KLMPK 6 Konsep Kepemimpinan Kesmas
KLMPK 6 Konsep Kepemimpinan Kesmas
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami,sehingga kami kelompok 6 dapat menyelesaikan
makalah tentang Konsep Kepemimpinan Kesehatan Masyarakat dengan baik.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Kepemimpinan dan
Berpikir Sistem Kesehatan Masyarakat, Prof. Dr. Achmad Paturusi, M.kes, AIFO yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kelompok kami berharap dengan membaca makalah ini, dapat memberi manfaat
bagi kita semua. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik.
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai
ataupun kelompok, karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalannya ditentukan oleh
kepemimpinan dalam organisasi atau kelompok tersebut. Setiap terbentuknya suatu kelompok
akan memiliki orang yang diikuti dan orang yang mengikuti. Dari awal terbentuknya suatu
kelompok, seseorang atau beberapa orang diantara para anggota kelompok melakukan
peranan yang lebih aktif dari pada rekan-rekannya, sehingga akan muncul sosok yang lebih
menonjol dalam kelompok tersebut. Pemimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam
kehidupan manusia. Pemimpin senantiasa akan muncul sejalan dengan peradaban manusia
dari masa ke masa, dimana saja, dalam keadaan bagaimanapun juga. Seseorang yang
memiliki semangat dan pengetahuan dalam bidang kesehatan dan masyarakat yang lebih
unggul dari anggota lainnya dapat mengemban amanah sebagai pemimpin organisasi
kesehatan masyarakt untuk dapat memajukan organisasi dan mempertahankan kepemimpinan
kesehatan masyarakat. Maka dari itu, seorang tenaga kesehatan masyarakat perlu memahami
tentang konsep kepemimpinan kesehatan masyarakat, agar senantiasa bisa menjadi pembuat
kebijakan yang berhubungan denga kesehatan, dan memimpin organisasi yang berkaitan
dengan kesehatan seperti : puskesmas, dinas kesehatan, dan rumah sakit.
Pemimpin kesehatan masyarakat sangat di yakini akan mempengaruhi Tatanan kesehatan
masyarakat. Pemimpin kesehatan masyarakat memperoleh instrumen dan keterampilan dari
memonitoring kesehatan masyarakat yang efektif. Pemimpin dalam kesehatan masyarakat
tidak hanya berfungsi dalam organisasi kesehatan masyarakat, mereka juga berfungsi antar
organisasi. Selain itu, pemimpin kesehatan masyarakat mempraktikkan kepemimpinan
mereka dalam tatanan komunitas. Pengembangan kepemimpinan juga merupakan cara
untuk menghubungkan akademik kesehatan masyarakat dengan praktik kesehatan masyarakat
karena informasi mengintegrasikan pengetahuan riset dengan realitas praktik kesehatan
masyarakat. pemimpin dalam kesehatan masyarakat harus bekerja dalam paradigma
yang mengatur kesehatan masyarakat, namun hal tersebut bukan berarti bahwa mereka tidak
dapat mengubah paradigma tersebut. Pemimpin mengusulkan paradigma baru ketika
paradigma lama kehilangan keefektifannya. Kepemimpinan kesehatan masyarakat
mencakup komitmen terhadap masyarakat dan nilai yang melingkupinya.
Kepemimpinan kesehatan masyrakat juga mencakup komitmen terhadap keadilan
sosial, namun, pemimpin kesehatan masyarakat tidak boleh membiarkan komitmen tersebut
mengurangi kemampuan mereka untuk menjalani agenda kesehatan masyarakat yang
telah disusun dengan baik. Selain itu, pemimpin dalam kesehatan masyarakat harus
bekerja dalam paradigma yang mengatur kesehatan masyarakat, namun hal tersebut
bukan berarti bahwa mereka tidak dapat mengubah paradigma tersebut. Pemimpin
mengusulkan paradigmabaru ketika paradigma lama kehilangan keefektifannya. Dari uraian
di atasakan dibahas lebih lanjut mengenai kepemimpinan dalam puskesmas.
4
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep?
2. Apa itu kepemimpinan ?
3. Apa itu kesehatan masyarakat?
4. Apa yang dimaksud dengan konsep kepemimpinan kesehatan masyarakat?
5. Bagaimana aplikasi kepemiminan kesehatan masyarakat dalam pembangunan dan
sistem kesehatan?
C. Tujuan
- Tujuan umum : untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah kepemimpinan dan
berpikir sistem kesehatan masyarakat.
- Tujuan khusus :
1) Untuk mengetahui apa itu konsep
2) Untuk mengetahui apa itu kepemimpinan
3) Untuk mengetahui apa itu kesehatan masyarakat
4) Untuk mengetahui dan memahami konsep kepemimpinan kesehatan
masyarakat
5) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana aplikasi kepemimpinan
kesehatan masyarakat dalam pembangunan dan sistem kesehatan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian konsep
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami.
Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan
penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia.
Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu
kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun
dari berbagai macam karakteristik.
- Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), ada beberapa pengertian konsep sebagai
berikut : rancangan atau buram surat dan sebagainya; ide atau pengertian yang diabstrakkan
dari peristiwa konkret gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar
bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
- Soedjadi (2000:14)
Arti konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau
penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata
(lambang bahasa).
-Umar (2004:51)
Definisi konsep adalah sejumlah teori yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan
dengan menggolongkan dan mengelompokkan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri-ciri
yang sama.
2. Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis yang
mencakup kemampuan seseorang atau sebuah organisasi untuk "memimpin" atau
membimbing orang lain, tim, atau seluruh organisasi. Dalam perkembangan zaman,
kepemimpinan itu secara ilmiah kemudian berkembang, bersamaan dengan pertumbuhan
scientific management (manajemen ilmiah), yang dipelopori oleh ilmuan Frederick W.Taylor
pada awal abad ke-20 dan kemudian hari berkembang menjadi satu ilmu kepemimpinan
(Kartono, 2010). Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan
mempengaruhi prilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sutarto, 1991).
6
memberikan kesempatan berperan, memenuhi keinginannya, memberikan motivasi,
membela, mendidik, membimbing, memberikkan petunjuk, memelopori, mengantarkan,
mengobarkan semangat, menegakkan disiplin, memberikan teladan, mengemukakan gagasan
baru, memberikan arah, memberikan keyakinan, mendorong kemajuan, menciptakan
perubahan, memberikan ancaman, memberikan hukuman dan lain-lain (Sutarto, 1991).
Kepemimpinan dan nilai kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat alamnya dan
pengalaman saja, tetapi pada penyiapan secara analisis, perencanaan, penyelidikan,
percobaan, supervisi dan pengembangan secara sistematis yang diperoleh melalui pelatihan
dan pendidikan (Kartono, 2010). Dalam organisasi, pemimpin terbagi dalam tiga strata utama
yakni:
1. Top manager: yang tekanan tugasnya pada pelaksanaan administrasi dalam menyusun
rencana, policy dan laporan terdiri dari pada direksi.
2. Middle Manager: eksekutif pelaksanaan rencana dan policy organisasi terdiri dari para
kepala bagian.
3. Low Manager: eksekutif di lapangan yang terdiri dari kepala-kepala unit pelaksana, para
pengawas di lapangan (Ardana, 2012).
7
Pengertian Kepemimpinan Menurut Rauch dan Behling (1984:46):
Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti terhadap usaha kolektif, dan
mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu yang melekat pada diri seorang
pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti:
kepribadian (personality), kemampuan (ability) dankesanggupan (capability). Kepemimpinan
juga sebagai rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan
kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah
proses antar hubungan atau interaksi antara pemim pin, pengikut, dan situasi.
Georger R. Terry,
Fiedler (1967),
John Pfiffner,
8
Davis (1977),
Ott (1996),
Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar
mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang
lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Moejiono (2002)
memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah,
karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya
dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung
memandang leadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung
dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin
(Moejiono, 2002).
9
Katz & Kahn (1978)
Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada
diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.
Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam situasi tertentu,
serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan
tertentu.
P. Pigors (1935)
Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi satu situasi khusus. Sebab
dalam suatu kelompok yang melakukan aktivitas¬aktivitas tertentu, dan mempunyai suatu
tujuan serta peralatan¬peralatan yang khusus. Pemimpin kelompok dengan ciri-ciri
karakteristik itu merupakan fungsi dari situasi khusus.
10
Kepemimpinan menunjukan kemampuan mempengaruhi orang-orang dan mencapai
hasil melalui himbauan emosional dan ini lebih baik dibandingkan dengan penggunaan
kekuasaan.
Duben (1954)
F.A.Nigro(1965)
Reed (1976)
Kepimpinan adalah cara mempengaruhi tingkah laku manusia supaya perjuangan itu
dapat dilaksanakan mengikut kehendak pemimpin.
R.K. Merton “ The Social Nature of Leadership”, American Journal of Nuns, 1969.
11
Kepemimpinan sebagai suatu hubungan antar pribadi dalam mana pihak lain
mengadakan penyesuaian karena mereka berkeinginan untuk itu, bukannya karena mereka
harus berbuat demikian.
Teori sifat kepemimpinan juga berpendapat bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan
diciptakan artinya seseorang telah membawa bakat kepemimpinan sejak dilahirkan bukan
dididik atau dilatih. Pemimpin yang dilahirkan tanpa pendidikan dan latihan sudah dapat
menjadi pemimpin yang efektif. Pelatihan kepemimpinan hanya bermanfaat bagi mereka
yang memang telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan (Sulaiman, 2011).
12
dihadapi seperti situasi, atasan, pegawai, tugas, organisasi, dan variabel-variabel
lingkungan lainnya, serta gaya kepemimpinan adalah contingent/dependent dalam
karakteristik situasional yang sesuai.
- Tidak curiga dan berprasangka buruk pada bawahan, tidak fanatik, tidak bersikap pasif.
- Memiliki sikap terbuka, idenya luas, rendah hati, tidak sombong, mau mendengar aspirasi
bawahannya.
- Berfungsi sebagai wasit-pemisah, bersikap adil, bijaksana agar setiap individu rela
berpartisipasi dalam setiap kegiatan, dalam iklim psikologis yang menyenangkan.
Peranan kepemimpinan :
Kesehatan masyarakat telah berkembang pada 460 – 377 SM dimulai oleh Hipocrates,
seorang ahli epidemiologi. Seiring perkembangannya, mulai ada yang merintis
perkembangan kesehatan yang berorientasi pada masyarakat yaitu Edwin Chadwick yang
merupakan bapak kesehatan masyarakat bersama Thomas Southwood.
13
Tujuan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan status kesehatan setiap individu
dalam masyarakat. Pemimpin kesehatan masyarakat sangat percaya bahwa promosi kesehatan
dan pencegahan penyakit dapat dilakukan. Berkaitan dengan hal ini, kesehatan masyarakat
berbeda dengan sistem layanan medis, yang menekankan pada pengobatan dan rehabilitasi.
Setiap individu harus mempelajari manfaat kesehatan masyarakat dan bagaiman kualitas
hidup dapat ditingkatkan secara optimal jika aturan tertentu di ikuti.
Ruang lingkup :
1. Epidemiologi dan Biostatistika
3. Kesehatan Lingkungan
4. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku
5. Administrasi Kesehatan Masyarakat
6. Gizi Kesehatan Masyarakat
7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
8. Kesehatan Reproduksi
9. Sistem Informasi Kesehatan
10.Surveilans Penyakit Menular dan Tidak Menular
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering
disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini antara lain :
14
2. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
3. Biostatistik/Statistik Kesehatan.
4. Kesehatan Lingkungan.
5. Gizi Masyarakat.
6. Kesehatan Kerja.
7. Epidemiologi.
Dalam laporan masa depan kesehatan masyarakat Washington DC (1998) fungsi utama
kesehatan masyarakat dapat dibagi menjadi perbedaan tiga bagian yakni;
1. Asessment. berkaitan dengan pengumpulan data yang catatan yang penting, kesakitan, telah
dipakai kesehatan, tenaga kesehatan, manulife sistem tenaga kesehatan, survai kesehatan, tren
analisis kesehatan dan status penilaian kesehatan.
2. Pengembangan kebijakan
kebijakan kaitan dengan komposisi yang dikembangkan melalui penilaian kesehatan dan
standart badan kesehatan lokal dan perencanaan kesehatan berhubung dgn perencanaan
kesehatan provinsi.
3. Jaminan (assurance)
berkaitan dengan infeksi yaitu pengendalian makanan dan susu, keamanan produk,
perumahan dan keamanan telah dipakai rekreasi, perizinan dan pendidikan kesehatan
meliputi pendidikan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, lingkungan yaitu kualitas
udara, radiasi pengendalian, manajeman limbah, manajemen sampah, penyediaan udara.
15
2. Tujuan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan status kesehatan setiap
individu dalam masyarakat. Pemimpin kesehatan masyarakat sangat percaya bahwa
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dapat dilakukan. Berkaitan dengan hal
ini, kesehatan masyarakat berbeda dengan sistem layanan medis, yang menekankan pada
pengobatan dan rehabilitasi. Setiap individu harus mempelajari manfaat kesehatan
masyarakat dan bagaiman kualitas hidup dapat ditingkatkan secara optimal jika aturan
tertentu di ikuti.
6. Pemimpin kesehatan masyarakat yang baru harus mempelajari tehknik dan praktik
kepemimpinan dari pemimpin kesehatan masyarakat yang berpengalaman.
10. Pemimpin kesehatan masyarakat harus berpikir secara lokal namun bertindak secara
lokal.
12. Pemimpin harus berhubungan dengan manajer dan staf lain dalam organisasi, pemimpin
harus menjadi pengarah dan motivator kegiatan dalam organisasi, pemimpin harus
mempengaruhi semua fase kerja dalam organisasi, dan pemimpin harus mengantisipasi
masa depan dan mengembangkan organisasi dengan cara mempertimbangkan masa depan
tersebut.
16
14. Setiap tingkat sistem kesehatan masyarakat membutuhkan pemimpin. Faktanya,
pemimpin tidak harus memiliki posisi resmi untuk menjadi pemimpin dan sepertinya
kekuatan menjadi semakin tinggi.
15. Pemimpin kesehatan masyarakat mempraktikkan keahlian mereka pada tingkat komunitas
dan harus memahami apa yang di maksud dengan komunitas.
Perbedaan antara pemimpin dan manajer adalah, pemimpin adalah orang yang
menjalankan fungsi hubungan manajemen karakter, dan tanggung jawab. Pemimpin Sering
menantang sistim berani mengambil resiko sedangkan Manajer Adalah cenderung
menjalankan sesuatu prosedur atau aturan yang ada serta Takut mengambil resiko serta
berusaha untuk membawah perubahan di bawah kontrol dan bekerja untuk mendapatkan
sesuatu dengan benar (Kotler, 1999).
Zaleznik (2001). Membedakan pemimpin dan manajer menurut sikap terhadap komposisi
(sikap kerja) konsepsi kerja, hubungan dengan yang lain, dan rasa diri,hati, konteks sikap.
misalnya, pemimpin pribadi yang berpandangan aktif, pemimpin hobi cenderung membentuk
sesuatu yang baru,merespon ide, pemimpin mengubah puasana hati dan mampu
membangkitkan harapan citra, & Manajer cenderung mengambil yang bersifat umum,
mempunyai pandangan pasif dan komposisi muncul dari kebutuhan Bukan keinginan.
Pemimpin tertarik pada ide-ide, berhubungan dengan orang lain sejenis intiutif dan empati,
pemimpin fokus pada substansi kegiataan dan keputusan, termasuk makna mereka terhadap
partisipasin atau anggotanya.
Di awal tahun 1990-an para praktisis dan kalangan kampus (kesehatan masyarakat)
berkolaborasi dengan departemen kesehatan di seluruh gatra bagian di konsultasi kesehatan,
hukum, berkumpul untuk membicarakan pengembangan kompetensi kepemimpinan
kesehatan masyarakat (wright et al, 2000) hasil temuan temuan diskusi dari perwakilan
sekolah gatra bagian merumuskan kompetensi kepemimpinan kesehatan masyarakat yang di
bagi 4 bagian berhubung dengan:
1. kompetensi transformasi inti. Kompetensi dgn kepemimpinan visioner, mempunyai misi dan
agen menjadi perubahan yang efektif.
4. kompetensi membangun tim, kompetensi dgn membangun tim yang berorientasi pada
struktur dan sistem memfasilitasi dan memediasi.
Novick et.al (2007) mencatat keterampilan beberapa kepemimpinan yaitu sebagai berikut :
17
1. kesadaran sendiri
3. membuat keputusan
4. pemecahan masalah
5. pemikiran kreatif
6. pemikiran strategik
7. kemampuan kewirausahaan
8. membangun kepercayaan
16. pengajaran
18. pemasaran
20. komunikasi
21. persuasi
24. negosasi
25. pendelegasian
18
26. membentuk tim dan koalisi
28. sensitivitas
b. Mempromosikan perubahan
19
1. Memahami bagaimana lembaga berfungsi
7. Memberdayakan staf lembaga dan anggota masyarakat seperti beri mereka pelatihan dan
memungkinkan mereka mencapai standar, hargai mereka atas prestasi ereka, percaya kepada
mereka, dan lain-lain.
20
Kabupaten/ Kota tersebut hendaknya dibuat penilaian agar selanjutnya bisa ditentukan urutan
prioritas maslah yang harus segera atau dapat ditunda sementara penangannya.
Berdasarkan sistem informasi yang telah disusun, langkah selanjutnya yang dilakukan
oleh Kepala Dinkes Kabupaten/ Kota sebagai pemimpim Kesehatan Masyarakat yang
melaksanakan fungsi inti selanjutnya yaitu Policy Development (pembuatan kebijakan).
Pembuatan kebijakan ini tetunya dengan berbagai macam pertimbangan bai dari sisi negative
dan positif adanya kebijakan tersebut jika digunakan untuk menyelesaikan sutu maslaha yang
dianggap menjadi prioritas utamnaya. Sebagai contohnya yaitu masalah meningkatnaya
angka kematian akibat DBD di suatu kelurahan.
Sebagai seorang Pemimpin Kesehatan Masyarakat, Kepala Dinkes Kabupaten/ Kota
dalam pengambilan keputusan untuk akhirnya menetapkan suatu kebijakan tentu sudah
mempertimbangkan berbagai faktor yang mungkin bsa mendorong ataupun menghambat
keberjalanan kebijakan tersebut dan seorang pemimpin juga harus menganalisa serta
mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab utama tingginya angka DBD
di kelurahan tersebut dari sekian banyak penyebab dari penyebab kasus DBD. Setelah tahu
bahwa kebijakan sudah sesuai dengan keterbutuhan dari masarakat di suatu kecamatan
tertentu maka
Jika dalam keberjalanan suatu kebijakan diperlukan adanya mitra kerja dengan pihak lain
untuk membantu pendanaan ataupun mendukung secara aspek sumber daya, maka seorang
pemimpin harus bisa melakukan advokasi bersama dengan sie yang memiliki tugas terkait
bidang kehumasan. Dalam melakukan sebuah advokasi ataupun menjalin kerjasama dengan
mitra yang ditargetkan seorang pemimpin tentu harus memiliki kemmapuan komunikasi yang
baik agar penyampaian tujuan dari suatu kebijakan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan
sebenarnya juga.
Setelah hasill ditetpakan, langkah selanjutna yaitu membuat program sesuai keterbutuhan
dan kebijakan yang sudah ada dan memastikan bahwa program yang dibuat itu berjalan
lancar dan mencapai target sesuai dengan hasil kesepakatan bersama. Hal itu menunjukkan
bahwa seorang pemimpin kesahatan dlam hal ini yaitu Kepala Dinkes Kabupaten/ Kota telah
melaksanakan fungsi inti kesmas yang ketiga berupa Assurance. Salah satu program yang
dapat dialakukan untuk pemberantasan DBD yaitu dengan PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk). Pastikan pula bahwa kebijakan dan program yang dibuta sudah sesuai dengn
peraturan yang teah ditetapka secara nasional dan dilindungi oleh hokum agar kemanan dari
program tersebut dapat terjamin. Pemimpin juga harus memastikan bahwa segala hal yang
berkaitan dengan PSN termasuk fasilitas dan layanan yang diberikan sudah tepat. Jikalau ada
21
kesalahan maka itu sebagai bahan evalusi dan untuk mengukur seberapa efektifitas dan
kualitas layanan program yang dijalankan. Pelaksanaan assessment, policy development dan
assurance poleh seorang kepala Dinkes secara keseluruhan yang artinya dilakukan
sepenuhnya misalnya pada pelaksanaan program PSN sebagai upaya pemberantasan DBD
tentunya akan mendukung tercapainya sistem kesehatan yang baik yang nantinya mampu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama berkaitan dengan penyakit DBD. Hal
ini menunjukkan bahwa suatu sistem kesehatan membutuhkan peran leadership bagi
pemimpin kesehatan masyarakat pada umumya.
22
Lalu setelah memikirkan sumber daya sebagai input program PSN seperti petugas kesehatan
(man), kepala Dinkes seharusnya juga memikirkan proses apa yang akan dilaksanakannya
untuk menyelenggarakan program tersebut dan bagaimana sistem memonitoring dalam setiap
tahap dari keberjalan program tersebut sehingga outputnya sesuai dengan apa yang menjadi
tujuan dari program tersebut.
Keberhasilan program data dilihat melalui perbandingan ketercapaian antara output
dengan indikator yang sudah ditetapkann bersama sebelum program dilaksanakan dan setelah
program dilaksanakan. Melalui hal tersebut berhasil atau tidaknya program PSN dalam upaya
pemberantasan DBD di suatu kecamatan atau daerah. Hasil ini juga bisa menjadi feedback
yang nantinya akan menjadi input kembali atau sebagai bahan evaluasi, pertimbangan, dan
indikator dalam menentukkan suatu program di masa mendatang.
Berfikir Sistem ini dapat dijalankan jika pemimpin menguasai dan mampu untuk
menerapkan disiplin 5 dari Peter Senge. Disiplin 5 terdiri dari personal mastery, mental
model, system thinking, shared vision, team learning. Setiap bagian atau tahap dari disiplin 5
ini memiliki keterkaitan dan tidak dapat berdiri secara sendiri-sendiri. Seorang pemimpin
kesmas harus memiliki penguasaan pribadi (personal mastery) artinya dia mampu
mengontrol emosi yang ada dalam dirinya agar tercipta organisasi yang dan bagaiaman ia
menghargai pekrjaan setiap anggotanya. Penguasaan diri ini merupakan hasil dari proses
belajar, bukan sesuatu yang sudah dimiliki. Penguasaan diri akan mempengaruhi mental
model , yaitu gambaran proses penilaian pribadi berdasarkan asumsi dan generalisasi yang
ditangkap yang dapat mempengaruhi individu (kepala Dinkes) dalam melakukan sebuah
tindakan dan pengambilan keputusan. Mental model digunakan sebagai sara untuk
menyampaiakna hasil pemikiran atau asumsi secara efektif melalu komunikasi yang nantinya
diharapkan mampu untuk memperngaruhi orang lain sebagai sasarannya. Bagi seorang
pemimin kesmas seperi kepala Dinkes mental model dapat digunakan untuk menyalurkan
hasil pemikirannya berdasarkan pengamatan yang terjadi kapada sub divisi dalam
menetukkan kebijakan dan pengambilan keputusan. Dalam proses penilaian dan pengambilan
keputusan ini tentunya juga diperlukan personal mastery yang baik bagi seorang Kepala
Puskesmas agar ia mampu melakukannya. Jika kedua hal tersebut sudah dipenuhi oleh
seorang Kepala Dinkes selanjutnya ia akan mampu membuat visi bersama (shared vision)
bagi seluruh bawahannya. Dengan visi bersama tersebut akan memiliki komitmen yang juga
berkaitan satu sama lain sehingga akan timbul sebuah hubungan yang baik anatar pemimpin
dan bawahan. Hubungan baik itulah yang akan menjadikan sebuah program dapat terlaksana
dengan baik pula. Saat visi bersama ini terbentuk maka akan menjadi tim yang solid karena
23
mereka acuan yang sam dalam menentukan arah keberjalanan dari organisasi tersebut.
Sehingga akan memunculkan disiplin 5 selanjutnya yaitu team learning. dengan disiplin ini
diharapkan antara pemimpin dan bawahan mampu bersama-sama untuk mencapai tujaunnya
dan terus mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh setiap individu.
24
- Umum dan Kepegawaian
c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
- Upaya Kesehatan Masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
- Upaya Kesehatan Perorangan
d. Jaringan Pelayanan Puskesmas:
- Unit Puskesmas Pembantu - Unit Puskesmas Keliling
- Unit Bidan di Desa/komunitas (Depkes RI, 2004)
1. Fungsi Kepemimpinan Puskesmas
25
c. Pimpinan puskesmas berusaha mengembangkan kebebasan berpikir dan
mengeluarkan pendapat sehingga kreativitas dan inovasi pegawai puskesmas dapat
tumbuh dan berkembang.
d. Pimpinan puskesmas membina dan mengembangkan kerjasama dan
kemitraan yang harmonis dengan pegawai dan stakeholder
puskesmas.
e. Pimpinan puskesmas mampu memecahkan masalah dam mengambil
keputusan tugas dan program puskesmas sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
f. Pimpinan puskesmas berusaha membina dan mengembangkan kemampuan
dan kemauan pegawai puskesmas.
g. Pimpinan puskesmas melaksanakan dan mendayagunakan fungsi pengawasan,
pengendalian, dan penilaian Puskesmas.
Kepemimpinan Puskesmas hendaknya diselenggarakan melalui kepemimpinan kolektif
dan integratif (kemanunggalan) antara kepala puskesmas dengan para penanggung
jawab program Puskesmas serta menciptakan kebersamaan dengan semua pegawai
puskesmas.
Adapun fungsi puskesmas terdiri dari:
a. Fungsi pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
Melalui fungsi ini puskesmas diharapkan dapat menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk yang dilakukan oleh masyarakat dan
dunia usaha di wilayah kerjanya, agar kegiatan yang dilaksanakan berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Dalam melaksanakan fungsinya, kegiatan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit harus diutamakan oleh puskesmas tanpa mengabaikan
upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
b. Fungsi pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat memiliki
kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup
sehat.
c. Fungsi pusat pelayanan kesehatan stara pertama
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan yang terdiri dari kegiatan peyembuhan
penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) serta upaya kesehatan masyarakat
yang terdiri dari kegiatan pencegahan penyakit (preventif) dan pemeliharaan kesehatan
(promotif) (Depkes RI, 2004).
26
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
f. Upaya Pengobatan
4. Komunikasi
Dimana semua pekerjaan dan perubahan sosial sangat bergantung pada komunikasi.
Komunikasi merupakan alat untuk berbagi pemikiran, perasaan, dan sumber daya.
27
Apabila komunikasi terputus yang akan segera terjadi hanyalah ketidaksepakatan dan
kesalahpahaman.
5. Pengambilan keputusan
Baik melakukannya sendiri maupun bersama stafnya, yang terpenting adalah pimpinan
melakukannya dengan percaya diri. Setelah diskusi pengambilan keputusan selesai,
pimpinan kemudian melakukan tindakan.
6. Menciptakan visi.
3.Study kasus
Gaya kepemimpinan yang baik untuk diterakan pada kasus ini yakni gaya kepemimpinan
demokratis, karena dengan menerapkan gaya ini seorang pemimpin dalam
pengambilan keputusan harus membicarakannya terlebih dahulu dari beberapa pihak. Pada
kasus ini sebaiknya pemimpin puskesmas harus mampu menjalin hubungan lebih erat
dengan stafnya dan lebih memperhatikan masalah – masala yang ada. Serta berkumpul
dengan kepala desa/kabupaten/kota di mana puskesmas berada agar mampu
mengambil solusi yang tepat mengenai masalah ini.
28
strategi intervensi berisiko di tolak oleh anggota masyarakat dan umumnya menjadi tidak
efektif.
1. Proses Penilaian
Tahap Pertama dalam proses penilaian adalah merancang sistem informasi kesehatan
masyarakat yang terintegrasi. Keberhasilan tahap ini membutuhkan kemitraan sejati,
berdasarkan prinsip kepemimpinan kesehatan masyarakat, antara departemen kesehatan lokal
dan negara bagian, lembaga terkait kesehatan nasional (termasuk center fo disease control
and prevention/CDC), kelompok masyarakat dan lembaga lain.
Tahap Ketiga adalah menggunakan data yang terkumpul. Data penelitian harus diubah
menjadi informasi yang dapat digunakan oleh pemimpin kesehatan masyarakat untuk
pengambilan keputusan yang efektif. Pemimpin kesehatan masyarakat seringkali gagal dalam
menyampaikan informasi dengan jelas sehingga mereka kehilangan kredibilitas dimata
pembuat kebijakan.
a. Pemimpin kesehatan masyarakat perlu menggunakan data dari dua sistem data
yang berbeda. Sistem data yang pertama melaporkan pemberian layanan langsung dan
program pertemuan (Contohnya pertemuan manajemen kasus atau kunjungan rumah). Sistem
data yang kedua mengumpulkan data berbasis populasi.
29
informasi yang mengintegrasi jenis data yang berbeda sehingga mereka dapat lebih
memahami masalah kesehatan anggota masyarakat.
d. Sistem data harus fleksibel dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan pemimpin
kesehatan lokal ketika mereka memantau kesehatan anggota kesehatan masyarakat.
30
masyarakat dalam pengembangan kebijakan masyarakat, dan Kembangkan kebijakan
kesehatan dan sosial yang terintegrasi dan mandiri untuk masyarakat.
2. Tren Kebijakan
Advokasi kesehatan masyarakat dilihat sebagai instrumen penting untuk perubahan sosial.
Pemimpin kesehatan masyarakat bertanggung jawab dalam melindungi kesehatan anggota
masyarakat dan menyusun intervensi yang sesuai untuk anggota masyarakat dalam
menghadapi masalah kesehatan atau risiko kesehatan.Pemimpin kesehatan masyarakat
mengurangi upaya advokasi bukan hanya karena mereka frustasi oleh ketidakmampuan untuk
memperoleh penerimaan dalam masyarakat yang mereka layani,namun juga karena advokasi
menjadi rancu denganlobbying. Lobbying merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
kepentingan khusus (biasanya oleh organisasi atau kelompok organisasi terkait). Advokasi
dalam mendukung perubahan dalam kebijakan masyarakat mencakup riset, pengembangan
pernyataan kebijakan, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi.Pemimpin kesehatan
masyarakat perlu menyeimbangkan upaya advokasi (yang didalamnya terdapat ruang untuk
keinginan) dengan upaya penegakkan (yang seharusnya tidak memihak). Jika mereka berhasil
membangun kepercayaan dan kredibilitas dalam masyarakat lokal, mereka dapat melibatkan
masyarakat dalam regulasi kesehatan dan advokasi.Dalam upaya memberdayakan anggota
masyarakat untuk menjadi advokat-diri, pemimpin kesehatan masyarakat perlu memahami
bahwa pemberdayaan tidak akan berfungsi jika pemberdayaan diberlakukan sebagai tren.
Pemimpin kesehatan masyarakat, dikarenakan keterampilan dan posisi kepemimpinan
31
mereka dalam organisasi kesehatan masyarakat cenderung memiliki prestise yang lebih
sebagai advokat kesehatan mereka dan memiliki kontrol yang lebih dibandingkan anggota
masyarakat. Tujuannya adalah untuk memberi tanda kepada seluruh anggota masyarakat
bahwa mereka memiliki suara dalam kebijakan.Profesional kesehatan masyarakat dan
anggota kesehatan masyarakat dapat bekerjasama untuk memperbaiki kualitas hidup, namun
anggota masyarakat memerlukan informasi mengenai gaya hidup sehat dan keterampilan
untuk mewujudkan gaya hidup sehat. Pemimpin kesehatan masyarakat harus memberi umpan
balik kepada anggota masyarakat terkait dengan perkembangan mereka dalam mencapai
tujuan.sebagai contoh, mereka dapat membuat kartu laporan masyarakat atau beberapa
mekanisme lain untuk umpan balik terhadap keberhasilan dan kegagalan anggota kesehatan
masyarakat.Berikut ini merupakan pedoman advokasi bagi pemimpin kesehatan
masyarakat :·Bangun kepercayaan dan kredibilitas dengan konstituen masyarakat,
Berdayakan orang lain untuk menjadi advokat, Lakukan riset mengenai masalah kesehtan dan
buat pernyataan kebijakan dalam bentuk proposal legislatif, Bekerja dengan pejabat terpilih
atau yang ditunjuk pada pelaksanaan legislasi yang sesuai.
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang seharusnya dimiliki oleh setiap
pemimpin organisasi. Efektivitas seorang pemimpin ditentukan oleh kepiawaiannya
mempengaruhi dan mengarahkan para anggotanya. kepemimpinan kesehatan masyarakat
adalah penerapan teori kepemimpinan (mempengaruhi, menginsipirasi orang lain untuk
mencapai tujuan) melalui upaya masyarakat yang terorganisir dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Tugas dan Peran Pemimpin Pukesmas, yaitu:
1. Membuat perencanaan puskesmas.
2. Mengatur pelayanan puskesmas.
3. Menggerakkan pegawai puskesmas.
4. Mengevaluasi kinerja puskesmas.
5. Menggalang kerjasama pelayanan puskesmas
Pemimpin kesehatan masyarakat sangat percaya bahwa promosi kesehatandan pencegahan
penyakit dapat dilakukan. Berkaitan dengan hal ini, kesehatan masyarakat berbeda dengan
sistem layanan medis, yang menekankan pada pengobatan dan rehabilitasi. Setiap
individu harus mempelajari manfaat kesehatan masyarakat dan bagaiman kualitas hidup
dapat ditingkatkan secara optimal jika aturan tertentu di ikuti.
B. Saran
Pemimpin kesehatan masyarakat yang baik harus mempelajari teknik dan praktik
kepemimpinan dari pemimpin kesehatan masyarakat yang berpengalaman dan
pemimpin kesehatan masyarakat harus mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka
secara kontinue serta seorang pemimpin itu tidak pernah berhenti belajar. Pemimpin
kesehatan masyarakat memiliki juga tanggung jawab penting terhadap staf lembaga. Jadi,
para pemimpin harus memantau dan mengevaluasi kinerja serta kepuasan kerja staf. Evaluasi
kinerja ini harus dilakukan dengan baik dan kontinue, agar staf dapat
mempelajari tanggung jawab kerja sepenuhnya dan memahami tanggung jawab tersebut
dengan lebih efektif. Dan seorang pemimpin harus mengetahui masalah apa saja yang telah
terjadi baik internal maupun eksternal sehingga sesegera mungkin dapat mengambil
keputusan dan tindakan.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
35