Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KEPEMIMPINAN DAN BERPIKIR

SISTEM KESEHATAN MASYARAKAT


“KONSEP KEPEMIMPINAN KESEHATAN MASYARAKAT”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :


1. JESIKA TAMPA 17704003 C
2. VISCHER WODEK 17704069 A
3. GABRIELA LELE 17704039 A
4. CLAUDIA MONINGKA17704052 C
5. SELLY LINELEYAN 17704019 D
6. CORNELIA TEMPO 17704084 C

DOSEN : Prof. Dr. ACHMAD PATURUSI, M.KES, AIFO

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2019

1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami,sehingga kami kelompok 6 dapat menyelesaikan
makalah tentang Konsep Kepemimpinan Kesehatan Masyarakat dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Kepemimpinan dan
Berpikir Sistem Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Achmad Paturusi, M.kes, AIFO yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kelompok kami berharap dengan membaca makalah ini, dapat memberi manfaat
bagi kita semua. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik.

Tondano, Oktober 2019

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai
ataupun kelompok, karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalannya ditentukan oleh
kepemimpinan dalam organisasi atau kelompok tersebut. Setiap terbentuknya suatu kelompok
akan memiliki orang yang diikuti dan orang yang mengikuti. Dari awal terbentuknya suatu
kelompok, seseorang atau beberapa orang diantara para anggota kelompok melakukan
peranan yang lebih aktif dari pada rekan-rekannya, sehingga akan muncul sosok yang lebih
menonjol dalam kelompok tersebut. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam
kehidupan manusia. Pemimpin senantiasa akan muncul sejalan dengan peradaban manusia
dari masa ke masa, dimana saja, dalam keadaan bagaimanapun juga. Seseorang yang
memiliki semangat dan pengetahuan dalam bidang kesehatan dan masyarakat yang lebih
unggul dari anggota lainnya dapat mengemban amanah sebagai pemimpin organisasi
kesehatan masyarakt untuk dapat memajukan organisasi dan mempertahankan kepemimpinan
kesehatan masyarakat. Maka dari itu, seorang tenaga kesehatan masyarakat perlu memahami
tentang konsep kepemimpinan kesehatan masyarakat, agar senantiasa bisa menjadi pembuat
kebijakan yang berhubungan denga kesehatan, dan memimpin organisasi yang berkaitan
dengan kesehatan seperti : puskesmas, dinas kesehatan, dan rumah sakit.
Pemimpin kesehatan masyarakat sangat di yakini akan mempengaruhi Tatanan kesehatan
masyarakat. Pemimpin kesehatan masyarakat memperoleh instrumen dan keterampilan dari
memonitoring kesehatan masyarakat yang efektif. Pemimpin dalam kesehatan masyarakat
tidak hanya berfungsi dalam organisasi kesehatan masyarakat, mereka juga berfungsi antar
organisasi. Selain itu, pemimpin kesehatan masyarakat mempraktikkan kepemimpinan
mereka dalam tatanan komunitas. Pengembangan kepemimpinan juga merupakan cara
untuk menghubungkan akademik kesehatan masyarakat dengan praktik kesehatan masyarakat
karena informasi mengintegrasikan pengetahuan riset dengan realitas praktik kesehatan
masyarakat. pemimpin dalam kesehatan masyarakat harus bekerja dalam paradigma
yang mengatur kesehatan masyarakat, namun hal tersebut bukan berarti bahwa mereka tidak
dapat mengubah paradigma tersebut. Pemimpin mengusulkan paradigma baru ketika
paradigma lama kehilangan keefektifannya. Kepemimpinan kesehatan masyarakat
mencakup komitmen terhadap masyarakat dan nilai yang melingkupinya.
Kepemimpinan kesehatan masyrakat juga mencakup komitmen terhadap keadilan
sosial, namun, pemimpin kesehatan masyarakat tidak boleh membiarkan komitmen tersebut
mengurangi kemampuan mereka untuk menjalani agenda kesehatan masyarakat yang
telah disusun dengan baik. Selain itu, pemimpin dalam kesehatan masyarakat harus
bekerja dalam paradigma yang mengatur kesehatan masyarakat, namun hal tersebut
bukan berarti bahwa mereka tidak dapat mengubah paradigma tersebut. Pemimpin
mengusulkan paradigmabaru ketika paradigma lama kehilangan keefektifannya. Dari uraian
di atasakan dibahas lebih lanjut mengenai kepemimpinan dalam puskesmas.

4
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep?
2. Apa itu kepemimpinan ?
3. Apa itu kesehatan masyarakat?
4. Apa yang dimaksud dengan konsep kepemimpinan kesehatan masyarakat?
5. Bagaimana aplikasi kepemiminan kesehatan masyarakat dalam pembangunan dan
sistem kesehatan?

C. Tujuan
- Tujuan umum : untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah kepemimpinan dan
berpikir sistem kesehatan masyarakat.
- Tujuan khusus :
1) Untuk mengetahui apa itu konsep
2) Untuk mengetahui apa itu kepemimpinan
3) Untuk mengetahui apa itu kesehatan masyarakat
4) Untuk mengetahui dan memahami konsep kepemimpinan kesehatan
masyarakat
5) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana aplikasi kepemimpinan
kesehatan masyarakat dalam pembangunan dan sistem kesehatan

5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian konsep
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami.
Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan
penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia.
Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu
kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun
dari berbagai macam karakteristik.
- Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), ada beberapa pengertian konsep sebagai
berikut : rancangan atau buram surat dan sebagainya; ide atau pengertian yang diabstrakkan
dari peristiwa konkret gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar
bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.

- Soedjadi (2000:14)
Arti konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau
penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata
(lambang bahasa).

-Umar (2004:51)
Definisi konsep adalah sejumlah teori yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan
dengan menggolongkan dan mengelompokkan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri-ciri
yang sama.

2. Pengertian kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis yang
mencakup kemampuan seseorang atau sebuah organisasi untuk "memimpin" atau
membimbing orang lain, tim, atau seluruh organisasi. Dalam perkembangan zaman,
kepemimpinan itu secara ilmiah kemudian berkembang, bersamaan dengan pertumbuhan
scientific management (manajemen ilmiah), yang dipelopori oleh ilmuan Frederick W.Taylor
pada awal abad ke-20 dan kemudian hari berkembang menjadi satu ilmu kepemimpinan
(Kartono, 2010). Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan
mempengaruhi prilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sutarto, 1991).

Kepemimpinan adalah kreativitas dalam tindakan atau kemampuan untuk menciptakan


sesuatu yang baru (creativity in action) (Rowitz, 2009).
Kepemimpinan adalah sebagai sebuah proses di mana individu mempengaruhi
kelompok individu untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2004).
Cara pemimpin mempengaruhi bawahan dapat bermacam-macam, antara lain dengan
memberikan gambaran masa depan yang lebih baik, memberikan perintah, memberikan
imbalan, melimpahkan wewenang, mempercayai bawahan, memberikan penghargaan,
memberikan kedudukan, memberi tugas, memberi tanggung jawab, memberikan kesempatan
mewakili, mengajak, membujuk, meminta saran, meminta pendapat, meminta pertimbangan,

6
memberikan kesempatan berperan, memenuhi keinginannya, memberikan motivasi,
membela, mendidik, membimbing, memberikkan petunjuk, memelopori, mengantarkan,
mengobarkan semangat, menegakkan disiplin, memberikan teladan, mengemukakan gagasan
baru, memberikan arah, memberikan keyakinan, mendorong kemajuan, menciptakan
perubahan, memberikan ancaman, memberikan hukuman dan lain-lain (Sutarto, 1991).
Kepemimpinan dan nilai kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat alamnya dan
pengalaman saja, tetapi pada penyiapan secara analisis, perencanaan, penyelidikan,
percobaan, supervisi dan pengembangan secara sistematis yang diperoleh melalui pelatihan
dan pendidikan (Kartono, 2010). Dalam organisasi, pemimpin terbagi dalam tiga strata utama
yakni:

1. Top manager: yang tekanan tugasnya pada pelaksanaan administrasi dalam menyusun
rencana, policy dan laporan terdiri dari pada direksi.

2. Middle Manager: eksekutif pelaksanaan rencana dan policy organisasi terdiri dari para
kepala bagian.

3. Low Manager: eksekutif di lapangan yang terdiri dari kepala-kepala unit pelaksana, para
pengawas di lapangan (Ardana, 2012).

Menurut para ahli :

Pengertian Kepemimpinan Menurut George R. Terry (1972:458):

Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan


mencapai tujuan organisasi.

Pengertian Kepemimpinan Menurut Ralph M. Stogdill dalam Sutarto (1998b:13):

Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan sekelompok


orang yang terorganisasi dalam usaha mereka menetapkan dan mencapai tujuan.

Pengertian Kepemimpinan Menurut Sutarto (1998b:25):

Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan


mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengertian Kepemimpinan Menurut Stoner:

Kepemimpinan adalah suatu proses mengenai pengarahan dan usaha untuk


mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota kelompok.

Pengertian Kepemimpinan Menurut Hemhiel dan Coons (1957:7):

Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-


aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama (shared goal).

7
Pengertian Kepemimpinan Menurut Rauch dan Behling (1984:46):

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok


yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan.

Pengertian Kepemimpinan Menurut Jacobs dan Jacques (1990:281):

Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti terhadap usaha kolektif, dan
mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.

Pengertian Kepemimpinan Menurut Wahjosumidjo (1987:11):

Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu yang melekat pada diri seorang
pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti:
kepribadian (personality), kemampuan (ability) dankesanggupan (capability). Kepemimpinan
juga sebagai rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan
kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah
proses antar hubungan atau interaksi antara pemim pin, pengikut, dan situasi.

Koontz & O’donnel

mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang


sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.

Wexley & Yuki (1977),

kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha


mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.

Georger R. Terry,

kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha


mencapai tujuan bersama.Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan
berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang.
Dari keempat definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudut pandangan yang dilihat oleh
para ahli tersebut adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan
bersama.
Definisi lain, para ahli kepemimpinan merumuskan definisi, sebagai berikut:

Fiedler (1967),

kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu


yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja
bersama-sama untuk mencapai tujuan.

John Pfiffner,

kepemimpinan adalah kemampuan mengkoordinasikan dan memotivasi orang-orang


dan kelompok untuk mencapai tujuan yang di kehendaki.

8
Davis (1977),

mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak orang lain


mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat.

Ott (1996),

kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses hubungan antar pribadi yang di


dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku orang lain.

Locke et.al. (1991),

mendefinisikan kepemimpinan merupakan proses membujuk orang lain untuk


mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama Dari kelima definisi ini, para ahli ada
yang meninjau dari sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan mengkoordinasi,
memotivasi, kemampuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi orang lain.

Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003)

Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar
mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang
lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.

Menurut Young (dalam Kartono, 2003)

Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan


pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang
berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi
situasi yang khusus.

Moejiono (2002)

memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah,
karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya
dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung
memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung
dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin
(Moejiono, 2002).

Ordway Tead (1929)

Kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu


mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.

Rauch & Behling (1984)

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang


diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.

9
Katz & Kahn (1978)

Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada
diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.

Hemhill & Coon (1995)

Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-


aktifitas suatu kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).

William G.Scott (1962)

Kepemimpinan adalah sebagai proses mempengaruhi kegiatan yang diorganisir dalam


kelompok di dalam usahanya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.

Stephen J.Carrol & Henry L.Tosj (1977)

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang-orang lain untuk melakukan apa


yang kamu inginkan dari mereka untuk mengerjakannya.

Dr. Thomas Gordon “ Group Centered Leadership”. A way of releasing creative


power of groups.

Kepemimpinan dapat dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi antara seseorang


dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan anggota-anggota kelompok setiap
peserta didalam interaksi memainkan peranan dan dengan cara-cara tertentu peranan itu harus
dipilah-pilahkan dari suatu dengan yang lain. Dasar pemilihan merupakan soal pengaruh,
pemimpin mempengaruhi dan orang lain dipengaruhi.

, Weschler,& Massarik (1961)

Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam situasi tertentu,
serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan
tertentu.

P. Pigors (1935)

Kepemimpinan adalah suatu proses saling mendorong melalui keberhasilan interaksi


dari perbedaan perbedaan individu, mengontrol daya manusia dalam mengejar tujuan
bersama.

Kartini Kartono (1994 : 48)

Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi satu situasi khusus. Sebab
dalam suatu kelompok yang melakukan aktivitas¬aktivitas tertentu, dan mempunyai suatu
tujuan serta peralatan¬peralatan yang khusus. Pemimpin kelompok dengan ciri-ciri
karakteristik itu merupakan fungsi dari situasi khusus.

G U. Cleeton dan C.W Mason (1934)

10
Kepemimpinan menunjukan kemampuan mempengaruhi orang-orang dan mencapai
hasil melalui himbauan emosional dan ini lebih baik dibandingkan dengan penggunaan
kekuasaan.

Locke & Associates (1997)

Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses membujuk (inducing) orang-orang


lain untuk mengambil langkah menuju sasaran bersama .

John W. Gardner (1990)

Kepimpinan sebagai proses Pemujukan di mana individu-individu meransang


kumpulannya meneruskan objektif yang ditetapkan oleh pemimpin dan dikongsi bersama
oleh pemimpin dan pengikutnya.

Theo Haiman & William G.Scott (1974)

Kepemimpinan adalah proses orang-orang diarahkan ,dipimpin, dan dipengaruhi


dalam pemilihan dan pencapaian tujuan.

Duben (1954)

Kepemimpinan adalah aktifitas para pemegang kekuasaan dan membuat keputusan.

F.A.Nigro(1965)

Inti kepemimpinan adalah mempengaruhi kegiatan orang-orang lain.

Reed (1976)

Kepimpinan adalah cara mempengaruhi tingkah laku manusia supaya perjuangan itu
dapat dilaksanakan mengikut kehendak pemimpin.

G.L.Feman & E.K.aylor (1950)

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok mencapai


tujuan organisasi dengan efektifitas maksimum dan kerjasama dari tiap-tiap individu.

James M. Black (1961)

Kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya


bekerjasama dibawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan tertentu.

Harold Koontz (1989)

Pengaruh, seni,atau proses mempengaruhi orang-orang sehingga mereka akan


berusaha mencapai tujuan kelompok dengan kemauan dan antusiasme.

R.K. Merton “ The Social Nature of Leadership”, American Journal of Nuns, 1969.

11
Kepemimpinan sebagai suatu hubungan antar pribadi dalam mana pihak lain
mengadakan penyesuaian karena mereka berkeinginan untuk itu, bukannya karena mereka
harus berbuat demikian.

Ada 3 macam pendekatan teori kepemimpinan, yaitu:

1.Pendekatan teori sifat kepemimpinan.

Teori sifat kepemimpinan juga berpendapat bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan
diciptakan artinya seseorang telah membawa bakat kepemimpinan sejak dilahirkan bukan
dididik atau dilatih. Pemimpin yang dilahirkan tanpa pendidikan dan latihan sudah dapat
menjadi pemimpin yang efektif. Pelatihan kepemimpinan hanya bermanfaat bagi mereka
yang memang telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan (Sulaiman, 2011).

2.Pendekatan teori perilaku atau gaya/tipe kepemimpinan.

Teori gaya kepemimpinan berasumsi bahwa kemampuan untuk memimpin dan


kemauan untuk mengikuti didasarkan atas perilaku pemimpin atau gaya
kepemimpinan. Menurut Silalahi (2002), gaya kepemimpinan adalah pola perilaku
spesifik yang ditampilkan oleh pemimpin dalam upaya mempengaruhi orang lain guna
mencapai tujuan organisasi atau kelompoknya. Beberapa gaya kepemimpinan, yaitu:

1. Gaya kepemimpinan otokratik (autocratic, directive, autoritarian, restrictive)


yaitu gaya kepemimpinan dengan banyak memberikan pengarahan tetapi sedikit memberikan
dukungan.

2. Gaya kepemimpinan suportif yaitu gaya kepemimpinan dengan banyak


memberikan pengarahan dan dukungan, pengambilan keputusan dilakukan dengan
mempertimbangkan usul dan saran staf.Gaya kepemimpinan suportif digunakan bila
dukungan sumber daya organisasi memadai, efektif digunakan untuk tingkat kematangan
staf rendah ke sedang dimana pegawai tidak mampu tetapi mau memikul tugas dan
tanggung jawab.

3. Gaya kepemimpinan delegatif (laissez-faire, permissive) yaitu gaya kepemimpinan


dengan sedikit memberikan pengarahan dan dukungan, pengambilan keputusan
dilimpahkan sepenuhnya kepadastaf, tanggung jawab pelaksanaan tugas berada pada
pegawai.

4. Gaya kepemimpinan partisipatif (democratic, egalitarian) yaitu gaya kepemimpinan


dengan banyak memberikan dukungan, tetapi sedikit memberikan pengarahan, pengambilan
keputusan dilakukan bersama-sama pegawai, aktif mencari masukan dan saran dalam
menentukan keputusan/ kebijakan, mendorong keikutsertaan pegawai dalam aktivitas
untuk pencapaian tujuan.

3. Teori situasional (contingency theory).


Adapun teori kepemimpinan situasional berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif
tergantung pada kesesuaian antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang

12
dihadapi seperti situasi, atasan, pegawai, tugas, organisasi, dan variabel-variabel
lingkungan lainnya, serta gaya kepemimpinan adalah contingent/dependent dalam
karakteristik situasional yang sesuai.

Ciri-ciri seorang pemimpin yang efektif-efisien :

- Sifatnya peka terhadap permasalahan lingkungan yang dipimpinnya.

- Mempunyai kepribadian yang terkontrol tidak emosional, inteligensi tinggi.

- Sifat pemberani, tidak egoistis atau individualistis, bertanggungjawab, komunikatif.

- Tidak curiga dan berprasangka buruk pada bawahan, tidak fanatik, tidak bersikap pasif.

- Memiliki kecerdasan dan ketangkasan pada aspek teknis dari tugasnya.

- Mau menempatkan pembantu-pembantu yang cakap untuk mengisi kelemahannya.

- Memiliki sikap terbuka, idenya luas, rendah hati, tidak sombong, mau mendengar aspirasi
bawahannya.

- Berfungsi sebagai wasit-pemisah, bersikap adil, bijaksana agar setiap individu rela
berpartisipasi dalam setiap kegiatan, dalam iklim psikologis yang menyenangkan.

- Berfungsi sebagai penyalur komunikasi (Kartono, 2010).

Peranan kepemimpinan :

Seseorang yang menduduki jabatan pemimpin dalam suatu organisasi memainkan


peranan yang sangat penting, tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan,
akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak luar organisasi yang kesemuanya
dimaksudkan untuk mengingatkan kemampuan organisasi mencapai tujuannya (Siagian,
2009). Peranan atau fungsi kepemimpinan dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu: yang
bersifat pengambilan keputusan, interpersonal, informasional, kemudian dijabarkan dalam
sepuluh kriteria diantaranya yaitu: pengambilan keputusan, actuating atau penggerakkan atau
arahan, motivator, pimpinan, perencanaan dan pengawasan (Siagian, 2009).

3. Pengertian kesehatan masyarakat

Kesehatan masyarakat telah berkembang pada 460 – 377 SM dimulai oleh Hipocrates,
seorang ahli epidemiologi. Seiring perkembangannya, mulai ada yang merintis
perkembangan kesehatan yang berorientasi pada masyarakat yaitu Edwin Chadwick yang
merupakan bapak kesehatan masyarakat bersama Thomas Southwood.

13
Tujuan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan status kesehatan setiap individu
dalam masyarakat. Pemimpin kesehatan masyarakat sangat percaya bahwa promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit dapat dilakukan. Berkaitan dengan hal ini, kesehatan masyarakat
berbeda dengan sistem layanan medis, yang menekankan pada pengobatan dan rehabilitasi.
Setiap individu harus mempelajari manfaat kesehatan masyarakat dan bagaiman kualitas
hidup dapat ditingkatkan secara optimal jika aturan tertentu di ikuti.

Kesehatan masyarakat diartikan sebagai ilmu dan seni terhadap pencegahan


penyakit, memperpanjang hidup dan mempromosikan kesehatan fisik dan effisien melalui
upaya masyarakat yang terorganisir (Winslow).
Ikatan Dokter Amerika, AMA, (1948) mendefinisikan Kesehatan Masyarakat adalah ilmu
dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-
usaha pengorganisasian masyarakat.
Terdapat tiga unsur utama pekerjaan Kesehatan Masyarakat (kesehatan masyarakat)
yaitu:
1. Intelegence Kesehatan Masyarakat (intelegensia kesehatan masyarakat), melakukan
pengumpulan dan analisis informasi mengenai faktor yang mempengaruhi kesehatan
(penentu kesehatan) penyebab penyakit, dan pola kecenderungan kesehatan dan penyakit hati
suatu Kelompok Penduduk.

2. Intervensi Kesehatan Masyarakat (interventation kesehatan masyarakat), melakukan


pengembangan kebijakan, penetapan proritas tindakan, implementasi dan koordinasi
pelayanan pengembangan strategi intervensi dan yang pada pencegahan ditujukan
perlindungan dan promosi kesehatan

3. Infrastruktur kesehatan masyarakat, mengidentifikasi kebutuhan infrastruktur kesehatan


masyarakat misalnya tenaga kerja atau SDM, pelatihan dan pengembangan, dan sistem
informasi, juga berhubungan dgn upaya menjamin kerangka regulasi yang tepat.

Ruang lingkup :
1. Epidemiologi dan Biostatistika
3. Kesehatan Lingkungan
4. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku
5. Administrasi Kesehatan Masyarakat
6. Gizi Kesehatan Masyarakat
7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
8. Kesehatan Reproduksi
9. Sistem Informasi Kesehatan
10.Surveilans Penyakit Menular dan Tidak Menular
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering
disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain :

1. Administrasi Kesehatan Masyarakat.

14
2. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

3. Biostatistik/Statistik Kesehatan.

4. Kesehatan Lingkungan.

5. Gizi Masyarakat.

6. Kesehatan Kerja.

7. Epidemiologi.

Dalam laporan masa depan kesehatan masyarakat Washington DC (1998) fungsi utama
kesehatan masyarakat dapat dibagi menjadi perbedaan tiga bagian yakni;
1. Asessment. berkaitan dengan pengumpulan data yang catatan yang penting, kesakitan, telah
dipakai kesehatan, tenaga kesehatan, manulife sistem tenaga kesehatan, survai kesehatan, tren
analisis kesehatan dan status penilaian kesehatan.

2. Pengembangan kebijakan
kebijakan kaitan dengan komposisi yang dikembangkan melalui penilaian kesehatan dan
standart badan kesehatan lokal dan perencanaan kesehatan berhubung dgn perencanaan
kesehatan provinsi.

3. Jaminan (assurance)
berkaitan dengan infeksi yaitu pengendalian makanan dan susu, keamanan produk,
perumahan dan keamanan telah dipakai rekreasi, perizinan dan pendidikan kesehatan
meliputi pendidikan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, lingkungan yaitu kualitas
udara, radiasi pengendalian, manajeman limbah, manajemen sampah, penyediaan udara.

4. Konsep kepemimpinan kesehatan masyarakat

Berdasarkan definisi kepemimpinan dan kesehatan masyarakat yang telah diuraikan di


atas dapat didefinisikan secara sederhana bahwa kepemimpinan kesehatan masyarakat adalah
penerapan teori kepemimpinan (mempengaruhi, menginsipirasi orang lain untuk mencapai
tujuan) melalui upaya masyarakat yang terorganisir dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat. Kepemimpinan dalam kesehatan masyarakat adalah proses pengambilan
kebijakan yang berhubungan dengan kesehatan dan masyarakat guna untuk kesejahteraan
kesehatan masyarakat.

a. Prinsip – prinsip kepemimpinan kesehatan masyarakat


Kepemimpinan kesehatan masyarakat berbeda dengan kepemimpinan dalam
sektor bisnis. Terdapat 16 prinsip kepemimpinan kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Infastruktur kesehatan masyarakat harus diperkuat oleh penggunaan fungsi inti
dan layanan esensial kesehatan masyarakat sebagai pedoman untuk perubahan yang
harus terjadi. Pemimpin kesehtan masyarakat harus mengevaluasi status kesehatan
masyarakat, mengevaluasi kapasitas masyarakat untuk memenuhi prioritas

15
kesehatannya, dan mengimplementasikan tindakan preventif untuk mengurangi
dampak atau bahkan menghindari krisis kesehatan masyarakat.
2. Tujuan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan status kesehatan setiap
individu dalam masyarakat. Pemimpin kesehatan masyarakat sangat percaya bahwa
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dapat dilakukan. Berkaitan dengan hal
ini, kesehatan masyarakat berbeda dengan sistem layanan medis, yang menekankan pada
pengobatan dan rehabilitasi. Setiap individu harus mempelajari manfaat kesehatan
masyarakat dan bagaiman kualitas hidup dapat ditingkatkan secara optimal jika aturan
tertentu di ikuti.

3. Koalisi masyarakat harus dibentuk untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat


dalam komunis. Kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab komunis dan aktivitasnya
berbasis populasi. Ini berarti bahwa misi kesehatan masyarakat adalah bekerja dengan
semua kelompok dalam komunitas untuk meningkatkan kesehatan seluruh
anggotanya,
4. Pemimpin kesehatan masyarakat lokal dan negara bagian harus bekerjasama untuk
melindungi kesehatan setiap individu tanpa menghiraukan status gender, ras, etnik, atau
sosial ekonomi.pemimpin kesehatan masyarakat benar-benar percaya pada prinsip
bahwa semua manusia diciptakan sama.
5. Perencanaan kesehatan masyarakat yang rasional membutuhkan kolaborasi antara
pemimpin lembaga kesehatan masyarakat, dewan kesehatan lokal (jika dewan tersebut
ada), serta dewan lokal, dan daerah yang lain.

6. Pemimpin kesehatan masyarakat yang baru harus mempelajari tehknik dan praktik
kepemimpinan dari pemimpin kesehatan masyarakat yang berpengalaman.

7. Pemimpin kesehatan masyarakat harus harus mengembangkan keterampilan


kepemimpinan mereka secara kontinue. Pemimpin tidak pernah berhenti belajar.

8. Pemimpin tidak hanya harus berkomitmen pada pembelajaran sepanjang hidup,


namun juga pada perkembangan dirinya.harga diri merupakan faktor utama dalam
pengembangan diri dan penting untuk kompentesi personal yang dibutuhkan untuk
menghadapi tantangan kehidupan.

9. Infastruktur kesehatan masyarakat harus berdasarkan pondasi proteksi kesehatan


untuk semua, nilai dan prinsip demokrasi, serta penghargaan terhadap struktur sosial
masyarakat.

10. Pemimpin kesehatan masyarakat harus berpikir secara lokal namun bertindak secara
lokal.

11. Pemimpin kesehatan masyarakat harus menjadi manajer yang baik.

12. Pemimpin harus berhubungan dengan manajer dan staf lain dalam organisasi, pemimpin
harus menjadi pengarah dan motivator kegiatan dalam organisasi, pemimpin harus
mempengaruhi semua fase kerja dalam organisasi, dan pemimpin harus mengantisipasi
masa depan dan mengembangkan organisasi dengan cara mempertimbangkan masa depan
tersebut.

16
13. Pemimpin kesehatan masyarakat harus proktif dan tidak reaktif.

14. Setiap tingkat sistem kesehatan masyarakat membutuhkan pemimpin. Faktanya,


pemimpin tidak harus memiliki posisi resmi untuk menjadi pemimpin dan sepertinya
kekuatan menjadi semakin tinggi.

15. Pemimpin kesehatan masyarakat mempraktikkan keahlian mereka pada tingkat komunitas
dan harus memahami apa yang di maksud dengan komunitas.

16. Pemimpin kesehatan masyarakat harus mempraktikkan apa yang


mereka ajarkan.

b. Perbedaan pemimpin dan manager kesehatan

Perbedaan antara pemimpin dan manajer adalah, pemimpin adalah orang yang
menjalankan fungsi hubungan manajemen karakter, dan tanggung jawab. Pemimpin Sering
menantang sistim berani mengambil resiko sedangkan Manajer Adalah cenderung
menjalankan sesuatu prosedur atau aturan yang ada serta Takut mengambil resiko serta
berusaha untuk membawah perubahan di bawah kontrol dan bekerja untuk mendapatkan
sesuatu dengan benar (Kotler, 1999).
Zaleznik (2001). Membedakan pemimpin dan manajer menurut sikap terhadap komposisi
(sikap kerja) konsepsi kerja, hubungan dengan yang lain, dan rasa diri,hati, konteks sikap.
misalnya, pemimpin pribadi yang berpandangan aktif, pemimpin hobi cenderung membentuk
sesuatu yang baru,merespon ide, pemimpin mengubah puasana hati dan mampu
membangkitkan harapan citra, & Manajer cenderung mengambil yang bersifat umum,
mempunyai pandangan pasif dan komposisi muncul dari kebutuhan Bukan keinginan.
Pemimpin tertarik pada ide-ide, berhubungan dengan orang lain sejenis intiutif dan empati,
pemimpin fokus pada substansi kegiataan dan keputusan, termasuk makna mereka terhadap
partisipasin atau anggotanya.

c. keterampilan menyebutkan dan kompetensi yang harus dimiliki pemimpin


kesehatan masyarakat

Di awal tahun 1990-an para praktisis dan kalangan kampus (kesehatan masyarakat)
berkolaborasi dengan departemen kesehatan di seluruh gatra bagian di konsultasi kesehatan,
hukum, berkumpul untuk membicarakan pengembangan kompetensi kepemimpinan
kesehatan masyarakat (wright et al, 2000) hasil temuan temuan diskusi dari perwakilan
sekolah gatra bagian merumuskan kompetensi kepemimpinan kesehatan masyarakat yang di
bagi 4 bagian berhubung dengan:
1. kompetensi transformasi inti. Kompetensi dgn kepemimpinan visioner, mempunyai misi dan
agen menjadi perubahan yang efektif.

2. kompetensi politik, kompetensi berkaitan dengan proses politik.

3. kompetensi transorganizational, kompetensi dgn pemahaman dinamika organisasi serta,


mekanisme kolaborasi antar organisasi.

17
4. kompetensi membangun tim, kompetensi dgn membangun tim yang berorientasi pada
struktur dan sistem memfasilitasi dan memediasi.

Novick et.al (2007) mencatat keterampilan beberapa kepemimpinan yaitu sebagai berikut :
1. kesadaran sendiri

2. menciptakan visi yang berkelanjutan

3. membuat keputusan

4. pemecahan masalah

5. pemikiran kreatif

6. pemikiran strategik

7. kemampuan kewirausahaan

8. membangun kepercayaan

9. bekerja sistem sosial

10. percaya diri

11. belajar dari pengalaman

12. peningkatan kualitas berkelanjutan

13. pengambilan risiko

14. prioritas penetapan

15. memelihara kredibilitas

16. pengajaran

17. pembangunan hati tim institusi

18. pemasaran

19. hubungan membangun

20. komunikasi

21. persuasi

22. menciptakan parnership / memperkuat kolaborasi

23. mengembangkan yang lainnya

18
24. negosasi

25. pendelegasian

26. membentuk tim dan koalisi

27. tehnik manajemen

28. sensitivitas

29. membangun infrastruktur, misalnya membangun kemampuan sistim informasi.

d. kepemimpinan kesehatan masyarakat dan pendekatan sistem dalam perubahan


organisasi
Kepemimpinan yang baik bergantung pada pemikiran sistem. Tipe kepemimpinan ini
berfokus pada cara mengimplementasikan (dalam jangka pendek atau panjang) komponen
sistem yang penting untuk memenuhi kebutuhan yang diidentifikasi. Pemimpin bertanggung
jawab untuk mengarahkan aktivitas implementasi dan menyampaikan kepada masyarakat
mengenai langkah yang di ambil oleh lembaga dalam merespons isu kesehatan masyarakat
global.Pembentukan tim merupakan bagian penting dalam memimpin lembaga kesehatan
masyarakat. Pemimpin membentuk tim untuk memenuhi kebutuhan sistematis lembaga.
Ketika anggota tim ditetapkan, tim perlu mengklarifikasi nilai yang akan mengarahkan
aktivitas mereka.Pemimpin kesehatan masyarakat harus:
a. Berfikir secara sistematis dan bertindak secara strategis

b. Mempromosikan perubahan

c. Mendukung nilai lembaga dan masyarakat

d. Memahami hubungan antara input sistem, intervensi program, dan output

e. Memantau dan mengevaluasi dampak perubahan

f. Mempraktikkan pemikiran sistem pada lima tingkat kepemimpinan yaitu


pengembangan kepemimpinan personal, kepemimpinan pada tingkat tim, kepemimpinan
pada tingkat lembaga, kepemimpinan pada tingkat komunis, kepemimpinan pada tingkat
profesional.

e. TANGGUNG JAWAB PEMIMPIN KESEHATAN MASYARAKAT


f.
Pemimpin lembaga kesehatan masyarakat lokal memiliki tanggung jawab untuk
mempromosikan lembaga mereka memastikan bahwa lembaga dilihat sebagai sumber
informasi kesehatan masyarakat serta penyediaan program dan layanan berkualitas tinggi.
Mereka mngembangkan hubungan dengan pemimpin lembaga kesehatan masyarakat di
negara bagian dan juga mengembangkan kemitraan dengan penyedia layanan kesehatan
masyarakat. Pemimpin lembaga kesehatan masyarakat memiliki tanggung jawab penting
terhadap staf lembaga. Mereka harus benar-benar memantau dan mengevaluasi kinerja serta
kepuasan kerja staf. Jika evaluasi kinerja dilakukan dengan baik dan kontinue, staf dapat
mempelajari tanggung jawab kerja sepenuhnya dan memahami tanggung jawab tersebut

19
dengan lebih efektif. Selain itu, pemimpin kesehatan masyarakat harus antusias dalam
melindungi kesehatan masyarakat dan dapat memotivasi kolega menjadi antusias juga.
Pada tingkat lembaga, pemimpin kesehatan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk :

1. Memahami bagaimana lembaga berfungsi

2. Mendelegasikan otoritas jika memungkinkan

3. Memantau kepuasan konsumen

4. Membuat perubahan struktural dalam lembaga untuk mengakomodasi masalah kesehatan


masyarakat yang ada atau yang baru

5. Manggali masa depan alternatif untuk lembaga

6. Menerapkan model fungsi inti dalam aktivitas lembaga

7. Memberdayakan staf lembaga dan anggota masyarakat seperti beri mereka pelatihan dan
memungkinkan mereka mencapai standar, hargai mereka atas prestasi ereka, percaya kepada
mereka, dan lain-lain.

5. Aplikasi kepemimpinan kesehatan masyarakat dalam pembangunan dan sistem


kesehatan
a. Aspek Leadership dalam Sistem Kesehatan Masyarakat
Core Function of Public Health (Fungsi Inti dari Kesehatan Masyarakat) terdiri dari
Assessment (penilaian) yang dalam hal ini terkait dengan identifikasi masalah kesehatan,
Policy Development (pembuatan kebijakan) yang bertugas untuk pembuatan kebijakan yang
berkaitan dengan identifikasi alternatif pemecahan masalah atau solusi yang mungkin dapat
dilakukan, dan Assurance (jaminan) yaitu jaminan yang kemungkinan dapat berupa solusi
(biasanya berbentuk program dan layanan). Berdasarkan hal tersebut maka seorang pemimpin
kesehatan masyarakat harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan apa yang menjadi fungsi
inti dari kesehatan masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini maksud dari fungsi inti kesehatan
masyarakat adalah tahapan bagaimana sebuah program atau pelayanan kesehatan dapat
terlaksana sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Seorang kepala Dinkes
kabupaten/ kota secara langsung maupun tidak langsung memandu atau menetapkan sistem
informasi untuk hingga pengumpulan data masalah yang terkait hingga evaluasi dari program
yang akan dijalanakan.
Pada kenyataannya, seorang pemimpin kesehatan masyarakat sebagai contoh seorarng
kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam menjalankan fungsi inti berupa assessment
(penilaian) maka yang pertama kali ia lakukan adalah mengidentifikasi masalah-masalah
yang menjadi fokus utama dari program-program yang dijalankan oleh Dinkes Kabupaten/

20
Kota. Dalam menangani beberapa maslah yang menjadi tanggung jawab dari Dinkes
Kabupaten/ Kota tersebut hendaknya dibuat penilaian agar selanjutnya bisa ditentukan urutan
prioritas maslah yang harus segera atau dapat ditunda sementara penangannya.
Berdasarkan sistem informasi yang telah disusun, langkah selanjutnya yang dilakukan
oleh Kepala Dinkes Kabupaten/ Kota sebagai pemimpim Kesehatan Masyarakat yang
melaksanakan fungsi inti selanjutnya yaitu Policy Development (pembuatan kebijakan).
Pembuatan kebijakan ini tetunya dengan berbagai macam pertimbangan bai dari sisi negative
dan positif adanya kebijakan tersebut jika digunakan untuk menyelesaikan sutu maslaha yang
dianggap menjadi prioritas utamnaya. Sebagai contohnya yaitu masalah meningkatnaya
angka kematian akibat DBD di suatu kelurahan.
Sebagai seorang Pemimpin Kesehatan Masyarakat, Kepala Dinkes Kabupaten/ Kota
dalam pengambilan keputusan untuk akhirnya menetapkan suatu kebijakan tentu sudah
mempertimbangkan berbagai faktor yang mungkin bsa mendorong ataupun menghambat
keberjalanan kebijakan tersebut dan seorang pemimpin juga harus menganalisa serta
mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab utama tingginya angka DBD
di kelurahan tersebut dari sekian banyak penyebab dari penyebab kasus DBD. Setelah tahu
bahwa kebijakan sudah sesuai dengan keterbutuhan dari masarakat di suatu kecamatan
tertentu maka
Jika dalam keberjalanan suatu kebijakan diperlukan adanya mitra kerja dengan pihak lain
untuk membantu pendanaan ataupun mendukung secara aspek sumber daya, maka seorang
pemimpin harus bisa melakukan advokasi bersama dengan sie yang memiliki tugas terkait
bidang kehumasan. Dalam melakukan sebuah advokasi ataupun menjalin kerjasama dengan
mitra yang ditargetkan seorang pemimpin tentu harus memiliki kemmapuan komunikasi yang
baik agar penyampaian tujuan dari suatu kebijakan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan
sebenarnya juga.
Setelah hasill ditetpakan, langkah selanjutna yaitu membuat program sesuai keterbutuhan
dan kebijakan yang sudah ada dan memastikan bahwa program yang dibuat itu berjalan
lancar dan mencapai target sesuai dengan hasil kesepakatan bersama. Hal itu menunjukkan
bahwa seorang pemimpin kesahatan dlam hal ini yaitu Kepala Dinkes Kabupaten/ Kota telah
melaksanakan fungsi inti kesmas yang ketiga berupa Assurance. Salah satu program yang
dapat dialakukan untuk pemberantasan DBD yaitu dengan PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk). Pastikan pula bahwa kebijakan dan program yang dibuta sudah sesuai dengn
peraturan yang teah ditetapka secara nasional dan dilindungi oleh hokum agar kemanan dari
program tersebut dapat terjamin. Pemimpin juga harus memastikan bahwa segala hal yang

21
berkaitan dengan PSN termasuk fasilitas dan layanan yang diberikan sudah tepat. Jikalau ada
kesalahan maka itu sebagai bahan evalusi dan untuk mengukur seberapa efektifitas dan
kualitas layanan program yang dijalankan. Pelaksanaan assessment, policy development dan
assurance poleh seorang kepala Dinkes secara keseluruhan yang artinya dilakukan
sepenuhnya misalnya pada pelaksanaan program PSN sebagai upaya pemberantasan DBD
tentunya akan mendukung tercapainya sistem kesehatan yang baik yang nantinya mampu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama berkaitan dengan penyakit DBD. Hal
ini menunjukkan bahwa suatu sistem kesehatan membutuhkan peran leadership bagi
pemimpin kesehatan masyarakat pada umumya.

b. Aspek Berfikir Sistem dalam Sistem Kesehatan Masyarakat


Suatu sistem merupakan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk tujuan
tertentu. Dalam setiap elemen-elemennya saling mempengaruhi dan berkaitan satu sama
lainnya yang terorganisir membentuk suatu kumpulan yang menunjukkan sifat secara
keseluruan. Di dalam sistem kesehatan pada umumnya terdapat sub sistem-sub sistem atau
elemen-elemen yang saling bekerja sama sistem kesehatan yaitu derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Sistem kesehatan masyarakat dapat berjalan dengan baik apabila
sebagai petugas kesehatan masyarakat mampu menerapkan prinsip berpikir sistem pula.
Hal ini dikarenakan berfikir sistem dalam kesehatan masyarakat merupakan hal
terpenting yang harus dimiliki setiap individu untuk melakukan kegiatan yang ada di dalam
organisasi kesehatan masyarakat karena sistem memiliki prinsip bersama dan saling berkaitan
tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Misalnya seorang kepala Dinas Kesehatan Kota/
Kabupaten, dalam menjalankan tugas dan wewenangnya harus mampu berpikir sistem agar ia
dapat menjalanka semua kegiatan dan membawahi semua petugas dibawah naungannya.
Apabila memiliki konsep berpikir sistem tidak dimiliki maka akan cenderung akan berjalan
sendiri-sendiri tidak seirama antara kegiatan dan petugasnya sehingga program yang sudah
ada akan sulit terlaksana. Contohnya dalan prgram PSN untuk upaya pemberantasan DBD.
Kepala Dinkes harus bisa megantur antara kegiatan tersebut dengan ketersediaan petugas
pelaksana program.
Pemimpin juga harus memikirkan apakah jika program tersebut dilaksanakan petugas
mampu untuk melaksanakannya dengan baik?, hal tersebut juga berkaitan dengan sistem
yang kita kenal yaitu input, proses, output, dan feedback. Dalam program PSN yang akan
dilaksanakan di sebuah puskesmas, seorang kepala puskesmas yang menjadi tonggak pusat
kesehatan masyarakat harus berpikir dari awal hingga akhir apakah sumber daya (man,

22
money, method, material, machine) tersedia dan apabila belum bagaimana penindakannya.
Lalu setelah memikirkan sumber daya sebagai input program PSN seperti petugas kesehatan
(man), kepala Dinkes seharusnya juga memikirkan proses apa yang akan dilaksanakannya
untuk menyelenggarakan program tersebut dan bagaimana sistem memonitoring dalam setiap
tahap dari keberjalan program tersebut sehingga outputnya sesuai dengan apa yang menjadi
tujuan dari program tersebut.
Keberhasilan program data dilihat melalui perbandingan ketercapaian antara output
dengan indikator yang sudah ditetapkann bersama sebelum program dilaksanakan dan setelah
program dilaksanakan. Melalui hal tersebut berhasil atau tidaknya program PSN dalam upaya
pemberantasan DBD di suatu kecamatan atau daerah. Hasil ini juga bisa menjadi feedback
yang nantinya akan menjadi input kembali atau sebagai bahan evaluasi, pertimbangan, dan
indikator dalam menentukkan suatu program di masa mendatang.
Berfikir Sistem ini dapat dijalankan jika pemimpin menguasai dan mampu untuk
menerapkan disiplin 5 dari Peter Senge. Disiplin 5 terdiri dari personal mastery, mental
model, system thinking, shared vision, team learning. Setiap bagian atau tahap dari disiplin 5
ini memiliki keterkaitan dan tidak dapat berdiri secara sendiri-sendiri. Seorang pemimpin
kesmas harus memiliki penguasaan pribadi (personal mastery) artinya dia mampu
mengontrol emosi yang ada dalam dirinya agar tercipta organisasi yang dan bagaiaman ia
menghargai pekrjaan setiap anggotanya. Penguasaan diri ini merupakan hasil dari proses
belajar, bukan sesuatu yang sudah dimiliki. Penguasaan diri akan mempengaruhi mental
model , yaitu gambaran proses penilaian pribadi berdasarkan asumsi dan generalisasi yang
ditangkap yang dapat mempengaruhi individu (kepala Dinkes) dalam melakukan sebuah
tindakan dan pengambilan keputusan. Mental model digunakan sebagai sara untuk
menyampaiakna hasil pemikiran atau asumsi secara efektif melalu komunikasi yang nantinya
diharapkan mampu untuk memperngaruhi orang lain sebagai sasarannya. Bagi seorang
pemimin kesmas seperi kepala Dinkes mental model dapat digunakan untuk menyalurkan
hasil pemikirannya berdasarkan pengamatan yang terjadi kapada sub divisi dalam
menetukkan kebijakan dan pengambilan keputusan. Dalam proses penilaian dan pengambilan
keputusan ini tentunya juga diperlukan personal mastery yang baik bagi seorang Kepala
Puskesmas agar ia mampu melakukannya. Jika kedua hal tersebut sudah dipenuhi oleh
seorang Kepala Dinkes selanjutnya ia akan mampu membuat visi bersama (shared vision)
bagi seluruh bawahannya. Dengan visi bersama tersebut akan memiliki komitmen yang juga
berkaitan satu sama lain sehingga akan timbul sebuah hubungan yang baik anatar pemimpin
dan bawahan. Hubungan baik itulah yang akan menjadikan sebuah program dapat terlaksana

23
dengan baik pula. Saat visi bersama ini terbentuk maka akan menjadi tim yang solid karena
mereka acuan yang sam dalam menentukan arah keberjalanan dari organisasi tersebut.
Sehingga akan memunculkan disiplin 5 selanjutnya yaitu team learning. dengan disiplin ini
diharapkan antara pemimpin dan bawahan mampu bersama-sama untuk mencapai tujaunnya
dan terus mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh setiap individu.

c. Leadership, System Thinking dalam Sistem Kesehatan Masyarakat


Seorang ahli Kesehatan Masyarakat harusnya memiliki konsep kepemimpinan yang baik
karena pada dasarnya seorang ahli kesehatan masyarakat adalah mengatur masyarakat
terutama di bidang kesehatan. Misalnya seorang Kepala Dinkes, ia harus memiliki leadership
yang baiak untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan kemudian mencarikan alternatif
pemecahan masalah melalui pembentukan program serta memastikan bahwa program
tersebut dapat terlaksana dan memiliki perlindungan hokum. Teratasinya masalah kesehatan
ini dapat meningkatkan derajat kesehatan yang tentunya hal ini mendukung sistem kesehatan
yang ada. Selain itu, kepemimpinan juga berhubungan erat dengan berpikir sistem karena
pola berpikir sistem yang baik akan melahirkan pemimpin yang berkualitas baik pula ataupun
sebaliknya. Seorang Kepala Dinkes juga harus mampu menerapkan disiplin 5 dalam
memimpin, yang meliputi personal mastery, mental model, system thinking, shared vision,
team learning. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwan kelima disiplin tersebut
memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Maka sebagai seorang pemimpin harus
menguasai dan mampu menerapkan selurruh displin

d. Contoh aplikasinya di puskesmas


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2006).
Wilayah kerja puskesmas yang standar secara nasional adalah satu kecamatan.Tetapi apabila
di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab kerja dibagi
antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau
RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota (Depkes RI, 2004).
- Susunan Organisasi Puskesmas
A. Susunan Organisasi Puskesmas
Susunan organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing
puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu kabupaten/kota dilakukan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:
a. Kepala Puskesmas
b. Unit tata usaha yang bertanggungjawab membantu kepala puskesmas dalam
pengelolaan:
- Data dan Informasi
- Perencanaan dan Penilaian

24
- Keuangan
- Umum dan Kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
- Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
- Upaya Kesehatan Perorangan
d. Jaringan Pelayanan Puskesmas:
- Unit Puskesmas Pembantu - Unit Puskesmas Keliling
- Unit Bidan di Desa/komunitas (Depkes RI, 2004)

1. Fungsi Kepemimpinan Puskesmas

Secara operasional fungsi kepemimpinan puskesmas meliputi 5 (lima) fungsi pokok


kepemimpinan yaitu :
1. Fungsi instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pimpinan Puskesmas sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, dan dimana perintah itu dikerjakan
agar keputusan tugas dan program Puskesmas dapat dilaksanakan secara efektif.
Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk memotivasi dan
menggerakan pegawai puskesmas agar mau dan mampu melaksanakan tugas dan
program puskesmas.
2. Fungsi konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Dalam usaha menetapkan keputusan,
pimpinan puskesmas memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya
berkomunikasi dengan staf puskesmas yang dinilai mempunyai informasi yang diperlukan
dalam menetapkan keputusan.
3. Fungsi partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pimpinan puskesmas berusaha mengaktifkan
dan mengikutsertakan staf puskesmas dalam mengambil keputusan tugas dan program
Puskesmas serta dalam pelaksanaannya.
4. Fungsi delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada
staf puskesmas dalam pengambilan dan penetapan keputusan tugas dan program
puskesmas, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan
Puskesmas. Fungsi delegasipada dasarnya dilandasi kepercayaan.
5. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian bertujuan agar pimpinan puskesmas mampu mengatur
aktivitas pegawai puskesmas secara terarah dan terkoordinasi, sehingga memungkinkan
pelaksanaan tugas dan program puskesmas terselenggara secara efektif dan efesien.
Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan pembimbingan, pengarahan,
pengkoordinasian, pengawasan, dan penilaian.
Seluruh fungsi kepemimpinan puskesmas tersebut diselenggarakan dalam aktivitas
kepemimpinan secara terpadu. Adapun fungsi kepemimpinan puskesmas adalah
sebagai berikut :
a. Pimpinan puskesmas bertugas dan bertanggung jawab menjabarkan dan
mengimplementasikan program puskesmas.

25
b. Pimpinan puskesmas mampu memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan kepada
staf puskesmas.
c. Pimpinan puskesmas berusaha mengembangkan kebebasan berpikir dan
mengeluarkan pendapat sehingga kreativitas dan inovasi pegawai puskesmas dapat
tumbuh dan berkembang.
d. Pimpinan puskesmas membina dan mengembangkan kerjasama dan
kemitraan yang harmonis dengan pegawai dan stakeholder
puskesmas.
e. Pimpinan puskesmas mampu memecahkan masalah dam mengambil
keputusan tugas dan program puskesmas sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
f. Pimpinan puskesmas berusaha membina dan mengembangkan kemampuan
dan kemauan pegawai puskesmas.
g. Pimpinan puskesmas melaksanakan dan mendayagunakan fungsi pengawasan,
pengendalian, dan penilaian Puskesmas.
Kepemimpinan Puskesmas hendaknya diselenggarakan melalui kepemimpinan kolektif
dan integratif (kemanunggalan) antara kepala puskesmas dengan para penanggung
jawab program Puskesmas serta menciptakan kebersamaan dengan semua pegawai
puskesmas.
Adapun fungsi puskesmas terdiri dari:
a. Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
Melalui fungsi ini puskesmas diharapkan dapat menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk yang dilakukan oleh masyarakat dan
dunia usaha di wilayah kerjanya, agar kegiatan yang dilaksanakan berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Dalam melaksanakan fungsinya, kegiatan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit harus diutamakan oleh puskesmas tanpa mengabaikan
upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
b. Fungsi pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat memiliki
kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup
sehat.
c. Fungsi pusat pelayanan kesehatan stara pertama
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan yang terdiri dari kegiatan peyembuhan
penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta upaya kesehatan masyarakat
yang terdiri dari kegiatan pencegahan penyakit (preventif) dan pemeliharaan kesehatan
(promotif) (Depkes RI, 2004).

Upaya Kesehatan Puskesmas

Sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama, puskesmas wajib melaksanakan


upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.
1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap
puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:

a. Upaya Promosi Kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

26
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat dan disesuikan dengan kemampuan
puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya pokok puskesmas yang
tidak masuk dalam upaya kesehatan wajib dan pelayanan penunjang yaitu:

a. Upaya Kesehatan Sekolah

b. Upaya Kesehatan Olah Raga

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

d. Upaya Kesehatan Kerja

e. Upaya Kesehatan Gigi Dan Mulut

f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata

h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (Depkes RI, 2006).

2. Langkah – Langkah Meraih Kepemimpinan


Langkah-langkah meraih kepemimpinan yang sukses menurut O’Connor (2003)
dilakukan melalui 7 (tujuh) yakni :

1. Membangun kesadaran pada diri sendiri


Para pimpinan harus menyediakan waktu untuk memikirkan kekuatan dan kelemahan diri
sendiri. Hal ini memberikan dasar untuk memperbaiki prestasi kinerjanya sebaik
meningkatnya rasa percaya diri maupun pemahaman terhadap orang lain.

2. Memahami orang lain


Hal ini menekankan pentingnya mengenali perbedaan individu pegawai dalam semangat,
cita-cita, dan ambisinya.

3. Memusatkan perhatian untuk memahami masalah kekuasaan dan wewenang


Ketika seseorang menerima tanggung jawab kepemimpinan, mereka menghadapi
tantangan untuk mengelola kekuasaan secara bijak demi kepentingan organisasi.

4. Komunikasi

27
Dimana semua pekerjaan dan perubahan sosial sangat bergantung pada komunikasi.
Komunikasi merupakan alat untuk berbagi pemikiran, perasaan, dan sumber daya.
Apabila komunikasi terputus yang akan segera terjadi hanyalah ketidaksepakatan dan
kesalahpahaman.

5. Pengambilan keputusan
Baik melakukannya sendiri maupun bersama stafnya, yang terpenting adalah pimpinan
melakukannya dengan percaya diri. Setelah diskusi pengambilan keputusan selesai,
pimpinan kemudian melakukan tindakan.

6. Menciptakan visi.

3.Study kasus

Puskesmas X terletak di wilayah yang sedikit terpencil. Tidak terdapat kendaran


umum yang dengan mudah digunakan untuk mencapai area tersebut. Bila ada
frekuensinya sangat sedikit. Staf Pusekesmas banyak bertempat tinggal jauh dari
Puskesmas berada dan hanya mengantungkan kendaran umum yang sesekali melewatinya.
Hal inilah yang mengakibatkan staf Puskesmas tidak tempat waktu untuk ke tempat kerja
bahkan sering tidak masuk kerja. Akibatnya layanan kesehatan tidak optimal untuk
melayani masyarakat.
Pimpinan Puskesmas sebagai manajer kurang memperhatikan hal tersebut.
Tata kelola Puskesmas juga tidak memperhatikan permaslahan lokal yang terjadi. Dengan
jumlah staf Puskesmas yang terbatas memperparah layanan kesehatan yang diberikan.
Sering kali layanan kesehatan luar gedung juga tidak memperhatikan jam kerja dari
masyarakat. Sehingga bila dilakukan layanan kurang mencapai target cakupan yang
diinginkan. Seperti yang telah diuraikan, sebagai seorang pemimpin puskesmas
seharusnya mampu mengatur pelayanan puskesmas dan mampu membuat perencanaan agar
masalah – masalah yang ada di puskesmas dapatdiselesaikan sehingga pelayanan
puskesmas dapat berjalan dengan baik.

Gaya kepemimpinan yang baik untuk diterakan pada kasus ini yakni gaya kepemimpinan
demokratis, karena dengan menerapkan gaya ini seorang pemimpin dalam
pengambilan keputusan harus membicarakannya terlebih dahulu dari beberapa pihak. Pada
kasus ini sebaiknya pemimpin puskesmas harus mampu menjalin hubungan lebih erat
dengan stafnya dan lebih memperhatikan masalah – masala yang ada. Serta berkumpul
dengan kepala desa/kabupaten/kota di mana puskesmas berada agar mampu
mengambil solusi yang tepat mengenai masalah ini.

e. PENERAPAN KEPEMIMPINAN DALAM KESEHATAN MASYARAKAT


1. KEPEMIMPINAN DAN PENILAIAN

Penilaian menjadi lembaga kesehatan masyarakat dan komunitas sebagai mitra.


Idealnya, pemimpin lembaga kesehatan masyarakat dan komunitas harus bekerjasama dengan
sejumlah kelompok masyarakat untuk menentukan kebutuhan kesehatan dan prioritas
kesehatan masyarakat. Salah satu pelajaran yang penting adalah penentuan kebutuhan
kesehatan masyarakat dan strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut harus

28
memperhitungkan batas komunitas, sumberdaya masyarakat dan budaya lokal. Jika tidak
strategi intervensi berisiko di tolak oleh anggota masyarakat dan umumnya menjadi tidak
efektif.

1. Proses Penilaian

Tahap Pertama dalam proses penilaian adalah merancang sistem informasi kesehatan
masyarakat yang terintegrasi. Keberhasilan tahap ini membutuhkan kemitraan sejati,
berdasarkan prinsip kepemimpinan kesehatan masyarakat, antara departemen kesehatan lokal
dan negara bagian, lembaga terkait kesehatan nasional (termasuk center fo disease control
and prevention/CDC), kelompok masyarakat dan lembaga lain.

Tahap Kedua adalah mengidentifikasi sumber daya komunitas dan mengevaluasi


keefektifannya. Pemimpin kesehtan masyarakat harus memahami komunitas tempat mereka
bekerja. Mereka harus melihat sumber daya kesehatan dalam komunitas tersebut, seperti
fasilitas kesehatan, profesional kesehatan, ketersediaan obat dan vaksin, serta sistem
transportasi medis darurat. Mereka juga harus memiliki sumber daya lainnya dalam
komunitas, seperti program sanitasi, program pendidikan, rencana respons bencana, dan
program kesehatan jiwa serta program konseling lainnya suntuk menentukan ketersediaan
dan keefektifan sumberr daya tersebut.

Tahap Ketiga adalah menggunakan data yang terkumpul. Data penelitian harus
diubah menjadi informasi yang dapat digunakan oleh pemimpin kesehatan masyarakat untuk
pengambilan keputusan yang efektif. Pemimpin kesehatan masyarakat seringkali gagal dalam
menyampaikan informasi dengan jelas sehingga mereka kehilangan kredibilitas dimata
pembuat kebijakan.

2. Informatika Kesehatan Masyarakat

Penilaian bergantung pada pengumpulan data dan penggunaan tehknik sistem


informasi sehingga pemimpin kesehatan masyarakat perlu mengetahui bagaimana merancang
aktifitas pengumpulan data, meggunakan teknologi informasi terbaru, menginterpretasikan
data, menerjemahkan data menjadi informasi yang bermanfaat, dan membangun sistem data
yang menggunakan pendekatan berbasis bukti. Informatika kesehatan masyarakat merupakan
bidang baru ang dirancang untuk memberi pengetahuan yang penting kepada pemimpin
untuk melaksanakan tugas tersebut.Berikut ini merupakan enam prinsip yang berhubungan
dengan penggunaan sistem informasi oleh pemimpin kesehatan masyarakat :

a. Pemimpin kesehatan masyarakat perlu menggunakan data dari dua sistem data
yang berbeda. Sistem data yang pertama melaporkan pemberian layanan langsung dan
program pertemuan (Contohnya pertemuan manajemen kasus atau kunjungan rumah). Sistem
data yang kedua mengumpulkan data berbasis populasi.

b. Pemimpin kesehatan masyarakat perlu mengingat bahwa manusia adalah mahkluk


yang kompleks dan terintegrasi, sedangkan program-program bersifat terpisah (contohnya
setiap program hanya terfokus pada satu bagian diri manusia). Pemimpin perlu mengadvokasi

29
informasi yang mengintegrasi jenis data yang berbeda sehingga mereka dapat lebih
memahami masalah kesehatan anggota masyarakat.

c. Pengguna kesehatan masyarakat harus menerima umpan balik dari pengumpul


data. Pengguna kesehatan masyarakat perlu mengetahui mengapa data harus di kumpulkan
dan diberi umpan balik.

d. Sistem data harus fleksibel dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan pemimpin
kesehatan lokal ketika mereka memantau kesehatan anggota kesehatan masyarakat.

e. Sistem informasi harus kompatibel sehingga pemimpin harus dapat mengakses


sumber data yang berbeda hanya dengan menggunakan satu komputer. (internet menjadi
sumber data yang sangat bermanfaat bagi pemimpin kesehatan masyarakat karena semua data
pada websites dapat diakses oleh siapapun dengan perangkat lunak/ sofware internet).

f. Pemimpin kesehatan masyarakat perlu menjaga privasi. Masyarakat ingin


mendapat jaminan bahwa privasinya tetap terjaga.

Pemimpin kesehatan masyarakat memerlukan informasi jika mereka ingin


mempengaruhi masyarakat yang mereka layani secara positif. Untuk memastikan bahwa
pemimpin kesehatan masyarakat menerima informasi yang diperluka, mereka harus
Mengikuti pelatihan informatika, Mempelajari tehnik pengumpulan indikator status
kesehatan, Mempelajari bagaimana mengiterpretasikan data dan mengubah data menjadi
informasi yang bermanfaat, Mempelajari bagaimana mengakses informasi melalui internet,
Mengeksplorasi instrumen analisis yang berbeda untuk memahami data yang lebih baik,
Menggunakan data yang kualitatif dan kuantitatif, Terlibat dalam pengembangan sistem
informasi, dan Mengintegrasikan sistem data yang bertentangan.

2. KEPEMIMPINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN


PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
1. Politik Dalam Kebijakan Kesehatan Masyarakat

Pengembangan kebijakan merupakan proses yang kompleks ketika partisipan


mempertimbangkan alternatif tindakan dan menentukanalternatif mana yang akan diterapkan.
Pengembangan kebijakan merupakan proses tim, serta banyak individu dan organisasi yang
dapat terlibat, yang meliputi lembaga kesehatan lokal dan negara bagian, pejabat terpilih,
kelompok masyarakat, profesional kesehatan masyarakat, penyedia layanan kesehatan dan
sektor swasta. Pemimpin kesehatan masyarakat perlu menjadi advokat bagi lembaga mereka
dan bagi pendekatan berbasis populasi dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
Mereka juga perlu membedakan program kesehatan masyarakat dengan program sosial
lainnya dan membuat justifikasi yang kuat bahwa program kesehatan masyarakat harus
didukung tanpa menghiraukan program lain yang dipilih masyarakat. Berikut ini beberapa
pedoman yang berkaitan dengan politik dalam pengembangan kebijakan kesehatan
masyarakat : Perhatikan kesehatan secara nasionaldan tren kebijakan sosial pada saat
mengembangkan kebijakan lokal, Buat justifikasi mengenai pentingnya memiliki kesehatan
masyarakat pemirintah dalam komunitas, Gunakan kelompok kepentingan khusus kesehatan

30
masyarakat dalam pengembangan kebijakan masyarakat, dan Kembangkan kebijakan
kesehatan dan sosial yang terintegrasi dan mandiri untuk masyarakat.

2. Tren Kebijakan

Pengembangan kebijakan, dalam arti sederhana, merupakan prasyarat universal dalam


kehidupan masyarakat dan pengembangankebijakan dipengaruhi oleh konteks sejarah yang
terjadi.Pemimpin kesehatan masyarakat, selain berperan sebagai pelindung nilai masyarakat,
harus membantu masyarakat dalam mendefinisikan kembali nilai mereka dan menciptakan
nilai baru yang merefleksikan realitas saat ini. Struktur politik akan berubah seiring dengan
banyaknya orang yang terlibat dalam aktivitas politik. Pemimpin kesehatan masyarakat akan
lebih banyak bekerja dalam komunitas dan keterikatan dengan lembaga akan berkurang
dibandingkan dengan masa lalu.Untuk meningkatkan pemahaman mereka mengenai tren
sosial dan ekonomi, pemimpin kesehatan masyarakat perlu mempelajari tehnik peramalan
(forecasting). Pemimpin kesehatan masyarakat dilihat sebagai ahli dalam masalah kesehatan
masyarakat dan dewan pengatur lembaga kesehatan masyarakat membutuhkan pemimpin
kesehatan masyarakat sebagai pengarah masa depan yang ingin diraih dan bagaimana
menyiapkan pengembangan masa depan.Untuk membuat keputusan kebijakan yang baik,
pemimpin kesehatan masyarakat harus :· Mempelajari masa lalu komunitas, Memahami
bagaimana lembaga kesehatan masyarakat lokal dan negara bagian memengaruhi hasil
kesehatan sepanjang waktu, Mempelajari tehnik peramalan, Menggali tren nasional dan
membandingkannya dengan tren lokal dan negara bagian, Mengembangkan kebijakan yang
memperhitungkan biaya.

3. Advokasi dan Pemberdayaan

Advokasi kesehatan masyarakat dilihat sebagai instrumen penting untuk perubahan sosial.
Pemimpin kesehatan masyarakat bertanggung jawab dalam melindungi kesehatan anggota
masyarakat dan menyusun intervensi yang sesuai untuk anggota masyarakat dalam
menghadapi masalah kesehatan atau risiko kesehatan.Pemimpin kesehatan masyarakat
mengurangi upaya advokasi bukan hanya karena mereka frustasi oleh ketidakmampuan untuk
memperoleh penerimaan dalam masyarakat yang mereka layani,namun juga karena advokasi
menjadi rancu denganlobbying. Lobbying merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
kepentingan khusus (biasanya oleh organisasi atau kelompok organisasi terkait). Advokasi
dalam mendukung perubahan dalam kebijakan masyarakat mencakup riset, pengembangan
pernyataan kebijakan, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi.Pemimpin kesehatan
masyarakat perlu menyeimbangkan upaya advokasi (yang didalamnya terdapat ruang untuk
keinginan) dengan upaya penegakkan (yang seharusnya tidak memihak). Jika mereka berhasil
membangun kepercayaan dan kredibilitas dalam masyarakat lokal, mereka dapat melibatkan
masyarakat dalam regulasi kesehatan dan advokasi.Dalam upaya memberdayakan anggota
masyarakat untuk menjadi advokat-diri, pemimpin kesehatan masyarakat perlu memahami
bahwa pemberdayaan tidak akan berfungsi jika pemberdayaan diberlakukan sebagai tren.
Pemimpin kesehatan masyarakat, dikarenakan keterampilan dan posisi kepemimpinan

31
mereka dalam organisasi kesehatan masyarakat cenderung memiliki prestise yang lebih
sebagai advokat kesehatan mereka dan memiliki kontrol yang lebih dibandingkan anggota
masyarakat. Tujuannya adalah untuk memberi tanda kepada seluruh anggota masyarakat
bahwa mereka memiliki suara dalam kebijakan.Profesional kesehatan masyarakat dan
anggota kesehatan masyarakat dapat bekerjasama untuk memperbaiki kualitas hidup, namun
anggota masyarakat memerlukan informasi mengenai gaya hidup sehat dan keterampilan
untuk mewujudkan gaya hidup sehat. Pemimpin kesehatan masyarakat harus memberi umpan
balik kepada anggota masyarakat terkait dengan perkembangan mereka dalam mencapai
tujuan.sebagai contoh, mereka dapat membuat kartu laporan masyarakat atau beberapa
mekanisme lain untuk umpan balik terhadap keberhasilan dan kegagalan anggota kesehatan
masyarakat.Berikut ini merupakan pedoman advokasi bagi pemimpin kesehatan masyarakat
:·Bangun kepercayaan dan kredibilitas dengan konstituen masyarakat, Berdayakan orang lain
untuk menjadi advokat, Lakukan riset mengenai masalah kesehtan dan buat pernyataan
kebijakan dalam bentuk proposal legislatif, Bekerja dengan pejabat terpilih atau yang
ditunjuk pada pelaksanaan legislasi yang sesuai.

32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh setiap
pemimpin organisasi. Efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh kepiawaiannya
mempengaruhi dan mengarahkan para anggotanya. kepemimpinan kesehatan masyarakat
adalah penerapan teori kepemimpinan (mempengaruhi, menginsipirasi orang lain untuk
mencapai tujuan) melalui upaya masyarakat yang terorganisir dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Tugas dan Peran Pemimpin Pukesmas, yaitu:
1. Membuat perencanaan puskesmas.
2. Mengatur pelayanan puskesmas.
3. Menggerakkan pegawai puskesmas.
4. Mengevaluasi kinerja puskesmas.
5. Menggalang kerjasama pelayanan puskesmas
Pemimpin kesehatan masyarakat sangat percaya bahwa promosi kesehatandan pencegahan
penyakit dapat dilakukan. Berkaitan dengan hal ini, kesehatan masyarakat berbeda dengan
sistem layanan medis, yang menekankan pada pengobatan dan rehabilitasi. Setiap
individu harus mempelajari manfaat kesehatan masyarakat dan bagaiman kualitas hidup
dapat ditingkatkan secara optimal jika aturan tertentu di ikuti.

B. Saran
Pemimpin kesehatan masyarakat yang baik harus mempelajari teknik dan praktik
kepemimpinan dari pemimpin kesehatan masyarakat yang berpengalaman dan
pemimpin kesehatan masyarakat harus mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka
secara kontinue serta seorang pemimpin itu tidak pernah berhenti belajar. Pemimpin
kesehatan masyarakat memiliki juga tanggung jawab penting terhadap staf lembaga. Jadi,
para pemimpin harus memantau dan mengevaluasi kinerja serta kepuasan kerja staf. Evaluasi
kinerja ini harus dilakukan dengan baik dan kontinue, agar staf dapat
mempelajari tanggung jawab kerja sepenuhnya dan memahami tanggung jawab tersebut
dengan lebih efektif. Dan seorang pemimpin harus mengetahui masalah apa saja yang telah
terjadi baik internal maupun eksternal sehingga sesegera mungkin dapat mengambil
keputusan dan tindakan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Palutturi, Sukri. 2013. Public Health Leadership. Buku. Pustaka Pelajar:


Yogyakarta
Sulaeman, endang. MANAJEMEN KESEHATAN_Teori Dan Praktik Di
Puskesmas.
Competency Development in Public Health Leadership Tahun 2000. Jurnal.

Core Principles in Public Health Leadership. Jurnal


Studi Kasus Puskesmas Di Kabupaten Jayapura. Kasuskabjayapura-
Puskesmas.Pdf. Diakses tanggal 8 Maret 2015
http://srisiswatytahir.blogspot.com/2013/10/kepemimpinan-dalam-kesehatan-masyarakat.html

BUKU : KEPEMIMPINAN KESEHATAN MASYARAKAT .PENGARANG LOUIS


ROWITZ.PENERBIT BUKU KEDOKTERAN TAHUN 2012(Rowitz, Louis. Kepemimpinan
Kesehatan Masyarakat (Public Health Leadership). Buku Kedokteran EGC, 2012.
BUKU : MANAJEMEN KESEHATAN_Teori dan Praktik di Puskesmas BY Endang Sutisna
Sulaeman.

JURNAL : Competency Development in Public Health Leadership Tahun 2000

JURNAL : Core Principles in Public Health Leadership

34
35

Anda mungkin juga menyukai