200
b. Dana sendiri 34,512,900
c. Kredit investasi 54,752,600
d. Kredit modal kerja 25,777,500
Jumlah 115,043,000 209,563,200 209,563,200 209,563,200
Inflow untuk IRR 209,563,200 209,563,200 209,563,200
2 Outflow
a. Biaya investasi 78,218,000
b. Biaya modal kerja 36,825,000
c. Biaya operasional 114,894,000 114,894,000 114,894,000
d. Angsuran pokok 53,153,800 27,376,300 -
e. Biaya bunga bank 5,876,019 2,257,791 -

 
f. Pajak 12,060,485 12,603,219 12,941,888
Jumlah 115,043,000 185,984,304 157,131,310 127,835,888
Outflow untuk IRR 115,043,000 126,954,485 127,497,219 127,835,888
3 Total cashflow 23,578,896 52,431,890 81,727,313
4 Kumulatif cashflow 23,578,896 76,010,786 157,738,099
5 Cash untuk IRR (115,043,000) 82,608,715 82,065,981 81,727,313
6 Kumulatif CF 70,007,386 128,945,896 178,687,661
6 Discount Factor 1 0.847457627 0.71818443 0.608630873
7 Present Value (115,043,000) 70,007,386 58,938,510 49,741,766
8 Kumulatif PV (115,043,000) (45,035,614) 13,902,896 63,644,661
9 Kelayakan :
NPV Rp. 63,644,661
IRR 50.54%
Net RC ratio 1.55
PBP (thn) 1.57 3 Siklus

87
88
Lampiran 13 BOP Naik 4 % dan Pendapatan Turun 4%

Tahun
No Uraian
0 1 2 3
1 Inflow
a. Pendapatan 209,563,200 209,563,200 209,563,200
b. Dana sendiri 34,512,900
c. Kredit investasi 54,752,600
d. Kredit modal kerja 25,777,500
Jumlah 115,043,000 209,563,200 209,563,200 209,563,200
Inflow untuk IRR 209,563,200 209,563,200 209,563,200
2 Outflow
a. Biaya investasi 78,218,000
b. Biaya modal kerja 36,825,000
c. Biaya operasional 110,475,000 110,475,000 110,475,000
d. Angsuran pokok 53,153,800 27,376,300 -
e. Biaya bunga bank 5,876,019 2,257,791 -
f. Pajak 12,060,485 12,603,219 12,941,888

 
Jumlah 115,043,000 181,565,304 152,712,310 123,416,888
Outflow untuk IRR 115,043,000 122,535,485 123,078,219 123,416,888
3 Total cashflow 27,997,896 56,850,890 86,146,313
4 Kumulatif cashflow 27,997,896 84,848,786 170,995,099
5 Cash untuk IRR (115,043,000) 87,027,715 86,484,981 86,146,313
6 Kumulatif CF 73,752,301 135,864,468 188,295,773
6 Discount Factor 1 0.847457627 0.71818443 0.608630873
7 Present Value (115,043,000) 73,752,301 62,112,167 52,431,305
8 Kumulatif PV (115,043,000) (41,290,699) 20,821,468 73,252,773
9 Kelayakan :
NPV Rp. 73,252,773
IRR 55.18%
Net RC ratio 1.64
PBP (thn) 1.60 3 siklus

89
 

Lampiran Rumus dan Cara Perhitungan Untuk Akses Aspek


Keuangan

1. Menghitung Jumlah Angsuran.

Angsuran kredit terdiri dari angsuran pokok ditambah dengan


pembayaran bunga pada periode angsuran. Jumlah angsuran pokok
tetap setiap bulannya. Periode angsuran (n) adalah adalah selama 36
bulan untuk kredit investasi dan 12 bulan untuk kredit modal kerja.

Cicilan pokok = Jumlah Pinjaman dibagi periode angsuran (n).

Bunga = i% x jumlah (sisa) pinjaman.

Jumlah angsuran = Cicilan Pokok + Bunga.

2. Menghitung Jumlah penyusutan/depresiasi dengan metode


garis lurus dengan nilai sisa 0 (nol)

Penyusutan = Nilai Investasi /Umur Ekonomis.

3. Menghitung Net Present Value (NPV).

NPV merupakan selisih antara present value dari revenue dan


present value dari biaya. Adapun rumus untuk menghitung NPV
adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Rt = Revenue atau keuntungan proyek yang diperoleh


90
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
pada tahun ke-t

Ct = Biaya atau ongkos yang dikeluarkan dari adanya


proyek pada tahun ke-t Tidak dilihat apakah biaya
tersebut dianggap merupakan modal atau dana
rutin/operasional.

I =Tingkat suku bunga atau merupakan social


opportunity cost of capital.

n = Umur Proyek.

Untuk menginterpretasikan kelayakan suatu proyek, dapat dilihat dari


hasil perhitungan NPV sebagai berikut:

a. Apabila NPV > 0 berarti proyek layak untuk dilaksanakan secara


finansial
b. Apabila NPV = nol, berarti proyel mengembalikan dananya
perssis sama besar dengan tingkat suku bunganya (bunganya
(Social Opportunity of Capital-nya).

c. Apabila NPV < 0, berarti proyek tidak layak untuk dilanjutkan


karena proyek tidak dapat menutupi social opportunity cost
of capital yang digunakan.

4. Menghitung Internal Rate of Return (IRR).

IRR merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek
sama dengan 0 (nol). IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat
keuntungan atas investasi bersih dari suatu proyek, sepanjang
setiap benefit bersih yang diperoleh secara otomatis ditanamkan

 
91
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat
keuntungan i yang sama dan diberi bunga selama sisa umur
proyek. Cara perhitungan IRR dapat didekati dengan rumus
dibawah ini :

Keterangan:

IRR = Nilai Internal Rate of Return, dinyatakan dalam %.

NPV1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil

NPV2 = Net Present Value kedua pada DF terbesar

i1 = Tingkat suku bunga /discount rate pertama.

i2 = Tingkat suku bunga /discount rate kedua.

Kelayakan suatu proyek dapat didekati dengan


mempertimbangkan nilai IRR sebagai berikut:

a. Apabila nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku
bunganya maka proyek tersebut layak untuk dikerjakan.

b. Apabila nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku
bunganya maka proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk
dikerjakan.

5. Menghitung Net R/C.

Net revenue-cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya


bersih suatu proyek adalah perbandingan sedemikian rupa
 
92
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
sehingga pembilangnya terdiri atas present value total dari
revenue bersih dalam tahun di mana revenue bersih itu bersifat
positif, sedangkan penyebut terdiri atas present value total dari
revenue bersih dalam tahun di mana revenue itu bersifat negatif.

Cara menghitung Net R/C dapat menggunakan rumus dibawah


ini:

Keterangan :

Net RC = Nilai revenue - cost ratio. NPV


R-C Positif. = Net present value positif. NPV
R-C Negatif. = Net present value negatif.

Hasil perhitungan Net R/C dapat diterjemahkan sebagai


berikut:

a. Apabila nilai Net R/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan.

b. Apabila nilai Net R/C < 1, maka proyek tidak layak untuk
dilaksanakan.

6. Menghitung Titik Impas (Break Even Point).


Titik impas atau titik pulang pokok atau Break Even Point (BEP)
adalah suat keadaan dimana tingkat produksi atau besarnya

 
93
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
pendapatan sama dengan besarnya pengeluaran pada suatu
proyek, sehingga pada keadaan tersebut proyek tidak
mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.
Terdapat beberapa rumus untuk menghitung titik impas yang
dapat dipilih, namun dalam buku ini digunakan rumus pada huruf
a, b dan c di bawah ini :

C. Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak dipisahkan maka


pencarian titik impas dapat menggunakan prinsip total
pendapatan = total pengeluaran.

Total Pendapatan = Harga x Jumlah produk yang dihasilkan.

Total Pengeluaran = Jumlah semua biaya yang diperlukan


proyek.

Jadi harga produk x jumlah produk yang dihasilkan = Total


Pengeluaran.

 
94
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
7. Menghitung PBP (Pay Back Period atau Lama
Pengembalian Modal)

PBP digunakan untuk memperkirakan lama waktu yang


dibutuhkan proyek untuk mengembalikan investasi dan modal
kerja yang ditanam.

Cara menterjemahkan PBP untuk menetapkan kelayakan suatu


proyek adalah sebagai berikut:

a. Apabila nilai PBP lebih pendek dari jangka waktu proyek


yang ditetapkan maka suatu proyek dinyatakan layak.

b. Apabila nilai PBP lebih lama dari jangka waktu proyek maka
suatu proyek dinyatakan tidak layak.

8. Menghitung Discount Factor (DF).

DF dapat didefinisikan sebagai: “Faktor yang dipergunakan untuk


memperhitungkan nilai sekarang dari suatu jumlah yang
diterima di masa dengan mempertimbangkan tingkat bunga
yang berlaku atau disebut juga“ faktor nilai sekarang (present
worth factors)” DF diperhitungkan apabila suatu proyek bersifat
multi-period atau periode lebih dari satu kali. Dalam hal ini
periode lazim diperhitungkan dengan semester atau tahun. Nilai
dari DF berkisar dari 0 sampai dengan 1

Cara memperhitungkan DF adalah dengan rumus sebagai berikut:

 
95
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014
r = suku bunga

n = tahun 0, 1, ……….. n ; sesuai dengan tahun proyek

 
96
Keramba Jaring Apung (KJA) Provinsi Bengkulu 2014

Anda mungkin juga menyukai