Anda di halaman 1dari 7

Dauru as syababu fi hamili risalatil Islam (peranan pemuda di dalam membawa risalah

Islam) menjelaskan beberapa potensi yang dimiliki pemuda (pelajar) sehingga dengan
potensi yang dimiliki pemuda dapat dikembangkan melalui pembekalan seperti tarbiyah.
Potensi pemuda ini dapat digerakkan hingga mencapai objektif yang dikehendaki.
Peranan pemuda dirasakan penting karena pemuda mempunyai beberapa potensi
misalnya bathul himmah fi at tasaaulat (membangkitkan himmah di dalam menimbulkan
persoalan), naqlul ajyaal (memindahkan generasi), istibdaalul ajyal (menukar generasi),
tajdid maknawiyah al ummah (memperbaharui maknawi ummat) dan anasir ishlah
(unsur perubah)..............................................................................................................
Tazawwud (membekalkan) pemuda agar potensinya berkembang melalui at tarbiyah al
fitriah, al hikmah wal ilmu dan pembentukan as syakhsiyah al qiyadiyah al jundiyah.
Dengan keadaan demikian maka (ter)wujud pemuda-pemuda yang bergerak (at taharuk).

Hasiyah
1. Dauru as syababu fi hamili risalati Islam........................................................................
Syarah

o Risalah Islam atau apapun bentuk mesej perubahan hanya dapat dilaksanakan oleh
para pemuda. Sepanjang perjalanan sejarah manusia dari nabi Adam As hingga kepada
Nabi SAW dan diteruskan hingga hari ini membuktikan bahwa perubahan-perubahan
senantiasa dipelopori oleh pemuda. Pemuda yang potensial di masa sekarang ini adalah
mereka yang berkumpul sebagai pelajar/mahasiswa..................................................
2. Bathul himmah fi at tasaaulat (membangkitkan himmah dalam menimbulkan
persoalan)

o Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS dan nabi-nabi lainnya yang masih
pemuda seringkali memberikan persoalan dan kritik kepada apa saja yang berlaku di
sekitarnya. Para pemuda kerap menimbulkan pertanyaan terhadap perkara-perkara yang
tidak betul, tidak benar dan tidak adil. Keadaan yang tidak sesuai ini biasanya dijadikan
sebagai suatu tempat kritikan atau persoalan pemuda. Potensi membangkitkan suatu
persoalan ini adalah ciri pertama kenapa pemuda ini dapat melakukan perubahanrlu
selalu dimunculkan sehingga dapat menjadikan sesuatu yang tidak baik diusahakan
perbaikannya.

3. Naqlul ajyaal (generasi penerus)

o Generasi tua atau generasi pemegang kepimpinan di dalam kerajaan, dakwah atau
masyarakat tentunya akan semakin tua dan mungkin mati. Keadaan demikian perlu ada
generasi penerus yang menggantikan peranan pemimpin sebelumnya. Keadaan ini
adalah suatu yang logis. Siapakah penggantinya maka jawabannya adalah pemuda atau
pelajar yang potensial. Kepemimpinan, kerajaan dan sebagainya perlu dilanjutkan ke
generasi berikutnya.

4. Istibdaalul ajyal (generasi pengganti)......................................................................


Syarah
o Memindahkan generasi berarti menggantikan pemimpin sebelumnya dengan
meneruskan semua program-program yang telah dirancang sebelumnya. Manakala
menukar generasi disebabkan generasi berikutnya tidak baik atau kurang berjaya
sehingga diperlukan penukaran generasi kepada generasi yang baru. Allah SWT
menyebutkan bahwa orang yang tidak beriman ini akan digantikan oleh orang yang
beriman, begitu juga yang terjadi di negara atau kerajaan, dimana raja atau PM/presiden
tidak berbuat adil, jujr dan amanah maka kepemimpinan sebelumnya perlu diganti oleh
yang baru.

5. Tajdid maknawiyah al ummah (memperbaharui maknawi ummat)..........................


Syarah
o Siapakah yang dapat bergerak untuk memperbaharui maknawiyah ummah.
Jawabannya adalah pemuda atau pelajar. Pemuda dengan potensi yang dimiliki,
semangat yang berkobar-kobar, jasad yang kuat, pemikiran yang cerdas dapat
memperbaharui maknawiyah ummat. Usaha pembaharuan ini adalah dengan
memberikan dakwah, tarbiyah dan jihad. Usaha-usaha pemuda demikian dapat
memperbaharui maknawiyah ummat.

6. Anasir al islah (unsur perubah)..................................................................................


Syarah

o Pemuda dengan potensi yang dimilikinya juga mempunyai unsur perubah. Unsur
perubah ketidakadilan, kejahiliyahan, kesesatan, kemusyrikan dan sebagainya dapat
dirubah oleh pemuda ini. Pemuda dengan unsur perubahnya dapat efektif menjalankan
peranan secara baik.

AKHLAK ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN MURID TERHADAP GURU

Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu alkhulq, al-khuluq yang mempunyai arti watak, tabiat.

Secara istilah akhlak menurut Ibnu Maskawi adalah sesuatu keadaan bagi jiwa yang

mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan

pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang

diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui
pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan

akhlak.

A. Akhlak terhadap orang tua

Orang tua adalah penyebab perwujudan kita. Kalaulah mereka itu tidak ada, kitapun tidak

akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan kenikmatan

yang tak terhingga banyaknya., plus berbagi rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang kita

raih. Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih paya mereka untuk menghindarkan

bahaya dari diri kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka

memberikan kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka

memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang sulit kita bayangkan.

Dengan demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak

mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan tidak bisa

diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk allah

mempunyai peranan yang sangat besar, tentunya siapa tahu pula bagaimana harus berbuat

baik kepada orang yang semestinya diperlakukan dengan baik., bersikap mulia terhadap

orang yang telah membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan

kenikmatan sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan

berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang\orang yang

bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan

diterimanya.

1. Kewajiban kepada ibu

Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung, maka bapak pun

merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya dan menyekolahkannya,

disanping dusaha ibu. Kalau mulai menganduna sampai masa muhariq (masa dapat

membedakan mana yang baik dan buruk), seorang ibu sangat berperan, maka setelah mulai

memasuki masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya dan

mempertumbuhkannya menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu

dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah

terhadap putranya, maka secara perbandingan, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat

tugas ibu dari pada tugas ayah. Coba bandingkan, banyak sekali yang tidak bisa dilakukan

oleh seorang ayah terhadap anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang dapat mengatasinya

tetapi sebaliknya banyak tugas ayah yang bisa dikerjakan oleh seorang ibu. Barangkali
karena demikian inilah maka penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan berarti ayahnya

tidak dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu daripada mendahulukan ayahnya

dalam cara memuliakan orang tua.

2. Berbuat baik kepada ibu dan ayah, walaupun keduanya lalim

Seorang anak menusut ajaran islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya, dalam

keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai si anak menyinggung perasaan orang

tuanya, walaupun seandainya orang tua berbuat lalim kepada anaknya, dengan melakukan

yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas,

mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya, allah tidak meridhainya sehingga

orang tua itu meridhainya.

Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan aniaya kepada ananya.

Kalaulah itu terjadi penaniayaan kepada orang tua kepada anaknya adalah disebakan

perbuatan si anak itu sendiri yang menyebabkan marah dan aniayanya orang tua kepada

anaknya. Didalam kasus demikian seandainya si orang tua marh kepada anaknya dan

berbuat aniaya sehingga ia tiada ridha kepada anaknya, allah pun tidak meridhai si anak

tersebut lantaran orang tua.

3. Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah

Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang kuat terhadap sikap si anak.

Dalam hal berkata pun demikian. Apabila si ibu sering menggunakan kata-kata halus kepada

anaknya, si anak pun akan berkata halus. Kalau si ibu atau ayah sering mempergunakan

kata-kata yang kasar, si anakpun akan mempergunakan kata-kata kasar, sesuai yang

digunakan oleh ibu dan ayahnya. Sebab si anak mempunyai insting menir yang lebih mudah

ditiru adalah orang yang terdekat dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya. Agar anak

berlaku lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik dan diberi contoh

sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana sianak berbuat, bersikap, dan berbicara. Kewajiban

anak kepada orang tuanya menurut ajaran islam harus berbicara sopan, lemah-lembut dan

mempergunakan kata-kata mulia.

4. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang sudah tiada. Dalam hal

ini menurut tuntunan ajaran islam sebagaimana yang disiarkan oleh rasulullah dari Abu usaid

Artinya : Abu usaid berkata

:”kami pernah berada pada suatu majelis bersama nabi, seorang bertanya kepada rasulullah:

wahai rasulullah, apakah ada sisa kebajikan setelah keduanya meninggal dunia yang aku

untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada kedua orang tuaku. “rasulullah bersabda: ”ya, ada

empat hal :mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya, menempati /

melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua orang tua, dan

bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali karena kedua orang

tua.

Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila beliau-beliau

itu sudah tiada yaitu:

 Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada allah dari

segala dosa orang tua kita.

 Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji

kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji

tersebut. Umpamanya beliau akan naik haj, yang belum sampai melaksanakannya.

Maka kewajiban anaknya menunaikan haji orang tua tersebut.

 Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu atau ayah

mempunyai teman akrab, ibu atau ayah saling tolong-menolong dengan temannya

dalam bermasyarakat. Maka untuk berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita

yang telah tiada, selain tersebut di atas, kita harus memuliakan teman ayah dan ibu

semasa ia masih hidup.

 Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena kedua orang

tua. Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih

hidup, maka hal itu termasuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita yang sudah

meninggal dunia.

Tetapi bagaimana jikalau kita ingin berbuat baik kepada ibu dan ayah serta patuh

terhadapnya, terkadang perintah yang di berikannya tidak sesuai dengan ketentuan islam.

Adapun cara menghadapi perintah kedua orang tua yang bertentanga dengan ajaran islam:
 Jika suatu saat kamu disuruh berbohong oleh ibu atau ayah, sebaiknya katakan

kepada keduanya bahwasanya allah melihat kita.

 Jangan sekali-kali membantah perintah orang tua dengan nada kesal dan ngotot,

sebab tidak akan mambuahkan hasil. Akan tetapi hadapi dengan tenang dan penuh

keyakinan dan percaya diri.

 Ayah dan ibu itu manusia biasa yang tak luput dari kesalaha dan kekurangan. Jangan

posisikan kedua orang tua seperti nabi yang tak pernah berbuat salah. Maafkan

mereka, bila kita anggap cara dan perintah orang tua bertentangan dari hati nurani

atau nilai-nilai yang kamu yakini kebenarannya.

B. Akhlak murid terhadap guru

Guru merupakan orang yang bejasa terhadap sang murid.dengan kata lain guru merupakan

orang yang mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada murid diluar bimbingan

orang tua dirumah,sehingga akhlakul karima terhadap guru perlu di rerapkan sebagaimana

akhlak kita terhadap orang tua.

Adapun kode etik terhadap guru meliputi :

Ibn jama’ah menyusun kode etik yaitu:

 Murid harus mengikuti guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian,

berwibawa, santun dan penyayang. Ia tidak mengikuti guru yang tinggi ilmunya tetapi

tidak saleh, tidak waras, atau tercela akhlaknya.

 Murid harus mengikuti dan mematuhi guru. Menurut ibn jama’ah rasa hina dan kecil

di depan guru merupakan pangkal keberhasilan dan kemuliaan. Ia memberikan

umpama lain, yaitu penuntut ilmu ibarat orang lari dari kebodohan seperti lari dari

singa ganas. Ia percaya kepada orang penunjuk jalan lari.

 Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang yang

berhasil hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti

menghormati guru.

 Murid harus mengingat hak guru atas dirinya sepanjang hayat dan setelah wafa. Ia

menghormati sepanjang hidup guru, meski wafat. Murid tetap mengamalkan dan

mengembangkan ajaran guru.


 Murid bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya

berusaha untuk memaafkan perlakuan kasar, turut memohon ampun dan bertaubat

untuk guru.

 Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah ia

mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari. Ia memperoleh keselamatan

dunia dan akhirat. Meskipun guru menyampaikan informasi yang sudah di ketahui

murid, ia harus menunjukan rasa ingin tahu tinggi terhadap informasi.

 Murid tidak mendatangi guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri

maupun bersama orang lain. Jika telah meminta izin dan tidak memperoleh. Ia tidak

boleh mengulangi minta izin. Jika ragu apakah guru mendengar suaranya, ia bisa

mengulanginya paling banyak tiga kali.

 Harus duduk sopan didepan guru. Missalnya, duduk bersila dengan tawadu’, tenang,

diam, posisi duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, atentif terhadap

perkataan guru sehingga tidak membuat guru mengulangi perkataan. Tidak di

benarkan berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru berbicara

kepadanya.

 Bekomunikasi dengan guru secara santun dan lemah- lembut. Ketika guru keliru baik

khilaf atau karena tidak tahu, sementara murid mengetahui, ia harus menjaga

perasaan agar tidak terlihat perubahan wajahnya. Hendaknya menunggu sampai guru

menyadari kekeliruan. Bila setelah menunggu tidak ada indikasi guru menyadari

kekeliruan, murid mengingatkan secara halus.

 Jika guru mengungkapkan satu soal, atau kisah atau sepenggal sair yang sudah

dihafal murid, ia harus tetap mendengarkan dengan antusias, seolah-olah belum

pernah mendengar.

 Murid tidak boleh menjawab pertanyaan guru meskipun mengetahui, kecuali guru

memberi isyaratia memberi jawaban.

 Murid harus mengamalkan tayamun (mengutamakan yang kanan). Ketika memberi

sesuatu kepada guru. Harus menjaga sikap wajar, tidak terlalu dekat hingga jaraknya

terkesan mengganggu guru. Tidak pula terlalu jauh hingga harus merentangkan

tangan secara berlebihan yang mengesankan kurang serius

Anda mungkin juga menyukai